PENDAHULUAN
Al-Qur’an diturunkan untuk member petunjuk kepada manusia kearah tujuan yang terang
dan jalan yang lurus dengan menegakkan asas kehidupan yang didasarkan pada keimanan
kepada Allah dan risalah-Nya. Juga memberitahukanhal yang telahlalu, kejadian-kejadian
yang sekarang serta berita-berita yang akan datang.
Sebagian besar Qur’an pada mulanya diturunkan untuk tujuan umum ini, tetapi kehidupan
para sahabat bersama Rasulullah telah menyaksikan banyak peristiwa sejarah, bahkan kadang
terjadi diantara mereka peristiwa khusus yang memerlukan penjelasan hukum Allah atau
masih kabur bagi mereka. Kemudian mereka bertanya kepada Rasulullah untuk mengetahui
hukum Islam mengenai hal itu. Maka Qur’an turun untuk peristiwa khusus tadi atau untuk
pertanyaan yang muncul itu. Hal itulah yang dinamakan Asbabun Nuzul.
1.3. Tujuan
a. Menurut Az-Zarqani:
“sesuatu yang turun satu ayat atau beberapa ayat yang berbicara tentangnya (sesuatu itu) atau
menjelaskan ketentuan-ketentuan hukum yang terjadi pada waktu terjadinya peristiwa
tersebut.”
“sesuatu yang turun Al-Qur’an berkenaan dengannya pada waktu terjadinya seperti suatu
peristiwa yang terjadi atau ada pertanyaan
Asbabun nuzul juga dapat dikatakan sebagai bahan sejarah yang digunakan untuk
memberikan keterangan terhadap turunnya ayat-ayat Al Quran. Safril dalam jurnal Syahadah
menjelaskan, ilmu ini memberikan pemahaman terhadap hubungan nash dan realitas.
Berdasarkan jumlah sebab dan ayat yang turun, asbabun nuzul dibagi menjadi 2 macam.
Sebagai berikut:
Artinya: "Katakanlah (Muhammad), "Dialah Allah, Yang Maha Esa. Allah tempat meminta
segala sesuatu.(Allah) tidak beranak dan tidak pula diperanakkan. Dan tidak ada sesuatu yang
setara dengan Dia."
Ta'adud an-nazil wa al-asbab wahid adalah satu sebab yang melatarbelakangi beberapa
ayat. Contohnya terdapat pada surat Ad-Dukhan ayat 10,15, dan 16. Allah SWT berfirman:
(١٠)
Artinya: "Maka tunggulah pada hari ketika langit membawa kabut yang tampak jelas," (QS.
Ad-Dukhan: 10).
(١٥)
Artinya: "Sungguh (kalau) Kami melenyapkan azab itu sedikit saja, tentu kamu akan kembali
(ingkar)." (QS. Ad-Dukhan: 15)
(١٦)
Artinya: "(Ingatlah) pada hari (ketika) Kami menghantam mereka dengan keras. Kami pasti
memberi balasan." (QS. Ad-Dukhan: 16).
Asbabun nuzul ketiga ayat tersebut terjadi pada saat kaum Quraisy durhaka kepada
Nabi Muhammad SAW. Beliau berdoa agar mereka (kaum Quraisy) mendapatkan kelaparan
sebagaimana pernah terjadi pada zaman Nabi Yusuf AS. Maka, Allah SWT menurunkan
penderitaan kepada kaum Quraisy sehingga turunlah QS. Ad-Dukhan ayat 10.
Kemudian, para kaum Quraisy menghadap Nabi SAW untuk meminta bantuan. Lalu,
Rasulullah SAW berdoa kepada Tuhan untuk diturunkan hujan. Allah SWT lalu menurunkan
hujan dan turunlah QS. Ad-Dukhan ayat 15.
Namun, setelah mereka mendapatkan nikmat dari Allah SWT, mereka kembali sesat
dan durhaka maka turunlah ayat ke-16. Dalam riwayat tersebut dijelaskan bahwa siksaan yang
dimaksud akan turun saat Perang Badar.
2.3. Hikmah Mengetahui Asbabun Nuzul
Salah satu cara untuk mengetahui asbabun nuzul dengan mengetahui secara
periwayatannya dan mendengar dari generasi yang menyaksikan langsung turunnya Al
Qur’an yang mengetahui asbabun nuzul dan dapat menjelaskan maksud-maksudnya.
Pedoman dasar para ‘Ulama’ dalam mengetahui asbabun nuzul ialah riwayat shahih yang
berasal dari Rasulullah Saw, atau dari sahabat. Maka sebab itu pemberitahuan dari seorang
sahabat mengenai hal seperti ini bila jelas , maka hal itu bukan sekedar pendapat (ra’y), tetapi
ia mempunyai hukum marfu’ (berdasarkan Rasulullah Saw. Atau menggunakan salahsatu cara
berikut :
a. Pertama dengan cara mikro, yaitu mengetahui sebab yang melatarbelakangi turunnya
ayat dalam redaksi Alquran. Namun sayangnya, hanya sedikit redaksi ayat Alquran
yang mempunyai asbabun nuzul.
b. Kedua, untuk mengetahui asbabun nuzul dengan cara makro, yakni melakukan
penelusuran sejarah dan riwayat turunnya sebuah wahyu atau ayat. Metode ini bisa
dilakukan dengan mengutip riwayat-riwayat yang valid.
(3) pengkaitan peristiwa yang mendahului turunnya ayat dengan turunnya ayat itu
sendiri.
Dari ketiga hal tersebut hanya poin 1 yang mungkin disaksikan dengan mata kepala.
Berbeda dengan poin 1, turunnya ayat merupakan peristiwa personal antara pemberi, dalam
hal ini Allah atau malaikat Jibril sebagai perantara, dan penerima wahyu, yaitu
Rasulullah Ṣalla Allah ‘Alaihy wa Sallam. Sebagai peristiwa personal, turunnya ayat tentunya
hanya diketahui dan dirasakan oleh Rasulullah Ṣalla Allah ‘Alaihy wa Sallam. Ada dua
kemungkinan sahabat dapat mengetahui peristiwa turunnya wahyu, yaitu melalui informasi
langsung dari Rasulullah Ṣalla Allah ‘Alaihy wa Sallam, atau melalui tanda-tanda pada
Rasulullah pada saat peristiwa itu terjadi. Riwayat al-Bukhari dari Ibnu Mas’ud berikut ini
menggambarkan bahwa turunnya ayat merupakan perkiraan sahabat:
Dari Ibnu Mas’ud Radliya Allah ‘Anhu Ia berkata: suatu saat aku bersama Nabi Ṣalla Allah
‘Alaihy wa Sallam di suatu ladang di Madinah dan ia saat itu bertumpu pada tongkat dari
pelepah kurma. Lewatlah sekelompok orang Yahudi. Sebagian dari mereka berkata, “tanyalah
kepadanya tentang ruh”. Sebagian lain berkata, “jangan kalian tanyakan kepadanya. Jangan
sampai ia memperdengarkan sesuatu yang tidak kamu sukai”. Lalu berdirilah mereka
menghadap Nabi Ṣalla Allah ‘Alaihy wa Sallam dan berkata, “Hai Abu Qasim (sebutan untuk
Nabi Ṣalla Allah ‘Alaihy wa Sallam), ceitakan kepada kami tentang ruh”. Nabi berdiri sesaat
sembari melihat. Lalu aku mengetahui bahwa ia sedang menerima wahyu. Akupun mundur
darinya hingga wahyu itu naik ke atas (selesai).
Yang artinya : “Dan mereka bertanya kepadamu (Muhammad) tentang ruh. Katakanlah,
"Ruh itu termasuk urusan Tuhanku, sedangkan kamu diberi pengetahuan hanya sedikit."
Riwayat al-Bukhari yang lain juga dari Ibnu Mas’ud menggunakan redaksi nفعلمت, ada pula
nُ فَ َع َر ْف. Baik فظننتmaupun فعلمتdapat
yang menggunakan redaksi فظننت menggantikan redaksi ت
diartikan, “lalu aku menduga”
Hal yang sama juga berlaku pada poin 3, yaitu pengkaitan suatu peristiwa dengan
turunnya suatu ayat. Sebab, pengkaitan adalah hal yang abstrak, dan karenanya tidak mungkin
disaksikan dengan mata kepala.
“menurut saya, jika riwayat Abu Rafi’ sahih, maka itu termasuk pengacauan term ‘membaca’
dengan ‘turun’. Bisa jadi Nabi Ṣalla Allah ‘Alaihy wa Sallam mebaca ayat tersebut (surat
Ṭaha ayat 131) untuk mengingat kembali, lalu Abu Rafi’ menyangkanya baru diturunkan saat
itu dan ia tidak pernah mendegar ayat tersebut sebelumnya, atau bisa juga Abu Rafi’
mengungkapkannya dengan kata ‘turun’ padahal yang dimaksud ‘membaca’. Hal semacam ini
banyak terjadi dalam riwayat-riwayat asbāb al-nuzūl, sebagaimana saya temukan bukan hanya
sekali.”
1.1. KESIMPULAN
Asbabun nuzul adalah sesuatu hal yang dikarenanya Qur’an diturunkan untuk
menerangkan status (hukum)nya, pada masa hal itu terjadi, baik berupa peristiwa maupun
pertanyaan. Ilmu asbabun nuzul yang sangat besar pengarunya dalam memahami makna ayat-
ayat Al-Qur’an yang mulia. Selain itu, dengan adanya asbabun nuzul dapat mempermudah
kaidah hukum yang belum jelas dalam Al-Qur’an sehingga mudah untuk dipahami.
1.2. SARAN
Dengan disusunnya makalah Ulumul Qur’an tentang Asbabun Nuzul ini, penulis
mengharapkan pembaca dapat mengetahui kajian Ulumul Qur’an, untuk mengetahui lebih
jauh, lebih banyak, dan lebih lengkap tentang pembahasan Asbabun Nuzul, pembaca dapat
membaca dan mempelajari buku-buku dari berbagai pengarang, karena penulisanya
membahas garis besarnya saja tentang ulumul quran dan hanya membahas lebih dalam
tentang asbabun nuzul.
Disini penulis menyadari bahwa dalam penulisan makalah ini masih jauh dari
sempurna, sehingga keritik dan saran yang membangun untuk penulisan makalah-makalah
selanjutnya sangat diharapkan.
.
DAFTAR PUSTAKA
http://makalahkampus15.blogspot.com/2017/10/makalah-studi-al-quran-asbabun-nuzul.html
https://www.republika.co.id/berita/dunia-islam/islam-digest/18/04/24/p7ojsl313-manfaat-
mempelajari-ilmu-asbabun-nuzul
https://news.detik.com/berita/d-5659091/asbabun-nuzul-pengertian-macam-dan-contohnya
https://www.republika.co.id/berita/dunia-islam/islam-digest/18/04/24/p7ojsl313-manfaat-
mempelajari-ilmu-asbabun-nuzul
https://staialanwar.ac.id/problematika-asbab-al-nuzul/