Anda di halaman 1dari 14

Asbabun Nuzul

MAKALAH

Disusun Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Ulumul Qur‟an

Yang Diampuh Oleh: KH. Moh. Toyyib Madani, M.A.

Oleh:
Faisal Fawaid
Khoirul ayyam
Mutammam
Rafian fadhlurrahman
Umar faroq

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM


FAKULTAS TARBIYAH

INSTITUT AGAMA ISLAM NADZATUT TULLAB SAMPANG

2023
KATA PENGANTAR

Syukur Alhamduullah panjatkan kepada Allah SWT yang telah


memberikan taufik dan hidayah-Nya kepada kita sehingga kita mampu
membedakan jalan yang benar dan yang salah. Sholawat dan salam tetap
kita kepada junjungan Nabi Muhammad SAW. Sebab dengan kehadiran
beliau di dunia ini kita dapat mentauladaninya. Makalah yang berjudul
“Sejarah Pengumpulan Al-Qur‟an” ini di buat untuk memenuhi tugas mata
kuliah Ulumul Qur‟an. Sesungguhnya dalam penulisan makalah ini masih
banyak kekurangan. Oleh karena itu kritik dan saran yang membangun
sangat diharapkan. Dan semoga makalah ini dapat memeberikan manfaat.
Aamiin.

Sampang 2 November 2023

Penulis
Faisal Fawaid dkk.
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang

Al Qur’an adalah Kitab suci agama Islam yang diwahyukan kepada Nabi
Muhammad SAW sebagai Panduan bagi umat islam. Dalam penurunannya, Al
Qur’an sendiri banyak mengalami proses yang berangsur-angsur. Pada setiap
tanggal 17 Ramadhan, Sebagai umat islam kita mengenal dan memperingati
turunnya Al Qur’an yang biasa dikenal dengan Nuzulul Qur’an.
Asbabun Nuzul sendiri adalah Ilmu Al Qur’an yang membahas mengenai
latar belakang atau sebab-sebab turunnya Al Qur’an. Sebagian tugas untuk
memahami pesan dari Al Qur’an sebagai suatu kesatuan adalah mempelajarinya
dalam konteks latar belakangnya. Latar belakang yang paling dekat adalah
kegiatan dan perjuangan Nabi yang berlangsung selama dua puluh tiga tahun
dibawah bimbingan Al Qur’an. Terhadap perjuangan Nabi yang secara
keseluruhan sudah terpapar dalam sunnahnya, kita perlu memahaminya dalam
konteks perspektif, karena aktifitas Nabi berada didalamnya. Tanpa memahami
masalah ini, pesan Al Qur’an sebagai suatu kebutuhan tidak akan dapat dipahami.
Orang akan salah menangkap pesan-pesan Al Qur’an secara utuh, jika hanya
memahami bahasanya saja, tanpa memahami konteks historisnya. Agar dipahami
secara utuh, Al Qur’an harus dicerna dalam konteks perjuangan Nabi dan latar
belakang perjuangannya. Oleh sebab itu, hampir semua literatur yang berkenaan
dengan Al Qur’an menekankan pentingnya Asbabun Nuzul.1
Asbabun Nuzul mempunyai arti penting dalam menafsirkan Alquran.
Seseorang tidak akan mencapai pengertian yang baik jika tidak memahami
riwayat Asbabun Nuzul suatu ayat. Pemahaman Asbabun Nuzul akan sangat
membantu dalam memahami konteks turunnya ayat. Peluang terjadinya
kekeliruan akan semakin besar jika mengabaikan riwayat Asbabun Nuzul.

B. Rumusan Masalah

1
Rosihon Anwar, Ulumul Qur’an (Bandung : CV Pustaka Setia, 2010), hlm. 59
1. Apa pengertian Asbabun Nuzul secara Etimologi dan Terminologi?
2. Apa sajakah ragam Asbabun Nuzul?
3. Apa indikator Asbabun Nuzul dan Buku yang Mendokumentasikan?
4. Bagaimana kaidah atau aturan terkait Asbabun Nuzul?, dan Apa
manfaat dan aplikasi contohnya?
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian Asbabun Nuzul
1. Etimologi
Kalimat Asbabun Nuzul merupakan kalimat idhofah yaitu gabungan dua
kata menjadi satu yakni dari kata ‫ نزول‬dan ‫ أسباب‬. Asbab adalah bentuk jamak dari
Sabab, yang artinya Sebab, alasan. Motif, atau latar belakang. Sementara (‫) نزول‬
bentuk mashdar dari (‫ ) ينزل – نزل‬yang artinya Turun. Maka, dapat disimpulkan
bahwa secara Etimologi Asbabun Nuzul adalah Sebab-sebab yang melatar
belakangi turunnya ayat atau beberapa ayat Al Qur’an.
2. Terminologi
Secara Terminologi, Asbabun Nuzul adalah Sesuatu yang melatar belakangi
turunya suatu ayat atau lebih, sebagai jawaban terhadap suatu peristiwa atau
menjelaskan hukum yang terdapat dalam peristiwa tersebut. Ada banyak ulama’
yang berbeda pendapat dalam mendefiniskan Asbabun Nuzul, diantaranya :
a. Az-Zarqani, Asbabun Nuzul adalah hal khusus atau sesuatu yang terjadi
serta hubungan dengan turunnya ayat Al Qur’an yang berfungsi sebagai
penjelas hukum pada saat peristiwa itu terjadi.2
b. Ash-Shabuni, Asbabun Nuzul adalah peristiwa atau kejadian yang
menyebabkan turunnya ayat atau beberapa ayat mulai yang berhubungan
dengan peristiwa dan kejadian tersebut, baik berupa pertanyaan yang
diajukan kepada Nabi atau kejadian yang berkaitan dengan urusan
agama.3
c. Shubhi Saleh, memberikan definisi Asbabun Nuzul dengan : Asbabun
Nuzul adalah Sesuatu yang menjadi sebab turunnya satu atau beberapa
ayat Al Qur’an yang terkadang menyiratkan suatu peristiwa terhadap
hukum-hukum ketika peristiwa itu terjadi. Definisi ini memberikan

2
Az–Zarqani, Manahi al-Irfan fi Ulum Alquran, alih Bahasa (Pamulang: GMP, 2001), h. 111
3
Kitab At Tibyan fii Ulumil Qur’an
pengertian bahwa sebab turunnya suatu ayat adakalanya berbentuk
peristiwa dan adakalanya berbentuk pertanyaan.4
d. Manna’ Khalil Al-Qattan, mendefinisikan Asbabun Nuzul dengan :
Asbabun Nuzul adalah Peristiwa-peristiwa yang menyebabkan turunnya
Al Qur’an, berkenaan dengan waktu peristiwa itu terjadi, baik berupa
kejadian atau pertanyaan yang diajukan kepada Nabi. 5

Dari perbedaan pendapat para ulama’ tersebut disimpulkan bahwa Asbabun


Nuzul adalah Kejadian atau peristiwa yang melatar belakangi turunnya ayat Al
Qur’an yang dimana mengandung makna kejadian, menjawab pertanyaan,
menjelaskan hukum kejadian. Bentuk-bentuk peristiwa yang melatar belakangi
turunnya Al Qur’an sangat beragam, diantaranya :

1. Konflik sosial, seperti ketegangan yang terjadi antara suku Aus dan suku
Khazrah.
2. Kesalahan besar, seperti kasus salah seorang sahabat yang mengimami
sholat dalam keadaan mabuk yang menyebabkan kekeliruan didalam
membaca ayat.
3. Pertanyaan-pertanyaan yang diajukan oleh salah seorang sahabat kepada
Nabi, baik berkaitan dengan sesuatu yang telah lewat, sedang, atau yang
akan terjadi.6
B. Ragam Asbabun Nuzul
Dilihat dari sudut pandang redaksi-redaksi yang dipergunakan dalam
riwayat Asbab An-Nuzul. Ada dua jenis redaksi yang digunakan oleh perawi
dalam mengungkapkan riwayat Asbabun Nuzul, yaitu Shorih (jelas) dan
Muhtamilah (kemungkinan). Contoh riwayat Asbabun Nuzul yang menggunakan
redaksi shorih adalah sebuah riwayat yang dibawakan oleh Jabir bahwa orang-
orang Yahudi berkata “Apabila seorang suami mendatangi “qubul” istrinya dari
belakang, anak yang lahir akan juling”. Turunlah ayat AlBaqarah: 223

4
Subhi As-Shalih, Mabahits fi ‘Ulumil Qur’an (Beirut: Dar al-Ilm li al Malayin, 2007 M) Cet XXVII,
hlm.132.
5
Manna’ al-Qaththan, Mabahits fi’ Ulumil Qur’an 1393 H/1973 M, 78.
6
Ramli Abdul Wahid,Ulumul Qur’an, Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 1996, hlm. 40
‫ٰل‬ ‫ّٰن‬ ‫ْأ‬ ‫ۤا‬
‫ِنَس ُؤ ُك ْم َح ْر ٌث َّلُك ْم ۖ َف ُتْو ا َح ْر َثُك ْم َا ى ِش ْئُتْم ۖ َو َقِّد ُم ْو ا َاِلْنُفِس ُك ْم ۗ َو اَّتُقوا َهّٰللا َو اْعَلُم ْٓو ا َاَّنُك ْم ُّم ُقْو ُهۗ َو َبِّش ِر‬
‫اْلُم ْؤ ِمِنْيَن‬

Artinya: Istri-istrimu adalah (seperti) tanah tempat kamu bercocok tanam,


maka datangilah tanah tempat bercocok tanammu itu sebagaimana saja kamu
hendaki.”(QS. Al-Baqarah:223).

Mengenai riwayat Asbab an-Nuzul yang menggunakan redaksi muhtamilah


Az-Zarkasi menuturkan dalam kitabnya Al-Burhan fi’ulum Al-Qur’an:
“Sebagaimana di ketahui, telah terjadi kebiasaan para sahabat Nabi dan tabi’in,
jika seorang di antara mereka berkata,’Ayat ini diturunkan berkenaan
dengan..’.Maka yang dimaksud adalah ayat itu mancakup ketentuan hukum
tentang ini atau itu, dan bukan bermaksud menguraikan sebab turunnya ayat.” 7
Berikut ragam Asbabun Nuzul dilihat dari sudut pandang berbilangnya Asbabun
Nuzul untuk suatu ayat atau berbilangnya ayat untuk Asbabun Nuzul antara lain :

1. Ta’addud Al Asbab wa Al Nazil Wahid, adalah beberapa sebab yang


hanya melatar belakangi turunnya satu ayat atau wahyu. Adakalanya
wahyu turun untuk menanggapi beberapa peristiwa atau sebab, misalnya
turunnya Q.S. Al Ikhlas ayat 1-4 yang berbunyi :
‫ُقْل ُهَو ُهّٰللا َاَح ٌۚد • ُهّٰللَا الَّص َم ُۚد • َلْم َيِلْد َو َلْم ُيْو َلْد • َو َلْم َيُك ْن َّلٗه ُك ُفًو ا َاَح ٌد‬
( Katakanlah, “Dia-lah Allah yang Maha Esa. Allah adalah tuhan yang
bergantung kepada-Nya segala sesuatu. Tiada berada beranak dan tiada
pula diperanakkan. Dan tiada seorang pun yang setara dengan Dia. ” )
Surat tersebut diturunkan untuk menanggapi orang-orang musyrik Makkah
sebelum Rasulullah SAW melakukan hijrah. Ayat ini juga diturunkan kepada
kaum ahli kitab yang ditemui di Madinah usai Rasulullah SAW hijrah.
2. Ta’addud an Nazil wa Al Asbab Wahid, merupakan sebab yangg
mendasari turunnya beberapa ayat, Misalnya Q.S. Ad-Dukhon ayat
10,15, dan 16 yang berbunyi :
١٠ ‫َفٱْر َتِقْب َيْو َم َتْأِتى ٱلَّسَم ٓاُء ِبُدَخ اٍن ُّم ِبيٍن‬
١٥ ‫ِاَّنا َك اِش ُفوا اْلَع َذ اِب َقِلْياًل ِاَّنُك ْم َع ۤا ِٕىُد ْو َۘن‬
7
Rosihon Anwar, UlumAl-Qur’an, Bandung: CV Pustaka setia, 2010, hlm. 67-69
١٦ ‫َيْو َم َنْبِط ُش ٱْلَبْطَشَة ٱْلُك ْبَر ٰٓى ِإَّنا ُم نَتِقُم وَن‬
(“Maka tunggulah hari ketika langit membawa kabut yang nyata.”
“Sesungguhnya (kalau) kami akan melenyapkan siksaan itu agak sedikit,
sesungguhnya kamu akan kembali (ingkar),” “(Ingatlah) hari(ketika)
kami menghantam mereka dengan hantaman yang keras. Sesunguhnya
kami memberi balasan.” Q.S. Ad-Dukhon : 10,15, dan 16)
Asbabun Nuzul dari ayat-ayat tersebut terjadi ketika kaum quraisy durhaka
kepada Rasulullah SAW. Beliau berdoa agar mereka merasakan kelaparan seperti
yang pernah terjadi pada zaman Nabi Yusuf. Akhirnya, kaumquraisy menderita
kekurangan hingga mereka makan tulang. Kaum tersebut pun mendatangi
Rasulullah SAW untuk meminta pertolongan. Maka Rasulullah SAW berdoa agar
diturunkan hujan. Allah SWT lalu menurunkan hujan dan turunlah QS. Ad-
Dukhan ayat 15. Namun, setelah mereka mendapatkan nikmat dari Allah SWT,
mereka kembali sesat dan durhaka maka turunlah ayat ke-16. Dalam riwayat
tersebut dijelaskan bahwa siksaan yang dimaksud akan turun saat Perang Badar. 8
C. Indikator Asbabun Nuzul dan Buku yang Mendokumentasikan
Para ulama’ telah memberikan aturan-aturan yang ketat berkenaan dengan
penukilan periwayatan Asbabun Nuzul. Menurut aturannya tidak dianggap sah
penukilan Asbabun Nuzul kecuali diperoleh dari periwayatan yang anggap sah
penukilan Asbabun Nuzul kecuali diperoleh dari periwayatan yangPara ulama’
telah memberikan aturan-aturan yang ketat berkenaan dengan penukilan
periwayatan Asbabun Nuzul. Menurut aturannya tidak dianggap sah penukilan
Asbabun Nuzul kecuali diperoleh dari periwayatan yang shohih atau mendengar
langsung dari orang-orang yang menyaksikan turunnya ayat atau mengetahui
sebab-sebabnya dan membahas tentang pengertiannya serta bersungguh-sungguh
dalam mencarinya.9 Berkaitan dengan hal tersebut periwayatan Asbabun Nuzul
dari para sahabat mempunyai ketetapan hukum marfu’, karena di dalamnya
dipandang tidak terdapat pendapat pribadi dan sangat jauh dari ucapannya sendiri.

8
Asbabun Nuzul karya Ach. Fawaid Anwar, Rosihon. 2013. Ulumul Qur’an. Bandung : Pustaka Setia.
Suwa, Muhammad Amin. 2013. Ulumul Qur’an. Jakarta : Raja Grafindo Persada.
9
Nawir Yuslem, Ulumul Qur’an, Dilengkapi Dengan Beberapa Pendekatan dan Metodologi Dalam
Penafsiran Alquran ( Bandung : Media Perintis, 2010 )
Adapun periwayatan yang datang dari tabi’in mempunyai ketetapan hukum marfu’
hanya saja bersifat mursal, dan akan dipandang sah jika sanadnya shohih. 10 Ayat
yang dimaksud ialah QS. An -Nisa’:65
‫َفاَل َو َر ِّبَك اَل ُيْؤ ِم ُنوَن َح َّتٰى ُيَح ِّك ُم وَك ِفيَم ا َش َجَر َبْيَنُهْم ُثَّم اَل َيِج ُدو۟ا ِفٓى َأنُفِس ِه ْم َحَر ًجا ِّمَّم ا َقَض ْيَت‬
‫َو ُيَس ِّلُم و۟ا َتْس ِليًم ا‬
Artinya: “Maka demi Tuhanmu, mereka (pada hakekatnya) tidak beriman
hingga mereka menjadikan kamu hakim dalam perkara yang mereka
perselisihkan, kemudian mereka tidak merasa keberatan dalam hati mereka
terhadap putusan yang kamu berikan, dan mereka menerima dengan sepenuhnya.
Tidak ada jalan lain untuk mengetahui Asbabun Nuzul selain riwayat yang
shohih. Al-Wahidiy, dengan sanadnya sendiri, meriwayatkan dari Ibn Abbas,
Rasulullah SAW bersabda :
Berhati-hatilah (dalam meriwayatkan) hadis, kecuali yang benar-benar kalian
ketahui. Sebab barang siapa mendustakan atas diriku secara sengaja, maka
hendaklah bersiap-siap menempati neraka. Dan barang siapa berdustakan atas
Alquran tanpa ilmu, maka (juga) hendaklah bersiap-siap menempati neraka.
Dari dasar inilah, tidak boleh mengatakan sesuatu tentang Asbabun Nuzul
kecuali dengan meriwayatkan dan mendengar dari mereka yang menyaksikan
turunnya Alquran, mengetahui sebab-sebabnya dan menelitinya. Dengan
demikian, bila sebab Nuzul diriwayatkan dari seorang sahabat mengenai persoalan
yang tidak menjadi lapangan ijtihad, hukumnya marfu’, karena sangat tidak
mungkin, seorang sahabat mengatakan hal itu dari dirinya sendiri, semantara hal
itu sumbernya hanya mendengar dan meriwayatkan atau menyaksikan dan
mengalihkan.11 Adapun bila Asbabun Nuzul diriwayatkan melalui hadis mursal,
yakni dari sanadnya gugur seseorang sahabat dan hanya sampai tabi’iy, maka
hukumnya tidak bisa diterima kecuali bila berkualitas shahih dan dikukuhkan
dengan hadis mursal lain. Dan Buku yang mendokumentasikan Asbabun Nuzul itu
banyak sekali salah satunya Kitab Al Itqon fii Ulumil Qur’an.

10
Ibid
11
Muhammad Abdul Adzim Al-Zarqani, Manahil Al-Urfan Fi Ulum AlQuran (Jakarta: Gaya Media
Pratama 2001) cet 1 h 121.
D. Kaidah atau Aturan terkait Asbabun Nuzul, Manfaat, dan Aplikasi
Contohnya

1. Kaidah-kaidah Asbabun Nuzul


Kaidah-kaidah Asbabun Nuzul ada dua yaitu antara lain :
a. Kaidah al-‘brah bi ‘umumil lafdzi au bikhushusis sabab Yang berarti :
“ungkapan itu didasarkan pada keumuman teksnya, bukan didasarkan atas
kekhususan penyebabnya”. Pengertiannya adalah jawaban lebih umum dari
pertanyaan atau sebabnya. Dan sebab lebih khusus dari pada lafadz jawabnya.

b. Kaidah yang menyatakan sebaliknya al-‘brah bi ‘umumil lafdzi au


bikhushusis sabab (yang menjadi patokan adalah sebab khusus, bukan
keumuman lafadh). Ulama’ ahli ushul berbeda pendapat terkait hal ini yaitu
apakah yang diambil sebagai pedoman suatu hukum itu berdasarkan ‘umumil
lafdzi (lafadznya secara umum), atau karena sebab tertentu? Yang lebih tepat
menurut kami adalah yang pertama yaitu memahami ayat sesuai dengan
keumuman lafadhnya, bukan karena sebab khususnya.12

2. Manfaat mengetahui Asbabul Nusul

Sebagian orang mengira bahwasannya tidak ada manfaat mengetahui Asbabun


Nuzul karena ini berlaku sesuai dengan sejarah. Akan tetapi, tanggapan ini
salah karena Asbabun Nuzul memiliki beberapa manfaat yaitu antara lain :
a. Mengetahui hikmah di balik pensyariatan hukum.
b. Mengkhususkan hukum dengan Asbabun Nuzul. Berlaku bagi orang yang
berpendapat bahwa “al-‘ibrah bi khususis sabab”.
c. Sesungguhnya lafadz itu bisa jadi bersifat umum, dan ada dalil yang
berfungsi untuk men-takhshis (mengkhususkannya). Apabila sebab itu
diketahui maka takhsish (pengkhususan) itu hanya terbatas pada sesuatu
selain yang digambarkan. Karena masuknya bentuk sabab itu bersifat
qath’i, maka mengeluarkannya dengan cara berijtihad itu dilarang,
sebagaimana diceritakan oleh Al-Qadhi Abu Bakar tentang adanya
Ijmak (konsensus) atas hal tersebut di dalam kitab at-Taqrib, dan tidak
perlu diperhatikan orang yang keluar (dari kaidah), sehingga dia
memperbolehkan hal tersebut.
d. Mendapatkan makna yang dimaksud dan menghilangkan isykal (sesuatu
yang sulit). Al-Wahidi berkata, “Tidak mungkin kita dapat menafsirkan
ayat tanpa mengetahui kisah ayat itu dan uraian tentang turunnya.” Ibnu
Daqiq al-‘Id berkata, “Mengetahui bayan (uraian) tentang asbabun
nuzul adalah cara yang kuat (efektif) untuk memahami Al-Qur’an.” Ibnu
Taimiyyah berkata, “Mengetahui sababin nuzul dapat menolong
seseorang untuk memahami ayat, karena mengetahui suatu penyebab itu
akan mewariskan ilmu tentang musabab.”
12
kitab Al Itqon fii Ulumil Qur’an
e. Menghindarkan kesalahpahaman terhadap adanya pembatasan dalam
ayat. (QS. al-An’am: 145), “Sesungguhnya orang-orang kafir ketika
mereka mengharamkan apa yang dihalalkan oleh Allah, juga
menghalalkan apa yang diharamkan oleh Allah, dan mereka sering
melanggar dan menentang, maka turun ayat ini untuk membantah tujuan
mereka, seakan-akan Allah SWT berfirman, ‘Tidak ada yang halal
kecuali apa yang kalian haramkan dan tidak ada yang haram kecuali apa
yang kalian halalkan.’ Ini seperti kedudukan seseorang yang
mengatakan, ‘Janganlah hari ini kamu makan halaawah (kue-kue yang
manis),’ kemudian kamu mengatakan, ‘Hari ini tidak ada makan,
kecuali halaawah.’ Yang menjadi tujuan sebenarnya dari ini semua
adalah perlawanan (kebalikannya), bukan menafikan atau menetapkan,
seakan-akan Allah SWT berfirman, ‘Tidak ada yang haram kecuali apa
yang kalian halalkan, seperti bangkai, darah, daging babi, dan hewan
yang disembelih untuk selain Allah,’ dan tidak berarti menghalalkan
selain itu, karena yang dimaksud adalah menetapkan keharamannya,
bukan menetapkan kehalalannya.” Imam Haramain berkata, “Ini sangat
baik, dan seandainya Imam Syafi’i tidak mendahului dengan
pemahaman seperti itu maka kita tidak akan memperbolehkan berbeda
pendapat dengan Imam Malik dalam membatasi hal-hal yang
diharamkan sesuai dengan yang disebutkan di dalam ayat.”
f. Mengenal nama kepada siapakah ayat itu diturunkan dan menentukan
yang mubham atau yang belum jelas pada ayat itu.13
3. Aplikasi Contoh Asbabun Nuzul
Seseorang bisa berkesimpulan bahwa sholat tidak harus menghadap kiblat dan
boleh saja menghadap ketempat lain, karena dikatakan dalam Q.S. Al
Baqarah :115
‫َو ِهّٰلِل اْلَم ْش ِر ُق َو اْلَم ْغ ِر ُب َفَاْيَنَم ا ُتَو ُّلْو ا َفَثَّم َو ْج ُه ِۗهّٰللا ِاَّن َهّٰللا َو اِس ٌع َع ِلْيٌم‬
Artinya : “Kepunyaan Allah lah Timur dan Barat, maka kemanapun kamu
menghadap disitulah wajah Allah. Sesunguhnya Allah Maha Luas (rahmatNya)
lagi Maha Mengetahui.”
Ayat ini turun berkenaan dengan kasus sekelompok musafir mereka tidak
tahu arah kiblat secara pasti, lalu mereka menghadap ke arah yang berbeda-beda.
Masalah ini diajukan kepada Rasulullah SAW. Lalu turunlah ayat tersebut.
Menghadap ke kiblat pada waktu sholat hukumnya wajib. Tidak sah sholat jika
tidak menghadap kiblat. Kecuali jika terjadi pada kondisi seperti ketika ayat itu
turun, seseorang tidak bermasalah jika tidak menghadap kiblat. Itupun terlebih

13
kitab Al Itqon fii Ulumil Qur’an
dahulu harus berusaha sedemikian rupa (ijtihad) untuk mengetahui arah kiblat
yang sebenarnya.14

14
Quraish Shihab, Sejarah Ulum Alquran, ( Jakarta : Pustaka Firdaus, 2008 ), Cet. IV, h.79
KESIMPULAN

Asbab an-Nuzul adalah sebab dan akibat dari turunnya ayat al-Qur’an yang
menerangkan tentang sejarah-sejarah dan peristiwa-peristiwa pada masa itu, dan
tentunya ada faktor-faktor pendorong kenapa ayat itu diturunkan.

Adapun macam-macam Asbab an- Nuzul, yaitu: dilihat dari Sudut Pandang
RedaksiRedaksi yang di Pergunakan dalam Riwayat Asbab An-Nuzul, Ada yang
bersifat sharih (jelas), Sedangkan ada redaksi yang meriwayatkan secara tidak
pasti, dilihat dari sudut pandang berbilangnya Asbab An-Nuzul untuk satu ayat
atau berbilangnya ayat untuk satu sebab.

Sedangkan ungkapan-ungkapan yang digunakan dalam Asbab An-Nuzul


disini telah dikatakan oleh para ahli tafsir yang menyebutkan sebab-sebab yang
beraneka ragam atas turunnya suatu ayat, jika seperti ini keadaannya, maka yang
dijadikan patokan adalah ibarat atau ungkapan yang dikatakan para mufassir tadi.
Maka dari itu wajib bagi kita untuk memahami sebab-sebab ayat itu turun, agar
tidak salah dalam menafsirkan.

Adapun manfaat dari Asbab an-Nuzul dan menentukan hukum (takhsis)


dengan sebab menurut orang yang berpendapat bahwa suatu ibarat dinyatakan
berdasarkan khususnya sebab.
DAFTAR PUSTAKA
Asbabun Nuzul karya Ach. Fawaid Anwar, Rosihon. 2013. Ulumul Qur’an. Bandung :
Pustaka Setia. Suwa, Muhammad Amin. 2013. Ulumul Qur’an. Jakarta : Raja Grafindo
perseda.
Az–Zarqani, Manahi al-Irfan fi Ulum Alquran, alih Bahasa (Pamulang: GMP, 2001).
Kitab At Tibyan fii Ulumil Qur’an
Kitab Al itqon fii ulumil qur’an
Manna’ al-Qaththan, Mabahits fi’ Ulumil Qur’an 1393 H/1973 M.
Muhammad Abdul Adzim Al-Zarqani, Manahil Al-Urfan Fi Ulum AlQuran (Jakarta:
Gaya Media Pratama 2001)
Nawir Yuslem, Ulumul Qur’an, Dilengkapi Dengan Beberapa Pendekatan dan
Metodologi
Dalam Penafsiran Alquran ( Bandung : Media Perintis, 2010 )
Ramli Abdul Wahid,Ulumul Qur’an, Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 1996.
Rosihon Anwar, UlumAl-Qur’an, Bandung: CV Pustaka setia, 2010.
Subhi As-Shalih, Mabahits fi ‘Ulumil Qur’an (Beirut: Dar al-Ilm li al Malayin, 2007M).

Anda mungkin juga menyukai