الَّد َّياِن
َو َأْش َهُد َأْن اَّل ِإٰل َه ِإاَّل ُهللا َو ْح َد ُه اَل َش ِر ْيَك َلُه اْلُم َنـَّز ُه، َو َص ْح ِبِه َو َتاِبِع ْيِه َع َلى َم ِّر الَّز َم اِن
َو َأْش َهُد َأَّن َس ِّيَدَنا ُمَحَّم ًدا َع ْبُد ُه َو َر ُسْو ُلُه اَّلِذ ْي، َع ِن اْلِج ْس ِم َّيِة َو اْلِج َهِة َو الَّز َم اِن َو اْلَم َك اِن
، َفإِّني ُأْو ِص ْيُك ْم َو َنْفِس ي ِبَتْقَو ى ِهللا الَم َّناِن، ِعَباَد الَّرْح ٰم ِن، َك اَن ُخ ُلُقُه اْلُقْر ٰا َن َأَّم ا َبْعُد
ُك ُّل َنْفٍس َذ اِئَقُة اْلَم ْو ِت َو ِإَّنَم ا ُتَو َّفْو َن ُأُجوَر ُك ْم َيْو َم اْلِقَياَم ِة َفَم ْن: اْلَقاِئِل ِفي ِكَتاِبِه اْلُقْر آِن
:ُز ْح ِز َح َع ِن الَّناِر َو ُأْد ِخ َل اْلَج َّنَة َفَقْد َفاَز َو َم ا اْلَحَياُة الُّد ْنَيا ِإاَّل َم َتاُع اْلُغ ُروِر (آل عمران
١٨٥
)١١ :ُقْل َيَتَو َّفاُك ْم َم َلُك اْلَم ْو ِت اَّلِذ ي ُو ِّك َل ِبُك ْم ُثَّم ِإَلى َر ِّبُك ْم ُتْر َج ُعوَن (سورة السجدة
Maknanya: “Katakanlah: “Malaikat maut yang diserahi untuk (mencabut nyawa)mu akan
mematikanmu, kemudian hanya kepada Tuhanmulah kamu akan dikembalikan.” (QS as-
Sajdah : 11)
Malaikat maut adalah ‘Izra’il ‘alaihis salam. ‘Izra’il ditugaskan untuk mencabut roh atau
nyawa. Jika ia telah mencabut nyawa seorang mukmin, maka ia menyerahkan roh tersebut
kepada Malaikatur-Rahmah (malaikat-malaikat pembawa rahmat). Lalu mereka pun
memberikan kabar gembira kepada seorang mukmin bahwa ia akan mendapatkan pahala,
rahmat dan ridha Allah. Jika ‘Izra’il mencabut nyawa seorang kafir, maka ia serahkan kepada
para malaikat penyiksa. Lalu para malaikat tersebut memberitahukan kepadanya tentang siksa
dan murka Allah. Jadi para malaikat tersebut tidak membiarkan roh berada di tangan ‘Izra’il
setelah ia mencabutnya sekejap mata pun. Para malaikat akan langsung membawa roh ke
langit jika roh tersebut milik orang mukmin yang bertakwa. Dan malaikat akan membawa roh
ke bumi yang ketujuh jika roh tersebut adalah milik orang kafir yang celaka. Kemudian jika
mayit (jenazah) diletakkan di keranda dan dibawa oleh orang-orang ke kuburan, para
malaikat akan datang dengan roh tersebut, membawanya dan mendekat ke jenazah,
mengiringinya. Jika roh tersebut adalah milik orang yang saleh, maka ia akan berkata seperti
yang disebutkan dalam hadits Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam (sebagaimana riwayat Imam
al-Bukhari, an-Nasa’i, al-Baihaqi, Ahmad dan lainnya dengan redaksi yang hampir sama):
Maknanya: “Seorang mayit diikuti oleh tiga hal, dua akan kembali dan satu yang akan terus
bersamanya. Mayit diikuti oleh keluarga, harta dan amal perbuatannya, lalu keluarga dan
hartanya kembali dan tersisalah amalnya yang menyertainya.” (HR al-Bukhari)
Kemudian tibalah pertanyaan dua malaikat, Munkar dan Nakir. Disebutkan dalam sebuah
hadits bahwa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda yang maknanya: “Sungguh
seorang hamba jika telah diletakkan di kuburnya, teman-temannya pergi meninggalkannya, ia
pun mendengar suara alas-alas kaki mereka, maka datanglah dua malaikat kepadanya. Kedua
malaikat tersebut mendudukkannya dan berkata kepadanya: Apa yang dulu engkau katakan
tentang orang ini: Muhammad?. Maka seorang mukmin akan mengatakan: Aku bersaksi
bahwa Muhammad adalah hamba Allah dan utusan-Nya, maka dikatakan padanya: Lihatlah
tempat dudukmu di neraka, Allah telah tukarkan untukmu tempat duduk di surga,” Rasulullah
bersabda: “maka ia pun melihat dua tempat tersebut kedua-duanya. Sedangkan orang kafir
atau munafik dikatakan kepadanya: Apa yang dulu engkau katakan tentang lelaki ini?, maka
ia menjawab: Aku tidak tahu, dulu aku berkata tentangnya seperti apa yang dikatakan oleh
orang-orang. Maka dikatakan kepadanya: Engkau tidak tahu kebenaran dan tidak mengatakan
jawaban yang benar. Kemudian orang kafir atau munafik tersebut dipukul dengan pukulan
yang keras di tengkuknya, sehingga ia menjerit dengan jeritan yang keras yang didengar oleh
semua yang ada di dekatnya kecuali manusia dan jin.” (HR al-Bukhari, at-Tirmidzi, an-
Nasa’i dan lainnya dengan yang hampir sama) Saudara-saudaraku, Beriman kepada
pertanyaan dua malaikat Munkar dan Nakir adalah wajib bagi setiap mukallaf (orang yang
baligh dan berakal). Pertanyaan ini diberlakukan kepada orang mukmin dan kafir di antara
umat ini, yakni umat yang diutus kepada mereka Sayyidina Muhammad shallallahu ‘alaihi
wasallam. Seorang mukmin yang sempurna imannya tidak akan terkejut, takut ataupun
terganggu dengan pertanyaan Munkar dan Nakir. Karena Allah menetapkan dan menguatkan
hatinya sehingga tidak merasakan takut melihat penampilan keduanya yang menakutkan.
Sebab dalam sebuah hadits disebutkan bahwa Munkar dan Nakir berwarna hitam kebiru-
biruan, bermata merah seperti panci-panci tembaga yang besar, memiliki taring-taring seperti
tanduk-tanduk sapi. Keduanya datang membelah bumi dengan gigi-gigi taringnya dan dengan
suara seperti halilintar sebagaimana disebutkan dalam kitab Fathul Bari Syarh Shahih al-
Bukhari. Meski begitu, seorang mukmin yang sempurna imannya gembira dengan melihat
Munkar dan Nakir, karena ia tahu bahwa ia akan selamat. Sedangkan orang munafik atau
kafir, maka ia akan merasa ketakutan dan menggigil karena sangat takut kepada Munkar dan
Nakir sehingga keluar dari lidahnya perkataan yang tidak ingin dia katakan. Dia mengatakan:
“Aku tidak tahu, dulu aku ikut-ikutan mengatakan apa yang dikatakan oleh orang-orang”.
Maka Munkar dan Nakir berkata kepadanya: “Engkau tidak mengetahui kebenaran dan tidak
memberikan jawaban yang benar. Kalimat ini dikatakan untuk menghardik seseorang.
Kemudian Munkar dan Nakir memukul orang kafir atau munafik tersebut dengan sebuah
palu. Munkar dan Nakir memukul kepalanya dengan palu dari besi dengan pukulan yang
keras dan karenanya ia menjerit dengan jeritan yang sangat kuat, didengar oleh semua yang
ada di dekatnya kecuali manusia dan jin. Ma’asyiral Muslimin rahimakumullah, Pertanyaan
dua malaikat Munkar dan Nakir di dalam kubur adalah salah satu kekhususan umat
Muhammad ini, baik yang mukmin maupun yang kafir. Akan tetapi dikecualikan dari
pertanyaan ini beberapa orang, yaitu Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam. Dikarenakan
kemuliaan beliau para malaikat tidak menanyainya. Demikian pula orang yang mati syahid,
yakni orang yang meninggal dalam peperangan melawan orang-orang kafir, tidak akan
ditanya karena rohnya langsung dibawa naik ke surga. Demikian pula anak kecil yang
meninggal sebelum baligh tidak ditanya, karena ia bukan mukallaf. Disebutkan dalam sebuah
hadits ketika Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam menyebutkan pertanyaan dua malaikat
Munkar dan Nakir, maka Umar berkata: “Apakah dikembalikan kepada kita akal-akal kita,
Ya Rasulallah?” Nabi menjawab