Abstrak
Pembahasan pada artikel ini adalah tentang asbab an-nuzu >l . Bahwa > Al-Qur’ān adalah kalam
(perkataan) Allah Swt. yang diwahyukan kepada Nabi Muhammad SAW. Melalui Malaikat
Jibril dengan lafal dan maknanya. Al-Qur’ān sebagai kitab Allah menempati posisi sebagai
sumber pertama dan utama dari seluruh ajaran Islam serta berfungsi sebagai petunjuk atau
pedoman bagi umat manusia dalam mencapai kebahagiaan hidup di dunia dan di akhirat.
Tujuan dalam pembahasan ini adalahuntuk mendudukkan asba>b an-nuzu>l sebagai alat bantu
untuk memahami ayat atau pun rangkaian ayat dalam Al-Qur’ān. ‘Ilm Asbāb an-Nuzūl adalah
di antara metode yang amat penting dalam memahami Al-Qur’ān dan menafsirinya. Kajian ini
menggunakan pisau analisis kritik sejarah. Hasilnya adalah suatu fakta bahwa asba>b an-nuzu>l
berfungi dan berfaedah untuk membantu dalam memahami ayat dan menghilangkan
kesulitan, untuk mengetahui ayat ini diturunkan kepada siapa, sehingga tidak terjadi keraguan
yang akan mengakibatkan penuduhan terhadap orang yang tidak bersalah dan membebaskan
tuduhan terhadap orang yang bersalah, dan untuk memudahkan hafalan, pemahaman dan
pengukuhan wahyu dalam benak setiap orang yang mendengarnya, jika ia mengetahui sebab
turunnya.
Kata kunci: al-Qur’a>n, asba>b an-nuzu>l, penafsiran al-Qur’an
Pendahuluan
Al-Qur’an diturunkan untuk memberi petunjuk kepada manusia kearah
tujuan yang terang dan jalan yang lurus dengan menegakkan asas kehidupan
yang didasarkan pada keimanan kepada Allah dan risalah-Nya. Juga
memberitahukan hal yang telah lalu, kejadian-kejadian yang sekarang serta
berita-berita yang akan datang. Pembahasan mengenai asbab an-nuzul ini
sangat penting dalam pembahasan ulum al-Qur’an, karena pembahasan ini
merupakan kunci pokok dari landasan keimanan terhadap pembuktian bahwa
Alquran itu benar turunnya dari Allah SWT. Pembahasan ini juga merupakan
pembahasan awal dari Alquran guna melangkah kepada pembahasan-
pembahasan selanjutnya. Adapun susunan pembahasan dari artikel ini diawali
dengan pengertian asbab an-nuzul, kemudian perdebatan sekitar signifikansi
asbab an-nuzul, cara-cara mengetahui asbab an-nuzul dan terakhir hubungan
1
kontekstualitas dengan asbab an-nuzul. Tentu saja artikel ini diakhiri dengan
kesimpulan dari pemaparan yang telah dipaparkan. 1
1 Ali Ash-Shaabuuniy, Muhammad, Studi Ilmu Al-Quran (Bandung: Pustaka Setia, 1998), 45.
2 Ali Ash-Shaabuuniy, Muhammad, Studi Ilmu Al-Quran, 46.
3 Az-Zarqani, Manāhil al-‘Urfān fī ‘Ulūm Al-Qur`ān (al-Qāhirah: Dār alHadīs\, 2001), 95.
4 Subhi as-Salih, Membahas Ilmu-ilmu Al-Qur`an, terj. Tim Pustaka Firdaus ( Jakarta: Pustaka
2
memberinya konteks dalam memahami perintah-perintahnya. Sudah tentu
bahan-bahan ini hanya melingkupi peristiwa pada masa al-Qur’an masih turun
(ashr at-tanzil).6
Bentuk-bentuk peristiwa yang melatarbelakangi turunnya al-Qur’an itu
sangat beragam, diantaranya berupa konflik sosial, seperti ketegangan yang
terjadi diantara suku Aus dan suku khazraj ; kesalahan besar, seperti kasus
seorang sahabat yang mengimami shalat dalam keadaan mabuk; dan
pertanyaan-pertanyaan yang diajukan kepada nabi, baik berkaitan dengan
sesuatu yang telah lewat, sedang, atau yang akan rerjadi.
Persoalan mengenai apakah seluruh ayat al-Qur’an memiliki asbab an-
nuzul atau tidak, ternyata telah menjadi bahan kontroversi di antara para
ulama. Sebagian ulama berpendapat bahwa tidak semua ayat al-Qur’an
memiliki asbab an-nuzul. Oleh sebab itu, ada ayat al-Qur’an yang diturunkan
tanpa ada yang melatarbelakanginya (ibtida’), dan sebagian lainnya
berpendapat diturunkan dengan dilatarbelakangi oleh sesuatu peristiwa
(ghair ibtida’).
Pendapat tersebut hampir menjadi kesepakatan para ulama. Akan
tetapi sebagian berpendapat bahwa kesejarahan arabia pra-qur’an pada masa
turunnya al-Qur’an merupakan latar belakang makro al-Qur’an, sedangkan
riwayat-riwayat asbab an-nuzul merupakan latar belakang mikronya,
pendapat ini berarti mengaggap bahwa semua ayat al-Qur’an memiliki asbab
an-nuzul.7
6 Qattan, Manna’ Kholil, Mabahith Fi ‘Ulumi al-Qur’an, Studi Ilmu-Ilmu al-Qur’an, terj. Mudzakir
AS (Bogor: Litera Antar Nusa. Halim Jaya, 2007), 26.
7 Rosihon Anwar, Ulumul Quran (Bandung: Pustaka Setia, 2006), 65.
8 Muhammad Ali Ash-shaabuuniy, At-Tibyaan Fii Uluumil Qur’an, terj. Tim Aminuddin
3
Ayat-ayat yang terdapat pada surat di atas turun sebagai tanggapan
terhadap orang-orang musyrik makkah sebelum nabi hijrah, dan terhadap
kaum ahli kitab yang ditemui di madinah setelah hijrah.9
2. Ta’adud An-Nazil wa Al-Asbab Wahid
Satu sebab yang mekatarbelakangi turunnya beberapa ayat.
Contoh: Qs. ad-dukhan/44: 10,15 dan16, yang berbunyi:
ٍ فَٱرتَِقب ي وم ََتْتِى ٱل هسمآء بِ ُدخ
ٍ ِان ُّمب
﴾10﴿ي َ َُ َ َْ ْ ْ
Artinya: maka tunggulah hari ketika langit membawa kabut yang nyata.
ِ اش ُف ۟وا ٱلْع َذ
﴾15﴿اب قَلِ ًيًل ۚ إِنه ُك ْم َعآئِ ُدو َن ِ إِ هَّن َك
َ
Artinya: “sesungguhnya (kalau) kami akan melenyapkan siksaan itu
agak sedikit sesungguhnya kamu akan kembali (ingkar)”.
﴾16﴿ى إِ هَّن ُمنتَ ِق ُمو َن
ٓ ش ٱلْبَطْ َشةَ ٱلْ ُك ْ َْب ِ
ُ يَ ْوَم نَْبط
Artinya:“(ingatlah) hari (ketika) kami menghantam mereka dengan
hantaman yang keras. Sesungguhnya kami memberi balasan”.
Asbab an-nuzul dari ayat-ayat tersebut adalah; dalam suatu riwayat
dikemukakan, ketika kaum Quraisy durhaka kepada nabi SAW.. Beliau
berdo’a supaya mereka mendapatkan kelaparan umum seperti kelaparan
yang pernah terjadi pada zaman nabi yusuf. Alhasil mereka menderita
kekurangan, sampai-sampai merekapun makan tulang, sehingga turunlah
(QS. Ad-dukhan/44: 10). Kemudian mereka menghadap nabi SAW untuk
meminta bantuan. Maka rasulullah SAW berdo’a agar di turunkan hujan.
Akhirnya hujanpun turun, maka turunnlah ayat selanjutnya (QS. Ad-
dukhan/44: 15), namun setelah mereka memperoleh kemewahan
merekapun kembali kepada keadaan semula (sesat dan durhaka) maka
turunlah ayat ini (QS. Ad-dukhan/44: 16) dalam riwayat tersebut
dikemukakan bahwa siksaan itu akan turun di waktu perang badar. 10
9
Muhammad Ali Ash-shaabuuniy, At-Tibyaan Fii Uluumil Qur’an, 52.
10
Muhammad Ali Ash-shaabuuniy, At-Tibyaan Fii Uluumil Qur’an, 58.
4
Kemudian yang kedua apabila sebuah pernyataan itu menggunakan kata
“maka”, seperti :
…حدث هذا…فنزلت األية
Artinya: “Telah terjadi…maka turunlah ayat ini...
…سنل رسول هللا عن كذا …فنزلت األية
Artinya: Rasulullah pernah ditanya tentang… maka turunlah ayat...
Kedua bentuk tersebut merupakan pernyataan yang jelas tentang asbāb an-
nuzūl dan tidak mengandung pengertian yang lain.11
2. Bentuk kedua, yaitu redaksi yang kemungkinan menerangkan asbāb an-
nuzūl atau hanya sekedar menjelaskan kandungan hukum ayat ialah bila
perawi mengatakan:
…نزلت هذه االية ىف كذا
Artinya: “Ayat ini turun mengenai ini…
…أحسب هذه االية نزلت ىف كذا
Artinya: “Aku mengira ayat ini turun mengenai soal begini…
11
Manna Khalil al-Qattan, Studi Ilmu-ilmu Qur`an, 121.
12 Manna Khalil al-Qattan, Studi Ilmu-ilmu Qur`an, 122.
13 Ali Shadiqin, “Antrropologi al-Qur’an : Model Dialektika Wahyu dan Budaya”, (Yogyakarta:
5
Misalnya digambarkan dalam keadaan masyarakat arab saat itu yang
berprinsip bahwa Tuhan itu adalah berhala-berhala besar, sehingga
masyarakat saat itu menyembahnya selain menyembah Allah Swt, maka tidak
lain dari suatu peristiwa tersebut turunlah ayat-ayat alQur‟an tentang Akidah,
sehingga dapat dilihat bahwa memang turunya sebuah ayat al-Qur‟an tidak
lain tanpa adanya Asbab an-Nuzul.14
Pentingnya untuk mempelajari dan memahami Asbab an-Nuzul,
dikemukakan oleh Az-Zarqani dalam beberapa point nya, yakni sebagai
berikut :
1. Untuk menjawab segala keraguan dala ketidakpastian dalam
memahami sebuah ayat-ayat al-Qur‟an.
2. Menunjukkan pelaku yang pasti bagaimana sebuah ayat al-Qur‟an itu
diturunkan.
3. Menjelaskan sebuah hukum yang khusus yang ada di dlaam alQur‟an.
4. Meyakinkan kepada mausia bahwa al-Qur‟an adalah benar kalam
ciptaan Allah, bukanlah sebuah buatan manusia yang ada.
5. Memantapkan manusia untuk meyakini wahyu Allah dan juga
mempermudah untuk mendengar dan juga menghafal serta memahami
ayat-ayat al-Qur‟an.
6. Manusia akan memahami rahasia-rahasia Allah ada di dalam alQur‟an.
7. Menunjukkan bahwa Allah lah yang memberi pengertian khusus
kepada Rasulullah untuk menjalankan sebuah tujuan Rasulullah.
8. Manusia akan mengetahui bagaimana ayat tersebut tersirat dalam ayat
khusu ataupun umum, sehingga dapat mengetahui sebelum
direalisasikan.
9. Dapat mengetahui suatu hukum syariat dengan jelas.15
Setelah mengetahui pentingnya memahami Asbab an-Nuzul, berikut
ada banyak manfaat juga untuk mempelajari dan memahami Asbab an-Nuzul,
diantaranya adalah :
1. Seseorang akan mengetahui suatu peristiwa yang menjadikan suatu
hukum, dan itu juga bisa berlaku dikemudian hari apabila terjadi
sebuah peristiwa yang sama terjadinya dengan peristiwa sebelumnya.
2. Dalam menetapkan suatu hukum, akan mengetahui sebuah hikmah
yang ada, bahwa pemberlakuan hukum tersebut termasuk untuk
kemaslahatan umat dan merupakan rahmat dari Allah Swt.
3. Dengan adanya Asbab an-Nuzul akan menunjukkan sebuah lafadz ayat
yang mungkin bersifat umum dan itu akan menunjukkan dalildalil yang
menunjukkan kekhususannya, dan itu hanya berupa bentu bagaimana
sebabnya.
6
4. Turunnya sebuah ayat yang ada akan menunjukkan kepada siapa
tujuan ayat al-Qur‟an itu diturunkan dan bertujuan untuk apa, sehingga
tidak ada unsur penurunan ayat al-Qur‟an untuk diaplikan kepada
seseorang dalam peranan sebuah permusuhan ataupun perselisihan.
5. Menjelaskan sebab diturunkannya ayat al-Qur‟an dengan melihat
peristiwa-peristiwa yang terjadi, sehingga dapat menjelaskan satu hal
yang bermanfaat bagi orang lain untk menjawab tantangan
permasalahan yang ada.16
6. Dapat mengetahui hukum-hukum yang khusus walaupun lafadzlafadz
tersebut bersifat umum dan itu berkaitan dengan Asbab anNuzul.
7. Seseorang akan mendapatkan tameng untuk sesuatu yang rumit
(Isykal).
SIMPULAN
Sebagian besar Al-Qur’an pada mulanya diturunkan untuk tujuan-
tujuan yang bersifat umum sebagai petunjuk dan pedoman bagi manusia
dalam menjalani kehidupan di dunia ini. Namun, kehiupan para sahabat
bersama Rasulullah SAW telah menyaksikan banyak peristiwa sejarah, bahkan
kadang terjadi di antara mereka peristiwa khususyang memerlukan
penjelasan hukum Allah atau masih kabur bagi mereka. Kemudian mereka
bertanya kepada Rasulullah SAW untuk mengetahui hukum Islam mengenai
hal itu. Maka Al-Qur’an turun untuk peristiwa khusus tau atau untuk
pertanyaan yang muncul itu. Hal seperti inilah yang dinamakan dengan asbab
al nuzul.
Asbab an-nuzul merupakan bahan sejarah yang dapat di pakai untuk
memberikan keterangan terhadap turunnya ayat Al-Qur’an dan memberinya
konteks dalam memahami perintah-perintahnya. Sudah tentu bahan-bahan ini
hanya melingkupi peristiwa pada masa Al-Qur’an masih turun (ashr at-tanzil).
16Subhi As-Shalih, Menbahas Ilmu-Ilmu Al-Qur’an (Jakarta: Pustaka Firdaus, 1996), 157.
17A. Mudjab Mahali, Asbabun Nuzul: Studi Pendalaman Al-Qur’an, (Jakarta: PT. Raja Grafindo
Persada, 2002), 634-635.
7
Dari segi jumlah sebab dan ayat yang turun, asbab an-nuzul dapat kita bagi
kepada; Ta’addud Al-Asbab Wa Al-Nazil Wahid danTa’adud an-nazil wa al-
asbab wahid.Ungkapan-ungkapan atau redaksi yang di gunakan oleh para
sahabat untuk menunjukkan turunnya al-Qur’an tidak selamanya sama.
Redaksi itu secara garis besar dikelompokkan dalam dua kategori yaitu
Sarih (jelas) dan Muhtamilah (masih kemungkinan atau belum pasti). Asbab
an-nuzul mempunyai arti penting dalan menafsirkan al-Qur’an. Seseorang
tidak akan mencapai pengertian yang baik jika tidak memahami riwayat asbab
an-nuzul suatu ayat. Pemahaman asbab an-nuzul akan sangat membantu
dalam memahami konteks turunnya ayat. Ini sangat penting untuk
menerapkan ayat-ayat pada kasus dan kesempatan yang berbeda. Peluang
terjadinya kekeliruan akan semakin besar jika mengabaikan riwayat asbab an-
nuzul.
8
Daftar Pustaka
Qattan, Manna’ Kholil, Mabahith Fi ‘Ulumi al-Qur’an, Studi Ilmu-Ilmu al-Qur’an,
terj. Mudzakir AS, Bogor: Litera Antar Nusa. Halim Jaya, 2007.