kosa kata Alquran yang berjumlah 77.439 (tujuh puluh tujuh ribu empat ratus tiga
puluh Sembilan) kata, dengan jumlah huruf 323.015 (tiga ratus dua puluh tiga ribu
lima belas) huruf yang seimbang jumlah kata-katanya, baik antara kata dengan
padanannya, maupun kata dengan lawan kata dan dampaknya.4
1
Prof. Dr. M. Quraish Shihab. Rekonstruksi sejarah Al-Qur'an (Yogyakarta: PUSTAKA
PELAJAR, 2001), Hal 45-46
2
Salim Muhaisin, Biografi al-Qur’an al- Karim, (Surabaya : CV. DWI MARGA, 2000), hal. 1-2
3
Tim Penyusun Studi Islam IAIN Sunan Ampel, Pengantar Studi Islam, (Surabaya : IAIN
SUNAN AMPEL PRESS, 2005), hal. 17
4
Said Agil Husin Al-Munawar, Alquran Membangun Tradisi Kesalehan Hakiki (Jakarta: Ciputat
Press, 2002), h. 208.
Menurut penyusun (penulis 2) Al Qur'an merupakan Kalam (perkataan)
Allah SWT yang diwahyukan kepada Nabi Muhammad SAW melalui Malaikat
Jibril dengan lafal dan maknanya. Al-Qur’an sebagai kitab Allah menempati posisi
sebagai sumber pertama dan utama dari seluruh ajaran Islam dan berfungsi sebagai
petunjuk atau pedoman bagi umat manusia dalam mencapai kebahagiaan hidup di
dunia dan akhirat.
ول
ٖ س صد ِٗقا ِل َما َب ۡينَ يَدَ ه
ُ ي نَ ٱلته ۡو َر َٰى ِة َو ُمبَش َۢ َِرا بِ َر َ ٱَّللِ إِلَ ۡي ُكم ُّم
سو ُل ه ُ سى ۡٱبنُ َم ۡريَ َم َٰيَبَنِ ٓي إِ ۡس َٰ َٓر ِءي َل إِنِي َر َ َوإِ ۡذ قَا َل ِعي
ۡ يَ ۡأتِي ِم َۢن بَعۡ دِي
ِ ٱس ُم ٓۥهُ أ َ ۡح َم ُۖد ُ فَلَ هما َجا ٓ َءهُم بِ ۡٱلبَيِ َٰ َن
ت قَالُواْ َٰ َهذَا ِس ۡحر ُّمبِين
"Dan (ingatlah) ketika Isa Ibnu Maryam berkata: "Hai Bani Israil, Sesungguhnya
aku adalah utusan Allah kepadamu, membenarkan kitab sebelumku, Yaitu Taurat,
dan memberi khabar gembira dengan (datangnya) seorang Rasul yang akan datang
sesudahku, yang namanya Ahmad (Muhammad).Maka tatkala Rasul itu datang
kepada mereka dengan membawa bukti-bukti yang nyata, mereka berkata: "Ini
adalah sihir yang nyata."
Menurut mereka ayat ini ditambahkan sesudah Nabi wafat untuk dijadikan bukti
atas kenabian Muhammad dan risalahnya dari kitab-kitab sebelum Al-Qur’an.6
Menurut Shalahuddin7 menanggapi hal di atas setidak-tidaknya ada tiga hal yang
harus kita ketahui, yaitu:
5
6
Shalahuddin Hamid, Studi Ulumul Quran, (Jakarta, PT Intimedia Ciptanusantara), tt.hlm
7
Lihat Shalahuddin, hlm. 6-9
1. Mereka menyatakan bahwa Al-Qur’an adalah hasil karangan dan buatan
Muhammad semata-mata, Muhammad yang menyusun bahasanya,
Muhammad yang membuat-buat maknanya dan Al-Qur’an tidak pernah
sama sekali diturunkan. Pernyataan ini sepertinya sangat tendesius, karena
tidak ditemui pernyataan Nabi bahwa dialah yang mencipta (membuat) Al-
Qur’an, padahal sebenarnya bisa saja kalau beliau ingin menyatakannya,
dan juga untuk apa Rasulullah Saw., menyatakan bahwa Al-Qur’an itu
mukjizat, sedangkan orang-orang Arab pada saat itu menyerah dan sama
sekali tidak menemukan kelemahannya. Pernyataan ini sama sekali tidak
sesuai dengan sejarah pribadi Rasulullah Saw., yang terkenal dengan
kejujurannya, diakui oleh sahabat maupun musuhnya.
2. Sikap skeptis yang kedua beranggapan bahwa Rasulullah Saw., seorang
yang jenius, berhati jernih, selalu menjaga kejujuran, oleh karenanya beliau
bisa membedakan mana yang haq dan mana yang batil, mana ilham dan
mana wahyu, bisa mengetahui perkara gaib dengan kekuatan kasyafnya,
sehingga Al-Qur’an merupakan hasil cipta karsa beliau dan juga hasil dari
kesadaran jiwa beliau, dan Al-Qur’an disampaikan dengan gaya bahasa dan
penjelasan dari dirinya sendiri.
3. Ada lagi pandangan yang menyebutkan bahwa Rasulullah Saw.,
mendapatkan semua itu melalui seorang guru. Mereka menyatakan bahwa
Rasulullah Saw., belajar pada seorang pendeta Buhaira, yang disebut
Waraqah bin Naufal. Pandangan ini sangat menyesatkan, karena tidak ada
sejarah yang menyatakan demikian. Demikian pula dengan Waraqah tidak
ada satu hadits pun yang menyebutkan bahwa Nabi Saw., pernah bertemu
dengannya. Dalam hal ini sejarah mencatat bahwa guru yang mengajarinya
Al-Qur’an adalah Malaikat Jibril sebagai pembawa wahyu. Jika disebutkan
ada seorang guru selain darinya atau kaumnya maka hal ini sudahlah pasti
tidak benar
Penulis melihat bahwa pemahaman seperti ini berkembang dari
aliran materialistik yang memandang bahwa untuk memperoleh kebenaran
hanya dapat dipahami lewat materi yang tampak oleh mata dan dapat
dipelajari dengan kekuatan rasio. Itu artinya menurut paham ini kebenaran
yang dibawa oleh Muhammad Saw., itu bersumber dan datang dari dirinya
sendiri. Pandangan ini sekali lagi tidak dapat dibenarkan, karena akan
bertentangan dengan keyakinan kita, bahwa Allah SWT lah yang
menurunkan Al-Qur’an dan Dia pulalah yang menjaganya, sesuai dengan
firman Allah SWT sendiri dalam surah AlHijr ayat: 9
ِ ِإنها نَحْ نُ ن هَز ْلنَا
ُ ٱلذ ْك َر َو ِإنها لَ ۥه ُ لَ َٰ َح ِف
َظون
"Sesungguhnya Kami-lah yang menurunkan Al Quran, dan Sesungguhnya
Kami benar-benar memeliharanya"[793].
Ayat di atas memberikan jaminan tentang kesucian dan kemurnian
Al Qur’an selama-lamanya. Banyak ayat-ayat al-Qur'an yang membuktikan
bahwa tiada yang mampu menandingi Al-Quran sekalipun dunia dan
seisinya. seperti surat Al-Israa' (17) : 88}
ٰۤ
َ ض
ظ ِہ ۡي ًرا ُ ۡس َو ۡال ِج ُّن َع َٰلی ا َ ۡن ي ۡهات ُ ۡوا بِ ِم ۡث ِل َٰہذَا ۡالقُ ۡر َٰا ِن َۡل يَ ۡات ُ ۡونَ بِ ِم ۡث ِل ٖہ َو لَ ۡو کَانَ بَع
ٍ ۡض ُہ ۡم ِلبَع ِۡ ت
ُ اۡل ۡن ۡ قُ ۡل لهئِ ِن
ِ َاجت َ َمع
Bukti-Bukti Historis
8
Lihat Waheeduddin, hlm. 187
Menurut Quraish Shihab, ada beberapa faktor yang merupakan faktor-faktor
pendukung bagi pembuktian otentisitas Al-Qur’an9, yaitu :
9
Lihat Quraish, hlm. 23
7. Dalam Al-Qur’an, demikian pula hadits-hadits Nabi, ditemukan
petunjukpetunjuk yang mendorong para sahabatnya untuk selalu bersikap
teliti dan hati-hati dalam menyampaikan berita – lebih-lebih kalau berita
tersebut merupakan firman Allah atau sabda Rasul-Nya.
Kedua, tulisan tersebut benar-benar adalah yang ditulis atas perintah dan di
hadapan Nabi saw. Karena, seperti yang dikemukakan di atas, sebagian sahabat ada
yang menulis atas inisiatif sendiri. Untuk membuktikan syarat kedua tersebut,
diharuskan adanya dua orang saksi mata.
Sejarah mencatat bahwa Zaid ketika itu menemukan kesulitan karena beliau
dan sekian banyak sahabat menghafal ayat Laqad ja’akum Rasul min anfusikum
‘aziz ‘alayh ma ‘anittun harish ‘alaykum bi almu’minina Ra’uf al-rahim (QS
9:128). Tetapi, naskah yang ditulis di hadapan Nabi saw. tidak ditemukan.
Syukurlah pada akhirnya naskah tersebut ditemukan juga di tangan seorang sahabat
yang bernama Abi Khuzaimah Al-Anshari. Demikianlah, terlihat betapa Zaid
menggabungkan antara hafalan sekian banyak sahabat dan naskah yang ditulis di
hadapan Nabi saw., dalam rangka memelihara keotentikan Al-Quran. Dengan
demikian, dapat dibuktikan dari tata kerja dan data-data sejarah bahwa Al-Quran
yang kita baca sekarang ini adalah otentik dan tidak berbeda sedikit pun dengan apa
yang diterima dan dibaca oleh Rasulullah saw lima belas abad yang lalu.
Menurut penyusun (penulis 2) Bukti yang nyata bukan hanya sekedar bukti-
bukti sejarah, dan bukti dari Al Qur'an itu sendiri saja. Sebenarnya banyak bukti-
10
Lihat Quraish, hlm. 25
bukti lain seperti dari sisi ilmu pengetahuan dan cabang ilmu lain. bagaimana orang
non muslim meninggalkan agamanya dan masuk Islam. Hal itu disebabkan mereka
terpesona dengan keindahan Al-Qur’an secara sendirinya secara mayoritas- dan
membuat mereka menjadi beriman,ada pula yang sebagian dari mereka masuk ke
dalam Islam dan beriman karena terpesona dengan akhlak Rasulullah Saw., dan
para sahabatnya. sebagaimana yang terjadi pada masa-masa pertama dakwah
sebagian mereka Di antara ribuan alasan dari mereka, alasan yang paling utama
adalah mereka menemukan kebenaran yang hakiki dalam Al-Qur’an. (Wa Allahu
a’lam bi al-showab).
PENUTUP