Anda di halaman 1dari 23

IMAN KEPADA HARI

AKHIR
5 Fase Dalam kehidupan Manusia.

Setiap manusia akan menghadapi lima fase kehidupan yaitu :


1. Sesuatu yang tidak ada ( alam ruh)
2. Berada dalam kandungan ( alam rahim).
3. Berada di alam dunia.
4. Bemasuki alam barzakh (alam kubur) .
5. Memasuki kehidupan akhirat ( alam akhirat).
 Dan hari akhir inilah tahapan akhir kehidupan manusia.
5 FASE KEHIDUPAN MANUSIA

• SETIAP MANUSIA AKAN MENGHADAPI


LIMA FASE KEHIDUPAN YAITU MULAI
DARI
• [1] SESUATU YANG TIDAK ADA ( ALAM
RUH)
• KEMUDIAN [2] BERADA DALAM
KANDUNGAN ( ALAM RAHIM),
• KEMUDIAN [3] BERADA DI ALAM DUNIA,
• KEMUDIAN [4] MEMASUKI
ALAM BARZAKH (ALAM KUBUR)
• DAN TERAKHIR [5] MEMASUKI
KEHIDUPAN AKHIRAT ( ALAM AKHIRAT).
• DAN HARI AKHIR INILAH TAHAPAN
AKHIR KEHIDUPAN MANUSIA.
Alam Ruh
APA HAKIKAT RUH?
• Apa itu Ruh ?

Allah berfirman tentang Ruh :


‫َو َيْسَٔـُلوَنَك َع ِن ٱلُّر وِح ُقِل ٱلُّر وُح ِم ْن َأْمِر َرِّبى َو َم ٓا ُأوِتيُتم ِّم َن ٱْلِع ْلِم ِإاَّل َقِلياًل‬
Dan mereka bertanya kepadamu tentang roh.
Katakanlah: "Roh itu termasuk urusan Tuhan-ku, dan tidaklah kamu diberi pengetahuan melainkan
sedikit".
[QS Al Isra 17:85]

Ayat ini mengajarkan kepada kita bahwa apa dan bagaimana Ruh itu merupakan ilmu yang Allah tidak
ajarkan kepada hambaNYa.

Syaikh As Sya’di rahimahullah berkata,


“Mereka (Orang Yahudi) bertanya tentang ruh yang merupakan pengetahuan yang disembunyikan,
sehingga tidak semua orang bisa menjelaskan sifat dan bentuknya, dan mereka hanya memiliki sedikit
ilmu yang menjelaskan tentang ruh”.
(Taisir Al Karim Ar Rahma)
Perjanjian dengan manusia di Alam Ruh

 Allah mengambil perjanjian dan kesaksian dari calon manusia, yaitu ruh-ruh manusia yang
berada di alam RUH.

Allah mengambil sumpah kepada manusia sebagaimana disebutkan dalam Al-Qur’an:


‫َوِإْذ َأَخ َذ َرُّبَك ِم ۢن َبِنٓى َء اَد َم ِم ن ُظُهوِرِهْم ُذ ِّرَّيَتُهْم َو َأْش َهَدُهْم َع َلٰٓى َأنُفِس ِهْم َأَلْس ُت ِبَرِّبُك ْم َقاُلو۟ا َبَلٰى َش ِهْد َنٓا َأن َتُقوُلو۟ا َيْو َم ٱْلِقَٰي َم ِة ِإَّنا ُك َّنا َع ْن َٰه َذ ا‬
‫َٰغ ِفِليَن‬

Dan (ingatlah), ketika Tuhanmu mengeluarkan keturunan anak-anak Adam dari sulbi mereka
dan Allah mengambil kesaksian terhadap jiwa mereka (seraya berfirman):
"Bukankah Aku ini Tuhanmu?"
Mereka menjawab: "Betul (Engkau Tuhan kami), kami menjadi saksi".
(Kami lakukan yang demikian itu) agar di hari kiamat kamu tidak mengatakan:
"Sesungguhnya kami (bani Adam) adalah orang-orang yang lengah terhadap ini (keesaan Tuhan)",
[QS Al A’rof 7:172]
Keterangan ayat :

• dari Ubay ibnu Ka'b sehubungan dengan makna firman-Nya:


• ‫َوِإْذ َأَخ َذ َرُّبَك ِم ۢن َبِنٓى َء اَد َم ِم ن ُظُهوِرِهْم ُذ ِّرَّيَتُهْم‬
• Dan (ingatlah) ketika Tuhanmu mengeluarkan keturunan anak-anak Adam dari sulbi
mereka.
• Yaitu Pada hari itu Allah mengumpulkan seluruh manusia yang akan ada sampai hari kiamat
nanti, lalu Allah menjadikan mereka dalam rupanya masing-masing dan membuat mereka
dapat berbicara hingga mereka dapat berbicara, kemudian Allah mengambil janji dan ikrar
dari mereka bahwa Allah adalah Tuhan dan pemilik mereka, dan bahwa tidak ada Tuhan
selain dia:
• ‫َأَلْس ُت ِبَرِّبُك ْم َقاُلو۟ا َبَلٰى َش ِهْد َنٓا‬
• "Bukankah Aku ini Tuhan kalian?”
• Mereka menjawab, "Betul (Engkau Tuhan kami)”, kami menjadi saksi.
• Kemudian Allah menjadikan saksi tujuh lapis langit dan tujuh lapis bumi, dan juga menghadirkan
nabi Adam kakek moyang manusia untuk menjadi saksi,
• Allah lakukan yang demikian itu agar di hari kiamat nanti manusia tidak dapat mengingkari
keesaan Allah dengan alasan bahwa mereka tidak tau, sebagaimana firman Allah :
• ‫ِإَّنا ُك َّنا َع ْن َٰه َذ ا َٰغ ِفِليَن‬
• "Sesungguhnya kami (bani Adam) adalah orang-orang yang lengah terhadap ini (keesaan
Tuhan)
• Atau mereka beralasan bahwa mereka sesat karena mengikuti agama yang dibawa oleh bapak
moyang mereka, sehingga mereka hidup di dunia dengan menyekutukan Allah.
Sebagaimana firman Allah dalam ayat berikutnya :
‫َأْو َتُقوُلٓو ۟ا ِإَّنَم ٓا َأْش َر َك َء اَبٓاُؤ َنا ِم ن َقْبُل َو ُك َّنا ُذ ِّرَّيًة ِّم ۢن َبْع ِدِهْم َأَفُتْه ِلُك َنا ِبَم ا َفَعَل ٱْلُم ْبِط ُلوَن‬
atau agar kamu tidak mengatakan: "Sesungguhnya orang-orang tua kami telah mempersekutukan
Tuhan sejak dahulu, sedang kami ini adalah anak-anak keturunan yang (datang) sesudah mereka.
Maka apakah Engkau akan membinasakan kami karena perbuatan orang-orang yang sesat dahulu?"
[QS Al A’rof 7:173]
• Kemudian Allah berfirman : “Dan sesungguhnya Aku akan mengutus kepada kalian rasul-rasul untuk
memberikan peringatan kepada kalian akan janji dan ikrar-Ku ini, dan Aku akan menurunkan kepada
kalian kitab-kitab-Ku.”
• Maka kemudian di dunia, Allah mengutus para nabi untuk mengingatkan manusia agar
melaksanakan ikrarnya Ketika di alam ruh, sebagaimana firman Allah :
‫َٰٓيَأُّيَها ٱلَّنِبُّى ِإَّنٓا َأْر َس ْلَٰن َك َٰش ِهًد ا َو ُم َبِّش ًر ا َو َنِذ يًر ا‬
‫َو َد اِعًيا ِإَلى ٱِهَّلل ِبِإْذ ِنِهۦ َو ِس َر اًج ا ُّم ِنيًر ا‬
Hai Nabi, sesungguhnya Kami mengutusmu untuk jadi saksi, dan pembawa kabar gembira dan pemberi
peringatan,dan untuk jadi penyeru kepada Agama Allah dengan izin-Nya dan untuk jadi cahaya yang
menerangi.
[QS Al Ahzab 33: 45- 46]

• Kemudian manusia menjawab, "Kami bersaksi bahwa Engkau adalah Tuhan kami dan Rabb kami,
tidak ada Rabb dan tidak ada Tuhan selain Engkau."
• Pada hari itu mereka mengakui bersedia untuk taat, lalu Allah mengangkat kakek moyang mereka, Adam;
• dan Adam memandang mereka, maka ia melihat bahwa di antara mereka ada yang kaya, ada yang miskin,
dan ada yang rupanya baik, ada pula yang tidak.
• Maka Adam berkata, "Wahai Tuhanku, mengapa tidak Engkau samakan hamba-hamba-Mu itu?"
• Allah berfirman, "Sesungguhnya Aku suka bila dipanjatkan rasa syukur kepada Ku.
• Nabi Adam melihat adanya para nabi di antara mereka yang bagai­kan pelita karena
memancarkan nur (cahaya), lalu mereka secara khusus diikat dengan janji lain, yaitu berupa risalah dan
kenabian.
• Hal inilah yang diungkapkan oleh Allah Swt. dalam firman Nya:
‫َوِإْذ َأَخ ْذ َنا ِم َن ٱلَّنِبِّيۦَن ِم يَٰث َقُهْم َو ِم نَك َو ِم ن ُّنوٍح َوِإْبَٰر ِهيَم َو ُم وَس ٰى َو ِع يَس ى ٱْبِن َم ْر َيَم َو َأَخ ْذ َنا ِم ْنُهم ِّم يَٰث ًقا َغ ِليًظا‬
Dan (ingatlah) ketika Kami mengambil perjanjian dari nabi-nabi dan dari kamu (sendiri) dari Nuh, Ibrahim,
Musa dan Isa putra Maryam, dan Kami telah mengambil dari mereka perjanjian yang teguh.
[QS Al Ahzab 33:7]
Namun kebanyakan manusia tidak memenuhi janji mereka itu kepada Allah,
sebagaimana firman Allah :
‫َو َم ا َو َج ْد َنا َأِلْك َثِرِهم ِّم ْن َعْه ٍد َوِإن َو َج ْد َنٓا َأْك َثَر ُهْم َلَٰف ِس ِقيَن‬
Dan Kami tidak mendapati kebanyakan mereka memenuhi janji. Sesungguhnya Kami mendapati
kebanyakan mereka orang-orang yang fasik.
[QS Al A’rof 7:102]
( HR Ahmad )

• Inilah peristiwa yang terjadi di Alam ruh, dimana setiap jiwa dari kita manusia telah diambil
kesaksian dan melakukan perjanjian dengan Allah SWT, dengan Nabi Adam dan penduduk langit
sebagai saksi.
• Secara fitrah kita memang lupa akan perjanjian itu, karena itu Allah mengingatkan sesuai dengan
hadits di atas ; “Sesungguhnya Aku (Allah) akan mengutus kepada kalian para RasulKU yang akan
mengingatkan kalian perjanjian KU itu..”
1. Fitrah manusia adalah beriman kepada Allah dan bertauhid, dan mudah menerima
kebenaran.

Dengan kesaksian dan perjanjian ini maka seluruh manusia lahir ke dunia sudah memiliki nilai, yaitu nilai
fitrah beriman kepada Allah dan agama yang lurus, dan tersucikan dari keyakinan yang buruk.

Allah Swt menjadikan hal tersebut berada di dalam fitrah dan pembawaan mereka,
seperti yang disebutkan oleh Allah Swt melalui firman-Nya:
}‫{َفَأِقْم َو ْج َهَك ِللِّديِن َح ِنيًفا ِفْطَر َة ِهَّللا اَّلِتي َفَطَر الَّناَس َع َلْيَها اَل َتْبِد يَل ِلَخ ْلِق ِهَّللا‬
Maka hadapkanlah wajahmu dengan lurus kepada agama (Allah);
(tetaplah atas) fitrah Allah yang telah menciptakan manusia menurut fitrah itu.
Tidak ada perubahan pada fitrah Allah.
(QS Ar-Rum 30 : 30)

• Makna ” fitrah “, menurut Syaikh ‘Abdurrahman as-Sa’di rahimahullah :


• “Allâh Azza wa Jalla menjadikan pada akal manusia (kecenderungan untuk menganggap) baik suatu
kebenaran dan (menganggap) buruk segala yang batil ( salah ).
• Dan hati semua manusia cenderung untuk menerima semua hukum dalam aturan Islam, baik yang lahir
maupun yang batin.
Di dalam kitab Sahihain disebutkan melalui Abu Hurairah r.a.
bahwa Rasulullah Saw bersabda:
‫ُك ُّل َم ْو ُلوٍد ُيوَلُد َع َلى اْلِفْطَرِة َفَأَبَو اُه ُيَهِّو َد اِنِه َأْو ُيَنِّص َر اِنِه َأْو ُيَم ِّج َس اِنِه‬
,Semua bayi (yang baru lahir) dilahirkan diatas fitrah (cenderung kepada Islam)
lalu kedua orangtuanyalah yang menjadikannya orang Yahudi, Nashrani atau Majusi
]HR. Al-Bukhâri[
Di dalam kitab Sahih Muslim disebutkan melalui Iyad ibnu Himar
bahwa Rasulullah SawTelah bersabda:
" ‫ َع ْن ِد يِنِهْم َو َح َّر َم ْت َع َلْيِهْم َم ا َأْح َلْلُت َلُهْم‬، ‫"َيُقوُل ُهَّللا [َتَعاَلى] ِإِّني َخ َلْقُت ِعَباِد ي ُح َنَفاَء َفَج اَء ْتُهُم الَّش َياِط يُن َفاْج َتاَلْتُهْم‬
Allah Swt, berfirman, "Sesungguhnya Aku menciptakan hamba-hamba-Ku dalam keadaan
hanif (lurus dan cenderung pada kebenaran),
kemudian para setan mendatangi mereka lalu menyesatkan mereka dari agamanya ….”
(HSR. Muslim, no. 2865)
KECENDERUNGAN HATI UNTUK MENCINTAI KEBENARAN
DAN MENGINGKARI YANG KEJAHATAN

Allâh Azza wa Jalla menciptakan hati manusia di atas fitrah yang lurus, kemudian Dia Azza wa Jalla
menurunkan syariat-Nya untuk membimbing hati manusia tersebut agar selamat dari tipu daya syaitan dan
selalu di atas jalan yang lurus.
Oleh karena itu, pada asalnya hati manusia akan selalu cocok dan selaras dengan petunjuk Islam, dan hanya
dengan mengenal dan mengamalkan petunjuk-Nya hati manusia akan merasakan kedamaian dan ketenangan
yang sebenarnya.
Allâh Azza wa Jalla berfirman:
‫ َأاَل ِبِذ ْك ِر ِهَّللا َتْطَم ِئُّن اْلُقُلوُب‬ ۗ‫اَّلِذ يَن آَم ُنوا َو َتْطَم ِئُّن ُقُلوُبُهْم ِبِذ ْك ِر ِهَّللا‬
Orang-orang yang beriman dan hati mereka menjadi tenteram dengan berzikir (mengingat) Allâh.
Ingatlah, hanya dengan mengingat Allâh hati menjadi tenteram
[QS. Ar-Ra’du/13:28].
Rasûlullâh Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:
‫اْلِبُّر َم ا َس َك َنْت ِإَلْيِه الَّنْفُس َو اْطَم َأَّن ِإَلْيِه اْلَقْلُب‬
Kebaikan itu adalah sesuatu yang menjadikan jiwa manusia tenang dan hatinya tenteram
[HR. Ahmad]

Sedangkan dosa/ keburukan akan membuat hati sedih dan gelisah karena berlawanan dengan fitrahnya,
sebagaimana sabda nabi :
‫َفِإَّن الَخ ْيَر ُطَم ْأِنْيَنٌة َوِإَّن الَّش َّر ِرْيَبٌة‬
“Kebaikan selalu mendatangkan ketenangan,
sedangkan kejelekan selalu mendatangkan kegelisahan.
[HR Al Hakim]
Oleh karena itu, Allâh Azza wa Jalla menamakan hal-hal yang diperintahkan-Nya (dalam Islam) dengan ‘al-
ma’rûf’ (sesuatu yang dikenal atau dicintai oleh hati)
• dan hal-hal yang dilarang-Nya dengan ‘al-munkar’ (kemungkaran atau sesuatu yang tidak dikenal dan
dibenci oleh hati).

Allâh Subhanahu wa Ta’ala berfirman:


‫ْأ‬
‫ِإَّن َهَّللا َي ُم ُر ِباْلَعْد ِل َو اِإْل ْح َس اِن َوِإيَتاِء ِذ ي اْلُقْر َبٰى َو َيْنَهٰى َع ِن اْلَفْح َش اِء َو اْلُم ْنَك ِر َو اْلَبْغ ِي‬
Sesungguhnya Allâh menyuruh (kamu) berlaku adil dan berbuat kebajikan, memberi kepada kaum kerabat, dan
Allâh melarang dari perbuatan keji, kemungkaran dan permusuhan
[QS. An-Nahl 16:90]
2. Sifat dasar manusia keliru ( berbuat salah), dan lupa

dari Abu Hurairah yang mengatakan bahwa Rasulullah Saw. telah bersabda:

‫ َفَس َقَط ِم ْن‬،‫ "َلَّم ا َخ َلَق ُهَّللا [َع َّز َو َج َّل ] آَد َم َم َسَح َظْهَرُه‬: ‫ َقاَل َرُس وُل ِهَّللا َص َّلى ُهَّللا َع َلْيِه َو َس َّلَم‬: ‫َع ْن َأِبي ُهَر ْيَر َة [َرِض َي ُهَّللا َع ْنُه] َقاَل‬
، ‫ ُثَّم َع َرَض ُهْم َع َلى آَد َم‬،‫ َو َج َعَل َبْيَن َعْيَنْي ُك ِّل ِإْنَس اٍن ِم ْنُهْم َو بيًص ا ِم ْن ُنوٍر‬،‫َظْه ِر ِه ُك ُّل َنَس مة ُهَو َخ اِلُقَها ِم ْن ُذ ِّرَّيِتِه ِإَلى َيْو ِم اْلِقَياَم ِة‬
‫ َهَذ ا‬: ‫ َم ْن َهَذ ا؟ َقاَل‬، ‫ َأْي َرِّب‬: ‫ َفَقاَل‬،‫ َفَر َأى َرُج اًل ِم ْنُهْم َفَأْع َج َبُه َو ِبيص َم ا َبْيَن َعْيَنْيِه‬. ‫ َهُؤ اَل ِء َذ ِّرَّيُتَك‬: ‫ َم ْن َهُؤ اَل ِء ؟ َقاَل‬، ‫ َأْي َرِّب‬: ‫َفَقاَل‬
‫ ِز ْد ُه ِم ْن ُع ُمِري َأْر َبِع يَن‬، ‫ َأْي َرِّب‬: ‫ َقاَل‬.‫ ِس ِّتيَن َس َنًة‬: ‫ َو َك ْم َج َعْلَت ُع ُم َرُه؟ َقاَل‬، ‫ َرِّب‬: ‫ َقاَل‬. ‫ َد اُو ُد‬:‫ ُيَقاُل َلُه‬،‫َرُج ٌل ِم ْن آِخ ِر اُأْلَم ِم ِم ْن ُذ ّر يتك‬
‫ َفَج َح َد‬: ‫ أَو َلْم ُتْع ِطَها اْبَنَك َد اُو َد ؟ َقاَل‬: ‫ َأْو َلْم َيْبَق ِم ْن ُع ُمِري َأْر َبُعوَن َس َنًة؟ َقاَل‬: ‫ َج اَءُه َم َلُك اْلَم ْو ِت َقاَل‬، ‫ َفَلَّم ا اْنَقَض ى ُع ُم ُر آَد َم‬.‫َس َنًة‬
‫ َو َخ ِط َئ آَد ُم َفَخ ِط َئْت ُذ ِّرَّيُتُه‬،‫ َو َنِس َي آَد ُم َفَنِس َيْت ُذ ِّرَّيُتُه‬،‫"آَد ُم َفَج َح َد ْت ُذ ِّرَّيُتُه‬.
Ketika Allah menciptakan Adam, maka Allah mengusap punggung Adam,
lalu berguguranlah dari punggungnya semua manusia yang Dia ciptakan dari anak
keturunannya sampai hari kiamat.
Dan Allah menjadikan di antara kedua mata setiap manusia dari sebagi­an mereka secercah
nur (cahaya), kemudian Allah menampilkannya dihadapan Adam.
Maka Adam berkata, "Wahai Tuhanku, siapakah mereka ini?”
Allah berfirman, "Mereka adalah anak cucumu.”
.
Adam melihat seorang lelaki dari mereka yang nur di antara kedua matanya mengagumkan Adam.
Adam bertanya, "Wahai Tuhanku, siapakah orang ini?”
Allah berfirman, "Dia adalah seorang lelaki dari kalangan umat yang akhir nanti dari kalangan
keturunanmu, ia dikenal dengan nama Daud.”
Adam berkata, "Wahai Tuhanku, berapakah usianya yang telah Engkau tetapkan untuknya “Allah
menjawab “Enam Puluh Tahun”
Adam Berkata, "Wahai Tuhanku, saya rela memberikan kepadanya sebagian dari usiaku sebanyak
empat puluh tahun.”
Ketika usia Adam telah habis, ia kedatangan malaikat maut, maka Adam berkata,
"Bukankah usiaku masih empat puluh tahun lagi?”
Malaikat maut menjawab.”Bukankah engkau telah berikan kepada anakmu Daud?”
Ketika malaikat maut menjawabnya, maka Adam mengingkarinya, sehingga keturunannya pun ingkar
pula.
Adam lupa, maka keturunannya pun lupa pula.
Adam berbuat kekeliruan, maka keturunannya pun berbuat kekeliruan pula
( HR. Tirmidzi )
AWAS HATI –HATI ALIRAN ISLAM BAIAT

Liputan6.com, Garut –
Keberadaan aliran Islam Baiat makin meresahkan warga Garut. Pasalnya, aliran itu mewajibkan pengikutnya
menyatakan ulang syahadat jika tidak ingin disebut kafir.

Kapolsek Cibalong AKP Supian BJ mengatakan, aliran tersebut berkembang di wilayah Cibalong. Kaum
muslim setempat resah dengan aturan kontroversial pembacaan syahadat ulang itu.

"Jelas ini memancing kontra warga," ujar dia, Jumat, 5 Mei 2017.

Berdasarkan hasil penelitian lapangan sementara, ajaran Islam Baiat pada dasarnya sama dengan ajaran
Islam pada umumnya. Aliran itu mewajibkan pengikutnya mengucapkan kalimat syahadat yang sama dengan
umat Islam lainnya.
Mereka juga menunaikan salat fardu lima waktu, tetapi aliran itu mewajibkan syahadat ulang bagi kaum
Muslim yang ingin masuk kelompoknya.

Anda mungkin juga menyukai