Anda di halaman 1dari 10

http://asysyariah.

com/mukjizat-mukjizat-rasulullah-shallallahu-alaihi-wa-sallam/

Home Majalah Edisi 091 s.d. 100 Asy Syariah Edisi 093

Al-Qur’an, Bukti Abadi Kenabian


Oleh Redaksi

Ditulis oleh Al-Ustadz Abu Ismail Muhammad Rijal


04/09/2013

di Asy Syariah Edisi 093, Kajian Utama

Sebagai penutup para nabi, Allah Subhanahu wata’ala menguatkan dakwah beliau
dengan berbagai mukjizat dan bukti-bukti kenabian. Sebagian bukti kenabian berupa
mukjizat telah kita baca bersama. Sebagai penyempurna pembahasan, mari kita
menyelami mukjizat terbesar dan bukti teragung dari kenabian beliau. Al- Qur’an, itulah
mukjizat yang kekal hingga hari kiamat. Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda,

ِ‫ُ َنوإذنلنمللاَ َنكللاَنن َاللللذذي‬.‫ت َنماَ َذملثلرللره َآنمللنن َذعلنليللذه َاللبننشللرر‬‫ل َقنلد َأرلعذطني َذمنن َاللنياَ ذ‬ ‫نماَ َذمنن َاللنلنبذنياَذء َذملن َننبذيي َإذ ل‬

‫ُ َفنأ نلررجو َأنلن َأنركونن َأنلكثننرهرلم َنتاَبذععاَ َينلونم َاللقذنياَنمذة‬.‫ي‬ ‫ت َنولحعياَ َأنلونحىَ َ ر‬
‫ا َإذلن ل‬ ‫أرلوتذلي ر‬
“Tidak ada seorang nabi pun, kecuali diberi bukti-bukti (mukjizat) yang dengan semisal itu
manusia beriman, dan (di antara bukti kenabian/mukjizat yang aku dianugerahi adalah wahyu
yang Allah Subhanahu wata’ala wahyukan kepadaku, dan aku berharap menjadi nabi yang
terbanyak pengikutnya di hari kiamat.” (HR. Muslim no. 152 dari Abu Hurairah radhiyallahu
‘anhu)
Hadits ini menegaskan bahwa wahyu yang diturunan oleh Allah Subhanahu
wata’ala kepada beliau adalah bukti kebenaran dakwah. Banyak sisi kemukjizatan al-
Qur’an, bahkan seluruh ayat al-Qur’an adalah bukti kebenaran dakwah
Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wasallam. Al-Qur’an, Kitab Hidayah Al-Qur’an adalah jalan
yang terang, petunjuk Allah Subhanahu wata’ala yang membimbing manusia di atas
hidayah. Inilah sesungguhnya sisi terbesar dari keagungan al-Qur’an.
Al-Qur’an adalah kitab hidayah.
Ia menunjukkan manusia ke jalan kebenaran, membedakan antara yang haq dan yang
batil, menjelaskan jalan ahlul jannah dan jalan-jalan kesesatan. Melalui ayat-ayat al-
Qur’an, hamba mengenal Allah Subhanahu wata’ala, nama-nama, dan sifat-sifat-Nya.
Melalui ayat-ayat al- Qur’an jugalah hamba mengenal segala jalan yang mengantarkan
ke jannah (surga) dan menyelamatkan dari neraka.

‫ت َأنلن َلنهرلللم َأنلجللعرا‬ ‫إذلن َ ههننذا َاللقرلرآنن َينلهذديِ َلذللذتي َذهني َأنلقنورم َنويربنششرر َاللرملؤذمذنينن َاللللذذينن َينلعنملرللونن َال ل‬
‫صللاَلذنحاَ ذ‬
‫نكذبيعرا‬
“Sesungguhnya al-Qur’an ini memberikan petunjuk kepada (jalan) yang lebih lurus dan
memberi kabar gembira kepada orang-orang mukmin yang mengerjakan amal saleh bahwa
bagi mereka ada pahala yang besar.” (al-Isra’: 9)

‫ب ِ َ َذفيذه ِ َ َهرعدىً َلشللرمتلذقينن‬ ‫هنذلذ ن‬


‫ك َاللذكنتاَ ر‬
‫ب َنل َنرلي ن‬
“Kitab (al-Qur’an) ini tidak ada keraguan padanya; petunjuk bagi mereka yang bertakwa.” (al-
Baqarah: 2)
‫ب َنولنلم َينلجنعلَ َللره َذعنوعجاَ َ َ)( َقنيشعماَ َلشرينذذنر َبنألعساَ َنشذديعدا َشمن َللللردلنهر‬
‫ل َاللذذيِ َنأننزنل َنعلنهىَ َنعلبذدذه َاللذكنتاَ ن‬
‫اللنحلمرد َ ذ ل ذ‬
َ‫ت َأنلن َلنهرلم َأنلجعرا َنحنسعنا‬ ‫نويربنششنر َاللرملؤذمذنينن َاللذذينن َينلعنمرلونن َال ل‬
‫صاَلذنحاَ ذ‬
“Segala puji bagi Allah yang telah menurunkan kepada hamba-Nya al-Kitab (al-Qur’an) dan Dia
tidak mengadakan kebengkokan di dalamnya; sebagai bimbingan yang lurus, untuk
memperingatkan siksaan yang sangat pedih dari sisi Allah dan memberi berita gembira
kepada orang-orang yang beriman, yang mengerjakan amal saleh, bahwa mereka akan
mendapat balasan yang baik.” (al-Kahfi: 1—2)
Al-Qur’an Terpelihara Keotentikannya
Di antara sisi kemukjizatan al- Qur’an, ia adalah kitab yang senantiasa terjaga
keasliannya. Tidak ada satu huruf, bahkan satu harakat pun, yang berubah dari apa
yang Allah Subhanahu wata’ala turunkan kepada Nabi-Nya Muhammad Shallallahu ‘alaihi
wasallam. Betapa lemahnya manusia di hadapan kekuasaan Allah Subhanahu wata’ala.
Seribu empat ratus tiga puluh tiga tahun sejak hijrah Rasulullah Shallallahu ‘alaihi
wasallam, tidak ada seorang kafir pun mampu mengubahnya walaupun satu harakat,
padahal orang kafir demikian banyak, bahkan tidak sedikit dari mereka yang jenius.
Mereka juga sangat bersemangat memerangi Islam… Manakah kemampuan mereka di
hadapan kekuasaan penjagaan Allah Subhanahu wata’ala? Allah Subhanahu
wata’ala berjanji dalam sebuah ayat,

‫إذلناَ َننلحرن َننلزللنناَ َالشذلكنر َنوإذلناَ َلنره َلننحاَفذ ر‬


‫ظونن‬
“Sesungguhnya Kami-lah yang menurunkan al-Qur’an dan sesungguhnya Kami benar-benar
memeliharanya.” (al-Hijr: 9)
Wahai manusia yang masih meragukan kebenaran dakwah Rasulullah
Muhammad Shallallahu ‘alaihi wasallam, jika kalian mau merenungkan satu sisi ini saja,
sudah seharusnya kalian segera memeluk Islam, agama para nabi dan rasul.
Tantangan Kepada Seluruh Manusia dan Jin untuk Mendatangkan yang Serupa
dengan al-Qur’an
Di antara sisi kemukjizatan al- Qur’an, tidak ada seorang pun, bahkan gabungan seluruh
manusia dan jin, yang mampu membuat yang semisal dengan al-Qur’an.
Allah Subhanahu wata’ala memberikan tantangan kepada seluruh jin dan manusia untuk
mendatangkan yang serupa dengan al- Qur’an secara utuh, atau beberapa surat, atau
satu surat, jika mereka mampu. Tahapan tantangan Allah Subhanahu wata’ala kepada
manusia dan jin untuk mendatangkan yang serupa dengan kalam-Nya tersebut dalam
beberapa ayat berikut.
1. Allah Subhanahu wata’ala menantang jin dan manusia untuk membuat yang
seperti al-Qur’an.
Allah Subhanahu wata’ala berfirman,

‫أنلم َينرقورلونن َتنقنلولنهر ُ َ َنبلَ َلل َيرلؤذمرنونن َ)( َفنللينألرتوا َبذنحذدي ث‬


‫ث َشملثلذذه َذإن َنكاَرنوا َ ن‬
‫صاَذدذقينن‬
Ataukah mereka mengatakan, “Dia (Muhammad) membuat-buatnya.” Sebenarnya mereka
tidak beriman. Hendaklah mereka mendatangkan kalimat yang semisal al-Qur’an itu jika
mereka orang-orang yang benar. (ath-Thur: 33—34)
2. Allah Subhanahu wata’ala meringankan tantangan-Nya, jika tidak
mampu mendatangkan semisal al-Qur’an, datangkanlah yang
menandinginya beberapa surat saja.
Allah Subhanahu wata’ala berfirman,

‫أنلم َينرقورلونن َالفتننراهر ُ َ َقرللَ َفنألرتوا َبذنعلشذر َرسنوثر َشملثلذذه َرملفتننرنياَ ث‬


‫ت َنوالدرعللوا َنمللذن َالسللتنطنلعرتم َشمللن َردوذن َ ل‬
‫اذلل َذإن‬
‫ركنترلم َ ن‬
‫صاَذدذقينن‬
Bahkan, mereka mengatakan, “Muhammad telah membuat-buat al-Qur’an itu.” Katakanlah,
“(Kalau demikian), datangkanlah sepuluh surat yang dibuat-buat yang menyamainya, dan
panggillah orang-orang yang kamu sanggup (memanggilnya) selain Allah, jika kamu memang
orang-orang yang benar.” (Hud: 13)
3. Allah Subhanahu wata’ala menantang yang ketiga kalinya, yang lebih ringan dari
sebelumnya.
Dengan hanya membuat satu surat saja. Hal ini tertera dalam firman-Nya,

‫أنلم َينرقورلونن َالفتننراهر ُ َ َقرللَ َفنألرتوا َبذرسونرثة َشملثلذذه َنوالدرعوا َنمذن َالستنطنلعرتم َشمن َردوذن َ ل ذ‬
‫ا َذإن َركنترلم َ ن‬
‫صاَذدذقينن‬
Atau (patutkah) mereka mengatakan, “Muhammad membuat-buatnya.” Katakanlah, “(Kalau
benar yang kamu katakan itu), cobalah datangkan sebuah surat seumpamanya dan panggillah
siapasiapayang dapat kamu panggil (untuk membuatnya) selain Allah, jika kamu orang-orang
yang benar.” (Yunus: 38)
Tantangan Allah Subhanahu wata’ala kepada seluruh manusia dan jin telah berlalu 14
abad. Adakah yang mampu mendatangkan yang semisal dengan al-Qur’an?
Terbongkarnya Semua Upaya Pemalsuan dan Tandingan Al-Qur’an
Upaya pemalsuan dan usaha menandingi al-Qur’an sebenarnya sudah ada sejak awal
Islam. Makar yang ditujukan kepada al-Qur’an mungkin akan berlanjut dari generasi ke
generasi, namun semua makar tersebut terbongkar dan menemui kegagalan.
Musailamah al-Kadzdzab, sosok nabi palsu yang muncul di akhir hayat
Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wasallam dengan kebusukan kalbunya, ingin menandingi
Rasulullah Subhanahu wata’ala dengan mengaku dirinya sebagai nabi. Diriwayatkan,
Musailamah al- Kadzdzab berjumpa dengan ‘Amr bin Ash radhiyallahu ‘anhu.
Musailamah bertanya, “Surat apa yang turun kepada sahabatmu di Makkah itu?” ‘Amr
bin Ash menjawab, “Turun surat dengan tiga ayat yang sangat ringkas, namun sangat
luas maknanya.” “Coba bacakan kepadaku surat itu!” Kemudian surat al-‘Ashr
dibacakan oleh ‘Amr bin Ash. Musailamah merenung sejenak, ia berkata, “Kepadaku
juga turun surat persisi seperti itu.” ‘Amr bin Ash bertanya, “Apa isi surat itu?”
Musailamah menjawab, “Ya wabr, ya wabr. Innaka udzunani wa shadr. Wa sairuka hafrun
naqr. (Hai marmut, hai marmut. Engkau hanyalah dua daun telinga dan dada. Adapun
selebihnya adalah hina dan berpenyakit.)”
Mendengar itu ‘Amr bin Ash, yang saat itu masih kafir, tertawa terbahakbahak, “Demi
Allah, engkau tahu bahwa aku sebetulnya tahu bahwa yang kamu omongkan itu adalah
dusta.” Makar serupa juga diupayakan kaum Syiah Rafidhah. Mereka mengubah-ubah
ayat. Mereka tambahi dan kurangi sesuai dengan kebutuhan agama mereka. Namun,
seluruh ulama bangkit memperingatkan kekafiran Rafidhah ini. Di era modern, upaya
pemalsuan al-Qur’an rupa-rupanya masih terus dilakukan oleh kaum kafir, seperti
pembuatan al-Qur’an palsu pada tahun 2009 yang dilakukan oleh Penerbit Amerika,
Omega 2001 dan One Press dengan judul “Furqanul Haq” dalam huruf Arab dan “True
Furqan” dalam huruf Latin. Semua usaha di atas gagal. Justru semua kejadian itu
semakin membuktikan bahwa al-Qur’an tidak tertandingi.Semua kejadian itu semakin
menambah keimanan kaum muslimin terhadap janji Allah Subhanahu wata’ala.
Dihafalkan Banyak Manusia
Al-Qur’an dijaga oleh Allah Subhanahu wata’ala dari perubahan lafadz dan makna. Di
antara bentuk penjagaan al-Qur’an, Allah Subhanahu wata’ala memudahkan al-Qur’an
untuk dihafalkan. Al-Qur’an adalah satu-satunya kitab suci yang dihafalkan oleh banyak
manusia. Firman Allah Subhanahu wata’alayang terdiri dari enam ribu sekian ayat dihafal
oleh banyak kaum muslimin di seluruh belahan bumi dengan tepat, sampai huruf per
huruf, bahkan panjang pendeknya bacaan. Kaum muslimin terus mempelajari dan
menghafalkan al-Qur’an dari mulut ke mulut dengan sanad yang bersambung hingga
Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wasallam dan malaikat Jibril, sebagaimana yang diturunkan
oleh Allah Subhanahu wata’ala. Jangan Anda anggap penghafal al-Qur’an hanya orang-
orang Arab. Yang sangat menakjubkan, al-Qur’an dihafalkan oleh orang yang sama
sekali tidak mengerti bahasa Arab. Demi Allah, hal ini tidak mungkin terjadi pada
kitabkitab lainnya. Bukan hanya orang dewasa yang menghafalkannya, bahkan al-
Qur’an dihafalkan oleh anak-anak yang masih sangat belia sebelum masa balig
mereka. Subhanallah, benarlah firman Allah Subhanahu wata’ala,

‫نولنقنلد َينلسلرنناَ َاللقرلرآنن َذللشذلكذر َفنهنللَ َذمن َمملدذكثر‬


“Dan sungguh telah Kami mudahkan al-Qur’an untuk diingat, apakah ada yang mau
mengingatnya?” (al-Qamar: 17)
Banyak Fakta Ilmiah Disebutkan atau Diisyaratkan oleh Al-Qur’an
Banyak fakta ilmiah yang baru terbongkar pada era modern ini dan ternyata telah
disebutkan oleh al-Qur’an, demikian pula oleh hadits Nabi Shallallahu ‘alaihi wasallam.
Semua ini menunjukkan bahwa al-Qur’an dan as-Sunnah datang dari Allah Subhanahu
wata’ala, dan ini pula salah satu sisi kemukjizatan al-Qur’an. Sebagai contoh, al-Qur’an
al-Karim menggambarkan secara detail proses pembentukan embrio dengan sangat
tepat, di saat teknologi masa itu sama sekali belum menjangkaunya. Allah Subhanahu
wata’ala berfirman,

‫ظاَعمللاَ َفننكنسلللونناَ َاللذع ن‬


‫ظللاَنم َلنلحعمللاَ َثرلللم‬ ‫ضللنغعة َفننخلنلقننللاَ َاللرم ل‬
‫ضللنغنة َذع ن‬ ‫طفننة َنعلنقنعة َفننخلنلقنناَ َاللنعلنقننة َرم ل‬‫ثرلم َنخلنلقنناَ َالنم ل‬

‫ا َأنلحنسرن َاللنخاَلذذقينن‬‫ك َ ل ر‬ ‫نأننشألنناَره َنخللعقاَ َآنخنر ُ َ َفنتننباَنر ن‬


“Sesungguhnya Kami telah menciptakan manusia dari suatu saripati (berasal) dari tanah.
Kemudian Kami jadikan saripati itu air mani (yang disimpan) dalam tempat yang kokoh
(rahim). Kemudian air mani itu Kami jadikan segumpal darah, lalu segumpal darah itu Kami
jadikan segumpal daging, dan segumpal daging itu Kami jadikan tulang-belulang, lalu tulang
belulang itu Kami bungkus dengan daging. Kemudian Kami jadikan dia makhluk
yang (berbentuk) lain. Mahasuci Allah, Pencipta Yang Paling Baik.” (al-Mukminun: 14)
Dipertegas oleh hadits Abdullah bin Mas’ud radhiyallahu ‘anhu jangka waktu setiap fase
perkembangan embrio hingga jabang bayi memiliki ruh. Allahu Akbar! Dari Abu
Abdirrahman, Abdullah bin Mas’ud radhiyallahu ‘anhu, dia berkata, “Rasulullah Shallallahu
‘alaihi wasallam telah bersabda kepada kami dan beliau adalah orang yang selalu benar
dan dibenarkan, ‘Sesungguhnya setiap orang di antara kamu dikumpulkan kejadiannya di
dalam rahim ibunya selama empat puluh hari dalam bentuk nuthfah (air mani), kemudian
menjadi ‘alaqah (segumpal darah) selama waktu itu juga (empat puluh hari), kemudian
menjadi mudhghah (segumpal daging) selama waktu itu juga, lalu diutuslah seorang
malaikat kepadanya, lalu malaikat itu meniupkan ruh padanya….” (Muttafaqun ‘alaih)
Proses terjadinya hujan juga digambarkan secara detail oleh al- Qur’an.
Allah Subhanahu wata’alaberfirman,

‫ف َيننشاَرء َنوينلجنعلرره َذكنسعفاَ َفنتننرىً َاللللنولد ن‬


‫ق‬ ‫ا َاللذذيِ َيرلرذسرلَ َالشرنياَنح َفنترذثيرر َنسنحاَعباَ َفنينلبرسطرره َذفي َاللسنماَذء َنكلي ن‬
‫لر‬
‫ب َبذذه َنمن َيننشاَرء َذملن َذعنباَذدذه َإذنذا َهرلم َينلستنلبذشررونن‬ ‫ينلخرررج َذملن َذخنللذذه ُ َ َفنإ ذنذا َأن ن‬
‫صاَ ن‬
“Dialah Allah yang mengirimkan angin, lalu angin itu menggerakkan awan dan Allah
membentangkannya di langit menurut yang dikehendaki-Nya, dan menjadikannya bergumpal-
gumpal; lalu kamu lihat air hujan keluar dari celah-celahnya; maka, apabila hujan itu turun
mengenai para hamba-Nya yang dikehendaki-Nya, tiba-tiba mereka menjadi gembira.” (ar-
Rum: 48)
Gaya Bahasa yang Sangat Tinggi
Sebagaimana telah berlalu pembahasannya, banyak mukjizat para nabi dan rasul sesuai
dengan keadaan zaman nabi tersebut. Ketika sihir mendapatkan posisi di masa Musa,
Allah Subhanahu wata’alapun memberikan mukjizat untuk mengalahkan sihir. Pada masa
jahiliah, syair mempunyai kedudukan sangat tinggi dalam peradaban mereka. Syair di
masa itu mencapai puncak-puncak kehebatan. Pada setiap musim haji, di pasar Ukaz
sering diadakan perayaan sastra dan perlombaan membuat serta membaca syair.
Makkah benar-benar menjadi pusat perdagangan dan kebudayaan kala itu. Karya-karya
sastra terbaik dan monumental yang layak ditulis dengan tinta emas digantungkan di
Ka’bah. Terkenallah Mu’allaqat as-Sab’ah, syair tujuh penyair terbaik yang digantungkan
di Ka’bah. Syair ini dinamakan mu’allaqat karena indahnya syair-syair tersebut
menyerupai perhiasan yang dikalungkan di leher seorang wanita.
Dikatakan assab’ah karena sesuai dengan jumlah penyairnya yang tujuh, Umru’ul Qais,
Zuhair, Tarfah, Antarah, Labid, Amru ibn Kultsum, dan al-Haris ibn Hilza. Ya, manusia
saat itu memuja syair dan memberikan apresiasi yang sangat tinggi. Maka dari itu
salah satu bentuk rahmat Allah l dan hikmah-Nya yang mendalam, Dia Subhanahu
wata’ala anugerahkan kepada Rasul-Nya bukti kenabian dan mukjizat yang
mengagumkan, yaitu al-Qur’an yang turun dengan gaya bahasa yang tinggi dan tidak
mampu ditandingi oleh siapa pun. Semua ahli sastra mengakui ketinggian bahasa al-
Qur’an. Mereka pun mengakui kelemahan manusia untuk mendatangkan yang semisal
dengan al-Qur’an. Mereka yakin sepenuhnya bahwa al-Qur’an bukan buatan manusia.
Allah Subhanahu wata’ala pun menakdirkan bahwa kekasih-Nya Rasulullah n adalah
seorang ummi, tidak bisa membaca dan tidak menulis, sehingga semakin mengokohkan
bahwa al-Qur’an bukan karya manusia. Keindahan dan kesempurnaan bahasa al-Qur’an
benar-benar diakui, bukan hanya kaum muslimin, bahkan musuhmusuh Islam saat itu
pun mengakuinya. Al-Walid bin Mughirah, seorang tokoh pembesar musyrikin Quraisy,
berkata, “Demi Allah, ini bukanlah syair, bukan sihir, bukan pula igauan orang gila.
Sesungguhnya ia adalah Kalamullah yang memiliki kemanisan dan keindahan.
Sesungguhnya ia (al-Qur’an) sangat tinggi (agung) dan tidak ada yang melebihinya.”
(Tafsir Ibnu Katsir)
Al-Qur’an Mempunyai Pengaruh yang Kuat Terhadap Jiwa Manusia dan Jin
Salah satu sisi kemukjizatan al- Qur’an adalah memiliki pengaruh yang kuat terhadap
jiwa manusia dan jin. Bahkan, seandainya al-Qur’an diturunkan kepada gunung, niscaya
ia akan luluh lantak dan hancur. Allah Subhanahu wata’ala berfirman,

‫ك َاللنلمثنللاَرل َنن ل‬
َ‫ضللذربرنها‬ ‫اذ ُ َ َنوتذلللل ن‬ ‫لنلو َنأننزللنناَ َ ههننذا َاللقرلرآنن َنعلنهىَ َنجبنثلَ َللنرأنليتنره َنخاَذشععاَ َممتن ن‬
‫صشدععاَ َشملن َنخلشينذة َ ل‬

‫س َلننعللهرلم َينتنفنلكررونن‬
‫ذلللناَ ذ‬
“Kalau sekiranya Kami menurunkan al-Qur’an ini kepada sebuah gunung, pasti kamu akan
melihatnya tunduk terpecah belah disebabkan takut kepada Allah. Dan perumpamaan-
perumpamaan itu Kami buat untuk manusia supaya mereka berpikir.” (al-Hasyr: 21)
Banyak riwayat di masa lalu atau berita-berita masa ini yang semuanya membuktikan
betapa kuat pengaruh al-Qur’an pada jiwa manusia dan jin. Suatu hari di bulan
Ramadhan, Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wasallam mendatangi Masjidil Haram. Saat itu
kaum muslimin dan musyrikin sedang berkumpul. Tiba-tiba Rasulullah Shallallahu ‘alaihi
wasallam membacakan surat an-Najm. Semuanya mendengarkan dengan saksama.
Ketika sampai firman Allah Subhanahu wata’ala di akhir surat,

‫نفاَلسرجردوا َ ذ ل ذ‬
‫ل َنوالعبرردوا‬
“Maka bersujudlah kepada Allah dan sembahlah (Dia).” (an-Najm: 62)
Seluruh yang mendengarnya serempak bersujud pada Allah Subhanahu wata’ala. Tidak
ada satu pun yang mampu menahan dirinya untuk tidak bersujud, muslim ataupun kafir.
Begitu juga kisah Utbah bin Rabi’ah yang diutus oleh kaumnya untuk meminta
Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wasallam menghentikan dakwahnya. Ketika dia berjumpa
dengan Rasulullah dan kemudian beliau bacakan surat Fushshilat 1—5, tersentuhlah
jiwanya. Ketika kembali ke kaumnya dia berkata, “(Berita) yang aku bawa, aku telah
mendengar suatu perkataan yang— demi Allah—belum pernah sama sekali aku dengar
semisalnya.
Demi Allah, ia bukan syair, bukan sihir, dan bukan pula perkataan dukun.…” Riwayat lain
yang menunjukkan betapa besar pengaruh al-Qur’an terhadap jiwa adalah kisah masuk
Islamnya sahabat Jubair bin Muth’im radhiyallahu ‘anhu. Beliau adalah tawanan
Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wasallam, di saat shalat maghrib beliau Shallallahu ‘alaihi
wasallam membaca surat ath-Thur. Begitu mendengar bacaan kalamullah, hampir-
hampir kalbu Jubair terbang. Itulah awal kali Islam masuk ke dalam relung kalbunya.
Bukan hanya jiwa manusia, al- Qur’an juga memberikan pengaruh kepada jin, hingga
mereka beriman dan mendakwahkan Islam kepada kaumnya. Kisah menakjubkan
tentang alam jin diberitakan oleh Allah Subhanahu wata’ala dalam firman- Nya,

‫ضني َنولللللوا‬ ‫ضرروره َنقاَرلوا َنأن ذ‬


‫صرتوا ُ َ َفنلنلماَ َقر ذ‬ ‫ك َننفنعرا َشمنن َاللذجشن َينلستنذمرعونن َاللقرلرآنن َفنلنلماَ َنح ن‬ ‫نوإذلذ َ ن‬
‫صنرلفنناَ َإذلنلي ن‬
‫إذلنهىَ َقنلوذمذهم َممنذذذرينن َ)( َنقاَرلوا َنياَ َقنلونمنناَ َإذلناَ َنسذملعنناَ َذكنتاَعباَ َرأنذزنل َذمن َبنلعذد َرمونسهىَ َرم ن‬
‫صشدعقاَ َلشنماَ َبنلينن َنيللندليذه‬
‫ق َمملستنذقيثم َ)( َنياَ َقنلونمنناَ َأنذجيربوا َنداذعللني َ ل‬
‫اذلل َنوآذمنرللوا َبذللذه َينلغفذلللر َلنركللم َشمللن‬ ‫ينلهذديِ َإذنلىَ َاللنح ش‬
‫ق َنوإذلنهىَ َ ن‬
‫طذري ث‬
‫ب َأنذليثم‬
‫رذرنوبذركلم َنويرذجلرركم َشملن َنعنذا ث‬
Dan (ingatlah) ketika Kami hadapkan serombongan jin kepadamu yang mendengarkan al-
Qur’an, maka tatkala mereka menghadiri pembacaan(nya) lalu mereka berkata, “Diamlah
kamu (untuk mendengarkannya).” Ketika pembacaan telah selesai mereka kembali
kepada kaumnya (untuk) memberi peringatan. Mereka berkata, “Hai kaum
kami, sesungguhnya kami telah mendengarkan kitab (al-Qur’an) yang telah
diturunkan sesudah Musa yang membenarkan kitabkitab yang sebelumnya lagi
memimpinkepada kebenaran dan kepada jalan yang lurus. Hai kaum kami, terimalah (seruan)
orang yang menyeru kepada Allah dan berimanlah kepada-Nya, niscaya Allah akan
mengampuni dosa-dosa kamu dan melepaskan kamu dari azab yang pedih.” (al-Ahqaf: 29—
31)

‫قرللَ َرأوذحني َإذلن ل‬


َ‫ي َأننلره َالستننمنع َننفنرَر َشمنن َاللذجشن َفننقاَرلوا َإذلناَ َنسذملعنناَ َقرلرآعناَ َنعنجعباَ َ)( َينلهذديِ َإذنللىَ َالمرلشللذد َنفآَنملنلا‬
‫ك َبذنربشنناَ َأننحعدا‬
‫بذذه ُ َ َنونلن َنملشذر ن‬
Katakanlah (Wahai Nabi), “Telah diwahyukan kepadaku bahwasanya sekumpulan jin telah
mendengarkan (al-Qur’an), lalu mereka berkata, ‘Sesungguhnya kami telah mendengarkan al-
Qur’an yang menakjubkan (yang) memberi petunjuk kepada jalan yang benar, lalu kami
beriman kepadanya. Dan kami sekali-kali tidak akan mempersekutukan seseorang pun
dengan Rabb kami’.” (al-Jin: 1—2)
Bahkan, dengan penuh semangat, sekawanan jin meminta Rasulullah Shallallahu ‘alaihi
wasallammenghadiri alam mereka untuk membacakan al-Qur’an. Ibnu
Mas’ud radhiyallahu ‘anhu berkata, “Suatu malam kami bersama Rasulullah Shallallahu
‘alaihi wasallam. Tiba-tiba kami kehilangan beliau. Kita pun segera mencari beliau di
lembahlembah dan jalan-jalan di celah bukit. Kami berkata, ‘Jangan-jangan jin telah
membawa beliau terbang atau beliau dibunuh dengan licik (oleh musyrikin Makkah).
Sungguh, malam itu kami merasakan sejelek-jelek malam bagi suatu kaum. Di pagi hari
kami dikejutkan dengan kedatangan beliau dari arah Harra’.
Kami berseru, “Wahai Rasulullah, kami kehilangan engkau. Kami cari engkau namun
tidak ada hasil. Kami pun bermalam dalam keadaan yang paling menyedihkan.
Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wasallambersabda, ‘Seorang penyeru dari kalangan jin
mendatangiku. Aku pergi bersamanya dan membacakan al-Qur’an kepada mereka.’
Beliau lalu mengajak kami dan menunjukkan bekas-bekas jin dan api mereka. (HR.
Muslim, at-Tirmidzi, dan Ahmad)
Demikian hebat pengaruh al-Qur’an pada jiwa-jiwa jin dan manusia, namun kebanyakan
manusia dan jin mencari jalan lain selain al-Qur’an, mengambil nyanyian dan alat musik
sebagai penghibur jiwa. Demi Allah, bukan ketenangan yang diperoleh, justru kerugian
dan kesempitan dadalah yang didapat.
‫ا َبذنغليذر َذعللثم َنوينتلذخنذنهاَ َهررزعوا ُ َ َرأو هلنئذ ن‬
‫ك َلنهرلللم‬ ‫ضللَ َنعن َنسذبيذلَ َ ل ذ‬
‫ث َلذير ذ‬‫س َنمن َينلشتنذريِ َلنلهنو َاللنحذدي ذ‬ ‫نوذمنن َاللناَ ذ‬
‫ب َممذهيرَن َ)( َنوإذنذا َترلتلنهىَ َنعلنليذه َآنياَترنناَ َنوللهىَ َرملستنلكبذعرا َنكنأن َلللم َينلسنملعنهاَ َنكأ نلن َذفي َأررذننليذه َنولقعرا ُ َ َفنبنششلرهر‬
َ‫نعنذا ر‬
‫ب َأنذليثم‬
‫بذنعنذا ث‬
“Di antara manusia (ada) orang yang mempergunakan perkataan yang tidak berguna untuk
menyesatkan (manusia) dari jalan Allah tanpa pengetahuan dan menjadikan jalan Allah itu
olok-olokan. Mereka itu akan memperoleh azab yang menghinakan. Apabila dibacakan
kepadanya ayat-ayat Kami, dia berpaling dengan menyombongkan diri, seolah-olah dia belum
mendengarnya, seakan-akan ada sumbat di kedua telinganya; maka beri kabar gembiralah dia
dengan azab yang pedih.” (Luqman: 6—7)
Al-Qur’an, Obat Segala Penyakit
Ini sisi lain kemukjizatan al-Qur’an. Al-Qur’an adalah obat segala penyakit jasmani
maupun rohani, penyakit jiwa atau badan. Allah Subhanahu wata’ala berfirman,

‫نونرننشزرل َذمنن َاللقرلرآذن َنماَ َهرنو َذشنفاَرَء َنونرلحنمرَة َلشللرملؤذمذنينن َ َ َنونل َينذزيرد َال ل‬
‫ظاَلذذمينن َإذلل َنخنساَعرا‬
“Dan Kami turunkan dari al-Qur’an sesuatu yang menjadi penawar (obat) dan rahmat bagi
orang-orang yang beriman, dan al-Qur’an itu tidaklah menambah kepada orang-orang yang
zalim selain kerugian.” (al-Isra’: 82)

ً‫ت َآنياَترهر ُ َ َأنأنلعنجذميي َنونعنربذيي ٌّ َ َقرللَ َهرنو َلذللذذينن َآنمنرللوا َهرللعدى‬ ‫نولنلو َنجنعللنناَره َقرلرآعناَ َأنلعنجذم يعياَ َللنقاَرلوا َلنلونل َفر ش‬
‫صلن ل‬
َ ُ ‫نوذشنفاَرَء‬
Dan jika Kami jadikan al-Qur’an itu suatu bacaan dalam selain bahasa Arab tentulah mereka
mengatakan, “Mengapa tidak dijelaskan ayat-ayatnya?” Apakah (patut al-Qur’an) dalam
bahasa asing,sedang (rasul adalah orang) Arab? Katakanlah, “Al-Qur’an itu adalah petunjuk
dan penawar (obat) bagi orangorang yang beriman. (Fushshilat: 44)
Ibnul Qayyim rahimahumallah berkata, “Al- Qur’an adalah obat yang sempurna dari
seluruh penyakit kalbu dan jasmani, demikian pula penyakit dunia dan akhirat.… Jika
seorang yang sakit terusmenerus berobat dengannya dan meletakkan (obat ini) pada
sakitnya dengan penuh kejujuran dan keimanan, penerimaan yang sempurna, keyakinan
yang kokoh, dan menyempurnakan syaratnya, niscaya penyakit apa pun tidak mampu
menghadapinya selamalamanya. Bagaimana mungkin penyakit mampu menghadapi
firman Dzat yang memiliki langit dan bumi; yang jika diturunkan kepada gunung, ia
akan menghancurkannya? … Jadi, tidak ada satu pun penyakit, baik penyakit hati
maupun jasmani, kecuali dalam al-Qur’an ada cara yang membimbing kepada obat dan
sebab (kesembuhan)nya.” (Zadul Ma’ad, 4/287)
Sebuah kisah tentang pengobatan dengan al-Qur’an perlu kita renungkan sebagai bukti
sekaligus contoh bahwa al-Qur’an bukan hanya obat penyakit kalbu berupa kekafiran,
kemunafikan, hasad, riya, atau semisalnya, melainkan juga obat bagi penyakit jasmani.
Al-Imam al-Bukhari dan Muslim rahimahumallah meriwayatkan, dari sahabat Abu Sa’id al-
Khudri radhiyallahu ‘anhu, beliau berkata, “Sekelompok sahabat Nabi Shallallahu ‘alaihi
wasallam pernah keluar menempuh suatu perjalanan. Singgahlah mereka di sebuah
kampung dari kampung-kampung Arab. Mereka pun meminta agar dijamu sebagai tamu,
namun penduduk kampung enggan menjamu mereka. Selang beberapa waktu, kepala
kampung tersebut terkena sengatan hewan berbisa. Penduduk kampung telah berusaha
mencari segala upaya penyembuhan, namun sedikit pun tak membuahkan hasil.
Sebagian mereka berkata, ‘Sekiranya kalian mendatangi sekelompok orang itu (yaitu
para sahabat), mungkin sebagian mereka ada yang memiliki sesuatu.’ Mereka pun
mendatanginya, lalu berkata, ‘Wahai rombongan, sesungguhnya pemimpin kami
tersengat hewan berbisa.
Kami telah mengupayakan segala sesuatu untuk pemimpin kami, namun belum ada
hasilnya. Apakah salah seorang di antara kalian memiliki sesuatu (untuk mengobati
pemimpin kami)?’ Sebagian sahabat menjawab, ‘Ya. Demi Allah, aku bisa meruqyah
(pengobatan dengan cara bacaan)1. Namun, demi Allah, kami telah meminta jamuan
kepada kalian namun kalian tidak menjamu kami. Aku tidak akan meruqyah untuk
kalian hingga kalian memberikan upah kepada kami.’ Mereka pun setuju untuk memberi
sekawanan kambing. Salah seorang sahabat pun meludahinya dan membacakan atas
pemimpin kaum itu surat al-Fatihah. Pemimpin kampung tersebut pun merasa seolah-
olah terlepas dari ikatan, lalu berjalan tanpa ada gangguan. Mereka lalu memberikan
upah sebagaimana telah disepakati. (Selepas kambing-kambing upah diterima)
sebagian sahabat berkata, “Bagilah!” Yang meruqyah berkata, “Jangan kalian lakukan
hingga kita menghadap Rasulullah n lalu kita kabarkan apa yang telah terjadi kepada
beliau. Kemudian kita tunggu apa yang beliau perintahkan kepada kita.” Mereka pun
menghadap Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wasallam dan menceritakan hal tersebut.
Beliau Shallallahu ‘alaihi wasallambersabda,

ٌ‫ك َأننلنهاَ َررلقينرَة؟‬


‫نونماَ َيرلدذري ن‬
‘Dari mana engkau tahu bahwa al-Fatihah itu ruqyah?’ Lalu beliau berkata sembari tertawa,

‫لنقنلد َأن ن‬
‫ْ َالقتنذسرموا َنوا ل‬،‫صلبترلم‬
َ‫ضذرربوا َذلي َنمنعركلم َنسلهعما‬
‘Sungguh kalian telah benar. Bagilah (upahnya) dan berilah untukku bagian bersama kalian.’
Tentang hadits ini, Ibnul Qayyim rahimahumallah berkata, “Obat berupa (bacaan al-
Qur’an ini) telah memberikan pengaruh kepada penyakit (lumpuh akibat sengatan
berbisa) ini, bahkan menghilangkannya (dengan izin Allah Subhanahu wata’ala) seakan-
akan penyakit itu tidak pernah menimpa. Pengobatan (dengan bacaan al-Qur’an) adalah
pengobatan termudah. Seandainya seorang hamba menggunakan bacaan al- Fatihah
dengan baik dalam pengobatan, sungguh ia akan melihat pengaruh yang sangat
menakjubkan. Aku sendiri pernah tinggal di kota Makkah beberapa waktu.
Penyakitpenyakit menimpaku, sementara aku tidak dapatkan tabib atau obat. Aku
berobat (meruqyah) diriku dengan al-Fatihah dan melihat pengaruh menakjubkan dalam
al-Fatihah….” (ad-Da’u wad Dawa hlm. 8)
Al-Qur’an Membawa Berita-Berita Gaib
Di antara sisi keagungan dan kemukjizatan al-Qur’an, ia mengabarkan berita-berita
gaib. Al-Qur’an mengabarkan awal penciptaan alam, penciptaan Adam dan Hawa, dan
berita-berita tentang para nabi, rasul, dan orang-orang terdahulu. Sekelompok Yahudi
meminta musyrikin Quraisy untuk menanyakan tiga hal kepada Rasulullah Shallallahu
‘alaihi wasallam, tentang Ashabul Kahfi, ruh, dan Dzul Qarnain. Pertanyaan ini tidak
mungkin dijawab kecuali oleh seorang nabi, demikian kata ahlul kitab kepada musyrikin
Quraisy. Datangkah ayat-ayat al-Qur’an menjawab tantangan-tantangan musyrikin
dengan membawa berita-berita gaib.

‫ك َنعن َذذيِ َاللقنلرننليذن ُ َ َقرللَ َنسأ نلترلو َنعلنليركم َشملنره َذذلكعرا َ)( َإذلناَ َنملكلناَ َلنره َفذللي َاللنلر ذ‬
‫ض َنوآتنليننللاَره َذمللن‬ ‫نوينلسأ نرلونن ن‬
َ‫ركشلَ َنشليثء َنسبنعباَ َ)( َفنأ نلتبننع َنسبنعبا‬
Mereka akan bertanya kepadamu(Muhammad) tentang Dzul Qarnain. Katakanlah, “Aku akan
bacakan kepadamu cerita tentangnya.” Sesungguhnya Kami telah memberi kekuasaan
kepadanya di (muka) bumi, dan Kami telah memberikan kepadanya jalan (untuk mencapai)
segala sesuatu, maka dia pun menempuh suatu jalan. (al-Kahfi: 83—85)
Al-Qur’an juga mengabarkan banyak hal gaib yang akan datang, seperti berita
kemenangan Romawi yang sebelumnya mengalami kekalahan. Allah Subhanahu
wata’ala berfirman,
‫ضللذع َذسللذنينن ٌّ َ َذللذلل‬ ‫ت َالمرورم َ)( َذفي َأنلدننىَ َاللنلر ذ‬
‫ض َنورهم َشمن َبنلعذد َنغلنبذذهلم َنسينلغلذربونن َ)( َذفي َبذ ل‬ ‫الم َ)( َرغلذبن ذ‬
‫اللنلمرر َذمن َقنلبرلَ َنوذمن َبنلعرد ُ َ َنوينلونمئذثذ َينلفنررح َاللرملؤذمرنونن‬
“Alif, Lam, Mim. Telah dikalahkan bangsa Romawi di negeri yang terdekat, dan mereka
sesudah dikalahkan itu akan menang, dalam beberapa tahun (lagi). Bagi Allah-lah urusan
sebelum dan sesudah (mereka menang).” (ar Rum: 1—4)
Apa yang diberitakan al-Qur’an benar-benar terjadi. Kurang lebih tujuh tahun setelah
diturunkannya ayat di atas, terjadilah perang sengit antara kekaisaran Romawi dan
Persia pada Desember 627 M. Secara mengejutkan, pasukan Romawi mengalahkan
kekuatan Persia. Persia pun harus membuat perjanjian dengan Romawi untuk
mengembalikan wilayah yang mereka ambil dari Romawi. Akhirnya, kemenangan
bangsa Romawi yang diumumkan oleh Allah Subhanahu wata’ala dalam al-Qur’an
menjadi kenyataan. Termasuk berita gaib yang disampaikan oleh al-Qur’an adalah hari
kiamat, tanda-tandanya, kebangkitan, surga, dan neraka. Semua itu pasti terjadi sesuai
dengan yang dikabarkan, sebagaimana halnya beberapa peristiwa di atas.
Al-Qur’an, Benteng dari Kejelekan
Di antara sisi lain kemukjizatan al-Qur’an, al-Qur’an adalah benteng segala kejelekan di
dunia atau akhirat. Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wasallam mengabarkan, setan akan lari
dari rumah yang dibacakan di dalamnya surat al-Baqarah. Rasulullah Shallallahu ‘alaihi
wasallam juga mengabarkan, barang siapa membaca ayat Kursi ketika hendak tidur
Allah Subhanahu wata’ala akan memberikan penjagaan dan keselamatan dari gangguan
setan. Al-Imam Ibnu Hibban rahimahumallah dalam Shahih-nya meriwayatkan bahwa
sahabat Ubai bin Ka’b radhiyallahu ‘anhu memiliki wadah besar berisi kurma. Suatu saat
beliau heran dengan kurma yang selalu berkurang tanpa kejelasan ke mana hilangnya.
Suatu malam beliau menjaganya hingga datang sesosok makhluk menyerupai anak.
Ubai mendekatinya dan mengucapkan salam. Beliau dapati tangan dan kulit anak ini
seperti tangan anjing dan bulu-bulu anjing. Ternyata ia bukan manusia, melainkan dari
bangsa jin.
Terjadilah percakapan antara keduanya. Ubai bertanya, “Apa yang bisa membentengi
kami dari kalian?” Jin berkata, “Ayat kursi.” Ubai melepaskan makhluk ini. Pagi harinya
beliau menjumpai Rasulullah Subhanahu wata’ala dam menceritakan kejadian itu.
Beliau Shallallahu ‘alaihi wasallambersabda, “Makhluk yang buruk itu telah jujur.”
Sungguh, sangat banyak sisi keagungan al-Qur’an sebagai mukjizat terbesar
Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wasallam. Membacanya bernilai ibadah. Mempelajari,
mengajarkan, dan mengamalkan al-Qur’an adalah sebab tercapainya kemuliaan.
Malaikat-malaikat akan bersama orang yang membacanya. Rasulullah Subhanahu
wata’ala bersabda,

َ‫ف َنولنذكلن َأنلذ ر‬


‫ف‬ َ‫ل َأنرقورل َالم َنحلر ر‬
‫ْ َ ن‬،َ‫ا َفنلنره َبذذه َنحنسننرَة َنواللنحنسننرة َبذنعلشذر َأنلمنثاَلذنها‬ ‫نملن َقننرنأ َنحلرعفاَ َذملن َذكنتاَ ذ‬
‫ب َ ذ‬
‫ف‬ َ‫ف َنولنرَم َنحلر ر‬
َ‫ف َنوذميرَم َنحلر ر‬ َ‫نحلر ر‬
“Barang siapa membaca satu huruf dari al-Qur’an, dia mendapat satu kebaikan, dan setiap
kebaikandilipatgandakan menjadi sepuluh kali lipat. Saya tidak mengatakan ‫ الم‬satu huruf,
tetapi alif satu huruf, lam satu huruf, dan mim satu huruf.” (HR. al- Bukhari)
Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda,

‫نخليررركلم َنملن َتننعللنم َاللقرلرآنن َنونعللنمهر‬


“Sebaik-baik kalian adalah orang yang belajar al-Qur’an dan mengajarkannya.” (HR. al-
Bukhari)
‫اللنماَذهرر َذباَللقرلرآذن َنمنع َاللسفننرذة َاللذكنراذم َاللبننرنرذة َنواللذذيِ َينلقنررأ َاللقرلرآنن َنوينتنتنلعتنرع َذفيذه َنوهرللنو َنعلنليللذه َنشللاَ ي‬
‫ق َلنللهر‬
‫أنلجنراذن‬
“Orang yang mahir membaca al- Qur’an bersama malaikat yang mulia, sedangkan orang yang
membaca al- Qur’an dengan tertatih-tatih dan ia bersemangat (bersungguh-sungguh), ia
mendapat dua pahala.” (HR. al- Bukhari dan Muslim)
Saudaraku fillah, marilah kita bersyukur atas nikmat Allah Subhanahu
wata’ala menjadikan kita beriman kepada Kalam Allah Subhanahu wata’ala dan
dimudahkan menyelami sebagian kecil dari samudra keagungan dan kemukjizatannya.
Sungguh, segala puji adalah milik- Nya, shalawat serta salam semoga senantiasa
tercurah kepada hamba dan Rasul-Nya Shallallahu ‘alaihi wasallam. Amin.
Ditulis oleh Al-Ustadz Abu Ismail Muhammad Rijal
Tags: Mukjizat Nabi

Anda mungkin juga menyukai