com/mukjizat-mukjizat-rasulullah-shallallahu-alaihi-wa-sallam/
Home Majalah Edisi 091 s.d. 100 Asy Syariah Edisi 093
Sebagai penutup para nabi, Allah Subhanahu wata’ala menguatkan dakwah beliau
dengan berbagai mukjizat dan bukti-bukti kenabian. Sebagian bukti kenabian berupa
mukjizat telah kita baca bersama. Sebagai penyempurna pembahasan, mari kita
menyelami mukjizat terbesar dan bukti teragung dari kenabian beliau. Al- Qur’an, itulah
mukjizat yang kekal hingga hari kiamat. Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda,
ُِ َنوإذنلنمللاَ َنكللاَنن َاللللذذي.ت َنماَ َذملثلرللره َآنمللنن َذعلنليللذه َاللبننشللررل َقنلد َأرلعذطني َذمنن َاللنياَ ذ نماَ َذمنن َاللنلنبذنياَذء َذملن َننبذيي َإذ ل
ُ َفنأ نلررجو َأنلن َأنركونن َأنلكثننرهرلم َنتاَبذععاَ َينلونم َاللقذنياَنمذة.ي ت َنولحعياَ َأنلونحىَ َ ر
ا َإذلن ل أرلوتذلي ر
“Tidak ada seorang nabi pun, kecuali diberi bukti-bukti (mukjizat) yang dengan semisal itu
manusia beriman, dan (di antara bukti kenabian/mukjizat yang aku dianugerahi adalah wahyu
yang Allah Subhanahu wata’ala wahyukan kepadaku, dan aku berharap menjadi nabi yang
terbanyak pengikutnya di hari kiamat.” (HR. Muslim no. 152 dari Abu Hurairah radhiyallahu
‘anhu)
Hadits ini menegaskan bahwa wahyu yang diturunan oleh Allah Subhanahu
wata’ala kepada beliau adalah bukti kebenaran dakwah. Banyak sisi kemukjizatan al-
Qur’an, bahkan seluruh ayat al-Qur’an adalah bukti kebenaran dakwah
Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wasallam. Al-Qur’an, Kitab Hidayah Al-Qur’an adalah jalan
yang terang, petunjuk Allah Subhanahu wata’ala yang membimbing manusia di atas
hidayah. Inilah sesungguhnya sisi terbesar dari keagungan al-Qur’an.
Al-Qur’an adalah kitab hidayah.
Ia menunjukkan manusia ke jalan kebenaran, membedakan antara yang haq dan yang
batil, menjelaskan jalan ahlul jannah dan jalan-jalan kesesatan. Melalui ayat-ayat al-
Qur’an, hamba mengenal Allah Subhanahu wata’ala, nama-nama, dan sifat-sifat-Nya.
Melalui ayat-ayat al- Qur’an jugalah hamba mengenal segala jalan yang mengantarkan
ke jannah (surga) dan menyelamatkan dari neraka.
ت َأنلن َلنهرلللم َأنلجللعرا إذلن َ ههننذا َاللقرلرآنن َينلهذديِ َلذللذتي َذهني َأنلقنورم َنويربنششرر َاللرملؤذمذنينن َاللللذذينن َينلعنملرللونن َال ل
صللاَلذنحاَ ذ
نكذبيعرا
“Sesungguhnya al-Qur’an ini memberikan petunjuk kepada (jalan) yang lebih lurus dan
memberi kabar gembira kepada orang-orang mukmin yang mengerjakan amal saleh bahwa
bagi mereka ada pahala yang besar.” (al-Isra’: 9)
أنلم َينرقورلونن َالفتننراهر ُ َ َقرللَ َفنألرتوا َبذرسونرثة َشملثلذذه َنوالدرعوا َنمذن َالستنطنلعرتم َشمن َردوذن َ ل ذ
ا َذإن َركنترلم َ ن
صاَذدذقينن
Atau (patutkah) mereka mengatakan, “Muhammad membuat-buatnya.” Katakanlah, “(Kalau
benar yang kamu katakan itu), cobalah datangkan sebuah surat seumpamanya dan panggillah
siapasiapayang dapat kamu panggil (untuk membuatnya) selain Allah, jika kamu orang-orang
yang benar.” (Yunus: 38)
Tantangan Allah Subhanahu wata’ala kepada seluruh manusia dan jin telah berlalu 14
abad. Adakah yang mampu mendatangkan yang semisal dengan al-Qur’an?
Terbongkarnya Semua Upaya Pemalsuan dan Tandingan Al-Qur’an
Upaya pemalsuan dan usaha menandingi al-Qur’an sebenarnya sudah ada sejak awal
Islam. Makar yang ditujukan kepada al-Qur’an mungkin akan berlanjut dari generasi ke
generasi, namun semua makar tersebut terbongkar dan menemui kegagalan.
Musailamah al-Kadzdzab, sosok nabi palsu yang muncul di akhir hayat
Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wasallam dengan kebusukan kalbunya, ingin menandingi
Rasulullah Subhanahu wata’ala dengan mengaku dirinya sebagai nabi. Diriwayatkan,
Musailamah al- Kadzdzab berjumpa dengan ‘Amr bin Ash radhiyallahu ‘anhu.
Musailamah bertanya, “Surat apa yang turun kepada sahabatmu di Makkah itu?” ‘Amr
bin Ash menjawab, “Turun surat dengan tiga ayat yang sangat ringkas, namun sangat
luas maknanya.” “Coba bacakan kepadaku surat itu!” Kemudian surat al-‘Ashr
dibacakan oleh ‘Amr bin Ash. Musailamah merenung sejenak, ia berkata, “Kepadaku
juga turun surat persisi seperti itu.” ‘Amr bin Ash bertanya, “Apa isi surat itu?”
Musailamah menjawab, “Ya wabr, ya wabr. Innaka udzunani wa shadr. Wa sairuka hafrun
naqr. (Hai marmut, hai marmut. Engkau hanyalah dua daun telinga dan dada. Adapun
selebihnya adalah hina dan berpenyakit.)”
Mendengar itu ‘Amr bin Ash, yang saat itu masih kafir, tertawa terbahakbahak, “Demi
Allah, engkau tahu bahwa aku sebetulnya tahu bahwa yang kamu omongkan itu adalah
dusta.” Makar serupa juga diupayakan kaum Syiah Rafidhah. Mereka mengubah-ubah
ayat. Mereka tambahi dan kurangi sesuai dengan kebutuhan agama mereka. Namun,
seluruh ulama bangkit memperingatkan kekafiran Rafidhah ini. Di era modern, upaya
pemalsuan al-Qur’an rupa-rupanya masih terus dilakukan oleh kaum kafir, seperti
pembuatan al-Qur’an palsu pada tahun 2009 yang dilakukan oleh Penerbit Amerika,
Omega 2001 dan One Press dengan judul “Furqanul Haq” dalam huruf Arab dan “True
Furqan” dalam huruf Latin. Semua usaha di atas gagal. Justru semua kejadian itu
semakin membuktikan bahwa al-Qur’an tidak tertandingi.Semua kejadian itu semakin
menambah keimanan kaum muslimin terhadap janji Allah Subhanahu wata’ala.
Dihafalkan Banyak Manusia
Al-Qur’an dijaga oleh Allah Subhanahu wata’ala dari perubahan lafadz dan makna. Di
antara bentuk penjagaan al-Qur’an, Allah Subhanahu wata’ala memudahkan al-Qur’an
untuk dihafalkan. Al-Qur’an adalah satu-satunya kitab suci yang dihafalkan oleh banyak
manusia. Firman Allah Subhanahu wata’alayang terdiri dari enam ribu sekian ayat dihafal
oleh banyak kaum muslimin di seluruh belahan bumi dengan tepat, sampai huruf per
huruf, bahkan panjang pendeknya bacaan. Kaum muslimin terus mempelajari dan
menghafalkan al-Qur’an dari mulut ke mulut dengan sanad yang bersambung hingga
Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wasallam dan malaikat Jibril, sebagaimana yang diturunkan
oleh Allah Subhanahu wata’ala. Jangan Anda anggap penghafal al-Qur’an hanya orang-
orang Arab. Yang sangat menakjubkan, al-Qur’an dihafalkan oleh orang yang sama
sekali tidak mengerti bahasa Arab. Demi Allah, hal ini tidak mungkin terjadi pada
kitabkitab lainnya. Bukan hanya orang dewasa yang menghafalkannya, bahkan al-
Qur’an dihafalkan oleh anak-anak yang masih sangat belia sebelum masa balig
mereka. Subhanallah, benarlah firman Allah Subhanahu wata’ala,
ك َاللنلمثنللاَرل َنن ل
َضللذربرنها اذ ُ َ َنوتذلللل ن لنلو َنأننزللنناَ َ ههننذا َاللقرلرآنن َنعلنهىَ َنجبنثلَ َللنرأنليتنره َنخاَذشععاَ َممتن ن
صشدععاَ َشملن َنخلشينذة َ ل
س َلننعللهرلم َينتنفنلكررونن
ذلللناَ ذ
“Kalau sekiranya Kami menurunkan al-Qur’an ini kepada sebuah gunung, pasti kamu akan
melihatnya tunduk terpecah belah disebabkan takut kepada Allah. Dan perumpamaan-
perumpamaan itu Kami buat untuk manusia supaya mereka berpikir.” (al-Hasyr: 21)
Banyak riwayat di masa lalu atau berita-berita masa ini yang semuanya membuktikan
betapa kuat pengaruh al-Qur’an pada jiwa manusia dan jin. Suatu hari di bulan
Ramadhan, Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wasallam mendatangi Masjidil Haram. Saat itu
kaum muslimin dan musyrikin sedang berkumpul. Tiba-tiba Rasulullah Shallallahu ‘alaihi
wasallam membacakan surat an-Najm. Semuanya mendengarkan dengan saksama.
Ketika sampai firman Allah Subhanahu wata’ala di akhir surat,
نفاَلسرجردوا َ ذ ل ذ
ل َنوالعبرردوا
“Maka bersujudlah kepada Allah dan sembahlah (Dia).” (an-Najm: 62)
Seluruh yang mendengarnya serempak bersujud pada Allah Subhanahu wata’ala. Tidak
ada satu pun yang mampu menahan dirinya untuk tidak bersujud, muslim ataupun kafir.
Begitu juga kisah Utbah bin Rabi’ah yang diutus oleh kaumnya untuk meminta
Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wasallam menghentikan dakwahnya. Ketika dia berjumpa
dengan Rasulullah dan kemudian beliau bacakan surat Fushshilat 1—5, tersentuhlah
jiwanya. Ketika kembali ke kaumnya dia berkata, “(Berita) yang aku bawa, aku telah
mendengar suatu perkataan yang— demi Allah—belum pernah sama sekali aku dengar
semisalnya.
Demi Allah, ia bukan syair, bukan sihir, dan bukan pula perkataan dukun.…” Riwayat lain
yang menunjukkan betapa besar pengaruh al-Qur’an terhadap jiwa adalah kisah masuk
Islamnya sahabat Jubair bin Muth’im radhiyallahu ‘anhu. Beliau adalah tawanan
Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wasallam, di saat shalat maghrib beliau Shallallahu ‘alaihi
wasallam membaca surat ath-Thur. Begitu mendengar bacaan kalamullah, hampir-
hampir kalbu Jubair terbang. Itulah awal kali Islam masuk ke dalam relung kalbunya.
Bukan hanya jiwa manusia, al- Qur’an juga memberikan pengaruh kepada jin, hingga
mereka beriman dan mendakwahkan Islam kepada kaumnya. Kisah menakjubkan
tentang alam jin diberitakan oleh Allah Subhanahu wata’ala dalam firman- Nya,
نونرننشزرل َذمنن َاللقرلرآذن َنماَ َهرنو َذشنفاَرَء َنونرلحنمرَة َلشللرملؤذمذنينن َ َ َنونل َينذزيرد َال ل
ظاَلذذمينن َإذلل َنخنساَعرا
“Dan Kami turunkan dari al-Qur’an sesuatu yang menjadi penawar (obat) dan rahmat bagi
orang-orang yang beriman, dan al-Qur’an itu tidaklah menambah kepada orang-orang yang
zalim selain kerugian.” (al-Isra’: 82)
ًت َآنياَترهر ُ َ َأنأنلعنجذميي َنونعنربذيي ٌّ َ َقرللَ َهرنو َلذللذذينن َآنمنرللوا َهرللعدى نولنلو َنجنعللنناَره َقرلرآعناَ َأنلعنجذم يعياَ َللنقاَرلوا َلنلونل َفر ش
صلن ل
َ ُ نوذشنفاَرَء
Dan jika Kami jadikan al-Qur’an itu suatu bacaan dalam selain bahasa Arab tentulah mereka
mengatakan, “Mengapa tidak dijelaskan ayat-ayatnya?” Apakah (patut al-Qur’an) dalam
bahasa asing,sedang (rasul adalah orang) Arab? Katakanlah, “Al-Qur’an itu adalah petunjuk
dan penawar (obat) bagi orangorang yang beriman. (Fushshilat: 44)
Ibnul Qayyim rahimahumallah berkata, “Al- Qur’an adalah obat yang sempurna dari
seluruh penyakit kalbu dan jasmani, demikian pula penyakit dunia dan akhirat.… Jika
seorang yang sakit terusmenerus berobat dengannya dan meletakkan (obat ini) pada
sakitnya dengan penuh kejujuran dan keimanan, penerimaan yang sempurna, keyakinan
yang kokoh, dan menyempurnakan syaratnya, niscaya penyakit apa pun tidak mampu
menghadapinya selamalamanya. Bagaimana mungkin penyakit mampu menghadapi
firman Dzat yang memiliki langit dan bumi; yang jika diturunkan kepada gunung, ia
akan menghancurkannya? … Jadi, tidak ada satu pun penyakit, baik penyakit hati
maupun jasmani, kecuali dalam al-Qur’an ada cara yang membimbing kepada obat dan
sebab (kesembuhan)nya.” (Zadul Ma’ad, 4/287)
Sebuah kisah tentang pengobatan dengan al-Qur’an perlu kita renungkan sebagai bukti
sekaligus contoh bahwa al-Qur’an bukan hanya obat penyakit kalbu berupa kekafiran,
kemunafikan, hasad, riya, atau semisalnya, melainkan juga obat bagi penyakit jasmani.
Al-Imam al-Bukhari dan Muslim rahimahumallah meriwayatkan, dari sahabat Abu Sa’id al-
Khudri radhiyallahu ‘anhu, beliau berkata, “Sekelompok sahabat Nabi Shallallahu ‘alaihi
wasallam pernah keluar menempuh suatu perjalanan. Singgahlah mereka di sebuah
kampung dari kampung-kampung Arab. Mereka pun meminta agar dijamu sebagai tamu,
namun penduduk kampung enggan menjamu mereka. Selang beberapa waktu, kepala
kampung tersebut terkena sengatan hewan berbisa. Penduduk kampung telah berusaha
mencari segala upaya penyembuhan, namun sedikit pun tak membuahkan hasil.
Sebagian mereka berkata, ‘Sekiranya kalian mendatangi sekelompok orang itu (yaitu
para sahabat), mungkin sebagian mereka ada yang memiliki sesuatu.’ Mereka pun
mendatanginya, lalu berkata, ‘Wahai rombongan, sesungguhnya pemimpin kami
tersengat hewan berbisa.
Kami telah mengupayakan segala sesuatu untuk pemimpin kami, namun belum ada
hasilnya. Apakah salah seorang di antara kalian memiliki sesuatu (untuk mengobati
pemimpin kami)?’ Sebagian sahabat menjawab, ‘Ya. Demi Allah, aku bisa meruqyah
(pengobatan dengan cara bacaan)1. Namun, demi Allah, kami telah meminta jamuan
kepada kalian namun kalian tidak menjamu kami. Aku tidak akan meruqyah untuk
kalian hingga kalian memberikan upah kepada kami.’ Mereka pun setuju untuk memberi
sekawanan kambing. Salah seorang sahabat pun meludahinya dan membacakan atas
pemimpin kaum itu surat al-Fatihah. Pemimpin kampung tersebut pun merasa seolah-
olah terlepas dari ikatan, lalu berjalan tanpa ada gangguan. Mereka lalu memberikan
upah sebagaimana telah disepakati. (Selepas kambing-kambing upah diterima)
sebagian sahabat berkata, “Bagilah!” Yang meruqyah berkata, “Jangan kalian lakukan
hingga kita menghadap Rasulullah n lalu kita kabarkan apa yang telah terjadi kepada
beliau. Kemudian kita tunggu apa yang beliau perintahkan kepada kita.” Mereka pun
menghadap Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wasallam dan menceritakan hal tersebut.
Beliau Shallallahu ‘alaihi wasallambersabda,
لنقنلد َأن ن
ْ َالقتنذسرموا َنوا ل،صلبترلم
َضذرربوا َذلي َنمنعركلم َنسلهعما
‘Sungguh kalian telah benar. Bagilah (upahnya) dan berilah untukku bagian bersama kalian.’
Tentang hadits ini, Ibnul Qayyim rahimahumallah berkata, “Obat berupa (bacaan al-
Qur’an ini) telah memberikan pengaruh kepada penyakit (lumpuh akibat sengatan
berbisa) ini, bahkan menghilangkannya (dengan izin Allah Subhanahu wata’ala) seakan-
akan penyakit itu tidak pernah menimpa. Pengobatan (dengan bacaan al-Qur’an) adalah
pengobatan termudah. Seandainya seorang hamba menggunakan bacaan al- Fatihah
dengan baik dalam pengobatan, sungguh ia akan melihat pengaruh yang sangat
menakjubkan. Aku sendiri pernah tinggal di kota Makkah beberapa waktu.
Penyakitpenyakit menimpaku, sementara aku tidak dapatkan tabib atau obat. Aku
berobat (meruqyah) diriku dengan al-Fatihah dan melihat pengaruh menakjubkan dalam
al-Fatihah….” (ad-Da’u wad Dawa hlm. 8)
Al-Qur’an Membawa Berita-Berita Gaib
Di antara sisi keagungan dan kemukjizatan al-Qur’an, ia mengabarkan berita-berita
gaib. Al-Qur’an mengabarkan awal penciptaan alam, penciptaan Adam dan Hawa, dan
berita-berita tentang para nabi, rasul, dan orang-orang terdahulu. Sekelompok Yahudi
meminta musyrikin Quraisy untuk menanyakan tiga hal kepada Rasulullah Shallallahu
‘alaihi wasallam, tentang Ashabul Kahfi, ruh, dan Dzul Qarnain. Pertanyaan ini tidak
mungkin dijawab kecuali oleh seorang nabi, demikian kata ahlul kitab kepada musyrikin
Quraisy. Datangkah ayat-ayat al-Qur’an menjawab tantangan-tantangan musyrikin
dengan membawa berita-berita gaib.
ك َنعن َذذيِ َاللقنلرننليذن ُ َ َقرللَ َنسأ نلترلو َنعلنليركم َشملنره َذذلكعرا َ)( َإذلناَ َنملكلناَ َلنره َفذللي َاللنلر ذ
ض َنوآتنليننللاَره َذمللن نوينلسأ نرلونن ن
َركشلَ َنشليثء َنسبنعباَ َ)( َفنأ نلتبننع َنسبنعبا
Mereka akan bertanya kepadamu(Muhammad) tentang Dzul Qarnain. Katakanlah, “Aku akan
bacakan kepadamu cerita tentangnya.” Sesungguhnya Kami telah memberi kekuasaan
kepadanya di (muka) bumi, dan Kami telah memberikan kepadanya jalan (untuk mencapai)
segala sesuatu, maka dia pun menempuh suatu jalan. (al-Kahfi: 83—85)
Al-Qur’an juga mengabarkan banyak hal gaib yang akan datang, seperti berita
kemenangan Romawi yang sebelumnya mengalami kekalahan. Allah Subhanahu
wata’ala berfirman,
ضللذع َذسللذنينن ٌّ َ َذللذلل ت َالمرورم َ)( َذفي َأنلدننىَ َاللنلر ذ
ض َنورهم َشمن َبنلعذد َنغلنبذذهلم َنسينلغلذربونن َ)( َذفي َبذ ل الم َ)( َرغلذبن ذ
اللنلمرر َذمن َقنلبرلَ َنوذمن َبنلعرد ُ َ َنوينلونمئذثذ َينلفنررح َاللرملؤذمرنونن
“Alif, Lam, Mim. Telah dikalahkan bangsa Romawi di negeri yang terdekat, dan mereka
sesudah dikalahkan itu akan menang, dalam beberapa tahun (lagi). Bagi Allah-lah urusan
sebelum dan sesudah (mereka menang).” (ar Rum: 1—4)
Apa yang diberitakan al-Qur’an benar-benar terjadi. Kurang lebih tujuh tahun setelah
diturunkannya ayat di atas, terjadilah perang sengit antara kekaisaran Romawi dan
Persia pada Desember 627 M. Secara mengejutkan, pasukan Romawi mengalahkan
kekuatan Persia. Persia pun harus membuat perjanjian dengan Romawi untuk
mengembalikan wilayah yang mereka ambil dari Romawi. Akhirnya, kemenangan
bangsa Romawi yang diumumkan oleh Allah Subhanahu wata’ala dalam al-Qur’an
menjadi kenyataan. Termasuk berita gaib yang disampaikan oleh al-Qur’an adalah hari
kiamat, tanda-tandanya, kebangkitan, surga, dan neraka. Semua itu pasti terjadi sesuai
dengan yang dikabarkan, sebagaimana halnya beberapa peristiwa di atas.
Al-Qur’an, Benteng dari Kejelekan
Di antara sisi lain kemukjizatan al-Qur’an, al-Qur’an adalah benteng segala kejelekan di
dunia atau akhirat. Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wasallam mengabarkan, setan akan lari
dari rumah yang dibacakan di dalamnya surat al-Baqarah. Rasulullah Shallallahu ‘alaihi
wasallam juga mengabarkan, barang siapa membaca ayat Kursi ketika hendak tidur
Allah Subhanahu wata’ala akan memberikan penjagaan dan keselamatan dari gangguan
setan. Al-Imam Ibnu Hibban rahimahumallah dalam Shahih-nya meriwayatkan bahwa
sahabat Ubai bin Ka’b radhiyallahu ‘anhu memiliki wadah besar berisi kurma. Suatu saat
beliau heran dengan kurma yang selalu berkurang tanpa kejelasan ke mana hilangnya.
Suatu malam beliau menjaganya hingga datang sesosok makhluk menyerupai anak.
Ubai mendekatinya dan mengucapkan salam. Beliau dapati tangan dan kulit anak ini
seperti tangan anjing dan bulu-bulu anjing. Ternyata ia bukan manusia, melainkan dari
bangsa jin.
Terjadilah percakapan antara keduanya. Ubai bertanya, “Apa yang bisa membentengi
kami dari kalian?” Jin berkata, “Ayat kursi.” Ubai melepaskan makhluk ini. Pagi harinya
beliau menjumpai Rasulullah Subhanahu wata’ala dam menceritakan kejadian itu.
Beliau Shallallahu ‘alaihi wasallambersabda, “Makhluk yang buruk itu telah jujur.”
Sungguh, sangat banyak sisi keagungan al-Qur’an sebagai mukjizat terbesar
Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wasallam. Membacanya bernilai ibadah. Mempelajari,
mengajarkan, dan mengamalkan al-Qur’an adalah sebab tercapainya kemuliaan.
Malaikat-malaikat akan bersama orang yang membacanya. Rasulullah Subhanahu
wata’ala bersabda,