Anda di halaman 1dari 18

KATA SHALAT DALAM AL- QUR’AN (KAJIAN

AL-WUJU>H WA AL- NAZ}A>IR)

PROPOSAL

Proposal Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar


Sarjana
Agama pada Takhassus Tafsir dan Ilmu Tafsir
Ma’had Aly As’adiyah Sengkang

Oleh :

MOHAMMAD IKHSAN HASAN


NIM.161813102067

TAKHASSUS TAFSIR DAN ILMU TAFSIR


MA’HAD ALY AS’ADIYAH SENGKANG
2022
PROPOSAL PENELITIAN

NAMA : MOHAMMAD IKHSAN HASAN

NIM : 161813102067

JURUSAN : TAFSIR DAN ILMU TAFSIR

JUDUL : KATA SALAT DALAM ALQURAN (KAJIAN AL-

WUJU>H WA AL-NAZ}A>IR)

A. Latar Belakang Masalah

Manusia seperti halnya makhluk yang lain, berada dalam pemeliharaan

Allah swt. sejak kelahiran hingga kematiannya. Setiap manusia memilik suatu

pedoman untuk mencapai suatu tujuan yang telah ditentukan, seperti halnya

Alquran yang dijadikan pedoman oleh setiap umat islam.

Seperti yang kita ketahui bahwa Alquran merupakan salah satu mukjizat

abadi yang diberikan Allah kepada Nabi Muhammad saw. melalui malaikat Jibril

as. yang senantiasa dipahami selaras dengan realitas dan kondisi zaman yang

terus berubah tergantung pada kebutuhan konsumen umat islam.

Dibandingkan dengan kitab-kitab samawi yang lain hanya Alquran yang

dipelihara dan dijamin oleh Allah swt. keautentikannya sampai saat ini.

Allah berfirman dalam Q.S. al-Hijr/15: 9.

)9( ‫َل ِفظُو حن‬ ِ ‫إِ اَّن حَنن نحازلْنا‬


ٰ‫ٱلذ ْكحر حوإِ اَّن لحهُ ح‬ ‫ُْ ح‬
Terjemahnya :
“Sesungguhnya Kami-lah yang menurunkan Alquran , dan sesungguhnya
Kami benar-benar memeliharanya”.1

Demikianlah Allah menjamin keautentikan Alquran, jaminan yang

diberikan atas dasar Kemaha kuasaan dan Kemaha tahuan-Nya, serta berkat

1
Kementerian Agama RI., al-Qur’an dan Terjemahannya , h.363

1
2

upaya makhluk-makhluk-Nya, terutama oleh manusia. Dengan jaminan ayat

diatas, setiap muslim percaya apa yang dibaca dan didengarnya sebagai Alquran

tidak berbeda sedikitpun dengan apa yang pernah dibaca oleh Rasulullah saw.

dan yang didengar serta dibaca oleh para sahabat Nabi Muhammad saw.2

Secara faktual Alquran turun di bangsa Arab, namun dalam konteksnya

Alquran berlaku untuk seluruh umat manusia, tidak terbatas bagi orang-orang

yang berada di teritorial tanah Arab saja.

Terlebih dahulu perlu disadari bahwa ada kaitan yang tidak terpisahkan

antara lafaz dan makna. Bahasan menyangkut hal ini menjadikan lafaz dan

makna merupakan salah satu bahasan pokok, khususnya dalam studi tentang

Alquran, apalagi hubungan antara lafaz dan makna berakar jauh sejak bahasa

menjadi sarana komunikasi dan salah satu cara mengekspresikan keindahan.

Alquran tidak terkecuali dari hakikat diatas, apalagi keindahan dan ketelitian

lafaz-lafaz Alquran dan kedalaman maknanya merupakan salah satu bukti

kebenaran Alquran yang ditantangkan Allah kepada siapa dan kapan pun

sepanjang masa.3

Salah satu sisi kemukjizatan Alquran adalah keindahan dan keunikan gaya

bahasa beserta sastra Alquran yang berbeda dengan keindahan sastra dan gaya

bahasa yang dimiliki oleh orang-orang Arab. Selain itu, kefasihan bahasa di

dalamnya yang tidak mungkin dapat ditandingi dan diciptakan oleh semua

makhluk termasuk manusia.

Allah berfirman dalam Q.S. al-Isra>’/17: 88.

2
M. Quraisy Shihab, Membumikan Al-Quran Fungsi dan Peran Wahyu Dalam
Kehidupan Masyarakat, ed. Ihsan Ali-Fauzi (Bandung:Mizan, 1994), hal 21.
3
M. Quraish Shihab, Kaidah Tafsir, ed. Abd. Syakur Dj. (Tanggerang : Lentera hati,
2013), h.75.
3

ٍ ‫ض ُه ْم لِبح ْع‬
‫ض‬ ِ ِ ِِ ِ ‫اْلنس وا ْْلِ ُّن علح ٰى أحن َيْتُوا ِبِِثْ ِل ٰه حذا الْ ُقر‬
ُ ‫آن حَل حَيْتُو حن ِبثْله حولح ْو حكا حن بح ْع‬ْ ‫ح‬ ‫ح‬ ‫ح‬ ِ ِ ْ ‫قُل لائِ ِن‬
‫اجتح حم حعت ْ ُ ح‬
)88( ‫ظح ِه ًريا‬
Terjemahnya :
"Sesungguhnya jika manusia dan jin berkumpul untuk membuat yang
serupa Al Quran ini, niscaya mereka tidak akan dapat membuat yang
serupa dengan dia, sekalipun sebagian mereka menjadi pembantu bagi
sebagian yang lain".4

Oleh karena itu dalam memahami makna dan isi kandungan Alquran

belum cukup hanya mengerti bahasa Arab saja, maksud dari ayat Alquran tidak

dapat dipahami dengan baik, jika makna kata atau susunan tarkibnya tidak

diketahui dengan baik pula.5

Kasus ‘Adi bin Abi Hatim yang salah dalam memahami bahasa ungkapan

Alquran merupakan bukti bahwa kajian kebahasaan secara embrio sudah ada

sejak zaman Nabi. Pada masa sahabat, ketidaktahuan ‘Umar mengenai maksud

dari kata abban dalam Alquran juga bukti lain bahwa kajian tentang bahasa

Alquran sudah ada sejak generasi awal Islam.6

Ada berapa upaya dan metode yang digunakan manusia untuk menggali

makna Alquran . Hal ini disebabkan karena setiap orang mempunyai kemampuan

dalam melafazkan atau mengungkapan Alquran. Perbedaan daya nalar di antara

mereka ini adalah suatu keniscayaan. Kalangan awam hanya dapat memahami

makna-maknanya yang za>hir dan secara global dalam memahami maksud ayat-

ayat di kalangan pelajar dan kalangan cerdik cendikiawan menyimpulkan bahwa

makna-makna yang terdapat di dalam Alquran sangat menarik untuk dipelajari.

Dan di antara kedua kelompok ini masing-masing mempunyai keanekaragaman

4
Kementerian Agama RI., al-Qur’an dan Terjemahannya, h. 406
5
Wahyudi, Al-Wujuh wa al-Nazhair dalam al-Qur’an Perspektif Historis, Studi al-
Qur’an dan Hadis Vol.3, No. 1 (2019): h. 23.
6
Wahyudi, Al-Wujuh wa al-Nazhair dalam al-Qur’an Perspektif Historis, h. 22.
4

dalam tingkat pemahaman, maka tidak heran lagi jika Alquran mendapatkan

perhatian besar dari umatnya melalui pengkajian intensif. 7

Dalam bahasa Arab, untuk mengetahui makna satu kata dibutuhkan

pengetahuan kebahasaan yang luas, karena bahasa arab begitu kaya akan makna

dan pola perubahannya. Salah satu diskursus studi Alquran yang membahas

makna kosakata Alquran adalah kaidah al-Wuju>h wa al-Naz}a>ir.

Al-Wuju>h dapat diartikan kesamaan lafaz dan perbedaan makna


Sedangkan al-Naz}a>ir lafaz yang berbeda-beda namun memiliki makna yang

sama. Dimana al-Wuju>h memfokuskan pencarian kepada makna-makna pada

suatu lafaz, sedangkan pembahasan mengenai al-Naz}a>ir memfokuskan kepada

lafaz-lafaz pada suatu makna.8

Kata shalat sangat banyak disebutkan di dalam Alquran dengan berbagai

lafaz dan makna misalnya kata shalat Allah berfirman dalam Q.S. Al-Ah}za>b/33:

56

ِ ِ‫صلُّو حن حعلحى الن‬


)56( .... ‫اب‬ ِ ‫إِ ان ا‬
‫اَّللح حوحم حَلئ حكتحهُ يُ ح‬
Terjemahnya :
“Sesungguhnya Allah dan malaikat-malaikat-Nya bershalawat untuk
Nabi. Hai orang-orang yang beriman …”.9

Secara harfiah kata shalat bermakna do’a, dalam kitab fathul mu’in

dikatakan bahwa shalat adalah perkataan dan perbuatan khusus yang dibuka

dengan takbir dan ditutup dengan salam.10 Namun lafaz shalat pada surat al-

7
Dilaluddin Supyadi. Kajian sematik kata hikmah dalam al-Qur’an. 2018. h. 2-3
8
Syukran abu bakar dan Husna Khairudita, Variasi Makna Lafaz al-Umm Dalam Al-
Qur’an, Journal Of Qur’anic Studies Vol 6, No 2, 2021, h. 211
9
Kementerian Agama RI., al-Qur’an dan Terjemahannya, h.613.
10
Zainuddin bin Abdul Aziz, Fath}ul Mu’in bi Syarh}i Qurratu al-‘Uyu>n, (Pustaka Salam :
Surabaya), h. 3
5

Ah}z>ab ayat 56 ini tidak bisa diartikan sebagai suatu ritual ibadah, mustahil bagi

Allah swt. beribadah kepada makhluk ciptaannya sendiri, akan tetapi pada

konteks ini kata shalat dimaknai dengan rahmah, maka pemahaman yang lebih

tepat disini bahwasannya Allah swt. memberi rahmat atau kasih saying kepada

Nabi.

Berdasarkan hadits yang dikeluarkan oleh Ibnu ‘Asa>kir di dalam kitabnya

dari jalur Hamma>d bin Zai>d dari Ayyub dari Abi> Qila>bah dari Abu Darda>’

berkata:

( : ‫ أرأيت قوله‬: ‫ فقلت أليب‬: ‫ قال محاد‬.) ‫( إنك لن تفقه كل الفقه حىت ترى للقرآن وجوها‬
. ‫ هو هذا‬، ‫ نعم‬: ‫حىت ترى للقرآن وجوها ) ؟ أهو أن يرى له وجوها فيهاب اْلقدام عليه ؟ قال‬
Artinya :
“Sesungguhnya engkau tidak menguasai fiqih yang sebenarnya sehingga
engkau melihat Alquran memiliki beberapa sisi makna, Hamma>d berkata :
Aku berkata kepada Ayyub, Apa pendapatmu tentang makna? Sabdanya:
Engkau melihat Alquran memiliki beberapa makna, apakah artinya dia
melihat Alquran memiliki beberapa makna kemudian takut
menafsirkannya? Dia berkata, ‘’Ya, begitulah maknanya”.11

Sebagian ulama menafsirkan bahwa satu lafaz memungkinkan memiliki

beberapa makna dan diartikan dengan arti tersebut selama tidak kontradiktif dan

tidak membatasi dengan satu makna.12 Seringkali juga di dalam Alquran satu

makna diungkapkan dengan berbagai istilah, Kadang kata i>ma>n di dalam Alquran

malah bermakna shalat. Allah berfirman dalam Q.S. al-Baqarah/2 : 143

)143( ... ‫يع إِميحانح ُك ْم‬ ِ ِ ‫وما حكا حن ا‬


‫اَّللُ ليُض ح‬ ‫حح‬
Terjemahnya :

11
Jala>luddi>n Al-Suyu>ti, Al-Itqa>n fi> Ulu>m al-Qur’a>n (Mesir : Darul Hadis ) , Juz 2, h.
445-446.
12
Jala>luddi>n Al-Suyu>ti, Al-Itqa>n fi> Ulu>m al-Qur’a>n, h. 445
6

“Dan Allah tidak akan menyia-nyiakan imanmu…”.13

Dalam konteks ayat ini, maknanya bukan Allah tidak menyia-nyiakan

imanmu, tetapi Allah swt. tidak menyia-nyiakan shalatmu.14

Selain kata i>ma>n, shalat juga bisa diungkapkan dengan istilah istigfa>r,

qiya>m, zikr dan lain sebagainya, sedangkan dari segi wuju>h kata shalat selain
dimaknai dengan do’a, bisa juga dimaknai dengan rahmat, tempat ibadah dan

masih banyak lainnya.

Dari penjelasan diatas, penulis menarik untuk meneliti dikarenakan :

1. Alquran bukan hanya sebatas kitab bagi orang-orang muslim saja,

akan tetapi juga sebagai undang-undang yang mengatur kehidupan

di dunia. Alquran adalah salah satu mukjizat Nabi Muhammad

saw. yang menyesuaikan sesuai dengan perubahan zaman yang

menjadi petunjuk dan pembenar dalam persoala-persoalan akidah,

syariah dan akhlak bagi manusia. Ia tersusun dalam redaksi dan

gaya bahasa yang sangat indah, urutannya teratur dan harmonis

terlebih pada susunan kata dan kalimatnya sehingga menjadi


sarana pembelajaran dan juga tidak lepas dari segala bentuk ilmu

pengetahuan.

2. Dari literatur-literatur yang dibaca Alquran memiliki banyak

kesamaan dan keragaman dari segi lafaz maupun maknanya.

Bahkan dalam satu kata Alquran menunjukkan makna yang

berbeda-beda ataupun satu makna yang diungkapkan dengan

berbagaia istilah. hal ini membuat penulis ingin mengkaji lebih

13
Kementerian Agama RI., al-Qur’an dan Terjemahannya, h.29.
14
Ahmad Sarwat, al-Wujuh wa al-Nazhair dalam Alqur’an; Satu Kata Banyak Makna,
Satu Makna Banyak Kata (Rumah Fiqh Publishing : Jakarta Selatan, 2019), h.26
7

dalam tentang perbedaan disetiap makna dan lafaz dari kata shalat

yang terdapat di dalam Alquran .

Berdasarkan hal tersebut penulis memiliki keinginan untuk meneliti

mengenai ayat-ayat Alquran menyangkut al-Wuju>h wa al-Naz}a>ir Alquran

terkhusus pada kata shalat yang memiliki lafaz dan ungkapan islitahnya yang

beragam dan akan dituangkan dalam karya ilmia ini. Penulis menganggap perlu

untuk melakukan penelitian ini agar muncul gambaran yang komprehensif

mengenai ‘Kata Shalat dalam Alquran (Kajian al-Wuju>h Wa al-Naz}a>ir)’.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan dari latar belakang di atas, maka penulis merumuskan per

tanyaan sebagai berikut:

1. Klasifikasi lafaz shalat dalam Alquran

2. Bagaimana penerapan kaidah al-wujuh dan al-nazair dalam penafsiran

Alquran pada kata shalat ?

3. Bagaimana implikasi kaidah al-Wuju>h wa al-Naz}a>ir dalam penafsiran

Alquran pada kata shalat ?


C. Batasan Masalah

Dalam menentukan batasan masalah, pembahasan al-Wuju>h wa al-Naz}a>ir

yang ada di beberapa surat dalam Alquran. Khususnya pada kata shalat dalam

ayat Alquran baik secara lafaz maupun secara makna.

Dalam Alquran kata shalat yang secara lafaz dan maknanya terdapat

dalam beberapa surat dan ayat yang berbeda, untuk menghindari penelitian yang

tidak sesuai dengan penulisan penelitian ini, penulis membatasi dalam beberapa

surah yaitu :

1. Pada kajian wuju>h Q.S. al-Baqarah ayat 3, 157, dan 238, Q.S. Hu>d ayat
87 dan 114, Q.S. al-Isr>a’ ayat 78 dan 110, Q.S. al-tau>bah ayat 99 dan 103,
8

Q.S. al-Ah}za>b ayat 56, Q.S. al-H}ajj ayat 40, Q.S. al-Nisa>’ ayat 43, Q.S.

al-Ma>’idah ayat 106, dan Q.S. Al-Jumu’ah ayat 9.

2. Adapun pada kajian al-Naz}a>ir yaitu pada surah Q.S. al-muzammil ayat 1-

2, Q.S al-Baqarah ayat 43, 143, dan 238-239, Q.S. al-Jumu’ah ayat 9,

Q.S. al-Muna>fiqun ayat 9, Q.S. S}ad ayat 32, Q.S. al-Zariyat ayat 18, Q.S.

‘A>li Imra>n ayat 17, Q.S. al-Anfa>l ayat 33, Q.S. Al-Syu’ara>’ ayat 219, Q.S.

al-Isra>’ ayat 78, Q.S. al-Zumar ayat 9 dan Q.S. H}ud ayat 114.

Dengan menggunakan beberapa tafsir untuk memapakarkan kata shalat yaitu,

kitab Tafsir al-T}abari>, kitab Tafsir Al-Azhar, kitab tafsir al-Misbah dan kitab

Tafsir Al-Munir.

D. Pengertian Judul

Untuk menhindari pemahaman yang berganda terhadap judul proposal ini

maka penulis perlu me ngemukakan dan menjelaskan lebih awal batasan makna

dan ruang lingkup objek kajian yang dimaksudkan, antara lain :

1. Shalat

Shalat bentuk masdar dari kata ‫ صلى‬yang terdiri dari huruf shad-lam-huruf
mu’tal yang memiliki dua makna yaitu api dan apa yang serupa dengannya
dan jenis dari suatu ibadah.15 Sedangkan dalam lisanul arabi dikatakan

bahwa shalat secara bahasa adalah do’a.16 Kata shalat juga bisa bermakna

tasbih jika dikatakan ‫عباده‬ ‫ الرمحة و الثناء على‬:‫ صَلة من هللا‬artinya kasih sayang
atau pujian terhadap hambanya.17

2. Al-Wuju>h

15
Abi Husain Ahmad bin faris, Mujam muqayyis al-lugah, (Juz 3; daru al-fikr: ), h.300
16
Lisanul arabi
17
Luwis Ma’luf, Al-munjid fi al-lugah wa al-adab wa al-‘ulum (Bayrut: ), h.434.
9

Al-Wuju>h merupakan bentuk plural dari kata ‫وجه‬ yang berupa isim

mashdar dari fiil ‫جيه‬-‫ وجه‬yang berarti maksud dan tujuan. Dikatakan ‫الوجه‬
‫ان يكون كذا‬ artinya tujuan yang jelas.18 Fahd bin Abdul al-Rahman

mendefinisikan kata ‫ وجوه‬secara bahasa yang berarti sesuatu yang berada

didepan atau sarana atau jalan yang dimaksudkan.19

Al-Wuju>h adalah kata yang sama sepenuhnya, dalam huruf dan


bentuknya, yang ditemukan dalam berbagai redaksi ayat, tetapi beraneka ragam

yang dikandungnya.20

3. Al-Naz}a>ir

Kata Al-Naz}a>ir salah satu bentuk plural dari kata ‫ نظري‬bermakna yang

sama dan sepadan.21 Sedangkan dalam ilmu Alquran Al-Naz}a>ir adalah lafaz-lafaz

yang bertepatan maknanya.22

E. Kajian Pustaka

Kajian penelitian tentang al-Wuju>h wa al-Naz}a>ir dalam perspektif

kaidah-kaidah tafsir ini masih sangat terbatas, namun demikian tidak bisa

dipungkiri bahwa peneliti sebelumnya telah cukup banyak melakukan penelitian


yang terkait dengan al-Wuju>h wa al-Naz}a>ir meskipun dari berbagai aspek sudut

pandang yang berbeda diantaranya:

Skripsi yang ditulis oleh Sekar Istiqamah, Fakultas ilmu Alquran dan

Tafsir Universitas Islam Negeri Sunan Kalijaga, dengan judul shalat dalam

Alquran menurut penafsiran Hamka dan M. Quraish Shihab. Srikpsi ini

18
Luwis ma’luf, Al-munjid fi al-lugah wa al-adab wa al-‘ulum (Bayrut: ), h. 889.
19
Fahd bin Abdu al-Rahman al-Rumi, Buhuts Ushu>l al-Tafsir wa Mana>hijuh (Cet. IV.
Riyadh : Maktabah al-Taubah, 1999), h.127.
20
M. Quraish Shihab, Kaidah Tafsir, (Tanggerang : Lentera hati, 2013), h.119.
21
Luwis Ma’luf, Al-munjid fi al-lugah wa al-adab wa al-‘ulum (Bayrut: ), h.818.
22
Jala>luddi>n al-Suyu>t}, Al-Itqa>n Fi> ‘Ulu>m Al-Qur’a>n, (Beirut : Da>r al-Hadits, 2006),
h.445
10

membahas bagaimana penafsiran shalat dalam Alquran menurut Hamka dan M.

Quraish Shihab. Shalat dalam penelitian ini berfokus pada perintah

melaksanakan shalat, tujuan serta ancaman orang-orang yang meninggalkan

shalat.

Skripsi ya ng ditulis oleh Siti Iis Syamsiyah, Jurusan ilmu Alquran dan

Tafsir Fakultas Ushuludin dan Adab Universitas Islam Negeri Sultan Maulana

Hasanuddin banten, dengan judul makna shalat wustho dalam al-Qur’a; kajian

terhadap penafsir an al-Maraghi dan Jalalain QS al-Baqarah ayat: 238. Skripsi


ini membahas pandangan Ahmad Mustafa al-Maraghi dalam Tafsir al-Maraghi

dan imam Jalaluddin as-Suyuthi dan imam Jalaluddin al-Mahally dalam Tafsir

Jalalain tentang shalat wustha dalam surah al-Baqarah ayat 238. Serta

pertsamaan dan perbedaan kedua tafsir tersebut serta latar belakang pendapat

masing-masing.

Tesis yang ditulis oleh Ayaturrahman program studi ilmu Alquran dan

tafsir pascasarjana magister Institute ilmu-Alquran Jakarta, dengan judul lafaz

matsal dalam Alquran dan aplikasinya dalam ilmu al-wujûh wa an-nazhâir. Tesis
ini membahas salah satu cabang ilmu Alquran yaitu ilmu al-Wujûh wa an-

Nazhâir pada lafaz matsal dengan mempelajari dan mengkaji dari segi linguistik

untuk menunjukkan asal usul makna kata tersebut secara komprehensif, serta

mengkajinya dari segi ilmu tafsir untuk mendapatkan makna yang komperhensif

dari Alquran. Dan itu dilakukan dengan meneliti dari kitab-kitab al-Wujûh wa

an-Nazhâir dan kitab-kitab tafsir.

Jurnal Alif Lam karya Muhammad Syafirin dengan judul makna kata

shalat dalam Alquran analisis semantik Toshihiko Izutsu. Jurnal ini membahas
makna kata shalat dalam alquran dengan menggunakan teori semantik Toshihiko
Izutsu dalam konsep weltanschauunglehrer dan dielaborasi dengan penelitian
11

berbasis studi pustaka yang menjadikan Alquran sebagai bahan primer dan kitab-

kitab tafsir sebagai bahan sekunder.

Terdapat juga jurnal studi Alquran dan hadis karya Wahyudi yang

judulnya al-Wujūh wa al-Naẓā’ir dalam Alquran Perspektif Historis. Jurnal ini

menjelaskan sejarah perkembangan ilmu al-Wujūh wa al-Naẓā’ir para era klasik

dan kontemporer.

Adapun buku yang penulis temukan yaitu Ahmad Sarwat, LC.MA.

menulis buku al-Wuju>h wa an-nazhair dalam Alquran; satu kata banyak makna,

satu makna banyak kata.buku ini menjelaskan secara sekilas tentang ilmu
Alquran yaitu al-Wuju>h wa an-naz}a>ir, belum dilengkapi dengan data yang lebih

jauh. Maksudnya agar yang masih pemula bisa dengan mudah mengikuti dan

memahaminya.

Dengan demikan, dari literatur yang telah dipaparkan di atas sudah ada

penelitian yang membahas tentang kata shalat di dalam Alquran akan tetapi

terdapat sisi perbedaan yang lebih spesifik

F. Metode Penelitian
Proposal penelitian memuat term ‘metode’ penelitian bukan ‘metodelogi’

(ilmu tentang cara atau prosedur) meneliti karena yang diperlukan proposal

ialah menjelaskan cara atau langkah-langkah yang akan ditempuh dalam

pelaksanaan penelitian, bukan membahas ilmu tentang metode meneliti,

melainkan apa dan bagaimana cara melakukan penelitian terhadap

permasalahan yang diangkat.23

23
Nasruddin Baidan dan Erwati Aziz, metodologi khusus penelitian tafsir (cet. pertama,
pustaka pelajar : Yogyakarta, 2016) h.102
12

Untuk mencapai sasaran yang telah ditentukan dengan baik dan benar,

maka perlu mengunakan metode penelitian yang tepat. Berikut ini metode

yang dipergunakan dalam tahap-tahap penelitian

1. Jenis dan sifat penelitian

Pada penelitian ini penulis menggunakan metode penelitian kualitatif

secara deksriptif yang bertujuan untuk memberikan pengetahuan serta penjelasan

tentang kata shalat di dalam Alquran. Sebagaimana pada dasarnya, jenis

penelitian ini mengacu pada literature dari bahasn tertulis yang bersumber dari

buku, jurnal maupun artikel (library research).

2. Metode pendekatan

Dalam penelitian ini penulis menggunakan metode pendekatan yaitu :

a. Pendekatan Tafsir karena tulisan ini menafsirkan ayat-ayat yang berkaitan

dengan kata shalat. Sehingga terlebih dahulu penelitian ini akan merujuk pada

kitab sumber terkhususnya kitab-kitab tafsir.

b. Pendekatan kaidah-kaidah penafsiran karena kajian ini menggunakan

perspektif kaidah tafsir yaitu al-Wuju>h wa al-Naz}a>ir yang memiliki kaitan


dengan studi keilmuan penulis.

c. Pendekatan semantik untuk menganalisis kata shalat dalam Alquran.

Semantik merupakan salah satu metode dalam linguistik yang berfokus pada

makna, sehingga pada penelitian ini lebih memperhatikan pada makna untuk

menganalisis terkait dengan objek penelitian.

3. Metode pengumpulan dan sumber data

a. Metode pengumpulan data

1. Melacak dan mengumpulkan ayat-ayat pada tema ini di dalam mushaf

umtuk mengetahui jumlah dan posisinya ditengah ayat-ayat. Untuk


memudahkan pelacakan tersebut, dapat digunakan kitab indeks ayat-ayat
13

Alqur’an seperti al-Mu’jam al-Mufahras li al-Fa>z} Alqur’a>n al-Karim,

karya Muhammad Fu’ad ‘abd al-Baqi.

2. Melakukan seleksi terhadap ayat-ayat yang telah terhimpun sesuai

kriterianya,baik dari segi keragaman istilah dari kata shalat ataupun dari

keragaman maknanya di dalam Alqur’an.

3. Selanjutnya, ayat-ayat yang telah lolos seleksi dimuatkan dalam satu

bagian khusus sesuai dengan subyeknya.

4. Sebelum dilakukan analisa terhadap ayat-ayat tersebut, maka terlebih

dahulu dirujuk penafsirannya di dalam kitab-kitab tafsir; baik yang kalsik,

maupun yang modern.

b. Sumber data

Pengumpulan data dalam penulisan ini bersifat studi dokumen, di mana

yang menjadi sumber primer adalah Alquran al-Karim Yakni merujuk pada ayat-

ayat yang membahas tentang lafaz baghyu. Kemudian untuk menguatkan

pembahasan tersebut, maka digunakan kitab-kitab tafsir khususnya kitab Tafsir

Jalalain, kitab Tafsir al-Mishbah, kitab Tafsir al-Thabari, kitab Tafsir Ibnu
Katsir, kitab Tafsir al-Qurtubi, kitab Tafsir al-Azhar, kitab Tafsir Sayyid Quthb
dan kitab Tafsir an-Nuur yaitu sebagai alat banding dalam memahami

pemaknaaan terhadap lafaz baghyu.

Sumber sekunder adalah kitab al-Wuju>h wa al-Naẓa’ir fi alQur’an al-

‘Azi>m, al-Itqa>n Fi> Ulu>m Alqur’an, Burhan Fi Ulumil Quran, Kamus al-Munjid,
Kamus al-Munawwir dan lain-lain. Sedangkan sumber tertier, yaitu semua karya
yang bersifat ilmiah yang terkait dengan keilmuan dalam Islam secara umum

yang masih berkait dengan pembahasan ini seperti Ensiklopedi alQur’an Dunia
14

Islam Modern, Jurnal Urgensi al-Wuju>h wa alNazhair dalam Alqur’an, Jurnal Al-
Wuju>h wa al-Nazhair dalam Alquran Perspektif Historis dan lain-lain.

4. Analisis data

Data dianalisis dengan metode mawḍū’i, yaitu metode tematik. Metode ini

membahas ayat-ayat Alquran yang sesuai dengan tema ataupun judul yang telah

ditetapkan. Semua ayat akan dihimpunkan dan akan dikaji secara mendalam dari

berbagai aspek yang terkait dengannya, seperti kosakata, makna lafaz, asbab al-

nuzul dan sebagainya. Semuanya akan dijelaskan secara rinci dan tuntas serta

didukung oleh dalil-dalil atau fakta-fakta yang dapat dipertanggungjawabkan

secara ilmiah, baik argumen itu berasal dari Alqur’an, hadits, maupun pemikiran

rasional.

G. Tujuan dan Kegunaan Penelitian

1. Tujuan penelitian

a. Untuk mengetahui kaidah-kaidah yang terkait al-Wuju>h wa al-Naz{a>ir serta

bagaimana penerapannya pada ayat-ayat Alquran dalam perspektif kaidah

tafsir.
b. Untuk menganalisa ungkapan maupun makna yang beragam dari kata shalat

dalam Alquran.

c. Untuk mengaplikasikan makna dan penafsiran lafaz mastala dalam ilmu al-

Wuju>h wa al-Nazha>ir.
d. Untuk mengetahui implikasi dari kaidah al-Wuju>h wa al-Naz{a>ir dalam

penafsiran ayat-ayat Alquran, yang ditinjau dari beberapa aspek pengaruhnya

dalam upaya memahami kandungan isi Alquran .

2. Kegunaan penelitian
15

a. Sebagai sumbangan pemikiran kepada masyarakat yang berniat mendalami

tafsir yang berkenaan dengan ilmu al-Wuju>h wa al-Naz{a>ir.

b. Dapat memberikan kemudahan bagi para akademisi khususnya mahasiswa

yang ingin memahami tentang lafaz matasla dan kaitannya denga ilmu al-

Wuju>h wa al-Naz{a>ir.
c. Memberikan informasi dan keilmuan baru bagi mereka yang mendalami

Alqur’an dalam rangka menumbuhkan kesadaran agar selalu hati-hati dalam

menafsirkan Alqur’an, nantinya ketika memahaminya tidak hanya dari segi

kandungannya secara umum, tetapi mengerti serta memahami setiap lafaz

yang digunakan dalam Alqur’an dalam mengungkapkan suatu hal.

d. Memberikan sumbangsih pemikiran yang dapat memberikan informasi

tambahan bagi para peneliti dalam bidang tafsir Alqur’an baik referensi bagi

individu ataupun sebagai referensi akademis lainnya.

e. Guna untuk memenuhi salah satu persyaratan mencapai gelar sarjana agama

(S.Ag) di Mahad Aly As’adiyah Sengkang.


DAFTAR PUSTAKA

Al-Qur’a>n Al-Kari>m
Kementerian Agama RI. Al-Qur’an dan Terjemahannya. Lajnah Pentashihan
Mushaf Al-Qur’an: Jakarta, 2019.
Abdul Aziz, Zainuddin. Fathul Mu’in bi Syarhi Qurratu al-‘Uyun. Pustaka Salam
: Surabaya
Baidan, Nasruddin dan Erwati Aziz, Metodologi Khusus Penelitian Tafsir. Cet.1,
Pustaka pelajar : Yogyakarta, 2016.
Majmu Lugah al-Arabiyah. Mu’jam al-Wasi>t{. Cet. IV; Kairo : Maktabah as-
Syuruq al-Dauliyah, 2004.
Manz{ur, Ibnu. Lisa>nul al- Arab . Kairo : Da>r al-Ma’a<rif, 1119.
Munawwir , Ahmad Warson. Kamus al-Munawwir Arab Indonesia . Cet. XIV;
Surabaya : Pustaka Progressif, 1997.
Al-Rumi, Fahd bin Abdu al-Rahman. Buhuts Ushul al-Tafsir wa Manahijuh. Cet.
IV. Riyadh : Maktabah al-Taubah, 1999.
Sarwat, Ahmad. al-Wujuh wa al-Nazhair dalam Alqur’an; Satu Kata Banyak
Makna, Satu Makna Banyak Kata. Rumah Fiqh Publishing: Jakarta
Selatan, 2019.
Shihab, M. Quraish. Kaidah Tafsir, ed. Abd. Syakur Dj. Tanggerang : Lentera
hati, 2013.
_______. Membumikan Alqur’an Fungsi dan Peran Wahyu Dalam Kehidupan
Masyarakat, ed. Ihsan Ali-Fauzi. Bandung: Mizan, 1994.
Al-Suyuti, Jalaluddin. Al-Itqan fii Ulum Alqur’an. Juz 2; Mesir: Darul Hadis,
Ma’luf, Luwis. Al-munjid fi al-lugah wa al-adab wa al-‘ulum. Bayrut:
KOMPOSISI BAB (OUTLINE )

BAB I : PENDAHULUAN

A. Latar belakang masalah


B. Rumusan masalah
C. Batasan masalah
D. Pengertian judul
E. Kajian Pustaka
F. Metodologi penelitian
G. Tujuan dan kegunaan penelitian

BAB II : TINJAUAN TEORITIS

A. Sekilas tentang kata shalat


B. Defenisi shalat
C. Pemahaman lafaz shalat dalam Alqur’an

BAB III : KERANGKA KONSEPTUAL AL-WUJU>H WA AL-NAZHAIR

A. Definisi al-Wuju>h wa al-Naẓa’ir


B. Sejarah Kemunculan al-Wuju>h wa al-Naẓa’ir
C. Perbedaan al-Wuju>h dengan Musytarak dan al-Naẓa>ir dengan Mutaradif
D. Urgensi al-Wujuh wa al-Nazair dalam penafsiran Alqur’an

BAB IV : AL-WUJUH WA AL-NAZAIR PADA KATA SHALAT

A. Klasifikasi lafaz shalat dalam Alqur’an


B. Penerapan kaidah al-wujuh wa al-nazair dalam penafsiran Alqur’an
C. Implikasi kaidah al-wujuh wa al-nazair dalam penafsiran Alqur’an

BAB V : PENUTUP

A. Kesimpulan
B. Kritik dan Saran

Anda mungkin juga menyukai