Anda di halaman 1dari 166

Pertemuan ke :2

SKL : Memiliki Akidah Yang Lurus


Materi : Hal-hal yang membatalkan Keimanan
Kompetensi : Tidak Berhubungan dengan Jin

Indikator :

1. Siswa dapat menyebutkan fakta-fakta terkait hal-hal larangan


berhubungan dengan jin.
2. Siswa menjauhkan diri dari perbuatan berhubungan dengan jin
dengan sungguh-sungguh

Ahammiyatusy Syahadatain

Muqadimah

Syahadat merupakan hal yang sangat penting bagi seseorang, yang akan
menentukan perjalanan kehidupannya. Syahadat mampu merubah orientasi
duniawi menjadi orientasi ukhrawi yang secara langsung atau tidak dapat
merubah tujuan dan perjalanan hidup seseorang. Rasulullah saw pun
mengubah kondisi masyarakat Arab dari kehidupan jahiliyah menuju
kehidupan Islami dengan syahadat.

Syahadat membawa perubahan mendasar dalam jiwa setiap insan. Syahadat


merubah kondisi masyarakat dari akarnya yang paling bawah; yaitu dari
sisi relung hatinya yang paling dalam. Ketika hati telah berubah, maka
segala gerak-gerik, tingkah laku, pola pikir, kejiwaan dan segala tindak
tanduk akan berubah pula. Namun semua itu akan dimintai
pertanggungjawabannya kelak di hari akhir. Allah SWT menggambarkan
keadaan seluruh manusia di hari akhir nanti. Setiap orang akan berhadapn
dengan saksi-saksi mereka atas setiap perbuatan yang telah dilakukannya.
Allah SWT berfirman dalam Q.S. An-nisa : 41

َ ‫علَى هَؤُ ََل ِء‬


‫ش ِهيدًا‬ َ ِ‫ْف إِذَا ِجئْنَا ِم ْن ُك ِِّل أ ُ َّم ٍة ب‬
َ َ‫ش ِهي ٍد َو ِجئْنَا بِك‬ َ ‫فَ َكي‬
Maka bagaimanakan (halnya orang kafir nanti), apabila Kami
mendatangkan seseorang saksi (Rasul) dari tiap-tiap umat dan Kami
mendatangkan (Muhammad) sebagai saksi atas mereka itu ) sebagai
umatmu (Q.S. An-Nisa : 41)

1
Ayat ini menggambarkan bagaimana keadaan manusia di akhirat kelak.
Allah SWT tidak akan merugikan hamba-Nya yang mengerjakan kebaikan
walaupun sedikit, tapi akan diberinya pahala yang berlipat ganda atas
kebaikannya itu. Allah SWT juga menggambarkan keadaan manusia nanti
kalau mereka berhadapan dengan saksi-saksi mereka. Saksi meraka adalah
Nabi-nabi mereka. Setiap umat akan berhadapan dengan saksi mereka.
Pada waktu itulah dapat diketahui siapa yang sebenarnya pengikut Nabi
dan siapa yang hanya pengakuannya saja yang mengikuti Nabi, tapi amal
perbuatannya mendurhakai Nabi. Maka siapa yang telah disaksikan oleh
Nabinya bahwa dia sungguh-sungguh telah mengikuti ajaran Rasul maka
orang itu termasuk orang yang beruntung. Jika Nabinya berlepas diri dari
mereka karena amal perbuatannya dan kepercayaannya tidak sesuai dengan
yang diajarkan Rasul, maka meraka termasuk orang yang merugi. Nabi
Muhammad saw, akan menjadi saksi bagi umat Islam nanti dan bagi
seluruh manusia. Firman Allah SWT dalam Q.S. Al-Baqarah: 143

‫وكذلك جعلناكم أمة وسطا لتكونوا شهداء على الناس ويكون الرسول عليكم شهيدا‬

Dan demikian (pula) Kami telah menjadikan kamu (umat Islam), umat
yang adil dan pilihan, agar kamu menjadi saksi atas (perbuatan) manusia
dan agar Rasul (Muhammad) menjadi saksi atas (perbuatan) kamu (Q.S.
Al-Baqarah: 143)

Nabi Muhammad saw mencucurkan air mata ketika mendengarkan ayat ini
dibacakan oleh sahabat kepadanya. Beliau memikirkan bagaimana
hebatnya suasana pada hari akhirat, beliau akan melihat dengan jelas
pengikut-pengikut beliau yang setia dan benar dan pengikut yang pura-pura
dan palsu, sebagaimana diterangkan dalam hadis Nabi Muhammad saw:

? ‫ يا رسول هللا أقرأ عليك‬: ‫ اقرأ على قلت‬:‫ قال رسول هللا صلى هللا عليه وسلم‬: ‫عن ابن مسعود قال‬
‫ نعم إني أحب أن أسمعه من غيري فقرأت سورة النساء حتى أتيت إلى هذه‬: ‫وعليك أنزل ? قال‬
‫ حسبك اآلية فإذا عيناه تذرفان‬: ‫ فكيف إذا جئنا من كل أمة بشهيد الخ فقال‬: ‫اآلية‬

Dari Ibnu Mas'ud dia berkata: "Rasulullah saw telah berkata kepada saya :
"Tolong, bacakan kepada saya Alquran itu. Lalu saya menjawab: "Ya
Rasulullah, akukah yang akan membacakan kepada engkau, padahal dia
diturunkan kepada engkau?" Rasulullah berkata : "Betul, tapi saya ingin
mendengarkannya dibaca oleh orang lain" Maka aku bacalah surat An Nisa'

2
Ketika aku sampai membaca, ayat 41ini maka beliau bersabda : "Sekarang
cukuplah sebegitu saja". dan air matanya bercucuran keluar"

(H.R. Bukhari dan Muslim)

Terdapat beberapa urgensi kalimat syahadat, antara lain yaitu:

1. Pintu masuk ke dalam Islam ( ‫) ا َ ْل َم ْد َخ ُل إَلَى اْ ِإل ْسالَ ِم‬

Pada fitrahnya, manusia telah mengakui keesaan Allah SWT. Namun sejak
manusia dilahirkan dari sulbi orang tua mereka datang setan-setan pada
mereka untuk menyesatkan mereka dari mengesakan Allah SWT. Dalam
Q.S. Al-Araaf: 172, Allah SWT berfirman

‫ش ِه ْدنَا أ َ ْن‬
َ ‫علَى أ َ ْنفُ ِس ِه ْم أَلَ ْستُ ِب َر ِبِّ ُك ْم قَالُوا بَلَى‬
َ ‫ور ِه ْم ذُ ِ ِّريَّت َ ُه ْم َوأ َ ْش َهدَ ُه ْم‬ ُ ‫َو ِإ ْذ أ َ َخذَ َربُّكَ ِم ْن بَنِي آدَ َم ِم ْن‬
ِ ‫ظ ُه‬
َ‫ع ْن َهذَا غَافِلِين‬ َ ‫تَقُولُوا يَ ْو َم ْال ِقيَا َم ِة إِنَّا ُكنَّا‬
Dan (ingatlah), ketika Tuhanmu mengeluarkan keturunan anak-anak Adam
dari sulbi mereka dan Allah mengambil kesaksian terhadap jiwa mereka
(seraya berfirman): Bukankah Aku ini Tuhanmu?, mereka menjawab: Betul
(Engkau Tuhan kami), kami menjadi saksi. (Kami lakukan yang demikian
itu) agar di hari kiamat kamu tidak mengatakan: Sesungguhnya kami (bani
Adam) adalah orang-orang yang lengah terhadap ini (keesaan Tuhan) (Q.S.
Al-Araaf: 172)

Dalam ayat tersebut diterangkan suatu janji yang dibuat pada waktu
manusia dikeluarkan dari sulbi orang tua mereka, turunan demi turunan,
yakni hal janji Allah menciptakan manusia atas dasar fitrah. Allah SWT
memerintahkan roh mereka untuk menyaksikan susunan kejadian diri
mereka yang membuktikan keesan-Nya, keajaiban proses penciptaan dari
setetes air mani hingga menjadi manusia bertubuh sempurna dan
mempunyai daya tanggap indra, dengan urat nadi dan sistem saraf yang
mengagumkan dan sebagainya.

Dengan ayat ini Allah SWT bermaksud untuk menjelaskan kepada


manusia, bahwa hakikat kejadian manusia itu didasari atas kepercayaan
kepada Allah Yang Maha Esa. Sejak manusia dilahirkan dari sulbi orang

3
tua mereka, ia sudah menyaksikan tanda-tanda keesaan Allah SWT pada
kejadian mereka sendiri. Rasulullah saw bersabda:

‫ما من مولود إَل يولد على الفطرة فأبواه يهودانه أو ينصرانه أو يمجسانه كما تنتج البهيمة جمعاء‬
‫هل تحسون فيها من جذعاء‬

Tak seorang pun yang dilahirkan kecuali menurut fitrah; kedua orang
tuanyalah yang menjadikan dia Yahudi, Nasrani atau Majusi sebagaimana
halnya hewan melahirkan anaknya yang sempurna telinganya. Adakah
kamu ketahui ada cacat pada anak hewat itu?

(H.R. Bukhari dan Muslim dari Abu Hurairah)

Rasulullah saw dalam hadist Qudsi:

‫ إني خلقت عبادي حنفاء فجاءتهم الشياطين فاختالتهم عن دينهم وحرمت عليها ما‬:‫يقول هللا تعالى‬
‫أحللت لهم‬

Berfirman Allah Taala, Sesungguhnya Aku ciptakan hamba-Ku cenderung


(ke agama tauhid). Kemudian datang mereka setan-setan dan memalingkan
mereka dari agama (tauhid) mereka, maka haramlah atas mereka segala
sesuatu yang telah Kuhalalkan bagi mereka.

(H.R. Bukhari dari Iyad bin Himar)

Penolakan terhadap ajaran tauhid yang dibawa Nabi sebenarnya perbuatan


yang berlawanan dengan fitrah manusia dan dengan suara hati nurani
mereka. Oleh karena itu tidaklah benar manusia pada hari kiamat nanti
mengajukan alasan bahwa mereka alpa tak pernah diingatkan untuk
mengesakan Allah SWT. Fitrah mereka sendiri dan ajaran-ajaran Nabi-nabi
senantiasa mengingatkan mereka untuk mengesakan Allah dan menuruti
seruan Rasul serta menjauhi diri dari syirik, yakni melalui pelafalan dua
kalimat Syahadat.

Pada hakikatnya, syahadat merupakan pemisah seseorang dari kekafiran


menuju iman. Artinya dengan sekedar mengucapkan syahadat, seseorang
telah dapat dikatakan sebagai seorang muslim. Demikian pula sebaliknya,
tanpa mengucapkan syahadat, seseorang belum dapat dikatakan sebagai
seorang muslim.

Allah SWT berfirman:

4
‫َّللاُ يَ ْعلَ ُم ُمتَقَلَّبَ ُك ْم َو َمثْ َوا ُك ْم‬ ِ ‫َّللاُ َوا ْست َ ْغ ِف ْر ِلذَ ْن ِبكَ َو ِل ْل ُمؤْ ِمنِينَ َو ْال ُمؤْ ِمنَا‬
َّ ‫ت َو‬ َّ ‫فَا ْعلَ ْم أَنَّهُ ََل إِلَهَ إِ ََّل‬

Maka ketahuilah, bahwa tidak ada Ilah (yang Haq) melainkan Allah dan
mohonlah ampunan bagi dosamu dan bagi (dosa) orang-orang mukmin,
laki-laki dan perempuan. Dan Allah mengetahui tempat kamu berusaha dan
tempat tinggalmu (Q.S. Muhammad: 19)

Apabila engkau telah yakin dan mengetahui pahala yang akan diperoleh
orang-orang beriman, serta azab yang akan diperoleh orang-orang kafir di
akhirat nanti, maka hendaklah berpegang teguh kepada agama Allah yang
mendatangkan kebahagiaan hidup di dunia dan di akhirat nanti. Dan
mohonkanlah kepada Allah agar Dia mengampuni dosa-dosa engkau dan
dosa-dosa orang-orang yang beriman; hendaklah selalu berdoa dan
berdzikir kepada-Nya dan janganlah sekali-kali memberi kesempatan
kepada setan untuk melaksanakan maksud buruknya kepadamu.

2. Intisari ajaran Islam ( ‫صةُ ت َ َعا ِلي ِْم اْ ِإل ْسالَ ِم‬
َ َ‫) ُخال‬

Syahadat mencakup dua hal;

(1) Konsep La ilaha ilallah; merealisasikan segala bentuk ibadah hanya


kepada Allah, baik yang dilakukan secara pribadi maupun secara
bersamaan (berjamaah). Dari sini akan melahirkan keikhlasan kepada Allah
SWT. Allah SWT berfirman:

ِ ‫وحي إِلَ ْي ِه أَنَّهُ ََل إِلَهَ إِ ََّل أَنَا فَا ْعبُد‬


‫ُون‬ ُ ‫س ْلنَا ِم ْن قَ ْبلِكَ ِم ْن َر‬
ِ ُ‫سو ٍل إِ ََّل ن‬ َ ‫َو َما أ َ ْر‬
Dan Kami tidak mengutus seorang rasulpun sebelum kamu, melainkan
Kami wahyukan kepadanya; Bahwasanya tidak ada Tuhan melainkan Aku,
maka sembahlah olehmu sekalian Aku

(Q.S. Al-Anbiya: 25)

Dalam ayat ini Allah SWT menegaskan dengan pasti, bahwa setiap Rasul
yang diutus-Nya sebelum Muhammad saw adalah orang-orang yang telah
diberi-Nya wahyu yang mengajarkan bahwa tidak ada tuhan selain Allah
SWT. Oleh sebab itu menjadi kewajiban bag manusia untuk menyembah
Allah semata. Dan tidak ada sesuatu dalil pun, baik dalil aqli maupun dalil
naqli yang disampaikan oleh semua Rasul-rasul Allah, yang membenarkan
kepercayaan selain kepercayaan tauhid kepada Allah SWT.

5
(2) Konsep Muhammad adalah utusan Allah, mengantarkan pada makna
bahwa konsep ini menjadi konsep yang mengharuskan kita untuk
mengikuti tatacara penyembahan kepada Allah sebagaimana yang diajarkan
oleh Rasulullah SAW. Atau dengan kata lain sering disebut dengan ittiba.
Firman Allah SWT:

َ َ‫ث ُ َّم َج َع ْلنَاك‬


َ‫علَى ش َِري َع ٍة ِمنَ ْاْل َ ْم ِر فَات َّ ِب ْع َها َو ََل تَت َّ ِب ْع أ َ ْه َوا َء الَّذِينَ ََل َي ْعلَ ُمون‬

Kemudian Kami jadikan kamu berada di atas suatu syariat (peraturan) dari
urusan agama itu, maka ikutilah syariat itu dan janganlah kamu ikuti hawa
nafsu orang-orang yang tidak mengetahui

(Q.S. Al-Jaatsiyah: 18)

Peraturan yang termuat dalam wahyu yang harus diikuti, tidak boleh
mengikuti hawa nafsu orang-orang yang tidak mengetahuinya. Syariat yang
dibawa oleh para Rasul terdahulu dan syariat yang dibawa Nabi
Muhammad saw pada asasnya dan hakikatnya sama, berasaskan tauhid,
membimbing manusia ke jalan yang benar, mewujudkan kemaslahatan
dalam masyarakat, menyuruh berbuat baik dan mencegah berbuat mungkar.
Jika terdapat perbedaan itu bukan masalah pokok, hanya dalam
pelaksanaan ibadah dah cara-caranya. Hal itu disesuaikan dengan keadaan,
tempat dan waktu.

ِ َ‫اس اْ َِل ْن ِقال‬


3. Konsep dasar reformasi total ( ‫ب‬ ُ ‫س‬َ َ‫) أ‬
Syahadat merupakan dasar perubahan total, baik pribadi maupun
masyarakat. Syahadat layaknya cahaya yang sangat terang, sehingga dapat
mengeluarkan umat manusia dari kehidupan yang gelap gulita (jahiliyah).
Allah berfirman:

‫َارجٍ ِم ْن َها‬
ِ ‫ْس ِبخ‬ َ ‫ت لَي‬ ُّ ‫اس َك َم ْن َمثَلُهُ ِفي‬
ِ ‫الظلُ َما‬ ً ُ‫أ َ َو َم ْن َكانَ َم ْيتًا فَأَحْ َي ْينَاهُ َو َجعَ ْلنَا لَهُ ن‬
ِ َّ‫ورا َي ْمشِي بِ ِه ِفي الن‬
َ‫َكذَلِكَ ُز ِيِّنَ ِل ْل َكافِ ِرينَ َما َكانُوا يَ ْع َملُون‬

Dan apakah orang yang sudah mati kemudian dia Kami hidupkan dan Kami
berikan kepadanya cahaya yang terang, yang dengan cahaya itu dia dapat
berjalan di tengah-tengah masyarakat manusia, serupa dengan orang yang
keadaannya berada dalam gelap gulita yang sekali-kali tidak dapat keluar

6
daripadanya? Demikianlah Kami jadikan orang yang kafir itu memandang
baik apa yang telah mereka kerjakan (Q.S. Al-Anaam : 122)

Syahadat dapat merubah kondisi suatu masyarakat, bangsa dan Negara


secara menyeluruh, dengan sentuhan yang sangat dalam yaitu dari dalam
tiap diri insane. Jika seseorang dapat berubah, maka ia akan menjadi
perubah yang akan merubah masyarakatnya. Allah berfirman:

ُ ‫إِن هللاَّ َل يغُيَ ِ ِّر ما َ ب ِق َو ْم حتَ ََ َِّى يغُيَ ِ ِّر ُوا ما َ ب ِأن‬
َْ ‫َف َْس ِه ِم‬

Sesungguhnya Allah tidak akan merubah kondisi suatu kaum, hingga


mereka mau merubah diri mereka sendiri (Q.S. Ar-Raad: 11)

4. Hakikat dakwah para Rasul (‫س ِل‬ ُّ ِ‫) َح ِق ْيقَةُ دَع َْوة‬
ُ ‫الر‬
Pada hakekatnya dakwah Rasulullah saw adalah dakwah untuk
menegakkan dua hal; yaitu mentauhidkan Allah dan menggunakan metode
Rasulullah saw dalam merealisasikan ibadah kepada Allah SWT.

َ َ‫) ف‬
َ ‫ضائِ ُل‬
5. Keutamaan yang besar ( ‫ع ِظ ْي َم ٍة‬

Syahadat memiliki keutamaan yang besar, diantaranya ialah sebagaimana


digambarkan dalam hadist berikut:

َ‫سول هللاَّ صلَََ َِّى هللاَّ علَيَ ْه َوسلَ َّم يقَ ُول َمن ش َه ِد أَن َل إ ِله‬
ُ ‫عن عبُاَدة َ بْن الصا َّ ِمت أنَهَّ قاَل س َمعِ َْت َر‬
َ
‫حر َّم هللاَّ علَيَ ْه النا َّ َر‬ ُ ‫إَِل هللاَّ وأَََ ن ُمح َمدَّا ً َر‬
َ َّ‫سول هللا‬
Dari Ubadah bin al-Shamit, aku mendengar Rasulullah saw bersabda,
Barang siapa yang bersaksi tiada Tuhan selain Allah dan bahwasanya
Muhammad adalah utusan Allah, maka Allah akan mengharamkan neraka
baginya (H.R. Muslim).

7
Pertemuan ke :3
SKL : Memiliki Akidah Yang Lurus
Materi : Hal-hal yang membatalkan Keimanan
Kompetensi : Tidak meminta tolong kepada orang yang berlindung kepada jin

Indikator :

1. Siswa dapat menyebutkan fakta-fakta perbuatan berhubungan


dengan jin dengan benar
2. Siswa menjauhkan diri dari perbuatan dan orang yang
berhubungan dengan jin dengan sungguh-sungguh

Hal-Hal Yang Membatalkan Keimanan

kemurnian tauhid seorang muslim tergambar secara ringkas dalam


syahadatain, yaitu meyakini/mengakui bahwasanya tidak ada sesembahan
yang hak kecuali allah ta’ala serta meyakini/mengakui bahwa
muhammad shallallahu ‘alaihi wa sallam adalah hamba dan utusan-nya.
sebagai seorang muslim, wajib bagi kita untuk memelihara kemurnian
tauhid tersebut dengan cara menghindarkan diri dari hal-hal yang merusak
tauhid, yaitu: syirik, ilhad, dan nifak.

Macam-macam Syirik
Ada dua macam syirik: (a) Syirik besar (b) syirik kecil. Masing-masing
dari kedua macam ini mempunyai dua dimesi: dzahir (nampak)
dan khafiy (tersembunyi). Marilah kita bahas satu-satu persatu dari kedua
macam syrik tersebut.

Pertama, syirik besar (asy–syirkul akbar), yaitu tindakan menyekutukan


Allah Ta’ala dengan mahluk-Nya. Dikatakan syirik besar karena
dengannya seseorang tidak akan diampuni dosanya dan tidak akan masuk
surga. Allah Ta’ala berfirman,

8
“Sesungguhnya Allah tidak mengampuni dosa mempersekutukan (sesuatu)
dengan Dia, dan Dia mengampuni dosa yang selain dari syirik itu bagi
siapa yang dikehendaki-Nya. Barangsiapa yang mempersekutukan
(sesuatu) dengan Allah, maka sesungguhnya ia telah tersesat sejauh-
jauhnya” (QS. An Nisa’,4: 116).
Syirik besar ini dibagi dua dimensi: dzahir dan khafiy. Contoh syirik besar
yang dzahiradalah: menyembah bintang, matahari, bulan, patung-patung,
batu-batu, pohon-pohon besar, manusia (seperti menyembah Fir’un, raja-
raja, Budha, Isa ibn Maryam, malaikat, Jin dan Syetan). Sementara syirik
besar yang khafiy contohnya adalah: meminta kepada orang-orang yang
sudah mati dengan keyakinan bahwa mereka bisa memenuhi apa yang
mereka yakini, atau menjadikan seseorang sebagai pembuat hukum yang
dapat menghalalkan dan mengharamkan layaknya Allah Ta’ala.

Kedua, syirik kecil (asy-syirkul ashghar), yaitu suatu tindakan yang


mengarah kepada syirik, tetapi belum sampai ke tingkat keluar dari tauhid,
hanya saja mengurangi kemurniannya. Syirik Ashghar ini juga dua
dimensi: dzahir dan khafiy. Yang zhahir bisa berupa lafal (pernyataan) atau
perbuatan.
Berupa lafal contohnya:
1. Al-halfu bighairillah (bersumpah dengan selain Allah), seperti
pernyataan: “Demi Nabi”, “Demi Ka’bah”, “Demi Kekek dan Nenek”, dan
lain sebagainya. Dalam sebuah hadits Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa
sallam bersabda,
“Barangsiapa bersumpah hendaklah bersumpah dengan Allah atau
diam”. (HR. Bukhari).
“Barangsiapa bersumpah dengan selain Allah, sungguh ia telah kafir atau
syirik”. (HR. Tirmidzi)

9
2. Ar-Ruqa (mantera/jampi).
Dari Abdullah, beliau berkata, aku mendengar Rasulullah shallallahu
‘alaihi wa sallam bersabda,
“Sesungguhnya ruqyah (mantera/jampi), azimat dan pelet, adalah
perbuatan syirik.”(H.R. Ahmad).
Ruqa atau ruqyah yang termasuk perbuatan syirik adalah yang terdapat di
dalamnya permohonan
bantuan kepada selain Allah. Sedangkan ruqyah yang tidak mengandung
syirik diperbolehkan berdasarkan hadits berikut,
Dari sahabat ‘Auf bin Malik ra dia berkata : “Kami dahulu meruqyah di
masa Jahiliyyah, maka kami bertanya : ‘Ya Rasulullah, bagaimana
menurut pendapatmu ?’ Beliau menjawab : ‘Tunjukkan padaku Ruqyah
(mantera) kalian itu. Tidak mengapa mantera itu selama tidak
mengandung kesyirikan’” (HR. Muslim).
Termasuk lafal yang mengarah ke syirik pernyataan: “Kalau tidak karena
Allah dan si fulan niscaya ini tidak akan terjadi.”, atau memberikan nama
seperti Abdul Ka’bah dan lain sebagainya.
Adapun yang berupa perbuatan contohnya:
1. Ta’liqut Tama’im (mengalungkan jimat). Rasulullah shalallahu
‘alaihi wa sallam bersabda,
“Barangsiapa yang menggantungkan tamimah (jimat), maka ia telah
berbuat syirik”(H.R. Ahmad)
Maksud ‘menggantungkan tamimah’ adalah mengalungkannya dan hatinya
bergantung kepadanya dalam menggapai kebaikan atau menolak
keburukan.
2. As-Sihru (sihir). Dalam hadits yang diriwayatkan Abu Hurairah
disebutkan bahwa Rasulullah shalallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
“Barang siapa membuat ikatan dan meniup padanya, berarti dia telah
berbuat sihir; barang siapa berbuat sihir, dia telah berbuat syirik. Barang

10
siapa menggantungkan sesuatu, dia diserahkan kepada sesuatu itu (tidak
akan ditolong oleh Allah).” (HR. an-Nasa’i. Menurut Ad-Dausari hadits ini
marfu’, dhaif, dan mursal dari al-Hasan; sanadnya shahih [lihat: An-Nahjus
Sadid hal. 145 dan 134]).
Dari Abu Musa, beliau berkata: Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa
sallam bersabda,
“Tiga (golongan) yang tidak dimasukkan ke dalam surga adalah: pecandu
khamr, orang yang membenarkan sihir dan pemutus hubungan
kekeluargaan.” (Diriwayatkan oleh Ahmad dan Ibnu Hibbân dalam
Shahîh-nya).
3. Al-Kahanah (pedukunan). Rasulullah shalallahu ‘alaihi
wasallam bersabda,
“Barangsiapa yang mendatangi Kahin (dukun/peramal) lalu dia
mempercayai perkataannya maka dia telah kafir terhadap apa yang
telah diturunkan kepada Muhammad shalallaahu alaihi
wasalam.” (HR. Muslim)
Dalam hadits lain disebutkan,
“Barangsiapa yang mendatangi tukang ramal kemudian bertanya
sesuatu lalu dia mempercayainya, maka tidak akan diterima shalatnya
selama empat puluh hari.” (HR. Muslim, no. 2230. Ucapan ‘lalu dia
mempercayainya’ tidak berasal dari riwayat Muslim, akan tetapi berasal
dari riwayat Imam Ahmad, 4/28)
Orang yang mempercayai dukun atau peramal telah dianggap kufur
karena ia menyelisihi firman Allah Ta’ala,
“Katakanlah: ‘Tidak ada seorangpun di langit dan di bumi yang
mengetahui perkara yang ghaib, kecuali Allah”, dan mereka tidak
mengetahui bila mereka akan dibangkitkan.” (QS. An-Naml, 27: 65)
“Dan pada sisi Allah-lah kunci-kunci semua yang ghaib; tidak ada
yang mengetahuinya kecuali Dia sendiri, dan Dia mengetahui apa yang

11
di daratan dan di lautan, dan tiada sehelai daun pun yang gugur
melainkan Dia mengetahuinya (pula), dan tidak jatuh sebutir biji-pun
dalam kegelapan bumi, dan tidak sesuatu yang basah atau yang kering,
melainkan tertulis dalam kitab yang nyata (Lauh Mahfudz)” (QS. Al-
An’am, 6: 59)
4. Ad-Dzhibhu ligharillah (penyembelihan [kurban] untuk selain
Allah).
Penyembelihan untuk selain Allah ditentang oleh ajaran Islam karena ia
adalah kebiasaan kaum musyrikin. Seorang muslim diperintahkan oleh
Allah Ta’ala untuk memproklamirkan kemurnian ibadahnya hanya
kepada Allah Ta’ala,
“Katakanlah: sesungguhnya shalatku, ibadatku, hidupku dan matiku
hanyalah untuk Allah, Tuhan semesta alam. Tiada sekutu bagiNya; dan
demikian itulah yang diperintahkan kepadaku dan aku adalah orang
yang pertama-tama menyerahkan diri (kepada Allah)”. (QS. Al-An’am,
6: 162-163)
Yang dimaksud ‘nusuk’ pada ayat di atas adalah menyembelih dengan
tujuan taqarrub (mendekatkan diri) kepada Allah.
Dalam hadits yang diriwayatkan Ali bin Abu Thalib disebutkan bahwa
Rasulullah shalallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
“Allah melaknat orang yang menyembelih untuk selain Allah. Allah
melaknat orang yang melindungi pelaku dosa besar/ kebid’ahan. Allah
melaknat orang yang melaknat kedua orangtuanya. Allah melaknat
orang yang merubah tanda (batas tanah).” (H.R Muslim)
Tercelanya perilaku menyembelih/berkurban untuk selain Allah
tergambar pula pada hadits berikut,
“Dari Thariq bin Syihab, (beliau menceritakan) bahwa Rasulullah
shallallahu ‘alaihi wa sallam pernah bersabda, “Ada seorang lelaki
yang masuk surga gara-gara seekor lalat dan ada pula lelaki lain yang

12
masuk neraka gara-gara lalat.” Mereka (para sahabat) bertanya,
“Bagaimana hal itu bisa terjadi wahai Rasulullah?” Beliau menjawab,
“Ada dua orang lelaki yang melewati suatu kaum yang memiliki
berhala. Tidak ada seorang pun yang diperbolehkan melewati daerah
itu melainkan dia harus berkorban (memberikan sesaji) sesuatu untuk
berhala tersebut. Mereka pun mengatakan kepada salah satu di antara
dua lelaki itu, “Berkorbanlah.” Ia pun menjawab, “Aku tidak punya
apa-apa untuk dikorbankan.” Mereka mengatakan, “Berkorbanlah,
walaupun hanya dengan seekor lalat.” Ia pun berkorban dengan seekor
lalat, sehingga mereka pun memperbolehkan dia untuk lewat dan
meneruskan perjalanan. Karena sebab itulah, ia masuk neraka. Mereka
juga memerintahkan kepada orang yang satunya, “Berkorbanlah.” Ia
menjawab, “Tidak pantas bagiku berkorban untuk sesuatu selain Allah
‘Azza wa Jalla.” Akhirnya, mereka pun memenggal lehernya. Karena
itulah, ia masuk surga.” (HR. Ahmad)
5. At-Thiyarah (merasa sial karena sesuatu).
Telah diriwayatkan dari ‘Abdullah bin ‘Amr radhiyallahu anhuma, ia
berkata: “Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:.
“Barangsiapa mengurungkan niatnya karena thiyarah, maka ia telah
berbuat syirik.” Para Sahabat bertanya: “Lalu apakah tebusannya?”
Beliau shallallahu ‘alaihi wa sallam menjawab: “Hendaklah ia
mengucapkan: ‘Ya Allah, tidak ada kebaikan kecuali kebaikan dari
Engkau, tiadalah burung itu (yang dijadikan objek tathayyur [merasa
sial]) melainkan makhluk-Mu dan tidak ada ilah yang berhak diibadahi
dengan benar kecuali Engkau.’” (HR. Ahmad)
Rasulullah shalallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
“Thiyarah itu syirik, thiyarah itu syirik, thiyarah itu syirik dan setiap
orang pasti (pernah terlintas dalam hatinya sesuatu dari hal ini). Hanya

13
saja Allah menghilangkannya dengan tawakkal kepada-Nya.” (HR. Abu
Daud)
Adapun syirik ashghar yang khafiy, biasanya berupa niat atau
keinginan, seperti riya’ dan sum’ah. Yaitu melakukan tindak ketaatan
kepada Allah Ta’ala dengan niat ingin dilihat atau didengar orang lain
agar mendapat pujian. Seperti menegakkan shalat dengan nampak
khusyu’ karena sedang berada di samping calon mertuanya, supaya
dipuji sebagai orang saleh, padahal di saat shalat sendirian tidaklah
demikian. Riya’ adalah termasuk dosa hati yang sangat berbahaya.
Sebab Islam sangat memperhatikan perbuatan hati sebagai faktor yang
menentukan bagi baik tidaknya perbuatan dzahir.
Allah Ta’ala befirman,
“Hai orang-orang beriman, janganlah kamu menghilangkan (pahala)
sedekahmu dengan menyebut-nyebutnya dan menyakiti (perasaan
sipenerima), seperti orang yang menafkahkan hartanya karena riya
kepada manusia dan dia tidak beriman kepada Allah dan hari
kemudian. Maka perumpamaan orang itu seperti batu licin yang di
atasnya ada tanah, kemudian batu itu ditimpa hujan lebat, lalu
menjadilah dia bersih (tidak bertanah). Mereka tidak menguasai
sesuatupun dari apa yang mereka usahakan; dan Allah tidak memberi
petunjuk kepada orang-orang yang kafir” (QS. Al Baqarah, 2: 264)
Mengenai perbuatan riya’ ini Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa
sallam bersabda,
“Sesungguhnya yang paling aku takutkan atas kalian adalah syirik
kecil, yaitu riya’. Allah akan mengatakan kepada mereka pada hari
Kiamat tatkala memberikan balasan atas amal-amal manusia “Pergilah
kepada orang-orang yang kalian berbuat riya’ kepada mereka di dunia.
Apakah kalian akan mendapat balasan dari sisi mereka?” (HR Ahmad)
Mengenai sum’ah, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,

14
“Barangsiapa memperdengarkan amalnya kepada orang lain (agar
orang tahu amalnya), maka Allah akan menyiarkan aibnya di telinga-
telinga hambaNya, Allah rendahkan dia dan menghinakannya”. (HR
Thabrani)

Bahaya-bahaya Syirik

Pertama, syirik adalah dzulmun ‘adzim (kezaliman yang


besar). Allah Ta’ala berfirman,
“Orang-orang yang beriman dan tidak mencampuradukkan iman
mereka dengan kezaliman, mereka itulah yang mendapat keamanan dan
mereka itu adalah orang-orang yang mendapat petunjuk.” (QS. Al-
An’am, 6: 82)
Dalam Al-Musnad, Imam Ahmad bin Hanbal meriwayatkan dari
Abdullah. Ia mengatakan bahwa tatkala turun ayat ini,
“Hal tersebut terasa berat dirasakan oleh orang-orang, dan mereka
mengatakan, ‘Wahai rasulullah, siapakah di antara kita yang tidak
menzalimi dirinya?’ Beliau menjawab, ‘Sesungguhnya bukan seperti
yang kalian sangka! Belumkah kalian mendengar apa yang dikatakan
oleh seorang hamba yang shalih,
“Hai anakku, janganlah kamu mempersekutukan Allah, sesungguhnya
mempersekutukan (Allah) adalah benar-benar kezaliman yang
besar.” (QS. Luqman : 13), sesungguhnya yang dimaksud dengan hal
tersebut adalah “ kesyirikan”.’
Demikianlah. Allah Ta’ala menyebut syirik sebagai kezaliman yang
besar. Oleh karenanya wajib bagi kita untuk menjauhinya.

Kedua, ‘adamul ghufran (tidak diampuni dosanya).


Allah Ta’ala berfirman,

15
“Sesungguhnya Allah tidak akan mengampuni dosa syirik, dan Dia
mengampuni segala dosa yang selain dari (syirik) itu, bagi siapa yang
dikehendaki-Nya.” (QS. An Nisa’: 48).
Ibnu Katsir dalam kitab tafsirnya berkata, “Allah Ta’ala tidak akan
mengampuni dosa syirik yaitu ketika seorang hamba bertemu Allah
dalam keadaan berbuat syirik.” (Tafsir Al Qur’an Al ‘Azhim, terbitan
Dar Ibnul Jauzi, 3: 129).[3]
Maksud ayat ini kata Ibnul Jauzi yaitu Allah tidak akan mengampuni
pelaku syirik (musyrik) yang ia mati dalam kesyirikan (Lihat: Zaadul
Masir, 2: 103). Ini berarti jika sebelum meninggal dunia ia sudah
bertaubat dan menyesali kesyirikan yang ia perbuat, maka ia selamat.

Ketiga, syirik adalah itsmun ‘adzim (dosa besar). Penegasan tentang


syirik sebagai dosa besar diantaranya disebutkan dalam hadits berikut.
Dari Ibnu Mas’ud radhiyallahu ‘anhu beliau berkata: “Aku bertanya
kepada Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam, ‘Dosa apa yang paling
besar?’ Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda: ‘Yaitu
engkau menjadikan sekutu (tandingan) bagi Allah padahal Dia yang
menciptakanmu (yaitu dosa kesyirikan)’. Aku berkata: ‘Kemudian apa?’
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda: ‘Jika engkau
membunuh anakmu karena khawatir dia makan bersamamu.’ Aku
berkata: ‘Kemudian apa setelah itu, wahai Rasūlullāh?’ Rasulullah
shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda: ‘Engkau berzina dengan isteri
tetanggamu.’”(Muttafaqun ‘alaih, diriwayatkan oleh Imam Bukhari dan
Imam Muslim)

Keempat, syirik adalah dholalun ba’id (kesesatan yang jauh).


Perbuatan syirik disebut oleh Allah Ta’ala sebagai kesesatan yang jauh.

16
“Ia menyeru selain Allah, sesuatu yang tidak dapat memberi mudharat
dan tidak (pula) memberi manfa’at kepadanya. Yang demikian itu
adalah kesesatan yang jauh.” (QS. Al-Hajj, 22: 12)
Allah Ta’ala pun memberikan perumpamaan tentang orang yang
berbuat syirik dengan firman-Nya,
“Barangsiapa mempersekutukan sesuatu dengan Allah, maka adalah ia
seolah-olah jatuh dari langit lalu disambar oleh burung, atau
diterbangkan angin ke tempat yang jauh.” (Al-Hajj, 22: 31)

Kelima, hurmatul jannah (diharamkannya surga) bagi pelaku syirik.


Allah Ta’ala berfirman,
“Sesungguhnya orang yang mempersekutukan (sesuatu dengan) Allah,
maka pasti Allah mengharamkan kepadanya surga, dan tempatnya ialah
neraka, tidaklah ada bagi orang-orang zalim itu seorang
penolongpun.” (QS. Al-Maidah, 5: 72)

Keenam, dukhulun nar (dimasukkan ke dalam neraka). Selain surah Al-


Maidah ayat 72 diatas, nash yang menyebutkan ancaman neraka bagi
orang yang berbuat syirik adalah hadits berikut ini,
“Barangsiapa yang mati dalama keadaan tidak berbuat syirik pada
Allah dengan sesuatu apa pun, maka ia akan masuk surga. Barangsiapa
yang mati dalam keadaan berbuat syirik pada Allah, maka ia akan
masuk neraka” (HR. Muslim).

Ketujuh, ihbatul ‘amal (sia-sianya amal)


Allah Ta’ala berfirman,
“Seandainya mereka mempersekutukan Allah, niscaya lenyaplah dari
mereka amalan yang telah mereka kerjakan.” (Qs. Al-An’am, 6: 88).

17
“Dan sesungguhnya telah diwahyukan kepadamu dan kepada (nabi-nabi)
yang sebelummu. ‘Jika kamu mempersekutukan (Allah), niscaya akan
hapuslah amalmu dan tentulah kamu termasuk orang-orang yang
merugi.’” (QS. Az-Zumar, 39: 65)
Selain itu, perilaku syirik merupakan sumber khurafat—seperti mendatangi
para dukun, kuburan-kuburan angker dan mengalungkan jimat di leher—
yang merusak keimanan dan sikap mental hidup manusia.
Syirik menimbulkan ketakutan sebagaimana firman Allah Ta’ala,
“Akan Kami masukkan ke dalam hati orang-orang kafir rasa takut,
disebabkan mereka mempersekutukan Allah dengan sesuatu yang Allah
sendiri tidak menurunkan keterangan tentang itu. Tempat kembali mereka
ialah neraka; dan itulah seburuk-buruk tempat tinggal orang-orang yang
zalim” (QS. Ali Imran, 3: 151)
Syirik juga merendahkan derajat kemanusiaan. Bukankah manusia adalah
mahluk yang paling mulia? Lalu mengapa mereka menundukkan dirinya
kepada makhluk-makhluk lainnya yang lebih rendah?
Maka, orang yang berbuat syirik hakikatnya telah menghancurkan
kecerdasan dirinya sendiri sebagai manusia,
“Dan mereka menyembah selain daripada Allah apa yang tidak dapat
mendatangkan kemudharatan kepada mereka dan tidak (pula)
kemanfa`atan, dan mereka berkata: “Mereka itu adalah pemberi syafa`at
kepada kami di sisi Allah”. Katakanlah: “Apakah kamu mengabarkan
kepada Allah apa yang tidak diketahui-Nya baik di langit dan tidak (pula)
di bumi?” Maha Suci Allah dan Maha Tinggi dari apa yang mereka
mempersekutukan (itu)” (QS. Yunus, 10: 18).

18
Sebab-sebab Syirik
Ada beberapa sebab fundamental munculnya syirik:
Pertama, al–Jahlu (kebodohan). Karena itulah masyarakat sebelum
datangnya Islam disebut masyarakat jahiliyah. Sebab mereka tidak tahu
mana yang benar dan mana yang salah. Dalam kondisi yang penuh dengan
kebodohan itu, orang-orang cenderung berbuat syirik. Karenanya semakin
jahiliyah suatu kaum, bisa dipastikan kecenderungan berbuat syirik
semakin kuat. Dan biasanya di tengah masyarakat jahiliyah para dukun
selalu menjadi rujukan utama. Mengapa? Sebab mereka bodoh; tidak
mengenal Allah Ta’ala dengan baik, tidak tahu makna menghambakan diri
kepada-Nya, dan tidak memahami pedoman kehidupan.
Karena kobodohannya itulah mereka tidak tahu bagaimana seharusnya
mengatasi berbagai persoalan yang mereka hadapi. Ujung-ujungnya para
dukun dijadikannya sebagai nara sumber yang sangat mereka agungkan.

Kedua, dhu’ful iimaan (lemahnya iman). Seorang yang lemah imannya


cenderung berbuat maksiat. Sebab rasa takutnya kepada Allah Ta’ala tidak
kuat. Lemahnya rasa takut ini akan dimanfaatkan oleh syaithan dan hawa
nafsu untuk menguasai dirinya. Ketika seseorang telah dibimbing oleh
syaithan dan hawa nafsunya maka tidak mustahil jika ia kemudian terjatuh
ke dalam perbuatan-perbuatan syririk, seperti: memohon kepada pohon
besar yang dianggap keramat karena ingin segera kaya, datang ke kuburan
para wali untuk minta pertolongan kepada para wali itu agar ia dipilih
menjadi presiden atau selalu merujuk kepada para dukun agar
penampilannya tetap memikat hati banyak orang, dan lain sebagainya.

Ketiga, taqliid (taklid buta). Di dalam Al Qur’an selalu digambarkan


bahwa alasan orang-orang melakukan perbuatan menyekutukan Allah

19
adalah karena mengikuti jejak nenek moyang mereka.
Allah Ta’ala berfirman,
“Dan apabila mereka melakukan perbuatan keji, mereka berkata: ‘Kami
mendapati nenek moyang kami mengerjakan yang demikian itu, dan Allah
menyuruh kami mengerjakannya.’Katakanlah: ‘Sesungguhnya Allah tidak
menyuruh (mengerjakan) perbuatan yang keji.’Mengapa kamu mengada-
adakan terhadap Allah apa yang tidak kamu ketahui?” (QS. Al A’raf, 7:
28).
“Dan apabila dikatakan kepada mereka: ‘Ikutilah apa yang telah
diturunkan Allah,’ Mereka menjawab: ‘(Tidak), tetapi kami hanya
mengikuti apa yang telah kami dapati dari (perbuatan) nenek moyang
kami’, (Apakah mereka akan mengikuti juga) walaupun nenek moyang
mereka itu tidak mengetahui suatu apapun, dan tidak mendapat
petunjuk?” (QS. Al Baqarah, 2: 170)
“Apabila dikatakan kepada mereka: ‘Marilah mengikuti apa yang
diturunkan Allah dan mengikuti Rasul’. Mereka menjawab: ‘Cukuplah
untuk kami apa yang kami dapati bapak-bapak kami mengerjakannya’.
Dan apakah mereka akan mengikuti juga nenek moyang mereka walaupun
nenek moyang mereka itu tidak mengetahui apa-apa dan tidak (pula)
mendapat petunjuk?” (QS. Al-Maidah, 5: 104).

20
Pertemuan ke : 4
SKL : Memiliki Akidah Yang Lurus
Materi : Makna Ilah
Kompetensi : Tidak bersumpah dengan selain Allah swt

Indikator :

1. Siswa dapat menyebutkan fakta-fakta perbuatan bersumpah dengan


selain Allah swt dengan benar
2. Siswa menjauhkan diri dari perbuatan bersumpah dengan selain
Allah swt dengan sungguh-sungguh.

Makna Al-Ilah

Kata ilah terbentuk dari kata kerja aliha. Dalam bahasa Arab jika dikatakan
aliha-hu, berarti:

Sakana ilahi, yaitu merasa tenteram kepadanya. Maksudnya adalah, ketika


ilah tersebut diingat-ingat olehnya, ia merasa senang. Dan manakala
mendengar nama ilah itu disebut atau dipuji orang, ia merasa tenteram.

Istajara bihi, yaitu merasa dilindungi olehnya. Artinya, karena ilah tersebut
dianggap memiliki kekuatan ghaib yang mampu menolong dirinya dari
kesulitan hidup.

Asyauqu ilaihi, yaitu merasa selalu rindu kepadanya. Maksudnya adalah,


ada keinginan untuk selalu bertemu dengannya, baik berkelanjutan atau
tidak. Ada kegembiraan apabila bertemu dengannya.

Wuli’a bihi, yaitu merasa cinta dan cenderung kepadanya. Rasa rindu yang
menguasai diri menjadikannya mencintai ilah tersebut, walau
bagaimanapun keadaannya. Ia selalu beranggapan bahwa pujaannya
memiliki kelayakan dicintai sepenuh hati.

Dalam perkataan orang Arab, kata alihahu sinonim dengan kata ‘abadahu.
Misalnya ada ungkapan kalimat, aliha rajulu ya-lahu, “lelaki itu
menghambakan diri pada ilah-nya”.

21
Dalam hal ini, Islam menyeru umat manusia agar menjadikan Allah Ta’ala
sebagai satu-satunya ilah. Jangan sampai mereka meng-ilah-kan dunia,
sehingga merasa tenteram kepadanya padahal dunia itu fana,

   


 
 
 
   
  
  
  
7. Sesungguhnya orang-orang yang tidak mengharapkan (tidak percaya
akan) Pertemuan dengan Kami, dan merasa puas dengan kehidupan dunia
serta merasa tenteram dengan kehidupan itu dan orang-orang yang
melalaikan ayat-ayat Kami,

8. mereka itu tempatnya ialah neraka, disebabkan apa yang selalu mereka
kerjakan.” (QS. Yunus, 10: 7-8)

Islam juga mencegah manusia meng-ilah-kan jin, yakni meminta


perlindungan kepada mereka,

   


   
   
6. dan bahwasanya ada beberapa orang laki-laki di antara manusia meminta
perlindungan[1523] kepada beberapa laki-laki di antara jin, Maka jin-jin itu
menambah bagi mereka dosa dan kesalahan. (QS. Jin, 72: 6)

[1523] Ada di antara orang-orang Arab bila mereka melintasi tempat yang
sunyi, Maka mereka minta perlindungan kepada jin yang mereka anggap
Kuasa di tempat itu.

Islam juga mengajak umat manusia untuk tidak membuat andad


(tandingan) bagi Allah Ta’ala. Namun orang-orang musyrik malah
mencintai andad tersebut sebagaimana mencintai Allah. Sedangkan orang-

22
orang mu’min hanya cinta dan amat sangat cinta kepada Allah Ta’ala
semata.

    


   
  
165. dan diantara manusia ada orang-orang yang menyembah tandingan-
tandingan selain Allah; (QS. Al-Baqarah, 2 : 165)

Seseorang dikatakan telah menjadi ‘abduhu -hambanya ilah– jika


‘memenuhi syarat’ sebagai berikut.

Menyertai kecintaan kepada sesuatu itu dengan kamalul mahabbah


(kecintaan yang sempurna), sehingga segala ‘tuntutan cinta’ selalu siap
dilaksanakannya. Siap berkorban, memberi loyalitas, taat dan patuh
kepadanya.

Menyertai kecintaan kepada sesuatu itu dengan kamalut tadzalul


(perendahkan diri yang sempurna). Sehingga menganggap dirinya sendiri
tidak berharga, lalu bersedia bersikap rendah serendah-rendahnya untuk
pujaannya itu.

Menyertai kecintaan kepada sesuatu itu dengan kamalul khudu’


(ketundukan atau kepatuhan yang sempurna). Sehingga akan selalu
mendengar dan taat tanpa reserve, serta melaksanakan perintah-perintah
yang menurutnya bersumber dari sang ilah.

Karena amat cintanya kepada berhala, orang-orang musyrik akan kesal jika
yang disebut-sebut hanya nama Allah. Namun ketika nama berhalanya
disebut, barulah ia merasa girang

   


   
   
   
   
45. dan apabila hanya nama Allah saja disebut, kesallah hati orang-orang
yang tidak beriman kepada kehidupan akhirat; dan apabila nama sembahan-

23
sembahan selain Allah yang disebut, tiba-tiba mereka bergirang hati. (QS.
Az-Zumar, 39: 45)

Mereka demikian menghormati berhala-berhala sembahannya dan merasa


marah apabila berhala-berhala tersebut dihinakan (lihat: QS. 71:23, QS.
21:59, 68).

Jadi, makna Al-Ilah sekurang-kurangnya mencakup empat makna.

Al–Marghub, yaitu dzat yang senantiasa diharapkan.


Al–Mahbub, yaitu dzat yang amat sangat dicintai
Al–Matbu’, yaitu dzat yang selalu diikuti atau ditaati.
Al–Marhub, yaitu dzat yang sangat ditakuti.
Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah menjelaskan makna al-ilah sebagai berikut,

َ‫ ونح ِو ذلك‬، ‫جاء‬


ِ ‫والر‬
َّ ‫والخوف‬
ِ ِ َّ ‫القلب بكما ِل ْالحُبِّ ِ والت‬
،‫ واإلجْ ال ِل واإل ْكرا ِم‬، ‫عظيم‬ ُ ُ‫هو الَّذِي يألَ ُهه‬.

“Dia adalah sesuatu yang digandrungi hati dengan kecintaan yang


sempurna, juga pengagungan, penghormatan, pemuliaan, cemas, harap, dan
hal-hal yang secaman dengan itu.”

Dengan kata lain, al-Ilah itu adalah al-ma’bud (yang disembah). Bagi
mu’minin, al-ilah yang berhak disembah hanyalah Allah Ta’ala. Dialah
shahibul wilayah (yang berhak mendapat loyalitas), shahibut tha’ah (yang
berhak ditaati), dan shahibul hakimiyah (yang berhak menetapkan hukum).

24
Pertemuan ke : 4
SKL : Memiliki Akidah Yang Lurus
Materi : Beriman kepada qodo’ dan qodar
Kompetensi : Tidak tasya'um (merasa sial karena melihat atau mendengar sesuatu)

Indikator :

1. Siswa dapat menyebutkan fakta-fakta perbuatan tasya'um (merasa


sial karena melihat atau mendengar sesuatu) dengan benar
2. Siswa menjauhkan diri dari perbuatan tasya'um (merasa sial
karena melihat atau mendengar sesuatu) dengan sungguh-
sungguh.

BERIMAN KEPADA QADHA DAN QADAR

Muqaddimah

Apa pun yang terjadi di dunia dan yang menimpa diri manusia pasti telah
digariskan oleh Allah Yang Mahakuasa dan Yang Mahabijaksana. Semua
telah tercatat secara rapi dalam sebuah Kitab pada zaman azali. Kematian,
kelahiran, rizki, nasib, jodoh, bahagia, dan celaka telah ditetapkan sesuai
ketentuan-ketentuan ilahiah yang tidak pernah diketahui oleh manusia.
Dengan tidak adanya pengetahuan manusia tentang ketetapan dan
ketentuan Allah ini, maka ia memiliki peluang atau kesempatan untuk
berlomba-lomba menjadi hamba yang saleh-muslih, berusaha keras untuk
mencapai yang dicita-citakan tanpa berpangku tangan menunggu takdir,
dan berupaya memperbaiki citra diri.

25
Dengan bekal keyakinan terhadap takdir yang telah ditentukan oleh Allah
Ta’ala, seorang mukmin tidak pernah mengenal kata frustrasi dalam
kehidupannya, dan tidak berbangga diri dengan apa-apa yang telah
diberikan Allah Ta’ala kepadanya. Ia akan berubah menjadi batu karang
yang tegar menghadapi segala gelombang kehidupan dan senantiasa sabar
dalam menyongsong badai ujian yang silih berganti. Ia juga selalu
bersyukur apabila kenikmatan demi kenikmatan berada dalam
genggamannya. Perhatikan beberapa ayat Allah dan hadits Rasul berikut
ini.

    


    
    
    
   
    
   
     


“Tiada suatu bencana pun yang menimpa di bumi dan (tidak pula) pada
dirimu sendiri melainkan telah tertulis dalam kitab (Lauhul-Mahfuzh)
sebelum Kami menciptakannya. Sesungguhnya yang demikian itu adalah
mudah bagi Allah. (Kami jelaskan yang demikian itu) supaya kamu jangan
berduka cita terhadap apa yang luput dari kamu, dan supaya kamu jangan
terlalu gembira terhadap apa yang diberikan-Nya kepadamu. Dan Allah
tidak menyukai setiap orang yang sombong lagi membanggakan diri,” (Al-
Hadid, 57: 22-23)

   


     

26
    
    
   
    
     

“Dan pada sisi Allah-lah kunci-kunci semua yang ghaib; tidak ada yang
mengetahuinya kecuali Dia sendiri, dan Dia mengetahui apa yang di
daratan dan di lautan, dan tiada sehelai daun pun yang gugur melainkan Dia
mengetahuinya (pula), dan tidak jatuh sebutir biji pun dalam kegelapan
bumi, dan tidak sesuatu yang basah atau yang kering, melainkan tertulis
dalam kitab yang nyata (Lauh Mahfudz).” (Al-An’am, 6: 59)

Ali radhiyallahu ‘anhu berkata: “Pernah Nabi shallallahu ‘alaihi wasalllam


mendatangi jenazah, lalu beliau mengambil sesuatu, kemudian beliau
menusuk-nusuk tanah dengan dan bersabda:“Tidak ada seorangpun dari
kalian melainkan telah ditetapkan tempatnya di neraka dan tempatnya di
surga”. Para shahabat bertanya: “Wahai Rasulullah, kenapa kita tidak
bersandar saja atas ketetapan yang telah dituliskan atas kita dan
meninggalkan amal?”, beliau menajwab: “Tetaplah kalian beramal, karena
setiap sesuatu akan dimudahkan terhadap (ketetapan) yang ia diciptakan
untuknya, siapa yang termasuk orang yang ditakdirkan bahagia, maka akan
dimudahkan untuk mengamalkan amalan penghuni surga, adapun siapa
yang ditakdirkan termasuk dari dari orang yang ditkadirkan sengsara, maka
ia akan dimudahkan untuk mengamalkan amalan penghuni neraka”.
Kemudian beliau membaca ayat:

‫س ُرهُ ِل ْليُس َْرى‬ َ َ‫صدَّقَ بِ ْال ُح ْسنَى ف‬


ِّ ِ َ‫سنُي‬ َ ‫فَأ َ َّما َم ْن أ َ ْع‬
َ ‫طى َواتَّقَى َو‬

27
“Adapun orang yang memberikan (hartanya di jalan Allah) dan bertakwa”.
“Dan membenarkan adanya pahala yang terbaik (surga)”. “Maka Kami
kelak akan menyiapkan baginya jalan yang mudah”. QS. Al Lail: 5-7. (HR.
Bukhari)

‫ش َك َر فَ َكانَ َخي ًْرا‬


َ ‫س َّرا ُء‬ َ َ ‫ْس ذَاكَ ْل َ َح ٍد ِإَلَّ ِل ْل ُمؤْ ِم ِن إِ ْن أ‬
َ ُ‫صابَتْه‬ َ ‫ع َجبًا ْل َ ْم ِر ْال ُمؤْ ِم ِن ِإ َّن أ َ ْم َرهُ ُكلَّهُ َخي ٌْر َولَي‬
َ
ُ‫ص َب َر فَ َكانَ َخي ًْرا لَه‬ َ ُ‫صا َبتْه‬
َ ‫ض َّرا ُء‬ َ َ ‫لَهُ َو ِإ ْن أ‬

“Sungguh menakjubkan perkaranya orang yang beriman, karena segala


urusannya adalah baik baginya. Dan hal yang demikian itu tidak akan
terdapat kecuali hanya pada orang mukmin; yaitu jika ia mendapatkan
kebahagiaan, ia bersyukur, karena (ia mengetahui) bahwa hal tersebut
merupakan yang terbaik untuknya. Dan jika ia tertimpa musibah, ia
bersabar, karena (ia mengetahui) bahwa hal tersebut merupakan hal terbaik
bagi dirinya.” (HR Muslim)

Definisi Qadha dan Qadar

Secara bahasa qadar berasal dari kata qaddara yuqaddiru taqdiiran,


sedangkan qadha berasal dari qadhaa yaqdhii qadhaa-an wa taqdhiyyatan
yang berarti:

Penentuan. Pengertian ini bisa kita lihat dalam ayat:

   


   
  
  
“Dan dia menciptakan di  
bumi itu gunung-gunung yang kokoh di atasnya. Dia memberkahinya dan
Dia menentukan padanya kadar makanan-makanan (penghuni)nya dalam

28
empat masa. (Penjelasan itu sebagai jawaban) bagi orang-orang yang
bertanya.” (Fushilat, 41: 10)

Pemutusan, hukuman. Pengertian ini terdapat di ayat:

   


    
     
  

“Dan Allah memutuskan dengan kebenaran. Sedangkan mereka yang


disembah selainNya tidak mampu memutuskan dengan sesuatu apa pun.
Sesungguhnya Allah, Dialah Yang Maha Mendengar lagi Maha Melihat.”
(Al-Mu’min, 40:20)

Perintah, kita bisa temukan pengertian ini pada ayat:

    


  
   
  
    
   
   

“Dan Tuhanmu telah memerintahkan supaya kamu jangan menyembah


selain Dia dan hendaklah kamu berbuat baik pada ibu bapakmu dengan
sebaik-baiknya. Jika salah seorang di antara keduanya atau kedua-duanya
sampai berumur lanjut dalam pemeliharaanmu, maka sekali-kali janganlah
kamu mengatakan kepada keduanya perkataan “ah” dan janganlah kamu

29
membentak mereka dan ucapkanlah kepada mereka perkataan yang
mulia.” (Al-Israa, 17:23)

Pemberitaan, bisa kita temukan dalam ayat:

  


   
  

“Dan telah Kami wahyukan kepadanya (Luth) perkara itu, yaitu bahwa
mereka akan ditumpas habis di waktu subuh.” (Al-Hijr, 15: 66)

Syaikh Muhammad bin Shalih Al-Utsaimin berkata tentang qadha dan


qadar: “Para ulama’ berbeda pendapat tentang perbedaan antara kedua
istilah tersebut. Sebagian mengatakan bahwa Qadar adalah kententaun
Allah sejak zaman azali (zaman yang tak ada awalnya), sedangkan Qadha’
adalah ketetapan Allah terhadap sesuatu pada waktu terjadi.” Beliau
kemudian menegaskan: “Pendapat yang dianggap rajih (unggul/kuat)
adalah bahwa kedua istilah tersebut bila dikumpulkan (Qadar-Qadha’),
maka mempunyai makna berbeda, tapi bila dipisahkan antara satu dengan
yang lain maka mempunyai makna yang sama.” (Lihat: kitab Al-Qadha’
wal Qadar).

Ma’na Beriman Kepada Qadha dan Qadar

Makna beriman kepada qadha dan qadar adalah beriman kepada


pengetahuan Allah yang Maha Dahulu dan beriman kepada kehendak Allah
yang telah terjadi serta kekuasaanNya yang menyeluruh ( ‫اإليمان بعلم هللا القديم‬
‫ )واإليمان بمشيئة هللا النافذة وقدرته الشاملة‬atau beriman kepada pengetahuan Allah
yang Maha Dahulu dan sesungguhnya Dia mengetahui amal perbuatan para
hamba sebelum dilakukan oleh mereka.

Beriman kepada Qadha dan Qadar menurut Ibnu Taimiyah mencakup:

30
1. Beriman kepada ilmu Allah yang Maha Dahulu bahwa Dia
mengetahui perbuatan-perbuatan hamba-hambaNya sebelum
perbuatan-perbuatan tersebut dilakukannya.
2. Beriman kepada catatan tentang hal tersebut di Lauh Mahfuzh.
3. Beriman kepada kehendak Allah yang telah terjadi dan
kekuasaanNya yang menyeluruh
4. Beriman kepada ciptaan Allah terhadap setiap makhluk dan bahwa
Dia adalah Khalik sedang selainnya adalah makhluk.

Dalil-dalil Wajibnya Beriman Kepada Qadha dan Qadar

Beriman kepada qadha dan qadar merupakan salah satu rukun iman,
dimana tidaklah sempurna dan sah iman seseorang kecuali beriman kepada
perkara ini. Ibnu Abbas pernah berkata, “Qadar adalah nidzam (aturan)
tauhid. Barangsiapa yang mentauhidkan Allah dan beriman kepada qadar,
maka tauhidnya sempurna. Dan barangsiapa yang mentauhidkan Allah dan
mendustakan qadar, maka pendustaannya itu merusakkan tauhidnya”
(Majmu’ Fataawa Syaikh al-Islam, 8/258).

Oleh karena itu, iman kepada qadha dan qadar ini merupakan faridhah dan
kewajiban yang harus dilakukan setiap muslim dan mukmin. Hal ini
berdasarkan beberapa ayat al-Qur’an dan hadits berikut ini.

Dalil-dalil Al-Qur’an:

َ‫َّللاِ فَ ْليَت ََو َّك ِل ْال ُمؤْ ِمنُون‬


َّ ‫علَى‬
َ ‫َّللاُ لَنَا ُه َو َم ْو ََلنَا َو‬
َّ ‫َب‬َ ‫ُصيبَنَا إِ ََّل َما َكت‬
ِ ‫قُ ْل لَ ْن ي‬

“Katakanlah, ‘Tidak akan menimpa kami melainkan apa yang telah


ditetapkan Allah bagi kami. Dialah pelindung kami, dan hanya kepada
Allah bertawakkalah orang-orang yang beriman.” (At-Taubah, 9:51).

ٍ ُ‫َيءٍ ِإ ََّل ِع ْندَنَا خَزَ ائِنُهُ َو َما نُن ِ َِّزلُهُ إِ ََّل ِبقَدَ ٍر َم ْعل‬
‫وم‬ ْ ‫َو ِإ ْن ِم ْن ش‬

31
“Dan tidak ada sesuatu pun, melainkan pada sisi Kamilah khazanahnya;
Kami tidak menurunkannya melainkan dengan ukuran tertentu.” (Al-Hijr,
15:21)

َّ ‫سنَةٌ َيقُولُوا َه ِذ ِه ِم ْن ِع ْن ِد‬


‫َّللاِ َوإِ ْن‬ َ ‫ص ْب ُه ْم َح‬ َ ‫أ َ ْينَ َما ت َ ُكونُوا يُد ِْر ُك ُك ُم ْال َم ْوتُ َولَ ْو ُك ْنت ُ ْم فِي ب ُُروجٍ ُم‬
ِ ُ ‫شيَّدَةٍ َوإِ ْن ت‬
‫َّللاِ َف َما ِل هَؤُ ََل ِء ْالقَ ْو ِم ََل َي َكادُونَ يَ ْفقَ ُهونَ َحدِيثًا‬
َّ ‫سيِِّئ َةٌ يَقُولُوا َه ِذ ِه ِم ْن ِع ْندِكَ قُ ْل ُك ٌّل ِم ْن ِع ْن ِد‬ ِ ُ‫ت‬
َ ‫ص ْب ُه ْم‬

“Dimanapun kamu berada, kematian akan mendapatkan kamu, kendatipun


kamu berada di dalam benteng yang tinggi dan kokoh. Jika mereka
memperoleh kebaikan, mereka mengatakan, ‘Ini dari sisi Allah’, dan jika
mereka ditimpa suatu keburukan mereka mengatakan, ‘Ini dari engkau
(Muhammad)’. Katakanlah, ‘Semuanya (datang) dari sisi Allah’. Maka
mengapa orang-orang itu (orang-orang munafik) hampir-hampir tidak
memahami pembicaraan (sedikit pun).” (4:78)

َ َ‫ب ِم ْن قَ ْب ِل أ َ ْن نَب َْرأَهَا ِإ َّن ذَلِك‬


َّ ‫علَى‬
ِ‫َّللا‬ ٍ ‫ض َو ََل فِي أ َ ْنفُ ِس ُك ْم إِ ََّل فِي ِكت َا‬
ِ ‫صيبَ ٍة فِي ْاْل َ ْر‬
ِ ‫اب ِم ْن ُم‬
َ ‫ص‬َ َ ‫َما أ‬
‫ِير‬
ٌ ‫يَس‬

“Setiap bencana yang menimpa di bumi dan yang menimpa dirimu sendiri,
semuanya telah tertulis dalam Kitab (Lauh Mahfuzh) sebelum Kami
mewujudkannya. Sungguh yang demikian itu mudah bagi Allah.” (Al-
Hadid, 57:22)

‫َيءٍ ِع ْندَهُ بِ ِم ْقدَ ٍار‬ ُ ‫َّللاُ يَ ْعلَ ُم َما تَحْ ِم ُل ُك ُّل أ ُ ْنثَى َو َما ت َ ِغ‬
ْ ‫يض ْاْل َ ْر َحا ُم َو َما ت َْزدَادُ َو ُك ُّل ش‬ َّ

“Allah mengetahui apa yang dikandung oleh setiap perempuan, apa yang
kurang sempurna dan apa yang bertambah dalam rahim. Dan segala sesuatu
ada usuran di sisiNya.” (13:8)

Dalil-dalil As-Sunnah:

‫َوتُؤْ ِمنَ بِ ْالقَدَ ِر َخي ِْر ِه َوش ِ َِّر ِه‬

32
“dan engkau beriman kepada takdir yang baik maupun yang buruk“ (H.R.
Muslim)

‫ َو ِإ ْن اجْ ت َ َمعُوا‬. َ‫َيءٍ قَ ْد َكت َ َبهُ هللاُ لَك‬ْ ‫َل ْم يَ ْنفَعُوكَ ِإَلَّ ِبش‬ ْ ‫علَى أ َ ْن يَ ْن َفعُوكَ بِش‬
ٍ‫َيء‬ َ ‫ت‬ ْ ‫َوا ْعلَ ْم أ َ َّن اْْل ُ َّمةَ لَ ْو اجْ ت َ َم َع‬
‫ف‬ُ ‫ص ُح‬ُّ ‫ت ال‬ ِ َّ‫ َو َجف‬،‫ت اْْل َ ْقالَ ُم‬ ْ ‫ ُرفِ َع‬. َ‫علَيْك‬
َ ُ‫قَ ْد َكت َ َبهُ هللا‬ ْ ‫ض ُّروكَ ِإَلَّ ِبش‬
ٍ‫َيء‬ ُ َ‫َيءٍ لَ ْم ي‬
ْ ‫ض ُّروكَ ِبش‬ ُ ‫علَى أ َ ْن َي‬ َ

“…dan ketahuilah jika umat bersatu padu untuk memberi manfaat


kepadamu dengan sesuatu, maka tidak akan sampai manfaat itu kecuali
yang telah ditetapkan Allah untukmu; jika mereka bersatu padu untuk
mencelakaimu, maka engkau tidak akan celaka kecuali yang telah
ditetapkan Allah untukmu. Pena sudah diangkat dan lembaran catatan
sudah kering.” (HR. Tirmidzi)

Rukun-rukun Iman Kepada Qadha dan Qadar

Beriman kepada qadha dan qadar berarti mengimani rukun-rukunnya.


Rukun-rukun ini ibarat satuan-satuan anak tangga yang harus dinaiki oleh
setiap mukmin. Dan tidak akan pernah seorang mukmin mencapai tangga
kesempurnaan iman terhadap qadar kecuali harus meniti satuan anak
tangga tersebut.

Iman terhadap qadha dan qadar memiliki empat rukun sebagai berikut.

Pertama, Ilmu Allah Ta’ala (Al-Ilmu). Beriman kepada qadha dan qadar
berarti harus beriman kepada Ilmu Allah yang merupakan deretan sifat-
sifat-Nya sejak azali. Dia mengetahui segala sesuatu. Tidak ada makhluk
sekecil apa pun di langit dan di bumi ini yang tidak Dia ketahui. Dia
mengetahui seluruh makhluk-Nya sebelum mereka diciptakan. Dia juga

33
mengetahui kondisi dan hal-ihwal mereka yang sudah terjadi dan yang
akan terjadi di masa yang akan datang oleh karena ilmu-Nya benar-benar
meliputi segala sesuatu. Dialah Tuhan Yang Mengetahui yang gaib dan
yang nyata.

Hal ini bisa kita temukan dalam beberapa ayat Al-Qur’an dan hadits nabi
berikut ini.

ٍ‫ش ْيء‬ َ ‫علَى ُك ِِّل‬ َّ ‫ض ِمثْلَ ُه َّن يَتَن ََّز ُل ْاْل َ ْم ُر بَ ْينَ ُه َّن ِلت َ ْعلَ ُموا أ َ َّن‬
َ َ‫َّللا‬ ِ ‫ت َو ِمنَ ْاْل َ ْر‬
ٍ ‫س َم َاوا‬ َ َ‫َّللاُ الَّذِي َخلَق‬
َ ‫س ْب َع‬ َّ
‫َيءٍ ِع ْل ًما‬ َ ‫َّللاَ قَ ْد أ َ َحا‬
ْ ‫ط بِ ُك ِِّل ش‬ َّ ‫ِير َوأ َ َّن‬ٌ ‫قَد‬

“Allah-lah yang menciptakan tujuh langit dan seperti itu pula bumi.
Perintah Allah berlaku padanya, agar kamu mengetahui bahwasanya Allah
Mahakuasa atas segala sesuatu, dan sesungguhnya Allah ilmu-Nya benar-
benar meliputi segala sesuatu.” (At-Thalaq, 65: 12)

َّ ‫الرحْ َم ُن‬
‫الر ِحي ُم‬ َّ ‫ش َهادَةِ ُه َو‬ ِ ‫عا ِل ُم ْالغَ ْي‬
َّ ‫ب َوال‬ َ ‫َّللاُ الَّذِي ََل ِإلَهَ ِإ ََّل ُه َو‬
َّ ‫ُه َو‬

“Dialah Allah Yang tiada Tuhan selain Dia, Yang Mengetahui yang ghaib
dan yang nyata, Dia-lah Yang Maha Pemurah lagi Maha Penyayang.” (59:
22)

‫ط ِم ْن َو َرقَ ٍة ِإ ََّل يَ ْعلَ ُم َها َو ََل َحبَّ ٍة‬ُ ُ‫ب ََل َي ْعلَ ُم َها ِإ ََّل ُه َو َو َي ْعلَ ُم َما فِي ْال َب ِ ِّر َو ْالبَحْ ِر َو َما ت َ ْسق‬
ِ ‫َو ِع ْندَهُ َمفَاتِ ُح ْالغَ ْي‬
‫ين‬ٍ ِ‫ب ُمب‬ ٍ ‫ب َو ََل َيا ِب ٍس ِإ ََّل فِي ِكت َا‬ ٍ ‫ط‬ ْ ‫ض َو ََل َر‬ ِ ‫ت ْاْل َ ْر‬ ِ ‫ظلُ َما‬ُ ‫فِي‬

“Dan pada sisi Allah-lah kunci-kunci semua yang ghaib; tidak ada yang
mengetahuinya kecuali Dia sendiri, dan Dia mengetahui apa yang di
daratan dan di lautan, dan tiada sehelai daun pun yang gugur melainkan Dia
mengetahuinya (pula), dan tidak jatuh sebutir biji pun dalam kegelapan
bumi, dan tidak sesuatu yang basah atau yang kering, melainkan tertulis
dalam kitab yang nyata (Lauh Mahfudz).” (Al-An’am, 6: 59)

34
Kedua, Penulisan Takdir (Al-Kitabah). Di sini mukmin harus beriman
bahwa Allah Ta’ala menulis dan mencatat takdir atau ketentuan-ketentuan
yang berkaitan dengan kehidupan manusia dan sunnah kauniah yang terjadi
di bumi di Lauh Mahfuzh—“buku catatan yang dijaga”. Tidak ada suatu
apa pun yang terlupakan oleh-Nya. Perhatikan beberapa ayat di bawah ini.

َّ ‫علَى‬
ِ‫َّللا‬ َ َ‫ب ِم ْن قَ ْب ِل أ َ ْن نَب َْرأَهَا ِإ َّن ذَلِك‬ ٍ ‫ض َو ََل ِفي أ َ ْنفُ ِس ُك ْم إِ ََّل فِي ِكت َا‬ ِ ‫صي َب ٍة ِفي ْاْل َ ْر‬ ِ ‫اب ِم ْن ُم‬
َ ‫ص‬َ َ ‫َما أ‬
‫ور‬ َّ ‫علَى َما فَات َ ُك ْم َو ََل ت َ ْف َر ُحوا ِب َما آت َا ُك ْم َو‬
ٍ ‫َّللاُ ََل ي ُِحبُّ ُك َّل ُم ْخت َا ٍل فَ ُخ‬ َ ْ ‫ِير ِل َكي َْال ت َأ‬
َ ‫س ْوا‬ ٌ ‫َيس‬

“Tiada suatu bencana pun yang menimpa di bumi dan (tidak pula) pada
dirimu sendiri melainkan telah tertulis dalam kitab (Lauhul-Mahfuzh)
sebelum Kami menciptakannya. Sesungguhnya yang demikian itu adalah
mudah bagi Allah. (Kami jelaskan yang demikian itu) supaya kamu jangan
berduka cita terhadap apa yang luput dari kamu, dan supaya kamu jangan
terlalu gembira terhadap apa yang diberikan-Nya kepadamu. Dan Allah
tidak menyukai setiap orang yang sombong lagi membanggakan diri,” (al-
Hadiid: 22-23)

‫ِير‬ َّ ‫علَى‬
ٌ ‫َّللاِ يَس‬ َ َ‫ب إِ َّن ذَلِك‬ ِ ‫اء َو ْاْل َ ْر‬
ٍ ‫ض إِ َّن ذَلِكَ فِي ِكت َا‬ ِ ‫س َم‬ َّ ‫أَلَ ْم ت َ ْعلَ ْم أ َ َّن‬
َّ ‫َّللاَ يَ ْعلَ ُم َما فِي ال‬

“Apakah kamu tidak mengetahui bahwa sesungguhnya Allah mengetahui


apa saja yang ada di langit dan di bumi; bahwasanya yang demikian itu
terdapat dalam sebuah kitab (Lauh Mahfuzh). Sesungguhnya yang
demikian itu amat mudah bagi Allah.” (22: 70)

‫َيءٍ ث ُ َّم‬
ْ ‫ب ِم ْن ش‬ ْ ‫ير بِ َجنَا َح ْي ِه إِ ََّل أ ُ َم ٌم أ َ ْمثَالُ ُك ْم َما فَ َّر‬
ِ ‫طنَا ِفي ْال ِكت َا‬ ِ ‫َو َما ِم ْن دَابَّ ٍة ِفي ْاْل َ ْر‬
َ ‫ض َو ََل‬
ُ ‫طا ِئ ٍر َي ِط‬
َ‫إِلَى َر ِبِّ ِه ْم يُحْ ش َُرون‬

“Dan tiadalah binatang-binatang yang ada di bumi dan burung-burung yang


terbang dengan kedua sayapnya, melainkan umat (juga) seperti kamu.

35
Tiadalah Kami alpakan sesuatu pun dalam Al-Kitab, kemudian kepada
Tuhanlah mereka dihimpunkan.” (Al-An’am, 6: 38)

‫َيءٍ َحتَّى‬ ْ ‫ ا ُ ْكتُبْ َمقَا ِدي َْر ُك ِِّل ش‬:َ‫ب؟ قَال‬ ِ ِّ ‫ َر‬:َ‫ ا ُ ْكتُبْ ! قَال‬:ُ‫ قَا َل لَه‬،‫ِإ َّن أ َ َّو َل َما َخلَقَ هللاُ ْالقَلَ َم‬
ُ ُ ‫ب َو َماذَا أ َ ْكت‬
ُ‫عة‬
َ ‫سا‬ َّ ‫تَقُ ْو َم ال‬

“Yang pertama kali diciptakan Allah adalah pena (al-qalam). Kemudian


Dia berfirman kepadanya, ‘Tulislah….’ Ia bertanya, ‘Rabb, apa yang harus
aku tulis?’ Dia berfirman, ‘Tulislah ketetapan-ketetapan tentang segala
sesuatu (apa yang ada dan yang bakal ada) sampai hari kiamat.” (HR
Ahmad)

Ketiga, Masyi`atullah (Kehendak Allah) dan Qudrat (Kekuasaan


Allah). Seorang mukmin yang telah mengimani qadha dan qadar harus
mengimani masyi`ah (kehendak) Allah dan kekuasaan-Nya yang
menyeluruh. Apa pun yang Dia kehendaki pasti terjadi meskipun manusia
tidak menginginkannya. Begitu pula sebaliknya, apa pun yang tidak
dikehendaki pasti tidak akan terjadi meskipun manusia memohon dan
menghendakinya. Hal ini bukan dikarenakan Dia tidak mampu,melainkan
karena Dia tidak menghendakinya. Allah Ta’ala berfirman,

ً ‫ع ِلي ًما قَد‬


‫ِيرا‬ ِ ‫ت َو ََل فِي ْاْل َ ْر‬
َ َ‫ض ِإنَّهُ َكان‬ ِ ‫س َم َاوا‬ َ ‫َّللاُ ِليُ ْع ِجزَ هُ ِم ْن‬
َّ ‫ش ْيءٍ فِي ال‬ َّ َ‫َو َما َكان‬

“Dan tiada sesuatu pun yang dapat melemahkan Allah baik di langit
maupun di bumi. Sesungguhnya Allah Maha Mengetahui lagi Maha
Kuasa.” (Fathir, 35: 44)

Adapun dalil-dalil tentang masyi`atullah sangat banyak kita temukan dalam


Al-Qur’an, di antaranya sebagai berikut.

َ‫َّللاُ َربُّ ْالعَالَ ِمين‬


َّ ‫َو َما تَشَا ُءونَ إِ ََّل أ َ ْن يَشَا َء‬

36
“Dan kamu tidak dapat menghendaki (menempuh jalan itu) kecuali apabila
dikehendaki Allah, Tuhan semesta alam.” (81: 29)

َ ُ‫ض ِل ْلهُ َو َم ْن َيشَأ ْ َيجْ َع ْله‬


ِ ‫علَى‬
‫ص َراطٍ ُم ْست َ ِق ٍيم‬ َ ‫ت َم ْن َي‬
َّ ‫ش ِأ‬
ْ ُ‫َّللاُ ي‬ ُّ ‫ص ٌّم َوبُ ْك ٌم فِي‬
ِ ‫الظلُ َما‬ ُ ‫َوالَّذِينَ َكذَّبُوا ِبآ َياتِنَا‬

“Dan orang-orang yang mendustakan ayat-ayat Kami adalah pekak, bisu


dan berada dalam gelap gulita. Barangsiapa yang dikehendaki Allah
(kesesatannya), niscaya disesatkan-Nya. Dan barangsiapa yang
dikehendaki Allah (untuk diberi-Nya petunjuk), niscaya Dia menjadikan-
Nya berada di atas jalan yang lurus.” (Al-An’am, 6: 39)

ُ ‫ش ْيئًا أ َ ْن يَقُو َل لَهُ ُك ْن فَ َي ُك‬


‫ون‬ َ َ‫ِإنَّ َما أ َ ْم ُرهُ ِإذَا أ َ َراد‬

“Sesungguhnya keadaan-Nya apabila Dia menghendaki sesuatu hanyalah


berkata kepadanya, ‘Jadilah!’ maka terjadilah ia.” (36: 82)

ِ ‫َّللاُ بِ ِه َخي ًْرا يُفَ ِقِّ ْههُ فِي الد‬


‫ِِّين‬ َّ ‫َم ْن ي ُِر ْد‬

“Siapa yang dikehendaki Allah menjadi orang baik, maka Dia akan
menjadikannya faqih (memahami) agama ini.” (HR Bukhari)

Simaklah apa jawaban Imam Syafi’i ketika ditanya tentang qadar berikut
ini.

“Maka, apa-apa yang Engkau kehendaki pasti terjadi meskipun aku tidak
berkehendak

Dan apapun yang aku kehendaki—apabila Engkau tidak berkehendak—


tidak akan pernah ada

Engkau menciptakan hamba-hamba ini sesuai yang Engkau ketahui

Maka dalam (bingkai) ilmu ini, lahirlah pemuda dan orang tua renta

Kepada (hamba) ini, Engkau telah memberikan karunia dan kepada yang
ini Engkau hinakan

37
Yang ini Engkau tolong dan yang ini Engkau biarkan (tanpa pertolongan)

Maka, dari mereka ada yang celaka dan sebagian mereka ada yang
beruntung

Dari mereka ada yang jahat dan sebagian mereka ada yang baik

Keempat, Penciptaan-Nya (Al-Khalqu). Ketika beriman terhadap qadha


dan qadar, seorang mukmin harus mengimani bahwa Allah-lah pencipta
segala sesuatu, tidak ada Khaliq selain-Nya dan tidak ada Rabb semesta
alam ini selain Dia. Hal ini berdasarkan dalil-dalil berikut ini:

ْ ‫علَى ُك ِِّل ش‬
‫َيءٍ َو ِكي ٌل‬ ْ ‫َّللاُ خَا ِل ُق ُك ِِّل ش‬
َ ‫َيءٍ َو ُه َو‬ َّ

“Allah menciptakan segala sesuatu dan Dia memelihara segala sesuatu.”


(Az-Zumar, 39: 62)

ْ ‫ض َولَ ْم يَت َّ ِخ ْذ َولَدًا َولَ ْم يَ ُك ْن لَهُ ش َِريكٌ فِي ْال ُم ْل ِك َو َخلَقَ ُك َّل ش‬
ُ‫َيءٍ فَقَد ََّره‬ ِ ‫ت َو ْاْل َ ْر‬ َّ ‫الَّذِي لَهُ ُم ْلكُ ال‬
ِ ‫س َم َاوا‬
ً ‫ت َ ْقد‬
‫ِيرا‬

“Yang kepunyaan-Nya-lah kerajaan langit dan bumi, dan Dia tidak


mempunyai anak, dan tidak ada sekutu bagi-Nya dalam kekuasaan(Nya),
dan dia telah menciptakan segala sesuatu, dan Dia menetapkan ukuran-
ukuranya dengan serapi-rapinya.”(Al-Furqan, 25: 2)

َ‫َّللاُ َخلَقَ ُك ْم َو َما ت َ ْع َملُون‬


َّ ‫َو‬

“Padahal Allah-lah yang menciptakan kamu dan apa yang kamu perbuat
itu.“ (As-Shafat, 37: 96)

ُ‫ص ْن َعتَه‬ َ ‫صنَ ُع ُك َّل‬


َ ‫صا ِنعٍ َو‬ َّ ‫ِإ َّن‬
ْ ‫َّللاَ َي‬

“Sesungguhnya Allah menciptakan semua (makhluk) yang ber-buat dan


juga sekaligus perbuatannya.” (HR. Bukhari dalam Khalq Af’aalil ‘Ibaad,
hal. 25)

38
Inilah empat rukun beriman kepada qadha dan qadar yang harus diyakini
setiap muslim. Maka, apabila salah satu di antara empat ini diabaikan atau
didustakan, niscaya ia tidak akan pernah sampai kepada gerbang keimanan
yang sesungguhnya. Sebab, mendustakan satu di antara empat rukun
tersebut berarti merusak bangunan iman terhadap qadha dan qadar, dan
ketika bangunan iman terhadap qadar rusak, maka akan menimbulkan pula
kerusakan pada bangunan tauhid itu sendiri.

Macam-macam Takdir

Takdir ada empat macam. Namun, semuanya kembali kepada takdir yang
ditentukan pada zaman azali dan kembali kepada Ilmu Allah yang meliputi
segala sesuatu. Keempat macam takdir tersebut adalah sebagai berikut.

Pertama, Takdir Umum (Takdir Azali). Takdir yang meliputi segala


sesuatu dalam lima puluh ribu tahun sebelum diciptakannya langit dan
bumi. Di saat Allah Ta’ala memerintahkan al-Qalam (pena) untuk
menuliskan segala sesuatu yang terjadi dan yang belum terjadi sampai hari
kiamat. Hal ini berdasarkan dalil-dalil berikut ini.

َ َ‫ب ِم ْن قَ ْب ِل أ َ ْن نَب َْرأَهَا إِ َّن ذَلِك‬


َّ ‫علَى‬
ِ‫َّللا‬ ٍ ‫ض َو ََل فِي أ َ ْنفُ ِس ُك ْم إِ ََّل فِي ِكت َا‬
ِ ‫صيبَ ٍة فِي ْاْل َ ْر‬
ِ ‫اب ِم ْن ُم‬
َ ‫ص‬َ َ ‫َما أ‬
‫ِير‬
ٌ ‫يَس‬

“Tiada suatu bencana pun yang menimpa di bumi dan (tidak pula) pada
dirimu sendiri melainkan telah tertulis dalam kitab (Lauhul-Mahfuzh)
sebelum Kami menciptakannya. Sesungguhnya yang demikian itu adalah
mudah bagi Allah.” (Al-Hadid, 57: 22)

39
َّ ‫َب‬
ُ‫َّللا‬ َ ‫ يَقُو ُل « َكت‬-‫صلى هللا عليه وسلم‬- ِ‫َّللا‬ َّ ‫سو َل‬ ُ ‫س ِم ْعتُ َر‬ َ ‫اص قَا َل‬ ِ َ‫ع ْم ِرو ب ِْن ْالع‬ َ ‫ع ْن‬
َّ ‫ع ْب ِد‬
َ ‫َّللاِ ب ِْن‬ َ
‫سنَ ٍة‬
َ ‫ف‬َ ‫ض بِخ َْمسِينَ أ َ ْل‬
َ ‫ت َواْل َ ْر‬
ِ ‫س َم َوا‬ ِ ِ‫ِير ْال َخالَئ‬
َّ ‫ق قَ ْب َل أ َ ْن يَ ْخلُقَ ال‬ َ ‫اء –قَا َل – َمقَاد‬ ِ ‫علَى ْال َم‬
َ ُ ‫شه‬ ُ ‫ع ْر‬
َ ‫»و‬ َ

Abdullah bin ‘Amr bin ‘Ash radhiyallahu ‘anhuma berkata: “Aku telah
mendengar Rasulullahshallallahu ‘alaihi wasallam bersabda: “Allah telah
menuliskan seluruh takdir makhluk-makhluk, 50 ribu tahun sebelum
menciptakan langit dan bumi dan Asy-Nya di atas air”. (HR. Muslim)

Kedua, Takdir Umuri. Yaitu takdir yang diberlakukan atas manusia pada
awal penciptaannya ketika pembentukan air sperma (usia empat bulan) dan
bersifat umum. Takdir ini mencakup rizki, ajal, kebahagiaan, dan
kesengsaraan. Hal ini didasarkan sabda Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa
sallam berikut ini.

‫ي أ َ ْو‬
ٌّ ‫ش ِق‬ َ ‫ َو‬،‫ َوأ َ َج ِل ِه‬،‫ب ِر ْزقِ ِه‬
َ ‫ َو‬،‫ع َم ِل ِه‬ ُّ ‫س ُل إِلَ ْي ِه ْال َملَكُ فيَ ْنفُ ُخ فِ ْي ِه‬
ِ ْ‫ بِ َكت‬:ٍ‫ َويُؤْ َم ُر بِأ َ ْربَعِ َك ِل َمات‬،‫الر ْو َح‬ َ ‫ث ُ َّم ي ُْر‬
ٌ‫س ِع ْيد‬
َ

“…Kemudian Allah mengutus seorang malaikat yang diperintahkan untuk


meniupkan ruhnya dan mencatat empat perkara: rizki, ajal, sengsara, atau
bahagia… .” (HR Bukhari)

Ketiga, Takdir Samawi. Yaitu takdir yang dicatat pada malam Lailatul
Qadar setiap tahun. Perhatikan firman Allah Ta’ala berikut ini:

َ‫ِفي َها يُ ْف َر ُق ُك ُّل أ َ ْم ٍر َح ِك ٍيم أ َ ْم ًرا ِم ْن ِع ْن ِدنَا ِإنَّا ُكنَّا ُم ْر ِس ِلين‬

“Pada malam itu dijelaskan segala urusan yang penuh hikmah. (yaitu)
urusan yang besar dari sisi Kami. Sesungguhnya Kami adalah Yang
mengutus rasul-rasul” (Ad-Dukhan, 44: 4 – 5)

Ahli tafsir menyebutkan bahwa pada malam itu dicatat dan ditulis semua
yang akan terjadi dalam setahun, mulai dari kebaikan, keburukan, rizki,

40
ajal, dan lain-lain yang berkaitan dengan peristiwa dan kejadian dalam
setahun. Hal ini sebelumnya telah dicatat pada Lauh Mahfudz.

Keempat, Takdir Yaumi. Yaitu takdir yang dikhususkan untuk semua


peristiwa yang akan terjadi dalam satu hari; mulai dari penciptaan, rizki,
menghidupkan, mematikan, mengampuni dosa, menghilangkan kesusahan,
dan lain sebagainya. Hal ini sesuai dengan firman Allah,

‫ض ُك َّل َي ْو ٍم ُه َو ِفي شَأ ْ ٍن‬


ِ ‫ت َو ْاْل َ ْر‬ َّ ‫َيسْأَلُهُ َم ْن ِفي ال‬
ِ ‫س َم َاوا‬

“Semua yang ada di langit dan bumi selalu meminta kepada-Nya. Setiap
waktu Dia dalam kesibukan.” (Ar-Rahman, 55: 29)

Ketiga takdir yang terakhir tersebut, kembali kepada takdir azali: takdir
yang telah ditentukan dan ditetapkan dalam Lauh Mahfudz.

Memperdalam Masalah Qadar Dilarang

Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam melarang terlalu dalam (berkutat


terus-menerus) pada masalah qadar. Sikap kita tiada kecuali taslim dan
iman kepadanya. Hal ini tergambar dari hadits berikut ini,

‫ب َحتَّى‬َ ‫َض‬ ِ ‫ع فِي ْالقَدَ ِر فَغ‬ ُ َ‫سلَّ َم َونَحْ ُن نَتَنَاز‬ َ ‫علَ ْي ِه َو‬ َّ ‫صلَّى‬
َ ُ‫َّللا‬ َّ ‫سو ُل‬
َ ِ‫َّللا‬ َ ‫ع ْن أَبِي ُه َري َْرة َ قَا َل خ ََر َج‬
ُ ‫علَ ْينَا َر‬ َ
‫ان فَقَا َل أ َ ِب َهذَا أ ُ ِم ْرت ُ ْم أ َ ْم ِب َهذَا أ ُ ْر ِس ْلتُ ِإلَ ْي ُك ْم ِإنَّ َما َهلَكَ َم ْن‬
ُ ‫الر َّم‬
ُّ ‫ئ فِي َوجْ نَت َ ْي ِه‬ َ ‫احْ َم َّر َوجْ ُههُ َحتَّى َكأَنَّ َما فُ ِق‬
ُ َ‫علَ ْي ُك ْم أ َ ََّل تَتَنَاز‬
‫عوا ِفي ِه‬ َ ‫عوا ِفي َهذَا ْاْل َ ْم ِر‬
َ ُ‫عزَ ْمت‬ ُ َ‫َكانَ قَ ْبلَ ُك ْم ِحينَ تَنَاز‬

Dari Abu Hurairah dia berkata, “Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam


keluar menemui kami sementara kami sedang berselisih dalam masalah
taqdir, kemudian beliau marah hingga wajahnya menjadi merah sampai
seakan akan pipinya seperti buah delima yang dibelah, lalu beliau bertanya,
‘Apakah kalian diperintahkan seperti ini atau apakah aku diutus kepada
kalian untuk masalah ini? Sesungguhnya binasanya orang-orang sebelum

41
kalian adalah lantaran perselisihan mereka dalam perkara ini. Karena itu,
aku tekankan pada kalian untuk tidak berselisih dalam masalah ini.'” (HR.
Tirmidzi)

َّ ‫ب َك َّر َم‬
ُ‫َّللا‬ ٍ ‫طا ِل‬َ ‫ي بْنَ أَبِي‬ َ ‫ أَت َى َر ُج ٌل‬: ‫ قَا َل‬، ‫ع ْن َج ِدِّ ِه‬
َّ ‫ع ِل‬ َ ، ‫ع ْن أَبِي ِه‬
َ ، َ ‫ع ْنت ََرة‬
َ ‫َارونَ ب ِْن‬ُ ‫ع ْبدُ ْال َم ِل ِك ب ُْن ه‬
َ
: ‫ع ِن ْالقَدَ ِر ؟ قَا َل‬ ْ ‫يق ُم‬
َ ‫ أ َ ْخبِ ْرنِي‬:َ‫ قَال‬، ُ‫ظ ِل ٍم فَال ت َ ْسلُ ْكه‬ َ :َ‫ع ِن ْالقَدَ ِر ؟ فَقَال‬
ٌ ‫ط ِر‬ َ ‫ أ َ ْخبِ ْرنِي‬: ‫ فَقَا َل‬، ُ‫َوجْ َهه‬
َّ ‫ ِس ُّر‬:َ‫ع ِن ْالقَدَ ِر ؟ قَال‬
ُ‫َّللاِ فَال ت ُ َكلَّ ْفه‬ َ ‫ أ َ ْخبِ ْرنِي‬:َ‫ قَال‬، ُ‫يق فَال تَلِجْ ه‬
ٌ ‫ع ِم‬
َ ‫بَحْ ٌر‬

Abdul Malik bin harun bin ‘Antharah mendapatkan riwayat dari bapaknya
dari kakeknya, beliau berkata: “Seseorang mendatangi Ali bin Abi Thalib
karramallahu wajhah, lalu bertanya: ‘Beritahukan kepadaku tentang
takdir?’, beliau menjawab: ‘Jalan yang gelap janganlah engkau jalani’,
orang ini mengulangi pertanyaannya: ‘Beritahukan kepadaku tentang
takdir?’, dijawab oleh beliau: ‘Laut yang dalam maka janganlah engkau
menyelam ke dalamnya’, orang ini mengulangi pertanyaannya,
‘Beritahukan kepadaku tentang takdir?’ Beliau menjawab: ‘Rahasia Allah
maka jangan engkau membebani dirimu’”. (Lihat kitab Asy Syari’ah,
karya Al Ajurry, 1/476).

Berkata Imam Thahawi, “Prinsip qadar adalah rahasia Allah terhadap


makhlukNya yang tidak diketahui rahasia tersebut oleh malaikat yang
terdekat dan juga oleh Nabi yang diutus. Terlalu memperdalam masalah ini
akan mengantarkan sikap pasifisme, tangga yang menghalangi hidayah dan
sederajat dengan orang yang melampaui batas. Sebagaimana firman Allah,

َ‫ع َّما يَ ْف َع ُل َو ُه ْم يُسْأَلُون‬


َ ‫ََل يُسْأ َ ُل‬

“Allah tidak ditanya terhadap apa yang Dia lakukan akan tetapi merekalah
yang akan ditanya (Al-Anbiya, 21:23).”

42
Muhammad bin Wasi’ (seorang tabi’in) pernah ditanya oleh Bilal bin Abi
Burdah (Wali Bashrah): “Bagaimana pendapatmu tentang qadha’ dan
qadar, wahai Abu Abdillah?” Maka beliau menjawab dengan jawaban yang
singkat padat tegas: “Wahai Amir, Allah Ta’ala tidak akan menanyai
hambaNya tentang qadha’ dan qadar pada hari kiamat nanti. Namun Dia
akan bertanya tentang amal mereka.”

Batalnya Berhujjah Dengan Qadar

Allah menolak argumentasi orang-orang musyrik dengan alasan qadar


Allah dan kehendakNya terhadap kemusyrikan dan kemaksiyatan mereka.
Firman Allah,

‫ب الَّذِينَ ِم ْن قَ ْب ِل ِه ْم‬ َ َّ‫َيءٍ َكذَلِكَ َكذ‬ ْ ‫َّللاُ َما أ َ ْش َر ْكنَا َو ََل آبَاؤُ نَا َو ََل َح َّر ْمنَا ِم ْن ش‬
َّ ‫سيَقُو ُل الَّذِينَ أ َ ْش َر ُكوا لَ ْو شَا َء‬
َ
‫صونَ قُ ْل‬ ُ ‫الظ َّن َوإِ ْن أ َ ْنت ُ ْم إِ ََّل ت َْخ ُر‬ َ ْ ‫َحتَّى ذَاقُوا بَأ‬
َّ ‫سنَا قُ ْل ه َْل ِع ْندَ ُك ْم ِم ْن ِع ْل ٍم فَت ُ ْخ ِر ُجوهُ لَنَا إِ ْن تَتَّبِعُونَ إِ ََّل‬
َ‫فَ ِللَّ ِه ْال ُح َّجةُ ْالبَا ِلغَةُ فَلَ ْو شَا َء لَ َهدَا ُك ْم أَجْ َمعِين‬

“Orang-orang musyrik akan berkata, “Jika Allah menghendaki, tentu kami


tidak akan mempersekutukanNya, begitu pula nenek moyang kami, dan
kami tidak akan mengharamkan apa pun.” Demikian pula orang-orang
sebelum mereka yang telah mendustakan (para Rasul) sampai mereka
merasakan azab Kami. Katakanlah, “Apakah kamu mempunyai
pengetahuan yang dapat kamu kemukakan kepada kami? Yang kamu ikuti
hanya persangkaan belaka, dan kamu hanya mengira.” Katakanlah, “Alasan
yang kuat hanya pada Allah. Maka kalau Dia menghendaki, niscaya kamu
semua mendapat petunjuk.” (Al-An’am, 6:148-149)

Batalnya berhujjah dengan taqdir dijelaskan oleh Ibnu Taimiyah di dalam


bukunya Majmu’atur Rasail Libni Taimiyah: Al-Qadha wal-Qadar wal-
Ihtijaaju bil Qodri sebagai berikut:

43
Sebagian di antara mereka adakalanya berpendapat bahwa takdir
merupakan hujjah (alasan) bagi seorang hamba (dalam hal berbuat sesuatu
keburukan, red.), dan adakalanya tidak. Apabila takdir merupakan hujjah
bagi seorang hamba (sebagaimana sangkaan mereka, red.), berarti ia juga
merupakan hujjah bagi hamba lainnya, karena semua manusia sama-sama
terkena takdir. Konsekuensinya, ia (orang yang berfaham taqdir sebagai
hujjah terhadap perbuatan buruknya, red) tidak lagi perlu mencegah orang
yang menzhaliminya, memakinya, merampas hartanya, merusak
kehormatan istrinya, memenggal lehernya, atau melakukan perusakan
terhadap ladang atau keturunannya. Kalau demikian, niscaya akan
binasalah dunia. Jelaslah bahwa perbuatan mereka itu batil menurut akal
dan kufur menurut syara’.

Bahwa semua itu membawa konsekuensi pemahaman: Iblis, Fir’aun, kaum


Nuh, kaum Hud serta seluruh kaum yang dibinasakan oleh Allah karena
dosa-dosanya; adalah orang-orang yang termaafkan (dosanya). Padahal ini
merupakan kekufuran yang disepakati oleh semua kalangan pemeluk
agama.

Hal itu juga membawa akibat bahwa tidak ada perbedaan antara wali-wali
Allah dan musuh-musuh Allah, antara kaum mukminin dan kaum kuffar,
antara ahli surga dan ahli neraka. Ini bertentangan dengan firman Allah
(lihat: 35:19-22, 38:28, 45:21)

(Yang benar), Bahwa takdir (hanya boleh) diimani dan tidak boleh
dijadikan sebagai alasan. Barangsipa yang berhujjah dengan takdir,
hujjahnya tertolak, dan barangsiapa yang berudzur dengan takdir, udzurnya
tidak bisa diterima. Bila hujjah dengan takdir bisa diterima, maka Allah
tidak akan mengazab seorang pun baik di dunia maupun di akhirat: pencuri

44
tidak bisa dihukum potong, pembunuh tidak boleh dihukum bunuh, tidak
perlu ada jihad fi sabilillah dan tidak perlu ada amar ma’ruf nahi munkar.

Bahwa ketika Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam ditanya tentang ini, ‘Ya
Rasulallah, tidakkah kita tinggalkan saja amal, selanjutnya kita bergantung
kepada takdir?’ Beliau menjawab, Tidak. Beramallah, maka masing-
masing akan dimudahkan menuju apa yang dia diciptakan (ditetapkan)
untuknya.” (HR. Bukhari). Di hadits lain, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa
sallam ditanya: Ya Rasullah, apakah pendapat Anda mengenai apa yang
diperbuat dan diusahakan oleh seorang manusia, adakah itu termasuk apa
yang pena-pena telah menjadi kering dan lembaran-lembaran telah dilipat
padanya? Kemudian ditanyakanlah pada beliau: Lalu untuk apakah amal
perbuatan? Maka Nabi menjawab: Berbuatlah, maka masing-masing akan
dimudahkan menuju apa yang dia dicipta untuknya.”

Bahwasanya harus dikatakan, sesungguhnya Allah mengetahui segala


perkara dan telah menetapkan ketentuannya sesuai dengan yang
semestinya. Jadi Allah sudah menetapkan bahwa si Fulan beriman dan
mengerjakan amal shaleh, kemudian dia masuk surga. Sedangkan si Fulan
yang lain fasik dan berbuat maksiat, kemudian dia masuk neraka. Begitu
pula Allah mengetahui dan menetapkan bahwa si Fulan beristri seorang
wanita yang kemudian digaulinya, akhirnya lahirlah baginya seorang anak.
Si Fulan makan dan minum kemudian kenyang dan puas. Maka
barangsiapa mengatakan: “Jika aku memang (ditakdirkan) menjadi
penghuni surga, tentu aku masuk kedalamnya dengan tanpa mengerjakan
amal sholeh.” Jelas ini adalah perkataan batil yang melukiskan betapa
ingkarnya ia terhadap ilmu Allah dan takdir Allah. Ini ibarat orang yang
mengatakan: “Saya tidak akan menggauli istri, jika Allah mentakdirkan
saya mempunyai anak, niscaya anak itu akan lahir.”

45
Beriman Kepada Qadha dan Qadar Tidak Menghalangi Untuk Berusaha

Sesungguhnya iman kepada qadar adalah wajib sebagaimana berusaha juga


wajib. Keduanya tidak saling menghilangkan. Rasul shallallahu ‘alaihi wa
sallam dan sahabatnya beriman kepada qadha dan qadar akan tetapi mereka
tidak meninggalkan usaha.

Hidayah adalah qadar dari qadar-qadar Allah untuk manusia. Allah


memberi hidayah kepada siapa yang dikehendaki dan menyesatkan orang
yang dikehendaki. Dengan pengetahuan seperti ini Rasul shallallahu ‘alaihi
wa sallam dan sahabatnya mendakwahi manusia kepada Allah, berjihad
dan terbunuh (berperang) di jalanNya.

Rizki juga merupakan qadar dari qadar-qadar Allah. Dengan pengetahuan


seperti ini mereka bekerja dalam mencari rizki. Kesehatan dan sakit adalah
qadar dari qadar-qadar Allah. Dengan keyakinan ini Rasul shallallahu
‘alaihi wa sallam memerintahkan orang-orang beriman untuk berobat.

Dampak Beriman Kepada Qadha dan Qadar dalam Kehidupan Muslim

Muslim yang meyakini akan qadha dan qadar Allah Ta’ala secara benar
akan melahirkan buah-buah positif dalam kehidupannya. Ia tidak akan
pernah frustrasi atas kegagalan atau harapan-harapan yang lari darinya, dan
ia tidak terlalu berbangga diri atas kenikmatan dan karunia yang ada di
genggamannya. Sabar dan syukur adalah dua senjata dalam menghadapi
setiap permasalahan hidup.

Umar Sulaiman al-Asyqar dalam kitab Al-Qadha wa Al-Qadar dan DR.


Muhammad Nu’aim Yasin dalam bukunya Al-Iman: Arkanuhu,
Haqiqatuhu, wa Nawaqidhuhu menyimpulkan buah beriman terhadap qadar
sebagai berikut.

46
Pertama, jalan yang membebaskan kesyirikan. Dia mengetahui bahwa
segala urusan ada di Tangan Pencipta langit dan bumi dengan segala isinya.
Bagaimana ia akan tunduk kepada hamba yang terbuat dari tanah? Ibnu
Rajab mengatakan, “Barangsiapa yang memahami dengan jelas bahwa
setiap makhluk yang ada di atas tanah adalah tanah, maka tidak akan
mendahulukan ketaatan kepada tanah dari pada kepada Rabbnya “tuhan-
tuhan” itu. Bagaimana ia membuat senang tanah dengan membuat murka
Raja Yang Maha Pemberi? Sungguh ini sesuatu yang aneh.”

Kedua, tetap istiqamah.

َ ‫عا إِ ََّل ْال ُم‬


َ‫صلِِّين‬ ً ‫سهُ ْال َخي ُْر َمنُو‬
َّ ‫عا َو ِإذَا َم‬
ً ‫ش ُّر َج ُزو‬ ً ‫سانَ ُخلِقَ َهلُو‬
َّ ‫عا ِإذَا َم‬
َّ ‫سهُ ال‬ ِ ْ ‫ِإ َّن‬
َ ‫اإل ْن‬

“Sesungguhnya, manusia diciptakan bersifat keluh kesah lagi kikir. Apabila


ia ditimpa kesusahan ia berkeluh kesah, dan apabila ia mendapat kebaikan
ia amat kikir, kecuali orang-orang yang mengerjakan shalat.” (Al-Ma’arij,
69: 19-22)

Ketiga, selalu berhati-hati.

َّ ‫َّللاِ فَ َال يَأ ْ َم ُن َم ْك َر‬


َ‫َّللاِ إِ ََّل ْالقَ ْو ُم ا ْلخَا ِس ُرون‬ َّ ‫أَفَأ َ ِمنُوا َم ْك َر‬

“Maka apakah mereka merasa aman dari azab Allah (yang tidak terduga-
duga)? Tiada yang merasa aman dan azab Allah kecuali orang-orang yang
merugi.” (Al-A’raf, 7: 99)

Keempat, sabar dalam menghadapi segala problematika kehidupan.


Karena jiwa yang beriman itu mengetahui bahwa Allah yang telah
menentukan kebaikan dan keburukan itu Maha Bijaksana dan Maha
Penyayang. Karenanya, ia tidak congkak saat mendapat satu kenikmatan
dan tidak akan berkeluh kesah manakal mendapat musibah. Ia akan
senantiasa bersyukur saat mendapatkan kebahagiaan dan bersabar ketika
mendapatkan penderitaan. Segala urusannya menjadi kebajikan

47
sebagaimana sabda Rasul shallallahu ‘alaihi wa sallam yang diriwayatkan
oleh Muslim dan Ahmad tentang kondisi seorang mukmin (yang telah
dikemukakan di atas, red.)

Kelima, berani dan siap berkorban, sebagaimana ungkapan Salman Al-


Farisi ketika ditanya tentang makna ”hingga kamu beriman kepada qadar”,
beliau menjawab, ”Hingga kamu berimana kepada qadar adalah kamu
mengetahui bahwa yang tidak ditetapkan bagimu tidak akan menimpamu
dan apa yang akan menimpamu tidak akan meleset.”

Pertemuan ke : 6
SKL : Melakukan ibadah yang benar
Materi : Hukum air
Kompetensi : Ihsan dalam thoharoh

Indikator : Siswa mampu mengetahui jenis air yang dapat diguna kan untuk
thoharoh

dengan benar

Hukum Air

Macam – Macam Air

48
Pertama: Air Muthlaq, seperti air hujan, air sungai, air laut, hukumnya
suci dan mensucikan. Air ini adalah setiap air yang keluar dari dalam bumi
maupun turun dari langit. Sebagaimana Allah Ta’ala berfirman,

‫ورا‬ َ ‫اء َما ًء‬


ً ‫ط ُه‬ َّ ‫َوأ َ ْنزَ ْلنَا ِمنَ ال‬
ِ ‫س َم‬
“Dan Kami turunkan dari langit air yang suci.” (QS. Al Furqon: 48)

Yang juga termasuk air muthlaq adalah air salju, embun, dan air sumur
kecuali jika air-air tersebut berubah karena begitu lama dibiarkan atau
karena bercampur dengan benda yang suci sehingga air tersebut tidak
disebut lagi air muthlaq.

Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam pernah ditanya mengenai air laut, beliau
pun menjawab,

ُ‫ور َماؤُ هُ ْال ِح ُّل َم ْيتَتُه‬ َّ ‫ُه َو‬


ُ ‫الط ُه‬
“Air laut tersebut thohur (suci lagi mensucikan), bahkan bangkainya pun
halal.” (HR. Tirmidzi, Abu Daud dan An Nasa’i)

Kedua: Air Musta’mal: yaitu air yang lepas dari anggota tubuh orng yang
sedang berwudhu atau mandi, dan tidak mengenai benda najis, hukumnya
suci seperti yang disepakati para ulama, dan tidak mensucikan menurut
jumhurul ulama.

Namun pendapat yang lebih kuat, air musta’mal termasuk air muthohhir
(mensucikan, berarti bisa digunakan untuk berwudhu dan mandi) selama ia
tidak keluar dari nama air muthlaq atau tidak menjadi najis disebabkan
tercampur dengan sesuatu yang najis sehingga merubah bau, rasa atau
warnanya. Inilah pendapat yang dianut oleh ‘Ali bin Abi Tholib, Ibnu
‘Umar, Abu Umamah, sekelompok ulama salaf, pendapat yang masyhur
dari Malikiyah, merupakan salah satu pendapat dari Imam Asy Syafi’i dan
Imam Ahmad, pendapat Ibnu Hazm, Ibnul Mundzir dan Syaikhul Islam
Ibnu Taimiyah. (Lihat Shahih Fiqh Sunnah, 1/104).

Dalil-dalil yang menguatkan pendapat bahwa air musta’mal masih


termasuk air yang suci:

Dari Abu Hudzaifah, beliau berkata,

49
ُ ‫علَ ْينَا َر‬ ُ َّ‫ فَ َجعَلَ الن‬، َ ‫ى بِ َوضُوءٍ فَت ََوضَّأ‬ ُ ِ ‫بِ ْال َه‬
َّ ‫سو ُل‬
ِ‫َّللا‬ َ ‫اس –صلى هللا عليه وسلم –خ ََر َج‬ َ ِ‫ فَأت‬، ِ‫اج َرة‬
َّ ‫ضوئِ ِه فَيَت َ َم‬
‫س ُحونَ بِ ِه‬ ُ ‫ض ِل َو‬ْ َ‫َيأ ْ ُخذُونَ ِم ْن ف‬

“Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam pernah keluar bersama kami di al


Hajiroh, lalu beliau didatangkan air wudhu untuk berwudhu. Kemudian
para sahabat mengambil bekas air wudhu beliau. Mereka pun
menggunakannya untuk mengusap.” (HR. Bukhari no. 187.)

Ibnu Hajar Al ‘Asqalani mengatakan, “Hadits ini bisa dipahami bahwa air
bekas wudhu tadi adalah air yang mengalir dari anggota wudhu Nabi
shallallahu ‘alaihi wa sallam. Sehingga ini adalah dalil yang sangat-sangat
jelas bahwa air musta’mal adalah air yang suci.” (Fathul Bari, Ibnu Hajar
Al Asqolani, 1/295, Darul Ma’rifah, Beirut)

Dari Miswar, ia mengatakan,

ُّ ‫–و ِإذَا ت ََوضَّأ َ النَّ ِب‬


‫ى‬ َ َ‫َكادُوا َي ْقتَتِلُون‬
ُ ‫علَى َو‬
َ ‫ضوئِ ِه –صلى هللا عليه وسلم‬
“Jika Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam berwudhu, mereka (para sahabat)
hampir-hampir saling membunuh (karena memperebutkan) bekas wudhu
beliau.” (HR. Bukhari no. 189)

Air yang diceritakan dalam hadits-hadits di atas digunakan kembali untuk


bertabaruk (diambil berkahnya). Jika air musta’mal itu najis, lantas kenapa
digunakan? Ibnu Hajar Al Asqolani mengatakan, “Hadits-hadits ini adalah
bantahan kepada orang-orang yang menganggap bahwa air musta’mal itu
najis. Bagaimana mungkin air najis digunakan untuk diambil berkahnya?”
(Fathul Bari, 1/296.)

Dari Ar Rubayyi’, ia mengatakan,

ْ َ‫س َح ِب َرأْ ِس ِه ِم ْن ف‬
‫ض ِل َماءٍ َكانَ فِى يَ ِد ِه‬ َّ ‫أ َ َّن النَّ ِب‬.
َ ‫ َم‬-‫صلى هللا عليه وسلم‬- ‫ى‬
“Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam pernah mengusap kepalanya dengan
bekas air wudhu yang berada di tangannya.” (HR. Abu Daud no. 130).

Dari Jabir, beliau mengatakan,


َّ ‫سو ُل‬
ِ‫َّللا‬ َّ َ‫عل‬
ُ ‫ى ِم ْن –صلى هللا عليه وسلم – َجا َء َر‬ َ ‫ فَت ََوضَّأ َ َو‬، ‫يض َلَ أ َ ْع ِق ُل‬
َ َّ‫صب‬ ٌ ‫ َوأَنَا َم ِر‬، ‫يَعُودُنِى‬
ُ‫ فَعَقَ ْلت‬، ‫ضوئِ ِه‬
ُ ‫َو‬
“Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam pernah menjengukku ketika aku
sakit dan tidak sadarkan diri. Beliau kemudian berwudhu dan bekas

50
wudhunya beliau usap padaku. Kemudian aku pun tersadar.” (HR. Bukhari
no. 194)

Dari ‘Abdullah bin ‘Umar, beliau mengatakan,

َّ ‫سو ِل‬
ِ‫َّللا‬ ِ ‫ضئُونَ فِى زَ َم‬
ُ ‫ان َر‬ َ ِّ‫الر َجا ُل َوال ِن‬
َّ ‫سا ُء يَت ََو‬ ِّ ِ َ‫َج ِميعًا –صلى هللا عليه وسلم – َكان‬
“Dulu di masa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam laki-laki dan
perempuan, mereka semua pernah menggunakan bekas wudhu mereka satu
sama lain.” (HR. Bukhari no. 193).

Dari Ibnu ‘Abbas, ia menceritakan,


َ‫ض ِل َم ْي ُمونَة‬
ْ َ‫ َكانَ َي ْغت َ ِس ُل بِف‬-‫صلى هللا عليه وسلم‬- ِ‫َّللا‬ ُ ‫أ َ َّن َر‬.
َّ ‫سو َل‬

“Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam pernah mandi dari bekas


mandinya Maimunah.” (HR. Muslim no. 323).

Ibnul Mundzir mengatakan, “Berdasarkan ijma’ (kesepakatan) para ulama,


air yang tersisa pada anggota badan orang yang berwudhu dan orang yang
mandi atau yang melekat pada bajunya adalah air yang suci. Oleh
karenanya, hal ini menunjukkan bahwa air musta’mal adalah air yang suci.
Jika air tersebut adalah air yang suci, maka tidak ada alasan untuk melarang
menggunakan air tersebut untuk berwudhu tanpa ada alasan yang
menyelisihinya.” (Al Awsath, Ibnul Mundzir, 1/254, Mawqi’ Jaami’ Al
Hadits).

Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah mengatakan, “Begitu pula air musta’mal


yang digunakan untuk mensucikan hadats tetap dianggap suci.” (Majmu’
Al Fatawa, Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah, 20/519, Darul Wafa’).

Sedangkan sebagian ulama semacam Imam Asy Syafi’i dalam salah satu
pendapatnya, Imam Malik, Al Auza’i dan Imam Abu Hanifah serta murid-
muridnya berpendapat tidak bolehnya berwudhu dengan air musta’mal.
Hadits yang melarang menggunakan air bekas bersucinya wanita semisal
hadits dari Al Hakam bin ‘Amr. Beliau berkata,

‫ور ْال َم ْرأ َ ِة‬ َ ‫ض ِل‬


ِ ‫ط ُه‬ َّ َ ‫ نَ َهى أ َ ْن يَت ََوضَّأ‬-‫صلى هللا عليه وسلم‬- ‫ى‬
ْ َ‫الر ُج ُل بِف‬ َّ ِ‫أ َ َّن النَّب‬.
“Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam melarang seseorang berwudhu dari air
bekar bersucinya wanita.” (HR. Abu Daud no. 82)

Wallahu a’lam.

51
Ketiga: Air yang bercampur benda suci seperti sabun, dan cuka
selama percampuran itu sedikit tidak merubah nama air, maka
hukumnya masih suci mensucikan menurut madzhab Hanafi , dan
tidak mensucikan menurut Imam Syafi’i dan Malik.

Keempat: Air yang terkena najis, jika merubah rasa, warna atau aromanya
maka hukumnya najis tidak boleh dipakai bersuci menurut ijma’.

Dari Abu Umamah Al Bahiliy, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam


bersabda,

‫ط ْع ِم ِه َولَ ْونِ ِه‬


َ ‫يح ِه َو‬
ِ ‫علَى ِر‬ َ ‫َى ٌء ِإَلَّ َما‬
َ َ‫غل‬
َ ‫ب‬ ُ ‫ِإ َّن ْال َما َء َلَ يُنَ ِ ِّج‬
ْ ‫سه ُ ش‬
“Sesungguhnya air tidaklah dinajiskan oleh sesuatu pun selain yang
mempengaruhi bau, rasa, dan warnanya.”

Tambahan “selain yang mempengaruhi bau, rasa, dan warnanya” adalah


tambahan yang dha’if. Namun, An-Nawawi mengatakan, “Para ulama telah
sepakat untuk berhukum dengan tambahan ini.”

Ibnul Mundzir mengatakan, “Para ulama telah sepakat bahwa air yang
sedikit maupun banyak jika terkena najis dan berubah rasa, warna dan
baunya, maka itu adalah air yang najis.”

Ibnul Mulaqqin mengatakan, “Tiga pengecualian dalam hadits Abu


Umamah di atas tambahan yang dha’if (lemah). Yang menjadi hujah
(argumen) pada saat ini adalah ijma’ (kesepakatan kaum muslimin)
sebagaimana dikatakan oleh Asy Syafi’i, Al Baihaqi, dll.”

Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah mengatakan, “Sesuatu yang telah disepakati


oleh kaum muslimin, maka itu pasti terdapat nashnya (dalil tegasnya).
Kami tidak mengetahui terdapat satu masalah yang telah mereka sepakati,
namun tidak ada nashnya.” (Dinukil dari Tawdhihul Ahkam min Bulughil
Marom, Syaikh Abdullah bin Abdirrahman Ali Basam, 1/114, Darul
Atsar).

Sedang jika tidak merubah salah satu sifatnya maka mensucikan menurut
imam Malik, baik air itu banyak atau sedikit;

ُ ‫ور َلَ يُنَ ِ ِّج‬


ْ ‫سه ُ ش‬
‫َى ٌء‬ َ ‫إِ َّن ْال َما َء‬
ٌ ‫ط ُه‬

52
“Sesungguhnya air itu suci, tidak ada yang dapat menajiskannya.” (HR.
Tirmidzi, Abu Daud, An Nasa’i, Ahmad).

Abu Hanifah, Asy Syafi’i, Ahmad dan pengikut mereka menyatakan bahwa
jika air kurang dari dua qullah, air tersebut menjadi najis dengan hanya
sekedar kemasukan najis walaupun tidak berubah rasa, warna atau baunya.

Air dua qullah adalah air seukuran 500 rathl ‘Iraqi yang seukuran 90
mitsqal. Jika disetarakan dengan ukuran sha’, dua qullah sama dengan
93,75 sha’ (Lihat Tawdhihul Ahkam min Bulughil Marom, Syaikh Ali
Basam, 1/116, Darul Atsar, cetakan pertama, 1425 H.)

Sedangkan 1 sha’ seukuran 2,5 atau 3 kg. Jika massa jenis air adalah 1
kg/liter dan 1 sha’ kira-kira seukuran 2,5 kg; berarti ukuran dua qullah
adalah 93,75 x 2,5 = 234,375 liter. Jadi, ukuran air dua qullah adalah
ukuran sekitar 200 liter. Gambaran riilnya adalah air yang terisi penuh pada
bak yang berukuran 1 m x 1 m x 0,2 m.

Adapun hadits mengenai air dua qullah adalah sebagai berikut.


َ َ‫إِذَا بَلَ َغ ْال َما ُء قُلَّتَي ِْن لَ ْم يَحْ ِم ِل ْال َخب‬
‫ث‬

“Jika air telah mencapai dua qullah, maka tidak mungkin dipengaruhi
kotoran (najis).” (HR. Ad Daruquthni)

Dalam riwayat lain disebutkan,

ْ ‫إِذَا بَلَ َغ ْال َما ُء قُلَّتَي ِْن لَ ْم يُنَ ِ ِّج ْسهُ ش‬


‫َى ٌء‬

“Jika air telah mencapai dua qullah, maka tidak ada sesuatu pun yang
menajiskannya.” (HR. Ibnu Majah” dan Ad Darimi)

Para ulama berselisih mengenai keshahihan hadits air dua qullah. Sebagian
ulama menilai bahwa hadits tersebut mudhtharib (termasuk dalam
golongan hadits dha’if/lemah) baik secara sanad maupun matan (isi hadits).
Namun ulama hadits abad ini, yaitu Syaikh Muhammad Nashiruddin Al
Albani rahimahullah menyatakan bahwa hadits ini shahih.

Beliau rahimahullah mengatakan bahwa hadits ini diriwayatkan oleh Ad


Darimi, Ath Thohawiy, Ad Daruquthniy, Al Hakim, Al Baihaqi, Ath
Thayalisiy dengan sanad yang shahih. Hadits ini juga telah dishahihkan
oleh Ath Thahawiy, Ibnu Khuzaimah, Ibnu Hibban, Al Hakim, Adz

53
Dzahabiy, An Nawawiy dan Ibnu Hajar Al ‘Asqolaniy. Syaikhul Islam
Ibnu Taimiyah mengatakan, “Mayoritas pakar hadits menyatakan bahwa
hadits ini hasan dan berhujah dengan hadits ini. Mereka telah memberikan
sanggahan kepada orang yang mencela (melemahkan) hadits ini.”
(Disarikan dari Tawdhihul Ahkam min Bulughil Marom, 1/116)

Masalah As-Su’ru

As-Su’ru (sisa) yaitu air yang tersisa di tempat minum setelah diminum.

Pertama: Sisa anak Adam (manusia) hukumnya suci, meskipun ia


seorang kafir, junub, atau haidh.
ُ
ُ‫ب ث ُ َّم ن ََاولَه‬
َ ‫ش ِر‬ َ َ‫ي أَع َْرا ِبيًّا َكان‬
َ ‫علَى َي ِمي ِن ِه َف‬ َ ‫ضهُ َون ََاول ْال َبا ِق‬ َ ‫سال ُم ِبلَ َب ٍن فَش َِر‬
َ ‫ب َب ْع‬ َّ ‫علَ ْي ِه ال‬
َّ ‫صالة ُ َوال‬ َ ‫ي‬
َ ‫أ ِت‬
َ‫ اْل ْ ْي َمنَ فَاْل ْ ْي َمن‬: ‫ب َوقَال‬ َ ‫ع ْنهُ فَش َِر‬ َّ ‫ي‬
َ ُ‫َّللا‬ َ ‫ض‬ِ ‫أَبَا بَ ْك ٍر َر‬
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam diberikan susu lalu beliau
meminumnya sebagian lalu disodorkan sisanya itu kepada a’rabi (kafir)
yang ada di sebelah kanannya dan dia meminumnya lalu disodorkan
kepada Abu Bakar dan beliau pun meminumnya (dari wadah yang sama)
lalu beliau berkata’Ke kanan dan ke kanan’. (HR. Bukhari)

ِ‫ضع‬ِ ‫علَى َم ْو‬ َ ُ‫ض ُع فَاه‬ َ َ‫سلَّ َم فَي‬َ ‫علَ ْي ِه َو‬ َّ ‫صلَّى‬
َ ُ‫َّللا‬ َ ‫ي‬َّ ِ‫ض ث ُ َّم أُنَا ِولُهُ النَّب‬ ٌ ِ‫ب َوأَنَا َحائ‬ُ ‫ت ُك ْنتُ أ َ ْش َر‬ ْ َ‫شةَ قَال‬
َ ِ‫عائ‬َ ‫ع ْن‬ َ
ِ ‫علَى َم ْو‬ َ ُ‫ض ُع فَاه‬ َ ‫سلَّ َم فَ َي‬
َ ‫علَ ْي ِه َو‬ َّ ‫صلَّى‬ ُ ٌ ‫ب َوأَت َ َع َّر ُق ْال َع ْرقَ َوأَنَا َحا ِئ‬
َّ ‫ض ث ُ َّم أنَا ِولُهُ النَّ ِب‬ ُ ‫ي فَ َي ْش َر‬
ِ‫ضع‬ َ ُ‫َّللا‬ َ ‫ي‬ َّ ‫ِف‬
ُ ‫ي َولَ ْم يَ ْذ ُك ْر ُز َهي ٌْر فَيَ ْش َر‬
‫ب‬ َّ ِ‫ف‬
“Aku minum ketika aku sedang dalam keadaan haid, kemudian aku
memberikannya kepada Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam, lalu beliau
meletakkan mulutnya pada tempat mulutku (ketika minum). Dan Zuhair tak
menyebutkan, Lalu beliau minum.” (HR. Muslim No.453).

Kedua: Sisa kucing dan hewan yang halal dagingnya hukumya suci.

Hukum kucing itu sendiri berbeda-beda dalam pandangan ulama. Sebaigan


ulama mengatakan najis dan sebagian ulama lainnya mengatakan tidak
najis.

At-Thahawi mengatakan bahwa kucing itu najis karena dagingnya najis


bagi kita. Dan karena itu pula maka ludahnya atau sisa minumnya pun
hukumnya najis. Sebab dagingnya pun najis.

54
Namun meski demikian karena ada dalil yang secara khusus menyebutkan
bahwa sisa minum kucing itu tidak najis maka ketentuan umum itu menjadi
tidak berlaku yaitu ketentuan bahwa semua yang dagingnya najis maka
ludahnya pun najis. Minimal khusus untuk kucing.

Dalil yang menyebutkan tidak najisnya ludah kucing itu adalah hadits
berikut ini :
َّ ‫علَ ْي ُك ْم َو‬
ِ ‫الط َّوافَا‬
‫ت‬ َّ َ‫ت ِبن َِج ٍس إَنَّ َها ِمن‬
َ َ‫الط َّوا ِفيْن‬ َ ‫ِإنَّ َها لَ ْي‬
ْ ‫س‬

“Kucing itu tidak najis sebab kucing itu termasuk yang berkeliaran di
tengah kita”. (HR. Abu Daud, At-Tirmizy, An-Nasai, Ibnu Majah, Ahmad)
.

Sedangkan Al-Kharkhi dan Abu Yusuf mengatakan bahwa su’ru kucing itu
hukumnya makruh. Alasannya adalah bahwa kucing itu sering menelan
atau memakan tikus yang tentu saja mengakibatkan su’runya saat itu
menjadi najis.

Dalam hal ini Abu Hanifah juga sependapat bahwa kucing yang baru saja
memakan tikus maka su’ru-nya najis. Sedangkan bila tidak langsung atau
ada jeda waktu tertentu maka tidak najis.

Sisa keledai, dan binatang buas, juga burung hukumnya suci menurut
madzhab Hanafi.

Sedangkan sisa anjing dan babi hukumnya najis menurut seluruh ulama.

Pertemuan ke : 6
SKL : Melakukan ibadah yang benar
Materi : Khusyu’ dalam sholat
Kompetensi : Ihsan dalam sholat

Indikator : Siswa mampu melaksanakan sholat dengan baik dan benar

Sudahkah Shalatmu Khusyu’?

55
Semua penetapan kewajiban ibadah disampaikan kepada Nabi shallallahu
‘alaihi wa sallam melalui malaikat Jibril. Namun, tidak demikian halnya
dengan shalat yang penetapan kewajibannya disampaikan secara langsung
oleh Allah Ta’ala melalui peristiwa besar, Isra’ dan Mi’raj.

Shalat adalah ibadah yang paling utama di dalam Islam. Seorang muslim
diwajibkan mengerjakannya lima kali sehari semalam, di tambah lagi
dengan shalat-shalat sunnah. Ia adalah amal pertama yang akan ditanyakan
oleh Allah Ta’ala ketika seseorang masuk ke dalam kuburnya. Jika pada
ibadah lain—misalnya haji dan zakat—kewajibannya disyaratkan adanya
istitha’ah (kemampuan)[1], maka dalam shalat tidak ada yang dapat
menggugurkan kewajibannya selagi ia masih dalam keadaan sadar. Jika
tidak dapat dilakukan dengan berdiri, maka ia dapat dilakukan dengan
duduk, berbaring, atau dengan isyarat.

Ringkasnya, shalat adalah ibadah yang harus dijaga dan dipelihara dengan
sungguh-sungguh. Salah satu hal yang terpenting harus dijaga di dalam
ibadah shalat adalah khusyu’.

Urgensi Khusyu’ dalam Shalat

Pertama, khusyu’ dalam shalat adalah cermin kekhusyu’an seseorang


di luar shalat.

Khusyu’ dalam shalat artinya adalah ketundukan hati dalam dzikir


(mengingat Allah) dan konsentrasi hati untuk taat kepada-Nya, maka ia
akan melahirkan nata’ij (pengaruh-pengaruh positif) terhadap hal-hal di
luar shalat. Oleh karena itulah Allah Ta’ala memberi jaminan kebahagiaan
bagi mu’min yang khusyu’ dalam shalatnya.

َ ‫قَ ْد أ َ ْفلَ َح ْال ُمؤْ ِمنُونَ الَّذِينَ ُه ْم فِي‬


َ‫ص َالتِ ِه ْم خَا ِشعُون‬

“Sungguh beruntung orang-orang yang beriman. Yaitu orang-orang yang


dalam shalatnya selalu khusyu’” (QS. Al-Mu’minun, 23:1-3).

Iqamatush-shalah yang sebenarnya pun akan menjadi kendali diri sehingga


jauh dari tindakan keji dan munkar. Allah Ta’ala berfirman,

ْ َ ‫َّللاُ َي ْعلَ ُم َما ت‬


َ‫صنَعُون‬ َّ ‫َاء َو ْال ُم ْن َك ِر َولَ ِذ ْك ُر‬
َّ ‫َّللاِ أ َ ْك َب ُر َو‬ ِ ‫ع ِن ْالفَحْ ش‬
َ ‫ص َالة َ ت َ ْن َهى‬ َّ ‫َوأ َ ِق ِم ال‬
َّ ‫ص َالة َ ِإ َّن ال‬
“Dan tegakkanlah shalat, sesungguhnya shalat itu mencegah tindakan keji
dan munkar” (QS. Al-Ankabut, 29: 45).

56
Sebaliknya, orang yang melaksanakan shalat hanya sekedar untuk
menanggalkan kewajiban dirinya dan tidak memperhatikan kualitas
shalatnya, apalagi waktunya, maka Allah Ta’ala dan Rasul-Nya mengecam
pelaksanaan shalat yang semacam itu. Allah Ta’ala berfirman,

َ ‫ص َالتِ ِه ْم‬
َ‫سا ُهون‬ َ ‫ع ْن‬ َ ‫فَ َو ْي ٌل ِل ْل ُم‬
َ ‫صلِِّينَ الَّذِينَ ُه ْم‬
“Maka celakalah orang-orang yang shalat, yaitu orang-orang yang lalai dari
shalatnya” (QS. Al-Maun, 107: 4-5)

Shalat yang tidak khusyu’ merupakan ciri shalatnya orang-orang munafik.


Seperti yang Allah Ta’ala firmankan,

‫اس َو ََل‬ َ َّ‫سالَى ي َُرا ُءونَ الن‬ َّ ‫ع ُه ْم َو ِإذَا قَا ُموا ِإلَى ال‬
َ ‫ص َال ِة قَا ُموا ُك‬ َّ َ‫ِإ َّن ْال ُمنَا ِفقِينَ يُخَا ِدعُون‬
ُ ‫َّللاَ َو ُه َو خَا ِد‬
َّ َ‫يَ ْذ ُك ُرون‬
ً ‫َّللاَ ِإ ََّل قَ ِل‬
‫يال‬

“Sesungguhnya orang-orang munafik itu menipu Allah, padahal Allah


(balas) menipu mereka. Dan apabila mereka berdiri untuk shalat mereka
berdiri malas-malasan, mereka memamerkan ibadahnya kepada banyak
orang dan tidak mengingat Allah kecuali sangat sedikit” (QS. An-Nisa’,
4:142).

Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,

‫ام فَنَقَ َرهَا أ َ ْربَعًا ََل يَ ْذ ُك ُر‬


َ َ‫ان ق‬
ِ ‫ط‬َ ‫ش ْي‬ ْ ‫س َحتَّى إِذَا َكان‬
َّ ‫َت بَيْنَ قَ ْرن َْي ال‬ ُ ُ‫س يَ ْرق‬
َّ ‫ب ال‬
َ ‫ش ْم‬ ِ ِ‫ص َالة ُ ْال ُمنَاف‬
ُ ‫ق يَجْ ِل‬ َ َ‫ِت ْلك‬
ً ‫َّللاَ ِفي َها ِإ ََّل قَ ِل‬
‫يال‬ َّ

“Itulah shalat orang munafiq, ia duduk-duduk menunggu matahari sampai


ketika berada di antara dua tanduk syetan, ia berdiri kemudian mematok
empat kali, ia tidak mengingat Allah kecuali sedikit.” (Diriwayatkan Al-
Jama’ah kecuali Imam Bukhari).

Kedua, hilangnya kekhusyu’an adalah bencana bagi seorang mukmin.

Hilangnya kekhusyu’an dalam shalat adalah bencana besar bagi seorang


mukmin yang berpengaruh buruk terhadap pelaksanaan agamanya, karena
shalat adalah tiang penyangga tegaknya agama. Maka Rasulullah
shallallahu ‘alaihi wa sallam berlindung kepada Allah Ta’ala dengan
ungkapan do’a,

َ ُ‫ َو ِم ْن د‬،‫ َو ِم ْن نَ ْف ٍس ََل ت َ ْشبَ ُع‬،‫ش ُع‬


‫عاءٍ ََل يُ ْس َم ُع‬ ٍ ‫ َو ِم ْن قَ ْل‬،‫عوذُ ِبكَ ِم ْن ِع ْل ٍم ََل َي ْنفَ ُع‬
َ ‫ب ََل َي ْخ‬ ُ َ ‫اللَّ ُه َّم ِإ ِنِّي أ‬

57
“Ya Allah aku berlindung kepada-Mu dari ilmu yang tidak bermanfaat, dari
hati yang tidak khusyu’, dari jiwa yang tidak merasa puas, dan dari doa
yang tidak didengar (tidak dikabulkan).” (HR. Abu Dawud no. 1548, An-
Nasa’i no. 5536, dan Ibnu Majah no. 3837. Haits ini shahih.)

Ketiga, khusyu’ adalah puncak mujahadah seorang mukmin

Khusyu’ adalah puncak mujahadah dalam beribadah, yang hanya dimiliki


oleh mukmin yang bersungguh-sungguh dalam muraqabatullah. Khusyu’
bersumber dari hati yang memiliki iman yang kuat dan sehat. Maka
khusyu’ tidak dapat dibuat-buat atau direkayasa oleh orang yang imannya
lemah.

Pernah ada seorang laki-laki berpura-pura shalat dengan khusyu’ di


hadapan Umar bin Khatthab radhiyallahu ‘anhu dan ia pun menegurnya,
“Hai pemilik leher. Angkatlah lehermu! Khusyu itu tidak berada di leher
namun berada di hati.”

Ayat-ayat tentang khusyu’ dalam shalat:


ُ َ‫علَى ْالخَا ِشعِينَ الَّذِينَ ي‬
‫ظنُّونَ أَنَّ ُهم ُّمالَقُو َر ِبِّ ِه ْم َوأَنَّ ُه ْم إِلَ ْي ِه‬ َ َّ‫يرة ٌ إَِل‬
َ ِ‫صالَةِ َوإِنَّ َها لَ َكب‬ َّ ‫َوا ْست َ ِعينُواْ بِال‬
َّ ‫صب ِْر َوال‬
َ‫اجعُون‬ ِ ‫َر‬
”Dan mintalah pertolongan ( kepada ) Allah dengan sabar dan sholat. Dan
sesungguhhya yang demikian itu sungguh berat, kecuali bagi orang-orang
yang khusu’ , ( yaitu ) orang-orang yang menyakini , bahwa mereka akan
menemui Robb-nya dan bahwa mereka akan kembali kepad-Nya ” (QS. Al
Baqarah, 2: 45 – 46)

َ ‫قَ ْد أ َ ْفلَ َح ْال ُمؤْ ِمنُونَ الَّذِينَ ُه ْم فِي‬


َ‫ص َالتِ ِه ْم خَا ِشعُون‬

“Sungguh beruntung orang-orang yang beriman. Yaitu orang-orang yang


dalam shalatnya selalu khusyu’” (QS. Al-Mu’minun, 23:1-3).
َ ‫ص َالةِ ْال ُو ْس‬
َ‫طى َوقُو ُموا ِ َّّلِلِ قَانِتِين‬ ِ ‫صلَ َوا‬
َّ ‫ت َوال‬ َّ ‫علَى ال‬ ُ ِ‫َحاف‬
َ ‫ظوا‬
“Peliharalah semua shalat(mu), dan (peliharalah) shalat wusthaa. Berdirilah
untuk Allah (dalam shalatmu) dengan khusyu’.” (Al-Baqarah: 238).

Al-Mujahid berkata, “Di antara bentuk qunut adalah tunduk, khusyu’,


menundukkan pandangan, dan merendah karena takut kepada Allah.”

Hadits-hadits dan atsar tentang anjuran shalat khusyu’:

58
‫سلَّ َم‬ َ ‫صلَّى هللا‬
َ ‫علَ ْي ِه َو‬ َ ِ‫س ْو ُل هللا‬ُ ‫ع ْنهُ قَا َل قَا َل َر‬
َ ُ‫ي هللا‬
َ ‫ض‬
ِ ‫نس َر‬ ٍ َ ‫ع ْن أ‬ َ ‫َاْذُ ُك ِر ْال َم ْوتَ فِى‬
َ ” ‫صالَتِكَ فَإ ِ َّن‬
‫ص ِلِّى‬َ ُ‫ظ ُّن أَنَّهُ ي‬
ُ ‫صالَة َ َر ُج ٍل َلَ َي‬ َ ‫صلَّى‬ َ ‫صالَتَهُ َو‬َ َ‫ي أ َ ْن يُحْ سِن‬ َ ‫الر ُج َل ِإذَا ذَ َك َر ْال َم ْوتَ فِى‬
ٌّ ‫صالَتِ ِه لَ َح ِر‬ َّ
َ
ُ‫غي َْرهَا َوإِيَّاكَ َو ُك ُّل أ ْم ٍر يُ ْعتَذَ ُر ِم ْنه‬
َ ً ‫صالَة‬
َ ” ‫رواه الديلمي فى مسند الفردوس وحسنه الحافظ ابن حجر‬
‫و تابعه اْللباني‬

Anas radhiyallahu ‘anhu berkata, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam


bersabda, “Ingatlah akan kematian dalam shalatmu karena jika seseorang
mengingat kematian dalam shalatnya tentu lebih mungkin bisa
memperbagus shalatnya dan shalatlah sebagaimana shalatnya seseorang
yang tidak mengira bahwa bisa shalat selain shalat itu. Hati-hatilah kamu
dari apa yang membutmu meminta ampunan darinya.” (Diriwayatkan Ad-
Dailami di Musnad Firdaus, Al-Hafidz Ibnu Hajar menilainya hasan lalu
diikuti Albani).
ْ ‫سلَّ َم فَقَا َل ِع‬
‫ظنِي َوأ َ ْو ِج ْز فَقَا َل ِإذَا‬ َ ‫علَ ْي ِه َو‬ َّ ‫صلَّى‬
َ ُ‫َّللا‬ َ ِ‫ي‬ ِّ ‫ي ِ قَا َل َجا َء َر ُج ٌل ِإلَى النَّ ِب‬ ِّ ‫ار‬
ِ ‫ص‬ َ ‫ع ْن أَبِي أَي‬
َ ‫ُّوب ْاْل َ ْن‬ َ
‫اس‬ ِ َّ‫ي الن‬ ْ َ‫اس ِم َّما فِي يَد‬َ َ‫اإلي‬ْ
ِ ‫غدًا َواجْ َم ْع‬ َّ
َ ُ‫ص َالة َ ُم َودِِّعٍ َو ََل ت َ َكل ْم بِ َك َال ٍم ت َ ْعت َذ ُِر ِم ْنه‬ َ َ‫ص َالتِكَ ف‬
َ ‫ص ِِّل‬ َ ‫قُ ْمتَ فِي‬
‫رواه أحمد وحسنه اْللباني‬

Abu Ayyub Al-Anshari radhiyallahu ‘anhu berkata, seseorang datang


kepada Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam, lalu berkata, “Nasihati aku
dengan singkat.” Beliau bersabda, “Jika kamu hendak melaksanakan shalat,
shalatnya seperti shalat yang terakhir dan janganlah mengatakan suatu
ucapan yang engkau akan menyesalinya esok dan berputus asalah terhadap
apa yang ada di tangan manusia.” (Diriwayatkan Ahmad dan dinilai hasan
oleh Albani).

ِ ‫يز َكأ َ ِز‬


‫يز‬ ٌ ‫صد ِْر ِه أ َ ِز‬
َ ‫ص ِلِّي َوفِي‬
َ ُ‫سلَّ َم ي‬َ ‫علَ ْي ِه َو‬ َّ ‫صلَّى‬
َ ُ‫َّللا‬ َّ ‫سو َل‬
َ ِ‫َّللا‬ ُ ‫ع ْن أَبِي ِه قَا َل َرأَيْتُ َر‬ َ ‫ع ْن ُم‬
َ ٍ‫ط ِ ِّرف‬ َ
‫سل َم رواه أبو داود و الترمذي‬ َّ َ ‫علَ ْي ِه َو‬ َّ ‫صلى‬
َ ُ‫َّللا‬ َّ َ ‫اء‬ ْ
ِ ‫الر َحى ِم ْن البُ َك‬
َّ
Dari Mutharif dari ayahnya berkata, “Aku melihat Rasulullah shallallahu
‘alaihi wa sallam shalat dan di dadanya ada suara gemuruh bagai
gemuruhnya penggilingan akibat tangisan.” (Diriwayatkan Abu Dawud dan
Tirmidzi).

‫ي قَا َل‬ َ ُ‫ع ْنه‬


ِِّ ‫ع ِن النَّ ِب‬ َ ُ‫ي هللا‬
َ ‫ض‬
ِ ‫ام ٍر َر‬
ِ ‫ع‬َ َ‫ع ْق َبةَ بْن‬
ُ ‫ع ْن‬ ُ ‫َما ِم ْن ُم ْس ِل ٍم يَت ََوضَّأ َفيُ ْس ِب ُغ ْال ُو‬
َ “ ‫ض ْو َء ث ُ َّم َيقُ ْو ُم فِى‬
‫صالَتِ ِه فَيَ ْعلَ ُم َما يَقُ ْو ُل إَِلَّ ا ْنتَفَ َل َو ُه َو َكيَ ْو ِم َولَدَتْهُ أ ُ ُّمهُ رواه الحاكم وصححه اْللباني‬ َ
Utbah bin Amir meriyatkan dari Nabi yang bersabda, “Tidaklah seorang
muslim berwudhu dan menyempurnakan wudhunya lalu melaksanakan
shalat dan mengetahuai apa yang dibacanya (dalam shalat) kecuali ia akan

59
terbebas (dari dosa) seperti di hari ia dilahirkan ibunya.” (Diriwayatkan Al-
Hakim dan dinilai shahih oleh Albani).

Khusyu’nya para Salafus Shalih

Imam Ahmad meriwatkan dari Mujahid bahwa Abdullah bin Zubair ketika
shalat, seolah-olah ia sebatang kayu karena kyusyu’nya. Abu Bakar juga
demikian.

Juga diriwayatkan ketika Umar melewati satu ayat (dalam shalat). Ia seolah
tercekik oleh ayat itu dan diam di rumah hingga beberapa hari. Orang-
orang menjenguknya karenanya mengiranya sedang sakit.

Muhammad bin Sirin meriwayatkan, istri Utsman berkata bahwa ketika


Utsman terbunuh, malam itu ia sedang menghidupkan seluruh malamnya
dengan Al-Qur’an.

Dan adalah Ali bin Abi Thalib, ketika waktu shalat tiba ia begitu
terguncang dan wajahnya pucat. Ada yang bertanya, “Ada apa dengan
dirimu wahai Amirul Mukminin?” ia menjawab, “Karena waktu amanah
telah datang. Amanah yang disampaikan kepada langit, bumi, dan gunung,
lalu mereka tidak sanggup memikulnya dan aku sanggup.”

Diriwayatkan pula ketika Zainal Abidin bin Ali bin Husain berwudhu,
wajahnya berubah dan menjadi pucat. Dan ketika shalat, ia menjadi
ketakutan. Ketika ditanya tentang hal itu ia menjawab, “Tahukan Anda di
hadapan siapa Anda berdiri?”

Kecaman Bagi yang Meninggalkan Kekhusyukan

Sifat seorang mukmin adalah khusyu’ dalam shalat, sementara orang yang
lalai dan tidak bisa khusyu’ dalam shalatnya seperti sifat orang-orang
munafik.

Allah Ta’ala berfirman, “Sesungguhnya orang-orang munafik itu menipu


Allah, padahal Allah yang (membalas) menipu mereka. Apabila hendak
shalat, mereka melaksanakannya dengan malas dan ingin dilihat manusia
serta tidak berzikir kepada Allah kecuali sedikit sekali. Mereka dalam
keadaan ragu-ragu antara yang demikian (iman atau kafir): tidak masuk
kepada golongan Ini (orang-orang beriman) dan tidak (pula) kepada

60
golongan itu (orang-orang kafir), Maka kamu sekali-kali tidak akan
mendapat jalan (untuk memberi petunjuk) baginya.” (An-Nisa’ : 142-143).

Inilah sifat orang-orang munafik dalam amal yang sangat mulia, shalat. Ini
disebabkan pada diri mereka tidak ada niat, rasa takut, dan keimanan
kepada Allah Ta’ala. Sifat lahiriyah mereka adalah malas dan sifat
batiniyah mereka lebih buruk lagi, agar dilihat oleh orang lain.

Seperti firman Allah Ta’ala yang lain,“Dan tidak ada yang menghalangi
mereka untuk diterima dari mereka nafkah-nafkahnya melainkan karena
mereka kafir kepada Allah dan Rasul-Nya dan mereka tidak mengerjakan
shalat, melainkan dengan malas dan tidak (pula) menafkahkan (harta)
mereka, melainkan dengan rasa enggan.” (At-Taubah: 54).

Dalam kondisi apapun mereka tidak melakukan shalat selain bermalas-


malasan. Karena tidak ada pahala yang mereka harapkan dan tidak ada
yang mereka takutkan. Maka dengan shalat itu mereka hanya ingin
menampakkan sebagai orang Islam dan demi kepentingan dunia semata.

Rasulullah pernah mengingatkan orang yang nampak tidak khusyu’ dalam


shalatnya bahkan menyusuh orang itu untuk mengulanginya. Abu Hurairah
meriwatkan,

‫علَ ْي ِه‬ َّ ‫صلَّى‬


َ ُ‫َّللا‬ َ ِ‫ي‬ َ ‫سلَّ َم‬
ِّ ِ‫علَى النَّب‬ َ َ‫صلَّى ث ُ َّم َجا َء ف‬ َ ‫سلَّ َم دَ َخ َل ْال َمس ِْجدَ َفدَ َخ َل َر ُج ٌل َف‬ َ ‫علَ ْي ِه َو‬ َّ ‫صلَّى‬
َ ُ‫َّللا‬ َ ‫ي‬ َّ ِ‫أ َ َّن النَّب‬
‫سلَّ َم‬َ َ‫صلَّى ث ُ َّم َجا َء ف‬ َ ُ ‫ص ِِّل فَإِنَّكَ لَ ْم ت‬
َ َ‫ص ِِّل ف‬ َ َ‫ار ِج ْع ف‬ ْ ‫س َال َم فَقَا َل‬ َ ‫سلَّ َم‬
َّ ‫علَ ْي ِه ال‬ َ ‫علَ ْي ِه َو‬ َّ ‫صلَّى‬
َ ُ‫َّللا‬ َ ‫ي‬ ُّ ‫سلَّ َم فَ َردَّ النَّ ِب‬
َ ‫َو‬
‫ق فَ َما‬ ِ ِّ ‫ص ِِّل ث َ َالثًا فَقَا َل َوالَّذِي بَعَثَكَ بِ ْال َح‬ َ ُ ‫ص ِِّل فَإِنَّكَ لَ ْم ت‬ َ َ‫ار ِج ْع ف‬ ْ ‫سلَّ َم فَقَا َل‬َ ‫علَ ْي ِه َو‬ َ ُ‫َّللا‬َّ ‫صلَّى‬ َ ِ‫ي‬ ِّ ِ‫علَى النَّب‬ َ
‫ار َك ْع َحتَّى‬ ْ ‫س َر َم َعكَ ِم ْن ْالقُ ْرآ ِن ث ُ َّم‬ ْ َّ ‫غي َْرهُ فَ َع ِلِّ ْمنِي قَا َل ِإذَا قُ ْمتَ ِإلَى ال‬
َّ ‫ص َال ِة فَ َك ِبِّ ْر ث ُ َّم ا ْق َرأ َما ت َ َي‬ َ ‫ِن‬ ُ ‫أُحْ س‬
‫سا ث ُ َّم‬ ً ‫ارفَ ْع َحتَّى ت َْط َمئِ َّن َجا ِل‬ ْ ‫اجدًا ث ُ َّم‬ ِ ‫س‬ َ ‫ارفَ ْع َحتَّى ت َ ْعت َ ِد َل قَائِ ًما ث ُ َّم ا ْس ُج ْد َحتَّى ت َْط َمئِ َّن‬ ْ ‫ت َْط َمئِ َّن َرا ِكعًا ث ُ َّم‬
‫ص َالتِكَ ُك ِلِّ َها‬ َ ‫اجدًا ث ُ َّم ا ْفعَ ْل ذَلِكَ فِي‬ ِ ‫س‬ َ ‫ا ْس ُج ْد َحتَّى ت َْط َمئِ َّن‬
Bahwa Nabi masuk ke dalam masjid kemudian masuk pula seseorang ke
dalam masjid lalu ia shalat dan mengucapkan salam kepada beliau. Nabi
shallallahu ‘alaihi wa sallam menjawab salamnya dan bersabda,
“Kembalilah dan shalatlah lagi, sebab kamu belum shalat.” Serta merta
orang itu pun shalat lalu mengucapkan salam kepada Nabi shallallahu
‘alaihi wa sallam dan beliau besabda, “Kembalilah dan shalatlah lagi, sebab
kamu belu shalat,” tiga kali. Orang itu berkata, “Demi Dzat yang
mengutusmu dengan kebenaran, aku tidak bisa lebih baik dari itu, maka
ajarilah aku.” Beliau bersabda, “Apabila kamu hendak shalat beratkbirlah
lalu bacalah apa yang mudah bagimu dari Al-Qur’an (Al-Fatihah). Lalu

61
ruku’lah sampai kamu benar-benar tenang dalam ruku’, kemudian
angkatlah sampai tegak berdiri, lalu sujudlah sampai tenang dalam sujud,
kemudian bangunlah sampai kamu tenang dalam duduk, kemudian sujudlah
sampai kamu tenang dalam sujud. Lakukan hal itu dalam semua shalatmu.”

Abu Darda’ meriwayatkan dari Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam,

‫ع َحتَّى َلَ ت ََرى فِ ْي َها خَا ِشعًا‬ ُ ‫ْئ ي ُْرفَ ُع ِم ْن َه ِذ ِه اْل ُ َّم ِة ْال ُخ‬
ُ ‫ش ْو‬ َ ‫َّأو ُل‬
ٍ ‫شي‬
“Hal pertama yang diangkat dari ummat ini adalah khusyu’ sampai-sampai
kamu tidak menemukan seorang pun yang khusyu’.” (Thabrani dengan
sanad baik dan dinilai shahih oleh Albani).

Thalq bin Ali Al-Hanafi ra berkata, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam


bersabda,

ُ ‫ص ْلبَهُ بَيْنَ ر ُك ْو ِع َها َو‬


‫س ُج ْو ِدهَا‬ ُ ‫ع ْب ٍد َلَ يُق ْي ُم فِ ْي َها‬
َ َ ‫صالَة‬ ُ ‫َلَ يَ ْن‬
َ ُ‫ظ ُر هللا‬
“Allah tidak akan melihat shalat seseorang hamba yang tidak tegak tulang
sulbinya antara ruku’ dan sujudnya.” (Diriwayatkan Thabrani dan
dishahihkan Albani).

‫عهُ َوي ْن ِق ُر ِفى‬ َ ‫سلَّ َم َرأى َر ُجالً َلَ يُتِ ُّم ُر ُك ْو‬ َ ِ ‫صلَّى هللا‬
َ ‫علَ ْي ِه َو‬ َ ‫س ْو َل هللا‬ُ ‫ع ْب ِد هللاِ اْل َ ْشعَ ِري أ َ َّن َر‬
َ ‫ع ْن أَبِي‬ َ
: ‫سلَّ َم‬ َ ‫صلَّى هللا‬
َ ‫علَ ْي ِه َو‬ َ ِ‫س ْو ُل هللا‬ ُ ‫ص ِلِّي فَقَا َل َر‬ ُ “ ‫علَى‬
َ ُ‫س ُج ْو ِد ِه َو ُه َو ي‬ َ َ‫علَى َحا ِل ِه َه ِذ ِه َمات‬ َ ‫لَ ْو َماتَ َهذَا‬
‫سلَّ َم‬ َ ُ‫صلَّى هللا‬
َ ‫علَ ْي ِه َو‬ َ ‫غي ِْر ِملَّ ِة ُم َح َّم ٍد‬ َ ” ، ‫س ُج ْو ِد ِه َمث ُل ْال َجاِئع‬ َ ‫َمث َ ُل الَّذِي َلَ يُتِ ُّم ُر ُك ْو‬
ُ ‫عهُ َو يَ ْن ِق ُر فِى‬
‫ش ْيئًا‬َ ُ‫ع ْنه‬
َ ‫ان‬ ِ َ‫”يَأ ُك ُل الت َّ ْم َر ة َ أ َ ِو الت َّ ْم َرتَي ِْن َلَ يُ ْغنِي‬
Abu Abdullah Al-Asy’ari meriwayatkan bahwa Rasulullah shallallahu
‘alaihi wa sallam melihat seseorang yang tidak menyempurnakan ruku’nya
dan mematuk dalam sujudnya dalam shalatnya. Rasulullah shallallahu
‘alaihi wa sallam bersabda, “Kalau orang ini mati dalam keadaan seperti ini
tentu ia mati di luar agama Muhammad shallallahu ‘alaihi wa sallam.” Lalu
beliau bersabda lagi, “Perumpamaan orang yang tidak menyempurnakan
ruku’nya dan mematuk dalam sujudnya bagai orang lapar lalu ia makan
satu atau dua biji kurma namun tidak merasa kenyang sedikit pun.”
(Diriwayatkan Thabrani di Al-Kabir, Abu Ya’la, dan Khuzaimah. Albani
menilainya hasan).

Atsar tentang ancaman bagi mereka yang mengabaikan khusyu’ dalam


shalat.

62
Umar bin Khatthab ra pernah melihat seseorang yang mengangguk-
anggukkan kepalanya dalam shalat lalu ia berkata, “Hai pemilik leher.
Angkatlah lehermu! Khusyu; itu tidak berada di leher namun berada di
hati.”

Ibnu Abbas pernah berkata: “Kamu tidak mendapatkan apa-apa dari


shalatmu selain apa yang kamu mengerti darinya.”

“Dua rakaat sederhana yang penuh penghayatan lebih baik daripada


qiyamul-lail namun hatinya lalai.”

Salman berkata:“Shalat adalah takaran. Barangsiapa memenuhi takaran itu


akan dipenuhi (pahalanya) dan barangsiapa curang ia akan kehilangan
(pahalanya). Kalian telah tahu apa yang Allah katakan tentang orang-orang
yang curang terhadap takaran.”

Hudzaifah berkata: “Hati-hatilah kalian terhadap kekhusyu’an munafik.”


Ada yang bertanya, “Apa yang dimaksud dengan kekhusyu’an munafik
itu?” Ia menjawab, “Yaitu orang yang kamu lihat jasadnya khusyu’ namun
hatinya tidak khusyu’.”

Said bin Musayyib melihat seseorang yang main-main dalam shalatnya lalu
berkata, “Kalau hati orang ini khusyu’ tentu raganya juga khusyu’.”

Ibnul Qayyim menyebutkan lima tingkatan manusia dalam shalat:

Pertama: Tingkatan orang yang mendzalimi dan sia-sia. Orang yang


selalu kurang dalam hal wudhu’nya, waktu-waktu shalatnya, batasan-
batasannya, dan rukun-rukunnya.

Kedua: Orang yang memelihara waktu-waktunya, batasan-


batasannya, rukun-rukun lahiriyahnya, dan wudhu’nya. Akan tetapi ia
tidak bermujahadah terhadap bisikan-bisikan di saat shalat akhirnya ia larut
dalam bisikan itu.

Ketiga: Orang yang memelihara waktu-waktunya, batasan-


batasannya, rukun-rukun lahiriyahnya, dan wudhu’nya. Ia juga
bermujahadah melawan bisikan-bisikan dalam shalatnya agar tidak
kecolongan dengan shalatnya. Maka ia senantiasa dalam shalat dan dalam
jihad.

63
Keempat: Orang yang ketika melaksanakan shalat ia tunaikan hak-
haknya, rukun-rukunnya, dan batasan-batasannya. Hanya tenggelam
dalam upaya memelihara batasan-batasannya dan rukun-rukunnya agar
tidak ada yang menyia-nyiakannya sedikitpun. Seluruh perhatiannya
terpusat kepada upaya memenuhi sebagaimana mestinya, secara sempurna
dan utuh. Hatinya benar-benar larut dalam urusan shalat dan
penyembahann kepada Tuhannya.

Kelima: Orang yang menunaikan shalat seperti di atas (keempat) di


samping itu ia telah meletakkan hatinya di haribaan Tuhannya.
Dengan hatinya ia melihat Tuhannya, merasa diawasi-Nya, penuh dengan
cinta dan mengagungkan-Nya. Seoalah-olah ia melihat dan menyaksikan-
Nya secara kasat mata. Maka dalam shalatnya ia sibuk bersama Tuhannya
yang telah menjadi penyejuk matanya.

Tingkatan pertama mu’aqab (disiksa karena kelalaiannya), yang kedua


muhasab (dihisab), yang ketiga mukaffar ‘anhu (dihaspus kesalahannya),
yang ketiga mutsab (mendapatkan pahala), dan yang kelima muqarrab min
Rabbihi (yang didekatkan kepada Tuhannya) karena ia mendapatkan
bagian dalam hal dijadikannya shalat sebagai penyejuk mata. Barangsiapa
yang dijadikan kesenangannya pada shalatnya di dunia ia akan didekatkan
kepada Tuhannya di akhirat dan di dunia ia diberi kesenangan. Lalu
barangsiapa yang kesenangannya ada pada Allah dijadikan semua orang
senang kepadanya dan barangsiapa yang kesenangannya bukan pada Allah
ia akan mendapatkan kegelisahan di dunia.

Kiat-kiat Khusyu’ dalam Shalat

Pertama, mempersiapkan kondisi batin.

Menghadirkan hati dalam shalat sejak mulai hingga akhir shalat.

Berusaha tafahhum (memahami) dan tadabbur (menghayati) ayat dan do’a


yang dibacanya sehingga timbul respon positif secara langsung. Ayat yang
mengandung perintah disambut dengan tekad untuk melaksanakan. Ayat
yang mengandung larangan disambut dengan tekad untuk menjauhi. Ayat
yang mengandung ancaman memunculkan rasa takut dan berlindung
kepada Allah. Ayat yang mengandung kabar gembira memunculkan
harapan dan memohon kepada Allah. Ayat yang mengandung pertanyaan
disambut dengan jawaban yang tepat. Ayat yang mengandung nasihat

64
diambil pelajarannya. Ayat yang menjelaskan nikmat disambut dengan
bersyukur dan bertahmid. Ayat yang menjelaskan peristiwa bersejarah
diambil ibrah dan pelajarannya.

Berupaya untuk selalu mengingat Allah dan betapa sedikitnya kadar syukur
kita. Merasakan haibah (keagungan) Allah ketika berada di hadapan-Nya,
terutama saat sujud.

ٌ ‫اجد‬ِ ‫س‬َ ‫ون ْال َع ْبدُ ِم ْن َر ِبِّ ِه َو ُه َو‬ ُ ‫سلَّ َم قَا َل أ َ ْق َر‬
ُ ‫ب َما َي ُك‬ َ ‫ع َل ْي ِه َو‬ َّ ‫صلَّى‬
َ ُ‫َّللا‬ ُ ‫ع ْن أ َ ِبي ُه َري َْرة َ أ َ َّن َر‬
َّ ‫سو َل‬
َ ِ‫َّللا‬ َ
َ
َ ُّ‫فَأ ْكثِ ُروا الد‬
‫عا َء‬

Dari Abu Huirairah bahwa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam


bersabda, “Sedekat-dekat seorang hamba dengan Tuhannya adalah ketika ia
bersujud, maka perbanyaklah doa.” (Riwayat Muslim)

Gabungkanlah rasa raja’ (harap) dan khauf (takut) dalam kehidupan sehari-
hari. Rasakanlah haya’ (malu) kepada Allah dengan sebenar-benar haya’.
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,

‫ْال َحيَا ُء ََل يَأْتِي ِإ ََّل ِب َخي ٍْر‬

“Rasa malu tidak akan mendatangkan selain kebaikan” (Muttafaq ‘alaih).

Dan para ulama berkata, “Hakikat haya’ adalah satu akhlak yang bangkit
untuk meninggalkan tindakan yang buruk dan mencegah munculnya taqshir
(penyia-nyiaan) hak orang lain dan hak Allah.”

Kedua, mempersiapkan kondisi lahiriyah.

Menjauhi perbuatan haram dan maksiat, lalu banyak bertaubah kepada


Allah.

Memperhatikan dan menunggu waktu-waktu shalat. Rasulullah shallallahu


‘alaihi wa sallam bersabda,

َّ ‫ص َالةٍ َما َكانَ فِي ْال َمس ِْج ِد َي ْنت َِظ ُر ال‬
ْ ‫ص َالة َ َما لَ ْم يُحْ د‬
‫ِث‬ َ ‫ََل َيزَ ا ُل ْال َع ْبدُ فِي‬
“Seorang hamba senantiasa dalam keadaan shalat selama ia berada di
dalam masjid menunggu (waktu) shalat selama tidak batal.” (Bukhari
Muslim).

Berwudlu’ sebelum datangnya waktu shalat. Sebagaimana sabda


Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam

65
ُ‫ص َالةِ َوإِنَّه‬ َّ ‫ام يَ ْع ِمدُ إِلَى ال‬َ َ‫ص َالةٍ َما د‬ َ ‫ص َالةِ فَإِنَّهُ فِي‬ َّ ‫امدًا إِلَى ال‬ ِ ‫ع‬َ ‫ضو َءهُ ث ُ َّم خ ََر َج‬ ُ ‫سنَ ُو‬ َ ْ‫َم ْن ت ََوضَّأ َ فَأَح‬
ِ ْ ‫س ِم َع أ َ َحدُ ُك ْم‬
‫اإلقَا َمةَ فَ َال َي ْس َع فَإ ِ َّن‬ َ ‫ع ْنهُ ِب ْاْل ُ ْخ َرى‬
َ ‫س ِيِّئ َةٌ فَإِذَا‬ َ ‫سنَةٌ َوي ُْم َحى‬ ْ ‫َب لَهُ ِبإِحْ دَى ُخ‬
َ ‫ط َوت َ ْي ِه َح‬ ُ ‫يُ ْكت‬
‫طا‬ َ ‫ارا قَالُوا ِل َم يَا أَبَا ُه َري َْرة َ قَا َل ِم ْن أَجْ ِل َكثْ َرةِ ْال ُخ‬
ً َ‫ظ َم ُك ْم أَجْ ًرا أ َ ْبعَدُ ُك ْم د‬
َ ‫أ َ ْع‬

“Barangsiapa berwudhu dengan baik kemudian keluar untuk tujuan shalat.


Maka orang itu berada dalam shalat selama ia bertujuan menuju shalat.
Setiap satu langkahnya ditulis kebaikan dan langkah lainnya dihapus
kesalahan.” (Riwayat Imam Malik).

Berjalan ke masjid dengan tenang.

َ َ‫س ِكينَ ِة َوَلَ ت َأْت ُ ْوهَا َوأ ْنت ُ ْم ت َ ْس َع ْونَ فَ َما أد َْر ْكت ُ ْم ف‬
‫صلُّ ْوا َو َما فَات َ ُك ْم فَأ َ ِت ُّم ْوا‬ َّ ‫ِإذَا أَت َ ْيت ُ ُم ال‬
َّ ‫صالَة َ فَ َعلَ ْي ُك ْم ِبال‬
“Jika kalian berangkat shalat hendaklah dengan tenang janganlah kalian
berangkat shalat tergesa-gesa, jika kalian mendapatinya shalatlah dan jika
ketinggalan maka sempurnakan.” (Bukhari, Muslim, dan Ahmad).

Menempatkan diri pada shaf depan.

Melakukan shalat sunnah sebelum shalat wajib sebagai pemanasan.

Shalat dengan menjaga sunnahnya dan menghindari makruhnya.

Pertemuan ke : 8
SKL : Melakukan ibadah yang benar
Materi : Menjauhi dosa besar
Kompetensi : Menjauhi dosa besar

Indikator : Siswa mampu memahami yang termasuk dosa besar dengan benar

Menjauhi Dosa Besar

"Tidakkah aku ceritakan kepadamu tentang dosa-dosa yang besar (3x).


Mereka menjawab, ‘Ya, wahai Rasulullah’. Beliau bersabda, ‘Yaitu
menyekutukan Allah, durhaka pada orang tua -pada waktu itu beliau
66
bersandar kemudian duduk, kemudian bersabda- demikian juga persaksian
palsu dan ucapan palsu’. Beliau selalu mengulang-ulangnya sehingga kami
berkata, ‘Andaikan beliau diam’" (HR Bukhari Muslim).

"Beliau bersabda, ‘Jauhilah tujuh perkara yang menghancurkan (7 dosa


besar)’. Mereka berkata, ‘Apa saja, wahai Rasulullah?’ Beliau bersabda,
‘Menyekutukan Allah, sihir, membunuh, memakan riba, makan harta anak
yatim, berpaling dari medan perang, dan menuduh keji wanita mu’minat
baik-baik’" (HR Bukhari Muslim).

Definisi maksiyat (dosa) dan pembagiannya

Maksiyat adalah ketidaktaatan baik mengerjakan hal-hal yang dilarang


maupun mengabaikan perintah. Maksiyat meliputi dua bagian, yakni
maksiyat yang tergolong dosa besar (kaba’ir) dan dosa kecil (shogho’ir)

Kaba’ir adalah setiap dosa yang mengakibatkan hukuman di dunia atau


diancam oleh Allah dengan ancaman yang khusus di akhirat; mendapatkan
adzab, laknat dan kemarah-Nya. Sebagian ulama berpendapat, kaba’ir
adalah dosa yang dilakukan seseorang dengan menganggap enteng dan
merasa bangga. Contoh sebagaimana tercantum dalam hadits di atas.

Shagha’ir adalah dosa-dosa yang tidak mengakibatkan hukuman di dunia


dan tidak ada ancaman khusus di akhirat. Sebagian ulama berpendapat,
shagha’ir adalah dosa yang ditimbulkan oleh kelalaian dan pelakunya
senantiasa menyesal sehingga mengurangi rasa nikmatnya bermaksiyat.
"Diriwayatkan Abu Hurairah bahwa Nabi saw. bersabda, ‘Telah ditetapkan
atas manusia bagiannya dari zina yang pasti dilakukannya: zina kedua mata
adalah melihat, zina kedua telinga mendengar, zina lisan adalah berkata,
zinanya tangan meraba, zinanya kaki melangkah, sedangkan zinanya hati
adalah menginginkan dan berangan-angan, kermudian farjilah yang
membenarkan atau mendustakannya’" (HR Muslim).

Diriwayatkan oleh Umar ibnu Abbas dan lainnya, mereka berkata, "Tidak
ada dosa besar bila disertai istighfar dan tidak ada dosa kecil bila dilakukan
terus-menerus".

Sikap Muslim terhadap dosa

67
Sikap Muslim terhadap dosa adalah sebagaimana diungkapkan oleh
Abdullah ibnu Mas’ud, "Seorang mu’min melihat dosanya seolah-olah ia
berada pada kaki gunung yang akan runtuh menimpanya, sedangkan orang
durhaka (al-fajr) melihat dosanya sebagimana lalat hinggap pada
hidungnya, kemudian ia menghalaunnya."

Imam Bukhari mengeluarkan sebuah hadits dari Anas yang mengatakan:


"Sesungguhnya kamu melakukan pekerjaan maksiyat yang pada pandangan
kamu lebih kecil ketimbang sehelai rambut, sedangkan kami
menganggapnya tergolong pada masalah-masalah yang akan membawa
pada kehancuran."

Mengambil contoh Ikhwanul Muslimin, menjauhi dosa kecil dan terutama


dosa besar merupakan salah satu kewajiban kader Ikhwan ([4], Kewajiban
ke 32) dan muwashofat yang harus dimiliki kader-kadernya.

Lima macam dosa besar di antara dosa-dosa besar

Syirik (menyekutukan Allah)

Syirik adalah menyamakan Allah dengan yang lain dalam hal-hal yang
menjadi kekhususan-Nya.

Syirik dapat digolongkan menjadi dua macam: syirik besar (asy-syirku al-
akbar) dan syirik kecil (asy-syirku al-asghar).

Syirik Besar

Syirik akbar adalah syirik dalam beribadah dengan menjadikan tuhan-tuhan


selain Allah. Allah berfirman,

1. Maha Suci Allah yang telah menurunkan Al-Furqaan (yaitu al-Qur’an)


kepada hamba-Nya, agar dia menjadi pemberi peringatan kepada seluruh
alam.

2. yang kepunyaan-Nya-lah kerajaan langit dan bumi, dan Dia tidak


mempunyai anak, dan tidak sekutu bagi-Nya dalam kekuasaan(-Nya), dan
Dia telah menciptakan segala sesuatu, dan Dia menetapkan ukuran-
ukurannya dengan serapi-rapinya.

3. Kemudian mereka mengambil ilah-ilah selain Dia (untuk disembah),


yang tidak menciptakan sesuatu apapun, bahkan mereka sendiripun

68
diciptakan dan tidak kuasa untuk (menolak) sesuatu kemudharatan dari
dirinya dan tidak (pula untuk mengambil) sesuatu kemanfa’atan dan tidak
kuasa mematikan, menghidupkan dan tidak (pula) membangkitkan.

(25. Al Furqaan : 1-3)

Fenomena Syirik

Fenomena syirik ibadah ini bisa dilihat, antara lain;

Pemujaan dan do’a pada selain Allah seperti jin, berhala, taghut. Allah
menjelaskan perilaku mereka dalam firman-Nya,

Maka apabila mereka naik kapal mereka mendo’a kepada Allah dengan
memurnikan keta’atan kepada-Nya; maka tatkala Allah menyelamatkan
mereka sampai ke darat, tiba-tiba mereka (kembali) mempersekutukan
(Allah), (29. Al ‘Ankabuut : 65)

Hidup tanpa tujuan dan merasa tenang, tenteram, dan ridla dengan
kehidupan dunia, tanpa mengingat akhirat sedikitpun.

7. Sesungguhnya orang yang tidak mengharapkan (tidak percaya akan)


pertemuan dengan Kami, dan merasa puas dengan kehidupan di dunia serta
merasa tenteram dengan kehidupan itu dan orang-orang yang melalaikan
ayat-ayat kami,

8. mereka itu tempatnya ialah neraka, disebabkan apa yang selalu mereka
kerjakan.

(10. Yunus : 7-8)

Sesungguhnya Allah memasukkan orang-orang yang beriman dan


mengerjakan amal saleh ke dalam surga yang mengalir di bawahnya
sungai-sungai.Dan orang-orang yang kafir itu bersenang-senang (di dunia)
dan mereka makan seperti makannya binatang-binatang.Dan neraka adalah
tempat tinggal mereka. (47. Muhammad : 12)

Apakah kami setelah mati dan setelah menjadi tanah (kami akan kembali
lagi), itu adalah suatu pengembalian yang tidak mungkin. (50. Qaaf : 3)

Ketaatan secara mutlak kepada selain Allah.

69
Katakanlah:"Jika kamu (benar-benar) mencintai Allah, ikutilah aku,
niscaya Allah mengasihi dan mengampuni dosa-dosamu". Allah Maha
Pengampun lagi Maha Penyayang. (3. Ali Imran : 31)

Diriwayatkan, ketika Adi bin Hathib r.a. mendengarkan Rasulullah saw.


membaca ayat di atas, ia berkata, "Wahai rasulullah, kami dahulu tidak
pernah menyembah mereka". Kemudian Nabi saw, bersabda, "Bukankah
mereka menghalalkan untukmu apa yang diharamkan oleh Allah kemudian
kamu menghalalkannya, dan mereka mengharamkan untukmu apa yang
dihahalkan oleh Allah kemudian kamu mengharamkannya?" Ia menjawab,
"Memang ya". Rasulullah bersabda, "Yang demikian itu berarti
menyembah mereka" (HR Tirmidzi).

Menjadikan tandingan-tandingan untuk Allah dengan mencintainya


melebihi kecintaannya kepada Allah.

Dan di antara manusia ada orang-orang yang menyembah tandingan-


tandingan selain Allah; mereka mencintainya sebagaimana mereka
mencintai Allah. Adapan orang-orang yang beriman amat sangat cintanya
kepada Allah. Dan jika seandainya orang-orang yang berbuat zalim itu
mengetahui ketika mereka melihat siksa (pada Hari Kiamat), bahwa
kekuatan itu kepunyaan Allah semuanya, dan bahwa Allah amat berat
siksa-Nya (niscaya mereka menyesal). (2. Al Baqarah : 165)

Sebagian ulama menjelaskan andaad (tandingan-tandingan) adalah apa saja


yang bisa mencabut dari Islam, seperi harta, pangkat, keluarga, dll. (Lihat
juga QS At-Taubah/9: 24).

Katakanlah:"Jika bapak-bapak, anak-anak, saudara-saudara, isteri-isteri,


kaum keluarga, harta kekayaan yang kamu usahakan, perniagaan yang
kamu khawatiri kerugiannya, dan rumah-rumah tempat tinggal yang kamu
sukai adalah lebih kamu cintai lebih daripada Allah dan Rasul-Nya dan
(dari) berjihad di jalan-Nya, maka tunggulah sampai Allah mendatangkan
keputusan-Nya". Dan Allah tidak memberi petunjuk kepada orang-orang
yang fasik. (9. At Taubah : 24)

Akibat Syirik Besar

70
Syirik adalah kedzaliman yang paling besar, karena yang didzalimi adalah
Allah SWT.

Dan (ingatlah) ketika Luqman berkata kepada anaknya, di waktu ia


memberi pelajaran kepadanya:"Hai anakku, janganlah kamu
mempersekutukan Allah, sesungguhnya mempersekutukan (Allah) adalah
benar-benar kezaliman yang besar". (31. Luqman : 13)

Akibat syirik sangat besar, yakni

Tidak diampuni Allah SWT.

Sesungguhnya Allah tidak mengampuni dosa mempersekutukan (sesuatu)


dengan Dia, Dan Dia mengampuni dosa yang lain dari syirik itu bagi siapa
yang dikehendaki-Nya. Barangsiapa yang mempersekutukan (sesuatu)
dengan Allah, maka sesungguhnya ia telah tersesat sejauh-jauhnya. (4. An
Nisaa : 116)

Haram masuk surga.

Sesungguhnya telah kafirlah orang-orang yang berkata:"Sesungguhnya


Allah ialah Al-Masih putera Maryam", padahal Al-Masih (sendiri)
berkata:"Hai Bani Israil, sembahlah Allah Rabbku dan Rabbmu".
Sesungguhnya orang yang mempersekutukan (sesuatu dengan) Allah, maka
pasti Allah mengharamkan kepadanya surga, dan tempatnya ialah neraka,
tidaklah ada bagi orang-orang zalim itu seorang penolongpun. (5. Al
Maidah : 72)

Terhapusnya semua amal.

Dan sesungguhnya telah diwahyukan kepadamu dan kepada (nabi-nabi)


sebelummu:"Jika kamu mempersekutukan (Allah), niscaya akan hapus
amalmu dan tentulah kamu termasuk orang-orang yang merugi. (39. Az-
Zumar : 65)

Jauh dari petunjuk Allah

dengan ikhlas kepada Allah, tidak mempersekutukan sesuatu dengan Dia.


Barangsiapamempersekutukan sesuatu dengan Allah, maka adalah ia

71
seolah-olah jatuh dari langit lalu disambar oleh burung, atau diterbangkan
angin ke tempat yang jauh. (22. Al Hajj : 31)

Dalam tafsir Ibnu Katsir dikatakan bahwa ini merupakan perumpamaan


Allah untuk orang musyrik dalam hal kesesatan, kebinasaan dan
kejauhannya dari petunjuk.

Syirik Kecil

Adapun syirik kecil yang bersifat batiniyah seperti riya’ (memperlihatkan


amal), sum’ah (memperdengarkan amal), dan yang bersifat lahiriah anatara
lain bersumpah dengan selain Allah, mengatakan ‘Jika dikehendaki oleh
Allah dan kamu’, memakai jimat. Syirik kecil walaupun tidak
menghilangkan keimanan seseorang, tetapi dapat menggerogotinya
sehingga semakin lama semakin berkurang tanpa disadari.

"Rasulullah bersabda, "Barang siapa beramal dengan menyekutukan Aku di


dalamnya, maka amal itu diperuntukkan bagi sesuatu yang disekutukan
dengan Aku, sedangkan Aku berlepas darinya." (HR Muslim)"

Sihir

Sihir adalah mengungkap sesuatu yang sebabnya samar dan tersembunyi


sehingga seolah-seolah mengetahui yang ghaib. Para ahli sihir
mengungkapkannya dengan meminta bantuan jin (ruh-ruh jahat dan
syaithan). Mereka mendatangkan jin untuk dimintai petunjuk dan
pertolongan.

Dan bahwasannya ada beberapa orang laki-laki di antara manusia meminta


perlindungan kepada beberapa laki-laki di antara jin, maka jin-jin itu
menambah bagi mereka dosa dan kesalahan. (72. Al Jin : 6)

Dalam kehidupan sehari-hari, banyak ditemukan sihir, misalnya,


perdukunan (kahanah), peramalan (‘arrafah), mantera-mantera (ruqyah
yang terlarang), santet, pelet, sulap dan akrobat (telepati), jailangkung, dll.

Hukum sihir

72
Sihir termasuk syirik terhadap rubbubiyah Allah, karena mengaku-aku
mengetahui yang ghaib, padahal yang mengetahui hal-hal yang ghaib itu
hanya Allah saja. Di sisi lain, sihir juga termasuk syirik terhadap
uluhiyatullah, karena mengabdi kepada jin dengan amalan-amalan tertentu.

Nabi bersabda, "Sesungguhnya mantera, jimat-jimat dan tiwalah adalah


syirik" (HR Imam Ahmad). Tiwalah adalah sejenis sihir yang digunakan
untuk membuat seorang wanita mencintai suaminya.

Allah mengungkapkan sihir dengan kata ‘kufur’ dalam firman-Nya,

Dan mereka mengikuti apa yang dibaca oleh syaitan-syaitan pada masa
kerajaan Sulaiman (dan mereka mengatakan bahwa Sulaiman itu
mengerjakan sihir), padahal Sulaiman tidak kafir (mengerjakan sihir),
hanya syaitan-syaitan itulah yang kafir (mengerjakan sihir). Merek
mengajarkan sihir kepada manusia dan apa yang diturunkan kepada dua
orang malaikat di negeri Babil yaiu Harut dan Marut, sedang keduanya
tidak mengajarkan (sesuatu) kepada seorangpun sebelum
mengatakan:"Sesungguhnya kami hanya cobaan (bagimu), sebab itu
janganlah kamu kafir". Maka mereka mempelajari dari kedua malaikat itu
apa yang dengan sihir itu, mereka dapat menceraikan antara seorang
(suami) dengan isterinya. Dan mereka itu (ahli sihir) tidak memberi
mudharat dengan sihirnya kepada seorangpun, kecuali dengan ijin Allah.
Dan mereka mempelajari sesuatu yang memberi mudharat kepadanya dan
tidak memberi manfaat. Demi, sesungguhnya mereka telah meyakini
bahwa barang siapa yang menukarnya (kitab Allah) dengan sihir itu,
tiadalah baginya keuntungan di akhirat, dan amat jahatlah perbuatan
mereka menjual dirinya sendiri dengan sihir, kalau mereka mengetahui. (2.
Al Baqarah : 102)

Ungkapan ‘kufur’ dalam ayat di atas bertujuan untuk membuat manusia


menjauhi dan membenci sihir, dan menjelaskan bahwa sihir termasuk dosa
besar.

Hukuman bagi para tukang sihir adalah dibunuh jika diketahui bahwa ia
tukang sihir sebagaimana yang ditetapkan Umar bin Khaththab r.a. pada
masa kekhalifahannya, "Hendaknya kalian membunuh tukang-tukang sihir
baik laki-laki maupun perempuan".

73
Tentang orang-orang yang datang pada tukang sihir, Rasulullah saw.
bersabda, "Tiga orang yang tidak masuk surga, yaitu peminum khamr,
pemutus silaturrahim, dan orang yang membenarkan sihir" (HR Imam
Ahmad).

Dalam kenyataan, orang-orang yang menggunakan sihir tidak pernah


mendapatkan kemenangan dan keberhasilan.

Dan lemparkanlah apa yang ada di tangan kananmu, niscaya ia akan


menelan apa yang mereka perbuat. Sesungguhnya apa yang mereka perbuat
itu adalah tipu daya tukang sihir (belaka). Dan tidak akan menang tukang
sihir itu, dari mana saja ia datang". (20. Thaahaa : 69)

Durhaka Kepada Orang Tua

Dan Kami perintahkan kepada manusia (berbuat baik) kepada dua orang
ibubapanya; ibunya telah mengandungnya dalam keadaan lemah yang
bertambah-tambah, dan menyapihnya dalam dua tahun.Bersyukurlah
kepada-Ku dan kepada dua orang ibu bapakmu, hanya kepada-Kulah
kembalimu. (31. Luqman : 14)

Dalam ayat ini Allah merangkaikan bersyukur kepada kedua orang tua
dengan bersyukur kepada Allah. Ini menunjukkan betapa pentingnya
berbuat baik kepada kedua orang tua. Abdullah ibnu Abbas berkata, "Ada
tiga ayat dalam Al-Qur’an yang merangkaikan satu perintah dengan
perintah yang lain, yang tidak diterima tanpa mengamalkan rangkaian
tersebut, yaitu (1) ayat ‘taati Allah dan taatilah Rasul’, Barang siapa yang
mentaati Allah tetapi tidak mentaati Rasul, maka tidak diterima; (2)
‘Dirikanlah shalat dan tunaikanlah zakat’. Barang siapa yang menjalankan
shalat tetapi tidak menjalankan zakat, maka tidak akan diterima; dan (3)
‘Bersyukurlah kamu kepada-Ku dan kepada kedua orang tuamu’. Barang
siapa yang bersyukur kepada Allah tetapi tidak bersyukur kepada orang tua,
maka tidak akan diterima’".

Rasulullah saw. bersabda, "Ridla Allah terletak pada ridla kedua orang tua,
dan kemarahan Allah terletak pada kemarahan kedua orang tua" (HR
Tirmidzi).

"Tidak akan masuk surga orang yang durhaka kepada orang tua, orang
mengungkit-ungkit, dan peminum khamr" (HR Bukhari Muslim). "Allah

74
melaknat orang yang mengumpat bapaknya, Allah mencaci orang yang
mengumpat ibunya’ (HR Ibnu Hibban).

"Semua dosa diakhirkan balasannya oleh Allah apa yang Ia kehendaki


sampai hari kiamat kecuali durhaka kepada orang tua. Sesungguhnya Allah
menyegerakan siksaan orang yang durhaka kepada kedua orang tua di
dunia" (HR Hakim).

"Tiga do’a yang selalu dikabulkan, yaitu do’anya orang yang teraniaya,
do’anya orang yang sedang bepergian, dan do’a (buruk) orang tua atas
anaknya" (HR Tirmidzi).

Said Hawwa rahimahullah berkomentar dalam kitabnya, Jundullah, "Kita


sekarang hidup dalam satu generasi yang mendurhakai bapak ibunya dan
lebih mendahulukan/mengutamakan berbuat baik pada teman dan isterinya.
Ini adalah sikap dan pemahaman yang terbalik. Seorang muslim adalah
tuan bagi isterinya, sedangkan orang tuanya adalah tuan baginya (seorang
muslim) sehingga kedua orang tua itu tuan bagi isterinya. Dengan demikian
jika ia menjadikan kedua orang tuanya harus mengikuti kehendak isterinya,
maka ia telah memutar balik ajaran agamanya. Demikian juga dengan
temannya".

Hak ibu untuk dihormati lebih besar daripada ayah, karena ibu lebih berat
menanggung penderitaan sejak mengandung hingga mengasuh anaknya.
Diriwayatkan dalam sebuah hadits, ada seorang datang kepada Rasulullah
saw. lalu bertanya, ‘Wahai Rasulullah, siapakah manusia yang paling
berhak saya pergauli dengan baik?’ Beliau menjawab, ‘Ibumu’. Ia bertanya
lagi, ‘Kemudian siapa’. Beliau menjawab, ‘Ibumu’. Ia bertanya lagi,
‘Kemudian siapa?’ Beliau menjawab, ‘Ibumu’. Kemudian siapa lagi?’
Beliau menjawab, ‘Kemudian bapakmu’ (HR Bukhari Muslim)

Dalam kisah disebutkan bahwa Al-Qomah menjelang wafatnya, lisannya


terkunci, tidak mampu melafalkan laa ilaah illallah. Setelah diselidiki,
ternyata ibunya yang telah tua tidak meridlainya. Kemudian ketika ibunya
berhasil dibujuk dan memaafkan Al-Qomah, maka lancarlah ia
mengucapkan laa ilaaha illallah dan akhirnya meninggal dunia dengan
tenang.

75
Contoh lain durhaka terhadap orang tua adalah tidak mengajak
musyawarah dalam urusan rumah tangga, tidak mendahulukan mereka
dalam pemberian, menyia-nyiakan keduanya khususnya di masa tuanya,
tidak mengikuti keinginannya yang baik, selalu memprotes dengan keras,
dll

Lari dari Medan Perang (Desersi)

15. Hai orang-orang beriman, apabila kamu bertemu orang-orang yang


kafir yang sedang menyerangmu, maka janganlah kamu membelakangi
mereka (mundur).

16. Barangsiapa yang membelakangi mereka (mundur) di waktu itu,


kecuali berbelok untuk (siasat) perang atau hendak menggabungkan diri
dengan pasukan lain, maka sesungguhnya orang itu kembali membawa
kemurkaan dari Allah, dan tempatnya ialah meraka Jahanam. Dan amat
buruklah tempat kembalinya.

(8. Al Anfaal : 15-16)

Dari ayat di atas dapat diambil beberapa ibrah sebagai berikut:

Seorang mu’min yang berjihad di jalan Allah wajib menanggung


penderitaan karena sebenarnya umur ada di tangan Allah.

Lari dari medan tempur merupakan dosa besar karena dapat mendatangkan
bahaya bagi tentara Islam dan kaum muslimin. Rasulullah besabda,
"Jauhilah tujuh perkara yang menghancurkan…" yang salah satunya adalah
lari dari medan perang.

Boleh lari dari medan perang jika merupakan strategi untuk mengecoh
musuh, bergabung dengan pasukan lain, dan dalam keadaan darurat.

Pertolongan ada di tangan Allah, maka wajib bagi setiap mu’min untuk
bertawakal kepada Allah setelah melakukan usaha yang maksimal.

Persaksian Palsu

Allah dan rasul-Nya mensejajarkan persaksian palsu dengan syirik.

Demikianlah (perintah Allah). Dan barangsiapa mengagungkan apa-apa


yang terhormat di sisi Allah maka itu adalah lebih baik baginya di sisi
Rabbnya. Dan telah dihalalkan bagi kamu semua binatang ternak,

76
terkecuali yang diterangkan kepadamu kaharamannya, maka jauhilah
olehmu barhala-berhala yang najis itu dan jauhilah perkataan-perkataan
yang dusta. (22. Al Hajj : 30)

Dan dalam hadits, Rasulullah bersabda, "Pada hari kiamat, tidak akan
bergeser kedua kaki orang yang bersaksi palsu sehingga wajib baginya
neraka" (HR Ibnu Majjah dan Hakim).

Orang yang bersaksi palsu berarti telah melakukan beberapa dosa besar
sekaligus:

Dosa menipu, Rasulullah bersabda, "Seorang mu’min bisa diberi watak apa
saja kecuali khiyanat dan dusta" (HR Al-Bazar dan Abu Ya’la).

Dosa berbuat aniaya kepada orang yang mendapatkan hukuman karena


persaksian palsunya, sehingga ada seseorang yang diambil hartanya,
direndahkan martabatnya, dan dihilangkan nyawanya tanpa haq.

Dosa berbuat aniaya kepada seseorang yang mendapatkan keuntungan


karena kesaksian palsunya, sehingga orang tersebut masuk neraka.
Raulullah bersabda. "Barang siapa yang mendapatkan harta saudaranya
tanpa haq, karena keputusan saya, maka hendaknya jangan ia
mengambilnya, karena aku memberikan kepadanya sepotong api neraka’
(Muttafaq ‘alaih).

Dosa menghalalkan apa-apa yang diharamkan dan dijaga oleh Allah, baik
berupa harta, harga diri maupun darah.

Pertemuan ke : 9
SKL : Melakukan ibadah yang benar
Materi : Memenuhi Janji
Kompetensi : Memenuhi nadzar

Indikator :
1. Siswa mampu memahami hakikat nadzar dengan benar
2. Siswa mampu memenuhi nadzar (jika ia bernadzar) dengan benar
77
Memenuhi Janji

1. Dalil-dalil tentang tepat janji

  


  
  
  
 
“Hai Bani Israil, ingatlah akan nikmat-Ku yang Telah Aku anugerahkan
kepadamu, dan penuhilah janjimu kepada-Ku, niscaya Aku penuhi janji-Ku
kepadamu; dan Hanya kepada-Ku-lah kamu harus takut (tunduk).” (QS. Al-
Baqarah: 40)

Israil adalah sebutan bagi nabi Ya’qub. Bani Israil adalah turunan nabi
Ya’qub; sekarang terkenal dengan bangsa Yahudi. Janji Bani Israil kepada
Tuhan ialah: bahwa mereka akan menyembah Allah dan tidak
mempersekutukan-Nya dengan sesuatu apapun, serta beriman kepada rasul-
rasul-Nya di antaranya nabi Muhammad SAW sebagaimana yang tersebut
di dalam Taurat.

    


  
  
   
 
 
   
 
 
 
 
 
  
  

78
   
 
   
  
  

“Bukanlah menghadapkan wajahmu ke arah timur dan barat itu suatu
kebajikan, akan tetapi Sesungguhnya kebajikan itu ialah beriman kepada
Allah, hari Kemudian, malaikat-malaikat, kitab-kitab, nabi-nabi dan
memberikan harta yang dicintainya kepada kerabatnya, anak-anak yatim,
orang-orang miskin, musafir (yang memerlukan pertolongan) dan orang-
orang yang meminta-minta; dan (memerdekakan) hamba sahaya,
mendirikan shalat, dan menunaikan zakat; dan orang-orang yang menepati
janjinya apabila ia berjanji, dan orang-orang yang sabar dalam kesempitan,
penderitaan dan dalam peperangan. mereka Itulah orang-orang yang benar
(imannya); dan mereka Itulah orang-orang yang bertaqwa.” (QS. Al-
Baqarah: 177)

  


  
  
   
   
     
  
“Hai orang-orang yang beriman, penuhilah aqad-aqad itu. dihalalkan
bagimu binatang ternak, kecuali yang akan dibacakan kepadamu. (yang
demikian itu) dengan tidak menghalalkan berburu ketika kamu sedang
mengerjakan haji. Sesungguhnya Allah menetapkan hukum-hukum
menurut yang dikehendaki-Nya.” (QS. Al-Maidah: 1)

Aqad (perjanjian) mencakup: janji prasetia hamba kepada Allah dan


perjanjian yang dibuat oleh manusia dalam pergaulan sesamanya.

   


    
   

79
   
  
“Dan janganlah kamu mendekati harta anak yatim, kecuali dengan cara
yang lebih baik (bermanfaat) sampai ia dewasa dan penuhilah janji;
Sesungguhnya janji itu pasti diminta pertanggungan jawabnya.” (QS. Al-
Israa’: 34)

  


     
    
    

“Wahai orang-orang yang beriman, kenapakah kamu mengatakan sesuatu


yang tidak kamu kerjakan? Amat besar kebencian di sisi Allah bahwa kamu
mengatakan apa-apa yang tidak kamu kerjakan.” (QS. AS-Shaf: 2-3)

‫ق َحتَّى‬ ِ ‫ص َلةٌ ِمنَ النِِّفَا‬ ْ ‫ص َلةٌ ِم ْن ُه َّن َكان‬


ْ ‫َت فِ ْي ِه َخ‬ ِ ‫أ َ ْربَ ٌع َم ْن ُك َّن فِ ْي ِه َك‬
ْ ‫ َو َم ْن َكان‬،ً‫ان ُمنَافِقا ً خَا ِلصا‬
ْ ‫َت فِ ْي ِه َخ‬
‫ص َم فَ َج َر‬َ ‫ َوإِذَا خَا‬،‫غدَ َر‬ َ َ‫عا َهد‬ َ ‫ َوإذَا‬،‫ب‬ َ َ‫ث َكذ‬ َ َ‫ َوإِذَا َحد‬، َ‫ إِذَا اؤْ ت ُ ِمنَ خَان‬:‫ع َها‬
َ َ‫يَد‬
“Ada empat hal yang jika berada pada seseorang ia menjadi munafik murni
dan barangsiapa terdapat satu sifat darinya maka padanya terdapat satu sifat
kemunafikan sampai ia meninggalkannya; jika diberi kepercayaan ia
berkhianat, jika berbicara ia bohong, jika berjanji ia ingkar, dan jika
bertikai ia jahat.” (Muttafaq Alaihi).

َ َ‫عدَ أ َ ْخل‬
َ‫ َو ِإذَا اؤْ ت ُ ِمنَ خَان‬،‫ف‬ َ ‫ َو ِإذَا َو‬،‫ِب‬ َ َ‫ِإذَا َحد‬
َ ‫ث َكذ‬
“Tanda-tanda orang munafik ada tiga; jika berbicara ia berbohong, jika
berjanji ia ingkar, dan jika dipercaya ia berkhianat.” (Muttafaq Alaihi).
Ditambahkan dalam riwayat Muslim, “Kendatipun ia berpuasa, shalat, dan
mengaku sebagai orang Muslim.”

Jabir RA bercerita,

‫ط ْيتُكَ َه َكذَا َو َه َكذَا َو َه َكذَا َفلَ ْم يَ ِجئْ َما ُل‬ َ ‫ لَ ْو قَ ْد َجا َء َما ُل ْالبَحْ َري ِْن أ َ ْع‬:‫سلَّم‬ َ ‫علَي ِه َو‬ َّ ‫صلَّى‬
َ ُ‫َّللا‬ َ ‫ي‬ ُّ ِ‫قَا َل ِلي النَّب‬
ُ‫عنه‬ َ ُ‫َّللا‬َّ ‫ي‬ ِ ‫ فَلَ َّما َجا َء َما ُل ْال َبحْ َري ِْن أ َ َم َر أَبُو َب ْك ٍر َر‬،‫سلَّم‬
َ ‫ض‬ َ ‫علَي ِه َو‬ َّ ‫صلَّى‬
َ ُ‫َّللا‬ َ ‫النبي‬
ُ ‫ض‬َ ‫ْال َبحْ َري ِْن َحتَّى قُ ِب‬
‫ ِإ َّن النَّبِي‬: ُ‫ فَأَت َ ْيتُهُ ُوقُ ْلت‬.‫عدَّة ٌ ْأو دَي ٌْن فَ ْليَأْتِنَا‬
ُ ‫سلَّم‬َ ‫علَي ِه َو‬ َّ ‫صلَّى‬
َ ُ‫َّللا‬ َ ِ‫َّللا‬ َّ ‫سو ِل‬ ُ ‫ َم ْن َكانَ لَهُ ِع ْندَ َر‬:‫فَنَادَى‬
‫ ُخ ْذ ِمثْلَ ْي َها‬:‫س ِمائ َ ٍة فقال‬ ُ ‫ِي خ َْم‬ َ ‫ فَ َحثَى ِلي َحثْيَةٌ فَعَدَ ْدت ُ َها فَإِذَا ه‬،‫سلَّم قال لي كذا وكذا‬ َ ‫علَي ِه َو‬ َّ ‫صلَّى‬
َ ُ‫َّللا‬ َ
80
“Nabi berkata kepadaku, ‘Kalau harta Bahrain datang aku akan
memberimu segini, segini, dan segini.” Ternyata harta Bahrain tidak pernah
datang hingga beliau meninggal. Lalu ketika harta Bahrain itu datang Abu
Bakar menyuruh orang untuk memanggil, ‘Barangsiapa yang mempunyai
piutang kepada Rasulullah hendaknya datang kepada kami niscaya aku
akan membayarnya. Aku berkata, ‘Sesungguhnya Rasulullah berkata
kepadaku begini dan begitu. Kemudian ia mengambil satu genggam
untukku dan aku menghitungnya. Ternyata ia berjumlah lima ratus. Abu
Bakar berkata lagi, “Ambillah dua gini lagi.” (Muttafaq Alaihi).

2. Sifat Positif Menepati Janji

Menepati janji merupakan:

a. Kewajiban syar’i, baik terhadap sesama muslim maupun antara muslim


dan non-muslim. Contoh perjanjian antara muslim dan non-muslim di masa
Rasulullah SAW adalah

1) Piagam Madinah antara umat Islam dan Yahudi

2) Perjanjian Hudhaibiyah

Termasuk di dalam masalah ini adalah menepati waktu perjanjian,


sebagaimana dalam surat at-Taubah ayat 4 dan hadits Rasulullah SAW:

‫ب نَ ْف ٍس فَأَنَا َح ِجي ُجهُ يَ ْو َم‬ َ ُ‫طاقَتِ ِه أ َ ْو أ َ َخذَ ِم ْنه‬


ِ ‫ش ْيئًا بِغَي ِْر ِطي‬ َ َ‫صهُ أ َ ْو َكلَّفَهُ فَ ْوق‬
َ َ‫ظلَ َم ُمعَا ِهدًا أ َ ْو ا ْنتَق‬
َ ‫أ َ ََل َم ْن‬
‫ْال ِق َيا َم ِة‬

“Ketahuilah barangsiapa yang menzhalimi orang yang mendapat suaka atau


menghinanya atau memberi beban di atas kemampuannya atau mengambil
sesuatu darinya tanpa kerelaannya, maka saya adalah penuntutnya di hari
kiamat” (HR Abu Dawud)

b. Akhlak yang utama (‫)فضائل اْلخالق‬

c. Ciri tingginya peradaban (‫)روائع الظواهر الحضارية‬

d. Sifat-sifat Mu’min dan Ulul-albab (‫)صفات المؤمن وأولى اْللباب‬

e. Merupakan jenis kebajikan (‫)البر‬

81
f. Merupakan akhlak imaniyah (‫)اْلخالق اإليمانية‬

g. Akhlak para Nabi dan Rasul (‫)أخالق اْلنبياء والمرسلين‬. Contohnya pada
kisah Nabi Ismail:
ً ‫س‬
]١٩:٥٤[ ‫وَل نَّبِيًّا‬ ُ ‫صادِقَ ْال َو ْع ِد َو َكانَ َر‬ ِ ‫َوا ْذ ُك ْر فِي ْال ِكت َا‬
َ َ‫ب إِ ْس َما ِعي َل ۚ إِنَّهُ َكان‬
“Dan Ceritakanlah (hai Muhammad kepada mereka) kisah Ismail (yang
tersebut) di dalam Al Quran. Sesungguhnya ia adalah seorang yang benar
janjinya, dan dia adalah seorang Rasul dan nabi.” (QS. Maryam: 54)

Sifat menepati janji ini menurun ke Bangsa Arab.

h. Seruan agama yang Robbani (‫)دعوة دين الربانى‬

3. Janji-janji yang sering dibuat oleh seseorang

a. Janji kepada keluarga, (anak dan istri)

b. Janji kepada bawahan atau orang yang levelnya lebih rendah dari dirinya
dalam suatu unit pekerjaan, dsb.

c. Janji kepada teman sejawat/sebaya

d. Janji kepada rekanan bisinis

e. Janji kepada orang-orang tertentu sesuai profesi atau lingkungan masing-


masing.

5. Kisah-kisah Tepat Janji

a. Menepati janji dalam membayar utang

dakwatuna.com – Rasulullah berkisah: Ada seorang Bani Israil (A) yang


meminjam 1000 dinar kepada salah seorang dari Bani Israil (B).

Si B meminta A untuk mendatangkan saksi. Si A berkata: Cukuplah Allah


sebagai saksi. Si B meminta ditunjukkan kafil (penjamin). Si A menjawab
cukuplah Allah sebagai penjamin.

Si B percaya dan ia berikan 1000 dinar itu, sesuai dengan batas waktu yang
disepakati bersama.

82
Lalu si A pulang ke kampungnya di seberang sana. Ia kumpulkan uang
hingga cukup jumlahnya sampai batas waktu pembayarannya.

Ketika jatuh tempo itulah si A mencari kapal penyeberangan untuk


membayar utangnya. Tetapi tidak ada kapal penyeberangan hari itu.

Akhirnya si A mengambil sebatang kayu, ia lubangi kayu itu dan ia


masukkan 1000 dinar pinjamannya itu disertai pesan kepada saudaranya di
seberang. Ia ceburkan kayu itu ke laut, disertai doa:

”Ya Allah Engkau Yang Maha Mengetahui, bahwa saya pernah berutang
1000 dinar kepada seseorang, ketika ia meminta jaminan, saya katakan:
“Cukuplah Allah sebagai penjamin” dan ia menerima. Ketika ia meminta
saksi, saya katakan: “Cukuplah Allah sebagai saksi” dan ia pun menerima.
Dan sekarang saya sudah berusaha mencari penyeberangan untuk
membayarkannya, tetapi saya tidak menemukannya, maka sekarang saya
titipkan ini kepadamu Ya Allah”.

Setelah itu ia pergi sambil mencari kapal yang bisa menyeberangkannya.

Si B yang dijanjikan dibayar pada hari itupun keluar ke pantai menunggu


kapal yang datang, menjemput Si A yang meminjam uang kepadanya.

Kapal tidak ada yang merapat. Akhirnya ia memutuskan pulang.

Ketika hendak pulang itulah ia melihat kayu mengapung. Daripada pulang


dengan tangan kosong ia ambil kayu itu, siapa tahu berguna untuk kayu
bakar.

Sesampai di rumah kayu itu ia belah untuk dijadikan kayu bakar. Ketika
dibelah, ditemukanlah 1000 dinar dan catatan dari si A di seberang.

Si A yang terus berusaha mencari kapal penyeberangan akhirnya


menemukannya. Dan berhasil menyeberang ke rumah si B.

Sesampainya di rumah B, si A menyodorkan 1000 dinar, dengan


mengatakan: “Demi Allah, saya telah berusaha semaksimal mungkin untuk
mendapatkan kapal penyeberangan guna membayar utang, dan saya tidak
menemukannya kecuali hari ini.

Kata si B. “Tidakkah kamu telah mengirimkannya kepadaku?

83
Kata A: “ Bukankah telah saya katakan bahwa saya tidak mendapatkan
kapal penyeberangan.

Kata si B:”Sesungguhnya Allah telah menyampaikan kepadaku apa yang


engkau letakkan di dalam kayu bakar. (Ibn Katsir, 1: 447)

b. Abdullah bin Amir

Abdullah bin Amir berkata, ”Suatu hari ibuku memanggilku sedangkan


Rasulullah sedang duduk di rumah kami, maka ibuku berkata, ’Hai, kemari,
akan kuberi kamu’ Maka Rasulullah berkata kepada ibuku, ’Apakah
engkau mau memberinya?’ Ibuku menjawab, ’Aku mau memberinya
kurma’ Berkata Rasulullah, ’Apabila engkau tidak memberinya sesuatu
sungguh akan ditulis sebagai kebohongan.” (HR. Baihaqi dalam Syu’banul
Iman)

Pelajaran dari kisah ini: Jika kita melakukan itu kepada anak-anak
sedangkan yang sebenarnya tidak ingin memberinya, maka berarti

– mengajarkan kebohongan

– mengajarkan untuk tidak menepati janji

– mendorong untuk tidak tsiqah

c. Abdullah bin Abil Hasma

Aku berjual-beli dengan Nabi SAW sebelum bi’tsah, aku menyisakan


kembalian pada beliau, lalu aku berjanji akan membawanya di suatu
tempat, tapi aku lupa. Aku ingat setelah tiga hari kemudian, lalu aku
mendatangi tempat itu dan aku dapati beliau ada di tempat itu. Beliau
berkata, ”Sungguh engkau telah menyusahkanku. Aku di sini sejak tiga hari
menunggumu” (HR. Abu Daud)

d. Jabir bin Abdillah

Jabir bin Abdillah berkata, ”Ketika meninggalnya Rasulullah SAW dan


datang kepada Abu Bakar harta benda dari Hadhrami, maka berkata Abu
Bakar, ’Siapa yang memiliki piutang kepada Nabi SAW atau pernah
dijanjikan sesuatu oleh beliau, datanglah kepada kami’ Maka Jabir berkata,
’Aku pernah dijanjikan Nabi akan diberi ini, ini, ini” sambil
membentangkan tangannya tiga kali. Jabi berkata, ’Maka Abu Bakar

84
memberikan 500’. Abu Bakar berkata, ’Ambil lagi yang sebanyak itu!’
(HR. Bukhari-Muslim)

e. Ibnu Juhaifah dan Abu Bakar

Abi Juhaifah pernah dijanjikan oleh Rasulullah SAW akan diberi 13 qulush
(unta betina muda) lalu aku mendatanginya, tapi beliau wafat hingga aku
tidak diberi apapun. Ketika Abu Bakar menjadi Khalifah, beliau berkata,
’Siapa yang memiliki janji dengan Rasulullah Saw, datanglah kepadaku.’
Maka aku berdiri dan memberitahukannya lalu beliau memerintahkan
untuk memberi kepada kami.” (HR. Tirmidzi)

5. Kewajiban tepat janji dan ancaman bagi yang tidak menepatinya

a. Tidak menepati janji adalah salah satu ciri kemunafikan. Rasulullah


bersabda: “Ada empat hal jika ada pada seseorang maka jadilah ia munafik
tulen, dan jika ada sebagiannya maka ia memiliki ciri-ciri kemunafikan,
hingga ia bisa meninggalkannya. 1). Jika dipercaya ia berkhianat, 2). Jika
berbicara ia berdusta, 3). Jika berjanji mengingkari, 4). Jika berdebat ia
curang.” (Muttafaq alaih)

b. Menjadi musuh Allah di hari kiamat. Rasulullah saw bersabda: Allah


berfirman ”Ada tiga orang yang menjadi musuhku di hari kiamat:1). Orang
yang menjanjikan pemberian lalu mengingkari, 2). Orang yang menjual
orang merdeka lalu ia makan hasilnya, 3). Orang yang mempekerjakan
seseorang dan telah memenuhi permintaannya lalu tidak dibayarkan
upahnya.” (HR. Al Bukhari)

c. Salah satu bentuk kezhaliman. Rasulullah saw bersabda: “Orang kaya


yang menunda-nunda pembayaran utang adalah perbuatan zhalim….”
(Muttafaq alaih)

85
Pertemuan ke : 10
SKL : Berkepribadian matang, berakhlak mulia dan bermanfaat bagi orang
lain
Materi : Rendah Hati
Kompetensi : Memenuhi nadzar

Indikator :
1. Siswa memahami perilaku takabur,rendah hati
2. Siswa memiliki perilaku rendah hati

Rendah Hati

Pengertian Tawadhu’ adalah rendah hati, tidak sombong. Pengertian yang


lebih dalam adalah kalau kita tidak melihat diri kita memiliki nilai lebih
dibandingkan hamba Allah yang lainnya. Orang yang tawadhu’ adalah
orang menyadari bahwa semua kenikmatan yang didapatnya bersumber
dari Allah SWT. Yang dengan pemahamannya tersebut maka tidak pernah
terbersit sedikitpun dalam hatinya kesombongan dan merasa lebih baik dari
orang lain, tidak merasa bangga dengan potrensi dan prestasi yang sudah
dicapainya. Ia tetap rendah diri dan selalu menjaga hati dan niat segala
amal shalehnya dari segala sesuatu selain Allah. Tetap menjaga keikhlasan
amal ibadahnya hanya karena Allah.

Tawadhu ialah bersikap tenang, sederhana dan sungguh-sungguh menjauhi


perbuatan takabbur (sombong), ataupun sum’ah ingin diketahui orang lain
amal kebaikan kita.

Tawadhu merupakan salah satu bagian dari akhlak mulia jadi sudah
selayaknya kita sebagai umat muslim bersikap tawadhu, karena tawadhu
merupakan salah satu akhlak terpuji yang wajib dimiliki oleh setiap umat
islam. Perhatikan sabda Nabi SAW berikut ini :

Rasulullah SAW bersabda: yang artinya “Tiada berkurang harta karena


sedekah, dan Allah tiada menambah pada seseorang yang memaafkan
melainkan kemuliaan. Dan tiada seseorang yang bertawadhu’ kepada
Allah, melainkan dimuliakan (mendapat ‘izzah) oleh Allah. (HR. Muslim).

86
Iyadh bin Himar ra. berkata: Bersabda Rasulullah SAW: “Sesungguhnya
Allah SWT telah mewahyukan kepadaku: “Bertawadhu’lah hingga
seseorang tidak menyombongkan diri terhadap lainnya dan seseorang tidak
menganiaya terhadap lainnya.(HR. Muslim).

Rasulullah SAW bersabda, “Sombong adalah menolak kebenaran dan


meremehkan manusia.” (HR. Muslim)

Ibnu Taimiyah, seorang ahli dalam madzhab Hambali menerangkan dalam


kitabnya, Madarijus Salikin bahwa tawadhu ialah menunaikan segala yang
haq dengan bersungguh-sungguh, taat menghambakan diri kepada Allah
sehingga benar-benar hamba Allah, (bukan hamba orang banyak, bukan
hamba hawa nafsu dan bukan karena pengaruh siapa pun) dan tanpa
menganggap dirinya tinggi.

Tanda orang yang tawadhu’ adalah disaat seseorang semakin bertambah


ilmunya maka semakin bertambah pula sikap tawadhu’ dan kasih
sayangnya. Dan semakin bertambah amalnya maka semakin meningkat
pula rasa takut dan waspadanya. Setiap kali bertambah usianya maka
semakin berkuranglah ketamakan nafsunya. Setiap kali bertambah hartanya
maka bertambahlah kedermawanan dan kemauannya untuk membantu
sesama. Dan setiap kali bertambah tinggi kedudukan dan posisinya maka
semakin dekat pula dia dengan manusia dan berusaha untuk menunaikan
berbagai kebutuhan mereka serta bersikap rendah hati kepada mereka.. Ini
karena orang yang tawadhu menyadari akan segala nikmat yang
didapatnya adalah dari Allah SWT, untuk mengujinya apakah ia bersykur
atau kufur.

Perhatikan firman Allah berikut ini :

    


   
     
   
    
  
    
    
    

87
40. berkatalah seorang yang mempunyai ilmu dari AI Kitab[1097]: "Aku akan membawa singgasana itu
kepadamu sebelum matamu berkedip". Maka tatkala Sulaiman melihat singgasana itu terletak di
hadapannya, iapun berkata: "Ini Termasuk kurnia Tuhanku untuk mencoba aku Apakah aku bersyukur
atau mengingkari (akan nikmat-Nya). dan Barangsiapa yang bersyukur Maka Sesungguhnya Dia
bersyukur untuk (kebaikan) dirinya sendiri dan Barangsiapa yang ingkar, Maka Sesungguhnya Tuhanku
Maha Kaya lagi Maha Mulia".(QS. An Naml: 40).”

[1097] Al kitab di sini Maksudnya: ialah kitab yang diturunkan sebelum Nabi Sulaiman ialah Taurat dan
Zabur.

Berikut beberapa ayat-ayat Al Quran yang menegaskan perintah Allah


SWT untuk senantiasa bersikap tawadhu’ dan menjauhi sikap sombong,
sebagai berikut :

     


    
   
37. dan janganlah kamu berjalan di muka bumi ini dengan sombong, karena
Sesungguhnya kamu sekali-kali tidak dapat menembus bumi dan sekali-
kali kamu tidak akan sampai setinggi gunung. (QS al-Isra-37).

Firman Allah SWT, lainnya:

  


   
     
 

83. negeri akhirat[1140] itu, Kami jadikan untuk orang-orang yang tidak
ingin menyombongkan diri dan berbuat kerusakan di (muka) bumi. dan
kesudahan (yang baik)[1141] itu adalah bagi orang-orang yang bertakwa.
(QS al-Qashshash-83.)

[1140] Yang dimaksud kampung akhirat di sini ialah kebahagiaan dan


kenikmatan di akhirat.

[1141] Maksudnya: syurga.

88
  
   
  
  

63. dan hamba-hamba Tuhan yang Maha Penyayang itu (ialah) orang-orang
yang berjalan di atas bumi dengan rendah hati dan apabila orang-orang
jahil menyapa mereka, mereka mengucapkan kata-kata (yang mengandung)
keselamatan. (QS. Al Furqaan: 63)

     


   
  
Tidak  

23. tidak diragukan lagi bahwa Sesungguhnya Allah mengetahui apa yang
mereka rahasiakan dan apa yang mereka lahirkan. Sesungguhnya Allah
tidak menyukai orang-orang yang sombong (QS: an-Nahl: 23)

  


 
    
  
  
   
  
 

40. Sesungguhnya orang-orang yang mendustakan ayat-ayat Kami dan


menyombongkan diri terhadapnya, sekali-kali tidak akan dibukakan bagi
mereka pintu-pintu langit[540] dan tidak (pula) mereka masuk surga,
hingga unta masuk ke lubang jarum[541]. Demikianlah Kami memberi
pembalasan kepada orang-orang yang berbuat kejahatan. (QS: al-A’raf: 40)

[540] Artinya: doa dan amal mereka tidak diterima oleh Allah.

[541] Artinya: mereka tidak mungkin masuk surga sebagaimana tidak


mungkin masuknya unta ke lubang jarum.

89
    
  
    
 

206. dan apabila dikatakan kepadanya: "Bertakwalah kepada Allah",


bangkitlah kesombongannya yang menyebabkannya berbuat dosa. Maka
cukuplah (balasannya) neraka Jahannam. dan sungguh neraka Jahannam itu
tempat tinggal yang seburuk-buruknya. (QS.Al-Baqarah : 206)

Berikut beberapa contoh Ketawadhu’an Rasulullah SAW

1 Anas ra jika bertemu dengan anak-anak kecil maka selalu mengucapkan


salam pada mereka, ketika ditanya mengapa ia lakukan hal tersebut ia
menjawab: Aku melihat kekasihku Nabi SAW senantiasa berbuat
demikian. (HR Bukhari, Fathul Bari’-6247).

2. Dari Anas ra berkata: Nabi SAW memiliki seekor unta yang diberi
nama al-’adhba` yang tidak terkalahkan larinya, maka datang seorang
‘a’rabiy dengan untanya dan mampu mengalahkan, maka hati kaum
muslimin terpukul menyaksikan hal tersebut sampai hal itu diketahui oleh
nabi SAW, maka beliau bersabda: Menjadi haq Allah jika ada sesuatu yang
meninggikan diri di dunia pasti akan direndahkan-Nya. HR Bukhari (Fathul
Bari’-2872).

3. Abu Said al-Khudarii ra pernah berkata: Jadilah kalian seperti Nabi


SAW, beliau SAW menjahit bajunya yang sobek, memberi makan sendiri
untanya, memperbaiki rumahnya, memerah susu kambingnya, membuat
sandalnya, makan bersama-sama dengan pembantu-pembantunya, memberi
mereka pakaian, membeli sendiri keperluannya di pasar dan memikulnya
sendiri ke rumahnya, beliau menemui orang kaya maupun miskin, orang
tua maupun anak-anak, mengucapkan salam lebih dulu pada siapa yang
berpapasan baik tua maupun anak, kulit hitam, merah, maupun putih, orang
merdeka maupun hamba sahaya sepanjang termasuk orang yang suka
shalat.

Dan beliau SAW adalah orang yang sangat rendah hati, lembut
perangainya, dermawan luar biasa, indah perilakunya, selalu berseri-seri
wajahnya, murah senyum pada siapa saja, sangat tawadhu’ tapi tidak
90
menghinakan diri, dermawan tapi tidak berlebih-lebihan, mudah iba
hatinya, sangat penyayang pada semua muslimin. Beliau SAW datang
sendiri menjenguk orang sakit, menghadiri penguburan, berkunjung baik
mengendarai keledai maupun berjalan kaki, mengabulkan undangan dari
para hamba sahaya siapapun dan dimanapun. Bahkan ketika kekuasaannya
SAW telah meliputi jazirah Arabia yang besar datang seorang ‘A’rabiy
menghadap beliau SAW dengan gemetar seluruh tubuhnya, maka beliau
SAW yang mulia segera menghampiri orang tersebut dan berkata:
Tenanglah, tenanglah, saya ini bukan Raja, saya hanyalah anak seorang
wanita Quraisy yang biasa makan daging kering. (HR Ibnu Majah-3312
dari abu Mas’ud al-Badariiy)

Berbicara lebih jauh tentang tawadhu’, sebenarnya tawadhu’ sangat


diperlukan bagi siapa saja yang ingin menjaga amal shaleh atau amal
kebaikannya, agar tetap tulus ikhlas, murni dari tujuan selain Allah.
Karena memang tidak mudah menjaga keikhlasan amal shaleh atau amal
kebaikan kita agar tetap murni, bersih dari tujuan selain Allah. Sungguh
sulit menjaga agar segala amal shaleh dan amal kebaikan yang kita lakukan
tetap bersih dari tujuan selain mengharapkan ridha-Nya. Karena sangat
banyak godaan yang datang, yang selalu berusaha mengotori amal
kebaikan kita. Apalagi disaat pujian dan ketenaran mulai datang
menghampiri kita, maka terasa semakin sulit bagi kita untuk tetap bisa
menjaga kemurnian amal shaleh kita, tanpa terbesit adanya rasa bangga
dihati kita. Disinilah sangat diperlukan tawadhu’ dengan menyadari
sepenuhnya, bahwa sesungguhnya segala amal shaleh, amal kebaikan yang
mampu kita lakukan, semua itu adalah karena pertolongan dan atas ijin
Allah SWT.

Tawadhu’ juga mutlak dimiliki bagi para pendakwah yang sedang berjuang
meninggikan Kalimatullah di muka bumi ini, maka sifat tawadhu’ mutlak
diperlukan untuk kesuksesan misi dakwahnya. Karena bila tidak, maka
disaat seorang pendakwah mendapatkan pujian, mendapatkan banyak
jemaah, dikagumi orang dan ketenaran mulai menghampirinya, tanpa
ketawadhu’an, maka seorang pendakwah pun tidak akan luput dari
berbangga diri atas keberhasilannya.

91
Pertemuan ke : 11
SKL : Melakukan ibadah yang benar
Materi : Tidak imma’ah
Kompetensi : Tidak imma’ah(asal ikut, tidak punya prinsip)
Indikator :
1. Siswa dapat memahami perilaku imam’ah
2. Siswa memiliki pendirian ,tidak asal ikut

Tidak Imma’ah

Imma’ah, sifat labil yang mengikuti arus, tren dan mayoritas. Tidak punya
prinsip, krisis identitas dan berjiwa pembebek. Dalam hal apapun, sifat
imma’ah akan selalu terlihat buruk. Lawannya adalah Tauthinun nafsi;
teguh, punya pendirian dan ciri khas, mengerti identitas diri, dan tegar di
atas prinsip.

َ ْ‫س ُك ْم إِ ْن أَح‬
َ‫سن‬ َ ُ‫طنُوا أ َ ْنف‬ ِّ ِ ‫ َولَ ِك ْن َو‬،‫ظلَ ْمنَا‬
َ ‫ظلَ ُموا‬ َ ْ‫اس أَح‬
َ ‫ َوإِ ْن‬،‫سنَّا‬ َ ْ‫ إِ ْن أَح‬: َ‫ََل ت َ ُكونُوا إِ َّمعَةً تَقُولُون‬
ُ َّ‫سنَ الن‬
‫سا ُءوا فَ َال ت َْظ ِل ُموا‬ َ َ ‫ َو ِإ ْن أ‬،‫اس أ َ ْن تُحْ ِسنُوا‬ ُ َّ‫الن‬
“Janganlah kalian menjadi orang yang suka ikut-ikutan, yang berkata, “Jika
orang-orang baik, maka kami juga akan berbuat baik. Dan jika mereka
berbuat zhalim, maka kami juga akan berbuat zhalim.” Akan tetapi
mantapkanlah hati kalian, jika manusia berbuat baik kalian juga berbuat
baik, namun jika mereka berlaku buruk, janganlah kalian berbuat zhalim.”
(HR Tirmidzi, beliau berkata haditsnya hasan gharib)

Imma‟ah bisa muncul jika kita belum mengenal Islam secara sempurna.

Oleh karena itu,Iman harus ditumbuhkan, agar menjadi kokoh dan tidak
mudang goyah.

Ciri-ciri orang yang Imma‟ah : Jika ada orang lain berbuat baik, maka dia
akan berbuat baik, namun jika ada orang lain berbuat buruk, dia akan ikut
berbuat buruk juga.

92
Imma‟ah : pendirian diletakkan pada kebiasaan masyarakat (hanya ikut

-ikutan). Hal tersebutkarena kurangnya ilmu, tidak punya prinsip pribadi.


Orang yang Imma’ah mudah menyimpulkan atau menjustifikasi suatu hal
(tidak kritis). Orang seperti ini akan mudah sakit hati dan kecewa.

Cara-cara untuk menghindarai perilaku Imma‟ah :

1.Mencari teman yang baik, yang imannya kuat agar bisa mengingatkan
kita,

2. Beristiqomah

   


   
  
  
 
   

30. Sesungguhnya orang-orang yang mengatakan: "Tuhan Kami ialah


Allah" kemudian mereka meneguhkan pendirian mereka, Maka Malaikat
akan turun kepada mereka dengan mengatakan: "Janganlah kamu takut dan
janganlah merasa sedih; dan gembirakanlah mereka dengan jannah yang
telah dijanjikan Allah kepadamu". QS Fussilat (41) : 30

Ada unsur Istif‟al : bertahan dan berusaha. Jangan takut dan jangan
bersedih, Allah bersama kita. Kiat-kiat agar mudah dalam istiqomah ->
sering mengingat kematian!

3. Selalu menambah ilmu dan pemahaman kita.Karena keraguan bisa


menimbulkan Imma‟ah. Harus ada pertemuan dalam belajar,

jangan belajar sendiri (karena bisa jadi setan bisa masuk)

4. Tabayyun, yaitu mencari penjelasan (mengecek kembali) ilmu yang


didapatkan.Jika ada isu tentang suatu hal, harus mencari tau kebenarannya
dengan pasti. Harus adatallaqi. Tabayyun kepada orang-orang yang lebih
kompeten dalam bidangnya. Karenasalah satu ciri orang yang bertambah
ilmunya adalah banyak bertanya untuk kebaikan.

93
Akibat Sikap Imma’ah :

1. Menjadi pribadi yang labilMengutamakan kepentingan dunia,


dibandingkan kepentingan akhirat. Termakan oleh perang pemikiran
kaum kafir.
2. Izzah (kemuliaan/ harga diri) Islam yang melemah. Islam itu mulia,
namun kadang umat Islam sendiri lah yang tidak berusahamengambil
kemuliannya. Contoh : system Islam tidak dipakai bahkan oleh
orangIslam itu sendiri. Pertanyaannya adalah : sejauh dan sekeras apa
usaha kita untuk mengembalikan kejayaan Islam? Iman belum meresap
sepenuhnya ke dalam dadaumat Islam.
3. Dimurkai oleh AllahMelakukan suatu hal tanpa didasari oleh ilmu,
sangat dibenci Allah.

Adab Tabayyun :

1.Tidak emosional, tenangkan diri terlebih dahulu,

2.Munculkan persepsi yang baik terhadap sesuatu yang sedang


dibicarakan,3.

Jangan mencari-cari kesalahan orang lain, jangan berlebihan.

Bagaimana cara istiqomah di lingkungan yang heterogen? Coba bertahan


dulu dengan kesabaran dan usaha untuk mengajak dalam kebaikan. Kalau
sudah sampai batas maksimal, bisa dengan „berhijrah‟.

Karena waktu adalah ibadah.Hijrah harus dengan proses yang baik. Kita
harus meminta kepada Allah agar diberikeistiqomahan. Niatkan saja untuk
kebaikan-kebaikan, InsyaAllah Allah akanmemudahkan jalannya.

Perbedaan Adaptasi (Mu’ayyasyah) dan Imma‟ah :

1.Mu‟ayyasyah : tidak ditinggalkan (berbaur tanpa melebur).

“Ikan hidup di air laut yang asin, namun tidak ikut asin.”

2.Imma‟ah : tidak bisa memberi alasan atas apa yang dilakukannya.

94
Pertemuan ke : 9
SKL : Berkepribadian matang, berakhlak mulia dan bermanfaat bagi orang
lain
Materi : Berkata jujur
Kompetensi : Tidak dusta

Indikator :
1. Siswa memahami perilaku jujur
2. Siswa memilki perilaku jujur

Berkata Jujur
Dalam bahasa arab jujur berasal dari kata as Sidqu yang berarti benar dan
nyata. Lawan kata dari as sidqu adalah al kadzbu yang berarti bohong atau
dusta.

Dan diantara definisi Kejujuran adalah kesesuaian antara ucapan dan


perbuatan. Ada juga yang memaknai dengan sesuatu yang baik tanpa
dicampuri kedustaan.

Berlaku jujur adalah perintah Alloh dan merupakan sifat yang mulia dalam
islam.

Alloh berfirman,

  


   
 
119. Hai orang-orang yang beriman bertakwalah kepada Allah, dan hendaklah kamu bersama orang-orang
yang benar. (QS. At Taubah: 119).

Dalam ayat yang lain, Allah Ta’ala berfirman,

95
    
   
    
21. Ta'at dan mengucapkan Perkataan yang baik (adalah lebih baik bagi mereka). apabila telah tetap
perintah perang (mereka tidak menyukainya). tetapi Jikalau mereka benar (imannya) terhadap Allah,
niscaya yang demikian itu lebih baik bagi mereka. (QS. Muhammad: 21)

Pembagian Sifat Jujur

Imam Al Ghozali membagi sifat jujur dalam 3 bagian;

1. Jujur dalam niat

Yaitu tidak ada motivasi bagi seseorang dalam segala tindakan dan
perbuatan kecuali dorongan karena Alloh semata.

2. Jujur dalam lisan

Yaitu sesuainya berita yang diterima dengan yang disampaikan.

Lidah hendaknya selalu dijaga agar menyampaikan berita sesuai fakta yang
sebenarnya.

3. Jujur dalam amaliyah atau perbuatan.

Yaitu beramal dengan sungguh sungguh sehingga perbuatan zhahirnya


tidak menyelisihi kemampuan yang sebenarnya.

Amal perbuatannya adalah sesuai dengan apa yang ada pada dirinya, jadi
bukan karena pencitraan ataupun amalan yang dibuat-buat.

Diantara Keutamaan Jujur

1. Menjadi manusia terbaik.

Rasululloh shallallohu ‘alaihi wasallam ditanya tentang orang yang paling


mulia maka bersabda,

‫ صدوق اللسان‬،‫كل مخموم القلب‬

“Setiap orang yang berhati mulia, dan jujur lisannya”.

(HR. Ibnu Majah /Silsilah Shohihah 948)


96
2. Kecintaan Alloh

Rasululloh shallallohu ‘alaihi wasallam bersabda,

‫ وأحسنوا جوار من‬،‫ واصدقوا إذا حدثتم‬،‫ فأدوا إذا اؤتمنتم‬،‫فإذا أحببتم أن يحبكم هللا ورسوله‬
‫جاوركم‬

“Jika kalian suka untuk dicintai Alloh dan RasulNya, maka tunaikan
amanah yang dipercayakan pada kalian, dan jujurlah ketika bicara, serta
berbuat baiklah pada tetangga kalian”.

(Shohihul Jami’ 1409)

3. Turunnya barokah

Rasululloh shallallohu ‘alaihi wasallam bersabda,

‫ وإن كتما وكذبا محقت بركة‬،‫ فإن صدق وبينا بورك لهما في بيعهما‬،‫البيعان بالخيار ما لم يتفرقا‬
‫بيعهما‬

“Penjual dan pembeli berhak untuk memilih untuk melanjutkan transaksi


atau membatalkannya selama belum berpisah, jika keduanya jujur dan terus
terang maka dilimpahkan barokah pada transaksi mereka.

Namun jika keduanya bohong dan saling menutupi maka hilanglah barokah
pada transaksi keduanya”.

(HR. Bukhari 2079 dan Muslim 1532)

4. Ketenangan batin

Rasulullah shallallohu ‘alaihi wa sallam bersabda,

َ ‫ط َمأْنِينَةٌ َوإِ َّن ْال َكذ‬


ٌ‫ِب ِريبَة‬ ُ َ‫ص ْدق‬
ِّ ِ ‫ع َما يَ ِريبُكَ إِلَى َما َلَ يَ ِريبُكَ فَإ ِ َّن ال‬
ْ َ‫د‬

“Tinggalkanlah yang meragukanmu menuju apa yang tidak meragukanmu.


Sesungguhnya kejujuran itu menenangkan jiwa, sedangkan dusta akan
menggelisahkan jiwa.”

(HR Tirmidzy 2518)

5. Sifat penghuni surga

Allah berfirman,

97
    
   
    
  
  
    
  
  
   
  
  
 


 
15. Katakanlah: "Inginkah aku kabarkan kepadamu apa yang lebih baik dari
yang demikian itu?". untuk orang-orang yang bertakwa (kepada Allah),
pada sisi Tuhan mereka ada surga yang mengalir dibawahnya sungai-
sungai; mereka kekal didalamnya. dan (mereka dikaruniai) isteri-isteri yang
disucikan serta keridhaan Allah. dan Allah Maha melihat akan hamba-
hamba-Nya.(Ali Imron 15-17)

16. (yaitu) orang-orang yang berdoa: Ya Tuhan Kami, Sesungguhnya Kami


telah beriman, Maka ampunilah segala dosa Kami dan peliharalah Kami
dari siksa neraka,"

17. (yaitu) orang-orang yang sabar, yang benar, yang tetap taat, yang
menafkahkan hartanya (di jalan Allah), dan yang memohon ampun di
waktu sahur[187].

[187] Sahur: waktu sebelum fajar menyingsing mendekati subuh.

Hakikat kejujuran

Berkata Imam Junaid,

‫أن تصدق في موطن َل ينجيك منه إَل الكذب‬

98
“Engkau tetap jujur pada kondisi dimana engkau tidak akan selamat kecuali
harus berbohong”

(Madarijus Salikin 2/290)

Pertemuan ke : 13
SKL : Berkepribadian matang, berakhlak mulia dan bermanfaat bagi orang
lain
Materi : Menjaga pergaulan
Kompetensi : Tidak menjadikan orang buruk sebagai teman/sahabat

Indikator : Siswa mampu memilih teman dengan benar

Menjaga Pergaulan

Kesucian diri berarti kemauan seseorang untuk menjalankan hidupnya di


atas syariah Islam tanpa dipaksa ataupun terpaksa. Seseorang yang benar-
benar beriman kepada ALlah, Kitab-Nya, Rasul-Rasul-Nya dan Hari
Pembalasan akan menta'ati Allah karena taqwa dan mencari ridha Allah
semata. Pria dan wanita yang beriman kepada Allah pasti akan menjaga
dirinya agar tidak terjerumus ke dalam jurang maksiat dan dosa. Mereka
senantiasa menjaga kesucian dan kehormatan.

Untuk tujuan inilah Islam menetapkan asas-asas pendidikan akhlaq.


Dengan pendidikan akhlak seseorang dapat mewarnai dirinya dengan sifat-
sifat yang baik dan membersihkan dirinya dari sifat-sifat yang keji. Di
antara sekian banyak akhlak yang diutamakan dalam Islam adalah sifat
haya' (malu). Pengertian haya' sendiri sebetulnya tidak terbatas pada

99
pengertian "malu" saja. Haya adalah satu instrumen yang digunakan untuk
membina kesucian dan menghalangi Mukminin dan Mukminat terjatuh
kedalam dosa dan maksiat. Rasulullah telah menegaskan bahwa:

Malu dan iman itu adalah teman seiring dan sejalan. Bila yang satu
diangkat maka yang lain pun akan terangkat pula
(HR Muslim)

Islam mendidik masyarakat untuk memiliki dan menghayati sifat haya


sehingga
mereka bukan saja terlindung dari dosa dan kejahatan, namun juga
menyadari
bahaya dari niat-niat dan syahwat yang keji serta berusaha menjauhkan diri
daripadanya. Pria dan wanita yang beriman dan telah memiliki sifat haya'
akan senantiasa menjaga kesucian dirinya dari perbuatan dosa. Dalam
hal ini, hendaklah langkah-langkah berikut diambil dengan sangat serius:

1. Suci dari Syahwat yang Tersembunyi

Di dalam hukum Islam, kecenderungan dan syahwat seorang pria terhadap


wanita
di luar nikah adalah sama dengan perbuatan zina. Oleh karena itu nafsu
birahi ketika melihat, bercakap, serta mengunjungi wanita adalah perbuatan
zina. Islam menghukumnya sebagai haram karena ini merupakan langkah-
langkah awal bagi seseorang untuk menuju zina yang sebenarnya.
2. Suci dari Pandangan-pandangan Birahi
Pandangan penuh birahi antara pria dan wanita adalah merupakan pintu
menuju maksiat yang sangat berbahaya. Firman Allah:

100
Katakanlah kepada laki-laki yang beriman: "Hendaklah mereka menahan
panda-
ngan mereka..."Dan katakanlah kepada perempuan-perempuan yang
beriman: "hendaklah mereka menahan pandangan mereka..."
(An-Nur:30-31)

3. Suci dari Sembarang tabarruj jahiliyah


Satu masalah yg biasa terdapat pada wanita yg tidak memiliki sifat haya'
adalah tabarruj, yaitu kesukaan untuk memperlihatkan kecantikan dan
perhiasan dirinya. Biasanya sikap ini bisa dilihat dari pakaian-pakaian yang
berwarna-warni serta berlebih-lebihan, bersolek, hiasan rambut yang
menarik, bau-bauan yang harum semerbak, serta perbuatan-perbuatan lain
yang tujuannya untuk menggoda.
Firman Allah:
...dan janganlah kamu berhias dan bertingkah laku seperti orang-orang
jahiliyah dahulu
(Al-Ahzab:33)

Sabda Rasulullah SAW:


Wanita yang memakai wangi-wangian, kemudian dia keluar dan melewati
suatu kaum (laki-laki ajnabi) agar mereka mencium harum baunya, maka ia
adalah perempuan zina, dan tiap-tiap mata yang memandang itu adalah
berzina
(HR Ahmad, Tabarani, Baihaqi, dan Al-Hakim)

4. Suci dari Penampakkan Aurat

Islam mengajarkan ummatnya untuk menjaga kesucian; satu ajaran yang


tak didapati dalam ajaran-ajaran lain. Bagi pria dan wanita yang beriman,

101
memakai pakaian yang menutup aurat jauh lebih penting daripada memakai
pakaian-pakaian mahal. Secara jelas, Islam telah menetapkan batas-batas
aurat pria dan wanita dan mewajibkan aurat ini tidak diperlihatkan kepada
mereka yang bukan muhrim.

Sebagai kesimpulan, dapatlah difahami bahwa sifat haya' menjadikan


seseorang terlindung dari pencemaran kesucian dirinya. Sifat haya' adalah
produk dari didikan akhlak Islami yang menjadikan seorang yang beriman
bisa menghapuskan segala kecenderungan jahat yang ada dalam dirinya.
Semua tindakan yang diambil Islam adalah ditujukan kepada perbaikan
masyarakat sehingga kelemahan-kelemahan individu tidak meluas menjadi
penyakit masyarakat. Semuanya ini
bertujuan untuk menciptakan satu suasana yang menghalangi
perkembangan maksiat serta gangguan-gangguan yang disebabkan oleh
syahwat.

102
Pertemuan ke : 14
SKL : Berkepribadian matang, berakhlak mulia dan bermanfaat bagi orang
lain
Materi : Birul walidain
Kompetensi : Birul walidain

Indikator : Siswa mampu menjadi anak yang berbakti kepada orang tua

Birrul Walidain

Berbakti Kepada Kedua Orangtua

Allah Ta’ala berfirman,

‫سانَ بِ َوا ِلدَ ْي ِه ُح ْسنًا‬ ِ ْ ‫ص ْينَا‬


َ ‫اإل ْن‬ َّ ‫َو َو‬
“…dan kami telah mewasiatkan kepada manusia agar berbakti terhadap
kedua orang tuanya.” (QS. Al-Ankabut: 8).

‫علَى‬ َ ُ ‫ص َالة‬َّ ‫َّللاِ َقا َل ال‬َّ ‫ي ْال َع َم ِل أ َ َحبُّ ِإلَى‬


ُّ َ ‫سلَّ َم أ‬
َ ‫علَ ْي ِه َو‬ َّ ‫صلَّى‬
َ ُ‫َّللا‬ َ ‫ي‬ َّ ‫سأ َ ْلتُ النَّ ِب‬
َ ‫َّللاِ ب ِْن َم ْسعُو ٍد قَا َل‬ َ ‫ع ْن‬
َّ ‫ع ْب ِد‬ َ
ُ‫َّللاِ قَا َل َحدَّثَنِي ِب ِه َّن َولَ ْو ا ْست َزَ ْدتُه‬
َّ ‫س ِبي ِل‬ ْ
َ ‫ي قَا َل ال ِج َهادُ فِي‬ َ ُ ْ
ٌّ ‫ي قَا َل ِب ُّر ال َوا ِلدَي ِْن قَا َل ث َّم أ‬ َ ُ
ٌّ ‫َو ْقتِ َها قَا َل ث َّم أ‬
‫لَزَ ادَنِي‬.

Dari Abdullah bin Mas’ud radhiyallahu ‘anhu, ia berkata: “Aku bertanya


kepada nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam, ‘Amal apakah yang paling
dicintai Allah?’. Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam menjawab: ‘Shalat tepat
pada waktunya.’ Abdullah bin Mas’ud radhiyallahu ‘anhu bertanya lagi:

103
‘Kemudian amal apa lagi?’ Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam menjawab:
‘Berbakti kepada kedua orang tua.’ Abdullah bin Mas’ud radhiyallahu
‘anhu bertanya lagi: ‘Kemudian amal apa lagi? Nabi shallallahu ‘alaihi wa
sallam menjawab: ‘Jihad di jalan Allah’. (Setelah menyampaikan hadits
ini) Abdullah nin Mas’ud radhiyallahu ‘anhu berkata: “Telah disampaikan
kepadaku dari Rasuluullah shallallahu ‘alaihi wa sallam hal-hal ini,
seandainya aku menambah pertanyaan (kepada Nabi shallallahu ‘alaihi wa
sallam) tentu akan ditambahkan kepadaku jawaban lainnya” (HR.Bukhari)

Dalam hadits ini disebutkan bahwa ‘Abdullah bin Mas’ud radhiyallahu


‘anhu—salah satu ahli fiqih di kalangan shahabat—bertanya kepada
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam,

َّ ‫ي ْالعَ َم ِل أ َ َحبُّ إِلَى‬


ِ‫َّللا‬ ُّ َ ‫أ‬
“Amal apakah yang paling dicintai Allah?”

Diantara jawaban yang beliau sampaikan adalah,

‫ِب ُّر ْال َوا ِلدَي ِْن‬

“Berbakti kepada kedua orang tua.”

Dalam hadits ini birrul walidain disebut oleh Rasulullah shallallahu ‘alaihi
wa sallam setelah as-shalatu ‘ala waqtiha, dan sebelum al-jihadu fi
sabilillah. Hal ini mengisyaratkan bahwa selain as-shalatu ‘ala waqtiha dan
al-jihadu fi sabilillah, birrul walidaian adalah termasuk amal yang utama
dan perlu diperhatikan dengan sungguh-sungguh oleh setiap muslim.

Imam Ath-Thabari rahimahullah berkata, “Kenapa Rasulullah shallallahu


‘alaihi wa sallam hanya menyebutkan tiga perkara ini? Karena, tiga perkara
ini merupakan poros dari ketaatan-ketaatan kepada yang lainnya. Sebab,
orang yang menyia-nyiakan shalat yang diwajibkan hingga keluar dari
waktunya tanpa ada alasan yang bisa diterima, padahal begitu ringan
kerjanya namun besar keutamaannya, maka untuk ketaatan-ketaatan lain,
orang ini akan lebih menyia-nyiakan lagi. Orang yang tidak berbakti
kepada kedua orang tua padahal begitu banyak hak mereka atasnya, maka
kepada orang lain akan lebih tidak berbakti lagi. Begitu juga dengan orang
yang meninggalkan jihad melawan orang-orang kafir padahal mereka

104
begitu memusuhi agama, maka berjihad melawan orang yang bukan kafir,
seperti orang-orang fasik, ia akan lebih meninggalkan lagi. Dengan
demikian, nampak jelas bahwa siapa yang memelihara tiga perkara ini
maka ia akan lebih memelihara lagi untuk perkara lainnya, dan siapa yang
menyia-nyiakannya maka untuk yang lainnya ia akan lebih menyia-nyiakan
lagi.”

Makna Birrul Walidain

Birrul walidain artinya berbudi pekerti yang baik kepada walidain (kedua
orang tua). Al-Birr dimaknai husnul khuluq (budi pekerti yang baik)
berdasarkan hadits An-Nawasi Ibn Sim’an Al-Anshari yang bertanya
kepada Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam tentang makna al-birr dan
al-itsm; dia berkata,

‫اإلثْ ُم َما َحاكَ فِي‬ ِ ْ ‫ق َو‬ ِ ُ‫اإلثْ ِم فَقَا َل ْال ِب ُّر ُحس ُْن ْال ُخل‬
ِ ْ ‫ع ْن ْال ِب ِ ِّر َو‬
َ ‫سلَّ َم‬
َ ‫علَ ْي ِه َو‬ َّ ‫صلَّى‬
َ ُ‫َّللا‬ ُ ‫سأ َ ْلتُ َر‬
َّ ‫سو َل‬
َ ِ‫َّللا‬ َ
ُ َّ‫علَ ْي ِه الن‬
‫اس‬ َّ َ‫صد ِْركَ َو َك ِر ْهتَ أ َ ْن ي‬
َ ‫ط ِل َع‬ َ
“Saya bertanya pada Rasul tentang arti al-Bir dan al-Itsm. Maka
(Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam) menjawab: “Al-Birr adalah budi
pekerti yang baik. Sedangkan al-Itsm adalah apa yang muncul di hatimu,
dan kamu sendiri tidak senang tatkala manusia mengetahuinya.” (HR.
Muslim).

Maka, makna birrul walidain sekurang-kurangnya mencakup sikap: al-


ihsaanu ilaihima (berbuat baik kepada keduanya), al-qiyaamu bi
huquuqihima (menegakkan hak-hak keduanya), iltizaamu thaa’atihima
(komitmen mentaati keduanya), ijtinaabu isaa-atihima (menjauhi perbuatan
yang menyakiti keduanya), dan fi’lu maa yurdhiihimaa (melakukan apa-apa
yang diridhai keduanya).

Birrul Walidain adalah Perintah Allah Ta’ala

Mengenai birrul walidain ini Allah Ta’ala berfirman,

105
‫ي َم ْر ِجعُ ُك ْم‬ َّ َ‫ْس لَكَ بِ ِه ِع ْل ٌم فَ َال ت ُ ِط ْع ُه َما إِل‬
َ ‫سانَ بِ َوا ِلدَ ْي ِه ُح ْسنًا َوإِ ْن َجا َهدَاكَ ِلت ُ ْش ِركَ بِي َما لَي‬ ِ ْ ‫ص ْينَا‬
َ ‫اإل ْن‬ َّ ‫َو َو‬
ُ
َ‫فَأنَبِِّئ ُ ُك ْم بِ َما ُك ْنت ُ ْم ت َ ْع َملُون‬

“Dan Kami wajibkan manusia (berbuat) kebaikan kepada kedua


orangtuanya. Dan jika keduanya memaksamu untuk mempersekutukan Aku
dengan sesuatu yang tidak ada pengetahuanmu tentang itu, maka janganlah
kamu mengikuti keduanya. Hanya kepada-Ku-lah kembalimu, lalu Aku
kabarkan kepadamu apa yang telah kamu kerjakan.” (QS. Al-Ankabut: 8).

Sebab turunnya ayat ini ialah berkenaan dengan peristiwa Sa’ad bin Abu
Waqas radhiyallahu ‘anhu ketika masuk Islam. Ia adalah salah seorang
sahabat Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam yang termasuk as-sabiqunal
awwalun; Ibunya bernama Hamnah binti Abu Sufyan. Setelah Hamnah
mengetahui bahwa Sa’ad secara sembunyi-sembunyi masuk Islam, maka
sang ibu sama sekali tidak rela anaknya meninggalkan agama berhala. Ia
memprotes tindakan Sa’ad dan bersumpah, “Hai Sa’ad, agama apa pula
yang baru engkau ikuti itu? Demi Allah aku tak akan makan dan minum
sampai engkau kembali kepada agama leluhurmu. Atau relakah aku mati
sedang engkau menanggung malu sepanjang zaman gara-gara engkau
meninggalkan agama kita? Engkau pasti dicap orang kelak sebagai
pembunuh ibu kandungmu sendiri”.

Hamnah kemudian tidak makan dan minum sehari semalam lamanya


dengan harapan anaknya kembali murtad dari Islam. Sa’ad tampaknya
tidak menghiraukan protes dari ibunya itu. Di hari yang lain kembali
Hamnah meninggalkan makan dan minum. Waktu itu Sa’ad datang
menengok ibunya dan berkata, “Ibuku, andaikata engkau punya seratus
nyawa, dan nyawa itu keluar dari tubuhmu satu persatu, aku tetap tidak
akan tinggalkan keyakinanku” kata Sa’ad dengan tegas, “Terserah pada
ibulah, apa ibu mau makan atau tidak”. Akhirnya Hamnah berputus asa,
tidak ada harapan lagi anaknya akan berbalik kepada agama berhala.
Karena tak tahan akhirnya ia makan dan minum seperti biasa. Peristiwa
tersebut diabadikan oleh Allah Ta’ala dengan menurunkan ayat di atas.
Allah Ta’ala membenarkan tindakan Sa’ad, yakni tetap berbuat baik
kepada orang tua, tetapi tidak boleh mengikuti kemauannya untuk berbuat
syirik.

Mengenai larangan taat kepada siapa pun jika diajak berbuat maksiat
kepada Allah Ta’ala disebutkan dalam hadits,

106
ِ ‫صيَ ِة ْالخَا ِل‬
‫ق‬ ٍ ‫عةَ ِل َم ْخلُ ْو‬
ِ ‫ق فِ ْي َم ْع‬ َ َ‫َل‬
َ ‫طا‬
“Tidak boleh taat kepada makhluk (manusia) dalam mendurhakai Khaliq.”
(H.R. Ahmad dan Hakim)

Targhib fi Birril Walidain (Motivasi tentang Birrul Walidain)

Pertama, birrul walidain termasuk akhlak para nabi.

Allah Ta’ala menyebut Nabi Yahya bin Zakariya ‘alaihimas salam dengan
ungkapan,

‫صيًّا‬
ِ ‫ع‬ ً ‫َوبَ ًّرا بِ َوا ِلدَ ْي ِه َولَ ْم يَ ُك ْن َجب‬
َ ‫َّارا‬
“Dan seorang yang berbakti kepada kedua orang tuanya, dan bukanlah ia
orang yang sombong lagi durhaka.” (QS. Maryam: 14)

Juga menceritakan tentang Nabi Isa ‘alaihis salam dengan ungkapan,

‫ار ًكا أَيْنَ َما ُك ْنتُ َما د ُْمتُ َحيًّا َوبَ ًّرا بِ َوا ِلدَتِي َولَ ْم‬ َ ‫ي ْال ِكت‬
َ َ‫َاب َو َجعَلَنِي نَبِيًّا َو َجعَلَنِي ُمب‬ َ ِ‫َّللاِ آَت َان‬ َ ‫قَا َل إِ ِنِّي‬
َّ ُ‫ع ْبد‬
‫ش ِقيًّا‬ ً ‫َيجْ َع ْل ِني َجب‬
َ ‫َّارا‬

“Berkata Isa: ‘Sesungguhnya aku ini hamba Allah, Dia memberiku Al


Kitab (Injil) dan Dia menjadikan aku seorang nabi, dan Dia menjadikan
aku seorang yang diberkati di mana saja aku berada, dan Dia
memerintahkan kepadaku (mendirikan) shalat dan (menunaikan) zakat
selama aku hidup; berbakti kepada ibuku, dan Dia tidak menjadikan aku
seorang yang sombong lagi celaka.’” (QS. Maryam: 30-32)

Kedua, birrul walidain lebih diutamakan dari jihad.

Abdullah bin Ash ia berkata,

ٌّ ‫فَا ْست َأْذَنَهُ فِى ْال ِج َها ِد فَقَا َل أ َ َح‬


ِّ ِ ‫ قَا َل –صلى هللا عليه وسلم – َجا َء َر ُج ٌل ِإلَى النَّ ِب‬. ‫ قَا َل نَ َع ْم‬. َ‫ى َوا ِلدَاك‬
‫ى‬
ْ‫فَ ِفي ِه َما فَ َجا ِهد‬

“Seorang laki-laki datang kepada Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam lalu


meminta kepada beliau untuk berjihad. Maka beliau bersabda, ‘Apakah
kedua orang tuamu masih hidup?’ Ia menjawab, ‘Ya.’ Beliau pun bersabda,
107
‘Maka bersungguh-sungguhlah dalam berbakti kepada keduanya.’” (HR. Al
Bukhari dan Muslim)

.ِ‫َّللا‬ َ َ‫ فَقَا َل أ ُ َبا ِيعُك‬-‫صلى هللا عليه وسلم‬- ِ‫َّللا‬


َّ َ‫علَى ْال ِهجْ َر ِة َو ْال ِج َها ِد أ َ ْبت َ ِغى اْلَجْ َر ِمن‬ َّ ‫ى‬ ِّ ِ ‫أ َ ْق َب َل َر ُج ٌل ِإلَى نَ ِب‬
‫ار ِج ْع ِإلَى‬ ْ َ‫ قَا َل ف‬.‫ قَا َل نَعَ ْم‬.ِ‫َّللا‬ ٌّ ‫قَا َل فَ َه ْل ِم ْن َوا ِلدَيْكَ أ َ َحدٌ َح‬
َّ َ‫ قَا َل فَت َ ْبت َ ِغى اْلَجْ َر ِمن‬.‫ قَا َل نَ َع ْم بَ ْل ِكالَ ُه َما‬.‫ى‬
ُ ‫َوا ِلدَيْكَ فَأَحْ س ِْن‬
‫صحْ بَت َ ُه َما‬

Seorang laki-laki datang kepada Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam


lalu berkata, “Saya berbai’at kepadamu untuk berhijrah dan berjihad, aku
mengharapkan pahala dari Allah.” Beliau bertanya, “Apakah salah satu
orang tuamu masih hidup?” Ia menjawab, “Ya, bahkan keduanya masih
hidup.” Rasulullah bertanya lagi, “Maka apakah kamu masih akan mencari
pahala dari Allah?” Ia menjawab, “Ya.” Maka beliau pun bersabda,
“Pulanglah kepada kedua orang tuamu lalu berbuat baiklah dalam
mempergauli mereka.” (HR. Muslim)

َ‫ِيرك‬ُ ‫َّللاِ أ َ َردْتُ أ َ ْن أ َ ْغ ُز َو َو َق ْد ِجئْتُ أ َ ْست َش‬ َّ ‫سو َل‬ ُ ‫سلَّ َم فَقَا َل َيا َر‬ َ ‫علَ ْي ِه َو‬ َّ ‫صلَّى‬
َ ُ‫َّللا‬ ِّ ‫أ َ َّن َجا ِه َمةَ َجا َء ِإلَى النَّ ِب‬
َ ِ‫ي‬
‫فَقَا َل ه َْل لَكَ ِم ْن أ ُ ٍ ِّم قَا َل نَ َع ْم قَا َل فَ ْالزَ ْم َها فَإ ِ َّن ْال َجنَّةَ تَحْ تَ ِرجْ لَ ْي َها‬

Jahimah pernah datang kepada Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam lalu


berkata, “Ya Rasulullah, aku ingin berperang dan sungguh aku datang
untuk meminta pendapatmu.” Beliau bertanya, “Apakah engkau masih
memiliki ibu?” Ia menjawab, “Ya.” Maka beliau pun bersabda, “Tetaplah
bersamanya karena sesungguhnya surga ada di kakinya.” (HR. Ibnu Majah
dan An Nasa’i)

Ketiga, kedua orang tua adalah pihak keluarga yang paling berhak
diperlakukan dengan baik.

Dari Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu, ia berkata,

َّ ‫سو ِل‬
ِ‫َّللا‬ ُ ‫ص َحا َبتِى َقا َل –صلى هللا عليه وسلم – َجا َء َر ُج ٌل ِإلَى َر‬ َ ‫َّللاِ َم ْن أ َ َح ُّق ِب ُحس ِْن‬
َّ ‫سو َل‬ ُ ‫فَقَا َل َيا َر‬
َ‫ قَا َل ث ُ َّم َم ْن قَا َل « ث ُ َّم أَبُوك‬. » َ‫ قَالَ ث ُ َّم َم ْن قَا َل « أ ُ ُّمك‬. » َ‫ قَا َل ث ُ َّم َم ْن قَا َل « أ ُ ُّمك‬. » َ‫» « أ ُ ُّمك‬

“Seorang pria pernah mendatangi Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam


lalu berkata, ‘Siapa dari kerabatku yang paling berhak aku berbuat baik?’
Beliau shallallahu ‘alaihi wa sallam mengatakan, ‘Ibumu’. Dia berkata lagi,
‘Kemudian siapa lagi?’ Beliau shallallahu ‘alaihi wa sallam mengatakan,
‘Ibumu.’ Dia berkata lagi, ‘Kemudian siapa lagi?’ Beliau shallallahu ‘alaihi

108
wa sallam mengatakan, ‘Ibumu’. Dia berkata lagi, ‘Kemudian siapa lagi?’
Beliau shallallahu ‘alaihi wa sallam mengatakan, ‘Ayahmu’.” (HR. Bukhari
dan Muslim)

An Nawawi rahimahullah mengatakan, “Dalam hadits ini terdapat


dorongan untuk berbuat baik kepada kerabat dan ibu lebih utama dalam hal
ini, kemudian setelah itu adalah ayah, kemudian setelah itu adalah anggota
kerabat yang lainnya. Para ulama mengatakan bahwa ibu lebih diutamakan
karena keletihan yang dia alami, curahan perhatiannya pada anak-anaknya,
dan pengabdiannya. Terutama lagi ketika dia hamil, melahirkan (proses
bersalin), ketika menyusui, dan juga tatkala mendidik anak-anaknya sampai
dewasa.” (Syarh Muslim, 8/331)

Hal senada disebutkan dalam hadits dari Al Miqdam bin Ma’dikarib,


bahwa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,

ِ ‫ب فَ ْاْل َ ْق َر‬
‫ب‬ ِ ‫ُوصي ُك ْم ِب ْاْل َ ْق َر‬ َّ ‫ُوصي ُك ْم ِبآ َبا ِئ ُك ْم ِإ َّن‬
ِ ‫َّللاَ ي‬ َّ ‫ُوصي ُك ْم بِأ ُ َّم َها ِت ُك ْم ث َ َالثًا ِإ َّن‬
ِ ‫َّللاَ ي‬ َّ ‫ِإ َّن‬
ِ ‫َّللاَ ي‬
“Sesungguhnya Allah telah mewasiyatkan kalian supaya berbakti kepada
ibu-ibu kalian -beliau mengucapkan hingga tiga kali-, berbakti kepada
bapak-bapak kalian, berbakti kepada kaum kerabat kalian, lalu kepada
kerabat yang lebih dekat lagi.” (HR. Ibnu Majah)

Keempat, tetap wajib birrul walidain walaupun mereka tergolong


musyrikin.

Di awal risalah ini telah dikemukakan perihal Sa’ad bin Abi Waqash, Allah
Ta’ala membenarkan tindakan Sa’ad, yakni tetap berbuat baik kepada
orang tua, tetapi tidak boleh mengikuti kemauannya untuk berbuat syirik.

Hadits lain yang menyebutkan kebolehan berbuat baik kepada orang tua
yang musyrik dapat kita ketahui dari riwayat berikut,

ُ‫عا َهدَ ُه ْم فَا ْست َ ْفتَيْت‬ َ ‫ِي ُم ْش ِر َكةٌ فِي‬


َ ‫ع ْه ِد قُ َري ٍْش إِ ْذ‬ ُ َّ َ‫عل‬ ْ ‫ت قَ ِد َم‬ ْ َ‫ت أَبِي بَ ْك ٍر قَال‬ ِ ‫ع ْن أ َ ْس َما َء بِ ْن‬
َ ‫ي أ ِ ِّمي َوه‬ َ ‫ت‬ َ
ُ
‫ص ُل أ ِ ِّمي قَا َل نَعَ ْم‬ ِ َ ‫ِي َرا ِغبَةٌ أَفَأ‬ ُ َّ َ‫عل‬ ْ ‫َّللاِ قَ ِد َم‬
َّ ‫سو َل‬ُ ‫سلَّ َم فَقُ ْلتُ يَا َر‬
َ ‫علَ ْي ِه َو‬ َّ ‫صلَّى‬ َّ ‫سو َل‬
َ ‫ي أ ِ ِّمي َوه‬ َ ‫ت‬ َ ُ‫َّللا‬ َ ِ‫َّللا‬ ُ ‫َر‬
‫ص ِلي أ ُ َّم ِك‬ ِ

109
Dari Asma` binti Abu Bakar ia berkata, “(Ketika terjadi gencatan senjata
dengan kaum Quraisy) ibuku mendatangiku yang ketika itu masih musyrik.
Lalu aku meminta pendapat Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam, saya
bertanya, ‘Wahai Rasulullah, Ibuku mendatangiku karena rindu padaku.
Bolehkah aku menjalin silaturahmi dengan Ibuku?’ Beliau menjawab, ‘Ya,
sambunglah silaturahmi dengan ibumu.’” (HR. Muslim)

Fadhlu Birril Walidain (Keutamaan Birrul Walidain)

Pertama, birrul walidain termasuk amal yang dicintai Allah Ta’ala. Hadits
di awal risalah ini menunjukkan hal ini dengan sangat jelas.

‫علَى‬ َ ُ ‫ص َالة‬ َّ ‫ي ْال َع َم ِل أ َ َحبُّ ِإلَى‬


َّ ‫َّللاِ َقا َل ال‬ ُّ َ ‫سلَّ َم أ‬
َ ‫علَ ْي ِه َو‬ َّ ‫صلَّى‬
َ ُ‫َّللا‬ َ ‫ي‬ َّ ‫سأ َ ْلتُ النَّ ِب‬
َ ‫َّللاِ ب ِْن َم ْسعُو ٍد قَا َل‬ َ ‫ع ْن‬
َّ ‫ع ْب ِد‬ َ
ُ‫َّللاِ قَا َل َحدَّثَنِي بِ ِه َّن َولَ ْو ا ْست َزَ ْدتُه‬
َّ ‫سبِي ِل‬ َ ‫ي قَا َل ْال ِج َهادُ فِي‬ ٌّ َ ‫ي قَا َل بِ ُّر ْال َوا ِلدَي ِْن قَا َل ث ُ َّم أ‬
ٌّ َ ‫َو ْقتِ َها قَا َل ث ُ َّم أ‬
‫لَزَ ادَ ِني‬.

Dari Abdullah bin Mas’ud radhiyallahu ‘anhu, ia berkata: “Aku bertanya


kepada nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam, ‘Amal apakah yang paling
dicintai Allah?’. Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam menjawab: ‘Shalat tepat
pada waktunya.’ Abdullah bin Mas’ud radhiyallahu ‘anhu bertanya lagi:
‘Kemudian amal apa lagi?’ Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam menjawab:
‘Berbakti kepada kedua orang tua.’ Abdullah bin Mas’ud radhiyallahu
‘anhu bertanya lagi: ‘Kemudian amal apa lagi? Nabi shallallahu ‘alaihi wa
sallam menjawab: ‘Jihad di jalan Allah’. (Setelah menyampaikan hadits
ini) Abdullah nin Mas’ud radhiyallahu ‘anhu berkata: “Telah disampaikan
kepadaku dari Rasuluullah shallallahu ‘alaihi wa sallam hal-hal ini,
seandainya aku menambah pertanyaan (kepada Nabi shallallahu ‘alaihi wa
sallam) tentu akan ditambahkan kepadaku jawaban lainnya” (HR.Bukhari)

Kedua, birrul walidain menjadi sebab diampuninya dosa besar.

‫ع ِظي ًما فَ َه ْل ِلى ِم ْن ت َْوبَ ٍة قَا َل ه َْل‬ َ ‫صبْتُ ذَ ْنبًا‬َ َ ‫َّللاِ إِنِِّى أ‬
َّ ‫سو َل‬ َّ ِ‫أ َت َى النَّب‬
ُ ‫ فَقَا َل يَا َر‬-‫صلى هللا عليه وسلم‬- ‫ى‬
‫ قَا َل فَبِ َّرهَا‬.‫ قَا َل نَ َع ْم‬.ٍ‫ قَا َل ه َْل لَكَ ِم ْن خَالَة‬.َ‫ قَا َل َل‬.‫لَكَ ِم ْن أ ُ ٍ ِّم‬

Seorang laki-laki datang menghadap Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam lalu


berkata, “Sesungguhnya aku telah melakukan satu dosa yang sangat besar.

110
Apakah aku bisa bertaubat?” Beliau balik bertanya, “Apakah engkau masih
memiliki ibu?” ia menjawab, “Tidak.” Beliau bertanya lagi, “Apakah
engkau masih memiliki bibi (saudari ibu)?” Ia menjawab, “Ya.” Maka
beliau bersabda, “Berbaktilah kepadanya.” (HR. Tirmidzi)

Ketiga, birrul walidain menjadi salah satu sebab dipanjangkannya umur


dan ditambahnya rizki.

Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,

ِ َ‫ع ْم ِر ِه َويُزَ ادَ لَهُ فِى ِر ْزقِ ِه فَ ْليَبَ َّر َوا ِلدَ ْي ِه َو ْلي‬
ُ‫ص ْل َر ِح َمه‬ ُ ‫س َّرهُ أ َ ْن يُ َمدَّ لَهُ فِى‬
َ ‫َم ْن‬
“Siapa yang ingin dipanjangkan umurnya dan ditambah rezekinya, maka
hendaklah ia berbakti kepada kedua orang tuanya dan menyambung
silaturahim” (HR. Ahmad)

Keempat, birrul walidain adalah salah satu bentuk ketaatan kepada Allah
Ta’ala dan menjadi sebab teraihnya keridhaan.

Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,

‫ص َيةُ ْال َوا ِل ِد‬


ِ ‫َّللاِ َم ْع‬ ِ ‫ َو َم ْع‬،ِ‫عةُ ْال َوا ِلد‬
َّ ُ‫ص َية‬ َّ ُ‫عة‬
َ ِ‫َّللا‬
َ ‫طا‬ َ
َ ‫طا‬
“Taat kepada Allah (salah satu bentuknya) adalah taat kepada orang tua.
Durhaka terhadap Allah (salah satu bentuknya) adalah durhaka kepada
orang tua” (HR. Thabrani)

‫َط ْال َوا ِل ِد‬


ِ ‫سخ‬
َ ‫الربِّ ِ فِى‬
َّ ‫ط‬ َ ‫ضا ْال َوا ِل ِد َو‬
ُ ‫س َخ‬ َ ‫الربِّ ِ فِى ِر‬
َّ ‫ضا‬
َ ‫ِر‬
“Keridhaan Tuhan ada pada keridhaan orang tua dan kemurkaan Tuhan ada
pada kemurkaan orang tua” (HR. Tirmidzi)

Kelima, birrul walidain adalah salah satu amal yang menghantarkan ke


surga.

Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,

111
« ‫َّللاِ قَا َل « َم ْن أَد َْركَ َوا ِلدَ ْي ِه ِع ْندَ ْال ِكبَ ِر‬ ُ ‫ قِي َل َم ْن يَا َر‬.» ُ‫َر ِغ َم أ َ ْنفُهُ ث ُ َّم َر ِغ َم أ َ ْنفُهُ ث ُ َّم َر ِغ َم أ َ ْنفُه‬
َّ ‫سو َل‬
َ‫» أ َ َحدَ ُه َما أ َ ْو ِكلَ ْي ِه َما ث ُ َّم لَ ْم َي ْد ُخ ِل ْال َجنَّة‬

“Sungguh terhina, sungguh terhina, sungguh terhina.” Ada yang bertanya,


“Siapa, wahai Rasulullah?” Beliau bersabda, “(Sungguh hina) seorang yang
mendapati kedua orang tuanya yang masih hidup atau salah satu dari
keduanya ketika mereka telah tua, namun justru ia tidak masuk surga.”
(HR. Muslim)

ْ َ‫اب أ َ ِو احْ ف‬
ُ‫ظه‬ َ ‫ض ْع ذَلِكَ ْال َب‬
ِ َ ‫ب ْال َجنَّ ِة فَإ ِ ْن ِشئْتَ فَأ‬
ِ ‫ط أَب َْوا‬ َ ‫ْال َوا ِلدُ أ َ ْو‬
ُ ‫س‬

“Orang tua adalah paling pertengahan dari pintu-pintu surga. Jika kamu
mau, sia-siakanlah pintu itu (kau tidak mendapat surga) atau jagalah ia
(untuk mendapatkan pintu surga itu).” (HR. Tirmidzi dan Ibnu Majah)

Unsur-unsur Birrul Walidain

Ketika kita ingin berbakti kepada kedua orang tua, ada unsur-unsur sikap
dan akhlak yang harus kita penuhi, yaitu:

Pertama, al–muhafadhatu ‘alal qaul (memelihara tutur kata)

Seorang anak hendaknnya menjaga dan memelihara tutur katanya di


hadapan orang tua, terlebih terhadap mereka yang sudah berusia lanjut;
jangan sampai perkataan atau perbuatannya menyinggung perasaan
mereka, sebagaimana dijelaskan oleh Allah Ta’ala,

‫سانًا ۚ إِ َّما يَ ْبلُغ ََّن ِع ْندَكَ ْال ِكبَ َر أ َ َحدُ ُه َما أ َ ْو ِك َال ُه َما فَ َال تَقُ ْل‬
َ ْ‫ض ٰى َربُّكَ أ َ ََّل ت َ ْعبُد ُوا إِ ََّل إِيَّاهُ َوبِ ْال َوا ِلدَي ِْن إِح‬
َ َ‫َوق‬
ٍ ِّ ُ ‫لَ ُه َما أ‬
‫ف َو ََل ت َ ْن َه ْر ُه َما َوقُ ْل لَ ُه َما قَ ْو ًَل َك ِري ًما‬

“Dan Tuhanmu telah memerintahkan supaya kamu jangan menyembah


selain Dia dan hendaklah kamu berbuat baik pada ibu bapakmu dengan
sebaik-baiknya. Jika salah seorang di antara keduanya atau kedua-duanya
sampai berumur lanjut dalam pemeliharaanmu, maka sekali-kali janganlah
kamu mengatakan kepada keduanya perkataan “ah” dan janganlah kamu
membentak mereka dan ucapkanlah kepada mereka perkataan yang mulia.”
(QS. Al-Isra, 17: 23)

Kedua, al-khafdhul janaah (merendahkan ‘sayap’, yakni bersikap sopan).

112
Gestur seorang anak hendaknya menunjukkan sikap merendahkan diri
kepada kedua orangtuanya dengan penuh kasih sayang dan mendoakan
mereka agar keduanya dikasihi Allah Ta’ala.

Allah Ta’ala berfirman,

‫يرا‬ َ ‫ار َح ْم ُه َما َك َما َربَّ َيانِي‬


ً ‫ص ِغ‬ َّ َ‫ض لَ ُه َما َجنَا َح الذُّ ِِّل ِمن‬
ْ ِ ِّ‫الرحْ َم ِة َوقُ ْل َرب‬ ْ ‫َو‬
ْ ‫اخ ِف‬
“Dan rendahkanlah dirimu terhadap mereka berdua dengan penuh
kesayangan dan ucapkanlah: ‘Wahai Tuhanku, kasihilah mereka keduanya,
sebagaimana mereka berdua telah mendidik aku waktu kecil’” (QS. Al-Isra,
17: 24)

.Ketiga, at-tha’atul mushahabah (taat dan akrab)

Seorang anak hendaknya menanamkan ketaatan dan keakraban terhadap


kedua orang tuanya. Manakala terpaksa harus tidak mentaatinya pun—
karena perintah keduanya mengarah kepada kemaksiatan—sikap
mushahabah (keakraban) tetap harus dijaga. Allah Ta’ala berfirman,

‫اح ْب ُه َما ِفي الدُّ ْن َيا َم ْع ُروفًا ۖ َواتَّبِ ْع‬ ِ ‫ص‬ َ ‫ْس لَكَ ِب ِه ِع ْل ٌم فَ َال ت ُ ِط ْع ُه َما ۖ َو‬
َ ‫علَ ٰى أ َ ْن ت ُ ْش ِركَ ِبي َما لَي‬
َ َ‫َو ِإ ْن َجا َهدَاك‬
َ‫ي َم ْر ِجعُ ُك ْم فَأُنَ ِبِّئ ُ ُك ْم ِب َما ُك ْنت ُ ْم ت َ ْع َملُون‬َّ َ‫ي ۚ ث ُ َّم ِإل‬ َ ‫س ِبي َل َم ْن أَن‬
َّ َ‫َاب ِإل‬ َ
“Dan jika keduanya memaksamu untuk mempersekutukan dengan Aku
sesuatu yang tidak ada pengetahuanmu tentang itu, maka janganlah kamu
mengikuti keduanya, dan pergaulilah keduanya di dunia dengan baik, dan
ikutilah jalan orang yang kembali kepada-Ku, kemudian hanya kepada-
Kulah kembalimu, maka Kuberitakan kepadamu apa yang telah kamu
kerjakan.” (QS. Luqman, 31:15)

Keempat, tsabatul birri ba’da wafatihima (tetap berbakti setelah keduanya


wafat).

Kita tetap berkewajiban berbakti kepada kedua orang tua meski keduanya
telah wafat. Dalam Al-Qur’an disebutkan bahwa Allah Ta’ala memberikan
kesempatan kepada manusia untuk memiliki simpanan amal kebaikan
setelah wafatnya yang dapat diperoleh diantaranya dari anak-anaknya yang
shaleh dan shalehah.

‫ف ي َُر ٰى ث ُ َّم يُجْ زَ اهُ ْال َجزَ ا َء ْاْل َ ْوفَ ٰى‬ َ ‫سعَ ٰى َوأ َ َّن‬
َ ُ‫س ْعيَه‬
َ ‫س ْو‬ َ ‫ان إِ ََّل َما‬
ِ ‫س‬َ ‫ْل ْن‬ َ ‫َوأ َ ْن لَي‬
ِ ْ ‫ْس ِل‬

113
“…dan bahwasanya seorang manusia tiada memperoleh selain apa yang
telah diusahakannya, dan bahwasanya usaha itu kelak akan diperlihatkan
(kepadanya). Kemudian akan diberi balasan kepadanya dengan balasan
yang paling sempurna…” (QS. An-Najm ayat, 53: 39-41)

Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,

ُ‫عو لَه‬ َ ‫اريَ ٍة َو ِع ْل ٍم يُ ْنتَفَ ُع بِ ِه َو َولَ ٍد‬


ُ ‫صا ِلحٍ يَ ْد‬ َ ‫ع َملُهُ إِ ََّل ِم ْن ث َ َالث َ ٍة ِم ْن‬
ِ ‫صدَقَ ٍة َج‬ َ َ‫ان ا ْنق‬
َ ‫ط َع‬ ُ ‫س‬ ِ ْ َ‫إِذَا َمات‬
َ ‫اإل ْن‬
“Jika seseorang meninggal dunia, maka terputuslah amalannya kecuali tiga
perkara (yaitu): sedekah jariyah, ilmu yang dimanfaatkan, atau do’a anak
yang shaleh” (HR. Muslim)

Juga diriwayatkan dari Abu Usaid Malik bin Rabi’ah As-Sa’idi, ia berkata,

‫َّللاِ ه َْل‬َّ ‫سو َل‬ ُ ‫س ِل َمةَ فَقَا َل َيا َر‬ َ ‫ ِإذَا َجا َءهُ َر ُج ٌل ِم ْن َب ِنى‬-‫صلى هللا عليه وسلم‬- ِ‫َّللا‬ َّ ‫سو ِل‬ ُ ‫َب ْينَا نَحْ ُن ِع ْندَ َر‬
ُ ‫ار لَ ُه َما َو ِإ ْنفَاذ‬ ِ ‫علَ ْي ِه َما َو‬
ُ َ‫اَل ْستِ ْغف‬ َ ُ ‫صالَة‬َّ ‫َى ٌء أَبَ ُّر ُه َما ِب ِه بَ ْعدَ َم ْوتِ ِه َما قَا َل « َن َع ِم ال‬
ْ ‫ىش‬ َّ ‫ى ِم ْن ِب ِ ِّر أَبَ َو‬
َ ‫بَ ِق‬
‫صدِي ِق ِه َما‬ َ ‫ص ُل إَِلَّ بِ ِه َما َوإِ ْك َرا ُم‬َ ‫الر ِح ِم الَّتِى َلَ تُو‬
َّ ُ‫صلَة‬
ِ ‫ع ْه ِد ِه َما ِم ْن بَ ْع ِد ِه َما َو‬
َ ».
“Suatu saat kami pernah berada di sisi Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa
sallam. Ketika itu ada datang seseorang dari Bani Salimah, ia berkata,
‘Wahai Rasulullah, apakah masih ada bentuk berbakti kepada kedua orang
tuaku ketika mereka telah meninggal dunia?’ Nabi shallallahu ‘alaihi wa
sallam menjawab, ‘Iya (yaitu dengan) mendo’akan keduanya, meminta
ampun untuk keduanya, memenuhi janji mereka setelah meninggal dunia,
menjalin hubungan silaturahim (kekerabatan) dengan keluarga kedua orang
tua yang tidak pernah terjalin dan memuliakan teman dekat keduanya.’”
(HR. Abu Daud dan Ibnu Majah)

Sekilas Kisah-kisah Para Nabi dan Sahabat Rasulullah shallallahu ‘alaihi


wa sallam dalam Mempraktekkan Birrul Walidain

Nabi Ibrahim ‘alaihis salam

Nabi Ibrahim ‘alaihis salam mempunyai ayah yang bernama Azar yang
aqidah-nya berseberangan dengan Nabi Ibrahim ‘alaihis salam. Tetapi
beliau tetap menunjukan sikap birrul walidain yang dilakukan seorang anak
kepada bapaknya. Dalam menegur ayahnya, beliau menggunakan kata-kata
yang santun dan ketika mengajaknya agar mengikuti jalan yang lurus,
dipilihnya tutur kata yang lemah lembut. Hal ini dikisahkan oleh Allah
Ta’ala melalui firman-Nya,

114
‫ْص ُر َو ََل‬ ِ َ‫صدِِّيقًا نَبِيًّا إِ ْذ قَا َل ِْلَبِي ِه يَا أَب‬
ِ ‫ت ِل َم ت َ ْعبُدُ َما ََل يَ ْس َم ُع َو ََل يُب‬ ِ َ‫ِيم ۚ إِنَّهُ َكان‬
َ ‫ب إِب َْراه‬ ِ ‫َوا ْذ ُك ْر فِي ْال ِكت َا‬
‫ت ََل ت َ ْعبُ ِد‬ِ ‫س ِويًّا َيا أ َ َب‬ ً ‫ص َرا‬
َ ‫طا‬ ِ َ‫ت ِإ ِنِّي قَ ْد َجا َءنِي ِمنَ ْال ِع ْل ِم َما لَ ْم َيأْتِكَ فَات َّ ِب ْعنِي أ َ ْهدِك‬ِ ‫ش ْيئًا َيا أ َ َب‬
َ َ‫ع ْنك‬ َ ‫يُ ْغنِي‬
َ‫الرحْ ٰ َم ِن فَت َ ُكون‬َّ َ‫عذَابٌ ِمن‬ َ َ‫َاف أ َ ْن يَ َمسَّك‬ ُ ‫ت ِإ ِنِّي أَخ‬ ِ َ‫صيًّا يَا أَب‬ ِ ‫ع‬ َ ‫لرحْ ٰ َم ِن‬
َّ ‫طانَ َكانَ ِل‬ َ ‫ش ْي‬َّ ‫طانَ ۖ إِ َّن ال‬َ ‫ش ْي‬
َّ ‫ال‬
‫ان َو ِليًّا‬ِ ‫ط‬ َ ‫ش ْي‬
َّ ‫ِلل‬

“Ceritakanlah (Hai Muhammad) kisah Ibrahim di dalam Al Kitab (Al


Quran) ini. Sesungguhnya ia adalah seorang yang sangat membenarkan lagi
seorang Nabi. Ingatlah ketika ia berkata kepada bapaknya; ‘Wahai
bapakku, mengapa kamu menyembah sesuatu yang tidak mendengar, tidak
melihat dan tidak dapat menolong kamu sedikitpun? Wahai bapakku,
sesungguhnya telah datang kepadaku sebahagian ilmu pengetahuan yang
tidak datang kepadamu, maka ikutilah aku, niscaya aku akan menunjukkan
kepadamu jalan yang lurus. Wahai bapakku, janganlah kamu menyembah
syaitan. Sesungguhnya syaitan itu durhaka kepada Tuhan Yang Maha
Pemurah. Wahai bapakku, sesungguhnya aku khawatir bahwa kamu akan
ditimpa azab dari Tuhan Yang Maha Pemurah, maka kamu menjadi kawan
bagi syaitan’” (QS. Maryam, 19 : 41- 45)

Muhammad Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam

Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam ditinggal wafat oleh ayahnya,


Abdullah bin Abdul Muthalib, saat beliau masih dalam kandungan ibunya,
Aminah. Ketika berusia 6 tahun, beliau diajak ibunya untuk berziarah ke
makam ayahnya dengan perjalanan yang cukup jauh. Dalam perjalanan
pulang, ibunda beliau jatuh sakit tepatnya didaerah Abwa hingga akhirnya
meninggal dunia. Setelah itu Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam
diasuh oleh pamannya Abu Thalib. Rasulullah shallallallahu ‘alaihi wa
sallam menunjukan sikap yang mulia kepada pamannya walaupun berbeda
aqidah. Rasulullah shallallallahu ‘alaihi wa sallam pun menunjukkan sikap
berbakti kepada bibinya yang bernama Shafiyah binti Abdil Mutthalib.

Abu Bakar As–Shiddiq radhiyallahu ‘anhu

Abu Bakar As-Shiddiq radhiyallahu ‘anhu adalah sahabat Rasulullah


shallallahu ‘alaihi wa sallam yang patut diteladani dalam hal berbaktinya
terhadap orang tua. Disaat orang tuanya telah memasuki usia yang sangat
udzur, bukan hanya perkataan yang lemah lembut dan sikap yang baik
saja yang ditunjukkannya, melainkan beliau juga dapat mengajak
bapaknya, yakni Abu Quhafah untuk masuk Islam pada peristiwa Futuh

115
Makkah. Hal ini telah dinanti oleh Abu Bakar As-Shiddiq radhiyallahu
‘anhu dengan cukup lama.

Sa’ad bin Abi Waqash radhiyallahu ‘anhu

Kisahnya telah disebutkan sebelumnya; Sa’ad bin Abi Waqash


radhiyallahu ‘anhu menerapkan bagaimana birrul walidain kepada
orangtuanya yang musyrik dengan tetap mempertahankan keimanan kepada
Allah Ta’ala dan Rasul-Nya. Saat ibunya mengetahui bahwa Sa’ad
memeluk agama Islam, ibunya mempengaruhinya agar dia keluar dari
Islam, sedangkan Sa’ad terkenal sebagai anak muda yang sangat berbakti
kepada orang tuanya. Ibunya sampai mengancam jika Sa’ad tidak keluar
dari Islam, maka ia tidak akan makan dan minum sampai mati. Dengan
kata-kata yang lembut Sa’ad merayu ibunya , “Jangan kau lakukan hal itu
wahai Ibunda, tetapi saya tetap tidak akan meninggalkan agama ini walau
apapun resikonya”. Tidak bosan-bosannya Sa’ad menjenguk ibunya dan
tetap berbuat baik kepadanya serta menegaskan hal yang sama dengan
lemah lembut sampai suatu ketika ibunya menyerah dan menghentikan
mogok makannya.

Demikianlah sekelumit pembahasan tentang birrul walidain. Semoga Allah


Ta’ala senantiasa membimbing kita menjadi orang-orang yang mampu
berbakti kedua orang tua.

116
Pertemuan ke : 15
SKL : Menjadi pribadi yang bersungguh-sungguh, disiplin dan mampu
menahan nafsunya
Materi : Menjauhi tempat-tempat maksiat
Kompetensi : Manjauhi tempat- tempat yang haram

Indikator : Siswa mampu menjauhi tempat –tempat yang haram dengan sangat
baik

Menjauhi Tempat-Tempat Yang Haram

Menjauhi tempat-tempat yang haram adalah sebuah keharusan, karena ia


mengandung berbagai macam bahaya. Yang dimaksud dengan tempat-
tempat yang haram adalah tempat-tempat yang dijadikan sarana perbuatan
maksiat, atau di sana diperjualbelikan barang-barang yang haram baik
secara terang-terangan maupun tersembunyi, legal maupun illegal, seperti:
tempat pelacuran, perjudian, bioskop yang memutar film-film haram,
tempat penjualan atau penyewaan barang-barang haram dan sejenisnya.

117
Hamba Allah yang beriman selalu berusaha menjaga keimanannya agar
tidak melemah dan terkikis. Diantara hal-hal yang dapat melemahkan iman
adalah mendekati tempat-tempat yang di dalamnya dilakukan perbuatan-
perbuatan yang haram.

Allah Ta’ala berfirman tentang salah satu sifat hamba-hambaNya yang


beriman:

‫َوإِذَا َم ُّروا بِاللَّ ْغ ِو َم ُّروا ِك َرا ًما‬

…“ apabila mereka bertemu dengan (orang-orang) yang mengerjakan


perbuatan-perbuatan yang tidak berfaedah, mereka lalui (saja) dengan
menjaga kehormatan dirinya. ”(QS. Al-Furqan, 25: 72)

Bila perbuatan-perbuatan yang tidak berfaidah saja harus ditinggalkan,


apalagi dengan perbuatan-perbuatan yang haram.
ً ِ‫سب‬
‫يال‬ َ ‫شةً َو‬
َ ‫سا َء‬ ِّ ِ ‫َو ََل ت َ ْق َربُوا‬
ِ َ‫الزنَا ِإنَّهُ َكانَ ف‬
َ ‫اح‬

“ Janganlah kamu mendekati zina; Sesungguhnya zina itu adalah suatu


perbuatan yang keji, dan suatu jalan yang buruk. ”(QS. Al-Isra, 17: 32)

Allah Ta’ala mengharamkan mendekati zina yakni melakukan perbuatan


yang dapat menjerumuskan kepada zina seperti berdua-duan dengan lawan
jenis yang bukan mahram, melihat aurat lawan jenis baik langsung atau
melalui media, atau mendekati tempat-tempat perbuatan zina.

Dari ayat di atas dapat dipahami secara tersirat bahwa mendekati tempat-
tempat yang dipastikan dapat menjerumuskan kita kepada perbuatan haram
hukumnya adalah haram.

Bahaya Mendekati Tempat-tempat yang Haram

Berikut ini adalah akhtharul iqtirab min amakinil muharramat (beberapa


bahaya mendekati tempat-tempat yang haram):

Pertama, itsarat asy-syahawat (menimbulkan gejolak syahwat). Hawa


nafsunya bangkit dan tergoda, padahal sebelumnya dapat terkendali.

118
Seseorang yang mendekati dan masuk ke tempat-tempat yang haram, cepat
atau lambat akan tergoda hatinya, dan hawa nafsunya menjadi sulit untuk
dikendalikan. Hal ini terjadi karena setan selalu menjadikan maksiat itu
indah bagi yang melihatnya terutama mereka yang lemah iman. Ditambah
lagi hawa nafsu manusia yang cenderung mengikuti hal-hal buruk dan
merasa berat dalam mentaati Allah Ta’ala.

ِ ‫سبِي ِل َو َكانُوا ُم ْست َ ْب‬


َ‫ص ِرين‬ َ َ‫ان أ َ ْع َمالَ ُه ْم ف‬
َ ‫صدَّ ُه ْم‬
َّ ‫ع ِن ال‬ ُ ‫ط‬َ ‫ش ْي‬
َّ ‫َوزَ يَّنَ لَ ُه ُم ال‬

“Syaitan menjadikan mereka memandang baik perbuatan-perbuatan


(buruk) mereka, lalu ia menghalangi mereka dari jalan (Allah), padahal
mereka adalah orang-orang berpandangan tajam. ”(QS. Al-Ankabut 29: 38)

Perhatikan bagaimana pengaruh tipu daya setan terhadap mereka? Allah


Ta’ala menyatakan bahwa orang-orang yang tadinya berpandangan tajam
pun dapat terpengaruh dengan tipuan setan sehingga mereka menganggap
baik perbuatan buruk, atau minimal menganggap bahwa mereka masih
dapat bertobat sewaktu-waktu setelah melakukan perbuatan maksiat. Lalu
bagaimana dengan orang yang berpikiran picik?

َ ‫وء إِ ََّل َما َر ِح َم َر ِبِّي إِ َّن َر ِبِّي‬


ٌ ُ‫غف‬
‫ور َر ِحي ٌم‬ ِ ‫س‬ َ ‫س َْل َ َّم‬
ُّ ‫ارة ٌ بِال‬ َ ‫إِ َّن النَّ ْف‬
…“karena sesungguhnya nafsu itu selalu menyuruh kepada kejahatan,
kecuali nafsu yang diberi rahmat oleh Tuhanku. ”(QS. Yusuf, 12: 53)

Syahwat yang tergoda mengakibatkan idhthirabun nafsi (konsentrasi dan


ketenangan hati serta jiwa terganggu). Kemaksiatan yang dilihat terus
menerus akan mempengaruhi perasaan dan konsentrasi hati, lalu
memalingkannya dari perbuatan-perbuatan baik dan bermanfaat. Apabila
hati sudah tergoda dengan perbuatan haram, maka sewaktu-waktu akan
muncul hasratnya untuk mencoba melakukannya bila ada kesempatan.
Dengan kata lain, gejolak syahwat yang timbul karena mendekati tempat-
tempat maksiat akan menyebabkan seseorang jatuh kepada kemaksiatan (
al-wuqu ’fi al-ma’ashi).

Kedua, menimbulkan su’u dzannil akharin (menimbulkan prasangka buruk


orang lain).

119
Seorang muslim yang baik selalu berusaha agar dirinya tidak menjadi
penyebab orang lain berburuk sangka kepadanya. Hal ini dilakukan demi
menjaga ukhuwah islamiyyah dan kehormatan diri.

Suatu malam, Shafiyyah radhiyallahu ‘anha, salah satu istri Rasulullah


shallallahu ‘alaihi wa sallam, datang ke masjid untuk mengunjungi
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam yang sedang i’tikaf di masjid.
Setelah berbicara dengan Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam,
Shafiyyah pamit dan Rasulullah pun berdiri mengantarnya. Saat beliau
sedang berdua, ada dua orang sahabat Anshar yang melihat dan mereka
berjalan terburu-buru seperti menghindari Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa
sallam, maka beliau memanggil mereka dengan berkata:

(( ‫طانَ يَجْ ِري ِم ْن‬ َ ‫ش ْي‬


َّ ‫ ((إِ َّن ال‬:َ‫ قَال‬.ِ‫َّللا‬
َّ ‫سو َل‬ َّ َ‫س ْب َحان‬
ُ ‫َّللاِ يَا َر‬ ِّ َ‫ص ِفيَّةُ بِ ْنتُ ُحي‬
ُ :َ‫ي ٍ فَقَاَل‬ َ ‫علَى ِر ْس ِل ُك َما إِنَّ َها‬
َ
َ ‫سو ًءا أ َ ْو قَا َل‬
‫ش ْيئًا‬ ُ ‫ِف فِي قُلُو ِب ُك َما‬َ ‫ان َمجْ َرى الد َِّم َو ِإ ِنِّي َخ ِشيتُ أ َ ْن َي ْقذ‬ِ ‫س‬ ِْ
َ ‫))اإل ْن‬.

“ Tahan sebentar wahai sahabatku! Ini adalah Shafiyah binti Huyay


istriku. ”Mereka menjawab: “Maha Suci Allah, ya Rasulullah (maksudnya:
kami tidak punya prasangka buruk kepadamu ya Rasulullah)”. Rasulullah
bersabda: “Sesungguhnya setan itu meyelusup dalam diri manusia seperti
peredaran darah, aku khawatir ia membisikkan hal-hal buruk ke dalam hati
kalian atau mengatakan yang bukan-bukan. ”(HR. Bukhari).

Perhatikan bagaimana Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam berusaha


menghilangkan potensi kecurigaan dan prasangka buruk sahabat kepada
beliau agar persaudaraan dan ukhuwah ummat Islam tetap terjaga dengan
baik. Padahal saat itu beliau berada di masjid, tempat yang baik dan mulia.

Tentunya, kita lebih diharuskan untuk menghindari prasangka buruk orang


lain dengan menjauhi tempat-tempat yang jelas-jelas digunakan untuk
melakukan perbuatan yang haram. Oleh karena itu jika kita terpaksa harus
memasuki atau melewati tempat-tempat yang berpotensi menimbulkan
kecurigaan saudara sesama muslim, hendaklah kita tidak melewatinya
sendirian, tetapi ajaklah kawan-kawan kita yang baik agar kecurigaan itu
tidak muncul sekaligus agar kita terjaga dan tidak tergoda melakukan
perbuatan yang haram.

Ketiga, al-wuqu ’fin-nadzhar al-muharram (terjatuh kepada perbuatan


melihat yang diharamkan oleh Allah Ta’ala).
120
Mendekati tempat-tempat yang haram khususnya tempat-tempat di mana
aurat dibuka tanpa rasa malu otomatis membuat kita mengotori mata
dengan dosa (dan bukan cuci mata).
َ َّ‫ َو ِزنَا ُه َما الن‬،‫ان‬
]‫ظ ُر)) [متفق عليه‬ ِ َ‫َان ت َْزنِي‬ ْ
ِ ‫((ال َع ْين‬.
“Dua mata itu berzina, dan zinanya adalah memandang. ”(Muttafaq ‘alaih).

Keempat, idh’aful-iman wa ‘adamu karahiyatul-ma’ashi (melemahkan


iman dan kehilangan kebencian kepada kemaksiatan).

Selalu memandang perbuatan yang haram di tempat-tempat haram tak


pelak lagi akan mengikis iman secara langsung. Karena iman itu bertambah
dengan ketaatan dan berkurang karena maksiat dan dosa. Agar keimanan
tidak terkikis, Islam mewajibkan muslim yang melihat kemunkaran untuk
melakukan nahi munkar sesuai dengan kesanggupannya, sehingga
kebencian terhadap kemunkaran itu tetap ada dalam hatinya. Rasulullah
shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,

‫ف‬ ْ َ ‫سانِ ِه َفإ ِ ْن َل ْم يَ ْست َِط ْع َف ِب َق ْل ِب ِه َوذَلِكَ أ‬


ُ ‫ض َع‬ َ ‫(( َم ْن َرأَى ِم ْن ُك ْم ُم ْن َك ًرا فَ ْليُغَ ِيِّ ْرهُ ِبيَ ِد ِه َفإ ِ ْن َل ْم يَ ْست َِط ْع َفبِ ِل‬
)‫ان)) (رواه مسلم عن أبي سعيد الخدري رضي هللا عنه‬ ِْ
ِ ‫اإلي َم‬.
“Siapa diantaramu melihat kemunkaran, maka ubahlah (cegahlah) ia
dengan tangannya, jika tidak sanggup maka dengan lisannya, dan jika tidak
sanggup maka dengan hatinya (tetap membencinya) dan itulah selemah-
lemah iman. ”(HR. Muslim dari Abu Sa’id Al-Khudri ra)

Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam juga bersabda:

‫ ((فَإِذَا أَبَ ْيت ُ ْم ِإ ََّل‬:َ‫ قَال‬.‫َّث فِي َها‬ُ ‫سنَا نَت َ َحد‬ ُ ‫ِي َم َجا ِل‬ ُّ ‫علَى‬
َ ‫ َما لَنَا بُدٌّ ِإنَّ َما ه‬:‫الط ُرقَاتِ)) فَقَالُوا‬ َ ُ‫(( ِإيَّا ُك ْم َو ْال ُجل‬
َ ‫وس‬
ُّ‫ف ْاْلَذَى َو َرد‬ ُّ ‫ص ِر َو َك‬َ َ‫َض ْالب‬ُّ ‫ ((غ‬:َ‫ق؟ قَال‬ َّ ‫ َو َما َح ُّق‬:‫الط ِريقَ َحقَّ َها)) قَالُوا‬
ِ ‫الط ِري‬ َّ ‫طوا‬
ُ ‫س فَأ َ ْع‬َ ‫ْال َم َجا ِل‬
))‫ع ْن ْال ُم ْن َك ِر‬ َ ‫ي‬ ِ ‫س َال ِم َوأ َ ْم ٌر ِب ْال َم ْع ُر‬
ٌ ‫وف َونَ ْه‬ َّ ‫ال‬.
“Jauhilah duduk-duduk di (pinggir) jalan! ”Mereka menjawab: “Kadang
kami tak bisa menghindarinya ya Rasulullah karena harus berbicara di
sana”. Rasul bersabda: “Jika kamu tidak dapat menghindarinya, maka
berikan hak-hak jalan! ”Mereka berkata: “Apakah hak jalan itu? ”Sabda
Rasulullah Saw: “Menundukkan pandangan, menahan diri (dari menyakiti
orang lain), menjawab salam dan amar ma’ruf nahi munkar. ”(HR. Bukhari
dan Muslim)

121
Perintah menundukkan pandangan adalah untuk mencegah kita melihat
kecantikan atau aurat lawan jenis, perintah menahan diri adalah agar kita
terhindar dari ghibah atau menggunjing orang lain, perintah menjawab
salam adalah agar kita menghormati orang-orang yang lewat, dan amar
ma’ruf nahi munkar adalah agar kita menegakkan yang disyariatkan dan
mencegah hal-hal yang diharamkan.

Kelima, ‘urdhatun li su-il khatimah (terancam meninggal dalam su’ul


khatimah).

Orang-orang yang sering mendatangi tempat-tempat maksiat dan


melakukan kemaksiatan di dalamnya, peluangnya untuk meninggal dalam
su’ul khatimah menjadi semakin besar. Padahal Allah Ta’ala berfirman,

َ‫َّللاَ َح َّق تُقَاتِ ِه َو ََل ت َ ُموت ُ َّن ِإ ََّل َوأ َ ْنت ُ ْم ُم ْس ِل ُمون‬
َّ ‫يَا أَيُّ َها الَّذِينَ آ َمنُوا اتَّقُوا‬

“Hai orang-orang yang beriman, bertakwalah kepada Allah sebenar-benar


takwa kepada-Nya; dan janganlah sekali-kali kamu mati melainkan dalam
keadaan beragama Islam. ”(QS. Ali Imran 3: 102)

Tentunya kita tidak hanya ingin mati dengan berstatus muslim, namun kita
ingin meninggalkan dunia ini sebagai muslim yang sedang melakukan
ketaatan kepada Allah Ta’ala. Hal ini tidak mungkin dapat diwujudkan
selain dengan berusaha untuk mengislamkan kehidupan kita. Mengambil
ajaran Islam dalam setiap aspek kehidupan, tinggal dan mencintai tempat-
tempat yang baik, menjauhi perbuatan-perbuatan maksiat dan tempat-
tempat yang haram. Ingatlah hadits Rasulullah berikut ini:

ُ ‫ب ْال َخ ْم َر ِحينَ يَ ْش َر‬


(( َ‫ب َو ُه َو ُمؤْ ِم ٌن َو ََل يَ ْس ِر ُق ِحين‬ ُ ‫الزانِي ِحينَ يَ ْزنِي َو ُه َو ُمؤْ ِم ٌن َو ََل يَ ْش َر‬
َّ ‫ََل يَ ْزنِي‬
‫))…يَس ِْر ُق َو ُه َو ُمؤْ ِم ٌن‬

“Tidaklah beriman orang yang berzina tatkala ia berzina, tidaklah beriman


orang yang minum khamr tatkala ia meminumnya dan tidaklah beriman
orang yang mencuri ketika ia mencuri ”…(HR. Bukhari Muslim)

Keenam, mashdarun li-intisyaril-ma’ashi fi al-mujtama ’(tempat maksiat


menjadi sumber tersebarnya maksiat tersebut ke tengah masyarakat).

Tempat-tempat maksiat dapat menjadi sumber tersebarnya kemaksiatan ke


tengah-tengah keluarga dan masyarakat. Hal ini akan terjadi jika
masyarakat membiarkan tempat-tempat maksiat itu beroperasi tanpa ada

122
upaya untuk memberantasnya dengan cara-cara yang dibenarkan oleh
syariat. Apalagi bila justru anggota masyarakat tersebut menjadi konsumen
dan pelanggan tempat-tempat haram itu, maka azab dari Allah bisa jadi
akan ditimpakan kepada mereka.

ِ ‫((والَّذِي نَ ْفسِي بِيَ ِد ِه لَت َأ ْ ُم ُر َّن بِ ْال َم ْع ُر‬


‫وف‬ َ :َ‫سلَّ َم قَال‬ َ ‫علَ ْي ِه َو‬
َ ُ‫َّللا‬َّ ‫صلَّى‬ َ ِ‫ي‬ ِّ ِ‫ع ْن النَّب‬
َ ‫ان‬ ِ ‫ع ْن ُحذَ ْيفَةَ ب ِْن ْاليَ َم‬ َ
‫اب لَ ُك ْم)) (رواه‬ ُ ‫عونَهُ فَ َال يُ ْست َ َج‬ ُ ‫علَ ْي ُك ْم ِعقَابًا ِم ْنهُ ث ُ َّم ت َ ْد‬
َ ‫ث‬ َّ ‫ع ْن ْال ُم ْن َك ِر أ َ ْو لَيُو ِش َك َّن‬
َ ‫َّللاُ أ َ ْن َي ْب َع‬ َ ‫َولَت َ ْن َه ُو َّن‬
)‫س ٌن‬ ٌ ‫ َهذَا َحد‬:َ‫الترمذي وقَال‬.
َ ‫ِيث َح‬
Dari Hudzaifah bin Yaman ra dari Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wa sallam
beliau bersabda: “Demi Dzat yang jiwaku berada di tangan-Nya, kalian harus
melakukan amar ma’ruf dan nahi munkar, atau Allah akan menurunkan hukuman
dari-Nya kemudian kalian berdoa kepada-Nya dan Dia tidak mengabulkan doa
kalian. ”(HR Tirmidzi, beliau berkata: hadits ini hasan).

Pertemuan ke : 16
SKL : Menjadi pribadi yang bersungguh-sungguh, disiplin dan mampu
menahan

Nafsunya

Materi : Gerakan dan lembaga yang memusuhi islam


Kompetensi : Tidak menjalin hubungan dengan lembaga-lembaga yang menentang
Islam

Indikator :
1. Siswa mampu menjauhi tempat –tempat yang haram dengan sangat
baik
2. Siswa memngetahui gerakan dan lembaga yang memusuhi islam
dengan sangat baik

Lembaga-Lembaga Yang Menentang Islam

A. Seberapa penting topik ini?

Manusia hidup memiliki tujuan yang ingin dicapai. Tujuan bersifat duniawi
dan ukhrawi. Tujuan akhirat adalah masuk surga, serta tujuan tertingginya
adalah melihat Allah di surga. Semua orang ingin mencapai tujuan dengan
baik, selamat dan cepat. Sehingga untuk mencapai tujuan, maka manusia
harus menghindari jalan yang bengkok, menghambat, menyimpang bahkan
berlawanan. Untuk dapat merealisasi cita-cita, maka perlu melihat medan
123
yang menghantarkan menuju tujuan, serta mengidentifikasi berbagai
persoalan yang menghambatnya. Medan dalam dakwah dan untuk
mencapai tujuan hidup sangatlah banyak dan bervariasi.

Islam memiliki tujuan dan cita-cita yang mulia untuk mewujudkan


kebenaran, keadilan, keberkahan. Untuk mewujudkan tujuan tersebut, maka
membutuhkan keyakinan dan kemulian akhlak. Pada kesempatan ini kita
akan melihat berbagai hal yang menghambat jalan menuju kebaikan Islam.
Dalam Al Quran dapat diidentifikasi berbagai kelompok yang menghambat
terwujudkanya cita-cita Islam antara lain: iblis, syaithan, musyrikin,
Yahudi, Nasrani atau perpecahan internal ummat sendiri.

B. Penghalang Menuju Tujuan

Kendala yang dihadapi oleh ummat manusia menuju Allah dan kebenaran
dari berbagai aspek. Berikut ini nas konsepsi yang perlu direnungkan,
sebelum kita melihat realitas sosial yang lebih rumit karena berbagai
derivatnya.

Iblis menjawab: "Karena Engkau telah menghukum saya tersesat, saya


benar-benar akan (menghalang-halangi) mereka dari jalan Engkau yang
lurus, kemudian saya akan mendatangi mereka dari muka dan dari belakang
mereka, dari kanan dan dari kiri mereka. Dan Engkau tidak akan mendapati
kebanyakan mereka bersyukur (taat). Allah berfirman: "Keluarlah kamu
dari surga itu sebagai orang terhina lagi terusir. Sesungguhnya barang siapa
di antara mereka mengikuti kamu, benar-benar Aku akan mengisi neraka
Jahanam dengan kamu semuanya". 7:16 - 18

Dan janganlah kamu turut langkah-langkah setan. Sesungguhnya setan itu


musuh yang nyata bagimu. 2:208

Sesungguhnya kamu dapati orang-orang yang paling keras permusuhannya


terhadap orang-orang yang beriman ialah orang-orang Yahudi dan orang-
orang musyrik. Dan sesungguhnya kamu dapati yang paling dekat
persabahatannya dengan orang-orang yang beriman ialah orang-orang yang
berkata: "Sesungguhnya kami ini orang Nasrani". Yang demikian itu
disebabkan karena di antara mereka itu (orang-orang Nasrani) terdapat
pendeta-pendeta dan rahib-rahib, (juga) karena sesungguhnya mereka tidak
menyombongkan diri. 5:82
124
Orang-orang Yahudi dan Nasrani tidak akan senang kepada kamu hingga
kamu mengikuti agama mereka. Katakanlah: "Sesungguhnya petunjuk
Allah itulah petunjuk (yang benar)". Dan sesungguhnya jika kamu
mengikuti kemauan mereka setelah pengetahuan datang kepadamu, maka
Allah tidak lagi menjadi pelindung dan penolong bagimu. 2:120

Dan berbuat fitnah lebih besar (dosanya) daripada membunuh. Mereka


tidak henti-hentinya memerangi kamu sampai mereka (dapat)
mengembalikan kamu dari agamamu (kepada kekafiran), seandainya
mereka sanggup. Barang siapa yang murtad di antara kamu dari agamanya,
lalu dia mati dalam kekafiran, maka mereka itulah yang sia-sia amalannya
di dunia dan di akhirat, dan mereka itulah penghuni neraka, mereka kekal
di dalamnya. 2:217

Informasi tersebut menunjukkan pengaruh godaan iblis yang sukses kepada


golongan jin generasi selanjutnya, serta ummat manusia. Karena umur iblis
sepanjang kehidupan hingga kiamat, mereka lebih memiliki berbagai
pengalaman dalam menggoda manusia. Mereka menghalangi manusia
dengan berbagai bentuk, sehingga terjadi perpecahan ummat manusia, serta
menyimpang dari jalan yang benar. Mereka menyebarkan fitnah,
peperangan dan berbagai bentuk lainnya. Sehingga jangan kaget, jika aliran
keagamaan Yahudi, nasrani dan Islam ada dalam ritualnya yang mengalami
penyimpangan dengan melakukan penyembahan/ upacara kepada setan.

Hampir semua manusia yang berinteraksi dengan iblis dan syaitahn


memiliki kelebihan melihat sesuatu yang tidak mampu dilakukan oleh
manusia umumnya. Mereka memiliki indra ke enam, menyihir dan
meramal. Manusia memiliki kelemahan tidak mengerti yang ghaib,
sehingga posisi mereka di mata manusia secara umum menjadi hebat
seperti Tuhan. Itu menjadi kesombongan dan alat mencari kebahagiaan,
uang, populiratas, pujian.

C. Kajian lembaga, jamaah dan arus pemikiran wamy

Secara sekilah kajian WAMY dalam buku Gerakan Keagamaan dan


Pemikiran yang yang perlu dicermati antara lain:

125
Massonary

Ta'rif

Berdiri tahun 43 M. Massonary (Freemasonry) menurut bahasa artinya


Himpunan Tukang-Tukang batu bebas. Sedang menurut istilah ialah sebuah
gerakan Yahudi bawah tanah, terorisme yang sulit dilacak, karena memiliki
kontrol organisasi yang rapi. Tujuannya mengupayakan Yahudi untuk
mendominasi dunia. Menyeru kepada atheisme, permisifisme dan
kerusakan. Semua anggota-anggotanya terdiri dari orang-orang terkenal di
dunia dan mereka melakukannya melalui apa yang disebut "Perkumpulan-
perkumpulan" untuk bersatu membuat rencana dan membagi tugas.

Sejarah Berdiri Dan Tokoh-Tokohnya

Organisasi ini telah didirikan oleh Herodes Agripa I (wafat tahun 44 M),
dengan dibantu oleh dua orang penasehatnya, orang Yahudi yaitu: Heram
Abioud: Wakil Presiden, Moab Leumi: Pemegang rahasia utama.
Freemasonry pada hari-hari pertamanya telah didirikan diatas dasar makar,
tipu daya dan teror, dimana mereka telah memiliki rumus, nama, dan tanda-
tanda untuk menuduh dan mengintimidasi. Perkumpulan mereka disebut
"Candi Ursyalim" untuk mengelabui, bahwa itu adalah candinya Sulaiman
As.

Hakim Lakewise berkata: "Freemasonry adalah sebuan gerakan Yahudi


baik itu sejarahnya, tingkatan-tingkatannya, ajaran-ajarannya, kata-kata
rahasia di dalamnya, ataupun, penjelasan-penjelasannya. Ya...pokoknya
Yahudi dari awal sampai akhirnya".

Adapun sejarah kelahirannya banyak pendapat tentang itu, karena terlalu


ketatnya rahasia gerakan tersebut. Yang lebih mendekati kepada kebenaran,
bahwa Freemasonry lahir pada tahun 43 M, dinamakan "Kekuatan
Tersembunyi". Tujuannya adalah memusuhi orang-orang Kristen, menculik
dan mengusir mereka, serta melarang penyebaran agama mereka.

Ketika didirikan, organisasi ini dinamakan "Kekuatan tersembunyi". Sejak


beberapa abad yang lalu, mereka sengaja memakai nama samaran
Freemasonry, agar secara operasional, tokoh-tokoh mereka bebas
mengembangkan bagian-bagian penting yang akan diaktifkan bagi gerakan
mereka dengan menggunakan nama-nama samaran juga.

126
Itulah tahapan pertama. Adapun tahapan ke dua bagi Massonary, dimulai
sejak tahun 1770 M, lewat jalanAdam Wisewhite, seorang Kristen yang
atheis dan direkrut oleh Freemasonry dengan tujuan menguasai dunia.
Proyek tersebut berakhir pada tahun 1776 M. Perkumpulan pertama yang
dibuat ialah "Perkumpulan Cahaya ", dinisbatkan kepada syetan yang
mereka anggap suci.

Mereka telah berhasil menipu 2000 orang tokoh-tokoh politik dan ahli
pikir. Bersama para tokoh itu, mereka mendirikan sebuah perkumpulan
utama yang disebut "Perkumpulan Timur Tengah". Dalam perkumpulan
tersebut, mereka mampu menundukkan para politikus itu untuk mengabdi
kepada kepentingan Freemasonry. Dikumandangkannya slogan-slogan
mentereng, yang menyembunyikan hakikat mereka. Maka banyaklah
orang-orang Islam yang tertipu.

Adam Wisewhite adalah seorang Kristen Jerman (wafat tahun 1830 M),
yang telah menjadi atheis. Dialah yang menyusun dan menerapkan planing
modern untuk Massonary.

Giuseppe Mazzini (1805-1872 M), seorang Itali yang telah mengembalikan


pokok persoalan pada pangkalnya setelah Wisewhite wafat.

Comte de Mirabeau, salah satu tokoh pemimpin revolusi Prancis yang


masyhur.

Seorang Jendral Amerika, Albert Pike, telah dipecat dari kesatuannya, tapi
kemudian menuangkan rasa dendamnya kepada seluruh bangsa lewat
Freemasonry. Dialah yang telah membuat rencana destruktif yang siap
untuk dilaksanakan.

Leon Blum, seorang Prancis yang mendapat tugas untuk menyebarkan


permisifisme, telah menerbitkan sebuah buku berjudul Perkawinan, sebuah
buku yang terkenal amat cabul.

Kuidir Lose, seorang Yahudi yang menulis sebuah buku "Hubungan-


hubungan Berbahaya".

Diantara tokoh-tokohnya yang tak kalah pentingnya ialah: Jean Jacques


Rousseau, Voltaire, Jurji Zaidan, dan Karl Marx.

Pemikiran Dan Sifat Ideologinya

127
Diingkarinya Allah, para Rasul, kitab, dan segala sesuatu yang ghaib.
Dianggapnya bahwa itu semua adalah cerita-cerita lucu dan khurafat.

Aktif menjatuhkan pemerintahan-pemerintahan yang sah, dan


menghapuskan peraturan-peraturan dan konstitusi nasional di berbagai
negara dalam rangka menguasai negara tersebut.

Dihalalkannya kebebasan sex, dan dipergunakannya wanita sebagai sarana


untuk mendominasi dunia.

Aktif memfetakompli bangsa-bangsa non Yahudi untuk dipecah belah


sampai muncul kelompok bangsa yang terbuang, sehingga mereka menjadi
bermusuhan terus menerus. Selanjutnya memper-senjatai kelompok-
kelompok bangsa tersebut, dan mengendalikan konflik-konflik mereka,
menjaring dan memanfaatkannya.

Menebarkan racun perpecahan di dalam tubuh suatu negara, dan


menghidupkan semangat minoritas agar menjadi golongan yang
mempunyai kekuatan nyata. Menghancurkan prinsip-prinsip moral, pola
pikir dan agama, serta menyebarkan huru hara, kerusuhan, teror, dan
atheisme.

Menggunakan uang dan sex sebagai "pelicin" kepada semua orang,


khususnya kepada mereka yang mempunyai kedudukan yang sensitif, agar
mereka mau bergabung dan mengabdi demi kepentingan Freemasonry.
Menurut mereka, untuk mencapai tujuan boleh menghalalkan segala cara.

Melingkari seseorang yang sedang berada dalam jebakan mereka dengan


jendela-jendela kaca, agar dapat dikontrol penguasaan terhadap orang
tersebut, dan menyetirnya. Dengan demikian, ia akan berlutut di hadapan
Freemasonry dan siap melaksanakan segala perintahnya.

Orang yang mau menerima ajakan untuk bergabung bersama Freemasonry


disyaratkan supaya melepaskan diri dari segala ikatan agama, moral atau
kewarganegaraan, sehingga loyalitasnya menjadi penuh. Apabila seseorang
menyalahi prinsip, atau menentang masalah tertentu, maka ia akan mereka
buatkan sesuatu skandal besar, bahkan bisa jadi akan mengalami nasib
dibunuh. Setiap orang yang sudah

dimanfaatkan oleh Freemasonry, maka ketika sudah tidak dibutuhkan lagi,


ia akan dipecatnya dengan berbagai cara.

128
Aktif berusaha untuk menguasai presiden-presiden dan kepala
pemerintahan agar mereka bisa melindungi tujuan-tujuan mereka yang
destruktif. Menguasai media propaganda, baik media cetak dan elektronika
ataupun lainnya untuk dimanfaatkan sebagai senjata ampuh yang sangat
efektif.

Menyebarkan bermacam-macam berita, kebathilan, serta desas-desus


bohong, sampai opini masyarakat menganggap bahwa berita-berita itu
suatu fakta yang benar. Ini adalah upaya mengalihkan opini massa dan
menghapus jejak destruktif mereka.

Mengundang para pemuda dan pemudi untuk ditenggelamkan dalam


lumpur kenistaan. Untuk itu disediakan segala sarana yang diperlukan.
Hubungan suami istri dilecehkan dan tali kekeluargaan dihancurkan.
Dipropagandakan dan digalakkannya keluarga berencana di kalangan
ummat Islam. Dikuasainya organisasi-organisasi Internasional, dan
dipimpinnya organisasi itu oleh salah seorang anggota Freemasonry, seperti
organisasi PBB, Organisasi Peneropong Bintang Internasional, Organisasi-
organisasi mahasiswa, dan Organisasi-organisasi Pemuda Internasional.

Mereka mempunyai tiga tingkatan:

a) Freemasonry Symbolic (Freemasonry Majlis Rendah); maksud-nya


adalah orang-orang Freemasonry yang baru direkrut.

b) Freemasonry Royal (Freemasonry Majlis Menengah); tingkatan ini


hanya bisa dicapai oleh mereka yang secara utuh telah mengingkari
agamanya, negeri dan bangsanya semata-mata hanya untuk Yahudi. Dari
tingkatan ini, ia bisa dicalonkan untuk bisa mencapai tingkatan ke-33
seperti Churchil dan Balfour.

c) Freemasonry Universal (Freemasonry Majlis Tinggi) yaitu tingkatan


puncak. Personil tingkatan ini semuanya orang-orang Yahudi. Mereka
adalah satu darah. Tingkatannya diatas para uskup agung, para raja, dan
kepala negara. Sebab mereka yang menduduki tingkatan inilah yang
mengatur uskup agung, kepala negara, dan raja. Dan setiap pemimpin
zionisme masuk dalam tingkatan massonary universal, seperti halnya
Herzl. Merekalah yang membuat rencana untuk pengendalian dunia
internasional demi kepentingan Yahudi.

129
Penerimaan anggota baru, berlangsung dalam suasana yang mengerikan.
Dimana ia dihadapkan kepada ketua dengan menutup kedua matanya.
Ketika disumpah untuk menjaga rahasia, kedua matanya dibuka, sehingga
ia dihadapkan dengan kejutan-kejutan pedang terhunus di sekitar lehernya.
Dihadapannya ada kitab "Perjanjian Lama". Disekelilingnya ada sebuah
kamar yang remang-remang, yang berisikan banyak tengkorak manusia dan
alat-alat pertukangan yang dibuat dari kayu. Itu semua untuk menanam rasa
takut dalam jiwa anggota baru.

Freemasonry, seperti kata sebagian ahli sejarah adalah sebuah alat


pancingan yang ada di tangan Yahudi. Dengan alat tersebut, mereka adu
domba para politisi dan ditipunya bangsa-bangsa yang bodoh.

Freemasonry selalu berada di belakang layar sejumlah peristiwa yang


menimpa ummat Islam, dan dibelakang layar semua revolusi yang pernah
terjadi di dunia. Mereka pulalah yang berperan di belakang layar
dihapuskannya khilafah Islamiyah dan ditumbangkannya Sultan Abdul
Hamid (Turki). Mereka pula yang berada di belakang layar revolusi
Francis, dan revolusi Bolshevik.

Freemasonry mensyaratkan kepada siapa saja yang ingin bergabung


dengannya, agar melepaskan diri dari segala ikatan agama, nasionalisme,
dan ikatan darah, sehingga kepemimpinannya hanya diperuntukkan bagi
kejayaan Freemasonry saja.

Mereka memiliki banyak brosur-brosur rahasia. Bukunya yang paling


dahulu ialah "Perundang-Undangan" karangan O. James Anderson, seorang
Yahudi. Buku itu dicetak pada tahun 1723 M, dan buku "Wasiat-
wasiatKuno"tahun 1734 M, disusun olehDavid Kasley.

Akar Pemikiran Dan Sifat Idiologinya

Akar pemikiran Freemasonry adalah Yahudi tulen, baik ditinjau dari segi
pemikiran, ataupun tujuan, sarana, filsafat pola pikirnya. Dengan demikian
Freemasonry adalah murni produk Yahudi.

Tempat Tersiar Dan Kawasan Pengaruhnya

130
Sejarah tak pernah mengenal satupun organisasi rahasia yang begitu
berwibawa seperti Freemasonry. Sebabnya ialah:

Massonary mempunyai wibawa besar di dunia, sebab di kalangan para


pemimpin telah berhasil mereka jaring. Sehingga mereka bagaikan darah
yang ada dalam pembuluh Freemasonry yang selalu khawatir terhadap
keselamatan dirinya dan kedudukannya.

Freemasonry mempunyai bermacam-macam perkumpulan di dunia.


Masing-masing perkumpulan dipimpin oleh tokoh-tokoh yang ada di
negara itu, sehingga Freemasonry dengan mudah menguasai negara
tersebut.

Freemasonry mendominasi organisasi-organisasi pemuda untuk


mengendalikan jalannya roda dunia menurut kehendak mereka, dan agar
segala keputusan-keputusan dari segala organisasi tersebut berada di
tangannya.

Komoditi eksport dan sarana-sarana produksi serta ekonomi di dunia ada


dalam genggaman mereka.

Mereka mempunyai banyak jaringan terorisme untuk melakukan praktek-


praktek kriminal dalam upaya menyapu bersih siapa saja yang menghalang-
halangi jalan mereka, baik disengaja ataupun tidak.

Yahudi Dunmah

Ta'rif

Yahudi Dunmah adalah satu kelompok orang-orang Yahudi yang


menonjolkan Islam dan menyembunyikan keyahudiannya untuk menipu
daya ummat Islam. Mereka tinggal di wilayah Asia Kecil. Turut andil
dalam menghancurkan Daulah Osmaniah dan melenyapkan Khilafah lewat
kudeta yang dilakukan oleh Jamaah Persatuan dan Pengembangan. Sampai
hari ini, mereka masih tetap melakukan tipu daya terhadap Islam. Mereka
mempunyai kehebatan dalam bidang ekonomi, kebudayaan dan media
massa. Sebab ketiga aspek tersebut merupakan sarana yang sangat penting
untuk mendominasi masyarakat.

Sejarah Berdiri Dan Tokoh-Tokohnya

131
Kelompok ini didirikan oleh Sabatai Zevi (1626 - 1675 M). la adalah
seorang Yahudi yang dilahirkan dan dibesarkan di Turki. Pada tahun 1648
M, ia mempermaklumkan, bahwa dirinya adalah Al-Masihnya Bani Israel
dan juru selamat mereka yang dijanjikan. Ketika gerakan Sabatai mulai
memanas, maka ia ditangkap oleh pemerintah Osmaniah. Para ulamapun
mendiskusikannya tentang klaim-klaimnya. Ketika Sabatai mengetahui
bahwa dirinya telah divonis hukuman mati ia lalu mengemukakan
keinginannya untuk masuk Islam.

la meminta izin kepada negara untuk berda'wah di kalangan orang-orang


Yahudi, dan diizinkannya. Dengan demikian, ia semakin dapat bekerja
dengan penuh kelicikan dan dapat memanfaatkan kesempatan berharga itu
untuk meraih sesuatu dari Islam. Setelah lebih dari 10 tahun, terungkap
oleh pemerintah, bahwa Islamnya Sabatai adalah suatu tipu muslihat
belaka, sehingga ia dibuang ke Albania sampai ia meninggal di negeri itu.

Para Tokoh Terpenting Sekte Ini Sepeninggal Pendirinya

Sara: la adalah seorang gadis Polandia yang percaya kepada Sabatai dan
kawin dengannya. Abraham Nathan: Seorang Yahudi yang telah diangkat
menjadi utusan Sabatai kepada ummat manusia. Yoseph Bilosov: la adalah
pengganti Sabatai dan orang tua istri keduanya. la bergerak dengan nama
Abdul Gafur Efendi. Mustafa Jalbi: Kepala sekte Qurh Qasy, sebuah sekte
yang termasuk tiga kelompok yang menyempal dari Dunmah. Mereka tidak
mempunyai karangan-karangan yang tercetak dan beredar. Tetapi mereka
mempunyai banyak brosur-brosur rahasia yang beredar di kalangan mereka
sendiri.

Pemikiran Dan Doktrin-Doktrinnya

· Diyakininya, bahwa Sabatai adalah Al-Masihnya orang-orang Israel


dan juru selamat Yahudi. Dikatakannya, bahwa fisik Sabatai yang langgeng
itu telah naik ke langit, kemudian kembali lagi ke bumi atas perintah Allah
dalam bentuk Malaikat yang memakai jilbab dan sorban untuk melanjutkan
risalahnya. Dengan liciknya, Islam ditonjolkan semata-mata hanya untuk
menyembunyikan agama Yahudi dan dendam kesumat terhadap ummat
Islam. Mereka tidak puasa, tidak shalat dan tidak mandi junub. Kadang-

132
kadang mereka sering menonjol-nonjolkan slogan-slogan Islam dalam
beberapa kesempatan, seperti hari-hari raya, sebagai suatu tipu daya belaka.

· Diharamkannya kawin dengan orang Islam. Seseorang dari mereka


tidak bisa mengenal kehidupan kelompok ini dan pemikiran-nya, kecuali
apabila sudah kawin. Mereka mempunyai lebih dari 20 hari besar. Antara
lain: pesta memadamkan lampu sambil melakukan perbuatan keji.
Diyakininya, bahwa yang lahir pada malam itu akan mendapatkan
keberkahan. Mereka mempunyai pakaian khusus. Kaum wanita memakai
sepatu kuning. Dan pria memakai topi putih dari wol yang dibalut dengan
sorban biru.

· Dilarangnya langsung memberi hormat kepada orang lain.


Diserangnya hijab wanita, dan diserukannya membuka hijab, permisifisme,
bercampur laki-laki dengan perempuan dalam belajar, dengan target untuk
merusak para pemuda.

Akar Pemikiran Dan Sifat Idiologinya

'Aqidah mereka adalah Yahudi tulen. Kemudian mereka juga mempunyai


sifat-sifat Yahudi yang sangat prinsipil, seperti: licik, penipu, penjilat,
dusta, pengecut dan dzolim. Mereka berpura-pura masuk Islam yang
tujuannya hanyalah sebagai jalan untuk menghancurkan Islam dari dalam.

Mereka mempunyai hubungan yang erat dengan Massonisme. Dan tokoh-


tokoh Dunmah adalah termasuk tokoh-tokoh Freemasonry.

Mereka aktif bekerja dalam program-program zionisme Internasional

Saksi Yehova

Ta'rif

Berdiri 1844 M. Saksi Yehova adalah sebuah organisasi Internasional yang


berdasarkan kepada prinsip merahasiakan organisasi, dan memunculkan ide
ke permukaan, baik yang bersifat agamis ataupun politis. Muncul di
Amerika Serikat pada pertengahan kedua abad ke 19. Organisasi ini
mengklaim sebagai organisasi Masehi. Tapi dalam kenyataannya adalah
organisasi yang terang-terangan di bawah dominasi Yahudi, dan aktif atas
biaya mereka. Organisasi ini lebih dikenal sejak tahun 1931 M. Dan secara

133
resmi telah diakui di Amerika Serikat, sebelum kemunculannya dengan
nama tersebut pada tahun 1844 M.

Sejarah Berdiri Dan Tokoh-Tokohnya

1. Didirikan pada tahun 1 874 M. oleh seorang pendeta, Charles T.


Russell (1 862- 1 9 1 6 M). Pada waktu itu dikenal dengan nama "Aliran
Raselisme " dan "Pengkaji-pengkaji Baru Injil".

2. Pucuk pimpinannya kemudian digantikan oleh Franklin Rutherford


(1869-1942 M.), yang pada tahun 1917 M, mengarang sebuah buku
"Jatuhnya Babil". Babil adalah sebuah lambangj bagi semua organisasi
yang ada di dunia. "

3. Kemudian datang Northon Harmer Knower (1905 M.). masa dia,


organisasi ini menjadi sebuah negara dalam nega

Pemikiran Dan Doktrin-Doktrinnya

Diyakininya, bahwa Yahudi adalah Tuhan bagi mereka, Isa adalah Presiden
bagi Kerajaan Allah.

Diyakininya kitab sucinya orang-orang Kristen, teta| ditafsirkannya


menurut kepentingan mereka sendiri. Taat buta kepada pemimpin-
pemimpin mereka. Dieksploitasikannya nama Al Masih dan kitab suci
untuk mencapai tujuan mereka, yaitu menegakkan sebuah negara agama
duniawi untuk menguasai dunia. Tidak dipercayainya akhirat dan neraka.
Diyakininya, bahwa sorga itu akan berada di dunia, dalam kerajaan mereka.

Diyakininya, sudah dekatnya masa perang pembebasan yang dipimpin oleh


Yesus Kristus, sementara mereka adalah prajurit-prajuritnya yang akan
menghancurkan semua penguasa yang ada di bumi. Dipetiknya dari kitab
suci, bagian-bagian yang menumbuhkan rasa cinta kepada Israel dan
Yahudi, kemudian disebarkannya. Tidak dipercayainya ruh dan
keabadiannya. Dan mereka mempunyai kuil khusus untuk mereka sendiri
yang disebut "Aula Kerajaan" atau "Rumah Tuhan". Persaudaraan ummat
manusia hanya terbatas pada mereka sendiri tanpa adanya manusia lain.

Diperanginya sistem dan perundang-undangan buatan manusia, dan


dikumandangkannya sikap membangkang. Dimusuhinya semua agama

134
kecuali agama Yahudi. Dan ketua-ketua mereka semuanya adalah Yahudi.
Diakuinya kesucian kitab-kitab yang dianggap suci oleh Yahudi, yaitu 19
buah kitab. Diyakininya trinitas, dan ditafsirkannya dengan: Yehova,
Tuhan Anak, dan Ruhul Qudus. Seorang anggota dalam organisasi ini
melewati beberapa tahapan yang sulit, dan untuk mencapainya harus
memenuhi persyaratan-persyaratan yang kejam dan berat. Ciri-cirinya:
Pertama: Membangun sebuah menara, ya'ni sebuah kubah yang berpojok
tujuh, yang menjadi lambang Yahudi, baik lambang agama ataupun
lambang nasional. Kedua: Membangun bintang enam, yang juga
merupakan lambang Yahudi. Ketiga: Membangun nama "Yehova", dan
ditulisnya dengan bahasa Ibrani. Yehova adalah Tuhan menurut Yahudi.

Diantara kitab-kitab Organisasi Saksi Yehova: Majalah yang terbit dengan


nama "Monurneni Pengawasan Zionis" berbicara atas nama mereka.
Kemudian \ majalah itu dirubah namanya menjadi "Monumen
Pengawasan" untuk menyembunyikan kata Zionis. Buku Berita Yang Baik
Tentang Kerajaan (maksudnya adalah kerajaan mereka yang diimpikan).
Buku Dasar Kepercayaan terhadap Duma Baru. Buku Telah Dekat
Masanya Pengobatan Ummat. Buku Hidup dengan mengharapkan sistem
yang adil dan baru.

Akar Pemikiran Dan Ke Yakinannya

· Mereka bisa dikategorikan sebagai sekte Masehi yang menyendiri


dalam sebuah faham yang spesifik. Tetapi dalam kenyataannya, mereka
berada dalam dominasi Yahudi secara nyata, dan mengadopsi keyakinan-
keyakinan Yahudisme secara keseluruhan, dan bekerja aktif untuk
kepentingan Yahudi. Mereka terpengaruh dengan para filosof kuno,
khususnya para filosof Yahudi.

· Mereka mempunyai hubungan yang erat dengan Israel, dan


organisasi-organisasi Yahudi Internasional, seperti Massonisme. Mereka
mempunyai hubungan kerjasama dengan organisasi-organisasi missionaris
Kristen, organisasi-organisasi Komunis dan Sosialis Internasional. Mereka
mempunyai hubungan yang erat dengan orang-ora yang berpengaruh dari
Yunani dan Amerika.

Tempat Tersiar Dan Kawasan Pengaruhnya

135
Hampir tak ada satu negarapun didunia ini yang terlepas aktifitas organisasi
bawah tanah yang berbahaya ini. Markas mereka berpusat di Amerika,
distrik Broklyn-Ne York, dengan alamat: 124 Columbia Heights, Brooklyn
I, New Yo USA. Negera-negara yang ada aktifitas mereka sampai tahun
1955 mencapai 158 negara, waktu itu anggotanya berjumlah 632.929 or
Propagandisnya berjumlah 1.814 orang. Oleh karena itu, berapa gerangan
jumlah mereka sekarang ? Sebagian negara yang tahu bahaya aktifitas
mereka. Oleh karena itu, segala aktifitas mereka dilarangnya. Negara-
negara itu antara lain: Singapore, Lebanon, Cote d'lvoire, Philipina, Irak,
Norwegia, Kamerun, Cina, Turki, Swiss, Rumania, dan Belanda. Namun
mereka masih mempunyai aktifitas di negara-negara tersebut dengan cara
khusus dan rahasia. Adapun di negara-negara Afrika dan dunia Islam, pada
umumnya mereka bekerjasama dengan organisasi-organisasi missionaris
Kristen. Diterbitkannya beribu-ribu buku, brosur dan surat kabar; dan
dibagi-bagikannya dengan cuma-cuma. Sesuatu yang menunjukan kekuatan
asset keuangan mereka. Mereka mempunyai sekolah khusus untuk mereka
sendiri, perkebunan, penerbitan dan pers. Masing-masing biro itu
mempunyai managemen sendiri-sendiri. Mereka mempunyai kantor-kantor
penterjemah dan pengarang, dan mempunyai team ahli keagamaan untuk
mentafsirkan kitab-kitab suci sesuai dengan kepentingan mereka. Mereka
mempunyai kerjasama yang besar dengan organisasi-organisasi kedutaan,
yang bekerja aktif untuk kepentingan Yahudi. Organisasi ini, bisa
mengambil manfaat dari anggotanya untuk aktif sebagai intel, mata-mata
dan agen propaganda.

Zionisme

Ta'rif

Sejarah berdirinya panjang. Konperensi Zionisme Internasional Pertama


tahun 1897 M. Zionisme adalah sebuah gerakan politik ekstrim orang-
orang Yahudi yang berupaya mendirikan sebuah negara Yahudi di
Palestina. Dari negara itulah gerakan tersebut diharapkan bisa memerintah
dunia seluruhnya. Zionisme berasal dari sebuah nama gunung "Zion" di al-
Quds dimana gerakan ini sangat berambisi untuk membangun Haikal
(candi) Sulaiman dan mendirikan sebuah kerajaan yang ibukotanya adalah
al-Quds. Gerakan Zionisme berkaitan erat dengan seorang tokoh Yahudi

136
Austria "Theodor Herzl", yang dikategorikan sebagai pencetus pertama ide
gerakan tersebut. Dan idenya itulah yang menjadi landasan berdirinya
gerakan Zionisme internasional.

SEJARAH BERDIRI DAN TOKOH-TOKOHNYA

Zionisme internasional mempunyai akar historis ideologis politis, yang


memaksa kita untuk melihat kepada peranan-peranan sebagai berikut:

1. Gerakan orang-orang Makkabi yang kembali dengan tujuan


utamanya adalah kembali ke "Zion" dan membangun Haikal Sulaiman.

2. Gerakan Bar Kokhba (Th. 118-138 M.). Seorang Yahudi ini


telah membangkitkan semangat di dalam jiwa orang-orang Yahudi.
Didorongnya mereka untuk berkumpul di Palestina dan mendirikan negara
di tempat tersebut.

3. Gerakan Moses Kreiti. Yaitu sebuah gerakan yang hampir sama


dengan Bar Kokhba.

4. Masa pembekuan segala aktifitas Yahudi, karena mereka


ditindas dan terpencar-pencar. Namun demikian, rasa nasionalisme mereka
tetap membara dan tak pernah padam.

5. Gerakan David Rabin, dan muridnya sendiri, Solomon Molokh


(1501 - 1532 M). Mereka telah menganjurkan orang-orang Yahudi, agar
mendirikan kembali kerajaan Israel di Palestina.

6. Gerakan Minshe bin Israel (1604 - 1657 M). Ini adalah cikal
bakal yang telah mengarahkan planing zionisme dan difokuskannya pada
prinsip memperalat inggris untuk mencapai tujuan-tujuan zionisme.

7. Gerakan Sabatai Zevi (1626 - 1676 M) yang mengklaim sebagai


Al-Masihnya orang-orang Yahudi sang juru penyelamat. Ketika orang-
orang Yahudi mulai bersiap-siap untuk kembali ke Palestina, juru
penyelamat itu dibuang dan meninggal di Albania.

8. Gerakan para hartawan yang dipelopori oleh Rothschild dan


Moshe Montfury. Bertujuan membangun imperialisme Yahudi di Palestina

137
sebagai langkah awal untuk meraih bumi Palestina kemudian mendirikan
negara Yahudi.

9. Gerakan ideologi imperialisme yang mengumandangkan


berdirinya sebuah negara Yahudi di Palestina pada awal abad ke-18.

10. Gerakan Zionisme garis keras, berdiri setelah pembantaian


orang-orang Yahudi di Rusia, tahun 1882 M. Pada waktu itu Hitler dari
Jerman mengarang buku berjudul "Mengembalikan orang-orang Yahudi ke
Palestina menurut ucapan Para nabi".

11. Zionisme Modern. Sebuah gerakan yang dinisbatkan kepada


Theodor Herzl, seorang jurnalis Yahudi Austria (1860 – 1904 M).
Tujuannya yang pokok sangat jelas. Yaitu menggiring orang-orang Yahudi
untuk mendominasi Dunia, diawali dengan mendirikan sebuah negara
Yahudi di Palestina. Yahudi telah melakukan perundingan dengan Sultan
Abdul Hamid tentang persoalan tersebut 2 kali, tetapi Sultan itu
menolaknya. Sejak itulah Yahudi Internasional berusaha keras
menjatuhkan Sultan Abdul Hamid dan menghapuskan khilafah Islamiyah.

Herzl telah menyelenggarakan Konperensi Zionisme Internasional Pertama


tahun 1897 M. Dia berhasil mengumpulkan orang-orang Yahudi se Dunia
pada konperensi tersebut. la berhasil pula mengumpulkan cendekiawan-
cendekiawan Yahudi yang mengeluarkan keputusan-keputusan yang paling
berbahaya sepanjang sejarah dunia, yaitu "Protokolat Para Hakim Zionist”,
yang diadopsi dari ajaran-ajaran kitab suci Yahudi yang telah
diselewengkan. Sejak itu Yahudi mulai menata organisasi-organisasi
mereka, sehingga mereka mampu bergerak dengan gesit, cerdik, lihai dan
tersembunyi untuk mencapai tujuan-tujuan destruktifnya, yang dampak dan
akibatnya jelas sekali di depan mata kita dewasa ini.

Pemikiran-Pemikiran Dan Doktrin-Doktrinnya

· Zionisme mengadopsi ide dan keyakinannya dari kitab-kitab suci


yang telah diselewengkan oleh tokoh-tokoh Yahudi sendiri. Pemikiran-
pemikiran zionisme telah dirangkum dalam "Protokolat Para Hakim
Zionist".

· Zionisme menganggap, bahwa semua orang Yahudi di Dunia adalah


anggota keluarga bangsa Israel.

138
· Zionisme bertujuan agar orang-orang Yahudi mampu mendominasi
dunia, sebagaimana telah dijanjikan oleh Tuhan mereka "Yahweh ".
Sebagai titik tolak dari rencana besar itu, mereka harus mendirikan sebuah
pemerintahan di bumi yang telah dijanjikan, yaitu yang terbentang dari
sungai Nil sampai dengan sungai Eufrat.

· Diyakininya bahwa orang Yahudi adalah bangsa Istimewa yang


harus menjadi Tuan yang berkuasa. Sementara bangsa-bangsa lainnya
adalah budak-budak mereka.

· Dipandangnya, bahwa cara yang terbaik untuk mendominasi dunia


adalah dengan mendirikan sebuah pemerintahan atas dasar kekuatan
intimidasi dan kekerasan.

· Dikumandangkannya kebebasan politik agar mendapat simpati dan


dapat menguasai massa. Mereka berkata: "Kita harus tahu, bagaimana cara
memberi umpan untuk menjebak mereka kejaring kita ".

· Dikatakannya bahwa masa kekuasaan agama telah berakhir. Yang


berkuasa sekarang hanyalah pemilik emas saja. Oleh karena itu, kita harus
mengumpulkan emas dalam genggaman kita dengan segala cara, agar
memudahkan kita dalam upaya mendominasi dunia.

· Dikatakannya bahwa politik itu kotor dan bertentangan dengan etika.


Oleh sebab itu dalam politik harus ada tipu daya dan kesombongan.
Adapun sifat-sifat terpuji dan kejujuran adalah sesuatu yang tabu dalam
kamus politik.

Selanjutnya mereka berkata:

· "Dengan permainan kita, bangsa-bangsa di dunia ini harus


ditenggelamkan dalam lautan kehinaan, lewat orang-orang yang telah kita
persiapkan untuk itu, yaitu para guru, para pelayan, ibu-ibu asuh, dan
wanita-wanita nudis".

· "Kita harus menggunakan uang suap, penipuan dan pengkhianatan


tanpa rasa ragu, selama perbuatan tersebut bisa mencapai tujuan kita ".

· "Kita harus aktip membuat kejutan-kejutan (yang mengguncangkan)


yang mengakibatkan orang lain bersikap taat membuta kepada kita. Dan

139
cukuplah kita dikenal sebagai manusia yang kejam, sadis, dan biadab, agar
segala bentuk-bentuk pembangkangan bisa dihilangkan".

· "Kami mengumandangkan slogan "Kebebasan, Persamaan, dan


Persaudaraan", agar masyarakat tertipu dengan slogan itu. Bahkan mereka
akan turut serta mengumandangkannya pula, dan membeo atas apa-apa
yang kita inginkan".

· "Kita harus membentengi sebuah Aristokrasi berdasarkan harta yang


kita miliki, dan spesialisasi ilmu-ilmu yang dimiliki oleh para ilmuwan
kita".

· "Kita akan berupaya menggiring para pemimpin untuk masuk pada


lingkungan kami. Dan penentuan nasib mereka ada ditangan kami. Mereka
terpilih berdasarkan jebakan-jebakan yang kami pasang untuk menjaring
mereka dengan kriteria moral yang buruk, berambisi besar menjadi
pemimpin, dan pengalaman yang kurang".

· "Kita akan mendominasi media cetak dan elektronika. Sebuah


kekuatan efektif yang akan menggiring dunia ke arah yang kita kehendaki".

· "Harus dipertajam jurang pemisah antara penguasa dengan: rakyat,


agar kekuasaan itu berjalan seperti orang buta yang; kehilangan
tongkatnya, dan selanjutnya akan berlindung kepadaj Kita untuk
mempertahankan kekuasaannya".

· "Harus dinyalakan api persaingan yang tidak sehat ant semua


potensi, agar mereka saling bertarung, agar kekuasa dijadikannya sebagai
tujuan suci yang selalu dikejar-kejar olfi masing-masing potensi itu. Harus
dinyalakan pula api peperanga antar negara, bahkan kalau perlu di dalam
satu negara. Ketika itul segala kekuatan yang ada akan lumpuh, dan
pemerintah pemerintahan akan berguguran. Di saat itulah pemerintar
internasional kita akan tegak diatas puing-puingnya".

· "Kami akan maju menghadapi bangsa-bangsa Muslim tertindas


dengan berkedok sebagai tokoh-tokoh pembela kemerdekaan dan juru
selamatnya, dan mengajak mereka untuk bergabung dalam barisan tentara
kami yang terdiri dari orang-orang Freemasonry. Berkat adanya kelaparan,
kami akan membantu massa dan menggunakan tangan-tangan mereka
untuk menumpas siapa saja yang menghambat jalan perjuangan kami".

140
· "Kita harus menciptakan krisis ekonomi, agar semua bangsa tunduk
kepada kita, berkat emas yang telah kita monopoli".

· "Berkat segala sarana dan prasarana kami yang rahasia, kami


sekarang berada pada kondisi yang kuat, sehingga apabila ada satu negara
yang menyerang kami, maka negara lain siap membela kami".

· Kata "Kebebasan" mendorong massa untuk bertarung melawan Allah


dan hukum-hukum-Nya. Oleh sebab itu kami harus menyebarkan slogan
tersebut, dan yang semacamnya, sampai kekuasaan berada di tangan kami".

· "Kami mempunyai kekuatan yang tersembunyi dan tak ada


seorangpun yang mampu menghancurkannya. Kekuatan itu aktif bekerja
secara diam-diam, rahasia dan kejam. Sedangkan anggota-anggotanya
selalu berubah-ubah. Kekuatan inilah yang berperan aktif menggiring
semua penguasa dan pemimpin bangsa di dunia ke arah yang kami
kehendaki".

· "Kita harus menghancurkan dominasi iman di dalam kalbu setiap


bangsa dan membersihkan otak mereka dari ide tentang adanya Allah,
kemudian kami ganti dengan gaya hidup yang materialistis. Sebab pemeluk
agama hidup dengan bahagia di bawah pengayoman dominasi iman. Dan
agar tidak membiarkan masyarakat sempat mengontrol keimanannya, kita
harus menyibukkan mereka dengan berbagai cara. Dengan demikian,
mereka tidak sensitif lagi menghadapi musuh utama mereka dalam
Pertarungan internasional".

· "Kita harus mengawasi segala sarana yang mendominasi lalu 'intas


keuangan segala bangsa, agar uang di gudang-gudang mereka mengalir ke
kotak keuangan kita".

· "Kami akan aktif membangun masyarakat yang kosong dari


kemanusiaan dan moral, berperasaan membatu dan muak da agama serta
politik, agar harapan satu-satunya yang didambakan hanyalah kenikmatan
materi. Ketika itulah mereka "dak berdaya untuk melawan. Oleh sebab itu,
mereka akan terjebak, tjdak berkutik dan selanjutnya bertekuk lutut di
hadapan kami".

· "Dengan segala kekuatan yang ada, akan kami perangkap setiap


orang yang mempunyai potensi, dan kami dominasi semua lapangan kerja,
agar kehidupan politik ada dalam pengendalian kami. Dengan demikian
141
setiap saat kami akan sanggup menumpas setiap oposisi dan orang-orang
yang berada di belakangnya".

· "Kami telah menaburkan bibit-bibit perpecahan diantara mereka


dimana-mana, yang tak mungkin bisa dicabutnya. Dan kami telah
menciptakan pula suasana pertarungan kepentingan diantara dua buah
bangsa yang materialistis dan nasionalistis. Kami nyalakan api
pertentangan SARA dalam masyarakat mereka. Dan kami sedikitpun tidak
akan mundur, untuk tetap berupaya menyalakan api permusuhan itu sejak
20 abad silam. Oleh sebab itu adalah sangat mustahil bagi pemerintahan
manapun untuk mendapatkan sokongan dari negara lainnya agar dapat
menghantam kami. Sesungguhnya negara-negara itu tidak akan berani
memuruskan suatu kesepakatan apapun, betapapun kecilnya, tanpa adanya
persetujuan dari kami. Sebab motor penggerak negara-negara itu berada
dalam genggaman kami".

· "Allah telah mempersiapkan kami untuk memerintah dunia, dan Dia


telah membekali kami dengan karakteristik dan keistimewaan-
keistimewaan yang tidak dimiliki oleh bangsa-bangsa lainnya. Andaikan di
dalam barisan mereka terdapat orang-orang yang jenius, pasti mereka akan
mampu melawan kami".

· "Kitaharus memanfaatkan emosi yang menyala-nyala untuk


mencapai tujuan-tujuan kita daripada memadamkannya. Dan harusl pula
mendominasi pemikiran-pemikiran orang lain agal diterjemahkan sesuai
dengan kepentingan kita daripactt dibunuhnya".

· "Kami akan berupaya menggiring opini umum, sampai hilang


kemampuan mereka untuk berfikir sehat. Akan kami sibukkan opil itu
sampai mereka yakin, bahwa berita-berita burung yang ka| sebarkan itu
adalah suatu kebenaran (berita yang benar). Dan ka jadikan opini itu tidak
berdaya untuk membedakan antara janji yang mungkin terpenuhi dengan
janji-janji yang palsu. sebab itu, kami harus membuat lembaga-lembaga
yang ang anggotanya sibuk menyampaikan pidato-pidato heroik yang •
mengobral janji. Dan kami juga harus menyebarkan kepada ba bangsa itu
ide ketidak fahaman mereka tentang politik, dan lebih baik lagi jika ide
mereka itu dikumandangkan oleh kita sendiri.

· "Kami akan memperbanyak berita-berita burung yang kontradiktif,


membakar hawa nafsu, dan membangkitkan emosinya".
142
· "Kami akan mendirikan dewan pemerintahan tertinggi, yang
memiliki tangan-tangan yang banyak, terbentang luas sampai ke seluruh
penjuru bumi. Sebuah Dewan dimana semua penguasa-penguasa bumi
tunduk kepadanya".

· "Kita harus mendominasi industri dan perdagangan. Membiasakan


masyarakat untuk hidup mewah, berlebihan, glamour, dan kita juga harus
aktif meningkatkan upah, meningkatkan kredit, dan melipatgandakan
bunganya. Ketika itulah seluruh bangsa akan sujud bertekuk lutut
dihadapan kita".

· "Dalam forum-forum yang formal, kita harus berpura-pura


bertentangan dengan nurani kita. Oleh sebab itu, kita kutuk kezaliman, kita
kumandangkan kebebasan dan kita telanjangi orang-orang yang zalim".

· "Pers, semuanya harus berada di tangan kita, kecuali sedikit saja


yang tidak termasuk di dalam daftar. Kita akan menggunakan-nya untuk
menyebarkan issu, sampai menjadi berita yang dianggap benar. Kami akan
sibukkan masyarakat dengan issu-issu itu, agar mereka melupakan tentang
sesuatu yang bermanfaat untuk mereka. Mereka akan kami tarik agar
mengekor dibelakang nafsu dan kesenangan-kesenangannya".

· "Para penguasa lebih tidak berdaya lagi mengingkari perintah-


perintah kami. Sebab mereka tahu, bahwa penjara atau ditenggelam-kan
dari peredaran hidup adalah pilihan terbaik bagi mereka yang
membangkang. Oleh sebab itu, loyalitas mereka kepada kami sernakin
besar, dan mereka lebih siap lagi untuk mengutamakan kepentingan-
kepentingan kami".

· "Kami akan berusaha untuk tidak membongkar rencana-rencana


kami, sebelum waktunya, dan tidak pula menghancurkan tekuatan
masyarakat sebelum saatnya. Setiap mereka yang kami lnginkan, terlebih
dahulu telah kami persiapkan opini umumnya yang bersuara tentang
mereka".

· "Kami akan hancurkan keluarga dengan cara membangkitkan


ttiangat mandiri dalam diri setiap pribadi agar ia membangkang. Kami akan
halang-halangi orang-orang yang mempunyai keistimewaan untuk sampai
pada kedudukan yang tinggi".

143
· "Yang bisa naik di panggung kekuasaan, hanyalah mereka yang
mempunyai lembaran-lembaran sejarah hitam yang tidak terbongkar.
Mereka itu akan menjadi jujur untuk menjalkan perintah-perintah kami,
karena takut dibongkar dan ditelanjangi depan umum. Kami juga tetap
membuat boneka-boneka, dan yang akan membesar-besarkan kehebatan
dan kepahlawanl mereka itu".

· "Kami akan menunggangi segala kudeta dan revolusi, apabila kudeta


dan revolusi itu kami pandang bermanfaat untuk kami".

· "Kami telah membangun suatu rahasia kekuatan unt mencapai


tujuan-tujuan kami. Akan tetapi bangsa-bangsa hewan itu tidak tahu rahasia
kekuatan tersebut. Oleh sebab itu merekjj, mempercayainya, dan bergabung
dengan perkumpulan-perkumpulan pulan kami. Dengan demikian, kami
dominasi mereka, dan peralat mereka agar mengabdi kepada kami".

· "Bertebarannya bangsa pilihan Allah, bangsa Yahudi adala suatu


nikmat, dan bukan kelemahan. Dan faktor itulah yang mengangkat kami
sehingga mampu mendominasi dunia".

· "Penerbit-penerbit buku akan berada di tangan kami.J Rekaman-


rekaman yang merupakan pola pikir manusia akan beradsl di dalam
perintah kami. Setiap penerbit yang bertentangan denganl pola pikir kami,
akan kami bredel dengan mengatasnamakatt| hukum".

· "Kami akan memiliki surat-surat kabar dan majalah-majala yang


terdiri dari bermacam-macam aliran dan prinsip, taf semuanya tetap
berbakti demi tujuan kami".

· "Kita harus menyibukkan orang lain dengan membuat anek| ragam


tempat hiburan, olah raga, konservatori-konservatori umui kesenian, sex,
dan heroin, untuk menina-bobokkan mereka, ajj tidak menentang atau
menghalang-halangi program dan renca rencana kita.

· "Kami akan menghapus segala bentuk kebersamaan. kami mulai


tahap demi tahap dengan merubah universitas-unive sitas, untuk kami
dirikan kembali universitas-universitas itu sesi dengan rencana-rencana
kami yang khusus".

144
· "Kami akan memperlakukan orang-orang yang menghala halangi
jalan kami dengan memberlakukan ketentuan yang sang bengis, sadis dan
kejam".

· "Kami akan memperbanyak perkumpulan-perkumpulan Free


masonry dan menebarkannya dimana saja untuk memperluas jangkauan
dominasi kami".

· "Akhirnya ketika kekuasaan itu sudah berada di tangan kami, kami


tidak akan memperkenankan keberadaan agama apapun di muka bumi ini,
selain agama kami".

Akar Pemikiran Dan Sifat Ideologinya

"Zionisme" itu usianya sudah sangat tua, setua usia Taurat itu sendiri.
Gerakan inilah yang telah membongkar semangat nasionalisme di kalangan
orang-orang Yahudi semenjak hari-harinya yang pertama. Gerakan Herzl,
pada hakekatnya merupakan pembaharuan dan penataan kembali
"zionisme" yang sudah kuno itu.

"Zionisme" ditegakkan berdasarkan ajaran Taurat yang telah


diselewengkan dan Talmud. Tetapi perlu juga dicatat disini, bahwa
sejumlah pemimpin zionisme adalah termasuk pula dalam deretan orang-
orang yang atheis. Agama Yahudi menurut mereka, hanyalah mantel untuk
merealisir ambisi-ambisi politik dan ekonomi.

Tempat Penyebaran Dan Kawasan Pengaruhnya

Zionisme adalah sebuah mantel politik Yahudi Internasional. Seperti yang


telah dikatakan oleh orang-orang Yahudi sendiri, (bagaikan Tuhannya
orang-orang Hindu, ya'ni Wisnu, yang mempunyai 100 tangan). Oleh sebab
itu, zionisme dengan segala perangkatnya yang ada di dunia, mempunyai
tangan-tangan yang dominan dan terarah, yang aktif demi kepentingannya.

Zionisme inilah yang mengendalikan dan membuat planing untuk Israel.


Freemasonry bergerak bersama ajaran-ajaran zionisme dan pedoman-
pedomannya. Para pemimpin dunia dan ahli pikirnya, tunduk kepada
gerakan ini.

145
Zionisme mempunyai beratus-ratus organisasi di Eropa, dan Arnerika yang
bergerak dalam berbagai lapangan yang penampilan-nya seakan-akan
nampak saling bertentangan, padahal semuanya aktif bekerja untuk
kepentingan Yahudi Internasional.

Ada yang kekuatannya sangat berlebihan, tapi ada pula yang sangat lemah.
Namun bagaimanapun penampilan, realitas masih menunjukkan bahwa,
orang-orang Yahudi sekarang masih berada diatas angin.

Rotary Club

Ta'rif

Berdiri tahun 1905. Rotary adalah sebuah organisasi mantel Free Massonry
yang sepenuhnya dikendalikan Yahudi Internasional. Organisasi ini lebih
populer dengan sebutan Rotary Club, dari kata-kata in rotation. Sebuah
ungkapan yang dibarengi dengan pertemuan-pertemuan utama bagi para
anggota club yang dilaksanakan di kantor-kantor mereka secara bergilir.

Sejarah Berdiri Dan Tokoh-Tokohnya

Paul Harris, seorang advokat pertama kali mendirikan Rotary Club di


Chicago pada tahun 1905. Tiga tahun kemudian Shirley Barry bergabung
ke dalam club ini dan memperluas gerakannya dengan cepat. la kemudian
menjadi sekretaris club dan kemudian mengundurkan diri dari club ini pada
tahun 1942. Paul Harris meninggal tahun 1947 setelah gerakannya
berkembang ke 80 negara dan mempunyai 6800 club serta 327.000
anggota. Kemudian pusat gerakan ini pindah ke Dublin Irlandia pada tahun
1911 atas jasa seorang aktifis yang bernama Mr.Moore. la pernah
mempersoalkan komisi dari setiap anggota baru organisasi ini yang tersebar
di Inggris. Pada tahun 1921 Rotary Club berdiri di Madrid. Tetapi
kemudian dibekukan dan dilarang melakukan aktifitas di seluruh Spanyol.
Pada tahun 1921 Rotary Club berdiri di Palestina. Ketika itu negara masih
menjadi impian zionis. la merupakan salah satu cabang Rotary yang paling
lama berdiri di kawasan negara-negara Arab. Tahun 30an berdiri cabang-
cabang Rotary di Aljazair dan Maroko di bawah perlindungan penjajahan
Perancis. Di Tripoli Barat terdapat cabang Rotary. Anggota Dewan
administrasinya antara lain John Robinson dan Von Krieg. Jacob Barzef
adalah ketua Rotary Club Israel pada tahun 1974 Pada tanggal 14 Maret
146
1973 ia bertolak menuju ke kota Taorrnina di Sisilia untuk menghadiri
sebuah konferensi yang diselenggarakan Rotary Club Italia. Dalam
konferensi itu ia menyatakan akan terjadinya sebuah konferensi Arab-
Israel. Sebab di dalam konferensi itu telah hadir delegasi berbagai negara
Arab dan delegasi Israel. Pembicara pertama dalam konferensi itu ialah
Mukhtar Aziz, utusan Rotary Club Tunisia. Kemudian disusul dengan
utusan Israel, Jacob Barzef, seorang Yahudi militan.

Pemikiran dan doktrin-doktrinnya.

· Agama tidak dijadikan standar dalam pemilihan anggota atau dalam


hubungan sesama anggota. Juga tidak dipermasalahkan tentang
kewarganegaraan seseorang. Rotary Club mencekoki anggotanya agar
mengikuti agama yang diakui atas dasar persamaan sesuai urutan abjad,
seperti Budha, Islam, Yahudi, Masehi, dan seterusnya. Dalam urutan
terakhir tersebut Taoisme, sebuah keyakinan orang-orang Tionghowa yang
muncul pada abad ke-6 SM. Agama ini meyakini bahwa kebahagiaan dapat
terpenuhi dengan tercapainya kebutuhan instink manusia dan kemudahan
hubungan sosial dan politik sesama manusia.

· Menggugurkan anggapan 'agama' memenuhi perlindungan kepada


Yahudi dan memudahkan mereka merasuk ke dalam berbagai aktifitas
kehidupan. Terbukti dengan dianggap perlunya keberadaan minimal '22'
orang Yahudi dalam setiap Club.

· Menurut mereka amal kebaikan harus dilaksanakan tanpa harus


menunggu balasan mated atau nonmateri. Ini jelas bertentangan dengan
konsep agama yang mengaitkan pekerjaan sukarela dengan pahala berlipat
ganda di sisi Allah. Mereka mengadakan pertemuan mingguan. Setiap
anggota harus hadir minimal 60% dalam setahun. Keanggotaan tidak
terbuka untuk semua orang. Orang yang berminat menjadi anggota harus
menunggu undangan Club untuk bergabung dengannya sesuai dengan
prinsip selektifitas. Klasifikasi keanggotaan didasarkan kepada pekerjaan
pokok yang mencakup 77 macam jenis pekerjaan.

· Para pekerja (buruh) tidak dibenarkan menjadi anggota club. Club


hanya memilih orang yang memiliki status sosial tinggi. Tingkat usia
anggota sangat diperhatikan. Mereka bekerja menghidupkan organisasi
dengan cara merekrut kaum laki-laki berusia produktif. Dalam setiap club
harus ada seorang wakil dari setiap profesi. Aturan ini sering dijadikan
147
kesempatan untuk mengangkat anggota yang disukai dan menyingkirkan
yang tidak disukai. Dalam Dewan Administrasi Club, harus ada satu atau
dua orang ketua club lama, sebagai pewaris langsung rahasia Rotary sejak
Paul Harris.

· Charles Marden yang pernah menjadi anggota Rotary selama tiga


tahun, telah melakukan studi terhadap organisasi ini. Kemudian ia
mengemukakan beberapa data berikut:

1. Setiap 421 orang anggota Rotary Club, 159 orang diantaranya


mempunyai keterikatan kuat dengan Freemasonry, loyalitas mereka
terhadap Free Massonry melebihi club-nya.

2. Dalam beberapa hal keanggotaan Rotary hanya terbatas untuk orang-


orang Free Massonry, seperti di Edinburgh Inggris pada tahun 1921.

3. Dalam sebuah perkumpulan yang disebut Nan's di Perancis di


sebutkan, "Jika orang-orang Freemasonry membentuk organisasi yang
bekerja sama dengan golongan lain, maka urusan organisasi tidak boleh
berada di tangan orang lain. Personil organisasinya harus dipegang orang-
orang Freemasonry dan harus berjalan sesuai dengan prinsip Freemasonry.

4. Ketika Freemasonry mengalami penyusutan, justru Rotary mendapat


dukungan sangat besar dan aktifitasnya semakin kuat. Hal ini dikarenakan
orang-orang Freemasonry mengalihkan segala aktifitasnya kepada club
Rotary sampai tekanan-tekanan terhadap mereka hilang dan kondisinya
kembali seperti semula.

5. Rotary didirikan 1905, yaitu tahun-tahun menjelang aktifnya Free


Masonry di Amerika.

Ada beberapa club yang ide dan caranya sangat mirip Rotary, yaitu Lions,
Kiwany, Exchange, Meja Bundar, Pulpen dan B'Nai B'Rith. Bentuk dan
aktifitas club-club ini hampir sama dengan Rotary. Begitu juga tujuannya,
kendati dalam beberapa hal terdapat perbedaannya. Tetapi hal itu hanyalah
untuk memperbanyak cara penyebaran ide dan penyedotan pendukung. Di
antara programnya ialah diselenggarakan kunjungan antar club. Di
beberapa kota dibentuk Dewan Pimpinan Club sebagai koordinator antar
club.

Akar-Akar Pemikiran Dan Keyakinannya

148
Dalam soal agama dan tanah air serta keteguhannya memegang prinsip
selektifitas mempunyai persamaan besar antara Rotary Club dengan
Freemassonry. Untuk menjadi anggota Rotary maupun Freemassonry atau
simpatisannya harus menunggu panggilan dari pengurus club. Pemahaman
tentang nilai dan semangat yang membentuk jiwa seseorang antara Free
Masonry dan Rotary Club sama. Seperti ide egaliti, fraterniti semangat
humanisme dan kerja sama internasional. Ini adalah semangat yang sangat
berbahaya yang diarahkan untuk mengikis karakteristik bangsa-bangsa dan
menguburkan segala bentuk loyalitas. Sehingga pribadi-pribadi akan
kehilangan identitas dan harga diri serta hidup dalam kebingungan.
Akibatnya tak ada lagi kekuatan yang dominan kecuali orang-orang Yahudi
yang terus menerus berambisi mendominasi dunia.

Rotary dan club-club yang sejenis dengannya bekerja aktif sesuai rencana
Yahudi di bawah naungan dominasi Free Masonry dan orang-orang yang
berperan aktif dalam Yahudi internasional, baik secara teoritis maupun
secara praktis. Keuntungan organisasi ini dengan segala aktifitasnya,
sepenuhnya untuk kepentingan Yahudi.

Dalam kepemimpinan antara Rotary dan Free Massonry tidak sama. Ketua
dan Pimpinan Free Masonry tetap misterius. Sebaliknya mungkin saja
Rotary dapat ditelusuri asal-usulnya, baik pendiri maupun pimpinan-
pimpinan terasnya. Tetapi untuk mendirikan cabang Rotary di mana saja,
tidak boleh sembarangan, kecuali dengan pengukuhan dari pucuk pimpinan
internasional dan di bawah pengawasan kantor lama. Dalam rangka
kemudahan hubungan dengan berbagai sekte dan golongan Rotary berpura-
pura aktif demi kamanusiaan. Selain itu ia berpura-pura membatasi
aktifitasnya dalam masalah-masalah sosial dan kultural. Cara pencapaian
sasarannya melalui pertemuan-pertemuan berkala, seminar, ceramah yang
mengarahkepada upaya mendekatkan antaragama dan menghapus segala
perbedaan keagamaan.

Sedangkan motivasi Rotary yang sebenarnya ialah membaurkan orang-


orang Yahudi dengan bangsa lain dengan mengatasnamakan kasih dan
persaudaraan. Melalui jalan ini mereka | mampu mengumpulkan berbagai
ma'lumat yang dapat membantu mereka dalam membantu tujuan mereka
yang bersifat ekonornis | dan politis. Juga membantu mereka dalam
menyebarkan tradisi tertentu yang akan memastikan timbulnya
kemerosotan (degenerate) sosial. Ini dapat kita lihat melalui persyaratan
149
keanggotaan yang hanya diberikan kepada orang-orang penting dan
menonjol di masyarakat.

Tempat tersiar dan pangaruhnya.

Pertama kalinya Rotary tumbuh di Amerika pada tahun 1905 Kemudian


pindah ke Inggris dan menyebar ke beberapa negara Eropa lamnya. Dari
benua itu club ini kemudian menyebar dan memiliki cabangnya di hampir
seluruh dunia. la mempunyai cabang di Israel dan club-club di negara-
negara Arab seperti Mesir, Yordania, Tunisia, Aljazair, Libiya, Marokko
dan Libanon. Beirut merupakan pusat perkumpulan tersebut di Timur
Tengah.

Ruhani Baru

Ta'Rif

Berdiri di awal abad 20. Ruhani baru adalah sebuah sekte perusak dan
gerakan tendensius yang didasarkan kepada magic. Gerakan ini mengaku
mampu mendatangkan ruh orang-orang yang sudah mati dengan cara-cara
ilmiah. Sasarannya menumbuhkan tasykik (keragu-raguan) terhadap agama
dan keyakinan serta membawa aliran agama baru dengan segala atributnya.
Gerakan ini pertama kali muncul di Amerika Serikat pada awal abad ke-20.
Di belakangnya adalah orang-orangYahudi. Aliran ini kemudian tersebar di
dunia Arab dan Islam.

Sejarah Berdiri Dan Tokoh-Tokohnya

Gerakan ini tidak dikenal pendirinya, baik di Eropa ataupun di Amerika


sendiri. Tetapi seruannya telah aktif sejak awal abad ke 20 ini. Tokoh-
tokoh terkenalnya antara lain: J. Arthur Fendlay, penulis buku Di Sekitar
Dunia Ether. Adlin Frederick Bourez, penulis buku Fenomena Ruang
Menghadirkan Ruh. Arthur Conan Doyle, penulis buku Di Sekitar Yang
Misterius. David Wajid, seorang Yahudi terkenal. Mrs. Wood Smith.

Di negara-negara Amerika dan Eropa muncul pula lembaga-lembaga milik


gerakan ini seperti Lembaga Internasional untuk Penelitian Ruh di Amerika
dan Persekutuan Ruhani di Inggris.

150
Di dunia Islam terdapat tokoh-tokoh yang bersemangat mengibarkan panji-
panji gerakan ini, antara lain:

1. Prof. Ahmad Fahmi Abul Khair, sekjen Lembaga Penelitian Ruh


Mesir. la menerbitkan sebuah majalah yang diberi nama Dunia Ruh.
Majalah ini berbicara atas nama aliran. Aktifitasnya dimulai sejak tahun
1937 M dan telah menerjemahkan buku Fendlay dan Bowers.

2. Prof. Wahid Dous, ketua Lembaga Penelitian Ruh yang meninggal


pada tahun 1985.

3. Dr. Abdul Jalil Radhi, ketua Perkumpulan Ruhani Ahram. Penulis


buku Kesaksianku Terhadap Persekutuan Ruhani London.

4. Hasan Abdul Wahab, sekretaris Lembaga Penelitian Ruh Mesir.

5. Penyair Libanon Halim Damous yang pernah mendewa-dewakan


seorang dajjal magic yang bemama Dahisy. la mengangkat Dahisy sebagai
nabi. Risalah Yang Mengejutkan adalah salah satu artikelnya yang ditulis
di dalam majalah Dunia Ruh.

Pemikiran Dan Doktrin-Doktrinnya

· Mereka mengatakan dapat menghadirkan ruh, meminta do'a kepada


orang-orang yang sudah meninggal untuk meminta pendapat mereka dalam
persoalan ghaib dengan segala problematikanya. Selain itu mereka juga
meminta tolong kepada ruh-ruh orang yang sudah meninggal itu untuk
mengobati berbagai penyakit jasmani dan ruhani. Juga menunjuki orang-
orang yang berbuat dosa serta menyingkap tentang kegaiban dan meramal
masa depan.

· Ruh, menurut mereka, dapat ditangkap dan menjelma serta dapat


diraba. Mereka juga mengakui bahwa ruh-ruh tertentu menyangka
pemiliknya selalu hidup. Menurut mereka ruh selalu siap melayani dan
memenuhi segala perintah yang diisyaratkan kepadanya.

· Mereka berkeyakinan bahwa ruh yang diminta hadir sebagai utusan


dari Tuhan kepada manusia sebagaimana Tuhan mengutus para rasul.
Sedangkan ajaran mereka lebih tinggi kedudukannya daripada ajaran para
rasul. Mereka beranggapan bahwa ruh-ruh dapat membantu membongkar
kejahatan dan menemukan tanda-tanda peninggalan kuno. Mereka juga

151
mengaku dapat mengobati penyakit jiwa melalui ruh-ruh itu. Mereka
mengaku dapat mengumpulkan gambar ruh-ruh di dalam sinar infra merah.
Untuk mengelabui orang mereka menggunakan selubung ilmiah dalam
aktifitasnya. Padahal kenyataannya yang dilakukan semata-mata magic trik
serta daya tarik magnetis yang dapat mempengaruhi penonton. mereka
mengunakan kontak dengan jin.

· Di dalam prakteknya mereka tidak meminta syarat-syarat yang jelas,


tidak dapat diulangi di depan setiap orang. Ini jelas bertentangan
percobaan-percobaan ilmiah.

· Mereka biasa menghadirkan ruh di kamar-kamar khusus yang I


remang-remang dalam cahaya kemerah-merahan. Segala pengakuan
mereka seperti penjelmaan ruh dan dialog dengannya, tidak dapat dilihat
oleh penonton. Tetapi dipindahkan kepada mereka melalui seorang
perantara. Dan ia adalah orang paling penting dalam praktek penghadiran
ruh.

· Menurut mereka perantara dapat melihat segala sesuatu yang tidak


tampak, mendengar sesuatu yang tidak terdengar, mampu menulis langsung
(tanpa ditulis dengan tangan) dan menggunakan telepati.

· Mereka menetapkan kepada para nabi dan rasul hanya sebagai


perantara. Orang yang menghadirkan ruh ditentukan oleh mereka, baik
jumlah atau jenisnya. Jika di antara yang hadir itu terdapat wanita, maka
duduknya diatur di depan pria kemudian wanita dan seterusnya. Selain itu
mereka juga sering mengalunkan musik untuk memalingkan perhatian
penonton dari apa yang sebenarnya sedang berlangsung. Mereka meyakini
setiap acara selalu ada satu ruh yang menjaga dan memelihara upacara itu.

· Mu'jizat para nabi, menurut keyakinan mereka, hanyalah sebuah


gejala keruhanian, seperti apa yang terjadi di kamar tempat menghadirkan
ruh. Mereka mengatakan mampu menghadirkan kembali mu'jizat para nabi.
Untuk menyebarkan ide-idenya mereka menyampaikannya kepada setiap
orang sesuai dengan keadaan orang I yang menjadi sasaran. Karena itu
mereka sering menggunakan nash- S nash kitab samawi setelah orang
tersebut terbius patuh.

· Mereka menolak wahyu dan menganggap di dalam agama tidak ada


sesuatu yang sah untuk diikuti. Karena itu mereka mengejek orang-orang

152
yang patuh beragama. Mereka mengatakan, tuhan mereka lebih nyata
daripada Tuhanj para rasul. Tuhan mereka lebih sedikit sifat-sifat
kemanusiaannya < lebih banyak sifat-sifat ketuhanannya.

· Selogannya, kemanusiaan, persaudaraan, kebebasan da persamaan.


Tetapi selogan-selogan tersebut hanya untuk mengelabuhi orang.

· Segala aktifitasnya ditumpukan untuk mengguncang keyakinan


beragama dan sendi-sendi moral. Mereka mengatakan terang-tefi bahwa
ruhiyah adalah agama baru yang menyeru internasionalis melempar semua
agama. Ritual keagamaan dan kewajiban-kewajit Ruhani Baru terbatas
untuk melatih orang supaya berkonsent kepada kekuatan ruhiyah. Dan ia
datang dengan cara baru ba kehidupan dan pemikiran baru tentang Tuhan.

· Ruh-ruh itu, menurut mereka, berbicara langsung dengan mereka,


hidup tenang dan bahagia meskipun orangnya kafir. Dengan demikian
jnenafikan keyakinan hari kebangkitan dan pembalasan. Kata mereka pintu
taubat selalu terbuka sampai melewati kematian. Sorga dan neraka adalah
kondisi mentaliti yang dijelmakan oleh pemikiran dan dibuat oleh
khayalan.

· Mereka memiliki teks-teks yang menjunjung tinggi orang-orang


korminis, penganut berhala, kaum Fir'aun dan orang Indian. Menurut
keyakinan Ruhani Baru, mereka orang-orang yang kuat ruhnya.

· Para kriminal dibebaskan dari dosa dengan alasan, mereka terpaksa


nielakukan. Karena itu mereka tidak dapat disiksa.

· Mereka berusaha menjamin dominasi Yahudi terhadap dunia, agar


negara mereka tegak di atas reruntuhan puing-puing kerusakan secara
menyeluruh.

· Majalah Scientific American mengumumkan hadiah uang dalam


jumlah besar bagi orang yang mampu memberikan alasan yang benar, yang
dapat membuktikan tentang kebenaran gejala-gejala keruhanian. Tetapi
sampai sekarang masih ditunggu pemenangnya. Demikian pula hadiah
yang ditawarkan oleh seorang ahli hipnotis Amerika Danger untuk tujuan
yang sama. Ini adalah bukti-bukti besar atas ketidakbenaran ajaran-ajaran
tersebut.

Akar Pemikiran Dan Doktrin-Doktrinnya

153
Terbukti, ajaran ini mempunyai hubungan pribadi dan ideologis dengan
Free Massonry dan Saksi Yehova. Rotary Club sangat mendukung
fenomena ini dan memberikan bantuan dan melindungi sepakterjangnya.
Dalam banyak hal, keyakinannya sangat dipengaruhi oleh Yahudi.

Sekularisme

Ta'rif

Mulai diperhitungkan keberadaannya secara politis bersamaan dengan


lahirnya revolusi Francis tahun 1789 M. Sekularisme adalah sebuah
gerakan yang menyeru kepada kehidupan duniawi tanpa campur tangan
agama. Ini berarti bahwa dalam aspek politik, pemerintahan juga harus
berdasar sekularisme.

Sejarah berdiri dan tokoh-tokohnya.

Gerakan sekularisme tumbuh di Eropa, dan berkembang ke seluruh penjuru


dunia seiring dengan pengaruh penjajahan, kristenisasi, dan komunisme.
Banyak faktor yang mengakibatkan tersebarnya gerakan ini, baik sebelum
dan sesudah meletusnya revolusi Prancis pada tahun 1799M. Sistem dan
pemikirannya telah mengkristal, dengan berkembangnya beberapa
peristiwa, yang secara kronologis sebagai berikut:

1. Kaum agamawan telah berubah menjadi tiran, menjadi politikus-


politikus profesional, dan menjadi diktator-diktator yang berkedok iklerius,
kepasturan, komuni, dan penjualan bursa penebusan dosa (pengampunan
dosa).

2. Sikap gereja menentang science, mengungkung pola berfikir,


membentuk pengadilan-pengadilan, penggeledahan, dan menuduh para
ilmuwan (Scientist) sebagai pengacau. Nicolaus Copernicus: Pada tahun
1543 M Ia menulis buku "Bergeraknya Benda-Benda Langit". Tapi buku
tersebutkemudian dilarang oleh gereja. Gardano: la menciptakan teleskop.
Lalu disiksa dengankejam sekali, padahal saat itu ia sudah berumur 70
tahun.Wafat tahun 1642M. Rene Descartes: Menyeru kepada penerapan
sistem logika dalam berfikir dan prilaku kehidupan. Francis Bacon: Muncul
dengan sistem empiriknya, yang ingin diterapkan dalam segala segi.4.
Baruch Spinoza: Penemu aliran kritik sejarah, nasibnya menentukan ia mati

154
dibakar. John Locke: Menuntut agar wahyu tunduk kepada akal ketika
terjadi kontradiksi.

3. Lahirnya prinsip "Akal dan Alam": Orang-orang sekuler menyeru


kepada kebebasan akal dan diletakkannya sifat-sifat Tuhan pada alam.

4. Revolusi Francis: Akibat konflik yang terjadi antara gereja di satu


pihak dengan gerakan-gerakan baru di lain pihak, maka lahirlah
pemerintahan Francis pada tahun 1789 M. Ini merupakan pemerintahan
sekuler pertama yang memerintah atas nama rakyat. Ada yang berpendapat,
bahwa orang-orang Freemasonry (Massonary) telah mengeksploitasi
kesalahan-kesalahan gereja dan pemerintahan Francis. Mereka
membonceng pada gelombang revolusi untuk mencapai tujuan-tujuan yang
mungkin bisa mereka raih.

5.Masa Pencerahan (Aufklarung) yang membidani lahirnya revolusi: Jean


Jacques Rousseau pada tahun 1778 M, menulis buku "Kontrak Sosial" yang
dianggap sebagai Injilnya revolusi. Montesquieu menulis buku "Semangat
undang-undang". Spinoza dikategorikan sebagai pelopor sekularisme
dalam arti sebagai sistem hidup dan moral. Tokoh ini mempunyai sebuah
risalah tentang "Ketuhanan dan Politik". Voltaire, penemu "Hukum Alam"
itu menulis buku "Agama dan Batas Akal Saja" tahun 1804 M. William
Godian pada tahun 1793 M, menulis buku "Keadilan Politik" yang isinya
terang-terangan menyeru kepada sekularisme.

6. Comte de Mirabeau dikatagorikan sebagai orator, pemimpin, dan


filosof revolusi Francis.

7. Sejumlah orang-orang proletar (kaum jelata) menyerbu Bastille dengan


mengumandangkan slogan "Roti", kemudian slogan berubah menjadi
"Kebebasan, Persamaan, dan Persaudaraan", yaitu slogannya orang-orang
Freemasonry, dan slogan "Matt Kaum Reaksioner" yaitu sebuah slogan
yang mengandung konotasi agama. Orang-orang Yahudi telah
memasukkan slogan-slogan tersebut untuk menghilangkan garis pemisah
antara, mereka dengan seperangkat peralatan negara, dan menghilangkan
perbedaan agama. Dengan demikian, maka berubahlah revolusi itu, dari
revolusi melawan kekejaman-kekejaman kaum agamawan menjadi revolusi
terhadap agama itu sendiri.

155
8. Teori Evolusi: Muncul sebuah buku "Asal Usul Manusia" tahun 1859
M, karangan Charles Darwin. Buku itu terfokus pada hukum natural
selection (penyaringan alam) dan ketetapan-ketetapan yang lebih layak.
Teori tersebut telah menetapkan, bahwa moyang manusia yang sebenarnya
adalah suatu embrio yang sangat kecil, yang hidup di sebuah alam tertentu
sejak berjuta-juta tahun yang silam. Kera adalah salah satu tahapan dari
evolusi yang berakhir pada manusia. Teori ini telah mengakibatkan
runtuhnya keyakinan-keyakinan agama dan tersebarnya atheisme. Orang-
orang Yahudi telah mengeksploitasi teori tersebut secara kejam.

9. Munculnya Friedrich Nietzsche: Filsafat Nietzsche yang beranggapan,


bahwa Tuhan telah mati, sedangkan yang menduduki tempat tuhan adalah
Superman.

10.Emile Durkheim (Yahudi): Mempadukan antara sifat kebinatangan


manusia dengan sifat materialistiknya dalam sebuah teori "Akal Terpadu".

11. Sigmund Freud (Yahudi): Menjadikan dorongan sexual sebagai


landasan untuk menafsirkan segala fenomena yang ada Manusia, menurut
pandangannya, adalah seekor binatang yang sexsualistis.

12. Karl Marx (Yahudi): Penemu tafsir materialisme berdasarkan filsafat


sejarah yang percaya pada evolusi mutlak. la adalah seorang propagandis
komunisme sekaligus pendiri pertamanya yang menganggap agama sebagai
candu masyarakat.

13. Jean Paul Sartre tentang "Existensialisme", dan Colin Wilson tentang
"Non Afiliation": menyeru kepada existensialisme dan atheisme.

14. Sekularisme di negara-negara Arab dan dunia Islam, bisa disebut


sebagai contoh, antara lain:

Di Mesir: Khudaiwi Ismail memasukkan perundang-undangan Francis pada


tahun 1883 M. Tokoh ini sudah tergila-gila terhadap Barat. Cita-citanya
ingin menjadikan Mesir sebagai bagian dari Barat.

India: Sampai tahun 1791 M, hukum yang berlaku di negri ini masih
sejalan dengan syariat Islam. Tetapi setelah didalangi oleh Inggris
kemudian berangsur-angsur berubah, melepaskan syari'at Islam. Sehingga
pada pertengahan abad-19, syari'at Islam telah habis sama sekali di negeri
itu.

156
Al-Jazair: Negara ini menghapuskan hukum Islam setelah dijajah Francis
pada tahun 1830 M.

Tunis: memasukkan perundang-undangan Francis pada tahun 1906 M.

Marokko: memasukkan perundang-undangan Francis tahun 1913 M.

Turki: Memakai baju sekularisme setelah melepaskan Khilafah Islamiyah,


dan stabilitas kekuasaan dikendalikan dan didominasi Kemal Ataturk,
walaupun sebelumnya telah terjadi guncangan-guncangan sebagai prolog
sekularisasi.

Irak dan Syam: Hukum Islam dihapuskan setelah khilafah Islamiyah


Usmaniyah tamat, dan tegaknya kekuasaan Inggris dan Francis dinegeri itu
sampai berurat-berakar.

Sebagian besar negara-negara Afrika: Di benua ini terdapat pemerintahan


Kristiani yang memiliki warisan otoritas setelah perginya penjajah.

Indonesia dan sebagian besar negara-negara Asia Tenggara juga berdiri


atas dasar negara sekuler.

Tersebarnya partai-partai sekuler dan timbulnya nasionalisme seperti:


Partai Baats, Partai Nasional Syria, Aliran Fir'aunisme, Aliran Thuranisme,
Nasionalisme Arab dan lain-lain.

Para propagandis sekularisme di negara-negara Arab dan di dunia Islam,


antara lain: Ahmad Lutfi Sayyid, Ismail Madzhar, Qasim Amin, Thaha
Husein, Abdul Aziz Fahmi, Michael Aflak, Anthon Sya'adah, Soekarno,
Jawaharal Nehru, Mustafa Kemal Ataturk, Jamal Abdul Nasser, Anwar
Sadat dan lain-lain.

Pemikiran Dan Doktrin-Doktrinnya

· Sebagian orang sekuler ada yang sama sekali mengingkari adanya


Allah. Sebagian ada yang percaya akan adanya Allah, tetapi mereka juga
meyakini, bahwa tidak ada hubungan antara Allah dengan kehidupan
manusia.

· Kehidupan ini hanyalah berdasarkan pada ilmu pengetahuan: dan


didukung oleh akal dan berbagai eksperimen. Ditegakkannya tembok

157
pemisah yang kokoh antara dunia ruh dengan materi. Nilai-nilai spiritual
menurut mereka adalah yang negatif.

· Dipisahkannya agama dengan politik, dan ditegakkannya kehidupan


berdasarkan materi belaka. Diterapkannya prinsip pragmatisme dalam
segala urusan kehidupan.

· Berpegang pada prinsip Machiavelli dalam filsafat hukum, politik


dan moral.

· Disebarkannya permisifisme, kekacauan akhlaq, dan dihancurkannya


keutuhan keluarga yang merupakan cikal bakal pertama dalam sebuah
bangunan masyarakat.

Adapun tersebarnya keyakinan-keyakinan sekularisme dalam masyarakat,


baik di dunia Islam maupun negara-negara Arab, adalah berkat jasa
kolonialisme dan kristenisasi. Keyakinan-keyakinan itu ialah:

· Diputar balikkannya hakekat Islam, Qur'an dan Rasulullah.


Diyakininya, bahwa Islam telah menyederhanakan tujuan-tujuannya, yakni
dianggapnya bahwa Islam hanyalah berupa upacara-upacara keagamaan
dan ritual belaka. Dianggapnya, bahwa Islam tidak sesuai dengan
peradaban, dan hanya menyebabkan kemunduran. Dikumandangkannya
kebebasan wanita sesuai dengan kebiasaan wanita-wanita Barat.

· Peradaban Islam diputarbalikkan. Gerakan-gerakan destruktif


kelompok sempalan dalam sejarah Islam dibesar-besarkan dan dianggapnya
bahwa itu adalah gerakan reformasi.

· Dihidupkannya peradaban-peradaban kuno. Segala sistem dan


manhaj sekuler dari Barat disadur dan ditransfer untuk dimasukkan ke
dalam dunia Islam. Dididiknya generasi-generasi Islam dengan pendidikan
sekuler. Apabila ada suatu alasan tentang keberadaan sekularisme di Barat,
maka tak ada satu alasanpun bagi Timur untuk menolak sekularisme.

Akar Pemikiran Dan Sifat Ideologinya

Mula-mula gerakan ini dirancang untuk memusuhi kekuasaan yang mutlak


dari gereja. Tapi dalam perkembangannya gerakan ini juga memusuhi

158
agama-agama apapun, baik yang mendukung ilmu Pengetahuan ataupun
yang memusuhinya.

Yahudi mempunyai peranan yang besar dalam menegakkan sekularisme,


karena mereka mendapat jalan untuk mewujudkan dominasinya, yaitu
dengan menghilangkan garis pemisah yang bersifat agamis, yang selama
ini menjadi penghalang antara Yahudi dengan semua bangsa lainnya di
muka bumi ini.

A Guillaume berkata: "Tak ada satu masalahpun bertentangan dengan ilmu


yang didalamnya ada agama, kecuali yang benar di pihak ilmu dan yang
salah di pihak sekutu agama".

Disama-ratakannya teori "Permusuhan antara ilmu di satu sisi dan agama


disisi yang lain", agar di dalamnya termasuk agama Islam, meskipun Islam
tidak pernah berlawanan, baik dengan kehidupan maupun dengan ilmu
(science) seperti halnya sifat gereja, bahkan islamlah yang lebih dahulu
menerapkan sistem empirik dan menyebarkan science.

Diingkarinya akherat karenanya tak ada amal perbuatan untuk akherat.


Mereka yakin bahwa kehidupan di dunia adalah satu-satunya kesempatan
untuk bersuka-ria dan berfoya-foya.

Tempat Tersiar Dan Kawasan Penyebarannva

Sekularisme pertama kali muncul di Eropa. Tapi mulai diperhitungkan


keberadaannya secara politis bersamaan dengan lahirnya revolusi Francis
tahun 1789 M. Berkembang merata ke seluruh Eropa pada abad ke-19 M.
Kemudian tersebar lebih luas lagi ke berbagai negara di dunia, terutama
dalam bidang politik dan pemerintahan, yang pada abad ke 20 M. dibawa
oleh penjajah dan missionaris Kristen.

International Association Of Lions Club

Ta'Rif

Berdiri tahun 1915. International Association of Lions Club ialah sebuah


perkumpulan dari club-club yang pada lahirnya memiliki sifat kepedulian
sosial. Akan tetapi perkumpulan ini termasuk salah satu organisasi-
organisasi Internasional yang berafiliasi kepada gerakan Freemasonry yang

159
dikendalikan oleh beberapa orang Yahudi dalam upaya merusak dan
mendominasi dunia.

Sejarah Berdiri Dan Tokoh-Tokohnya

Pada musim panas tahun 1915 M. Milvan Jones, pendiri Club ini
mengumandangkan ide untuk mendirikan club-club dimana akan tergabung
di dalamnya para pegawai dari seluruh penjuru Amerika Serikat. Dan club
pertama yang berdiri dari jenis club-club tersebut adalah di kota San
Antonio Texas.

Pada bulan Mei 1917, muncullah Internasional Association ofm Lions Club
ke permukaan. Organisasi ini telah menyelenggarakanjj pertemuan
pertamanya di Chicago, sebuah kota dimana beberapa Rotary Club telah
lahir.

Para ahli berkeyakinan bahwa club ini berinduk kepada B'Nai B 'Rits, yang
didirikan pada tanggal 13 Oktober 1834 di New York

Secara umum, Lions Club dalam berbagai hal berinduk kepada organisasi
Freemasonry.

Lions Club sengaja didirikan untuk menggantikan club-club sebelumnya,


ketika club-club itu terbongkar kedoknya atau tertindas. Sebab sepintas lalu
Lions Club nampak dalam bentuk organisasi sosial yang bersifat reformis
dan toleran.

Pemikiran Dan Doktrin-Doktrinnya

Nama mereka adalah "LIONS", dimana singa mereka jadikan sebagai


lambang kekuatan dan keberanian. Aktifitas-aktifitasnya yang nampak
dipermukaan adalah sebagai berikut:

· Menyerukan slogan "Kebebasan, Persamaan,dan Persaudaraan"

· Menyebarkan arti kebaikan dan kerja sama antar bangsa.

· Membangun semangat kerukunan antar pribadi-pribadi dengan cara


melonggarkan dan menjauhkan ikatan-ikatan aqidah keyakinan.

· Memperhatikan keadilan sosial.

160
· Aktif menyebarkan ilmu pengetahuan dengan berbagai sarana yang
memungkinkan.

· Menolong orang-orang yang cacat, meringankan kejenuhan hidup


sehari-hari dalam masyarakat.

· Memberikan pelayanan kepada lingkungan sekitar.

· Menyelenggarakan perlombaan-perlombaan yang bersifat hiburan.

· Mendukung proyek-proyek perbaikan sosial.

· Mendukung proyek-proyek PBB.

Keanggotaan

Syarat-syarat untuk menjadi anggota dalam Lions Club tidak banyak


berbeda dengan syarat-syarat keanggotaan dalam club-club Massonary dan
Rotary. Tetapi Lions Club berbeda dengan club-club Freemasonry lainnya.
Keanggotaan club ini boleh diwakili oleh lebih dari 2 orang anggota dalam
satu profesi. Siapapun tidak boleh mengajukan permohonan untuk menjadi
simpatisan club tersebut, akan tetapi merekalah yang mencalonkan dan
mengajukannya, apabila mereka melihat satu potensi pada diri calon
anggota untuk kepentingan mereka.

Disyaratkan, agar anggota itu terdiri dari para tokoh pekerja Yang sukses,
dan tempat kerjanya harus berada di daerah dimana terdapat Lions Club.

Diwajibkan kepada setiap anggota untuk mencapai prosentase


kehadirannya dalam pertemuan-pertemuan mingguan, minimal 60% dalam
setahun. Dilarang sama sekali memasukkan orang-orang fundamentalis dan
orang-orang yang fanatisme nasionalnya berlebihan.

Disedotnya para pemuda pemudi dan berusaha memelihara tjngkatan umur


yang relatif muda, untuk menjaga dinamika club secara berkesinambungan
terutama karena masih mudah dipengaruhi. Disedotnya pula nyonya-
nyonya dari istri para pejabat tinggi, sebagaimana dipercayakan kepada
mereka tugas untuk melakukan kontak dengan para tokoh. Untuk mereka
(ibu-ibu) mempunyai club-club tersendiri, yang disebut Lioness Club.

Bagan Organisasi

161
Setiap Club terdiri dari: Seorang Ketua, Seorang atau lebih wakil ketua,
Seorang Sekretaris dan seorang Bendahara. Dewan Manajer, yang terdiri
dari 12 orang. Satu atau 2 orang dari mereka harus dari ketua-ketua club
yang lama, dengan tujuan untuk memudahkan kontrol bagi Dewan
Manager (Executive) agar club itu tidak menyimpang dari garis yang
dikehendaki oleh club mereka. Biro-biro yang dibuka oleh Dewan
Executive dimaksudkan agar bisa mencakup berbagai macam organisasi.

Bahaya Lions Club.

Segala aktifitasnya yang nampak baik, merupakan pancingan, yang


tersembunyi dibalik tujuan-tujuan yang sebenarnya. Mereka mempunyai
ciri-ciri tersendiri, dengan rencana dan sistem kerja yang berdasarkan
prinsip gerakan bawah tanah, agar dapat mengumpulkan data secara akurat.

Diketahuinya rahasia-rahasia profesi seseorang dari pertemuan-pertemuan


mereka, adalah sesuatu yang memberi mereka kemampuan'untuk
mengontrol pasar-pasar lokal, dan membantu mereka untuk campur tangan
dalam masalah ekonomi di sebuahj negara tertentu.

Dikumpulkannya data-data yang berhubungan dengan masalah masalah


politik dan keagamaan di sebuah negara, dimana cluw mereka berada.
Data-data itu kemudian dikirimkannya ke PllS* Organisasi Internasional
yang mengkaji dan membuat perencar yang tepat untuk kepentingan
mereka di negara tersebut. Dibag baginya tempat kerja mereka. Dari sana,
masing-masing bagtf harus diisi dengan aktifitas-aktifitas oleh biro masing-
masing,sesi; dengan bagiannya.

Banyak ketidak jelasan yang menyelimuti sumber rahasia dan sarana


mereka. Dewan Eksekutif Lions daerah melakukan proses-proses
pengamanan secara ketat di wilayahnya. Mereka selalu mengumandangkan
slogan "Agama untuk Tuhan, Tanah air untuk semuanya ".

Islam, menurut mereka, secara lahir sama saja dengan agama lain, baik itu
agama samawi ataupun agama ciptaan manusia. Adapun maksud yang
sebenarnya dari mereka adalah melakukan tipu daya, meskipun yang
mereka lakukan terhadap Islam lebih spesifik daripada tipu daya terhadap
agama lain.

Dalam ceramah dan pidato-pidatonya, mereka menitik beratkan pada


penonjolan kedudukan Israel dan rakyatnya secara teratur. Disamping itu,
162
mereka menanamkan juga fikiran-fikiran Zionisme dalam otak para
anggotanya. Mereka telah menyelenggarakan sebuah penataran di Lions
Club Mesir yang baru dibuka di Kairo untuk membahas tentang perjanjian
damai antara Mesir dan Israel.

Diselenggarakan pesta-pesta gila, campur aduk antara laki-laki dan


perempuan, dansa-dansi, dibawah slogan "Pesta-pesta kebaikan ".

Lembaga Fiqih Internasional, dalam pertemuan pertama di Makkah, pada


tanggal 10 Ramadlan 1398 H, mengeluarkan sebuah keputusan yang
menjelaskan bahwa prinsip-prinsip gerakan Freemasonry, Lions Club, dan
Rotary Club secara garis besarnya sangat bertentangan dengan prinsip dan
pokok-pokok ajaran Islam.

Akar Pemikiran Dan Sifat Ideologinya

Lions Club sebenarnya berada dalam lingkaran Freemasonry yang menjadi


Induknya. Oleh karena itu akarnya satu yaitu Zionisme. Lions Club secara
lahiriyah menyerukan ide "Ikatan Kemanusiaan" dan menghilangkan
diskriminasi antar ummat manusia. Tetapi hakekat yang sebenarnya dari
organisasi ini adalah merupakan mantel Zionisme.

Tempat Tersiar Dan Kawasan Pengaruhnya

Organisasi ini mempunyai club-club di Amerika, Eropa, Asia negara-


negara lainnya. Pada awal tahun 1970 Lions Club mengaku, bahwa jumlah
anggotanya lebih dari 934.000 orang yang tersebar di 146 negara. Pusat
Lions Club sekarang ialah di Oakpark, Illinois Amerika Serikat.

Lions Club dan Rotary semakin aktif di Mesir setelah ditanda tanganinya
perjanjian damai dengan Israel. Organisasi ini menjadikan hotel-hotel besar
sebagai markasnya, seperti hotel Assalam di Mesir Baru, Hilton, Syebrid,
dan Sheraton.

Organisasi ini sanggup mengeluarkan dana yang besar seperti untuk


hadiah-hadiah yang diberikan pada pesta-pesta peningkatan persahabatan
dan pesta-pesta yang bisa mendatangkan proyek-proyek. Hal itu telah
menimbulkan tanda tanya bagaimana sumber-sumber keuangan mereka di
dapat.

163
Qodiyani (Ahmadiyah)

Ta’Rif

Qadiyanisme muncul tahun 1900 M, yang dibidani oleh penjajah Inggris di


benua India dengan tujuan merusak dan menjatuhkan ummat Islam dari
segi ajarannya sendiri, khususnya dari segi jihad, sehingga mereka tidak
mengha-dapi penjajah dengan mengatas namakan Islam. Corong gerakan
ini adalah majalah "Religion" yang diterbitkan dalam bahasa Inggris.

Sejarah Berdiri Dan Tokoh-Tokohnya

Mirza Ghulam Ahmad Al-Qadiyani (1839-1908) M, adalah pelaksana


utama bagi terwujudnya Qadiyanisme. Tokoh ini mempunyai kaitan erat
dengan sebuah keluarga yang terkenal sebagai "Pengkhianat" terhadap
agama dan negara.

Tokoh ini dikenal dikalangan para pengikutnya dengan perawakan


kerempeng, sering sakit-sakitan, dan pecandu narkotik. Mirza Ghulam
Ahmad, menulis buku lebih dari 50 judul, brosur-brosur, dan makalah-
makalah. Diantara bukunya yang terpenting ialah: "Izalatul Auham"
(menghilangkan prasangka), "I'Jaz Ahmady" (mu'jizat Ahmadiyah),
"Barahin Ahmadiyah" (Bukti-bukti Ahmadiyah), "Anwarul Islam" (Cahaya
Islam), "I'jazul Masih"(mu'jizat AlMasih), "At-Tabligh"(Tab\igh),dan
"Tajaliyat Ilahiyah" (Bukti-bukti Ketuhanan).

Para Khalifah dan Tokoh Qadiyanisme.

Nuruddin: Orang-orang Inggris meletakkan mahkota khilafah di atas


kepalanya, kemudian diikuti oleh para pendukungnya.
Diantarakaryatulisnyaialah "FashlulKhitab". Dialahkhalifah pertama.

Muhammad Ali Amir Qadiyanisme Lahore. Tokoh ini menjadi otak


Qadiyanisme dan mata-mata penjajah, yang bekerja pada sebuah majalah
propaganda "Qadiyanisme". Ia telah mengeluarkan sebuah terjemahan Al-
Qur'an yang diselewengkan dalarn bahasa Inggris. Diantara karya-karya
tulisnya ialah: "Haqiqatul Ikhtilaf" (hakikat perselisihan), dan "An-
Nubuwah Fil Islam" (Kenabian Dalam Islam).

164
Muhammad Shadiq: Mufti Qadiyanisme. Karangannya antara lain:
"Khadimu Khatamun Nabiyyin " ( Khadam nabi terakhir). Basyir Ahmad
bin Ghulam. Diantara karya-karyanya ialah: Siratul Mahdi (sejarah hidup
Al-Mahdi), dan Kalimatul Fashl (kata Pemisah).

Muhammad Ahmad bin Ghulam sebagai khalifah kedua. Diantara karya-


karya tulisnya ialah: "Anwarul Khilafah" (cahaya Khilafah),
"TuhfatulMuluk " (persembahan para raja), dan "Hakikatun Nubuwah "
(hakikat kenabian).

Pemikiran Dan Doktrin-Doktrinnya

Diyakininya bahwa Mirza Ghulam Ahmad adalah al-Masih yang


dijanjikan. Diyakininya, bahwa Allah itu berpuasa, shalat, tidur, bangun
menulis dan membuat tanda tangan, bersalah dan berkumpul. (Maha suci
Allah dari segala sifat-sifat seperti itu).

Seorang penganut Qadiyani berkeyakinan, bahwa Tuhannya adalah orang


Inggris, sebab ia mengajaknya berbicara dengan bahasa Inggris.
Qadiyanisme yakin, bahwa kenabian tidak berakhir pada nabi Muhammad
SAW, tetapi masih tetap berlangsung. Allah mengutus rasul sesuai dengan
kebutuhan. Dan Ghulam Ahmad adalah nabi yang paling mulia dari semua
nabi.

Diyakininya bahwa, Jibril As. turun kepada Ghulam Ahmad, memberi


wahyu dan ilham kepadanya seperti Al-Qur'an. Dikatakannya bahwa, tidak
ada Al-Qur'an, kecuali yang disampaikan oleh Al-Masih yang dijanjikan
(yaitu Ghulam Ahmad), dan tidak ada Hadits, kecuali yang datang dari
ajaran-ajarannya, dan tidak ada nabi kecuali di bawah naungan Ghulam
Ahmad.

Diyakininya bahwa mereka adalah penganut agama yang baru,


independent, dengan syari'at yang spesifik pula. Dan diyakininya pula,
bahwa rekan-rekan Ghulam Ahmad adalah seperti shahabat-shahabat
Rasulullah SAW.

Diyakininya, bahwa "Qadiyarn" adalah seperti Madinah Al-Munawwarah


dan Makkah, bahkan lebih mulia daripada kedua kota tersebut. Dan tanah
Qadiyan itu adalah tanah haram. Itulah

165
kiblat mereka dan tempat haji mereka. Dihapuskannya aqidah jihad, dan
mereka taat tanpa reserve kepada pemerintah Inggris. Sebab, menurut
mereka pemerintah Inggris itu adalah yang berkuasa berdasarkan nash Al-
Qur'an. Setiap orang Islam, menurut mereka adalah kafir, sampai mereka
masuk kepada Qadiyanisme. Dan yang kawin (memperistri atau bersuami)
dengan orang non Qadiyanisme dianggap kafir.

Dihalalkannya Khamar, candu, heroin dan minum-minuman keras yang


memabukkan.

Akar Pemikiran Dan Sifatidiologinya

Gerakan westernisasi Sir Sayyid Ahmad Khan telah turut membidani


lahirnya Qadiyanisme, akibat pemikiran-pemikiran menyeleweng yang
dilontarkannya.

Untuk mengeksploitasi kondisi tersebut, maka Inggris membuat sebuah


gerakan Qadiyanisme. Untuk memimpin gerakan tersebut, dipilihlah
seorang laki-laki dari keturunan yang berpe-ngaruh diantara kaki tangan
Inggris.

Qadiyanisme mempunyai hubungan yang kuat dengan Israel. Negeri ini


telah membuka jalan bagi orang-orang Qadiyani untuk mendirikan markas-
markas dan sekolah-sekolah, mendorong mereka untuk mampu membuat
sebuah majalah yang menjadi corong Qadiyanisme, mencetak buku-buku
dan brosur-brosur untuk didistribusikan ke seluruh dunia.

Mereka terpengaruh oleh agama Masehi, Yahudi, dan gerakan-gerakan


kebatinan. Nampak jelas sekali dalam aqidah mereka dan perilaku mereka,
meskipun secara lahir mereka mengaku Islam.

166

Anda mungkin juga menyukai