Anda di halaman 1dari 24

Ahhamiyatusy syahadatain (pentingnya syahadatain)

1. QS. An-Nisa :41

‫ك ع َٰلى ٰهُٓؤاَل ۤ ِء َش ِه ْيدًا‬


َ ِ‫ۗ فَ َك ْيفَ اِ َذا ِجْئنَا ِم ْن ُك ِّل اُ َّم ۢ ٍة بِ َش ِه ْي ٍد َّو ِجْئنَا ب‬

Dan bagaimanakah (keadaan orang kafir nanti), jika Kami mendatangkan seorang saksi (Rasul) dari setiap
umat dan Kami mendatangkan engkau (Muhammad) sebagai saksi atas mereka.

Setelah menggambarkan perilaku orang-orang yang sombong dan membanggakan diri yang
dikategorikan sebagai orang-orang kafir itu, ayat berikut menghadapkan kenyataan itu terhadap orang
beriman untuk ditarik pelajaran. Maka jadikanlah bahan renungan tentang bagaimanakah kelak keadaan
orang kafir itu, jika kami pada hari itu mendatangkan seorang saksi, yakni rasul, dari setiap umat, dan
kami mendatangkan engkau, wahai Muhammad, sebagai saksi atas mereka, orangorang sombong dan
membanggakan diri itu. Karena pada hari ketika mereka dibangkitkan itu, orang yang kafir yang
sombong dan membanggakan diri dan orang yang mendurhakai rasul, nabi Muhammad, berharap
sekiranya mereka diratakan dengan tanah, hancur luluh menjadi tanah sehingga tidak ada yang tersisa
sedikit pun dari jasmani mereka, dengan demikian mereka merasa tidak diadili lagi, padahal mereka
tidak dapat menyembunyikan sesuatu kejadian apa pun dari Allah dari apa yang mereka perbuat.
Sungguh hal ini menjadi pelajaran bagi orang-orang beriman

2. Al-Baqarah: 143

َ ‫َت‬ ْ ‫اس َويَ ُكوْ نَ ال َّرسُوْ ُل َعلَ ْي ُك ْم َش ِه ْيدًا ۗ َو َما َج َع ْلنَا ْالقِ ْبلَةَ الَّتِ ْي ُك ْنتَ َعلَ ْيهَٓا اِاَّل لِنَ ْعلَ َم َم ْن يَّتَّبِ ُع ال َّرسُوْ َل ِم َّم ْن يَّ ْنقَلِبُ ع َٰلى َعقِبَ ْي ِه ۗ َواِ ْن كَان‬
ِ َّ‫َعلَى الن‬
‫هّٰللا‬ ‫هّٰللا‬ ‫هّٰللا‬
‫َّح ْي ٌم‬
ِ ‫فر‬ ٌ ْ‫اس لَ َرءُو‬ِ َّ‫ض ْي َع اِ ْي َمانَ ُك ْم ۗ اِ َّن َ بِالن‬ ِ ُ‫لَ َكبِي َْرةً اِاَّل َعلَى الَّ ِذ ْينَ هَدَى ُ ۗ َو َما َكانَ ُ لِي‬

Dan demikian pula Kami telah menjadikan kamu (umat Islam) ”umat pertengahan” agar kamu menjadi
saksi atas (perbuatan) manusia dan agar Rasul (Muhammad) menjadi saksi atas (perbuatan) kamu. Kami
tidak menjadikan kiblat yang (dahulu) kamu (berkiblat) kepadanya melainkan agar Kami mengetahui
siapa yang mengikuti Rasul dan siapa yang berbalik ke belakang. Sungguh, (pemindahan kiblat) itu
sangat berat, kecuali bagi orang yang telah diberi petunjuk oleh Allah. Dan Allah tidak akan menyia-
nyiakan imanmu. Sungguh, Allah Maha Pengasih, Maha Penyayang kepada manusia.

143. Allah memuji kaum muslimin: “Sebagaimana Kami telah memberi kalian petunjuk kepada agama
Islam, Kami juga menjadikan kalian umat pertengahan, agar kalian menjadi saksi atas umat-umat yang
lain di akhirat bahwa rasul-rasul mereka telah menyampaikan dakwah kepada mereka; dan Rasulullah
Muhammad akan menjadi saksi atas kalian bahwa dia telah menyampaikan kepada kalian risalah yang
dibebankan kepadanya.

Dan Kami tidak menjadikan perpindahan kiblat ini kecuali sebagai ujian, agar nampak siapa yang
mentaati Rasul dan siapa yang ragu dalam beragama serta keluar dari Islam. Dan perkara perpindahan
kiblat ini sungguh berat kecuali bagi orang-orang yang mendapat hidayah dari Allah sehingga menjadi
mudah bagi mereka.”

Dan Allah tidak akan menghilangkan pahala shalat kalian ketika masih menghadap ke Baitul Maqdis,
namun Dia akan menerima shalat itu dan membalasnya, sebab Allah Maha Lembut dan Maha
Penyayang kepada hamba-hamba-Nya.

Dari Abu Sa’id al-Khudri ia berkata, Rasulullah bersabda: “Nabi Nuh akan dipanggil pada hari kiamat, lalu
dia menjawab: “Aku menjawab panggilan-Mu Wahai Tuhanku.” Maka Allah bertanya: “Apakah kamu
telah menyampaikan risalah?” Nuh Menjawab: “Sudah”. Maka umatnya akan ditanya: “Apakah Nuh
telah menyampaikan risalah kepada kalian?” Mereka menjawab: “Tidak ada seorangpun yang datang
kepada kami memberi peringatan.” Maka Allah berfirman kepada Nuh: “Siapa yang akan menjadi
saksimu?” Nuh menjawab: “Muhammad dan umatnya.” Maka Nabi Muhammad dan umatnya bersaksi
bahwa Nabi Nuh telah menyampaikan risalah kepada umatnya. Kemudian Nabi Muhammad akan
menjadi saksi atas kalian. Itulah maksud dari firman Allah:

َ ِ‫َو َك ٰ َذل‬
ِ َّ‫ك َج َع ْلنَا ُك ْم ُأ َّمةً َو َسطًا لِّتَ ُكونُوا ُشهَدَا َء َعلَى الن‬
‫اس َويَ ُكونَ ال َّرسُو ُل َعلَ ْي ُك ْم َش ِهيدًا‬

(Shahih Bukhari 8/141 no. 4487.

A. Mudkholun ilal-islam (pintu gerbang masuk ke dalam Islam)

1. QS. Al-a'raf : 172

ُ ‫ك ِم ۢ ْن بَنِ ْٓي ٰا َد َم ِم ْن ظُهُوْ ِر ِه ْم ُذ ِّريَّتَهُ ْم َواَ ْشهَ َدهُ ْم ع َٰلٓى اَ ْنفُ ِس ِه ْم ۚ اَلَس‬
‫ْت بِ َربِّ ُك ْم ۗ قَالُوْ ا بَ ٰلى ۛ َش ِه ْدنَا ۛاَ ْن تَقُوْ لُوْ ا يَوْ َم ْالقِ ٰي َم ِة اِنَّا ُكنَّا ع َْن ٰه َذا‬ َ ُّ‫َواِ ْذ اَ َخ َذ َرب‬
َ‫ۙ ٰغفِلِ ْين‬

Dan (ingatlah) ketika Tuhanmu mengeluarkan dari sulbi (tulang belakang) anak cucu Adam keturunan
mereka dan Allah mengambil kesaksian terhadap roh mereka (seraya berfirman), “Bukankah Aku ini
Tuhanmu?” Mereka menjawab, “Betul (Engkau Tuhan kami), kami bersaksi.” (Kami lakukan yang
demikian itu) agar di hari Kiamat kamu tidak mengatakan, “Sesungguhnya ketika itu kami lengah
terhadap ini.”

Tafsir Al-Muyassar / Kementerian Agama Saudi Arabia

Dan ingatlah (wahai rasul), ketika tuhanmu mengeluarkan anak keturunan adam dari tulang-tulang sulbi
bapak-bapak mereka dan meminta pengakuan mereka tentang keesaan Allah melalui keyakinan yang
Ditanamkan dalam fitrah-fitarah mereka, bahwa sesungguhnya Dia adalah tuhan mereka, pecipta
mereka, serta penguasa mereka, kemudian mereka mengakui itu dihadapanNya, karena dikhawatirkan
mereka akan mengingkari (hakikat tersebut) pada hari kiamat, sehingga tidak mengakui apapun dari
keyakinan-keyakinan tersebut, dan mereka akan menyangka bahwa sesungguhnya hujjah Allah
belumlah tegak nyata dihadapan mereka, dan sama sekali tidak ada pengetahuan yang mereka miliki
tentangnya. Bahkan sebenarnya mereka itu lalai darinya.

Tafsir Al-Madinah Al-Munawwarah / Markaz Ta′dzhim al-Qur′an di bawah pengawasan Syaikh Prof. Dr.
Imad Zuhair Hafidz, professor fakultas al-Qur′an Universitas Islam Madinah

172. Dan ingatlah hai Rasulullah dan orang-orang yang berakal, ketika Allah mengeluarkan dari sulbi Bani
Adam keturunan mereka dan menjadikan mereka beranak pinak dari generasi ke generasi; dan ketika
Allah mengeluarkan mereka dari perut ibu mereka dan tulang sulbi ayah mereka; kemudian Allah
mengikrarkan kepada mereka ketuhanan-Nya dengan menjadikannya dalam fitrah mereka, bahwa Dia
adalah Tuhan, Pencipta, dan Penguasa mereka. Dia berfirman: “Bukankah Aku adalah Tuhan, Penguasa,
dan Pengatur kalian?” Mereka menjawab: “Benar, kami bersaksi atas diri kami dengan penuh keyakinan
dan keridhaan bahwa Engkau adalah Tuhan dan Pencipta kami, tidak ada Tuhan selain Engkau. Karena
rahmat dan kekuasaan-Mu, kami mengikrarkan kesaksian ini.”

Allah menyebutkan sebab pengambilan kesaksian ini, yaitu agar mereka tidak mengatakan pada hari
kiamat sebagai alasan atas kesyirikan yang mereka lakukan: “Sungguh kami lalai dan tidak mengetahui
keesaan dan ketuhanan Engkau.”

Akan tetapi karena mereka telah diciptakan dengan fitrah, dan menjadikan dalam setiap makhluk-Nya
tanda-tanda yang menunjukkan keesaan-Nya, serta mengutus para rasul yang memberi mereka kabar
gembira dan peringatan; maka alasan mereka tidak dapat diterima.

2. QS. Muhammad:19

‫ت ۚ َوهّٰللا ُ يَ ْعلَ ُم ُمتَقَلَّبَ ُك ْم َو َم ْث ٰوى ُك ْم‬ َ ِ‫فَا ْعلَ ْم اَنَّهٗ ٓاَل اِ ٰلهَ اِاَّل هّٰللا ُ َوا ْستَ ْغفِرْ لِ َذ ۢ ْنب‬
ِ ‫ك َولِ ْل ُمْؤ ِمنِ ْينَ َو ْال ُمْؤ ِم ٰن‬

Maka ketahuilah, bahwa tidak ada tuhan (yang patut disembah) selain Allah dan mohonlah ampunan
atas dosamu dan atas (dosa) orang-orang mukmin, laki-laki dan perempuan. Dan Allah mengetahui
tempat usaha dan tempat tinggalmu.

Tafsir Ringkas Kementrian Agama RI

Setelah Allah menjelaskan bahwa kesadaran tidak lagi berguna setelah berakhirnya kehidupan dunia,
maka Allah menyuruh rasul-Nya agar teguh pendirian dan agar memohonkan ampunan untuk para
pengikutnya. Maka ketahuilah, bahwa tidak ada tuhan (yang patut disembah) selain Allah dan mohonlah
ampunan atas dosamu dan atas dosa orang-orang mukmin, laki-laki dan perempuan. Dan Allah
mengetahui tempat usaha kamu mencari bermacam-macam keperluan hidupmu di dunia dan
mengetahui tempat tinggalmu untuk beristirahat setelah engkau bekerja sepanjang hari. 20. Pada ayat-
ayat yang lalu disebutkan sikap orang munafik, orang kafir dan orang beriman ketika mendengar ayat-
ayat Al-Qur′an tentang akidah, seperti keimanan kepada kesesaan Allah, kebangkitan dan sebagainya.
Pada ayat berikut disebutkan sikap mereka pada waktu mendengar ayat-ayat Allah tentang perintah
berjihad di jalan Allah. Orang-orang beriman selalu menungu-nunggu perintah berjihad, bahkan mereka
ingin perintah itu dinyatakan dengan tegas. Dan orang-orang yang beriman berkata, ′mengapa tidak ada
suatu surah yang kandungannya berisi tentang perintah jihad yang diturunkan agar kami mengamalkan
dan mengikuti perintahnya′′ sedangkan bagi orang-orang munafik, bila diturunkan ayat yang
mewajibkan mereka berjihad, mereka bersikap ingkar dan penuh rasa takut. Maka apabila ada suatu
surah diturunkan yang jelas maksudnya dan di dalamnya tersebut perintah perang, engkau wahai nabi
Muhammad, melihat orang-orang yang di dalam hatinya ada penyakit kemunafikan atau lemah imannya
memandang kepadamu seperti pandangan orang yang pingsan sehingga matanya terbelalak karena
takut mati menimpa mereka. Tetapi itu lebih pantas bagi mereka. (catatan : sebagian ulama memaknai
′fa awla lahum′ dengan ′maka kecelakaanlah bagi mereka′. Ayat ini seakan-akan menyatakan orang yang
demikian lebih baik mati daripada hidup tidak taat kepada perintah agama).

B. Khulasatu ta'alamil-islam (inti sari ajaran Islam)

1.QS. Al-Anbiya :25

‫ك ِم ْن َّرسُوْ ٍل اِاَّل نُوْ ِح ْٓي اِلَ ْي ِه اَنَّهٗ ٓاَل اِ ٰلهَ آِاَّل اَن َ۠ا فَا ْعبُ ُدوْ ِن‬
َ ِ‫َو َمٓا اَرْ َس ْلنَا ِم ْن قَ ْبل‬

Dan Kami tidak mengutus seorang rasul pun sebelum engkau (Muhammad), melainkan Kami wahyukan
kepadanya, bahwa tidak ada tuhan (yang berhak disembah) selain Aku, maka sembahlah Aku.

Zubdatut Tafsir Min Fathil Qadir / Syaikh Dr. Muhammad Sulaiman Al Asyqar, mudarris tafsir Universitas
Islam Madinah

25. ‫ك ِمن َّرسُو ٍل ِإاَّل نُو ِح ٓى ِإلَ ْي ِه َأنَّ ۥهُ آَل ِإ ٰلهَ ِإآَّل َأن َ۠ا‬
َ ِ‫( َو َمآ َأرْ َس ْلنَا ِمن قَ ْبل‬Dan Kami tidak mengutus seorang rasulpun sebelum
kamu melainkan Kami wahyukan kepadanya: “Bahwasanya tidak ada Tuhan (yang hak) melainkan Aku)

Dalam ayat ini terdapat pengukuhan terhadap keesaan Allah dan itu merupakan jalan para Rasul.

2. QS. Al-Jatsiyah : 18

َ‫ َواَل تَتَّبِ ْع اَ ْه َو ۤا َء الَّ ِذ ْينَ اَل يَ ْعلَ ُموْ ن‬c‫َر ْي َع ٍة ِّمنَ ااْل َ ْم ِر فَاتَّبِ ْعهَا‬ ٰ
ِ ‫ثُ َّم َج َع ْل ٰنكَ عَلى ش‬

Kemudian Kami jadikan engkau (Muhammad) mengikuti syariat (peraturan) dari agama itu, maka
ikutilah (syariat itu) dan janganlah engkau ikuti keinginan orang-orang yang tidak mengetahui.

Tafsir Al-Madinah Al-Munawwarah / Markaz Ta′dzhim al-Qur′an di bawah pengawasan Syaikh Prof.
Dr. Imad Zuhair Hafidz, professor fakultas al-Qur′an Universitas Islam Madinah

18-19. Hai Rasulullah, Kami syariatkan bagimu syariat yang sempurna dari perintah dan wahyu
Kami, yang mengajak kepada segala kebaikan dan melarang segala keburukan; maka ikutilah syariat itu
dengan sekuat tenaga, dan janganlah kamu mengikuti kesesatan orang-orang musyrik dan tidak berilmu,
karena mereka tidak akan mampu menjauhkan sedikitpun azab dari Allah jika kamu mengikuti hawa
nafsu mereka.

Ayat ini merupakan peringatan bagi umat Nabi Muhammad, karena beliau terjaga dan tidak
mungkin melakukan hal itu.

Dan orang-orang yang menzalimi diri sendiri dengan melakukan kesyirikan dan dosa-dosa besar
adalah orang-orang yang saling tolong menolong. Namun Allah akan menolong orang-orang yang
bertakwa dan mentaati-Nya.

C. Asasul ingkilab (Konsep dasar reformasi total)

1. QS. Al-An'am : 122

َ ِ‫ج ِّم ْنهَا ۗ ك َٰذل‬


َ‫ك ُزيِّنَ لِ ْل ٰكفِ ِر ْينَ َما كَانُوْ ا يَ ْع َملُوْ ن‬ ٍ ‫خَار‬
ِ ِ‫ْس ب‬ ُّ ‫اس َك َم ْن َّمثَلُهٗ فِى‬
ِ ٰ‫الظلُم‬
َ ‫ت لَي‬ ِ َّ‫اَ َو َم ْن َكانَ َم ْيتًا فَاَحْ يَي ْٰنهُ َو َج َع ْلنَا لَهٗ نُوْ رًا يَّ ْم ِش ْي بِ ٖه فِى الن‬

Dan apakah orang yang sudah mati lalu Kami hidupkan dan Kami beri dia cahaya yang membuatnya
dapat berjalan di tengah-tengah orang banyak, sama dengan orang yang berada dalam kegelapan,
sehingga dia tidak dapat keluar dari sana? Demikianlah dijadikan terasa indah bagi orang-orang kafir
terhadap apa yang mereka kerjakan.

Tafsir Ringkas Kementrian Agama RI

Kemudian Allah menjelaskan tentang perbedaan yang mencolok antara orang muslim dan orang
musyrik atau kafir dalam bentuk pertanyaan agar pembaca merenung dan menemukan sendiri
jawabannya. Dan apakah orang yang sudah mati yaitu orang kafir lalu kami hidupkan dan kami beri dia
cahaya yang berupa hidayah, berupa Al-Qur′an atau islam, yang membuatnya dapat berjalan menuju ke
arah yang benar di tengah-tengah orang banyak, sama dengan orang yang berada dalam kegelapan,
yaitu kekufuran, kebutaan mata hati, dan kebodohan sehingga dia tidak dapat keluar dari sana′ dia
selalu bimbang dan ragu dalam Allah lalu menenangkan hati nabi Muhammad dengan menjelaskan
bahwa para pembesar yang jahat tidak hanya terdapat di mekah saja, tetapi juga di setiap negeri. Dan
demikianlah pada setiap negeri kami jadikan pembesar-pembesar yang jahat agar melakukan tipu daya
di negeri itu karena mereka lebih mampu menipu daya bawahannya, dan dalam kebiasaan, masyarakat
akan mengikuti atasannya apakah dalam hal kebaikan atau keburukan. Tapi mereka hanya menipu diri
sendiri tanpa menyadarinya, akibat dari perbuatan mereka akan mengenai mereka sendiri.

2. QS. Ar-Ra'd : 11

‫ت ِّم ۢ ْن بَي ِْن يَ َد ْي ِه َو ِم ْن َخ ْلفِ ٖه يَحْ فَظُوْ نَهٗ ِم ْن اَ ْم ِر هّٰللا ِ ۗاِ َّن هّٰللا َ اَل يُ َغيِّ ُر َما بِقَوْ ٍم َح ٰتّى يُ َغيِّرُوْ ا َما بِا َ ْنفُ ِس ِه ْم ۗ َواِ َذٓا اَ َرا َد هّٰللا ُ بِقَوْ ٍم س ُۤوْ ًءا فَاَل َم َر َّد‬
ٌ ‫لَهٗ ُم َعقِّ ٰب‬
‫لَهٗ ۚ َو َما لَهُ ْم ِّم ْن ُدوْ نِ ٖه ِم ْن وَّا ٍل‬
Baginya (manusia) ada malaikat-malaikat yang selalu menjaganya bergiliran, dari depan dan
belakangnya. Mereka menjaganya atas perintah Allah. Sesungguhnya Allah tidak akan mengubah
keadaan suatu kaum sebelum mereka mengubah keadaan diri mereka sendiri. Dan apabila Allah
menghendaki keburukan terhadap suatu kaum, maka tak ada yang dapat menolaknya dan tidak ada
pelindung bagi mereka selain Dia.

Tafsir Al-Madinah Al-Munawwarah / Markaz Ta′dzhim al-Qur′an di bawah pengawasan Syaikh Prof.
Dr. Imad Zuhair Hafidz, professor fakultas al-Qur′an Universitas Islam Madinah

11. Dan setiap manusia memiliki malaikat-malaikat yang silih berganti untuk menjaganya, mereka
menjaganya dengan perintah Allah dan menghitung segala amal perbuatannya, baik itu amal kebaikan
maupun keburukan. Allah tidak mengubah kenikmatan yang diberikan kepada suatu kaum, melainkan
jika mereka mengubah perintah Allah dengan melanggarnya. Dan jika Allah hendak menguji suatu kaum
dengan musibah maka tidak ada yang mampu menghalangi hal itu, dan mereka tidak memiliki penolong
selain Allah dalam mencari kebaikan atau menjauhi keburukan.

Dari Abu Hurairah, Rasulullah bersabda: “Para malaikat malam dan para malaikat siang silih
berganti menjaga kalian, dan mereka berkumpul pada shalat ashar dan shalat subuh. Kemudian malaikat
yang menjaga pada malam hari naik ke langit, lalu Allah menanyai mereka -dan Allah lebih mengetahui
tentang mereka-: “Bagaimana kalian tinggalkan hamba-hamba-Ku?” Mereka menjawab: “Kami
meninggalkan mereka dalam keadaan shalat dan kami mendatangi mereka ketika mereka dalam
keadaan shalat.”

(Shahih Bukhari 13/426 no. 4729, kitab tauhid, bab firman Allah ′ ‫تعرج المالئكة والروح إليه‬′ dan
diriwayatkan Imam Muslim dalam kitab shahihnya 1/439, kitab masjid-masjid, bab keutamaan shalat
subuh dan ashar no. 632).

D. Haqiiqatu da'wah

1. QS. Al-Anbiya :15

ِ ‫ك َد ْع ٰوىهُ ْم َح ٰتّى َج َع ْل ٰنهُ ْم َح‬


َ‫ص ْيدًا خَا ِم ِد ْين‬ َ ‫ت تِّ ْل‬
ْ َ‫فَ َما زَال‬

Maka demikianlah keluhan mereka berkepanjangan, sehingga mereka Kami jadikan sebagai
tanaman yang telah dituai, yang tidak dapat hidup lagi.

Tafsir as-Sa′di / Syaikh Abdurrahman bin Nashir as-Sa′di, pakar tafsir abad 14 H

15. “Maka tetaplah demikian keluhan mereka,” maksudnya umpatan kesengsaraan, kebinasaan,
rasa sesal, dan pengakuan (tertumpahkan ppada) diri mereka disebabkan kezhaliman, dan bahwa Allah
Mahaadil berkaitan dengan hukuman yang Dia jatuhkan pada mereka, “sehingga Kami jadikan mereka
sebagai tanaman yang telah dituai, yang tidak dapat hidup lagi,” yaitu laksana tumbuhan yang telah
dipanen dan dibinasakan. Gerakan-gerakan mereka sudah lumpuh. Suara-suara merekka telah membisu.
Hati-hatilah kalian, wahai kaum yang diajak bicara, jangan sampai meneruskan pendustaan kepada rasul
yang paling mulia, hingga akan melanda kalian azab yang telah menimpa mereka.

2. QS. Ali Imran: 31

‫ك‬ َ ِ‫ي ْال َع ْي ِن ۗ َوهّٰللا ُ يَُؤ يِّ ُد بِنَصْ ِر ٖه َم ْن يَّش َۤا ُء ۗ اِ َّن فِ ْي ٰذل‬ ‫هّٰللا‬
َ ‫قَ ْد َكانَ لَ ُك ْم ٰايَةٌ فِ ْي فَِئتَي ِْن ْالتَقَتَا ۗفَِئةٌ تُقَاتِ ُل فِ ْي َسبِي ِْل ِ َواُ ْخ ٰرى كَافِ َرةٌ ي ََّروْ نَهُ ْم ِّم ْثلَ ْي ِه ْم َرْأ‬
‫ار‬
ِ ‫ص‬َ ‫لَ ِعب َْرةً اِّل ُولِى ااْل َ ْب‬

Sungguh, telah ada tanda bagi kamu pada dua golongan yang berhadap-hadapan. Satu golongan
berperang di jalan Allah dan yang lain (golongan) kafir yang melihat dengan mata kepala, bahwa mereka
(golongan Muslim) dua kali lipat mereka. Allah menguatkan dengan pertolongan-Nya bagi siapa yang Dia
kehendaki. Sungguh, pada yang demikian itu terdapat pelajaran bagi orang-orang yang mempunyai
penglihatan (mata hati).

Kamu pasti akan dikalahkan! salah satu buktinya adalah apa yang diuraikan oleh ayat ini, yaitu
sungguh, telah ada tanda bagi kamu pada dua golongan yang berhadap-hadapan, yakni bertempur di
dalam perang badar pada tahun kedua hijriah. Yang pertama, satu golongan mukmin berperang di jalan
Allah, yaitu nabi Muhammad dan para sahabatnya, dan yang lain golongan kafir yang berperang di jalan
kebatilan yang melihat dengan mata kepala, bahwa jumlah pasukan mereka, yakni golongan muslim,
dua kali lipat mereka, sehingga hati mereka menjadi gentar. Ini menjadi faktor penyebab kemenangan
kaum muslim. Allah menguatkan dengan pertolongan-Nya bagi siapa yang dia kehendaki. Sungguh, pada
yang demikian itu terdapat pelajaran yang berharga bagi orang-orang yang mempunyai penglihatan
mata hati yang dapat menangkap hikmah di balik setiap peristiwaada beberapa hal yang dapat
menghalangi seseorang mengambil pelajaran dari peristiwa di atas, yaitu dijadikan terasa indah dalam
pandangan manusia cinta terhadap apa yang diinginkan dan sulit untuk dibendung, berupa perempuan-
perempuan, anak-anak, harta benda yang bertumpuk dalam bentuk emas dan perak, kuda pilihan yang
bagus dan terlatih, hewan ternak, dan sawah ladang, atau simbol-simbol kemewahan duniawi lainnya.
Itulah kesenangan hidup di dunia yang bersifat sementara dan akan hilang cepat atau lambat, dan di sisi
Allah-lah tempat kembali yang baik, yaitu surga dengan segala keindahan dan kenikmatannya.

3. QS. Al-An'am:19

ۗ ‫ي ٰه َذا ْالقُرْ ٰانُ اِل ُ ْن ِذ َر ُك ْم بِ ٖه َو َم ۢ ْن بَلَ َغ ۗ اَ ِٕىنَّ ُك ْم لَتَ ْشهَ ُدوْ نَ اَ َّن َم َع هّٰللا ِ ٰالِهَةً اُ ْخ ٰرى‬ ‫هّٰللا‬
َّ َ‫َي ٍء اَ ْكبَ ُر َشهَا َدةً ۗ قُ ِل ُ ۗ َش ِه ْي ۢ ٌد بَ ْينِ ْي َوبَ ْينَ ُك ْم ۗ َواُوْ ِح َي اِل‬
ْ ‫قُلْ اَيُّ ش‬
َ‫قُلْ ٓاَّل اَ ْشهَ ُد ۚ قُلْ اِنَّ َما هُ َو اِ ٰلهٌ وَّا ِح ٌد َّواِنَّنِ ْي بَ ِر ۤيْ ٌء ِّم َّما تُ ْش ِر ُكوْ ن‬

Katakanlah (Muhammad), “Siapakah yang lebih kuat kesaksiannya?” Katakanlah, “Allah, Dia
menjadi saksi antara aku dan kamu. Al-Qur'an ini diwahyukan kepadaku agar dengan itu aku memberi
peringatan kepadamu dan kepada orang yang sampai (Al-Qur'an kepadanya). Dapatkah kamu benar-
benar bersaksi bahwa ada tuhan-tuhan lain bersama Allah?” Katakanlah, “Aku tidak dapat bersaksi.”
Katakanlah, “Sesungguhnya hanya Dialah Tuhan Yang Maha Esa dan aku berlepas diri dari apa yang
kamu persekutukan (dengan Allah).
Tafsir Ringkas Kementrian Agama RI

Katakanlah, wahai rasulullah, kepada orang-orang musyrik ini, siapakah yang lebih kuat
kesaksiannya dalam mengukuhkan kebenaranku sebagai utusan Allah′ katakanlah, Allah. Dia menjadi
saksi antara aku tentang apa yang aku sampaikan kepada kamu bahwa tidak ada tuhan selain Allah dan
tidak ada ibadah kecuali kepada-Nya, dan apa yang kamu ucapkan kepadaku berupa penolakan,
kesombongan, dan olokolokan. Al-qur′an ini diwahyukan kepadaku sebagai bukti bahwa aku adalah
utusan Allah agar dengan Al-Qur′an ini aku memberi peringatan kepadamu tentang hidup sesudah mati,
pertanggungjawaban manusia di hadapan Allah, dan aku memperingatkan pula dengan Al-Qur′an ini
kepada orang yang sampai Al-Qur′an kepadanya, meskipun tidak berjumpa dan tidak sezaman
denganku. Dapatkah kamu benar-benar bersaksi dengan menunjukkan bukti-bukti yang meyakinkan
bahwa ada tuhan-tuhan lain bersama Allah′ katakanlah, wahai rasulullah kepada orang-orang musyrik
itu, aku tidak dapat bersaksi untuk membuktikan ada tuhan-tuhan lain selain Allah. Katakanlah, kepada
orang-orang yang menolak itu, sesungguhnya hanya dialah tuhan yang maha esa, tidak ada sekutu bagi-
Nya, tidak ada tuhan yang memberi manfaat dan mudarat kepada manusia selain Allah, dan aku
berlepas diri secara total dari apa yang kamu persekutukan, dewa-dewa dan berhala yang kalian anggap
sejajar dengan Allah. Orang-orang yang telah kami berikan kitab kepadanya, yaitu orangorang yahudi
yang diberi kitab taurat sehingga mereka disebut ahlulkitab, bersama kaum nasrani yang juga ahlulkitab
karena menerima kitab injil, mengenal nabi Muhammad, sifat, karakter, tugas pokok, dan fungsinya
sebagai nabi dan rasul terakhir, karena sudah tertulis dalam kitab taurat dan injil. Pengenalan mereka
tentang nabi Muhammad seperti mereka mengenal anak-anaknya sendiri, namun sebagian besar dari
orang-orang yahudi dan nasrani tersebut termasuk orang-orang yang merugikan dirinya karena mereka
itu tidak beriman kepada rasulullah, akibat kedengkian mereka kepadanya

4. QS. An-Nahl : 36

‫ض فَا ْنظُرُوْ ا‬ ٰ ْ َّ‫َولَقَ ْد بَ َع ْثنَا فِ ْي ُك ِّل اُ َّم ٍة َّرسُوْ اًل اَ ِن ا ْعبُدُوا هّٰللا َ َواجْ تَنِبُوا الطَّا ُغوْ تَ ۚ فَ ِم ْنهُ ْم َّم ْن َهدَى هّٰللا ُ َو ِم ْنهُ ْم َّم ْن َحق‬
ِ ْ‫ت َعلَ ْي ِه الضَّللَةُ ۗ فَ ِس ْيرُوْ ا فِى ااْل َر‬
َ‫َك ْيفَ َكانَ عَاقِبَةُ ْال ُم َك ِّذبِ ْين‬

Dan sungguh, Kami telah mengutus seorang rasul untuk setiap umat (untuk menyerukan), “Sembahlah
Allah, dan jauhilah tagut”, kemudian di antara mereka ada yang diberi petunjuk oleh Allah dan ada pula
yang tetap dalam kesesatan. Maka berjalanlah kamu di bumi dan perhatikanlah bagaimana kesudahan
orang yang mendustakan (rasul-rasul).

Tafsir Ringkas Kementrian Agama RI

Allah menegaskan bahwa dia selalu mengirim utusan kepada setiap kaum untuk menjelaskan
kebenaran. Allah berfirman, dan sungguh, kami telah mengutus seorang rasul untuk setiap umat
sebelum kamu, wahai nabi Muhammad, untuk menuntun dan menyeru kaum masing-masing,
′sembahlah Allah dengan penuh taat dan patuh dan jangan kamu menyekutukan-Nya dengan apa pun.
Jauhilah ta′gut, yakni perbuatan maksiat yang melampaui batas, sesuatu atau benda yang dijadikan
sembahan, dan apa saja yang memalingkan kamu dari kebenaran. Kemudian di antara mereka yang
menerima pesan itu ada yang diberi petunjuk oleh Allah sehingga mereka beriman dan taat, dan ada
pula yang keras kepala dan tetap dalam kesesatan karena keingkaran dan kesombongan mereka. Maka
untuk membuktikan apa yang telah Allah timpakan kepada mereka, berjalanlah kamu di bumi, wahai
umat nabi Muhammad, dan perhatikanlah sekelilingmu serta renungkanlah bagaimana kesudahan orang
yang mendustakan para rasul itu. Nabi Muhammad sangat berharap kaum kafir mendapat petunjuk.
Allah lalu menegaskan, jika engkau berusaha sekuat tenaga dan sangat mengharapkan agar mereka
mendapat petunjuk, maka itu tidak akan berhasil karena sesungguhnya Allah tidak akan memberi
petunjuk kepada orang yang disesatkan-Nya, yakni dibiarkan sesat karena lebih memilih jalan kesesatan
itu, dan mereka tidak mempunyai penolong yang dapat menyelamatkan mereka. (lihat: surah al-
qashash/28: 56).

5. Fadhoilu 'adziim (keutamaan yg besar) manqola "lailaha illallah" dakholal jannah

َ‫قال ال إله إال هللاُ دخل الجنَّة‬

“barangsiapa yang mengatakan Laa ilaaha illallah pasti masuk surga”

maksudnya yaitu yang mengatakan “Laa ilaaha illallah” dengan memenuhi syarat-syaratnya.
Sebagaimana riwayat yang dibawakan Syaikh Abdurrazaq, bahwa Al Hasan Al Bashri rahimahullah, ketika
ia ditanya: “orang-orang mengatakan bahwa barangsiapa yang mengucapkan Laa ilaaha illallah pasti
akan masuk surga”. Al Hasan berkata:

‫من قال « ال إله إال هللا » فأ َّدى حقها وفرضها دخل الجنة‬

“barangsiapa yang mengucapkan Laa ilaaha illallah, lalu menunaikan hak dan kewajibannya
(konsekuensinya), pasti akan masuk surga“.

Oleh karena itu pula, keadaan orang yang mengucapkan “Laa ilaaha illallah” sebelum ia wafat, terdapat
rincian. Syaikh Abdul ‘Aziz Ar Rajihi menjelaskan rincian tersebut:

Jika ia mengucapkannya ketika ruh sudah sampai kerongkongan maka, ucapan “Laa ilaaha illallah” tidak
bermanfaat baginya. Contohnya, Fir’aun.

Jika ia mengucapkannya sebelum ruh sampai kerongkongan, namun tanpa membenarkannya, tanpa
mengimaninya, tanpa mentauhidkan Allah maka ucapan “Laa ilaaha illallah” tidak bermanfaat baginya.
Jika ia mengucapkannya sebelum ruh sampai kerongkongan, disertai dengan membenarkannya,
mengimaninya, dan mentauhidkan Allah maka ucapan “Laa ilaaha illallah” bermanfaat baginya. Namun
ini jika ia mengatakannya tanpa membawa suatu keyakinan/perbuatan kufur.

Jika ia mengucapkan “Laa ilaaha illallah” namun belum bertaubat dari suatu keyakinan/perbuatan kufur
maka ucapan tersebut tidak bermanfaat baginya sampai ia beriman, atau menetapkan atau bertaubat
dari makar kekufuran yang ia lakukan. Misalnya ia harus menetapkan ushul-ushul iman yang pernah ia
ingkari, atau keyakinan seputar kenabian atau keyakinan perihal takdir yang pernah ia ingkari, atau ia
harus bertaubat dari perbuatan berdoa kepada selain Allah atau menyembelih untuk selain Allah, atau
menghalalkan yang Allah haramkan, atau tidak mau mengakui wajibnya suatu hal yang termasuk
perkara ma’lum minad din bid dharurah.

Jika ia mengucapkannya disertai dengan taubat dari kesyirikan dan dari semua maksiat, maka ia masuk
surga secara langsung. Sebagaimana hadits shahibul bithaqah, yang ucapan “Laa ilaaha illallah” lebih
berat dari 99 catatan amal keburukannya.

Jika ia mengucapkannya disertai dengan taubat dari kesyirikan namun dengan membawa dosa maksiat
yang bukan kesyirikan, dan belum bertaubat darinya, maka ia tahta masyi’atillah (tergantung pada
kehendak Allah). Sebagaimana firman Allah Ta’ala:

َ ‫ِإ َّن هَّللا َ اَل يَ ْغفِ ُر َأ ْن يُ ْش َر‬


َ ِ‫ك بِ ِه َويَ ْغفِ ُر َما ُدونَ َذل‬
‫ك لِ َم ْن يَشَا ُء‬

“Sesungguhnya Allah tidak akan mengampuni dosa syirik, dan Dia mengampuni segala dosa yang selain
dari (syirik) itu, bagi siapa yang dikehendaki-Nya” (QS. An Nisa: 48)

MAKNA Al- ILAH

makna ilah yang berasal dari ‘aliha’ yang memiliki berbagai macam pengertian. Dengan memahaminya
kita akan mengetahui motif-motif manusia mengilahkan sesuatu.

1. Aliha
Ada empat makna utama dari aliha yaitu sakana ilahi, istijaara bihi, asy syauqu ilaihi dan wull’a bihi.
Penjelasannya adalah sebagai berikut:

a. Sakana ilaihi (mereka tenteram kepadanya), yaitu ketika ilah tersebut diingat-ingat olehnya, ia merasa
senang dan manakala mendengar namanya disebut atau dipuji orang ia merasa tenteram.

Penggunaan kata Ilah dengan makna ini tersirat di dalam Al-Qur’an, di antaranya pada ayat berikut ini:

َ َ‫يل ْالبَحْ َر فََأتَوْ ا َعلَ ٰى قَوْ ٍم يَ ْع ُكفُونَ َعلَ ٰى َأصْ ن ٍَام لَّهُ ْم ۚ قَالُوا يَا ُمو َسى اجْ َعل لَّنَا ِإ ٰلَهًا َك َما لَهُ ْم آلِهَةٌ ۚ ق‬
١٣٨﴿ َ‫ال ِإنَّ ُك ْم قَوْ ٌم تَجْ هَلُون‬ َ ‫﴾ َو َجا َو ْزنَا بِبَنِي ِإس َْراِئ‬

“Dan Kami seberangkan Bani Israil ke seberang lautan itu, maka setelah mereka sampai kepada suatu
kaum yang tetap menyembah berhala mereka, Bani lsrail berkata: “Hai Musa. buatlah untuk kami
sebuah tuhan (berhala) sebagaimana mereka mempunyai beberapa tuhan (berhala)”. Musa menjawab:
“Sesungguh-nya kamu ini adalah kaum yang tidak mengetahui (sifat-sifat Tuhan)”.” (QS. Al-A’raaf: 138)

Ayat di atas menggambarkan kisah Bani Israel yang bodoh karena menghendaki adanya ilah yang dapat
menenteramkan hati mereka.

b. Istijaara bihi (merasa dilindungi olehnya), karena ilah tersebut dianggap memiliki kekuatan ghaib yang
mampu menolong dirinya dari kesulitan hidup.

Penggunaan kata Ilah dengan makna ini bisa kita simak dalam Al-Qur’an antara lain pada ayat berikut ini:

َ ‫ُون هَّللا ِ آلِهَةً لَّ َعلَّهُ ْم ي‬


٧٤﴿ َ‫ُنصرُون‬ ِ ‫﴾ َواتَّ َخ ُذوا ِمن د‬

“Mereka mengambil sembahan-sembahan selain Allah, agar mereka mendapat pertolongan.” (QS.
Yaasiin: 74)
Ayat di atas menggambarkan orang-orang musyrik yang mengambil pertolongan dari selain Allah,
padahal berhala-berhala tersebut tidak dapat memberikan pertolongan (lihat QS. Al-A’raaf ayat 197).

c. Assyauqu ilaihi (merasa selalu rindu kepadanya), ada keinginan selalu bertemu dengannya, baik terus-
menerus atau tidak. Ada kegembiraan apabila bertemu dengannya.

٧١﴿ َ‫﴾قَالُوا نَ ْعبُ ُد َأصْ نَا ًما فَنَظَلُّ لَهَا عَا ِكفِين‬

“Mereka menjawab: “Kami menyembah berhala-berhala dan kami senantiasa tekun menyembahnya”.”
(QS. Asy-Syu’araa’: 71)

Ayat di atas menggambarkan para penyembah berhala yang sangat tekun melakukan pengabdian
kepada berhala karena selalu rindu kepadanya.

d. Wull’a bihi (merasa cinta dan cenderung kepadanya). Rasa rindu yang menguasai diri menjadikannya
mencintai ilah tersebut, walau bagaimanapun keadaannya. Ia selalu beranggapan bahwa pujaannya
memiliki kelayakan untuk dicintai sepenuh hati.

ِ ‫اس َمن يَتَّ ِخ ُذ ِمن دُو ِن هَّللا ِ َأندَادًا يُ ِحبُّونَهُ ْم َكحُبِّ هَّللا ِ ۖ َوالَّ ِذينَ آ َمنُوا َأ َش ُّد ُحبًّا هَّلِّل‬
ِ َّ‫ۗ َو ِمنَ الن‬

“Dan di antara manusia ada orang-orang yang menyembah tandingan-tandingan selain Allah; mereka
mencintainya sebagaimana mereka mencintai Allah…” (QS. Al-Baqarah: 165)

Ayat di atas menggambarkan adanya sebagian manusia (orang-orang musyrik) yang menyembah
tandingan-tandingan (‫ )َأندَادًا‬selain Allah dan mereka mencintainya sebagaimana mereka mencintai Allah,
karena mereka sangat cenderung atau dikuasai olehnya.

2. Abadahu
Selanjutnya, Aliha bermakna abaduhu yang berarti mengabdi/menyembahnya. Karena empat perasaan
di atas demikian mendalam dalam hatinya, maka dia rela dengan penuh kesadaran untuk
menghambakan diri kepada ilah (sembahan) tersebut. Hal ini sebagaimana perkataan orang Arab di
mana aliha bermakna abadahu, seperti dalam kalimat: “aliha rajulu ya-lahu” yang artinya “lelaki itu
menghambakan diri pada ilahnya”.

Dalam hal ini ada tiga sikap yang mereka berikan terhadap ilahnya yaitu kamalul mahabah, kamalut
tadzalul, dan kamalul khudu’.

a. Kamalul mahabbah (dia amat sangat mencintainya), sehingga semua akibat cinta siap
dilaksanakannya. Maka dia pun siap berkorban memberi loyalitas, taat dan patuh dan sebagainya.

Orang kafir yang menjadikan sesuatu selain Allah sebagai ilahnya, demikian senangnya apabila
mendengar nama kecintaannya, serta tidak suka apabila nama Allah disebut.

ْ ‫﴾ َوِإ َذا ُذ ِك َر هَّللا ُ َوحْ َدهُ ا ْش َمَأ َّز‬


٤٥﴿ َ‫ت قُلُوبُ الَّ ِذينَ اَل يُْؤ ِمنُونَ بِاآْل ِخ َر ِة ۖ َوِإ َذا ُذ ِك َر الَّ ِذينَ ِمن دُونِ ِه ِإ َذا هُ ْم يَ ْستَ ْب ِشرُون‬

“Dan apabila hanya nama Allah saja disebut, kesallah hati orang-orang yang tidak beriman kepada
kehidupan akhirat; dan apabila nama sembahan-sembahan selain Allah yang disebut, tiba-tiba mereka
bergirang hati.” (QS. Az-Zumar: 45)

Sedangkan kecintaan seseorang terhadap sesuatu tanpa dasar yang benar, dapat membentuk sebuah
penghambaan tanpa disadarinya. Rasulullah SAW bersabda,

“Celakalah hamba dinar (uang emas), celakalah hamba dirham (uang perak), celakalah hamba pakaian
(mode). Kalau diberi maka ia ridha, sedangkan apabila tidak diberi maka ia akan kesal.” (HR. Bukhari)

Hal ini disebabkan kecintaan yang amat sangat terhadap barang-barang tersebut.
b. Kamalut tadzulul (dia amat sangat merendahkan diri di hadapan ilahnya). Sehingga menganggap
dirinya sendiri tidak berharga, sedia bersikap rendah serendah-rendahnya untuk pujaannya itu.

Dalam hal ini, orang-orang kafir sangat menghormati berhala-berhalanya sembahannya. Sebagaimana
dalam firman Allah SWT,

٢٣﴿‫ق َونَ ْسرًا‬ َ ‫﴾ َوقَالُوا اَل تَ َذر َُّن آلِهَتَ ُك ْم َواَل تَ َذر َُّن َو ًّدا َواَل ُس َواعًا َواَل يَ ُغ‬
َ ‫وث َويَعُو‬

“Dan mereka berkata: “Jangan sekali-kali kamu meninggalkan (penyembahan) tuhan-tuhan kamu dan
jangan pula sekali-kali kamu meninggalkan (penyembahan) wadd, dan jangan pula suwwa’, yaghuts,
ya’uq dan nasr”.” (QS. Nuuh: 23)

Dalam catatan sejarah, orang-orang musyrik marah karena berhala-berhalanya dipermalukan oleh Nabi
Ibrahim AS, sehingga mereka menghukum Nabiyullah untuk membela berhala-berhala. Reaksi
kemarahan tersebut menandakan bahwa mereka begitu rendah diri dan hormat terhadap berhala-
berhalanya. Peristiwa ini terekam dalam Al-Qur’an:

٥٩﴿ َ‫﴾قَالُوا َمن فَ َع َل ٰهَ َذا بِآلِهَتِنَا ِإنَّهُ لَ ِمنَ الظَّالِ ِمين‬

“Mereka berkata: “Siapakah yang melakukan perbuatan ini terhadap tuhan-tuhan kami, sesungguhnya
dia termasuk orang-orang yang zhalim”.” (QS. Al-Anbiyaa’: 59)

c. Kamalul khudu’ (dia amat sangat tunduk, patuh), sehingga akan selalu mendengar dan taat tanpa
reserve, serta melaksanakan perintah-perintah yang menurutnya bersumber dari sang ilah.

Dalam hal ini, orang-orang kafir pada hakikatnya mengabdi kepada syaithan yang telah memperdaya
mereka. Hal ini tersirat dalam perintah Allah SWT,

َ‫ۖ َألَ ْم َأ ْعهَ ْد ِإلَ ْي ُك ْم يَا بَنِي آ َد َم َأن اَّل تَ ْعبُدُوا ال َّش ْيطَان‬
“Bukankah Aku telah memerintahkan kepadamu hai Bani Adam supaya kamu tidak menyembah syaitan?
…” (QS. Yaasiin: 60)

Begitu mengabdinya mereka kepada syaithan, mereka sangat patuh sehingga bersedia membunuh anak-
anaknya untuk mengikuti program ilah-ilah sembahannya.

‫ير ِّمنَ ْال ُم ْش ِر ِكينَ قَ ْت َل َأوْ اَل ِد ِه ْم ُش َركَاُؤ هُ ْم لِيُرْ دُوهُ ْم َولِيَ ْلبِسُوا َعلَ ْي ِه ْم ِدينَهُ ْم‬ َ ِ‫ۖ َو َك ٰ َذل‬
ٍ ِ‫ك َزيَّنَ لِ َكث‬

“Dan demikianlah pemimpin-pemimpin mereka telah menjadikan kebanyakan dari orang-orang musyrik
itu memandang baik membunuh anak-anak mereka untuk membinasakan mereka dan untuk
mengaburkan bagi mereka agama-Nya.” (QS. Al-An’aam: 137)

Al-ilah dengan ma’rifat yaitu sembahan yang sejati hanyalah hak Allah saja, tidak boleh diberikan kepada
selainNya. Allah SWT berfirman,

١٦٣﴿ ‫﴾ َوِإ ٰلَهُ ُك ْم ِإ ٰلَهٌ َوا ِح ٌد ۖ اَّل ِإ ٰلَهَ ِإاَّل هُ َو الرَّحْ ٰ َمنُ ال َّر ِحي ُم‬

“Dan Tuhanmu adalah Tuhan Yang Maha Esa; tidak ada Tuhan melainkan Dia Yang Maha Pemurah lagi
Maha Penyayang.” (QS. Al-Baqarah: 163)

Allah adalah ilah yang esa, tiada Ilah selain Dia, dengan kemurahan dan kasih sayang-Nya yang teramat
luas. Oleh karena itu ayat di atas dilanjutkan dengan penjabaran mengenai contoh kemurahan dan kasih
sayang-Nya:

‫اس َو َما َأن َز َل هَّللا ُ ِمنَ ال َّس َما ِء ِمن َّما ٍء فََأحْ يَا بِ ِه‬
َ َّ‫ك الَّتِي تَجْ ِري فِي ْالبَحْ ِر بِ َما يَنفَ ُع الن‬
ِ ‫ار َو ْالفُ ْل‬
ِ َ‫ف اللَّي ِْل َوالنَّه‬
ِ ‫اختِاَل‬ْ ‫ض َو‬ِ ْ‫ت َواَأْلر‬ ِ ‫ِإ َّن فِي خَ ْل‬
ِ ‫ق ال َّس َما َوا‬
١٦٤﴿ َ‫ت لِّقَوْ ٍم يَ ْعقِلُون‬ ِ ْ‫ب ْال ُم َس َّخ ِر بَ ْينَ ال َّس َما ِء َواَأْلر‬
ٍ ‫ض آَل يَا‬ ِ ‫اح َوال َّس َحا‬ ِ ‫ث فِيهَا ِمن ُك ِّل دَابَّ ٍة َوتَصْ ِر‬
ِ َ‫يف الرِّ ي‬ َ ْ‫﴾اَأْلر‬
َّ َ‫ض بَ ْع َد َموْ تِهَا َوب‬

“Sesungguhnya dalam penciptaan langit dan bumi, silih bergantinya malam dan siang, bahtera yang
berlayar di laut membawa apa yang berguna bagi manusia, dan apa yang Allah turunkan dari langit
berupa air, lalu dengan air itu Dia hidupkan bumi sesudah mati (kering)-nya dan Dia sebarkan di bumi itu
segala jenis hewan, dan pengisaran angin dan awan yang dikendalikan antara langit dan bumi; sungguh
(terdapat) tanda-tanda (keesaan dan kebesaran Allah) bagi kaum yang memikirkan.” (QS. Al-Baqarah:
164)

Tanda-tanda kebesaran Allah SWT di atas tidak disadari oleh kebanyakan manusia, kecuali mereka yang
memikirkannya.

Dalam menjadikan Allah sebagai Al-ilah terkandung empat pengertian yaitu al marghub, al mahbub, al
matbu’ dan al marhub.

a. Al-Marghub yaitu Dzat yang senantiasa diharapkan. Karena Allah selalu memberikan kasih sayangNya
dan di tangan-Nyalah segala kebaikan. Sebagaimana dalam firman-Nya,

١٨٦﴿ َ‫َان ۖ فَ ْليَ ْستَ ِجيبُوا لِي َو ْليُْؤ ِمنُوا بِي لَ َعلَّهُ ْم يَرْ ُش ُدون‬
ِ ‫اع ِإ َذا َدع‬ ‫ُأ‬ َ َ‫﴾ َوِإ َذا َسَأل‬
ِ ‫ك ِعبَا ِدي َعنِّي فَِإنِّي قَ ِريبٌ ۖ ِجيبُ َد ْع َوةَ ال َّد‬

“Dan apabila hamba-hamba-Ku bertanya kepadamu tentang Aku, maka (jawablah), bahwasanya Aku
adalah dekat. Aku mengabulkan permohonan orang yang berdoa apabila ia memohon kepada-Ku, maka
hendaklah mereka itu memenuhi (segala perintah-Ku) dan hendaklah mereka beriman kepada-Ku, agar
mereka selalu berada dalam kebenaran.” (QS. Al-Baqarah: 180)

Dalam ayat lain Allah SWT juga berfirman,

ِ ‫﴾ َوقَا َل َربُّ ُك ُم ا ْدعُونِي َأ ْست َِجبْ لَ ُك ْم ۚ ِإ َّن الَّ ِذينَ يَ ْستَ ْكبِرُونَ ع َْن ِعبَا َدتِي َسيَ ْد ُخلُونَ َجهَنَّ َم د‬
٦٠﴿ َ‫َاخ ِرين‬

“Dan Tuhanmu berfirman: “Berdoalah kepada-Ku, niscaya akan Kuperkenankan bagimu. Sesungguhnya
orang-orang yang menyombongkan diri dari menyembah-Ku akan masuk neraka Jahannam dalam
keadaan hina dina”.” (QS. Al-Ghaafir: 60)

Oleh karena itu hanya Allah yang diharap, karena Ia Maha Memberi dan mengabulkan doa hamba-
hamba-Nya. Seperti dalam kisah Nabi Zakaria AS dan istrinya, ketika itu mereka sudah lama tidak
dikaruniai anak. Lalu Nabi Zakaria AS berdoa kepada Allah SWT, dan Allah mengabulkan doanya. Kisah
ini terekam dalam Al-Qur’an,

ِ ‫﴾ فَا ْست ََج ْبنَا لَهُ َو َوهَ ْبنَا لَهُ يَحْ يَ ٰى َوَأصْ لَحْ نَا لَهُ َزوْ َجهُ ۚ ِإنَّهُ ْم كَانُوا يُ َس‬٨٩﴿ َ‫ارثِين‬
‫ار ُعونَ فِي‬ ِ ‫َريَّا ِإ ْذ نَاد َٰى َربَّهُ َربِّ اَل تَ َذرْ نِي فَرْ دًا َوَأنتَ َخ ْي ُر ْال َو‬
ِ ‫َوزَ ك‬
٩٠﴿ َ‫ت َويَ ْدعُونَنَا َر َغبًا َو َرهَبًا ۖ َوكَانُوا لَنَا خَا ِش ِعين‬ ِ َ ‫ا‬ ‫ر‬ ْ
‫ي‬ َ
‫خ‬ ْ
‫ال‬ ﴾

“Dan (ingatlah kisah) Zakaria, tatkala ia menyeru Tuhannya: “Ya Tuhanku janganlah Engkau membiarkan
aku hidup seorang diri dan Engkaulah Waris Yang Paling Baik.” Maka Kami memperkenankan doanya,
dan Kami anugerahkan kepada nya Yahya dan Kami jadikan istrinya dapat mengandung. Sesungguhnya
mereka adalah orang-orang yang selalu bersegera dalam (mengerjakan) perbuatan-perbuatan yang baik
dan mereka berdoa kepada Kami dengan harap dan cemas. Dan mereka adalah orang-orang yang
khusyu’ kepada Kami.” (QS. Al-Anbiyaa’: 90).

b. Al-Mahbub, Dzat yang amat sangat dicintai karena Dia yang berhak dipuja dan dipuji. Dia telah
memberikan perlindungan, rahmat dan kasih sayang yang berlimpah ruah kepada hamba-hambanya.
Oleh karena itu Allah adalah kecintaan orang yang beriman dengan kecintaan yang amat sangat,
sebagaimana dalam firman-Nya,

ِ ‫ۗ َوالَّ ِذينَ آ َمنُوا َأ َش ُّد ُحبًّا هَّلِّل‬

“… Adapun orang-orang yang beriman amat sangat cintanya kepada Allah …” (QS. Al-Baqarah: 165)

Sehingga ketika disebut nama Allah, maka gemetarlah hati mereka.

٢﴿ َ‫ت َعلَ ْي ِه ْم آيَاتُهُ َزا َد ْتهُ ْم ِإي َمانًا َو َعلَ ٰى َربِّ ِه ْم يَتَ َو َّكلُون‬ ْ َ‫﴾ِإنَّ َما ْال ُمْؤ ِمنُونَ الَّ ِذينَ ِإ َذا ُذ ِك َر هَّللا ُ َو ِجل‬
ْ َ‫ت قُلُوبُهُ ْم َوِإ َذا تُلِي‬

“Sesungguhnya orang-orang yang beriman ialah mereka yang bila disebut nama Allah gemetarlah hati
mereka, dan apabila dibacakan ayat-ayat-Nya bertambahlah iman mereka (karenanya), dan hanya
kepada Tuhanlah mereka bertawakkal.” (QS. Al-Anfaal: 2)
Oleh karena itu orang-orang beriman senantiasa mencintai Allah SWT di atas segala kecintaan. Hal ini
tersirat dalam ayat Al-Qur’an,

ِ ‫يرتُ ُك ْم َوَأ ْم َوا ٌل ا ْقت ََر ْفتُ ُموهَا َوتِ َجا َرةٌ ت َْخ َشوْ نَ َك َسا َدهَا َو َم َسا ِكنُ تَرْ ضَوْ نَهَا َأ َحبَّ ِإلَ ْي ُكم ِّمنَ هَّللا‬
َ ‫قُلْ ِإن َكانَ آبَاُؤ ُك ْم َوَأ ْبنَاُؤ ُك ْم َوِإ ْخ َوانُ ُك ْم َوَأ ْز َوا ُج ُك ْم َوع َِش‬
٢٤﴿ َ‫اسقِين‬ ِ َ‫﴾ َو َرسُولِ ِه َو ِجهَا ٍد فِي َسبِيلِ ِه فَتَ َربَّصُوا َحتَّ ٰى يَْأتِ َي هَّللا ُ بَِأ ْم ِر ِه ۗ َوهَّللا ُ اَل يَ ْه ِدي ْالقَوْ َم ْالف‬

“Katakanlah: “jika bapak-bapak, anak-anak, saudara-saudara, istri-istri, kaum keluargamu, harta


kekayaan yang kamu usahakan, perniagaan yang kamu khawatiri kerugiannya, dan tempat tinggal yang
kamu sukai, adalah lebih kamu cintai dari Allah dan Rasul-Nya dan dari berjihad di jalan-Nya, maka
tunggulah sampai Allah mendatangkan keputusan-Nya”. Dan Allah tidak memberi petunjuk kepada
orang-orang yang fasik.” (QS. At-Taubah: 24)

c. Al-Matbu’, yang selalu diikuti atau ditaati. Semua perintahNya siap dilaksanakan dengan segala
kemampuan, sedangkan semua laranganNya akan selalu dijauhi. Sebagaimana dalam firman-Nya,

ِ ‫ۖ فَفِرُّ وا ِإلَى هَّللا‬

“Maka segeralah kembali kepada (mentaati) Allah….” (QS. Adz-Dzaariyat: 50)

Selalu mengikuti hidayah atau bimbinganNya dengan tanpa pertimbangan. Allah saja yang sesuai diikuti
secara mutlak, dicari dan dikejar keridhaanNya. Nabi Ibrahim AS teladan kita mencontohkan hal ini, dia
menuju Allah SWT untuk memperoleh bimbingan dan hidayahNya untuk diikuti. Sebagaimana yang
terekam dalam ayat Al-Qur’an berikut ini,

ِ ‫﴾ َوقَا َل ِإنِّي َذا ِهبٌ ِإلَ ٰى َربِّي َسيَ ْه ِد‬


٩٩﴿ ‫ين‬

“Dan Ibrahim berkata: “Sesungguhnya aku pergi menghadap kepada Tuhanku, dan Dia akan memberi
petunjuk kepadaku.” (QS. Ash-Shaaffaat: 99)
d. Al-Marhub, yaitu sesuatu yang sangat ditakuti. Hanya Allah saja yang berhak ditakuti secara syar’i.
Takut terhadap kemarahanNya, takut terhadap siksaNya, dan takut terhadap hal-hal yang akan
membawa kemarahanNya.

Dalam catatan sejarah, kaum Bani Israil diperintahkan Allah SWT untuk hanya takut kepada-Nya,

ِ ‫َّاي فَارْ هَب‬


٤٠﴿‫ُون‬ ِ ‫ت َعلَ ْي ُك ْم َوَأوْ فُوا بِ َع ْه ِدي ُأ‬
َ ‫وف بِ َع ْه ِد ُك ْم َوِإي‬ cُ ‫يل ْاذ ُكرُوا نِ ْع َمتِ َي الَّتِي َأ ْن َع ْم‬
َ ‫﴾يَا بَنِي ِإ ْس َراِئ‬

“Hai Bani Israil, ingatlah akan nikmat-Ku yang telah Aku anugerahkan kepadamu, dan penuhilah janjimu
kepada-Ku, niscaya Aku penuhi janji-Ku kepadamu; dan hanya kepada-Ku-lah kamu harus takut
(tunduk).” (QS. Al-Baqarah: 40)

Dalam ayat lain Allah SWT juga berfirman bahwa hanya Allah sajalah yang berhak ditakuti oleh orang-
orang beriman ketimbang takut kepada orang-orang yang merusak sumpah dan orang-orang yang
memerangi,

١٣﴿ َ‫ق َأن ت َْخ َشوْ هُ ِإن ُكنتُم ُّمْؤ ِمنِين‬


ُّ ‫ُول َوهُم بَ َد ُءو ُك ْم َأ َّو َل َم َّر ٍة ۚ َأت َْخ َشوْ نَهُ ْم ۚ فَاهَّلل ُ َأ َح‬ ِ ‫﴾َأاَل تُقَاتِلُونَ قَوْ ًما نَّ َكثُوا َأ ْي َمانَهُ ْم َوهَ ُّموا بِِإ ْخ َر‬
ِ ‫اج ال َّرس‬

“Mengapakah kamu tidak memerangi orang-orang yang merusak sumpah (janjinya), padahal mereka
telah keras kemauannya untuk mengusir Rasul dan merekalah yang pertama mulai memerangi kamu?
Mengapakah kamu takut kepada mereka padahal Allah-lah yang berhak untuk kamu takuti, jika kamu
benar-benar orang yang beriman.” (QS. At-Taubah: 13)

Oleh karena itu para dai adalah orang-orang yang tidak takut kepada seorang pun. Rintangan dan
tantangan apa pun yang mereka hadapi, mereka tidak takut, karena mereka hanya takut kepada Allah
SWT. Dan rasa takut ini bukan membuat mereka lari, tetapi justru membuatnya selalu mendekatkan diri
kepada Allah dan menjadikan-Nya sebagai pelindung atas segala rintangan dan tantangan yang
dihadapinya, sebagaimana dalam firman-Nya,

٣٩﴿ ‫ت هَّللا ِ َويَ ْخ َشوْ نَهُ َواَل يَ ْخ َشوْ نَ َأ َحدًا ِإاَّل هَّللا َ ۗ َو َكفَ ٰى بِاهَّلل ِ َح ِسيبًا‬
ِ ‫﴾الَّ ِذينَ يُبَلِّ ُغونَ ِر َسااَل‬
“(yaitu) orang-orang yang menyampaikan risalah-risalah Allah, mereka takut kepada-Nya dan mereka
tiada merasa takut kepada seorang(pun) selain kepada Allah. Dan cukuplah Allah sebagai Pembuat
Perhitungan.” (QS. Al-Ahzaab: 39)

4. Al-Ma’bud

Al-ma’bud merupakan sesuatu yang disembah secara mutlak. Karena Allah adalah satu-satunya Al-Ilah,
tiada syarikat kepadaNya, maka Dia adalah satu-satunya yang disembah dan diabdi oleh seluruh
kekuatan yang ada pada manusia.

Oleh karena itu tidak boleh ada pencampur-adukan dalam hal agama, apalagi aqidah, sebagaimana
dalam firman-Nya,

‫﴾ لَ ُك ْم ِدينُ ُك ْم‬٥﴿ ‫﴾ َواَل َأنتُ ْم عَابِ ُدونَ َما َأ ْعبُ ُد‬٤﴿ ‫﴾ َواَل َأنَا عَابِ ٌد َّما َعبَدتُّ ْم‬٣﴿ ‫﴾ َواَل َأنتُ ْم عَابِ ُدونَ َما َأ ْعبُ ُد‬٢﴿ َ‫﴾ اَل َأ ْعبُ ُد َما تَ ْعبُ ُدون‬١﴿ َ‫قُلْ يَا َأيُّهَا ْالكَافِرُون‬
٦﴿ ‫﴾ َولِ َي ِدي ِن‬

“Katakanlah: “Hai orang-orang kafir, Aku tidak akan menyembah apa yang kamu sembah. Dan kamu
bukan penyembah Tuhan yang aku sembah. Dan aku tidak pernah menjadi penyembah apa yang kamu
sembah, dan kamu tidak pernah (pula) menjadi penyembah Tuhan yang aku sembah. Untukmu
agamamu, dan untukkulah, agamaku”.” (QS. Al-Kaafiruun: 1-6)

Dan pada setiap umat, Allah SWT selalu mengutus rasul-Nya. Mereka diutus dengan risalah pengabdian
pada Allah saja dan menjauhi segala yang diabdi selain Allah.

َ‫ۖ َولَقَ ْد بَ َع ْثنَا فِي ُك ِّل ُأ َّم ٍة َّر ُسواًل َأ ِن ا ْعبُدُوا هَّللا َ َواجْ تَنِبُوا الطَّا ُغوت‬

“Dan sungguhnya Kami telah mengutus rasul pada tiap-tiap umat (untuk menyerukan): “Sembahlah
Allah (saja), dan jauhilah Thaghut itu”, …” (QS. An-Nahl: 36)
Dalam ayat lain Allah SWT memerintahkan seluruh manusia agar mengabdi hanya kepadaNya saja
dengan tidak mengambil selain Allah sebagai tandingan-tandingan.

٢١﴿ َ‫﴾يَا َأيُّهَا النَّاسُ ا ْعبُدُوا َربَّ ُك ُم الَّ ِذي َخلَقَ ُك ْم َوالَّ ِذينَ ِمن قَ ْبلِ ُك ْم لَ َعلَّ ُك ْم تَتَّقُون‬

“Hai manusia, sembahlah Tuhanmu yang telah menciptakanmu dan orang-orang yang sebelummu, agar
kamu bertaqwa, …” (QS. Al-Baqarah: 21)

Pengakuan Allah SWT sebagai al-Ma’bud dibuktikan dengan penerimaan Allah sebagai pemilik segala
loyalitas, pemilik ketaatan dan pemilik hukum. Penjelasannya adalah sebagai berikut:

a. Pemilik kepada segala loyalitas, perwalian atau pemegang otoritas atas seluruh makhluk termasuk
dirinya. Dengan demikian loyalitas mukminin hanya diberikan kepada Allah dengan kesadaran, dan
loyalitas yang diberikan pada selain Nya adalah kemusyrikan. Ayat berikut menjelaskan mengenai
pernyataan seorang mukmin, bahwa wali (pemimpin) nya hanya Allah saja,

َ ‫﴾ِإ َّن َولِي َِّي هَّللا ُ الَّ ِذي نَ َّز َل ْال ِكت‬
١٩٦﴿ َ‫َاب ۖ َوهُ َو يَتَ َولَّى الصَّالِ ِحين‬

“Sesungguhnya pelindungku ialah Allah Yang telah menurunkan Al Kitab (Al-Qur’an) dan Dia melindungi
orang-orang yang saleh.” (QS. Al-A’raaf: 196)

Jika manusia berwalikan kepada Allah, maka Allah akan mengeluarkan dirinya dari kegelapan jahiliyah
menuju cahaya Islam.

ِ ُّ‫ت ِإلَى الن‬


‫ور‬ ُّ َ‫ۖ هَّللا ُ َولِ ُّي الَّ ِذينَ آ َمنُوا ي ُْخ ِر ُجهُم ِّمن‬
ِ ‫الظلُ َما‬

“Allah Pelindung orang-orang yang beriman; Dia mengeluarkan mereka dari kegelapan (kekafiran)
kepada cahaya (iman)…” (QS. Al-Baqarah: 257)
b. Pemilik tunggal hak untuk ditaati oleh seluruh makhluk di alam semesta. Seorang mukmin meyakini
bahwa ketaatan pada hakikatnya untuk Allah saja. Dengan kata lain, hak menciptakan dan hak
memerintah hanyalah milik Allah, sebagaimana dalam firman-Nya,

٥٤﴿ َ‫ك هَّللا ُ َربُّ ْال َعالَ ِمين‬ َ َ‫ق َواَأْل ْم ُر ۗ تَب‬
َ ‫ار‬ ُ ‫﴾َأاَل لَهُ ْالخَ ْل‬

“… Ingatlah, menciptakan dan memerintah hanyalah hak Allah. Maha Suci Allah, Tuhan semesta alam.”
(QS. Al-A’raaf: 54)

Dengan demikian seorang mukmin menyadari sepenuhnya bahwa mentaati mereka yang mendurhakai
Allah adalah kedurhakaan terhadap Allah. Dalam hadits disebutkan bahwa mukmin hanya akan taat
pada sesuatu yang diizinkan Allah, Rasul dan ulil amri. Dan mukmin tidaklah akan mentaati perintah
maksiat kepada Allah.

c. Pemilik tunggal kekuasaan di alam semesta. Dialah yang menciptakan dan berhak menentukan aturan
bagi seluruh ciptaanNya, sebagaimana dalam surat Al-A’raaf ayat 54 di atas bahwa hak menciptakan dan
hak memerintah hanyalah milik Allah.

Dengan demikian, menentukan hukum dan undang-undang hanyalah hak Allah, sebagaimana tertuang
dalam ayat berikut,

‫ك الدِّينُ ْالقَيِّ ُم َو ٰلَ ِك َّن‬


َ ِ‫ان ۚ ِإ ِن ْال ُح ْك ُم ِإاَّل هَّلِل ِ ۚ َأ َم َر َأاَّل تَ ْعبُدُوا ِإاَّل ِإيَّاهُ ۚ ٰ َذل‬
ٍ َ‫َما تَ ْعبُ ُدونَ ِمن دُونِ ِه ِإاَّل َأ ْس َما ًء َس َّم ْيتُ ُموهَا َأنتُ ْم َوآبَاُؤ ُكم َّما َأنزَ َل هَّللا ُ بِهَا ِمن س ُْلط‬
٤٠﴿ َ‫اس اَل يَ ْعلَ ُمون‬ ِ َّ‫﴾َأ ْكثَ َر الن‬

“Kamu tidak menyembah yang selain Allah kecuali hanya (menyembah) nama-nama yang kamu dan
nenek moyangmu membuat-buatnya. Allah tidak menurunkan suatu keterangan pun tentang nama-
nama itu. Keputusan itu hanyalah kepunyaan Allah. Dia telah memerintahkan agar kamu tidak
menyembah selain Dia. Itulah agama yang lurus, tetapi kebanyakan manusia tidak mengetahui”.” (QS.
Yusuf: 40)
Hanya hukum dan undang-undangNya saja yang adil dan Allah mewajibkan manusia melaksanakan
hukum-hukumNya.

‫سُو َرةٌ َأنزَ ْلنَاهَا َوفَ َرضْ نَاهَا‬

“(Ini adalah) satu surat yang Kami turunkan dan Kami wajibkan (menjalankan hukum-hukum yang ada di
dalam)nya…” (QS. An-Nuur: 1)

Sehingga orang-orang beriman menerima Allah sebagai pemerintah dan kerajaan tunggal di alam
semesta dan menolak kerajaan manusia. Sedangkan mereka yang menolak aturan atau hukum Allah
adalah kafir, zhalim dan fasik, sebagaimana sejarah kaum-kaum terdahulu yang direkam dalam Al-
Qur’an berikut ini,

‫ب هَّللا ِ َوكَانُوا َعلَ ْي ِه‬ ِ ‫ِإنَّا َأنزَ ْلنَا التَّوْ َراةَ فِيهَا هُدًى َونُو ٌر ۚ يَحْ ُك ُم بِهَا النَّبِيُّونَ الَّ ِذينَ َأ ْسلَ ُموا لِلَّ ِذينَ هَادُوا َوال َّربَّانِيُّونَ َواَأْلحْ بَا ُر بِ َما ا ْستُحْ فِظُوا ِمن ِكتَا‬
‫﴾ َو َكتَ ْبنَا َعلَ ْي ِه ْم فِيهَا َأ َّن‬٤٤﴿ َ‫اخ َشوْ ِن َواَل تَ ْشتَرُوا بِآيَاتِي ثَ َمنًا قَلِياًل ۚ َو َمن لَّ ْم يَحْ ُكم بِ َما َأن َز َل هَّللا ُ فَُأو ٰلَِئكَ هُ ُم ْالكَافِرُون‬ ْ ‫اس َو‬ َ َّ‫ُشهَدَا َء ۚ فَاَل ت َْخ َش ُوا الن‬
‫ق بِ ِه فَهُ َو َكفَّا َرةٌ لَّهُ ۚ َو َمن لَّ ْم يَحْ ُكم بِ َما‬ َ ‫صاصٌ ۚ فَ َمن ت‬
َ ‫َص َّد‬ َ ِ‫ُوح ق‬َ ‫نف َواُأْل ُذنَ بِاُأْل ُذ ِن َوالس َِّّن بِالسِّنِّ َو ْال ُجر‬ ِ ‫س َو ْال َع ْينَ بِ ْال َعي ِْن َواَأْلنفَ بِاَأْل‬
ِ ‫س بِالنَّ ْف‬ َ ‫النَّ ْف‬
ٰ
َ ‫َأنزَ َل هَّللا ُ فَُأولَِئ‬
‫ص ِّدقًا لِّ َما بَ ْينَ يَ َد ْي ِه ِمنَ التَّوْ َرا ِة ۖ َوآتَ ْينَاهُ اِإْل ن ِجي َل فِي ِه هُدًى َونُو ٌر‬ َ ‫ار ِهم بِ ِعي َسى اب ِْن َمرْ يَ َم ُم‬ِ َ‫﴾ َوقَفَّ ْينَا َعلَ ٰى آث‬٤٥﴿ َ‫ك هُ ُم الظَّالِ ُمون‬
ٰ ‫ُأ‬
َ ‫﴾و ْليَحْ ُك ْم َأ ْه ُل اِإْل ن ِجي ِل بِ َما َأن َز َل هَّللا ُ فِي ِه ۚ َو َمن لَّ ْم يَحْ ُكم بِ َما َأنز ََل هَّللا ُ فَ ولَِئ‬
‫ك هُ ُم‬ َ ٤٦﴿ َ‫ص ِّدقًا لِّ َما بَ ْينَ يَ َد ْي ِه ِمنَ التَّوْ َرا ِة َوهُدًى َو َموْ ِعظَةً لِّ ْل ُمتَّقِين‬
َ ‫َو ُم‬
٤٧﴿ َ‫﴾الفَا ِسقُون‬ ْ

“Sesungguhnya Kami telah menurunkan Kitab Taurat di dalamnya (ada) petunjuk dan cahaya (yang
menerangi), yang dengan Kitab itu diputuskan perkara orang-orang Yahudi oleh nabi-nabi yang
menyerah diri kepada Allah, oleh orang-orang alim mereka dan pendeta-pendeta mereka, disebabkan
mereka diperintahkan memelihara kitab-kitab Allah dan mereka menjadi saksi terhadapnya. Karena itu
janganlah kamu takut kepada manusia, (tetapi) takutlah kepada-Ku. Dan janganlah kamu menukar ayat-
ayat-Ku dengan harga yang sedikit. Barangsiapa yang tidak memutuskan menurut apa yang diturunkan
Allah, maka mereka itu adalah orang-orang yang kafir. Dan Kami telah tetapkan terhadap mereka di
dalamnya (At Taurat) bahwasanya jiwa (dibalas) dengan jiwa, mata dengan mata, hidung dengan hidung,
telinga dengan telinga, gigi dengan gigi, dan luka–luka (pun) ada qishaashnya. Barangsiapa yang
melepaskan (hak qishaash)nya, maka melepaskan hak itu (menjadi) penebus dosa baginya. Barangsiapa
tidak memutuskan perkara menurut apa yang diturunkan Allah, maka mereka itu adalah orang-orang
yang zhalim. Dan Kami iringkan jejak mereka (nabi nabi Bani Israil) dengan Isa putra Maryam,
membenarkan Kitab yang sebelumnya, yaitu: Taurat. Dan Kami telah memberikan kepadanya Kitab Injil
sedang di dalamnya (ada) petunjuk dan cahaya (yang menerangi), dan membenarkan kitab yang
sebelumnya, yaitu Kitab Taurat. Dan menjadi petunjuk serta pengajaran untuk orang-orang yang
bertaqwa. Dan hendaklah orang-orang pengikut Injil, memutuskan perkara menurut apa yang
diturunkan Allah di dalamnya. Barangsiapa tidak memutuskan perkara menurut apa yang diturunkan
Allah, maka mereka itu adalah orang-orang yang fasik.” (QS. Al-Maaidah: 44-47).

Anda mungkin juga menyukai