FAWA<TIH{ AL-SUWAR
Al-Qur’an memperkenalkan dirinya dengan berbagai ciri dan sifat. Salah satu
oleh Allah swt. dan ia adalah kitab yang terpelihara, sebagaimana firman Allah swt.
dalam QS al-Hijr/15: 9;
Dengan jaminan ayat tersebut, setiap muslim percaya bahwa apa yang dibaca
dan didengarnya sebagai al-Qur’an saat ini tidak berbeda sedikitpun dengan apa
yang pernah dibaca oleh Rasulullah saw. dan yang didengar serta dibaca oleh para
sahabat.
Al-Qur’an juga menjadi bukti kebenaran Rasulullah Saw., bukti kebenaran
Tur/52: 34;
1
Kementerian Agama RI, Al-Qur’an dan Terjemahnya; terj. Yayasan Penyelenggara
Penerjemah al-Qur’an (Cet. I; Solo: PT Tiga Serangkai Pustaka Mandiri, 1435 H/ 2014 M), h. 499.
2
M. Quraish Shihab, Membumikan Al-Qur’an: Fungsi dan Peran Wahyu dalam kehidupan
Masyarakat (Cet. VII; Bandung: Mizan, 1994), h. 27.
1
76
Terjemahnya:
“Maka hendaklah mereka mendatangkan kalimat yang semisal al-Qur’an itu jika
mereka orang-orang yang benar.”3
Ketiga, menantang mereka untuk menyusun satu surah saja semacam al-
Qur’an. Firman Allah Swt. dalam QS Yunus/10: 38;
Baqarah/2: 23;
3
Kementerian Agama RI, Al-Qur’an dan Terjemahnya; terj. Yayasan Penyelenggara
Penerjemah al-Qur’an, h. 1063.
4
Kementerian Agama RI, Al-Qur’an dan Terjemahnya; terj. Yayasan Penyelenggara
Penerjemah al-Qur’an, h. 422.
5
Kementerian Agama RI, Al-Qur’an dan Terjemahnya; terj. Yayasan Penyelenggara
Penerjemah al-Qur’an, h. 405.
77
Terjemahnya:
“Dan jika kamu (tetap) dalam keraguan tentang al-Qur’an yang Kami wahyukan
kepada hamba Kami (Muhammad), buatlah satu surat (saja) yang semisal al-
Qur’an itu dan ajaklah penolong-penolongmu selain Allah, jika kamu orang-
orang yang benar.”6
Dalam hal ini Allah Swt. menegaskan dalam Firman-Nya pada QS al-
Isra’/17: 88;
diketahui kecuali oleh Allah Swt atau oleh Rasulullah Saw. bila beliau menerima
6
Kementerian Agama RI, Al-Qur’an dan Terjemahnya; terj. Yayasan Penyelenggara
Penerjemah al-Qur’an, h. 8.
7
Kementerian Agama RI, Al-Qur’an dan Terjemahnya; terj. Yayasan Penyelenggara
Penerjemah al-Qur’an, h. 555.
8
M. Quraish Shihab, Membumikan Al-Qur’an: Fungsi dan Peran Wahyu dalam kehidupan
Masyarakat, h. 76.
78
penjelasan dari Allah Swt.9 Sebagaimana firman Allah Swt. dalam QS Ali ‘Imran/3:
غٞ ۡٱذل حين ِِف ُقلُوِبِ ِ ۡم حزي ِ َُٰۖت فح حأ اما اٞ َٰت ُّم ۡح ح َٰكح ٌت ه اُن ُأ ُّم ٱلۡ ِك َٰتح ِب حو ُأخ ُحر ُمت ح َٰ حش بِ حٞ ٱذل ٓي أح حنز حل عحلح ۡي حك ٱلۡ ِك َٰتح حب ِمنۡ ُه حءاي ح ِ ه حُو ا
ون حءا حمناا ِب ِۦه ون ِِف ٱلۡ ِع ۡ َِل ي ح ُقولُ ح ُ ِ يِل إ اَِل ٱ ا ُ َُّۗلل حو َٰ اٱلر
ِس ح ٓيِل حو حما ي ح ۡع ح َُل ت ۡحأ ِو ح ُ ۥ
ون حما ت ح َٰ حش حب حه ِمنۡ ُه ٱبۡ ِتغحا ٓ حء ٱلۡ ِف ۡتنح ِة حوٱبۡ ِتغحا ٓ حء ت ۡحأ ِو ِ ُِۖۦ
فح حيتا ِب ُع ح
ك ِّم ۡن ِعن ِد حربِّنحا ُۗ حو حما ي ح اذكا ُر إ اَِل ٓ ُأ ْولُو ْا ۡ ح ٞ
ٱۡللۡ َٰ حب ِب ُل
Terjemahnya:
“Dia-lah yang menurunkan al-Kitab (al-Qur’an) kepada kamu. Di antara (isi)
nya ada ayat-ayat yang muhkamaat itulah pokok-pokok isi al-Qur’an dan yang
lain (ayat-ayat) mutasyabihat. Adapun orang-orang yang dalam hatinya condong
kepada kesesatan, maka mereka mengikuti sebagian ayat-ayat yang
mutasyabihat untuk menimbulkan fitnah dan untuk mencari-cari ta’wilnya,
padahal tidak ada yang mengetahui ta’wilnya melainkan Allah. Dan orang-orang
yang mendalam ilmunya berkata: “Kami beriman kepada ayat-ayat yang
mutasyabihat, semuanya itu dari sisi Tuhan kami.” Dan tidak dapat mengambil
pelajaran (daripadanya) melainkan orang-orang yang berakal.”11
atas huruf-huruf muqat}a’ah atau huruf yang terputus dalam pengucapannya sehingga
tidak tersusun menjadi satu kalimat yang memiliki pengertian jelas. Contohnya
adalah املpada awal surah al-Baqarah dan beberapa surat lainnya.
dikenal dengan istilah fawa>tih} al-suwar, ternyata menyimpan daya tarik tersendiri
9
M. Quraish Shihab, Membumikan Al-Qur’an: Fungsi dan Peran Wahyu dalam kehidupan
Masyarakat, h. 78.
10
Mengenai pengertian, ayat muhkamat merupakan ayat-ayat yang terang dan tegas
maksudnya, serta dapat dipahami dengan mudah. Sementara itu, ayat mutasyabihat merupakan ayat-
ayat yang tidak dapat ditentukan maksud yang sebenarnya, kecuali sesudah diselidiki secara
mendalam. Selain itu, ayat mutasyabihat juga dapat dipahami sebagai ayat-ayat yang pengertiannya
hanya diketahui oleh Allah Swt seperti ayat-ayat yang berhubungan dengan masalah gaib, hari
kiamat, surga, neraka, dan lain sebagainya. Lihat: Salman Rusydie Anwar, 29 Sandi al-Qur’an;
Mengurai Misteri di Balik Huruf-Huruf Muqatha’ah (Cet. I; Yogyakarta: Najah, 2012), h. 15-16.
11
Kementerian Agama RI, Al-Qur’an dan Terjemahnya; terj. Yayasan Penyelenggara
Penerjemah al-Qur’an, h. 92.
79
bagi beberapa kalangan untuk mengkajinya, meski hasil kajian mereka tidak serta-
merta menjawab seluruh misteri yang terkandung di balik huruf-huruf tersebut. Satu
alasan mendasar yang diajukan oleh para ilmuan yang menaruh minat tinggi untuk
mengungkap misteri huruf muqat}t}a’ah ini, yaitu mereka meyakini bahwa al-Qur’an
diturunkan tidak lain untuk dikaji oleh manusia. Sehingga, dari kajian itulah,
mendedikasikan dirinya untuk mengkaji ilmu huruf, terutama huruf-huruf dalam al-
Qur’an. Padahal, huruf adalah dasar paling utama yang membangun seluruh struktur
ilmu pengetahuan, baik yang bersumber dari dalam al-Qur’an maupun di luar itu.
mengapa bidang keilmuan yang secara khusus mengkaji huruf-huruf ini kalah
senyawa dengan huruf yang lain, namun ada juga huruf yang tidak bisa
disenyawakan dengan huruf lain. Hal ini menjadikan huruf-huruf dalam al-Qur’an
12
Salman Rusydie Anwar, 29 Sandi al-Qur’an; Mengurai Misteri di Balik Huruf-Huruf
Muqatha’ah, h. 16.
13
Lukman Abdul Qohar Sumabrata, Pengantar Fenomenologi al-Qur’an (t.t: Grafkatama
Jaya, 1991), h. 72. Lihat juga: Salman Rusydie Anwar, 29 Sandi al-Qur’an; Mengurai Misteri di Balik
Huruf-Huruf Muqatha’ah, h. 20.
80
dalam al-Qur’an sangatlah penting. Selain sebagai wawasan keagamaan juga sebagai
surah-surah, merupakan bentuk jamak dari as-suru’ yang berarti sisa air dalam
bejana.15 Selain itu al-suwar adalah jamak taksir dari kata as-surah ( )السورةyang
berarti bagian dari al-Qur’an yang dipisahkan dari bagian lainnya dan dibiarkan
berdiri sendiri.16
dalam kitab al-Khawa>t}ir al-S{awanih fi> Asra>r al-Fawa>tih} yang ditulisnya, dia
yang biasa kita sebut dengan al-fawa>tih}. Sementara sembilan jenis lainnya adalah
pujian: pujian kepada Allah, baik tahmid maupun tasbih; nida>’ (seruan); jumlah
14
A.W Munawwir, Kamus Al-Qur’an Al-Munawwir Arab Indonesia Terlengkap, Edisi
Kedua, ditelaah oleh KH. Ali Ma’sum dari KH. Zainal Abidin Munawwir (Cet. XIV;Surabaya:
Pustaka Progresif, 1997), h. 1030.
15
Dewan Redaksi Ensiklopedia Islam, Ensiklopedia Islam (Cet. IV; Jakarta: PT. Ichtiar Baru
Van Hoeve, 1997), h. 303.
16
Ibn Kas\i@r, Tafsi@r Ibn Kas\i@r, juz III (Jeddah: Li al-Taba’ah wa Nasyr wa al-Tau>zi@’, t.t), h. 7.
81
khabariyah (kalimat berita); qasam (sumpah); syarat, perintah, doa, dan ta’lil
(alasan).17
huruf-huruf awalan dalam pembuka surah dalam bentuk yang berbeda-beda. Hal ini
merupakan salah satu ciri kebesaran Allah dan kemahatahuan-Nya, sehingga kita
ini dapat dibuktikan dengan perkembangan ilmu tafsir yang kita lihat hingga
sekarang ini.18
Dari pengertian di atas maka dapat dipahami dari segi makna fawa>tih} as-
Bila kita buka lembaran-lembaran kitab suci al-Qur’an dan kita perhatikan
masing surah. Selain dimulai dengan ayat yang amat memikat perhatian, tidak
kurang pula jumlahnya ayat-ayat yang dimulai dengan cara lain. Ada dengan
panggilan atau seruan kepada orang-orang beriman atau manusia banyak, yakni “ حَي
17
Issa J. Boullata, Al-Qur’an yang Menakjubkan (Tangerang: Lentera Hati, 2008) h. 290-291.
18
Abu Anwar, Ulumul Qur’an Sebuah Pengantar (Cet III; Jakarta: Amzah, 2009), h. 89.
82
”اهيا اذليــــن امنــــواdan “ ”َياهيا الناسada dengan pernyataan sumpah Allah yang ditandai
dengan huruf ( وwau) = demi masa, wal fajri (demi waktu fajar), wasy syamsi (demi
Dua puluh sembilan buah di antara surah-surah itu dimulai dengan huruf
potong yang digandeng menjadi satu, dua, tiga, empat, dan lima. Ini lebih menarik
perhatian lagi, karena tidak pernah seperti ini dikenal bangsa Arab sebelumnya. Cara
ini menunjukkan betapa orisinilnya al-Qur’an itu diterima Rasulullah dari Allah Swt,
tanpa ada sedikit pun keraguan bahwa al-Qur’an itu memang betul-betul berasal dari
Kitab suci al-Qur’an memuat 114 surah panjang dan pendek, yang turun
dalam periode Mekah dan Medinah. Apabila diringkaskan, maka 114 surah itu
Ibn Kas\i@r dalam kitabnya memaparkan beberapa contoh terkait fawa>tih} al-
Suwar:
ص حو حك حذ ِ حل امل وطه ويس ومح ِف قول الكوفيني ومح ِ ْ وقد تكون اللكمة الواحدة آيحة ِمث ُْل حوالْ حف ْج ِر حوالضُّ ححى حوالْ حع
21
ُّ عسق ِع ْندح ُ ْه ح َِك حمتح ِان حوغ ح ْ ُري ُ ْه حَل ي حُس ِّمي حه ِذ ِه آَيت بل يقول هذه فح حوا ِت ُح
الس حو ِر
Akan tetapi dapat digolongkan ke dalam 10 macam bentuk pembukaan surah:
19
Mardan, Al-Qur’an; Sebuah Pengantar (Cet I; Jakarta: Mazhab Ciputat, 2010), h. 78.
20
Mardan, Al-Qur’an; Sebuah Pengantar, h. 79.
21
Ibn Kas\i@r, Tafsi@r Ibn Kas\i@r, juz. I (Beirut: Da>r al-Kita>b al-‘Ilmiyyah, 1419 H), h. 17.
Macam-macam Jumlah
No Contoh Surah Keterangan 83
Pembukaan Surah
lafal “taba>raka”
”امنوا
2. Yang dengan 3 surah 1. Al-Ah}za>b 3. Al-Tah}ri>m
seruan 2. At}-T{a>riq
“”َياِبا النيب
3. Yang dengan 2 surah 1. An-Nisa>’ 2. Al-H{ajj
seruan
“”َياهيا الناس
4. Yang dengan 1 surah 1.Al-
seruan Muddas\s\ir
“”َياهيا املدثـر
84
seruan Muzzammil
“”َياهيا املــزمل
3. Surah yang 23 surah 1. Al-Anfa>l 13. Az-Zumar Ada yang
6. An-Nu>r Rah}ma>n
7. Al-Ma’a>rij 18.al-
8. Nu>h} Muja>dilah
22. At-
Taka>s\ur
23. Al-Kaus\ar
8. At}-T{a>riq
(idza) 3. At-Takwi>r
4. Al-Infit}a>r
( قلqul)
7. Surah yang 6 buah 1. Al-Insa>n 4. Al-Insyirah
pertanyaan
kutukan
dimulai dengan
kata “karena”
1. Dengan huruf
potong satu:
2. Dengan huruf
potong dua:
2. Fus}s}ilat 6. Asy-Syu>ra>
3. Az-Zukhruf 7. Al-Ah}qa>f
4. Ad-Dukha>n
3. Dengan huruf
potong tiga:
3. Al-Ankabu>t 6. As-Sajadah
2. Hu>d 5. Al-H{ijr
3. Yu>suf
4. Dengan huruf
87
potong empat:
s}a>d
ra>
5. Dengan huruf
potong lima:
s}a>d
menentukan. Tidak hanya terhadap cara baca, namun yang paling utama adalah pada
atau ( سكرmabuk). Demikian pula berlaku pada beberapa huruf lain, adanya titik
pada salah satu huruf mengandung pengertian berbeda dengan huruf lain yang tidak
memiliki titik.
88
Diantaranya adalah unsur api, udara, air, dan tanah, dengan rincian sebagai berikut:
beberapa huruf muqat}a’ah yang terdapat di awal beberapa surah dalam al-Qur’an.
Contohnya adalah huruf alif, kaf, wawu, ya’, dan lam. Huruf mas\a>ni ialah dua huruf
yang memiliki kemiripan, seperti huruf dal dengan z}al, fa’ dengan kaf, s}ad dengan
d}ad, sin dengan syin, ra’ dengan za’. Sedangkan huruf mas\a>lis adalah tiga huruf
dalam al-Qur’an yang juga memiliki kemiripan satu dengan lainnya, seperti ba’, ta’,
Jika dilihat dari cara pelafalan atau mengucapkannya, huruf-hurf dalam al-
Qur’an terbagi kedalam malfu>z}i, masru>si, dan malbu>bi. Malfu>z}i adalah huruf yang
dalam pelafalan atau pengucapannya tidak sama antara huruf pertama dan huruf
terakhir, misalnya alif dan jim. Masru>ri ialah huruf yang dalam pengucapannya sama
antara huruf pertama dan huruf terakhir, misalnya mim, nun, dan wawu. Malbu>bi
adalah huruf yang pengucapannya terdiri atas dua huruf, misalnya ba’, ta’; huruf ini
juga disebut huruf ‘illiyah.
Huruf-huruf hijaiyah juga memiliki keunikan tersendiri jika dilihat dari cara
penulisannya. Ada huruf disebut mufashalah dan ada huruf yang disebut muwas}alah.
Huruf mufas}alah adalah huruf yang hanya bisa disambung dengan huruf sebelumnya.
Huruf sebelumnya titik huruf-huruf yang termasuk ke dalam huruf mufas}alah ini
antara lain alif, wawu, z}al, ra’, za’, dan dal. Sementara itu, huruf-huruf muwas}alah
ialah huruf yang bisa disambung dengan huruf sebelum dan sesudahnya. Hal ini
meliputi huruf-huruf selain huruf mufas}alah.
tersebut. Disebutkan bahwa diantara huruf Hijaiyah itu ada huruf yang bersifat
cahaya atau menerangi da nada huruf yang bersifat kegelapan atau menutupi. Nah,
huruf-huruf cahaya itu menurut versi Syi’ah adalah huruf-huruf muqat}a’ah, yang
berjumlah 14 huruf (s}ad, ra’, alif, t}a’, lam, ya’, h}a’, qaf, nun, mim, sin, kaf, ha’) dan
Keunikan lain yang dimiliki oleh huruf-huruf Hijaiyah adalah dalam hal
ketampakan dan ketersembunyiannya saat menjadi kalimat. Dari sudut pandang ini,
ada huruf yang disebut huruf mudghamah (tersembunyi) da nada huruf yang disebut
muz}aharah (tampak). Adapun yang disebut dengan huruf mudghamah adalah huruf
yang bila diawali al maka berbunyi al-nya tidak tampak, misalnya al bersambung
dengan salah satu dari huruf ta’, s\a’, ra’, dal, s}ad, d}a’, za’, sin, syin, nun, z\al, lam,
z}a’, dan t}a’. Sementara itu, huruf muz}aharah adalah huruf yang bila diawali al maka
bunyi al-nya tampak. Misalnya, al bersambung dengan salah satu dari huruf mim,
ba’, jim, h}a’, kha’, ‘ain, ghain, fa’, qaf, kaf, wawu, alif, ya’, dan ha’.
Itulah beberapa penjelasan mengenai sifat dari huruf-huruf Hijaiyah yang
terdapat dalam al-Qur’an, dapat dikatakan bahwa tidak ditemukan orang Arab yang
mengenal ataupun menggunakan gaya bahasa seperti itu dalam permulaan ucapan
mereka. Begitu juga, kita tidak menemukan satu makna pun bagi huruf-huruf
satu pun hadis yang diriwayatkan oleh Rasulullah Saw. mengenai tafsir huruf-huruf
22
Salman Rusydie Anwar, 29 Sandi al-Qur’an; Mengurai Misteri di Balik Huruf-Huruf
Muqatha’ah, h. 20-24.
91
tersebut yang dapat dijadikan pegangan.23 Barangkali inilah yang menjadi pemicu
banyaknya pendapat para ulama dan perbedaan sudut pandang di antara mereka
Pandangan kelompok pertama yang diwakili oleh para ulama salaf, dalam
menyikapi huruf-huruf hijaiyah yang terletak pada awal surah sebagai ayat-ayat
penafsiran terhadap huruf-huruf itu, dan berkeyakinan bahwa Allah Swt. sendiri
yang mengetahui tafsirnya. Hal ini menjadi suatu kewajaran yang berlaku bagi
ulama salaf karena mereka dalam hal teologi pun menolak untuk terlibat dalam
23
Muhammad Baqir Hakim, Ulu>m al-Qur’a>n, terj. oleh Nashirul Haq, dengan judul Ulumul
Qur’an (Cet. III; Jakarta: Al-Huda, 2006), h. 652.
24
Taufik Adnan Amal, Rekonstruksi Sejarah Al-Qur’an (t.c; Yogyakarta: Forum Kajian
Budaya dan Agama, 2001), h. 217.
25
T.M. Hasbi al-Shiddieqy, llmu-ilmu Alqur’an: Media-Media Pokok dalam menafsirkan al-
Qur’an (Cet. II; Jakarta: PT. Bulan Bintang, 1998), h. 127.
92
pembahasan tentang hal-hal yang menurut mereka tidak dapat dilampaui oleh akal
manusia.26
Al-Sya’bi (w.104 atau 105 H.) sebagaimana yang dikutip oleh Hasbi al-
Shiddieqy menegaskan bahwa; “Huruf awalan itu adalah rahasia al-Qur’an”.27 Dasar
argumentasinya adalah karena hal tersebut dipertegas oleh perkataan Abu> Bakar al-
S{iddiq, bahwa:
Demikian pula ahli-ahli hadis menukilkan dari Ibnu Mas’u>d (w. 32 H./6523
س حم ْح ُج ْو ٌب ِا ْس حت ْأ ِث ُر ُه للاُ ِب ِه
ُّ ِ اإن حه ِذ حه الْ ُح ُر ْوف ِع ْ َُل حم ْس ُت ْور حو
26
H. A. Mukti Ali, Memahami Beberapa Aspek Ajaran Islam (t.c; Yogyakarta: Mizan, 1993),
h. 27.
27
T.M. Hasbi al-Shiddieqy, llmu-ilmu Alqur’an: Media-Media Pokok dalam menafsirkan al-
Qur’an, h. 127.
28
T.M. Hasbi al-Shiddieqy, llmu-ilmu Alqur’an: Media-Media Pokok dalam menafsirkan al-
Qur’an, h. 127.
29
T.M. Hasbi al-Shiddieqy, llmu-ilmu Alqur’an: Media-Media Pokok dalam menafsirkan al-
Qur’an, h. 128.
93
Artinya:
“Sesungguhnya huruf-huruf ini, adalah ilmu yang tersembunyi dan rahasia yang
terdinding, yang hanya Allah sendiri yang mengetahuinya.” 30
suwar itu unjuk sebagai singkatan untuk kata-kata atau kalimat tertentu,
mengajukan penafsiran yang bervariasi tentang kepanjangan huruf-huruf tersebut.
berpendapat tentang امل, Alif menunjuk kepada ana, lam menunjuk kepada Allah dan
mim menunjuk kepada A’lam, sehingga maknanya أحعْ ح َُل ُ) أح حَّن للاAku adalah Allah lebih
mengetahui), adapun املصadalah dari ( أح حَّن للاُ ُاف ح اص ُلAku adalah Allah akan
menjelaskan segala sesuatu), dan tentang الرbermakna ( أح حَّن للاُ أح حر ْىAku adalah Allah,
Aku melihat).31
Diriwayatkan pula dari Ibnu Abbas, bahwa tentang كهيعصia berkata: الاكف
dari ( كرميYang Maha Mulia), الهاءdari ( هادMemberi Petunjuk), الياءdari ( حكميYang
Maha Bijaksana), العنيdari ( علميYang Maha Mengetahui) dan الصاد
لdari ( صادقYang
Maha Benar).32 Diriwayatkan pula daripadanya bahwa ia berkata: الر، مح، نadalah
30
T. M. Hasbi al-Shiddieqy, llmu-ilmu Alqur’an: Media-Media Pokok dalam menafsirkan al-
Qur’an, h. 128.
31
T. M. Hasbi al-Shiddieqy, llmu-ilmu Alqur’an: Media-Media Pokok dalam menafsirkan al-
Qur’an, h. 131. Lihat pula: Ahmad Syadali dan Ahmad Rofi’i, Ulumul Qur’an (Cet. I; Bandung: CV.
Pustaka Setia, 1997), h 189. Baca pula: T. M. Hasbi al-Shiddieqy, Sejarah Pengantar Ilmu al-
Qur’an/Tafsir (Cet. IX, Jakarta: PT. Bulan Bintang, 1986), h. 59-60.
32
T. M. Hasbi al-Shiddieqy, Sejarah Pengantar Ilmu al-Qur’an/Tafsir, h. 60.
33
Ahmad Syadali dan Ahmad Rofi’I, Ulumul Qur’an, h. 189-190.
94
Shiddieqy, bahwa sebahagian dari huruf-huruf tersebut adalah nama Allah, seperti:
ق, طسم,34 املص. Demikian pula dari Sali>m Abd Ibn Abdillah, ia berkata: امل، محdan ن
dan seumpamanya adalah nama Allah Swt yang dipisah-pisah.35
kata atau kalimat tertentu. Tetapi sehubungan dengan makna huruf-huruf tersebut,
kelompok ini juga mengajukan kemungkinan-kemungkinan penafsiran yang
bervariasi.
merujuk kepada nama-nama nabi, nama-nama bagi al-Qur’an, dan mana-nama bagi
surah yang memuatnya, seperti املadalah nama bagi surah al-Baqarah, كهيعصadalah
nama bagi surah Maryam, نadalah nama surah al-Qalam, dan seterusnya. Pendapat
ini dipilih oleh kebanyakan ulama kalam, dan sekelompok ulama bahasa, dan
dibenarkan oleh Syekh T{u>si serta dikuatkan oleh al-T{abari> (224-310 H.).36
34
T. M. Hasbi al-Shiddieqy, Sejarah dan Pengantar Ilmu al-Qur’an, h. 60.
35
Ahmad Syadali dan Ahmad Rofi’I, Ulumul Qur’an, h. 190. Baca pula: Ibra>him al-Abya>ri>,
Ta>ri>kh al-Qur’a>n, terj. oleh Hj. St. Amanah dengan judul Sejarah Al-Qur’an (Cet. I, Semarang: Dina
Utama, 1993), h. 136-137.
36
Muh}ammad Baqir H{aki>m, Ulu>m al-Qur’a>n, terj. Nashirul Haq, et. al. dengan judul Ulumul
Qur’an, h. 655.
95
ini menunjukkan usia umat Nabi Muhammad Saw.37 Pendapat ini selanjutnya
dikomentari oleh Muhammad Rasyid Ridha (1865-1935 M.) dalam tafsir al-
Mana>rnya sebagaimana yang dikutip oleh Baqir H{akim bahwa: “Pendapat yang
paling lemah mengenai huruf-huruf ini dan yang paling tidak masuk akal adalah
bahwa jumlah hitungan angkanya mengisyaratkan umur ini atau yang serupa dengan
ِصاط عَل حق منسكه (Jalan yang ditempuh Ali adalah kebenaran yang kita
mereka bahwa Ali> sebagai imam mereka. Karena itu pula, sebagian ulama Sunni
37
Taufik Adnan Amal, Rekonstruksi Sejarah Al-Qur’an, h. 219.
38
Muh}ammad Baqir H{aki>m, Ulu>m al-Qur’a>n, terj. oleh Nashirul Haq, dengan judul Ulumul
Qur’an, h. 661.
39
Ahmad Syadali dan Ahmad Rofi’I, Ulumul Qur’an, h. 192.
40
Ahmad Syadali dan Ahmad Rofi’I, Ulumul Qur’an, h. 192-193.
41
T. M. Hasbi al-Shiddieqy, llmu-ilmu Alqur’an: Media-Media Pokok dalam menafsirkan al-
Qur’an, h. 134.
96
lebih menaruh perhatian kepada Risalah Allah Swt yang disampaikan Rasulullah
Saw. Sebagaimana yang diungkapkan Rasyid Ridha.42 Pendapat ini pula yang
H.).43
suwar ini adalah huruf-huruf atau simbol-simbol misterius yang makna hakikinya
hanya diketahui oleh Allah Swt.44 Jadi, al-Suyu>t}i pada prinsipnya mengikuti sudut
pandang kelompok pertama; dan pendapat semacam ini masih tetap dipegang teguh
fawa>tih} as-suwar ini merupakan isyarat bahwa kitab suci al-Qur’an ini menggunakan
bahasa yang sama dengan bahasa yang digunakan orang-orang Arab, namun
demikian mereka tidak mampu membuat sesuatu yang serupa. 45 Fawati>h} al-Suwar
ini juga menggugah perhatian orang yang mendengarnya, disamping sebagai salah
satu bukti kemukjizatan al-Qur’an.46 Sehubungan dengan hal ini, Yusuf al-Qardha>wi
42
Taufik Adnan Amal. Rekonstruksi Sejarah Al-Qur’an, h. 219., Lihat pula: Abu> Anwar,
Ulumul Qur’an Sebuah Pengantar, h. 95.
43
T.M. Hasbi al-Shiddieqy, llmu-ilmu Alqur’an: Media-Media Pokok dalam menafsirkan al-
Qur’an, h. 134-135.
44
Taufik Adnan Amal, Rekonstruksi Sejarah Al-Qur’an, h. 219.
45
M. Quraish Shihab, Tafsir al-Misbah: Pesan, Kesan dan Keserasian al-Qur’an, Vol. 12
(Cet.VII, Jakarta: Lentera hati, 2007), h. 282.
46
M. Quraish Shihab, Tafsir al-Misbah: Pesan, Kesan dan Keserasian al-Qur’an, Vol. 12, h.
374.
97
sebagaimana dikutip oleh M.Quraish Shihab dalam tafsirnya atas surah al-Ra’d
menyampaikan kepadanya bahwa sementara pakar dari Barat dalam bidang musik
antara mereka menemukan sesuatu yang janggal pada beberapa surah yang dimulai
dengan huruf fonetis itu, tetapi kemudian mengetahui bahwa kejanggalan itu lahir
dari cara membacanya yang keliru. Dia tidak membacanya secara terputus-putus
terhadap oang-orang sakit, baik muslim maupun non muslim, baik yang mengerti
bahasa Arab maupun tidak.47 Dari fenomena ini terlihat bagaimana al-Qur’an
mendengarnya.
huruf terbanyak adalah alif, kemudian lam dan mim. Demikian juga pada surah-surah
yang lainnya, masing-masing sesuai dengan huruf-huruf yang disebut pada awalnya,
kecuali surah Ya>si>n. Kedua huruf yang dipilih pada surah tersebut adalah huruf
paling sedikit digunakan oleh kata-kata surah itu. Sebab huruf ya’ ( )يdalam
47
M. Quraish Shihab, Tafsir al-Misbah: Pesan, Kesan dan Keserasian al-Qur’an, Vol. 6, h.
547.
98
susunan alfabet Arab berada sesudah huruf sin ( )سsehingga kedua huruf itu
mengisyaratkan huruf yang terbanyak, tetapi yang paling sedikit. 48 Tentunya perlu
memaknai dan mencermati ke-29 surah yang diawali dengan fawa>tih} as-suwar ini
pada umumnya ayat-ayatnya adalah ayat-ayat Makkiyah yang turun sebelum Nabi
hijrah ke Madinah, hanya 2 surah yang turun di Madinah (QS al-Ba>qarah/2 dan QS
A<li-Imra>n/3), dimana kehidupan nabi bersentuhan langsung dengan kehidupan kaum
musyrikin atau kaum kafir Quraisy yang dalam sejarah menentang risalah yang
dibawa nabi dan sekaligus meragukan kebenarannya. Kedua, ke-29 surah ini pada
Ketiga, huruf-huruf hijaiyah yang mengawali ke-29 surah al-Qur’an ini adalah
ejaan hijaiyah, dan angka 29 surah merupakan jumlah huruf hijaiyah (jika
dimasukkan huruf hamzah), dan mewakili setiap jenis huruf. Keempat, Dari ke-29
surah tersebut itu pula didapati bahwa pada ayat-ayat awal setelah fawa>tih} as-suwar
ini pada umumnya merujuk kepada al-Kitab, al-Qur’an atau wahyu, hanya 3 surah
yang tidak memiliki rujukan semacam ini (QS Maryam/19, al-‘Ankabut/29, al-
Ru>m/30).
Dari beberapa indikasi tersebut maka penulis lebih condong kepada pendapat
bahwa fawa>tih} as-suwar ini dimaksudkan untuk menjadi salah satu bukti akan
48
M. Quraish Shihab, Tafsir al-Misbah: Pesan, Kesan dan Keserasian al-Qur’an, Vol. 1, h. 86.
99
diturunkan dengan memakai huruf-huruf dan bahasa yang mereka kenal bahkan
mereka pergunakan sehari-hari akan tetapi mereka tidak mampu bahkan tidak akan
Berbagai gagasan tafsir tersebut di atas, baik gagasan dasar yang diletakkan
para mufassir klasik maupun mufassir modern, meski sangat variatif, namun
gagasan-gagasan tersebut sama sekali tidak keluar dari konsepsi dasar bahwa huruf-
huruf tersebut merupakan bagian dari al-Qur’an yang diterima Rasulullah Saw.
Namun tidak demikian halnya bagi para sarjana Barat yang mulai berupaya
sebagai sarjana Barat pertama yang mengajukan gagasan spekulatif mengenai huruf-
huruf tersebut. Sebagaimana yang dikutip oleh Taufik Adnan Amal, menurut
Thalhah Ibn Ubaydillah, محdan نdari Abd al-Rahma>n bin Auf, huruf tengah dari
kelompok كهيعصmerupakan singkatan dari kata Ibn, sedangkan dua huruf terakhir
adalah singkatan dari al-Ash; dan lain-lain.49 Gagasan ini selanjutnya didukung dan
dikembangkan oleh Hirschfeld,50 Gagasan Noeldeke ini tidak saja sangat spekulatif
49
Taufik Adnan Amal, Rekonstruksi Sejarah Al-Qur’an, h. 250-256.
50
Hirscfeld mengembangkan lebih jauh tentang inisial ini dengan menguraikan bahwa: ال
adalah kata sandang tertentu, مadalah inisial untuk Mughirah, صuntuk Hafshah, رuntuk Zubayr, ك
100
Terlepas dari pandangan Noeldeke dan para sarjana Barat lainnya, terdapat
konsepsi dasar bagi kaum muslimin meskipun mereka melakukan penafsiran yang
beragam terhadap fawa>tih} al-suwar ini, adalah mereka tidak berbeda bahwa huruf-
huruf tersebut merupakan bagian dari al-Qur’an, wahyu yang dibawa Rasulullah
ini kemudian berimplikasi pada perbedaan penghitungan tentang jumlah ayat dalam
al-Qur’an. Orang-orang Madinah menghitung 6214 ayat yang terdapat dalam al-
sejumlah 6263 ayat; orang-orang Bashrah sejumlah 6204 ayat; dan orang-orang Siria
(Syam) sejumlah 6225, ayat. Tetapi dalam mushaf Usmani edisi standar Mesir, yang
menjadi panutan sebagian besar dunia Islam dewasa ini, ayat al-Qur’an seluruhnya
dihitung 6236 ayat.51 Berbagai perbedaan dalam penghitungan ayat ini tentunya
penghitungannya.
istilah) yang bersifat tauqi>fi>, yang tidak ada qiyas di dalamnya. Karenanya, mereka
menganggap املsebagai sebuah ayat dalam al-Qur’an, demikian pula dengan املص.
Tetapi mereka tidak menganggap املرdan الرsebagai ayat. Mereka juga menganggap
محsebagai sebuah ayat tersendiri dalam surah, demikian juga طهdan يس, tetapi tidak
untuk Abu bakar al-Shiddiq, ــهuntuk Abu Hurairah, نuntuk Usman bin Affan, طuntuk Thalhah bin
Ubaidillah, سuntuk Sa’d bin Abi Waqqash, حuntuk Hudzaifah, عuntuk Umar bin Khattab atau Ali
bin Abi Thalib, atau Ibn Abbas atau Aisyah, dan قuntuk Qasim ibn Rabi’ah. Lihat: Taufik Adnan
Amal, Rekonstruksi Sejarah Al-Qur’an, h. 251.
51
Taufik Adnan Amal, Rekonstruksi Sejarah Al-Qur’an, h. 221.
101
menganggap طسsebagai ayat.52 Begitu pula apa yang dikemukakan oleh Masyfuk
Zuhdi, bahwa para ulama menghitung املصsatu ayat, tetapi mereka tidak
menghitung املرsatu ayat. Demikian juga mereka menghitung يسsatu ayat, tetapi
itu tauqi>fi> adalah hadits yang diriwayatkan oleh Imam Ahmad di dalam kitab
Musnadnya melalui jalan periwayatan ‘Ashim bin Abi> al-Nujud, dari Zir, dari Ibnu
mas’ud, ia berkata:
ِا ْق حر ْأ ِن حر ُس ْو ُل للا صَل للا عليه وسَل ُس ْو حر ٌة ِم ْن الث ح حل ِث ْ حني ِم ْن ال مح قحا حل ي ح ْع ِن اح ْ حۡل ْحقح ْاف حوقحا حل حَكن ح ْت
الس ْو حر ُة ِاذا حَكن ح ْت اح ْك ح ُث ِم ْن الثح حل ِث ْ حني احي ح ْة ُ ِّس حي ْت الثح حل ِث ْ حني
ُ
Artinya:
“Rasulullah saw. telah membacakan surat kepadaku dari ats-Tsala>tsi>n, dari alif
lam Ha Mim. Ia (Ibnu Mas’ud) berkata: yaitu surat al-Ahqaf. Dan berkata:
dahulu jika ada surat yang ayatnya lebih dari tiga puluh dinamakan ats-
Tsala>tsi>n…54
52
Jala>l al-Di>n al-Suyu>t}i, Al-Itqa>n fi> ‘Ulu>m al-Qur’a>n, terj. Tim Editor Indiva dengan judul,
Studi Al-Qur’an Komprehensif: Membahas al-Qur’an Secara Lengkap dan Mendalam, Jilid I (Cet. I,
Solo: Indiva, 2008), h. 275.
53
Masyfuk Zuhdi, Pengantar Ulumul Qur’an (t.c; Surabaya: Bina Ilmu, 1980), h. 138.
54
Jala>l al-Di>n al-Suyu>t}i, Al-Itqa>n fi> ‘Ulu>m al-Qur’a>n, terj. oleh Tim Editor Indiva dengan
judul, Studi Al-Qur’an Komprehensif: Membahas al-Qur’an Secara Lengkap dan Mendalam, Jilid I, h.
275.
102
Artinya:
“Nabi Saw pernah menyebutkan bahwa surat al-Fatihah itu tujuh ayat dan surat
al-Mulk itu tiga puluh ayat”.55
berdasarkan dua sifat yaitu tauqi>fi> dan qiyas atau ijtihad, karena ketentuan suatu
basmalah sebagai ayat atau bukan dan fawa>tih} as-suwar sebagai ayat-ayat terpisah
atau tersendiri, pada hakekatnya juga disebabkan oleh perbedaan dalam menentukan
apakah rima telah menandakan berakhirnya suatu ayat atau masih berlanjut, atau
dengan kata lain, perbedaan dalam penetapan ra’sul ayah (kepala ayat) dan fashilah.
Hal ini terjadi akibat adanya kenyataan bahwa rima di dalam al-Qur’an sebagian
gramatikal yang sama.57 Demikian pula tanda wakaf sebagai tempat berhenti, ada
55
Jala>l al-Di>n al-Suyu>t}i, Al-Itqa>n fi> ‘Ulu>m al-Qur’a>n, terj. Tim Editor Indiva dengan judul,
Studi Al-Qur’an Komprehensif: Membahas al-Qur’an Secara Lengkap dan Mendalam, Jilid I, h, 276.
56
Fasilah ialah istilah yang diberikan kepada lafaz yang mengakhiri ayat, mempunyai nilai
dan kesempurnaan makna dan pengaruh dalam susunan kalam. Lihat: Mashuri Sirojuddin Iqbal dan
A.Fudlali, Pengantar Ilmu Tafsir (tc., Bandung: Angkasa, t,th.), h. 58
57
Taufik Adnan Amal, Rekonstruksi Sejarah Al-Qur’an, h. 221.
58
Jala>l al-Di>n al-Suyu>t}i, Al-Itqa>n fi> ‘Ulu>m al-Qur’a>n, terj. oleh Farikh Marzuqi Ammar, et.
al. dengan judul, Samudera Ulumul Qur’an, Jilid I (tc., Surabaya: PT. Bina Ilmu Offset, t,th.), h. 333.
59
Taufik Adnan Amal, Rekonstruksi Sejarah Al-Qur’an, h. 221.
103
berisi 8 ayat panjang, tetapi secara keseluruhan itulah gambaran umum ayat-ayat al-
Qur’an.
menulis al-Qur’an terdiri atas 28 huruf, dan ada yang mengatakan 30 huruf. Ke-28
huruf ini kemudian terangkai menjadi kalimat-kalimat penuh arti dan makna, serta
Keunikan huruf hijaiyah ini salah satunya terlihat keberadaan beberapa huruf
yang mengalami perubahan ketika berada di awal, di tengah, atau di akhir kalimat.
Selain itu, ada beberapa huruf yang justru tidak bisa berubah meskipun ditempatkan
di mana saja, dan sebagian huruf lainnya hanya bisa berubah di tempat-tempat
tertentu.
kalangan orang-orang Islam. Konon, kalangan orang Arab selalu beranggapan bahwa
al-Qur’an sebagai kitab memiliki nilai keunikan yang sangat indah. Bahkan, para
penyembah berhala di kota Makkah merasa haru melihat susunan liriknya, sampai-
60
Lihat M. M al Azami, The History of The Qur’anic Text (Jakarta: GIP, 2005), h. 52-53.,
Baca juga: Salman Rusydie Anwar, 29 Sandi al-Qur’an; Mengurai Misteri di Balik Huruf-Huruf
Muqatha’ah, h. 28-29.
104
spekulasi dengan berbagai kelemahan yang ada. Walaupun demikian, kita patut
dalam al-Qur’an. Penulis lebih cenderung kepada riwayat yang dikemukakan oleh
para ahli hadis yang menukilkan riwayat dari Ibnu Mas’u>d dan Khulafa>’ al-Rasyidi>n
Al-Qur’an adalah sebagai petunjuk bagi umat manusia, oleh karena itu
terkecuali pada fawa>tih} as-suwar. Kalaupun ada ayat-ayat yang tidak mampu
dimaknai secara pasti oleh ulama, itu bukan berarti sama sekali tidak memberi
Akal merupakan anggota badan yang mulia dan mampu meyakini keberadaan
akal bagi manusia, karena dengan begitu mereka pasti sadar akan ketidakmampuan
suwar.
Arab, sedangkan bangsa Arab tidak dapat menandingi al-Qur’an yang diturunkan
3. Mendorong umat untuk giat belajar, tekun menalar, dan rajin meneliti dalam
suwar.
4. Sebagai salah satu metode dakwah, yaitu merupakan sanggahan dengan cara
yang baik terhadap Ahli Kitab atau untuk menarik perhatian kaum Musyrikin.
Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa:
2. Pandangan ulama terhadap fawa>tih} as-suwar secara garis besar dapat dilihat dari
a. Ulama salaf dan para mufassir pada umumnya menganggap fawa>tih} as-suwar
diketahui oleh Allah Swt dan menjadi bukti kebenaran dan kemukjizatan al-
Qur’an,
b. Pandangan yang memaknakan fawa>tih} as-suwar sebagai singkatan dari kata-
kata atau kalimat tertentu, seperti Ibnu Abbas yang menafsirkan sebagai
kalimat tertentu, namun dengan penafsiran yang beragam, seperti untuk nama
konsensus dasar bahwa fawa>tih} as-suwar adalah bagian dari al-Qur’an, wahyu
106
3. Kitab suci al-Qur’an memuat 114 Surah Panjang dan pendek, yang turun dalam
periode Makkah dan Madinah. Apabila diringkaskan, maka 114 surah itu
Masing-masing dimulai dengan bunyi ayat yang berbeda satu sama lain.
halaman 7).
c. Mendorong umat untuk giat belajar, tekun menalar, dan rajin meneliti dalam
suwar.
d. Sebagai salah satu metode dakwah, yaitu merupakan sanggahan dengan cara
yang baik terhadap Ahli Kitab atau untuk menarik perhatian kaum Musyrikin.
107
DAFTAR PUSTAKA
-------------------, Al-Itqa>n fi> ‘Ulu>m al-Qur’a>n. diterjemahkan oleh Tim Editor Indiva
dengan judul, Studi Al-Qur’an Komprehensif: Membahas al-Qur’an Secara
Lengkap dan Mendalam. Cet. I, Solo: Indiva, 2008.
------------------, Al-Itqa>n fi> ‘Ulu>m al-Qur’a>n. tc., Beirut: Darul fikr, juz II, t.th.
-------------------, Sejarah dan Pengantar Ilmu al-Qur’an/Tafsir. Cet. IX, Jakarta: PT.
Bulan Bintang, 1986.
------------------, Tafsir al-Misbah: Pesan, Kesan dan Keserasian al-Qur’an. Cet. VII,
Jakarta: Lentera hati, 2007.
al-Abyari, Ibrahim. Tarikh al-Qur’an. terj. Hj. St. Amanah dengan judul Sejarah Al-
Qur’an. Cet. I, Semarang: Dina Utama, 1993.
Ali, H.A. Mukti. Memahami Beberapa Aspek Ajaran Islam. t.c; Yogyakarta: Mizan,
1993.
Al-Qur’a>n al-Kari>m.
al-Shiddieqy, T. M. Hasbi. lmu-ilmu Alqur’an: Media-Media Pokok dalam
menafsirkan al-Qur’an. Cet. II; Jakarta: PT. Bulan Bintang, 1998.
al-Suyu>t}i, Jala>l al-Di>n. Al-Itqa>n fi> ‘Ulu>m al-Qur‘a>n. diterjemahkan oleh Farikh
Marzuki Ammar, et.al. dengan judul, Samudera Ulumul Qur’an. t.c;
Surabaya: PT. Bina Ilmu Offset, t.th.
Amal, Taufik Adnan. Rekonstruksi Sejarah al-Qur’an. t.c; Yogyakarta: Forum
Kajian Budaya dan Agama, 2001.
Anwar, Abu. Ulumul Qur’an: Sebuah Pengantar. Cet. III; Jakarta: Amzah, 2009.
Anwar, Rosihan. Samudera Al-Quran. Cet. I; Bandung: Pustaka Setia: 2001
Kementerian Agama RI. Al-Qur’an dan terjemahnya. Cet. X; Bandung: CV,
Diponegoro, 2004.
Anwar, Salman Rusydie. 29 Sandi al-Qur’an; Mengurai Misteri di Balik Huruf-
Huruf Muqatha’ah. Cet. I; Jogjakarta: Najah, 2012.
Boullata, Issa J. Al-Qur’an yang Menakjubkan. Tangerang: Lentera Hati, 2008.
Dewan Redaksi Ensiklopedia Islam. Ensiklopedia Islam. Cet. IV; Jakarta: PT. Ichtiar
Baru Van Hoeve, 1997.
Hakim, Muhammad Baqir. Ulu>m al-Qur’a>n. diterjemahkan oleh Nashirul Haq,
dengan judul Ulumul Quran. Cet. III; Jakarta: Al-Huda, 2006.
Ibn Kas\i@r, Tafsi@r Ibn Kas\i@r, juz. I, Beirut: Da>r al-Kita>b al-‘Ilmiyyah, 1419 H.
Iqbal, Mashuri Sirojuddin, dan A. Fudlali. Pengantar Ilmu Tafsir. t.c; Bandung:
Angkasa, t.th.
Jalal, Abd. H. A. Ulumul Qur’an. Surabaya; Dunia Ilmu. 2000.
Katsir, Ibnu. Tafsir Ibnu Katsir. Juz III, Jeddah; Lil al-Taba’ah wa Nasyr wa al-
Tauzi, t.t.
108