Anda di halaman 1dari 8

ASBABUN NUZUL AL-QUR’AN

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Al-Qur’an merupakan kitab suci terakhir yang Allah SWT mukjizatkan kepada Nabi Muhammad SAW. Al-
Quran ini terdiri atas 30 juz, 114 surat dan 6666 ayat. Menurut Al-Ja’bari Al-Quran itu di turunkan dalam
dua cara: Pertama, diturunkan sebagai permulaan tanpa didahului suatu peristiwa atau pertanyaan.
Kedua, diturunkannya seiring terjadinya suatu peristiwa atau munculnya sebuah pertanyaan (Asbabun
Nuzul). Bagaimanapun juga sangat penting mempelajari Asbabun Nuzul karena dengan mempelajari dan
memahaminya, kita akan lebih mudah memahami sekaligus menempatkan pemahamannya kepada
posisi yang benar serta lebih memperkuat iman dan taqwa kepada Allah SWT.

Al Wahidi berkata: “Tidak mungkin mengetahui penafsiran ayat Al-Quar’an tanpa mengetahui kisahnya
dan sebab turunnya”. Ibnu Daqiq al-‘Id mengatakan:” penjelasan Asbabun Nuzul merupakan jalan yang
kuat dalam memahami makna Al-Quran”.

Dalam tulisan singkat ini akan sedikit membahas tentang hal-hal yang berkaitan dengan asbab-an-nuzul,
mulai dari pengertian, macam-macam asbabun nuzul, fungsi pentingnya dari asbabunnuzul itu sendiri
serta kaidah yang terkandung dalam penetapan hukum yang terkait dalam asbabunnuzul. Namun,
kesempurnaan makalah ini kami sadari masih sangatlah jauh, sehingga mungkin bagi kita untuk terus
belajar dan mendalaminya di lain waktu.

B. Rumusan Masalah

1. Bagaimanakah Definisi dari Asbabun Nuzul itu ?

2. Apasajakah Macam-Macam Asbabun Nuzul itu ?

3. Bagaimanakah Cara Mengetahui Riwayat Asbabun Nuzul ?

4. Bagaimanakah Kaidah Yang Berlaku Atas Asbabun Nuzul ?

5. Bagaimanakah Peranan Asbab Al-Nuzul Dalam Memahami Dan Menafsirkan Ayat ?

C. Tujuan Penulisan

Tujuan dari pembahasan makalah ini adalah agar kita bisa lebih mengenal tentang silsilah asbabun nuzul
dan lebih memudahkan kita untuk mempelajari lebih jauh lagi sehingga dalam proses mempelajarinya
kita tidak menemukan kesulitan.

ASBABUN NUZUL AL-QUR’AN

A. Pengertian Asbabun Nuzul

Secara etimologi asbab al nuzul terdiri dari kata “asbab” (bentuk jamak dari kata “sababa”) yang artinya
sebab-sebab. (almunawwir:1997:602). Sedang kata “nuzul” berasal dari kata “nazala” yang berarti turun
(almunawwir:1997:1409). Asbab Al-Nuzul adalah sebab-sebab diturunkannya ayat Al-Qur’an.
Menurut istilah atau secara terminologi Asbabun Nuzul terdapat banyak pengertian, diantaranya :

a. Menurut Az-Zarqani

“Asbab an-Nuzul adalah hal khusus atau sesuatu yang terjadi serta hubungan dengan turunnya ayat al-
Qur’an yang berfungsi sebagai penjelas hukum pada saat peristiwa itu terjadi”.

b. Ash-Shabuni

)‫ فهذا هو مايسمى بـ (سبب النزول‬,‫ فتنزل اية اوايات كريمة في شأن تلك الواقعة او الحادثة‬,‫ اوتحدث حادثة‬,‫قد تحصل واقعة‬

“Asbab an-Nuzul adalah peristiwa atau kejadian yang menyebabkan turunnya satu atau beberapa ayat
mulia yang berhubungan dengan peristiwa dan kejadian tersebut, baik berupa pertanyaan yang diajukan
kepada Nabi atau kejadian yang berkaitan dengan urusan agama”.

c. Subhi Shalih

‫ما نزلت اآلية اواآيات بسببه متضمنة له او مجيبة عنه او مبينة لحكمه زمن وقوعه‬

“Asbabun Nuzul adalah sesuatu yang menjadi sebab turunnya satu atau beberapa ayat al-Qur’an yang
terkadang menyiratkan suatu peristiwa sebagai respon atasnya atau sebagai penjelas terhadap hukum-
hukum ketika peristiwa itu terjadi”.

d. Mana’ al-Qathan

‫مانزل قرآن بشأنه وقت وقوعه كحادثة او سؤال‬

“Asbab an-Nuzul adalah peristiwa yang menyebabkan turunnya al-Qur’an berkenaan dengannya waktu
peristiwa itu terjadi, baik berupa satu kejadian atau berupa pertanyaan yang diajukan kepada Nabi”.

Kendatipun redaksi pendefinisian di atas sedikit berbeda, dapat disimpulkan bahwa Asbab an-Nuzul
adalah kejadian/peristiwa yang melatarbelakangi turunnya ayat al-Qur’an dalam rangka menjawab,
menjelaskan dan menyelesaikan masalah-masalah yang timbul dari kejadian tersebut.

Mengutip pengertian dari Subhi al-Shaleh kita dapat mengetahui bahwa asbabun nuzul ada kalanya
berbentuk peristiwa atau juga berupa pertanyaan. Para Ulama berpendapat bahwa berkaitan dengan
latar belakang turunya atau sebab turunnya sesuatu ayat itu berdasarkan dua cara:

1. Bila terjadi suatu peristiwa, maka turunlah ayat Qur’an mengenai peristiwa itu.

Contoh: dalam hal ini sebagaimana diriwayatkan dari Ibn Abbas, yang mengatakan :

" Ketika turun, ayat : dan peringatkanlah kerabat-kerabatmu yang terdekat (QS Hijr 94), nabi pergi dan
naik ke bukit safa , lalu berseru : ` Wahai kaumku !". maka mereka berkumpul mendekat ke nabi. Ia
berkata lagi : ` bagaimana pendapatmu bila aku beritahukan kepadamu bahwa dibalik gunung itu ada
sepasukan berkuda yang hendak menyerangmu, percayakah kamu apa yang aku katakan ? Mereka
menjawab : : kami belum pernah melihat engkau berdusta.` Dan nabi melanjutkan: ‘aku
memperingatkanmu tentang siksa yang pedih,’ ketika itu Abu Lahab berkata : `celakalah engkau; apakah
engkau mengumpulkan kami hanya untuk urusan ini ?’Lalu ia berdiri. Maka turunlah surah ini :

)1( ‫…… َتَّبْت َيَدا َأِبي َلَهٍب َو َتَّب‬..


Artinya : " celakalah kedua tangan Abu lahab…..(Surat Al-Masad)

2. Bila Rasulullah ditanya tentang sesuatu hal, maka turunlah ayat Quran menerangkan tentang
hukumnya.

Contoh: hal ini seperti ketika Khaulah binti Sa’labah dikenakan Zihar oleh suaminya Aus bin Samit.lalu ia
datang kepada Rasulullah SAW mengadukan hal itu. Aisyah berkata: ‘Maha suci Allah yang
pendengarannya meliputi segalanya` aku mendengar ucapan Khaulah binti Sa’labah itu, sekalipun tidak
seluruhnya, ia mengadukan suaminya kepada Rasulullah SAW , katanya : Rasulullah SAW, suamiku telah
menghabiskan masa mudaku dan sudah beberapa kali aku mengandung karenanya, sekarang setelah
aku menjadi tua, dan tidak beranak lagi ia menjatuhkan zihar kpdku! Ya Allah sesungguhnya aku
mengadu kepada-Mu`.

Aisyah berkata : ` tiba-tiba jibril turun membawa ayat-ayat ini :

‫…َقْد َسِمَع ُهَّللا َقْو َل اَّلِتي ُتَج اِد ُلَك ِفي َز ْو ِج َها‬

Artinya : Sesungguhnya Allah telah mendengar perkataan perempuan yang mengadu kepadamu tentang
suaminya ( yakni aus bin samit).`(QS: Mujadalah 1-3)

B. Macam-macam Asbab an-Nuzul

1. Dilihat dari sudut pandang redaksi yang dipergunakan dalam riwayat asbab an-nuzul

a. Sarih (jelas)

Artinya riwayat yang memang sudah jelas menunjukkan asbabun nuzul dengan indikasi menggunakan
lafal (pendahuluan).

‫سبب نزول هذه اآلية هذا‬...

Sebab turun ayat ini adalah

‫ فنزلت اآلية‬...‫حدث هذا‬

Telah terjadi …… maka turunlah ayat

‫ فنزلت اآلية‬...‫سئل رسول هللا عن كذا‬

Rasulullah pernah kiranya tentang …… maka turunlah ayat.

b. Muhtamilah (masih kemungkinan atau belum pasti)

Riwayat belum dipastikan sebagai asbab an-Nuzul karena masih terdapat keraguan.

‫نزلت هذه اآلية فى كذا‬...

(ayat ini diturunkan berkenaan dengan)

‫احسب هذه اآلية نزلت فىكذا‬...

(saya kira ayat ini diturunkan berkenaan dengan ……)


‫ما احسب نزلت هذه اآلية اال فىكذا‬...

(saya kira ayat ini tidak diturunkan kecuali berkenaan dengan …)

2. Dilihat dari sudut pandang terbilangnya/jumlah sebab dan ayat yang turun, asbabun nuzul dapat
dibagi menjadi dua:

a. Beberapa sebab yang hanya melatarbelakangi turunnya satu ayat (ta’addud al-asbab wa al-nazil
wahid)

b. Satu sebab yang melatarbelakangi turunnya beberapa ayat (ta’addud al-nazil wa alsabab wahid )

C. Cara Mengetahui Riwayat Asbab an-Nuzul

Asbab an-nuzul adalah peristiwa yang terjadi pada zaman Rasulullah saw. Oleh karena itu, tidak boleh
tidak ada jalan lain untuk mengetahuinya selain berdasarkan periwayatan (pentransmisian) yang benar
(naql as-shalih) dari orang-orang yang melihat dan mendengar langsung turunnya ayat al-Qur’an.
Pedoman Mengetahui Asbabun Nuzul

Pedoman dasar para ulama dalam mengetahui asbabun nuzul ialah riwayat sahih yang berasal dari
Rasulullah SAW atau dari sahabat. Itu disebabkan pemberitahuan seorang sahabat mengenai hal seperti
ini, bila jelas, maka hal itu bukan sekedar pendapat ( ra’y ), tetapi ia mempunyai hukum marfu’
(disandarkan pada Rasulullah).

‫ال يحل القول فى اسباب نزول الكتاب اّال بالرواية والسماع ممن شاهدواالتنزيل ووقفوا على االسباب وبحثوا عن علمها‬

Al- Wahidi mengatakan : ` Tidak halal berpendapat mengenai asbabun nuzul kitab kecuali dengan
berdasarkan pada riwayat atau mendengar secara langsung dari orang-orang yang menyaksikan
turunnya, mengetahui sebab-sebabnya dan membahas tentang pengertiannya serta bersungguh-
sunggguh dalam mencarinya.` Inilah jalan yang ditempuh oleh ulama salaf. Mereka amat berhati-hati
untuk mengatakan sesuatu mengenai asbabun nuzul tanpa pengetahuan yang jelas.

Oleh karena itu, yang dapat dijadikan pegangan dalam asbabun nuzul adalah:

1) Riwayat-ucapan ucapan sahabat yang bentuknya seperti musnad, yang secara pasti menunjukkan
asababun nuzul.

2) As- Suyuti berpendapat : bahwa bila ucapan seorang tabi’in secara jelas menunjukkan asbabun
nuzul, maka ucapan itu dapat diterima. Dan mempunyai kedudukan mursal bila penyandaran kepada
tabi’in itu benar dan ia termasuk salah seorang imam tafsir yang mengambil ilmunya dari para sahabat,
seperti mujahid, Ikrimah dan Said bin Jubair, serta didukung oleh hadis mursal yang lain.

Sejalan dengan itu, al-Hakim menjelaskan dalam ilmu hadits bahwa apabila seorang sahabat yang
menyaksikan masa wahyu dan al-Qur’an diturunkan, meriwayatkan tentang suatu ayat al-Qur’an bahwa
ayat tersebut turun tentang suatu (kejadian). Ibnu al-Salah dan lainnya juga sejalan dengan pandangan
ini.

Berdasarkan keterangan di atas, maka sebab an-nuzul yang diriwayatkan dari seorang sahabat diterima
sekalipun tidak dikuatkan dan didukung riwayat lain. Adapun asbab an-nuzul dengan hadits mursal
(hadits yang gugur dari sanadnya seorang sahabat dan mata rantai periwayatnya hanya sampai kepada
seorang tabi’in). riwayat seperti ini tidak diterima kecuali sanadnya sahih dan dikuatkan hadits mursal
lainnya.

D. Kaidah Yang Berlaku Atas Asbabun Nuzul

Pada bagian ini ada pendapat yang mendasari tentang hubungan Asbab Al-Nuzul dengan penerapan
hukum yang terkandung dalam satu ayat Al-Qur’an kaidah tersebut adalah:

1. Kandungan ayat dengan Asbabun Nuzul tidak hanya dapat berlaku pada kasus yang menjadi
Asbabun Nuzul. Kaidah tersebut berbunyi:

‫العبره بعمو الفظ ال بخصوص السبب‬

Misalnya pada surat Al-Baqarah ayat 222

Artinya: Mereka bertanya kepadamu tentang haidh. Katakanlah: “haidh itu adalah suatu kotoran”. Oleh
sebab itu hendaklah kamu menjauhkan diri dari wanita di waktu haidh, dan janganlah kamu mendekati
mereka, sebelum mereka suci. Apabila mereka telah suci, maka campurilah mereka itu di tempat yang
diperintahkan Allah kepadamu. Sesungguhnya Allah menyukai orang-orang bertaubat dan menyukai
orang-orang yang mensucikan diri.

Sebab turunnya ayat diatas adalah khusus yaitu Hadits yang bersumber dari Anas tentang istri orang
Yahudi dalam keadaan haidh maka dikeluarkan dari rumah, suami dan keluarga tidak mau makan
dengannya dan tidak mau bergabung dengannya dalam satu rumah. Hal tersebut ditanyakan kepada
Rasul, maka turunlah ayat diatas. Rasul menjelaskan bahwa istri tersebut diperlakukan dengan baik, dan
tinggal dalam satu rumah yang dilarang adalah melakukan hubungan suami istri.

Dapat dilihat bahwa ayat di atas berlafazh umum tetapi sebabnya khusus. Pada kontek ini para ulama
sepakat penetapan hukumnya berdasarkan umumnya lafazh tidak dengan khususnya sebab sehingga
berlaku untuk semua orang.

2. Kandungan ayat dengan Asbabun Nuzul tertentu atau khusus hanya berlaku pada kasus yang
menjadi sebab turunya ayat itu, pendapat ini berdasarkan kaidah:

‫العبرة بخصوص السبب ال بعموم اللفظ‬

Misalnya dalam surat Al-Lail ayat 17-21

Artinya: Dan kelak akan dijauhkan orang yang paling Takwa dari neraka itu. Yang menafkahkan hartanya
(di jalan Allah) untuk membersihkannya. Padahal tidak ada seseorangpun memberikan suatu nikmat
kepadanya yang harus dibalasnya. Tetapi (dia memberikan itu semata-mata) karena mencari keridhaan
Tuhannya yang Maha tinggi. Dan kelak Dia benar-benar mendapat kepuasan. (QS. Al-Lail: 17-21)
Tujuh hamba sahaya sebelum dibebaskan mereka disiksa dalam menegakkan ajaran Islam. Riwayah yang
ada bersumber dari Urmah menyatakan: Bahwa Abu Bakar Shidiq telah memerdekan mereka, dalam hal
ini turunlah ayat diatas (dan akan dijauhkan dari mereka orang yang paling bertakwa sampai akhir
surat). Menurut Asbab Al-Nuzul ayat tersebut ditujukan untuk Abu Bakar, pendapat ini menurut Jumhur
Ulama.

Berdasarkan kaidah di atas dapat difahami bahwa yang harus diperhatikan adalah kekhususan sebab
bukan keumuman lafaz, pendapat ini dipegang oleh minoritas ulama.

E. Peranan Asbab Al-Nuzul Dalam Memahami Dan Menafsirkan Ayat

Untuk menafsirkan ayat-ayat Al-Qur’an sangat diperlukan bermacam-macam ilmu pengetahuan yang
berkaitan dengan Al-Qur’an sehingga penafsiran ayat Al-Qur’an tidak akan terdapat kesalahan dalam
mengambil kandungan-kandungan Al-Qur’an. Pengetahuan tentang Asbab Al-Nuzul amat penting bagi
seseorang yang hendak mendalami pengertian ayat-ayat Al-Qur’an. Bila telah mengetahui Asbab Al-
Nuzul tentu akan mengetahui situasi dan kondisi yang terjadi ketika ayat-ayat diturunkan, sehingga
dengan mudah untuk mengetahui dan memikirkan apa yang terjadi dibalik ayat-ayat tersebut.

Ada beberapa hal yang mendorong untuk mengetahui Asbab Al-Nuzul ayat, yaitu:

1. Untuk Mengetahui Persoalan Syariat (Hukum)

Untuk mengetahui hikmah atau rahasia yang terkandung di balik ayat-ayat yang dimaksud yang
dipersoalkan Syari’at (hukum) misalnya masalah-masalah, antara lain:

a. Judi, riba, memakan harta anak yatim diharamkan oleh Allah dalam Al-Qur’an.

b. Bagaimana mula-mula allah mensyariatkan Shalat khauf (shalat yang dilakukan sewaktu situasi
sedang gawat/perang)

c. Kenapa tidak boleh melakukan Shalat Jenazah atas orang Musyrik.

d. Bagaimana pembagian harta rampasan perang.

Banyak ayat-ayat lain yang berhubungan dengan hukum-hukum Allah SWT yang harus diketahui dan
dilaksanakan oleh manusia. Untuk mengetahui hukum-hukumnya sangat perlu diketahui aspek
filosofisnya, yang sebagian aspek-aspek itu dapat diketahui melakui pengertian Asbabun Nuzul ayat,
sehingga kekeliruan dalam memahami ayat dapat dihindari, dan tidak mungkin mengetahui hukum-
hukum dalam Al-Qur’an tanpa mengetahui Asbabun Nuzul ayat sangat mempengaruhi hukum yang
ditetapkan di dalamnya.

2. Mengetahui Asbabun Nuzul sangat menentukan dalam pengecualian hukum (Takhshish) terhadap
orang yang berpendapat bahwa hukum-hukum itu sangat perlu dilihat terlebih dulu dari sebab-sebab
yang khusus sebelum ditetapkan hukumnya. Mengetahui aspek-aspek khusus itu dapat dikemukakan
memalaui Asbabun Nuzul.

3. Dengan mengetahui Asbabun Nuzul adalah suatu metode yang paling tetap untuk mengetahui dan
memahami pengertian ayat, sehingga diceritakan dalam suatu riwayat bahwa para Sahabat yang paling
mengetahui sebab-sebab turunnya ayat, lebih diutamakan pendapatnya tentang pengertian kandungan
ayat ketimbang sahabat yang tidak mengetahui sebab-sebab turunya ayat, sehingga masalah Asbabun
Nuzul merupakan hal yang sangat menentukan dalam mengambil pengertian dan hukum yang
terkandung dalam suatu ayat.

Dalam kepentingan mengetahui Asbabun Nuzul ini imam Al-Wahidy mengemukakan dengan tegas
pendirianya yaitu: “Tidaklah mungkin (seseorang) mengetahui tafsir dari suatu ayat tampa mengetahui
kisahnya dan keterangan sekitar turunya ayat tersebut.

Dengan mengetahui Asbabun Nuzul berarti memahami aspek historis penafsiran Al-Qur’an, sehingga
kandungannya akan jelas dan dapat dipahami tanpa ada keraguan dalam melaksanakannya.

Beberapa contoh ayat yang mempunyai Asbabun Nuzul:

1. Asbabun Nuzul surat An Nisa’ ayat 51

Sebab-sebab turun ayat ini adalah seorang Yahudi Mandinah bernama Ka’ab Ibnu Asyraf datang
berkunjung ke Mekkah. Ia menyaksikan perang Badar dan mendorong orang kafir Quraisy menuntut
bela dan memerangi Muhammad SAW. Kemudian orang-orang Quraisy bertanya kepada Ka’ab yang
mengetahui Al Kitab (Taurat): “Siapakah yang lebih benar jalannya (siapakah yang berbeda dipihak yang
benar ?) apakah Muhammad SAW ?. lalu Ka’ab menjawab: “kalianlah yang benar”, justru ucapan itu,
maka Ka’ab telah berdusta dan mendapatkan kutukan oleh Allah SWT terhadap orang-orang
berpandangan demikian,

kemudian turunlah surat An Nisa’ ayat 51 yang berbunyi:

Artinya: Apakah kamu tidak memperhatikan orang-orang yang diberi bahagian dari Al kitab? mereka
percaya kepada jibt dan thaghut, dan mengatakan kepada orang-orang kafir (musyrik Mekah), bahwa
mereka itu lebih benar jalannya dari orang-orang yang beriman.

2. Asbabun Nuzul surat Al Maidah ayat 93:

Sebab-sebab turunya ayat tersebut adalah sahabat Usman Ibnu Mazh’un dan Amru Ibnu Ma’dikariba
pernah mengatakan bahwa Khamar itu sebenarnya mudah (boleh diminum), keduanya menggunakan
surat Al-Maidah ayat 93:

Artinya: Tidak ada dosa bagi orang-orang yang beriman dan mengerjakan amalan yang saleh karena
memakan makanan yang telah mereka Makan dahulu, apabila mereka bertakwa serta beriman, dan
mengerjakan amalan-amalan yang saleh, kemudian mereka tetap bertakwa dan beriman, kemudian
mereka (tetap juga) bertakwa dan berbuat kebajikan. dan Allah menyukai orang-orang yang berbuat
kebajikan.

Padahal Amru dan Ma’dikariba belum tahu apakah sebabnya ayat tersebut diatas diturunkan. Ayat ini
turunya adalah pada saat turunnya ayat yang mengharamkan Khamar, kemudian para sahabat bertanya
kepada Rasulullah, “bagaimanakah nasib bagi saudara-saudara kami yang telah meninggal dunia,
sedangkan dalam perut mereka ada minuman khamar (ketika hidup mereka minum khamar), lalu Allah
memberitakan bahwa minuman khamar semasa hidupnya sedangkan ayat yang mengharamkan belum
turun, telah dianggap tidak berdosa lagi seperti yang tersebut dalam surat Al Maidah ayat 39.
Demikianlah jelas bahwa Usman dan Amru tidak mengetahui Asbabun Nuzul surat Al Maidah 93
sehingga hampir saja keduanya menghalalkan khamar yang telah diharamkan Allah.

3. Asbabun Nuzul surat Ath Thalaq ayat: 4

Artinya: Dan perempuan-perempuan yang tidak haid lagi (monopause) di antara perempuan-
perempuanmu jika kamu ragu-ragu (tentang masa iddahnya), Maka masa iddah mereka adalah tiga
bulan; dan begitu (pula) perempuan-perempuan yang tidak haid. dan perempuan-perempuan yang
hamil, waktu iddah mereka itu ialah sampai mereka melahirkan kandungannya. dan barang -siapa yang
bertakwa kepada Allah, niscaya Allah menjadikan baginya kemudahan dalam urusannya.

Sebab turunya ayat ini adalah menunjukkan bahwa sahabat Ubaiy bertanya kepada Rasulullah: “wahai
Rasulullah, sebagaian dari wanita-wanita belum dijelaskan tentang status Iddah-nya dalam Al-Kitab (Al-
Qur’an) yakni: wanita yang putus haid baik anak-anak maupun orang dewasa, dan wanita yang sedang
mengandung”. Maka untuk menjelaskan hal ini (kepada Ubaiy) turun ayat 4 surat Ath Thalaq tersebut
diatas.

KESIMPULAN

1. Asbabun nuzul adalah sebab turunnya al-Qur’an (berupa peristiwa/pertanyaan) yang


melatarbelakangi turunnya ayat al-Qur’an dalam rangka menjawab, menjelaskan dan menyelesaikan
masalah-masalah yang timbul dari kejadian tersebut.

2. Asbabun nuzul terdiri dari kata asbab (jamak dari sababa yang artinya sebab-sebab), dan nuzul
(artinya turun).

3. Macam-macam asbabun nuzul ada 2, yaitu :

a. Dari sudut pandang redaksi yang dipergunakan dalam riwayat asbabun nuzul meliputi sharih dan
muhtamilah

b. Dari sudut pandang terbilangnya asbab an-nuzul untuk satu ayat atau terbilangnya ayat untuk satu
asbab an-nuzul meliputi :

- Beberapa sebab yang hanya melatarbelakangi turunnya satu ayat

- Satu sebab yang melatarbelakangi turunnya beberapa ayat

4. Cara mengetahui riwayat asbabun nuzul melalui periwayatan yang benar dari orang-orang yang
melihat dan melihat langsung turunnya ayat

5. Kaidah hukum yang belum jelas dalam al-Qur’an, dapat dipermudah dengan mengetahui asbab-
nuzulnya. Karena dengannya penafsiran ayat lebih jelas untuk dipahami.

Anda mungkin juga menyukai