Anda di halaman 1dari 16

Al-qur’an Sebagai Sumber ajaran Islam

Yang Pertama
1. Akidah
bahwa Allah Swt adalah yang maha segala-galanya. Di samping itu,
akidah di dalam Al-Qur’an juga meliputi rukun iman seperti
keyakinan terhadap Allah, malaikat, rasul, kitab, hari kiamat serta
qada dan qadar. "Rasul (Muhammad saw) beriman kepada apa yang
diturunkan kepadanya (Al-Qur’an) dari Tuhannya, demikian pula
orang-orang yang beriman. Semua beriman kepada Allah, malaikat-
malaikat-Nya, kitab-kitab-Nya dan rasul-rasul-Nya. (Mereka berkata),
”Kami tidak membeda-bedakan seorang pun dari rasul-rasul-Nya.”
Dan mereka berkata, ”Kami dengar dan kami taat. Ampunilah kami Ya
Tuhan kami, dan kepada-Mu tempat (kami) kembali.” (QS. al-Baqarah
: 285)
Kandungan selanjutnya adalah persoalan ibadah
(hubungan antara manusia dengan Allah Swt) dan
muamalah (hubungan antara manusia dengan
manusia lainnya). Al-Qur’an memberi petunjuk dan
tata cara yang lengkap berkaitan dengan ibadah
kepada Allah dan hubungan antar manusia.
Hukum Allah Swt yang tertuang di dalam Al-Qur’an
tentu merupakan hukum yang paling adil. Oleh
karena itu, kita sebagai umat Islam harus selalu
merujuk kepada Al-Qur’an dalam menetapkan hukum
tertentu. Hal ini sejalan dengan QS. An-Nisa ayat 105
yang artinya, "Sesungguhnya Kami telah menurunkan
kitab kepadamu dengan membawa kebenaran agar
kamu mengadili antara manusia dengan apa yang
telah Allah wahyukan kepadamu, dan janganlah kamu
menjadi penantang (orang yang tidak bersalah),
karena (membela) orang-orang yang berkhianat."
Selain mengandung perintah, Al-Qur’an juga
menceritakan kejadian umat terdahulu agar kita
dapat mengambil pelajaran dari masa lalu. Salah satu
contoh adalah yang tertulis dalam Surah Yusuf ayat 111
yang artinya,"Sungguh, pada kisah-kisah mereka itu
terdapat pengajaran bagi orang yang mempunyai akal.
(Al-Qur’an) itu bukanlah cerita yang dibuat-buat,
tetapi membenarkan (kitab-kitab) yang sebelumnya,
menjelaskan segala sesuatu, dan (sebagai) petunjuk
dan rahmat bagi orang-orang yang beriman.”
Banyak ilmuwan yang telah membuktikan bahwa ilmu
pengetahuan yang senantiasa berkembang setiap zaman
telah dibahas terlebih dahulu di dalam Al-Qur’an
berabad-abad yang lalu. Oleh sebab itu, apa yang ada di
dalam Al-Qur’an harus selalu dijadikan rujukan dalam
penelitian ilmu pengetahuan termasuk teknologi.
Dalilny Sebagai berikut : Katakanlah: Sekiranya lautan
menjadi tinta untuk (menulis) kalimat-kalimat Tuhanku,
sungguh habislah lautan itu sebelum habis (ditulis)
kalimat-kalimat Tuhanku, meskipun Kami datangkan
tambahan sebanyak itu (pula)". (QS.Al-Kahfi 109).
1. Konten Al- Qur’an Tetap Sepanjang Masa, Tanpa Revisi
Jaminan keawetan Al-Qur’an ini secara langsung dijamin oleh Allah Subhanahu
wa taala dalam QS. Al Hijr ayat 9.
ِّ ‫ِإنَّا نَ ْحنُ نَ َّز ْلنَا‬
َ ُ‫الذ ْك َر وَِإنَّا لَهُ لَ َحافِظ‬
‫ون‬
“Sesungguhnya Kami-lah yang menurunkan al-Qur’an dan sesungguhnya Kami
benar-benar memeliharanya”. (QS. Al Hijr ayat 9)
2. Terjaga dari Kontradiksi
Di dalam Al-Qur’an tidak terdapat pertentangan antara satu perintah dengan
perintah lainnya Setiap perintah, larangan, dan berita bersifat melengkapi satu
sama lainnya. Sesuai dengan firman Allah dalam QS An-Nisa ayat 82:
ْ ‫يه‬
‫اختِ َالفاً َك ثِي ًرا‬ َ ‫َأفَ َال يَ تَ َدبَّ ُر‬
ِ ِ‫ونا ْل ُق ْر َء َان َولَ ْو َك َان ِم ْن ِعن ِد َغ ْي ِر هللاِ لَ َو َجدُوا ف‬
“Maka apakah mereka tidak memperhatikan Alquran? Kalau kiranya Alquran
itu bukan dari sisi Allah, tentulah mereka mendapatkan pertentangan yang
banyak di dalamnya”.(QS An-Nisa ayat 82)
3. Mudah Dihafalkan
Dalam surat Al- Qamar ayat 32, Allah menjamin bahwa Al-Qur’an itu mudah
dipelajari dan dihafalkan. Al-Qur’an adalah kitab cerdas yang membuat orang
merenung dan melatih kemampuan asosiasi dengan pemisalan yang ada di
dalamnya
ِّ ِ‫س ْرنَا ا ْلقُ ْر َء َانل‬
‫لذ ْك ِر‬ َّ َ‫َولَ َق ْد ي‬
“Dan sesungguhnya telah Kami mudahkan al-Qur’an untuk pelajaran”. (QS Al-
Qamar ayat 32)
4. Bahasa Al-Qur’an Tak dapat Ditiru
Al-Qur’an menggunakan bahasa arab yang sangat tinggi. Walau Anda
memahami bahasa fusha (bahasa tinggi) sekalipun, Anda tak akan bisa
menandingi bahasa Al-Qur’an. Walau Nabi Muhammad Shalallahu ‘Alaihi
Wasallam adalah seseorang yang berbudi luhur dan berbicara dengan bahasa
sopan, tidak mungkin Rasulullah yang membuatnya.
Surat Yunus ayat 38 mempertegas hal ini,
ُ ِ‫افتَ َراهُ قُ ْل فَ ْأتُوا ب‬
ِ ‫سو َر ٍة ِّم ْثلِه‬ َ ُ‫َأ ْم يَ قُول‬
ْ ‫ون‬
Atau (patutkah) mereka mengatakan: “Muhammad membuat-buatnya”.
Katakanlah: “(Kalau benar yang kamu katakan itu), maka cobalah datangkan
sebuah surat seumpamanya … “. ( QS. Yunus ayat 38)
5. Membacanya adalah Kebaikan
Membaca Al-Qur’an adalah kegiatan yang mendatangkan banyak sekali pahala. Pahala ini
akan meningkat seiring dekatnya interaksi kita dengan Al-Qur’an, mulai dari membaca
arti dan tafsirnya, memahami, hingga menghafalkannya.
ٌ‫ش ِر َأ ْمثَالِ َها الَ َأقُو ُل الم َح ْرفٌ َولَ ِكنْ َألِفٌ َح ْرفٌ َوالَ ٌم َح ْرفٌ َو ِمي ٌم َح ْرف‬ َ ‫سنَةٌ َوا ْل َح‬
ْ ‫سنَةُ بِ َع‬ ِ ‫َمنْ قَ َرَأ َح ْرفًا ِمنْ ِكتَا‬
َ ‫ب هَّللا ِ فَلَهُ بِ ِه َح‬
Barangsiapa yang membaca satu huruf dari al-Qur’an maka baginya satu kebaikan dan
setiap kebaikan dilipatgandakan menjadi sepuluh kali lipat. Saya tidak mengatakan ‫ا لــم‬
ialah satu huruf, akan tetapi ‫ ا‬satu huruf, ‫ ل‬satu huruf dan ‫ م‬satu huruf. (HR. Bukhari
 6. Al-Qur’an adalah Mental Healer
Terkait dengan salah satu isu yang populer di media sosial saat ini, mental
health, Al-Qur’an dapat berkontribusi dalam memberi ketenangan batin bagi
setiap orang.Bagi penderita gangguan mental, selagi melakukan pengobatan
disarankan untuk membarenginya dengan meningkatkan interaksi dengan Al-
Qur’an.
ِ ‫س ِكينَ ُة َو َغ‬
‫شيَ ْت ُه ُم‬ َّ ‫سونَهُ بَ ْينَ ُه ْم ِإ اَّل نَ َزلَ ْت َعلَ ْي ِه ُم ا ل‬ ُ ‫ون ِك ت ََابهَّللا ِ َويَتَ َدا َر‬ ِ ُ‫اجتَ َم َع قَ ْو ٌم فِ يبَ ْي ٍت ِم ْنبُ ي‬
َ ُ‫وتهَّللا ِ يَ ْتل‬ ْ ‫َما‬
ُ ‫ا ل َّر ْح َم ُة َو َحفَّ ْت ُه ُم ا ْل َم َالِئ َك ُة َو َذ َك َره ُُم هَّللا ُ فِ ي َم ْن ِع ْن َده‬
“Tidaklah berkumpul suatu kaum dalam suatu majlis kecuali turun pada
mereka ketenangan dan diliputi oleh rahmat dan dikerumuni oleh malaikat dan
Allah akan menyebutkan mereka di hadapan para malaikatnya”. (HR. Muslim)
7. Kisah-kisah dalam Al-Qur’an Nyata dan Lebih
Terperinci
Di dalam Al-Qur’an, terdapat banyak kisah-kisah. Sebut saja kisah Keluarga Imran,
Kisah Nabi Musa, Kisah SIti Maryam, Kisah Nabi Daud, dan kisah Nabi Muhammad
Shalallahu ‘Alaihi Wasallam sendiri. Kisah-kisah ini menceritakan perjuangan nabi-
nabi atau kesesatan yang dilakukan suatu kaum sebagai pelajaran bagi kita yang
hadir di generasi mendatang.
Kebenaran kisah ini telah divalidasi oleh Allah Subhanahu Wa Ta’ala dalam berbagai
firman-Nya.
Misalkan, validasi pada kisah Nabi Musa dan Fir’aun:
‫سى َوفِ ْر َع ْو َنبِ ا ْل َح ِّق‬
َ ‫نَ ْتلُوا َعلَ ْي َك ِمننَّ بَِإ ُمو‬
“Kami membacakan kepadamu sebagian dari kisah Musa dan Fir’aun dengan benar”.
(QS. al-Qashash ayat 3)
 8. Al- Qur’an adalah Satu-Satunya Kitab yang Memintakan Syafaat
Bagi Pembacanya
Tak ada satupun kitab yang memintakan syafaat di hari akhir kepada pembacanya
kecuali Al- Qur’an.
‫ص َحا ِب ِه‬ َ ‫آن فَِإنَّهُ يَْأتِي يَ ْو َم ا ْلقِيَا َم ِة‬
ْ ‫شفِي ًعا َأِل‬ َ ‫ا ْق َر ُءوا ا ْلقُ ْر‬
“Bacalah al-Qur’an, karena sesungguhnya ia akan datang di hari kiamat
memohonkan syafa’at bagi orang yang membacanya (di dunia)”. (HR. Muslim).
9. Al-Qur’an adalah Hakim Semua Kitab
Sebelumnya
Al-Qur’an adalah kitab terakhir dan paling sempurna yang membenarkan
kitab-kitab sebelumnya. Hal ini sesuai dengan firman Allah Azza wa Jalla :
َ ‫َوَأن َز ْلنَآِإ َلْي َك ا ْل ِكت ََاببِ ا ْل َح ِّق ُم‬
ِ‫ص ِّدقًا لِّ َما بَ ْي َنيَ َد ْي ِه ِم َنا ْل ِكت َِاب َو ُم َه ْي ِمنًا َعلَ ْيه‬
“Dan Kami telah turunkan kepadamu Alquran dengan membawa kebenaran,
membenarkan apa yang sebelumnya, yaitu kitab-kitab (yang diturunkan
sebelumnya) dan batu ujian terhadap kitab-kitab yang lain itu”. (QS al-
Maidah ayat 48)
10. Al-Qur’an adalah Kitab Peradaban
Al-Qur’an adalah kitab peradaban, yang darinya suatu kaum dapat dimuliakan.
Pelajarilah Al-Qur’an agar minimal pribadi kita dapat berubah menjadi lebih baik. Dari
‘Amir bin Watsilah, dia menuturkan bahwa suatu ketika Nafi’ bin Abdul Harits bertemu
dengan ‘Umar di ‘Usfan (sebuah wilayah diantara Mekah dan Madinah, pent). Pada
waktu itu ‘Umar mengangkatnya sebagai gubernur Mekah. Maka ‘Umar pun bertanya
kepadanya, “Siapakah yang kamu angkat sebagai pemimpin bagi para penduduk
lembah?”. Nafi’ menjawab, “Ibnu Abza.” ‘Umar kembali bertanya, “Siapa itu Ibnu
Abza?”. Dia menjawab, “Salah seorang bekas budak yang tinggal bersama kami.” ‘Umar
bertanya, “Apakah kamu mengangkat seorang bekas budak untuk memimpin mereka?”.
Maka Nafi’ menjawab, “Dia adalah seorang yang menghafal Kitab Allah ‘azza wa jalla
dan ahli di bidang fara’idh/waris.” ‘Umar pun berkata, “Adapun Nabi kalian shallallahu
‘alaihi wa sallam memang telah bersabda, “Sesungguhnya Allah akan mengangkat
dengan Kitab ini sebagian kaum dan dengannya pula Dia akan menghinakan sebagian
kaum yang lain.”.” (HR. Muslim dalam Kitab Sholat al-Musafirin).

Anda mungkin juga menyukai