Anda di halaman 1dari 6

Abstrak: Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui hakikat manusia, alam semesta dan

masyarakat dalam filsafat pendidikan islam. Penelitian ini menggunakan metode studi pustaka,
peneliti menganalisis literatur tertulis sebagai sumber utamanya. Hasil penelitian ini menunjukan
bahwa manusia memiliki kelebihan dibandingkan mahluk lain di alam semesta. Keberadaannya
sebagai Abdullah juga sebagai wakil Allah di bumi. Manusia sebagai hamba Abdullah memiliki inspirasi
nilai-nilai ketuhanan yang tertanam sebagai pejalan amanah (utusan Allah). Tuhan dimuka bumi. Rasa
ingin tahu manusia membuatnya kreatif dengan semangat trasendensi. Manusia dengan manusia
lainnya memiliki korelasi yang seimbang, dan bekerja sama untuk mensejahterakan bumi. Manusia
dengan lingkungan alam adalah cara untuk menambah ilmu, bersyukur dan mendekatkan diri
kepada Tuhan.

PENDAHULUAN

Manusia di alam semesta ini adalah makhluk yang unik, keunikan itu sangat


menarik di mata manusia itu sendiri, yang mendasari perbedaan antara manusia dengan
makhluk Tuhan lainnya adalah Tuhan memuliakan mereka dengan memberikan akal, sedangkan
mahkuk lain tidak diberikan, disinilah kemuliaan manusia dibandingkan mahluk lain.
Begitu banyak penelitian tentang manusia akan berkembang karena pengetahuan manusia
tentang mereka terbatas. Untuk menjawab masalah ini, Al-Qur'an menjelaskan hal-
hal yang berhubungan dengan "manusia". Manusia adalah jenis makhluk hidup
yang merupakan bagian dari populasi permukaan bumi ini. Ia merupakan kumpulan yang memiliki ciri
khas tersendiri yang tidak dimiliki oleh jutaan makhluk hidup lainnya. Selama hidupnya, manusia selalu
berusaha berjuang untuk memanfaatkan lingkungan alam dengan
menggunakan kekuatan dan energi alam, untuk kepentingannya sendiri. Di sisi lain, bahwa manusia
tidak dapat hidup sendiri karena manusia disebut makhluk sosial yang selalu bergantung pada orang
lain. Selain “manusia bergantung pada manusia lain, karakteristik manusia
juga mencakup kemampuan untuk menyesuaikan diri dengan kondisi lingkungan yang dihadapinya.
Manusia, masyarakat dan alam semesta adalah tiga hal yang berkaitan erat dan
tidak dapat dipisahkan satu sama lain. Karena manusia diciptakan Allah sebagai pemimpin dialam
semesta, tetapi manusia tidak akan bisa hidup sendiri, karena manusia disebut makhluk sosial yang
saling bergantung satu sama lain. Sedangkan ilmu adalah hasil pengetahuan manusia yang selalu
digunakan untuk membuka tabir kebodohan dan mencari solusi hidup. Karena
manusia adalah subjek utama ilmu pengetahuan.

METODOLOGI PENELITIAN

Jenis penelitian ini adalah penelitian kepustakawanan, untuk penelitian dilakukan dengan


menganalisis dan membuat literatur tertulis berupa buku, jurnal ilmiah surat kabar sebagai sumber
utama. Penelitian ini bersifat kualitatif, yaitu penelitian yang berfokus pada analisis data yang sudah
ada sebelumnya. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah deskriptif analisis. Metode ini
digunakan untuk menggambarkan bagaimana hakikat manusia. Dan hubungannya dengan fenomena
yang dianalisis. Selanjutnya, data dianalisis untuk memperoleh penjelasan tentang
implikasi sifat manusia dari perspektif pendidikan Islam.
HASIL DAN PENELITIAN

Hakikat Manusia Dalam Al-Qur’an

Quraish Shihab menunjukkan bahwa ada tiga kata yang digunakan


dalam Quran untuk menyebut "manusia".

1. Basyar

Penggunaan istilah "basyar" dalam Al-Qur'an lebih banyak digunakan dalam pertanyaan-


pertanyaan yang berkaitan dengan aspek fisik tampak manusia dalam umum dan yang tidak
berbeda dari manusia ke manusia. Dalam beberapa kasus, istilah basyar juga digunakan untuk
menggambarkan aspek psikologis seperti kebutuhan, kemampuan indera, kegiatan belajar
dan tahapan perkembangan manusia hingga mencapai kedewasaan. Dengan kata lain, istilah basyar
lebih menggambarkan yang ada pada semua manusia, baik aspek fisik maupun psikis. Sebagaimana
Allah berfirman dalam Surah al-Ruum (30) ayat 20:

ِ َ‫ش ٌر تَ ْنت‬
َ‫ش ُر ْون‬ ٍ ‫َو ِمنْ ٰا ٰيتِ ٖ ٓه اَنْ َخلَقَ ُك ْم ِّمنْ تُ َرا‬
َ َ‫ب ثُ َّم اِ َذٓا اَ ْنتُ ْم ب‬
20. Dan di antara tanda-tanda (kebesaran)-Nya ialah Dia menciptakan kamu dari tanah, kemudian tiba-
tiba kamu (menjadi) manusia yang berkembang biak.

2. Kata-kata yang terdiri alif, nun dan sin

Semacam Insan, Ins, Nas atau Unas, kata Insan Ibnu Manzhur berasal dari kata "Insiyan".
Yang artinya manusia, sedangkan menurut M.Quraish Shihab istilah Insan diambil dari
kata “Yang Esa” yang jinak, rukun dan kelihatan. Ketaatan manusia ini lebih terlihat dibandingkan
dengan seperti harimau, serigala, ular dan binatang buas lainya. Kata Insan dalam Al-Qur'an digunakan
untuk manusia secara keseluruhan, yaitu jiwa raga. Perbedaan manusia antara satu dan
yang lain karena perbedaan fisik dan kecerdasan, mencerminkan perbedaan dalam
aspek spiritual, agama dan moral. Dengan kata lain, selain digunakan
untuk menyebut manusia secara keseluruhan, juga menggambarkan perbedaan
antara satu orang dengan orang lain.

3. Bani Adam dan zuriyah Adam

Kata “Dzurriyyah menurut Ibnu Manzhur berkaitan dengan keturunan, jika


dikatakan “Inna Fulanan La Kariimu Adz-Dzurry” artinya adalah “Karimu Ath-Thabi`Ah”
(pembawaannya sejak lahir mulia). Dzuriyyah juga terkait dengan sesuatu bahwa seorang anak dari
orang tuanya ketika kata Dzuriyyah lebih kepada Adam untuk menggambarkan keturunan seseorang
dan sifat bawaan yang dibawa sejak lahir. Dari keterangan tersebut juga tampak bahwa semua yang
tergolong manusia di alam semesta ini berasal dari yang sama yaitu nabi Adam dan Hawa. Dari
sini juga muncul bahwa ada sifat bawaan yang lebih atau sama
yang diturunkan dari generasi ke generasi melalui proses pernikahan dari nabi Adam sampai sekarang.

Manusia “Menurut Al-Qur’an, manusia sebagai makhluk berdimensi memiliki kedudukan yang


sangat mulia. Namun sebelum membahas kedudukan, terlebih dahulu untuk mengetahui hakikat dan
keberadaan manusia. Manusia memiliki eksistensi dalam
hidupnya bahwa Abdullah dan Khalifah sebagai utusan bumi
Allah, di sini mereka harus masuk bersentuhan dengan cerita mengembangkan esensi rasa ingin
tahu untuk membuat mereka menjadi kreatif. didorong oleh nilai-nilai transendensi.
Manusia di sisi Allah memiliki kedudukan sebagai hamba, mengilhami nilai-nilai ketuhanan yang
yang berlabuh di dalam pejalan amanat Allah di muka bumi. Manusia dengan manusia lainnya
memiliki korelasi yang seimbang bekerja sama untuk mensejahterakan bumi. Manusia
dengan lingkungan alam adalah cara untuk menambah ilmu dan rasa syukur
kepada Allah dan bertanggung jawab untuk menjadikan alam sebagai subjek bagi kita kepada Allah.

Manusia sebagai Khalifah di bumi. Mari kita lihat dialog antara Allah dan para malaikat


ketika ingin menciptakan manusia pertama, kepada yaitu nabi Adam As.
Apa yang telah Allah tuliskan dalam Surah al-Baqarah (2) ayat 30:
ۤ
َ ُ‫سفِ ُك ال ِّد َم ۤا ۚ َء َونَ ْحنُ ن‬
‫سبِّ ُح‬ ِ ‫ض َخلِ ْيفَةً ۗ قَالُ ْٓوا اَت َْج َع ُل فِ ْي َها َمنْ يُّ ْف‬
ْ َ‫س ُد فِ ْي َها َوي‬ ِ ‫َواِ ْذ قَا َل َربُّ َك لِ ْل َم ٰل ِٕى َك ِة ِانِّ ْي َجا ِع ٌل فِى ااْل َ ْر‬
َ‫ِّس لَ َك ۗ قَا َل اِنِّ ْٓي اَ ْعلَ ُم َما اَل تَ ْعلَ ُم ْون‬
ُ ‫بِ َح ْم ِد َك َونُقَد‬
30. Dan (ingatlah) ketika Tuhanmu berfirman kepada para malaikat, “Aku hendak menjadikan khalifah di
bumi.” Mereka berkata, “Apakah Engkau hendak menjadikan orang yang merusak dan menumpahkan darah
di sana, sedangkan kami bertasbih memuji-Mu dan menyucikan nama-Mu?” Dia berfirman, “Sungguh, Aku
mengetahui apa yang tidak kamu ketahui.”

M.Quraish Shihab" yang mengartikan kata khalifah di atas menjelaskan bahwa
kata "khilafah" pada awalnya berarti yang menggantikan atau seseorang yang datang sesudahnya.
Atas dasar ini, ada yang memahami kata khalifah di sini dalam arti menggantikan
Allah dengan penerapan kehendak-Nya dan pelaksanaan ketetapan-ketetapan-Nya.
Tapi itu bukan berarti Tuhan tidak bisa menjadikan manusia sebagai tuhan. Bukan!
Allah berkehendak dengan pengangkatan untuk menguji manusia dan menghormatinya.
Dengan demikian, hakekat dari tujuan penciptaan manusia
adalah Tuhan ingin mempercayakan manusia dengan tugas sebagai khalifah Tuhan di bumi, kepada
yaitu pelaksanaan sesuai dengan petunjuk Tuhan dan utusannya bidang keahlian atau wewenang yang 
telah diberikan Tuhan.

Berawal dari masalah bahwa ada dua unsur yang berkaitan dengan makna


khalifah, yaitu unsur internal yang berhubungan dengan manusia, dengan
alam semesta dan antara manusia dengan alam semesta.

Dalam hubungan horizontal ini, mengacu pada hubungan antara manusia dan


manusia lain, dan kepada alam semesta, yang telah Allah berikan kehidupan
di dalamnya sehingga upaya dan semua upaya ini seperti ibadah kepada Allah, karena Allah tidak
melarang manusia untuk bekerja, bahkan tidak memikirkan
hanya akhirat, antara keseimbangan antara dunia ini dan "sesudahnya". Firman Allah dalam Surah
Qashashas (28) ayat 77:
‫وابتَغ فيمٓا ٰا ٰتى َك هّٰللا الدَّار ااْل ٰ خرةَ واَل تَ ْنس نَصيب َك منَ ال ُّد ْنيا واَحسنْ َكمٓا اَح هّٰللا‬
َ َ‫سنَ ُ اِلَ ْي َك َواَل تَ ْب ِغ ا ْلف‬
‫سا َد فِى‬ َ ْ َ ِ ْ َ َ ِ َِْ َ َ َ ِ َ ُ َ ِْ ِ ْ َ
‫هّٰللا‬
ِ ‫ض ۗاِنَّ َ اَل يُ ِح ُّب ا ْل ُم ْف‬
َ‫س ِديْن‬ ِ ‫ااْل َ ْر‬
77.Dan carilah (pahala) negeri akhirat dengan apa yang telah dianugerahkan Allah kepadamu, tetapi
janganlah kamu lupakan bagianmu di dunia dan berbuatbaiklah (kepada orang lain) sebagaimana Allah
telah berbuat baik kepadamu, dan janganlah kamu berbuat kerusakan di bumi. Sungguh, Allah tidak
menyukai orang yang berbuat kerusakan.

Dan yang kedua unsur eksternal adalah penugasan


manusia Tuhan, untuk amanat Tuhan dan keberadaan hakekatnya dalam kehidupan ini
adalah untuk membangun dan mengelola dunia tempat dia hidup sesuai dengan kehendak ciptaannya.
Tugas khilafah memang sangat berat. Namun status ini menunjukkan arah peran sebagai penguasa di
bumi di bawah kepemimpinan Allah.

Abdul Allah (hamba Allah) dalam konteks konsep Abdullah Allah, manusia harus menyadari


dirinya sebagai akan menempatkan diri sebagai subjek dan tunduk pada semua ketentuan Allah.
Kedudukan hamba Allah ini memang merupakan tugas Allah untuk menciptakan manusia
dan makhluk lainnya, yang artinya manusia wajib memaknai segala usaha dan kegiatan sebagai usaha
danrealisasi terhadap Allah, termasuk didalamnya melalui kegiatan alam semesta dengan kekuatan ya
ng dimilikinya , guna memenuhi kebutuhan hidup. Untuk lebih jelasnya kita lihat.
Allah berfirman dalam Surah al-Dzariyat (51) ayat 56:

َ ‫َو َم ا َخ لَ ْق تُ ْال ِج نَّ َو ا ِإْل ْن‬


ِ ‫س ِإ اَّل لِ يَ ْع بُ ُد‬
‫ون‬

56. Dan aku tidak menciptakan jin dan manusia melainkan supaya mereka mengabdi kepada-Ku.

M.Quraish Shihab menafsirkan Liya`Buduun dalam ayat di atas bahwa itu tidak berarti bahwa


mereka harus menyembah, atau harus disembah. Makna
semacam ini dianggap tidak mungkin karena Allah tidak membutuhkan apa pun. Dari
sini dapat dipahami bahwa tujuan penciptaan manusia bukanlah untuk Tuhan, tetapi untuk manusia.
Jadi jika ayat tersebut mengatakan bahwa manusia beribadah, maka manfaat dari ibadah itu
manusia tidak untuk Allah melainkan untuk manusia itu sendiri.

Tujuan penciptaan manusia sebagai khalifah Allah di bumi dan sekaligus waktu untuk


beribadah kepada-Nya, dan bukan kepada Allah, tetapi untuk diri sendiri, artinya jika amanat yang
dibebankan pada manusia dan /atau ibadah yang
harus dilakukan oleh manusia dilakukan sesuai dengan petunjuk Allah, tentu kemaslahatan untuk diri
sendiri bukan untuk Allah. Seperti halnya manusia, dilarang meminum minuman yang memabukkan.
Keuntungan dari mematuhi larangan adalah untuk manusia itu sendiri dan bukan untuk Tuhan.

Aliran Filsafat Islam Tentang Manusia

Setidaknya ada empat aliran pemikiran yang berkaitan dengan hal-hal rohani


dan jasmani, yaitu: aliran zat , aliran pikiran , aliran dualisme, dan aliran eksistensialisme.

1. Aliran Seba Zat ( Faham Materialisme )


Aliran dari semua zat ini mengatakan bahwa yang benar-benar ada adalah zat atau materi,
adalah zat atau materi dan manusia adalah unsur alam, jadi manusia adalah zat atau materi.
Manusia adalah apa yang tampak, terdiri dari materi yang terdiri atas zat(daging, darah, tulang).

Jadi mazhab ini lebih dari pada hakikatnya lebih kepada substansi atau materinya. Manusia


bergerak dengan organ, makan dengan tangan, berjalan dengan kaki, dll.
Semuanya adalah materi atau materi. Berdasarkan aliran ini, pendidikan manusia harus melalui
proses pengalaman atau latihan.

2. Aliran Serba Ruh

Dalam kitab lain, mazhab ini disebut mazhab idealisme. Aliran ini berpendapat


bahwa esensi dari semua yang di dunia ini adalah roh, dan esensi dari keberadaan adalah roh.
Oleh karena itu, jasad atau badan adalah salah satu jiwa untuk mewujudkan tujuan, keinginan, dan
dorongan jiwa manusia.

Dengan demikian, aliran ini beranggapan bahwa yang menggerakkan adalah ruh atau jiwa.
Tanpa ruh atau jiwa maka jasmani, raga atau fisik manusia akan mati, tidak berguna dan tidak berdaya
sama sekali. Dalam pendidikan, bukan hanya aspek pengalaman yang diutamakan,
faktor internal seperti potensi bawaan juga mendapat perhatian khusus.

3. Aliran Dualisme

Aliran ini beranggapan bahwa manusia pada hakikatnya terdiri dari dua zat, yaitu jasmani dan


rohani. Aliran ini melihat realitas alam semesta sebagai salah satu dari dua kategori makhluk hidup
dan benda mati. Demikian pula, manusia merupakan kesatuan rohani dan jasmani, jiwa dan raga.

Misalnya, ada masalah: dimana ruh dalam pribadi manusia.


Jawaban umumnya adalah mungkin laporannya ada di otak.
Namun akan ada menjadi masalah, bagaimana mungkin entitas immaterial yang tidak membutuhkan
ruang bisa berada dalam materi yang dalam suatu wadah.

Dengan demikian, aliran ini percaya bahwa manusia tidak dapat


dipisahkan menjadi zat/tubuh dan roh/jiwa. Karena pada dasarnya keduanya tidak dapat dipisahkan.
Masing-masing memiliki peran yang sama vitalnya. Jiwa tanpa jiwa akan mati, jiwa tanpa jiwa tidak
dapat berbuat apa-apa. Dalam pendidikan pun perlu dimaksimalkan kedua unsur tersebut, tidak hanya
salah satu karena keduanya sangat penting.

4. Aliran Eksistensialisme
Aliran filsafat modern menganggap bahwa manusia adalah eksistensi
atau inkarnasi manusia yang sebenarnya. Dengan demikian, hakikat hakikat manusia adalah apa
manusia secara keseluruhan. Di sini manusia dilihat dari semua substansi, semua roh atau dualisme
dari kedua aliran, tetapi dalam hal keberadaan manusia itu sendiri di dunia.

Anda mungkin juga menyukai