Anda di halaman 1dari 4

TUGAS ESSAY

Nama : St. Aliah Nurfatimah

Nim : L011231173

Mata Kuliah : Pendidikan Agama Islam

Teori Pembuktian Eksistensi Allah

Tuhan secara terminology memiliki banyak bentuk sebutan yang berbeda-beda. Ada yang
menyebut God, Allah, Yang Maha Kuasa, ingkang murbahing dumadi, dan lainnya. Dalam Islam istilah
Tuhan dikenal dengan nama Allah, yang berasal dari bahasa Arab. Siapakah Allah itu? Bagaimana
wujudnya? Bahkan dalam dalil naqli pun tidak ditemukan adanya kejelasan tentang wujud Allah yang
nyata sebenarnya seprti apa.

Tuhan tidak mungkin dan tidak akan pernah menjadi kajian ilmu, karena kajian ilmu sangat
terbatas, terukur dan selalu berubah dan diuji secara berulang-ulang oada laboratorium manusia, secara
keilmuan. Keinginan untuk membuktikan Tuhan melalui pendekatan ilmu akan selalu mengalami
kegagalan karena sudah sejak awal tidak ditemukan metodologi yang baku, karena Tuhan tidak dapat
dibawa, diukur, ditimbang, difoto dan diujicobakan dalam laboratorium. Jadi, bukan berarti Tuhan tidak
ada karena ketidaktahuan, Tuhan barangkali dilakukan karena kesalahan metodologi/pendekatannya.

Fazlur Rahman mengatakan Al-Quran telah menyatakan bahwa keyakinan kepada yang lebih tinggi
daripada alam adalah “keyakinan dan kesadaran terhadap yang gaib”. Eksistensi Tuhan bagi mereka
yang suka merenungi hal ini tidak lagi diyakini sebagai sesuatu yang “irrasional” dan “tidak masuk akal”
tetapi berubah menjadi “ Kebenaran Tertinggi”. Dan yang menjadi masalah adalah bukanlah bagaimana
caranya membuat manusia beriman dengan mengemukakan bukti-bukti “teologis” mengenai eksistensi
Tuhan, tetapi bagaimana membuat manusia beriman dengan mengalihkan perhatiannya
kepadaberbagai fakta yang jelas, dan mengubah fakta-fakta itu menjadi hal-hal yang mengingatkan
manusia untuk memahami eksistensi Tuhan. Ada 3 hal yang perlu diingat manusia untuk memahami
eksistensi Tuhan, yaitu:

1. Segala sesuatu selain Allah, termasuk alam semesta senantiasa bergantung pada Tuhan.
2. Tuhan Yang Maha Besar dan Perkasa pada dasarnya adalah Yang Maha Pengasih
3. Hal-Hal yang sudah pasti mensyaratkan adanya hubungan yang tepat antara Tuhan dan manusia,
yaitu hubungan antara yang diper-Tuan dengan hamba-Nya, yang konsekuensinya melahirkan
hubungan manusia dengan manusia.

Kalau eksistensi Tuhan dapat dipahami sebagai sesuatu yang bukan irrasional,
bagaimana caranya? Rahman menulis dengan jelas:
“ … begitu engkau mengurangi dari mana kemana alam semesta ini maka engkau pasti akan
menemukan Tuhan. Pernyataan ini bukan merupakan bukti terhadap eksistensi Tuhan, karena
menurut Al-Quran : Jika engkau tidak menemukan Tuhan, maka engkau tidak akan
membuktikan eksistensinya…’ Menemukan’ bukan sebuah perkataan yang hampa. Perkataan ini
meminta sebuah re-evaluasi total terhadap urutan realitas yang prima … Konsekuensi dari
penemuan adalah bahwa Tuhan tidak dapat dipandang sebagai sebuah eksistensi diantara
eksistensi-eksistensi lainnya… Tuhan ada bersama setiap sesuatu. Dialah yang menyebabkan
integritas dari setiap sesuatu itu melalui dan didalam hubungannya dengan yang lain,
berhubungan pula denganTuhan. Jadi Tuhan adalah makna dari realitas, sebuah makna yang
dijelaskan serta dibawakan oleh alam, dan selanjutnya oleh manusia. Setiap sesuatu dialam
semesta ini adalah petanda eksistensi Tuhan… dan aktivitas-Nya yang mempunyai maksud dan
tujuan akan dilanjutkan oleh manusia.

Al-Quran juga menunjukkan cara untuk mengenal Tuhan melalui alam semesta yang
ada. Pernyataan inisesuai dengan hadis Qudsi yang berbunyi “ Aku adalah sesuatu yang
tersembunyi.Aku berkehendak untuk dikenal, maka Kuciptakan makhluk agar mereka
mengenalKu. Begitupun juga menurut Ibnu ‘Arabi dalam studi filasafat islam.
ُ َُ ْ َ َْ َ َ ُ َ ُ ُ ََ ُ َْ َ ُ َ ْ َ َ ُ ُ َ َ َ َ َ ْ
‫ور ِه ْم ذ ِّرَّيت ُه ْم َوأش َهده ْم َعَل أنف ِس ِه ْم أل ْست ِب َر ِّبك ْم قالوا َبَل ش ِهدنا أن تقولوا َي ْو َم‬
ِ ‫َوِإذ أخذ َرُّبك ِم ْن َب ِ ين آد َم ِم ْن ظ ُه‬
َ ‫ْالق َي َامة إ َّنا ُك َّنا َع ْن َه َذا َغافل‬
‫ي‬ ِِ ِ ِ ِ

“dan (ingatlah), ketika Tuhanmu mengeluarkan keturunan anak-anak Adam dari sulbi mereka
dan Allah mengambil kesaksian terhadap jiwa mereka (seraya berfirman): ‘Bukankah aku ini
Tuhanmu?” mereka menjawab: ‘Betul (Engkau Tuhan kami), Kami menjadi saksi’. (kami lakukan
yang demikian itu) agar di hari kiamat kamu tidak mengatakan: ‘Sesungguhnya Kami (Bani
Adam) adalah orang-orang yang lengah terhadap ini (keesaan Tuhan).’” (QS. Al-A’raf, 7: 172)

Pembuktian eksistensi Allah melalui pencipta alam adalah salah satu argument yang
digunakan dalam mengukuhkan tuhan. Alam dengan segala keteraturannya tidak mungkin ada
tanpa ada yang mengaturnya, sehingga alam merupakan bukti eksistensi Allah.

‫ف‬ٌ ‫ُه َو َّالذي ُي َس ِّ ُِيُك ْم ف ْال َ ِِّي َو ْال َب ْحر َح ََّن إ َذا ُك ْن ُت ْم ف ْال ُف ْلك َو َج َر ْي َن به ْم بري ح َط ِّي َبة َو َفر ُحوا ب َها َج َاء ْت َها ري ٌح َعاص‬
َ ِ
َّ َ َّ ِ َ ُ َ َ ِ َ ْ َ َ ْ ِ َ ْ َ ْ ِ َ َ ٍ ِّ ُ َ ٍ َ ِ ِ ْ ِ ُ ِ َ َّ ُ َ َ ِ ْ
َ‫الشاكرين‬ َ ‫َ َ َ ُ ُ ْ َ ْ ِ ُ ي ْ ُ ِّ َ َ ِ َ َ ُّ ِ َ َّ ُ ْ ُ ِ ي‬
ِ ِ ‫وجاءهم الموج ِمن كل مك ٍان وظنوا أنهم أ ِحيط ِب ِهم دعوا اَّلل مخ ِل ِصي له الدين ل ِي أنجيتنا ِمن ه ِذ ِه لنكونن ِمن‬

“Dialah Tuhan yang menjadikan kamu dapat berjalan di daratan, (dan berlayar) di lautan.
Sehingga ketika kamu berada di dalam kapal, dan meluncurlah (kapal) itu membawa mereka
(orang-orang yang ada di dalamnya) dengan tiupan angin yang baik, dan mereka bergembira
karenanya; tiba-tiba datanglah badai dan gelombang menimpanya dari segenap penjuru, dan
mereka mengira telah terkepung (bahaya), maka mereka berdoa dengan tulus ikhlas kepada
Allah semata. (Seraya berkata), “Sekiranya Engkau menyelamatkan kami dari (bahaya) ini, pasti
Kami termasuk orang-orang yang bersyukur.” (QS. Yunus, 10: 22)

Pembuktian eksistensi Allah melalui penciptaan manusia adalah argument yang


mengarahkan keberadaan tuhan sebagai pencipta semua sesuatu yang ada di alam semesta.
Manusia sebagai makhluk yang unik, merupakan bukti eksistensi Allah, karena ia tidak dapat
dibuat oleh manusia sendiri. Pada dasarnya, manusia manusia tidak dapat membuat diri sendiri,
sehingga keberadaan Tuhan sebagai pencipta menjadi sangat evident. Al-quran menjelaskan
bahwa Allah menciptakan manusia dengan pendengaran, dan hati agar dapat melihat dan
memperhatikan seluruh ciptaan Allah. Sebagai contoh, pada ayat 56 dari surah Adz-Dzariyat,
Allah mengatakan:

“Dan tidaklah aku ciptakan jin dan manusia melainkan untuk beribdah kepada-Ku”.
DAFTAR PUSTAKA

Haris Abd, Kivah Aha Putra, Filsafat Pendidikan Islam, 2012, Jakarta: Amzah.

Syarif Iberani Jamal, Mengenal Islam, 2003. Jakarta: El-Kahfi.

Suharto Toto, Filsafat Pendidikan Islam, 2013, Yogyakarta: Ar-Ruzz Media

Anda mungkin juga menyukai