PENDAHULUAN
a) Latar Belakang
Dalam proses penurunan Alquran, alquran tidak turun begitu saja melainkan turun
bersamaan dengan sebuah penyebab
b) Rumusan Masalah
1. Bagaimana pengertian asbabun nuzul baik menurut bahasa, istilah serta para
ulama?
2. Bagaimana macam-macam asbabun nuzul dan contoh dari asbabun nuzul itu
sendiri?
3. Bagaimana hikmah yang didapat dengan adanya asbabun nuzul?
4. Bagaimana cara mengetahui periwayatan asbabun nuzul?
c) Tujuan Pembahasan
Pembahasan ini bertujuan untuk mengetahui secara mendalam bagaimana asbabun nzul
baik dari segi definisi, jenis-jenisnya, contoh-contohnya, dan hikmah adanya asbabun nuzul
apakah berdampak positif atau berdampak negatif terhadap proses penafsiran Alquran.
1
BAB II
PEMBAHASAN
Ungkapan “Asbabun Nuzul” merupakan bentuk idhofah dari kata “asbab” dan “nuzul”.
Secara bahasa “asbab” merupakan bentuk plural dari “sabab” yang secara etimologis berarti
sebab, alasan, illat (dasar logis), perantaraan, wasilah, pendorong (motivasi), tali kehidupan,
persahabatan, hubungan kekeluargaan, kerabat, asal, sumber dan jalan. Yang dimaksud
“nuzul” di isini ialah penurunan Alquran dari Allah swt. kepada Nabi saw. melalui
perantaraan Malaikat Jibril as.1 Maka, bisa diambil kesimpulan bahwa asbabun Nuzul
menurut etimologi ialah sebab-sebab penurunan Alquran.
Asbabun Nuzul secara istilah memiliki banyak pengertian seperti yang dikemukakan oleh
beberapa ulama, diantaranya:
1. Menurut Az Zarqani:
“Asbabun Nuzul” adalah khusus atau sesuatu yang terjadi serta ada hubungannya dengan
turunnya ayat Alquran sebagai penjelas hukum pada saat peristuwa itu terjadi.”2
2. Menurut Ash Shabuni:
“Asbabun Nuzul” adalah peristiwa atau kejadian yang menyebabkan turunnya satu atau
beberapa ayat mulia yang berhubungan dengan peristiwa dan kejadian tersebut, baik berupa
pertanyaan yang diajukan kepada Nabi saw. atau kejadian yang berkaitan dengan urusan
agama.”3
3. Menurut Subhi Shalih:
“Asbabun Nuzul” adalah sesuatu yang menjadi sebab turunnya satu atau beberapa ayat
Alquran terkadang menyiratkan peristiwa itu, sebagai respons atasnya. Atau sebagai
1
Muhammad Amin Suma, Ulumul Quran, (cet. I; Jakarta: RajaGrafindo Persada, 2013), hal. 204.
2
Rosihon Anwar, Ulum Alquran, (Cet.v; Bandung: Pustaka Setia, 2013), hal. 60.
3
Ibid.
4
Rosihon Anwar. Op. cit. Hal. 60
2
“Asbabun Nuzul” adalah peristiwa-peristiwa yang menyebabkan turunnya Alquran
berkenaan dengannya waktu peristiwa itu terjadi, baik berupa satu kejadian atau berupa
pertanyaan yang diajukan kepada Nabi saw.”5
Dari beberapa pendapat tentang Asbabun Nuzul di atas, dapat diambil kesimpulan bahwa,
Asbabun Nuzul menurut terminologi ialah suatu kejadian atau peristiwa yang
melatarbelakangi turunnya sebuah ayat atau beberapa ayat Alquran.
Ada dua jenis redaksi yang digunakan oleh perawi dalam mengungkapkan riwayat
asbabun Nuzul, yaitu sarih (jelas/visionable) dan muhtamilah (kemungkinan/possible).
Redaksi sarih artinya riwayat yang sudah jelas menunjukkan asbabun nuzul, dan tiak
mungkin pula menunjukkan yang lainnya. Redaksi yang digunakan termasuk sarih bila
perawi menggunakan:
Contoh riwayat asbabun nuzul yang menggunakan redaksi sarih ialah sebuah riwayat yang
disampaikan oleh Jabir bahwa orang-orang Yahudi berkata, “Apabila seorang suami
mendatang istrinya dari belakang, anak yang lahir akan juling.”
Contohnya ialah apa yang diriwayatkan dari Abdullah bin Zubair, bahwa Zubair mengajukan
gugatan kepada seorang laki-laki dari kaum ansar yang pernah ikut dalam perang badar
bersama Nabi saw., di hadapan Nabi saw. tentang saluran air yang mengalir dari tempat yang
tinggi; keduanya mengairi kebun kurma masing-masing dari situ. Orang ansar berkata: “
5
Ibid.
3
biarkan airnya mengalir.” Tetapi Zubair menolak. Maka Nabi saw. bersabda: “airi kebunmu
itu Zubair, kemudian biarkan air itu mengalir ke kebun tetanggamu.” Orang ansar itu marah,
katanya: “ Rasulullah, apa sudah waktunya anak bibimu itu berbuat demikian?” wajah
Rasulullah menjadi merah. Kemudian Ia berkata: “airi kebunmu Zubair, kemudian tahanlah
air itu hingga memenuhi pematang; lalu biarkan ia mengalir ke kebun tetanggamu.”
Rasulullah dengan keputussan ini telah memenuhi hak Zubair, padahal sebelum itu ia
mengisyaratkan keputusan yang memberikan kelonggaran kepadanya dan kepada Orang
Ansar itu. Ketika Rasulullah marah kepada orang ansar itu, ia memenuhi hak Zubair secara
nyata. Maka kata Zubair: “Aku tidak mengira ayat berikut ini turun kecuali mengenai urusan
tersebut: (Q.S. An Nisaa: 65)
2. Dilihat dari Sudut Pandang Berbilangnya Asbabun Nuzul untuk Satu Ayat atau
Berbilangnya Ayat untuk Asbabun Nuzul
a. Berbilangnya asbabun nuzul untuk satu ayat ( Ta’addud As-Sabab wa Nanzil Al-
Wahid)
Pada kenyataannya, tidak setiap ayat memiliki riwayat asbabun nuzul dalam satu versi. Untuk
mengatasi variasi riwayat asbabun nuzul dalam satu ayat dari sisi redaksi dan dari sisi
kualitas, para ulama mengemukakan cara-cara berikut:
Mengambil versi riwayat yang shahih; cara ini diambil jika terdapat dua versi riwayat
tentang Asbabun Nuzul satu ayat, terdapat versi yang shahih dan tidak shahih.
6
Rosihon Anwar, op. cit., hal. 70.
4
Melakukan studi selektif (tarjih); cara ini diambil jika kedua versi Asbabun Nuzul
berkualitas sama-sama shahih.
Melakukan studi kompromi (jama’); jika kedua riwayat berkualitas sama-sama tidak
shahih.7
b. Variasi Ayat untuk Satu Sebab (Ta’addud Nazil wa As-Sabab Al-Wahid)
Jenis ini terjadi jika suatu kejadian menjadi sebab bagi turunnya, dua ayat atau lebih. Contoh
satu kejadian yang menjadi sebab bagi dua ayat yang diturunkan, sedangkan antara yang satu
dengan yang lainnya berselang lama adalah riwayat Asbabun Nuzul yang diriwayatkan oleh
Ibn Jarir Ath-Thabari, Ath-Thabrani, dan Ibn Mardawiyah dari Ibn Abbas tentang turunnya
surat Al Mujadalah ayat 18-19.8
7
Ibid. Hal. 72-74
8
Rosihon Anwar, op. cit., Hal. 76.
9
Anshori, Ulumul Quran: Kaidah-kaidah Memahami Firman Tuhan, (cet. 1; Jakarta: Rajawali Press, 2013),
hal. 106.
5
d. Mengetahui sebab nuzul adalah cara terbaik untuk memahami makna Alquran dan
menyingkap kesamaran yang tersembunyi dalam ayat-ayat yang tidak dapat
ditafsirkan tanpa mengetahui sebab nuzulnya.
e. Sebab nuzul dapat menerangkan kepada siapa ayat itu diturunkan sehingga ayat
tersebut tidak diterapkan kepada orang lain karena dorongan permusuhan dan
perselisihan.10
Asbabun Nuzul adalah peristiwa yang terjadi pada zaman Rasulullah Saw. oleh karena itu,
tidak boleh tidak ada jalan lain untuk mengetahuinya selain berdasarkan periwayatan
(pentransmisian) yang benar (Naql As-Shalih) dari orang-orang yang melihat dan mendengar
langsung turunnya ayat Al-Qur’an.
Al-Wahidi berkata : “Tidak boleh memperkatakan tentang sebab-sebab turun al-Qur’an
melainkan dengan dasar riwayat dan mendengar dari orang-orang yang menyaksikan ayat itu
diturunkan dengan mengetahui sebab-sebab serta membahas pengertiannya”.
Sejalan dengan itu, Al-Hakim menjelaskan dalam ilmu Hadis bahwa apabila seorang sahabat
yang menyaksikan masa wahyu dan al-Qur’an diturunkan, meriwayatkan tentang suatu ayat
Al-Qur’an bahwa ayat tersebut turun tentang suatu (kejadian), Ibnu Al-Salah dan lainnya juga
sejalan dengan pandangan ini.
Berdasarkan keterangan di atas, maka Asbabun Nuzul yang diriwayatkan dari seorang
sahabat diterima sekalipun tidak dikuatkan dan didukung riwayat lain. Adapun Asbabun
Nuzul dengan hadis mursal (hadis yang gugur dari sanadnya seorang sahabat dan mata rantai
periwayatnya hanya sampai kepada seorang tabi’in), riwayat seperti ini tidak diterima kecuali
sanadnya Sahih dan dikuatkan Hadis Mursal lainnya.
Biasanya ulama menggunakan lafadz-lafadz yang tegas dalam penyampaiannya, seperti:
“sebab turun ayat ini begini”, atau dikatakan dibelakang suatu riwayat “maka turunlah ayat
ini”.
Contoh : “beberapa orang dari golongan Bani Tamim mengolok-olok Bilal, maka turunlah
ayat:
10
Manna Al Qaththan, op. cit.,. Hal. 114.
6
Hai orang-orang yang beriman, janganlah sekumpulan orang laki-laki merendahkan
kumpulan yang lain, boleh Jadi yang ditertawakan itu lebih baik dari mereka. dan jangan pula
sekumpulan perempuan merendahkan kumpulan lainnya, boleh Jadi yang direndahkan itu
lebih baik. dan janganlah suka mencela dirimu sendiri[1409] dan jangan memanggil dengan
gelaran yang mengandung ejekan. seburuk-buruk panggilan adalah (panggilan) yang buruk
sesudah iman[1410] dan Barangsiapa yang tidak bertobat, Maka mereka Itulah orang-orang
yang zalim. (Q.S. Al Hujrat (49): 11). [1409] Jangan mencela dirimu sendiri Maksudnya
ialah mencela antara sesama mukmin karana orang-orang mukmin seperti satu tubuh. [1410]
Panggilan yang buruk ialah gelar yang tidak disukai oleh orang yang digelari, seperti
panggilan kepada orang yang sudah beriman, dengan panggilan seperti: Hai fasik, Hai kafir
dan sebagainya.
7
BAB III
PENUTUP
a) Simpulan
Setelah mengetahui dan memahami apa yang telah disampaikan di atas, maka mutlak lah
ilmu asbabun nuzul sebagai alat bantu yang penting dalam menafsirkan Alquran sehingga
tidak terjadi penyimpangan dalam menafsirkan Alquran.
8
DAFTAR PUSTAKA
al-Qaththan, Manna Khalil. 2011. Studi Ilmu-ilmu Quran. Bogor: Pustaka Litera
AntarNusa.
Anwar, Rosihon. 2013. Ulum Al-Quran. Bandung: Pustaka Setia.
Anshori. 2013. Ulumul Quran: Kaidah-kaidah Memahami Firman Tuhan. Jakarta:
Rajawali Press.
Suwa, Muhammad Amin. 2013. Ulumul Quran. Jakarta: RajaGrafindo Persada.
9
Teman yang Aktif Bertanya
Kelompok 1 (Nurul Jelipa)
Apakah semua ayat al qur’an memiliki asbabun nuzul?
Jawab: Turunnya al qur’an dibagi menjadi 2 bagian, yaitu:
Ayat sabibi, merupakan ayat al qur’an yang turun dilatar belakangi oleh sebab
terjadi sesuatu atau peristiwa.
Ayat ibtida’i merupakan ayat al qur’an yang turun tidak karena adanya sebab
yang melatar belakangi ayat itu diturunkan.
Kelompok 7 (Wahyuni)
Apakah ada hal-hal yang melatarbelakangi asbabun nuzul?
Jawab:
Iya, Asbabun nuzul itu sendiri berarti latar belakang atau penyebab turunnya
suatu ayat al qur’an.Namun tidak semua ayat al qur’an yang turun memiliki asbabun
nuzul.
10
Kelompok 8 (Nur Azizah)
Kemukakanlah satu contoh asbabun nuzul!
Jawab:
Asbabun nuzul surah al kautsar:
Kafir Quraisy mengagnggap bahwa rasulullah SAW lemah dan
pengikutnya sedikit
Kafir Quraisy merasa gembira dengan meninggalnya putra Rasulullah
SAW, Qasim yang meninggal di Makkah dan Ibrahim yang meninggal
di Madina.
Perasaan suka cita ketika orang-orang mukmin ditimpa kesusahan dan
musibah.
11