Anda di halaman 1dari 11

Jurnal Tafsir I.

Vol : 1, No :1, Mei 1-11

KARAKTER MANUSIA DALAM AL-QUR’AN

Syifa Siti Nuraeni


Sekolah Tinggi Agama Islam Siliwangi Bandung
Email : syifasitinuraeni5@gmail.com

ABSTRAK

Didalam Al-Qur’an ada tiga sebutan untuk manusia yaitu : Al-Basyar, An-Nas dan
al insan, ketiganya mempunya karakteristik sendiri-sendiri dan juga dijelaskan
tentang ulah-ulah manusia sehingga Allah menurngkan azab untuk mereka sebagai
peringatan atas kelalaian mereka terhadap ajaran-ajaran Al-Qur’an. Disisi lain
menjelaskan penciptaan manusia dari tanah yang dibentuk sesempurna mungkin,
dan dikaruniai sebuah akal sebagai pembeda dari makhluk lain, ia juga lupa akan
jati dirinya dan dominan dalam dirinya adalah sifat hewani. Akan tetapi, bukan
berarti karena manusia disebut lemah tidak mampu melakukan syariat-syariat
yang telah ditetapkan oleh Allah dalam ayat ayat munkamatnya sehingga
seenaknya menganggap semua adalah dispensasi bagi manusia.
Kata Kunci : Manusia dan karakteristiknya, Al-Quran

ABSTRACT
In the Qur'an there are three designations for humans, namely: Al-Basyar, An-Nas
and al insan, all three have their own characteristics and are also explained about
human actions so that Allah brings punishment to them as a warning for their
negligence of the teachings of the Qur'an. On the other hand, it explains the
creation of man from the ground that was formed as perfect as possible, and
endowed with a mind as a differentiator from other creatures, he also forgot his
identity and dominant in him is the animal nature. However, it does not mean that
because humans are called weak, they are unable to carry out the laws that have
been stipulated by Allah in the verses of munkamat, so it is arbitrary to assume
that everything is a dispensation for humans.
Keywords : Man and his characteritics, Al-Qur’an

Pendahuluan
Manusia adalah makhluk ciptaan Allah yang paling mulia diantara
makhluk ciptaan lain-Nya. Oleh sebab itu, manusia diharuskan mengenal siapa
yang meciptakan dirinya sebelum mengenalnya. Dalam pandangan islam manusia
itu makhluk yang mulia dan terhormat disisi-Nya, yang diciptakan Allah dalam
bentuk yang amat baik. Manusia diberi akal dan hati, sehingga memahami ilmu
yang diturunkan Allah, berupa Al-Qur’an menurut sunnah Rasul.
Karakteristik manusia merupakan topik yang sangat menarik untuk
dibahas karena manusia adalah makhluk yang paling sempurna diantara makhluk
lainnya. Karakteristik manusia sangat komplek dan terpengaruh oleh banyak
faktor, baik faktor internal atau eksternal. Oleh karena itu, dalam memahami
karakteristik manusia perlu melihatnya dari berbagai perspektif, termasuk
perspektif agama.
Al-Qur’an sebagai kitab suci umat islam memberikan pandangan ang
sangat kaya tentang karakteristik. Al-Qur’an menjelaskan tentang asal usul
manusia, tujuan hidup manusia, dan nilai-nilai moral yang harus dijungjung tinggi
oleh manusia.
Pembahasan
1. Asal Usul Manusia
Al-Qur’an menjelaskan bahwa manusia berasal dari tanah. Allah
menciptakan Adam dari tanah, kemudian Allah menghembuskan ruh kepadanya.
Dalam Qs.Al-Hajj : 5, Allah berfirman : “Hai manusia, jika kamu dalam keraguan
tentang kebangkitan, maka (ketahuilah) sesungguhnya kami telah menciptakan
kamu dari tanah, kemudian dari setetes mani, segumpal darah, kemudaian dari
segumpal daging yang berbentuk dan tidak berbentuk, agar kami jelaskan (yang
demikian itu ) kepada kamu.Dan kami simpan dalam rahim (ibu). Apa yang kami
kehendaki samai waktu yang ditentukan, kemudian kami keluarkan kamu sebagai
bayi, kemudian (kami biarkan kamu tumbuh) sehingga kamu mencapai
kematanganmu. Dan diantara kamu yang diwafatkan, dan dianta kamu ada yang
dipanjangkan umurnya sampai kesuatu waktu yang sangat lemah, sehingga ia
tidak mengetahui lagi apa-apa yang dahulu pernah diketahuinya. Dan engkau
terlihat bumi yang kering, tetapi apabila kami turungkan air diatasnya
bergoncanglah ia dan tumbuhkah ia menjadi tanaman yang subur, yang berbagai
warnanya.
Ada tiga kata dalam Al-Qur’an yang biasa diartikan sebagai manusia yaitu Al-
Basyar, An-nas dan Al-insan.
a. Al-Basyar
Al-Basyar merujuk pengertian manusia secara materi dalam
kapasitas sebagai makhluk jasmaniah,yang secara fisik memiliki
persamaan engan makhluk lainnya, yaitu dapat dibuktikan dengan empirik,
membutuhkan makan dan minum untuk tetap hidup. Kata Al-basyar
terdapat dalam Al-Qur’an kurang lebih 35 kali dalam berbagai surat.
Kebanyakan ayat-ayat tersebut menggambarkan polemik para Rasul
bahwa rasul sama dengan Manusia yang lain dan penciptanya. Adapun
ayat-ayat yang memuat kata Al-Basyar antara lain Adalah Qs. Al-
kahfi:110.

َ ‫ي اَنَّ َما ٓ ا ِٰل ُه ُك ْم ا ِٰلهٌ َّواحِ ٌۚدٌ فَ َم ْن كَانَ يَ ْر ُج ْوا ِلقَ ۤا َء َربِ ٖه فَ ْليَ ْع َم ْل‬
َ ‫ع َم اًل‬
‫صا ِل احا َّو ََل يُ ْش ِر ْك‬ َّ َ‫قُ ْل اِنَّ َما ٓ اَن َ۠ا بَش ٌَر ِمثْلُ ُك ْم ي ُْوحٰ ٓ ى اِل‬
ࣖ ‫ِب ِعبَادَةِ َر ِب ٖ ٓه ا َ َحداا‬
Katakanlah (Nabi Muhammad), “Sesungguhnya aku ini hanya
seorang manusia seperti kamu yang diwahyukan kepadaku bahwa Tuhan
kamu adalah Tuhan Yang Maha Esa.” Siapa yang mengharapkan
pertemuan dengan Tuhannya hendaklah melakukan amal saleh dan tidak
menjadikan apa dan siapa pun sebagai sekutu dalam beribadah kepada
Tuhannya.
b. An-Nas
An-Nas dalam konteks ini dipandang dari aspek sebagai sosial. Al-
Qur’an menjelaskan bahwa pencipta manusia bertujuan untuk bergaul dan
berhubungan antara sesamanya, saling membantu, saling menasehati agar
berpegang kepada kebenaran. Kata An-nas dalam Al-Qur’an terdapat
kurang lebih 240 kali yang orientasina bahw manusia disamping sebagai
anak cucu Adam juga sebagai makhluk sosial. Seperti terdapat dalam Qs.
Al-hujarat:13.
‫ارفُ ْوا ٌۚ ا َِّن ا َ ْك َر َم ُك ْم ِع ْندَ ه‬
ِ‫ّٰللا‬ ُ ‫اس اِنَّا َخلَ ْق ٰن ُك ْم ِم ْن ذَك ٍَر َّوا ُ ْن ٰثى َو َج َع ْل ٰن ُك ْم‬
َ ‫شعُ ْوباا َّوقَبَ ۤا ِٕى َل ِلت َ َع‬ ُ َّ‫ٰيٓاَيُّ َها الن‬
‫ع ِل ْي ٌم َخ ِبي ٌْر‬ َ ‫اَتْ ٰقى ُك ْم ۗا َِّن ه‬
َ ‫ّٰللا‬
Wahai manusia, sesungguhnya Kami telah menciptakan kamu
dari seorang laki-laki dan perempuan. Kemudian, Kami menjadikan kamu
berbangsa-bangsa dan bersuku-suku agar kamu saling mengenal.
Sesungguhnya yang paling mulia di antara kamu di sisi Allah adalah orang
yang paling bertakwa. Sesungguhnya Allah Maha Mengetahui lagi Maha
Teliti.
c. Al-Insan
Kata Al-insan lebih mengacu kepada peningkatan derajat yang
berkenanya manusia diberi potensi berupa akal dan nurani demi
mengembangkan beban, tanggung jawab dan amanat sebagai khalifah fil
ardhi. Hal ini lah yang membedakan manusia dengan manusia lainnya.
Oleh karena itu, walaupun manusia sebahgai khalifah fil ardhi akan tetapi
manusia juga tidak dapat mengelak dari esensial tabiat yaitu pelupa. Di
dlam Al-Quran kurang lebih 65 ayat yang menjelaskan kata-kata tersebut,
antara lain Al-Alaq :1-7
ٓ‫سانَ َما لَ ْم يَ ْعلَ ۗ ْم ك ًََّل‬
َ ‫اَل ْن‬ َ ‫علَّ َم بِ ْالقَلَ ُِۙم‬
ِ ْ ‫علَّ َم‬ َ ‫ي‬ َ ْ َ‫ق اِ ْق َرأْ َو َربُّك‬
ْ ‫اَل ْك َر ُۙ ُم الَّ ِذ‬ ٍ ٌۚ َ‫عل‬ ِ ْ َ‫ي َخلَ ٌۚقَ َخلَق‬
َ ‫اَل ْن‬
َ ‫سانَ مِ ْن‬ ْ ‫اِ ْق َرأْ بِاس ِْم َربِكَ الَّ ِذ‬
‫ط ٰغ ٓى ُۙ ا َ ْن َّر ٰاهُ ا ْست َ ْغ ٰن ۗى‬
ْ َ‫سانَ لَي‬ ِ ْ ‫ا َِّن‬
َ ‫اَل ْن‬
1. Bacalah dengan (menyebut) nama Tuhanmu yang menciptakan!
2. Dia menciptakan manusia dari segumpal darah.
3. Bacalah! Tuhanmulah Yang Maha Mulia,
4. yang mengajar (manusia) dengan pena.
5. Dia mengajarkan manusia apa yang tidak diketahuinya.
6. Sekali-kali tidak! Sesungguhnya manusia itu benar-benar melampaui
batas
7. ketika melihat dirinya serba berkecukupan.

2. Tujuan Hidup Manusia Dalam Al-Qur’an


Al-Qur’an menjelaskan bahwa tuhuan hidup manusia adalah untuk beribadah
kepada Allah. Dalm Qs. Az-dzariyah:56, Allah berfirman :
‫س ا ََِّل ِل َي ْعبُد ُْو ِن‬ ِ ْ ‫َو َما َخلَ ْقتُ ْال ِج َّن َو‬
َ ‫اَل ْن‬
Tidaklah Aku menciptakan jin dan manusia kecuali untuk beribadah
kepada-Ku.
Selain itu Al-Qur’an juga menjelaskan bahwa manusia diberikan kelebihan
dari makhluk lainnya, yaitu akal dan kebebasan pikiran. Dalam Qs. Ar-rahman
3-4 Allah berfirman:
َ‫علَّ َمهُ ْالبَيَان‬ ُۙ ‫س‬
َ َ‫ان‬ ِ ْ َ‫َخلَق‬
َ ‫اَل ْن‬
Dia menciptakan manusia.
Dia mengajarinya pandai menjelaskan.
Hal ini menunjukan bahwa manusia diberikan akal untuk memahami kehiupan
dan kebebasan berfikir untuk memilih jalan hidupnya. Selain itu al-Qur’an juga
menjelaskan bahwa manusia adalah khalifah di bumi. Dalam Qs. Al-
Baqarah:30. Allah berfirman :
َ ُ‫الد َم ۤا ٌۚ َء َونَ ْح ُن ن‬
‫سبِ ُح‬ ِ ُ‫ض َخ ِل ْيفَةا ۗ قَالُ ْٓوا اَت َ ْجعَ ُل فِ ْي َها َم ْن يُّ ْف ِسدُ فِ ْي َها َويَ ْس ِفك‬ َ ْ ‫َواِذْ قَا َل َربُّكَ ل ِْل َم ٰۤل ِٕى َك ِة اِنِ ْي َجا ِع ٌل فِى‬
ِ ‫اَل ْر‬
َ‫ِس لَكَ ۗ قَا َل اِنِ ْٓي ا َ ْعلَ ُم َما ََل ت َ ْعلَ ُم ْون‬
ُ ‫ِب َح ْمدِكَ َونُقَد‬
(Ingatlah) ketika Tuhanmu berfirman kepada para malaikat, “Aku hendak
menjadikan khalifah13) di bumi.” Mereka berkata, “Apakah Engkau hendak
menjadikan orang yang merusak dan menumpahkan darah di sana, sedangkan
kami bertasbih memuji-Mu dan menyucikan nama-Mu?” Dia berfirman,
“Sesungguhnya Aku mengetahui apa yang tidak kamu ketahui.”
13) Dalam Al-Qur’an, kata khalīfah memiliki makna ‘pengganti’, ‘pemimpin’,
‘penguasa’, atau ‘pengelola alam semesta’. Dari ayat tersebut, dapat dilihat
manusia diberikan kepercayaan untuk menjadi khalifah dibumi, yang berarti
manusia mempunya tanggung jawab untuk memanfaatkannya dengab sebaik
baiknya.
3. Karakteristik Manusia
Sifat-sifat tersebut Allah terangkan dalam Al-Qur’an yaitu :
1. Suci atau Fitrah
Sifat Manusia pada hakikatnya adalah fitrah, Allah berfirman dalam Qs.
Al-Araf : 172
َ ‫ع ٰلٓى ا َ ْنفُ ِس ِه ٌۚ ْم ا َ َلسْتُ بِ َربِ ُك ۗ ْم قَالُ ْوا بَ ٰل ۛى‬
‫ش ِهدْنَا ۛا َ ْن تَقُ ْولُ ْوا‬ ُ ‫َواِذْ ا َ َخذَ َربُّكَ مِ ْۢ ْن بَنِ ْٓي ٰادَ َم مِ ْن‬
َ ‫ظ ُه ْو ِر ِه ْم ذُ ِريَّت َ ُه ْم َوا َ ْش َهدَهُ ْم‬
ۙ َ‫يَ ْو َم ْال ِق ٰي َم ِة اِنَّا ُكنَّا َع ْن ٰهذَا ٰغ ِف ِليْن‬
(Ingatlah) ketika Tuhanmu mengeluarkan dari tulang punggung anak cucu
Adam, keturunan mereka dan Allah mengambil kesaksiannya terhadap diri
mereka sendiri (seraya berfirman), “Bukankah Aku ini Tuhanmu?” Mereka
menjawab, “Betul (Engkau Tuhan kami), kami bersaksi.” (Kami
melakukannya) agar pada hari Kiamat kamu (tidak) mengatakan,
“Sesungguhnya kami lengah terhadap hal ini,”
Ayat ini mengingatkan kita bahwa sebelum manusia lahir telah diambil
kesaksiannya akan keesaan Allah SWT. Oleh karenanya semua manusia pada
hakikatnya beragama tahuhid atau mengesakan Allah. Akan tetapi setelah lahir
ketauhidan seseorang akan terpengaruhi oleh kedua orang tuanya, lingkungan
atau pergaulannya, sera pendidikannya.
Maka nabi Muhammada SAw menjelaskan dalam sebuah hadist yang
sangat populer bahwa semua anak Adam lahir dalam keadaan
suci(fitrah/mengesakan Allah) maka kedua orang tuanyalah yang akan
menjadikan dia beraga Yahudi atau Nasrani.

2. Dzalim dan Bodoh


Allah SWt berfirman dalam QS.Al-Ahzab:72
َ‫سا ۗ ُن اِنَّهٗ َكان‬ ِ ْ ‫ض َو ْال ِج َبا ِل فَا َ َبيْنَ ا َ ْن يَّحْمِ ْلنَ َها َوا َ ْشفَ ْقنَ مِ ْن َها َو َح َملَ َها‬
َ ‫اَل ْن‬ َ ْ ‫ت َو‬
ِ ‫اَل ْر‬ َ ْ ‫ضنَا‬
َ ‫اَل َمانَ َة‬
ِ ‫علَى السَّمٰ ٰو‬ َ ‫ا ِِنَّا‬
ْ ‫ع َر‬

ۙ‫َظلُ ْو اما َج ُه ْو اَل‬


’”Sesungguhnya Kami telah menawarkan amanat kepada langit,
bumi, dan gunung-gunung; tetapi semuanya enggan untuk memikul
amanat itu dan mereka khawatir tidak akan melaksanakannya. Lalu,
dipikullah amanat itu oleh manusia. Sesungguhnya ia (manusia) sangat
zalim lagi sangat bodoh.”
Dzalim atau aniaya merupakan salah satu sifat manusia yang paling
menonjol yang disebabkan diri sendiri, ada beberapa ke dzaliman yang
dilakukan oleh manusia yakni :
1. Dzalim atau aniaya kepada diri sendiri, Apapun hal yang bisa merugikan
kepada diri sendiri. Seperti, merokok, mengosumsi narkoba, meninggalkan
shalat, dan apapun yang mengakibatkan keburukan kepadanya.
2. Dzalim dan aniaya kepada orang lain. Seperti membunuh,merampok,
korupsi, dan perbuatan-perbuatan lain yang mengakibatkan kerugian bagi
orang lain walupun sebenarnya kerugian tersebut akan kembali juga
kepada dirinya sendiri.
3. Dzalim kepada alam dengan mengeploitasi hasil alam tanpa kendali dan
tidak melakukan rehabilitasi.
4. Dzalim kepda Allah SWT menganggap Allah sam dengan makhluk yang
dapat mempunyai anak, istri, tidak kuasa menghidupkan kembali manusia
yang sudah menjadi tulang-belulang yang hancur dan perbuatan lainnya
yang meremehkan Allah SWT.
Selain Dzalim manusia juga bodoh dalam arti tidk mengetahui
perintah dan larangan Allah SWT, sehingga hidupnya tidak mengikuti
petunjuk yang benar dan aturan-aturan yang telah Allah SWT tetapkan
atau semaunya sendiri dan yang lebih parah lagi sesungguhnya atau yang
paing bodoh(jahil hakiki) adalah orang yang mengerti, faham perintah
namun tidak dilaksankannya. Dan mengetahui larangan namun justru
malah banyak yang melakukan larangan tersebut.
3. Lemah
Alah berfirman bahwa manusia adalah lemah terdapat dalam Qs. An-
nisa:28
‫ض ِع ْيفاا‬
َ ‫سا ُن‬ ِ ْ َ‫ع ْن ُك ْم ٌۚ َو ُخلِق‬
َ ‫اَل ْن‬ َ ‫ّٰللاُ ا َ ْن يُّخَف‬
َ ‫ِف‬ ‫ي ُِر ْيدُ ه‬
“Allah hendak memberikan keringanan kepadamu dan manusia
diciptakan (dalam keadaan) lemah.”
Semua manusia bersifat lemh, baik itu lemah fisiknya, akalnya, dan
juga hatinya. Karena itu aneh apabila ada manusia yang sombong. Itu
menunjukan bahwa dia tidak mengerti akan hal itu.
4. Pelupa
Sifat manusia pelupa terdapat di Qs. Thoha:115
ٰٓ
ࣖ ‫ع ْز اما‬ َ ‫ع ِهدْنَا ٓ اِلى ٰادَ َم مِ ْن قَ ْب ُل فَنَس‬
َ ٗ‫ِي َولَ ْم ن َِجدْ لَه‬ َ ْ‫َولَقَد‬
Sungguh telah Kami perintahkan484) Adam dahulu (agar tidak
mendekati pohon keabadian), tetapi dia lupa dan Kami tidak mendapati
padanya tekad yang kuat (untuk menjauhi larangan).
484) Pesan Allah Swt. ini tersebut dalam surah al-Baqarah (2): 35.
5. Tergesa-gesa
Sifat manusia tergesa-gesa terdapat dalam Qs. Al-Isra:11
‫ع ُج ْو اَل‬
َ ‫سا ُن‬ ِ ْ َ‫ع ۤا َء ٗه بِ ْال َخي ۗ ِْر َو َكان‬
َ ‫اَل ْن‬ َ ُ‫ش ِر د‬ ِ ْ ُ‫َويَدْع‬
َ ‫اَل ْن‬
َّ ‫سا ُن بِال‬
Manusia (seringkali) berdoa untuk (mendapatkan) keburukan
sebagaimana (biasanya) berdoa untuk (mendapatkan) kebaikan. Manusia
itu (sifatnya) tergesa-gesa.
6. Berkeluh Kesah dan Kikir
Sifat manusia yang keluh kesan dan kikir terdapat daam Qs. Al-Maarij :
19-21
‫سهُ ْال َخي ُْر َمنُ ْوع ُۙاا‬
َّ ‫ش ُّر َج ُز ْوع ُۙاا َّواِذَا َم‬ َّ ‫سانَ ُخلِقَ َهلُ ْوع ُۙاا اِذَا َم‬
َّ ‫سهُ ال‬ ِ ْ ‫۞ ا َِّن‬
َ ‫اَل ْن‬
19. Sesungguhnya manusia diciptakan dengan sifat keluh kesah lagi kikir.
20. Apabila ditimpa keburukan (kesusahan), ia berkeluh kesah.
21. Apabila mendapat kebaikan (harta), ia amat kikir,
7. Cinta Dunia
Sifat Manusia yang cinta kepada dunia, terdapat pada Qs. Ali Imron :14
َ ‫ض ِة َو ْال َخ ْي ِل ْال ُم‬
‫س َّو َم ِة َو ْاَلَ ْنعَ ِام‬ َّ ‫ب َو ْال ِف‬ َ ‫س ۤاءِ َو ْالبَنِيْنَ َو ْالقَنَاطِ ي ِْر ْال ُمقَ ْن‬
ِ ‫ط َرةِ مِ نَ الذَّ َه‬ َ ِ‫ت مِ نَ الن‬ ِ ‫ش َه ٰو‬ َّ ‫اس حُبُّ ال‬ ِ َّ‫ُزيِنَ لِلن‬
‫ب‬ ‫ث ۗ ٰذلِكَ َمت َاعُ ْال َح ٰيوةِ الدُّ ْنيَا َۗو ه‬
ِ ‫ّٰللاُ ِع ْندَ ٗه ُح ْس ُن ْال َم ٰا‬ ِ ‫َو ْال َح ْر‬
“Dijadikan indah bagi manusia kecintaan pada aneka kesenangan yang
berupa perempuan, anak-anak, harta benda yang bertimbun tak terhingga
berupa emas, perak, kuda pilihan, binatang ternak, dan sawah ladang.
Itulah kesenangan hidup di dunia dan di sisi Allahlah tempat kembali yang
baik.”
8. Tidak Bersyukur
Sifat manusia kebanyakn tidak bersyukur terdapat dalam Qs. Al-
mu’min:61
ٰۤ ُ
ِ ‫ارع ُْونَ فِى ْال َخي ْٰر‬
َ‫ت َوهُ ْم لَ َها سٰ ِبقُ ْون‬ ِ ‫س‬َ ُ‫ولىِٕكَ ي‬ ‫ا‬
”Mereka itu bersegera dalam (melakukan) kebaikan-kebaikan dan
merekalah orang-orang yang lebih dahulu memperolehnya.”
9. Suka Berselisih
Sifat manusia yang suka berselisih, terdapat pada Qs.Hud:118
َ‫اس ا ُ َّمةا َّواحِ دَة ا َّو ََل َيزَ الُ ْونَ ُم ْخت َ ِل ِفي ُْۙن‬
َ َّ‫َولَ ْو ش َۤا َء َربُّكَ لَ َج َع َل الن‬
“Jika Tuhanmu menghendaki, tentu Dia akan menjadikan manusia umat
yang satu. Namun, mereka senantiasa berselisih (dalam urusan agama),”
10. Ingkar
Sifat manusia ingkar terdapat dalam Qs. Ar-Rum:8
ِ ‫ض َو َما بَ ْينَ ُه َما ٓ ا ََِّل ِب ْال َح‬
َ ‫ق َوا َ َج ٍل ُّم‬
َ‫س ًّم ۗى َوا َِّن َكثِي اْرا ِمن‬ َ ْ ‫ت َو‬
َ ‫اَل ْر‬ ‫ا َ َولَ ْم يَتَفَ َّك ُر ْوا فِ ْٓي ا َ ْنفُ ِس ِه ْم ۗ َما َخلَقَ ه‬
ِ ‫ّٰللاُ السَّمٰ ٰو‬
َ‫ئ َر ِب ِه ْم َل ٰكف ُِر ْون‬ِ ‫اس ِب ِلقَ ۤا‬ ِ َّ‫الن‬
“ Apakah mereka tidak berpikir tentang (kejadian) dirinya? Allah tidak
menciptakan langit, bumi, dan apa yang ada di antara keduanya, kecuali
dengan benar dan waktu yang ditentukan. Sesungguhnya banyak di antara
manusia benar-benar mengingkari pertemuan dengan Tuhannya. “
11. Banyak membantah
Sifat manusia membantah, terdapat dalam Qs.Al-Kahfi:54

‫ش ْيءٍ َجدَ اَل‬


َ ‫سا ُن ا َ ْكث َ َر‬
َ ‫اَل ْن‬ ِ َّ‫ص َّر ْفنَا فِ ْي ٰهذَا ْالقُ ْر ٰا ِن لِلن‬
ِ ْ َ‫اس مِ ْن ُك ِل َمث َ ۗ ٍل َو َكان‬ َ ْ‫َولَقَد‬
“Sungguh, Kami telah menjelaskan segala perumpamaan dengan berbagai
macam cara dan berulang-ulang kepada manusia dalam Al-Qur’an ini.
Akan tetapi, manusia adalah (makhluk) yang paling banyak membantah.”
12. Sering Melakukan kesalahan
Sifat manusia yang sering melakukan kesalahan, terdapat dalam Qs.
Yusuf:53
َ ‫ارة ٌ ْۢ بِالس ۤ ُّْوءِ ا ََِّل َما َرحِ َم َربِ ۗ ْي ا َِّن َربِ ْي‬
‫غفُ ْو ٌر َّرحِ ْي ٌم‬ َ ‫ئ نَ ْف ِس ٌۚ ْي ا َِّن النَّ ْف‬
َ ‫س ََلَ َّم‬ ُ ‫۞ َو َما ٓ اُبَ ِر‬
”Aku tidak (menyatakan) diriku bebas (dari kesalahan) karena
sesungguhnya nafsu itu selalu mendorong kepada kejahatan, kecuali
(nafsu) yang diberi rahmat oleh Tuhanku. Sesungguhnya Tuhanku Maha
Pengampun lagi Maha Penyayang.”
Maka diatas itulah karakteristik manusia yang terdapat dalam Al-Qur’an.

Kesimpulan
Berdasarkan pembahasan diatas, dapat disimpulkan bahwa
memberikan pandangan yang sangat kaya tentang karakteristik manusia.
Didalam Al-Qur’an menjelaskan asal usul manusia, tujuan manusia, karakteristik
manusia didalam Al-Qur’an. Dari Al-qu’an juga dapat dipahami bahwa manusia
adalah makhluk yang sempurna diantara makhluk yang lainnya yang Allah
ciptakan. Mansia juga diberikan tanggung jawab untuk merawat bumi dan
memanfaatkannya dengan sebaik-naiknya.

Daftar Pustaka

1. M. Quraish shihab, (2011), Tafsir Al-Mishbah: pesan, kesan, dan keseranian


Al-Qur’an, jakarta : Lentera hati
2. Ahmad Rofi’Usmani,(2018), Filsafat pedidikan Islam, Yogyakarta: Pustaka
belajar
3. M. Zainuddin,(2013),Etika Islam : prinsip dan aplikasinya. Yogyakarta:
Pustaka pelajar
4. M. Dawan Rahardjo, (2005). Al-Qur’an sebagai sumber pemikiran dan
inspirasi kepemimpinan. Jakarta:Gema insani

Anda mungkin juga menyukai