Anda di halaman 1dari 36

LATAR BELAKANG

Surah an-Nur merupakan nama surat yang ke 24 di dalam Alquran yang


secara bahasa berarti cahaya. Surat ini tergolong dalam kelompok surat
Madaniyyah atau surat yang diturunkan setelah Rasulullah shallallahu ‘alaihi
wasallam berhijrah ke Madinah. Jumlah ayatnya terdiri dari 64 ayat. Surat ini
dinamakan dengan an-Nur, karena di dalamnya ada ayat yang bercerita
tentang nur atau cahaya, dimana Allah subhanahu wa ta’ala menjelaskan
mengenai Nur Ilahi, atau cahaya Allah yang berarti Alquran itu sendiri yang
dapat memberikan pencerahan kepada umat, terutama yang mau dan
mendapatkan hidayah dari Allah subhanahu wa ta’ala. 1

Tafsir Tahlili merupakan metode yang digunakan seorang mufasir dalam


menyingkap ayat sampai pada kataperkatanya, dan mufasir melihat petunjuk
ayat dari berbagai segi serta menjelaskan keterkaitan kata dengan kata lainnya
dalam satu ayat atau beberapa ayat.Tidak ditemukan definisi pada ulama
terdahulu, dikarenakan metode ini dikenalkan setelahnya.

Menurut Musaid al Thayyar, tafsir tahlili adalah mufasir bertumpu


penafsiran ayat sesuai urutan dalam surat, kemudian menyebutkan
kandungannya, baik makna, pendapat ulama, I‟rab, balaghah, hukum, dan
lainnya yang diperhatikan oleh mufasir. Jadi tafsir tahlili dapat kita katakan;
bahwa mufassir meneliti ayat al Qur’an sesuai dengan tartib dalam mushaf
baik pengambilan pada sejumlah ayat atau satu surat, atau satu mushaf
semuanya, kemudian dijelaskan penafsirannya yang berkaitan dengan makna
kata dalam ayat, balagahnya, I’rabnya, sebab turun ayat, dan hal yang
berkaitan dengan hukum atau hikmahnya.2

Sumpah merupakan pernyataan yang diucapkan secara resmi dengan


bersaksi kepada Tuhan atau kepada sesuatu yang dianggap suci (untuk
menguatkan kebenaran dan kesungguhannya dan sebagainya, perkataannya itu
dikuatkan dengan pernyataan disertai tekad melakukan sesuatu untuk
1
Muhibbin Noor. Tafsir Ijmali. Fatawa publishing. Semarang. 2016. Hal 117.
2
Syaeful Rokim. MENGENAL METODE TAFSIR TAHLILI.
menguatkan kebenarannya atau berani menderita sesuatu kalau pernyataan itu
tidak benar.3 Dalam surat an-Nur ayat 53 Allah mengabarkan tentang sifat
orang munafik yang selalu bersumpah kepada Rasulullah shallallahu ‘alaihi
wasallam.

Secara kategorial, Alquran mendudukkan manusia ke dalam dua fungsi


pokok, yaitu sebagai hamba (‘abd) Allah dan khalifatullah.4

ِ ‫وما خلَ ْقت اجْلِ َّن واِإْل نْس ِإاَّل لِيعب ُد‬
‫ون‬ ُْ َ َ َ ُ َ ََ

Dan aku tidak menciptakan jin dan manusia melainkan supaya mereka
mengabdi kepada-Ku.” (QS. Adz Dzariyat : 56)5

‫ض َخلِي َفةً ۖ قَالُوا َأجَتْ َع ُل فِ َيها َم ْن يُ ْف ِس ُد فِ َيها‬ ِ ِ ‫وِإ ْذ قَ َال ربُّ َ ِ ِئ‬
ْ ‫ك ل ْل َماَل َكة ِإيِّن َجاع ٌل يِف‬
ِ ‫اَأْلر‬ َ َ
ِ ‫حِب‬ ِ
ْ ‫ك ۖ قَ َال ِإيِّن‬
‫َأعلَ ُم َما اَل َت ْعلَ ُمو َن‬ َ َ‫ِّس ل‬
ُ ‫ِّماءَ َوحَنْ ُن نُ َسبِّ ُح َ ْمد َك َونُ َقد‬
َ ‫ك الد‬
ُ ‫َويَ ْسف‬

Ingatlah ketika Tuhanmu berfirman kepada para Malaikat: "Sesungguhnya


Aku hendak menjadikan seorang khalifah di muka bumi". Mereka berkata:
"Mengapa Engkau hendak menjadikan (khalifah) di bumi itu orang yang akan
membuat kerusakan padanya dan menumpahkan darah, padahal kami
senantiasa bertasbih dengan memuji Engkau dan mensucikan Engkau?" Tuhan
berfirman: "Sesungguhnya Aku mengetahui apa yang tidak kamu ketahui".
(QS. Al-Baqarah: 30)6
Dengan penyebutan kedua fungsi ini, Alquran ingin menekankan muatan
fungsional yang harus diemban oleh manusia dalam melaksanakan tugas-tugas
kesejarahan dalam kehidupannya di muka bumi.

Pertama, manusia sebagai hamba (‘abd), dituntut untuk sukses menjalin


hubungan secara vertikal dengan Tuhan. Konsep ‘abd mengacu pada tugas-
tugas individual manusia sebagai hamba Allah dan tugas ini diwujudkan

3
https://kbbi.web.id/sumpah
4
https://repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/24407/1/Skripsi
%20Khoirunnisa%20Fadliah%20watermark.pdf
5
https://tafsirq.com/51-az-zariyat/ayat-56
6
https://tafsirq.com/2-al-baqarah/ayat-30
dalam bentuk pangabdian ritual kepada Allah subhanahu wa ta’ala.. Kedua,
manusia sebagai khalifah, dituntut untuk sukses menjalin hubungan secara
horizontal dengan sesama makhluk. Tidak sukses sebagai hamba, jika
seseorang gagal dalam menjalani tugasnya sebagai khalifatullah. Begitu
sebaliknya, tidak sukses sebagai khalifah, jika seseorang gagal menjalin
hubungan sebagai hamba dengan Tuhan. Manusia yang paripurna atau
manusia seutuhnya (insan kamil) adalah orang yang sukses sebagai hamba
juga sebagai khalifah.

Allah berjanji kepada Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bahwa


sesungguhnya Dia akan menjadikan umatnya sebagai pemimpin di muka
bumi, yaitu menjadi pemimpin manusia yang wajib ditaati oleh mereka, dan
dengan mereka maka negeri-negeri akan menjadi baik, dan hamba-hamba
Allah akan patuh terhadap mereka.

Allah memerintahkan hamba-hambanya yang beriman untuk mendirikan


shalat, menunaikan zakat, dan menaati Rasulullah shallallahu ‘alaihi
wasallam. Allah juga melarang Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam
mengira bahwa orang-orang kafir itu dapat melemahkan Allah dari mengadzab
mereka dibumi ini.

RUMUSAN MASALAH

1. Bagaimana penjelasan tafsir surat an-Nur ayat 53-57 menurut Imam Ibnu
Katsir dalam kitab tafsir ‘’al-Qur’anul ‘adzhim”?
2. Bagaimana Relasi antar ayat dengan fakta yang terjadi pada masyarakat?
3. Apa hikmah yang bisa kita dapatkan dari penjelasan surat an-Nuur ayat
53-57?
TUJUAN PENELITIAN

1. Mengetahui penjelasan tafsir surat an-Nur ayat 53-57 menurut Imam Ibnu
Katsir dalam kitab tafsir ‘’al-Qur’anul ‘adzhim”
2. Mengetahui Relasi antar ayat dengan fakta yang terjadi pada masyarakat
3. Mengetahui hikmah yang bisa kita dapatkan dari penjelasan surat an-Nuur
ayat 53-57

PEMBAHASAN

َ َ‫ْس ُموا بِاللَّ ِه َج ْه َد َأيْ َمانِ ِه ْم لَِئ ْن ََأم ْرَت ُه ْم لَيَ ْخ ُر ُج َّن قُ ْل اَل ُت ْق ِس ُموا ط‬
‫اعةٌ َم ْع ُروفَةٌ ِإ َّن اللَّهَ َخبِ ٌير‬ َ ‫َوَأق‬
‫ول فَِإ ْن َت َولَّ ْوا فَِإ نَّ َما َعلَْي ِه َما ُح ِّم َل َو َعلَْي ُك ْم َما‬ ِ ‫َأطيعوا اللَّه و‬ ِ
َ ‫الر ُس‬
َّ ‫َأطيعُوا‬ ََ ُ ‫) قُ ْل‬53( ‫بِ َما َت ْع َملُو َن‬
ِ ِ َّ ‫ُح ِّملْتُم وِإ ْن تُ ِطيعُوهُ َت ْهتَ ُدوا و َما َعلَى‬
ُ ‫الر ُسول ِإال الْبَالغُ ال ُْمب‬
‫ين‬ َ َْ
Artinya:”Dan mereka bersumpah dengan nama Allah sekuat-kuat
sumpah, jika kamu suruh mereka berperang, pastilah mereka akan pergi.
Katakanlah, "Janganlah kalian bersumpah,  (karena ketaatan yang diminta
ialah) ketaatan yang sudah dikenal. Sesungguhnya Allah Maha Mengetahui apa
yang kalian kerjakan.” Katakanlah, "Taatlah kepada Allah dan taatlah kepada
rasul; dan jika kalian berpaling, maka sesungguhnya kewajiban rasul itu adalah
apa yang dibebankan kepadanya, dan kewajiban kalian adalah semata-mata apa
yang dibebankan kepada kalian. Dan jika kalian taat kepadanya, niscaya kalian
mendapat petunjuk. Dan tidak lain kewajiban rasul itu menyampaikan (amanat
Allah) dengan terang."

ASBABUN NUZUL

Dari Abdullah bin Abbas r.a , ia mengatakan ,”sekelompok orang datang


pada nabi ‫ ﷺ‬lalu berkata ,”wahai Rasulullah,seandainya Anda memerintah kami
meninggalkan harta kami(untuk perang),pasti kami akan pergi.”Maka Allah ‫ﷻ‬
menurunkan firman-Nya,”Dan mereka bersumpah dengan nama Allah sekuat-
kuat sumpah , jika kamu suruh mereka berperang ,pastilah mereka akan pergi
“.Katakanlah,”Janganlah kamu bersumpah ,(karena ketaatan yang diminta
ialah)ketaatan yang sebenarnya.Sesungguhnya Allah Maha Mengetahui apa yang
kam kerjakan”7

TAFSIR IBNU KATSIR SURAH AN-NUR AYAT 53-54:

Allah ‫ ﷻ‬berfirman seraya mengabarkan tentang sifat orang munafiq yang


selalu bersumpah kepada Rasulullah ‫ ﷺ‬, kalua saja beliau menyuruh mereka
untuk keluar niscaya mereka akan keluar.Dia berfirman :

‫قُ ْل اَل ُت ْق ِس ُموا‬ 

“Katakanlah (Muhammad),Janganlah kamu bersumpah”,Yakni jangan


bersumpah

Dan Firman-Nya

ٌ‫اعةٌ َم ْع ُروفَة‬
َ َ‫ط‬

“(karena yang diminta) adalah ketaatan yang baik.Ada yang mengatakan bahwa
itu berarti ketaatanmu adalah ketaatan yang sudah diketahui tidak lain hanya
ucapan saja tanpa Tindakan , dan setiap kali kamu bersumpah maka setiap itu juga
kamu berdusta.Sebagaimana Allah ‫ ﷻ‬berfirman ,

َ ‫يَ ْحلِ ُفو َن لَ ُك ْم لَِت ْر‬


‫ض ْوا‬

“Mereka akan bersumpah kepadamu , agar kamu ridha kepada mereka .


(sekalipun) jika kamu ridha terhadap mereka , maka sesungguhnya Allah tidak
ridha kepada orang-orang yang fasik itu.” (QS. at-Taubah [9]:96) Allah ‫ ﷻ‬juga
berfirman

‫صدُّواْ َعن َسبِ ِيل ٱللَّ ۚ ِه ِإن َُّهمۡ َسٓاءَ َما َكانُواْ يَ ۡع َملُو َن‬ ‫خَّت‬
َ َ‫ٱ َ ُذ ٓواْ َأ ۡي َٰمَن ُهمۡ ُجنَّةٗ ف‬
7
Al-Mishri,Mahmud.Asbabun Nuzul Penjelasan Lengkap Sebab-Sebab Turunnya Ayat-Ayat al-
Qur’an.hlm,334.Disebutkan as-Suyuthi dalam ad-Durul Mantut,VI/24,dan ia mengalamatkannya
pada Ibnu Mardawaih
Mereka itu menjadikan sumpah mereka sebagai perisai ,lalu mereka menghalangi
(manusia) dari jalan Allah.Sesungguhnya amat buruklah apa yang telah mereka
kerjakan.”
Maka mereka sudah terbiasa dengan kebohongan bahkan sampai apa yang
telah mereka pilih.Sebagaimana Allah ‫ ﷻ‬berfirman :

ِ َ‫َأمَل مۡ َتر ِإىَل ٱلَّ ِذين نَا َف ُقواْ َي ُقولُو َن ِإِل ۡخ ٰوهِنِم ٱلَّ ِذين َك َفرواْ ِم ۡن َأ ۡه ِل ٱ ۡل ِك ٰت‬
‫ب لَِئ ۡن ُأ ۡخ ِۡر‬
۞ ۡ‫جتُم‬ ُ َ ُ َ َ َ
‫نصَرنَّ ُكمۡ َوٱللَّهُ يَ ۡش َه ُد ِإن َُّهمۡ لَ َٰك ِذبُو َن‬ ِۡ ِ ‫لَن ۡخرج َّن مع ُكمۡ واَل نُ ِط‬
ُ َ‫َأح ًدا َأبَدا َوِإن قُوتلتُمۡ لَن‬
َ ۡ‫يع في ُكم‬
ُ َ ََ َ ُ َ

‫وهمۡ لَُي َولُّ َّن ٱ ۡلَأ ۡدبََٰر مُثَّ اَل‬


ُ ‫َّصُر‬
‫ِئ‬
َ ‫نصُرو َن ُهمۡ َولَ ن ن‬
ِ ‫ِئ‬ ۡ ‫لَِئ ۡن ُأ ِۡر‬
ُ َ‫خ ُجواْ اَل خَي خُر ُجو َن َم َع ُهمۡ َولَ ن قُوتلُواْ اَل ي‬
‫نصُرو َن‬
َ ُ‫ي‬

“Apakah kamu tidak memperhatikan orang-orang munafik yang berkata kepada


saudara-saudara mereka yang kafir di antara ahli kitab: "Sesungguhnya jika
kamu diusir niscaya kamipun akan keluar bersamamu; dan kami selama-lamanya
tidak akan patuh kepada siapapun untuk (menyusahkan) kamu, dan jika kamu
diperangi pasti kami akan membantu kamu". Dan Allah menyaksikan bahwa
Sesungguhnya mereka benar-benar pendusta.
Sesungguhnya jika mereka diusir, orang-orang munafik itu tidak akan keluar
bersama mereka, dan sesungguhnya jika mereka diperangi, niscaya mereka tidak
akan menolongnya; sesungguhnya jika mereka menolongnya, niscaya mereka
akan berpaling lari ke belakang; kemudian mereka tidak akan mendapat
pertolongan.”( QS.Al-Hasyr[59]:11-12)
Ada juga yang mengatakan bahwa yang dimaksud
ٌ‫اعةٌ َم ْع ُروفَة‬
َ َ‫ط‬
“(karena yang diminta )adalah ketaatan yang baik .” yaitu hendaklah ketaatanmu
adalah ketaatan terhadap perkara yang baik atau hendaklah terhadap perkara yang
baik jangan menggunakan sumpah ,seperti taatnya orang-orang mukmin kepada
Allah dan Rasul-Nya yang tidak menggunakan sumpah.Maka hendaklah kalian
seperti mereka

. ‫ِإ َّن اللَّهَ َخبِ ٌير بِ َما َت ْع َملُون‬


“sesungguhnya Allah maha mengetahui apa yang kamu kerjakan .”

Yaitu Dia mengetahui siapa diantara kalian yang taat dan berbuat
maksiat .Meskipun janji, dan menampakkan ketaatan , sedangkan keyakinan
batinnya bertentangan dengan hal itu,walau dia terkenal sebagai orang taat , tetapi
Allah ‫ ﷻ‬mengetahui apa yang tersembunyi,Dia tidak akan bisa ditipu,bahkan dia
mengetahui segala perasaan hamba-Nya walaupun mereka menampakkan sesuatu
yang bertentangan di dalam hatinya.Kemudian Allah ‫ ﷻ‬berfirman :

‫ول‬
َ ‫الر ُس‬ ِ ‫َأطيعوا اللَّه و‬
َّ ‫َأطيعُوا‬ ِ
ََ ُ ‫قُ ْل‬

“katakanlah , taatlah kepada Allah dan taatlah kepada Rasul-Nya”,Maksudnya


adalah ikutilah Kitabullah dan sunnah Rasul-Nya.

Firman -Nya

‫فَِإ ْن َت َولَّ ْوا‬


“Dan jika kamu berpaling” , yaitu berpaling dan meninggalkan apa yang telah
didatangkan kepada kalian.

‫فَِإ نَّ َما َعلَْي ِه َما ُح ِّم َل‬

“maka sesungguhnya kewajiban Rasul (Muhammad) itu hanyalah apa yang


dibebankan kepadannya “,Yaitu menyampaikan risalah dan menunaikan Amanah.

‫َو َعلَْي ُك ْم َما ُح ِّملْتُ ْم‬

“dan kewajibanmu hanyalah apa yang dibebankan kepadamu .”Yaitu untuk


menerima risalah tersebut serta mengagungkn dan melaksanakannya.

‫َوِإ ْن تُ ِطيعُوهُ َت ْهتَ ُدوا‬


“jika kamu taat kepadanya niscaya kamu akan mendapat petunjuk ”. Itu karena
dia mengajakumu ke jalan yang lurus

ِ ‫األر‬
.‫ض‬ ِ ِ ‫صر‬
ِ َّ ‫اط اللَّ ِه الَّ ِذي لَهُ ما فِي‬ ِ
ْ ‫الس َم َوات َو َما في‬ َ َ
“Jalan Allah yang bagi-Nya segala apa yang ada di langit dan apa yang ado di
bumi,dan kethuilah sesungguhnya hanya kepada Allah-lah segala perkara itu
akan kembali”(QS Asy-Syura[42]:53)

Dan firman Allah ‫ﷻ‬

ِ ِ َّ ‫و َما َعلَى‬
ُ ‫الر ُسول ِإال الْبَالغُ ال ُْمب‬
‫ين‬ َ
“Dan bahwa kewajiban Rasul hanyalah menyampaikan (amanat Allah) dengan
jelas ” sebagaimana firman Allah

ِۡ ٰ ۡ َ ‫ﷻ فَِإمَّنَا َعلَ ۡي‬


ُ ‫ك ٱل َبلَ ُغ َو َع ۡليَنَا ٱلح َس‬
‫اب‬

“…Sesungguhnya kamu hanya menyampaikan saja dan kami yang akan


menghisab”(QS Ar-Ra’d[13] : 40) dan FirmanNya

َ ‫فَ َذ ِّك ۡر ِإمَّنَٓا‬


‫َأنت ُم َذ ِّكر‬
‫ص ۡي ِط ٍر‬ ‫مِب‬
َ ُ ‫ت َعلَ ۡي ِهم‬
َ ‫لَّ ۡس‬
“Maka berilah peringatan , karena sesungguhnya kamu hanyalah orang yang
memberi peringatan.Kamu bukanlah orang yang berkuasa atas mereka ”(QS. Al-
Ghasiyah [88]: 21-22

Berkata Wahab bin Munabbih “Allah telah mewahyukan kepada seorang


nabi bani Israel yang Bernama Syu’ya ‘ untuk berdiri di hadapan bani israil ,
karena sesungguhnya aku akan menurunkan wahyu pada lisanmu.Maka diapun
berdiri dan berkata , wahai langit dengarkanlah ,wahai bumi diamlah ,karena
sesungguhnya Allah akan memutuskan perkara dan mengatur sesuatu dimana Dia
yang aka melaksanakannya sendiri.Sesungguhnya Dia ingin memindahkan
kampung ke pedataran , hutan belukar ke tanah yang subur , sungai ke padang
pasir ,kenikmatan kepada orang fakir,kerajaan kepada rakyat ,dan Dia ingin
mengutus seorang yang buta huruf dari kalangan bua huruf tetapi tidak kasar dan
keras ,juga bukan orang yang suka berbuat onar di pasar,kalua dia melewati
sebuah lentera ,maka lentera itu tidak akan padam karena ketenangannya, dan
kalua dia berjalan di atas ranting yang kering,tidak akan terdengar suara dari
bawah kedua telapak kakinya , dia diutus oleh-Nya sebagai pemberi kabar
gembira dan peringatan , dia tidak berkata dengan suara mendengus ,dengannya
(Allah) membuka mata yang buta,dan membuka telinga ynag tuli ,dan membuka
hati yang tertutup,Dia mengumpulkan padanya segala sesuatu yang
baik ,memberikan padanya semua akhlak yang mulia , Dia menjadikan
ketenangan sebagai pakaiannya , kebaikan sebagai syiarnya,takwa sebagai
perasaannya , hikmah sebagai ucapannya , jujur dan tepat janji sebagai
kebiasaannya memaafkan dan berbuat baik sebagai akhlaknya , kebenaran sebagai
syariatnya,keadilan sebagai perjalanannya , hidayah sebagai imamnya , Islam
sebagai agamannya ,Ahmad sebagai Namanya,Allah memberi petunjuk
dengannya (Nabi Ahmad/Muhammad) setelah manusia tersesat , dengannya (Nabi
Muhammad) dia akan memberikan ilmu orang yang bodoh , dengannnya Dia
mengangkat derajat orang yang hina,dan dengannya Dia memaksa mengaku orang
yang ingkar ,dan dengannya Dia memperbanyak yang sedikit ,dengannya Dia
mencukupi orang yang miskin ,dengannya Dia menghimpun mereka yang
terpecah belah ,dengannnya Dia menyatukan diantara kaum yang tercerai
berai,hati dan keinginan yang berbeda-beda dengannya Dia menyelamatkan
segolongan besar manusia dari kebinasaan ,Dia menjadikan umatnya sebaik-baik
umat yang dieluarkan kepada manusia , mereka menyuruh kepada kebaikan dan
mencegh kepada kemunkaran,mereka adalah orang-orang yang mengesakan Allah
,beriman ,ikhlas serta membenarkan atas apa yang dibawa oleh utusan-utusan
Allah.”Hadits ini diriwayatkan oleh Ibnu Abi Hatim8

MUNASABAT AYAT

8
.Terjemah Tafsir Al-Qur’an Al-‘Adzhim Ibnu Katsir Jilidd 7.hlm,431-432
Pada ayat-ayat sebelumnya sudah dijelaskan karakter / sifat lain orang
munafiq Yakni,

Pada ayat 47-52 ialah mereka orang yang tidak menerima aturan secara
totalitas dengan aturan Allah dan Rasul-Nya.Aturan yang cocok mereka terima.
Apabila tidak cocok, mereka mencari hakim lain.

Pada ayat 53-54 ialah mereka orang yang bersumpah untuk melakukan
ketaatan padahal dusta.Kemudian,Allah juga menguraikan sebab-sebab
kemungkinan perbuatan mereka :
1. fii quluubihim maroodh
Berupa kekufuran dan kemunafikan.

2. Irtabuu

Ragu-ragu terhadap kenabian Rasulullah ‫ﷺ‬

3. Ya’fuuna ayyahiifallahu ‘alaihim wa rosuuluh

Takut jika Allah dan RasulNya berlaku dzholim

BALAGHAH

‫َج ْه َد َأيْ َمانِ ِه ْم‬

Pada kalimat ini terdapat isti’aroh yakni menyerupakan sumpah yang


dilebih-lebihkan dikuatkan dan dipertegas dengan seseorang yang memaksa [yang
dalam bahsa arab adalah (yujhidu)] dirinya melakukan suatu hal yang sangat berat
yang sebenarnya tidak mampu Ia lakukan.

‫فَِإ نَّ َما َعلَْي ِه َما ُح ِّم َل َو َعلَْي ُك ْم َما ُح ِّملْتُ ْم‬

Disini terdapat almusyaakalah (penggunaan kata yang memiliki bentuk


yang sama , tetapi pengertian yang dimaksudkan berbeda).Yakni ,kewajiban rasul
adalah menyampaikan dan kalian memikul dosa jika mendustakan dan tidak
mempercayai.9

I’ROB

ِ ۖ ۡ ِ ۖ َّ ْ‫َأطيعوا‬ ِ ِ
ُ‫ٱلر ُسو َل فَِإن َت َولَّ ۡواْ فَِإمَّنَا َعلَ ۡيه َما مُحِّ َل َو َعلَ ۡي ُكم َّما مُحِّلتُمۡ َوِإن تُطيعُوه‬ ُ ‫قُ ۡل َأطيعُواْ ٱللَّهَ َو‬
ۡ ٰۡ ِ ‫ٱلرس‬
ُ ِ‫ول ِإاَّل ٱ َبللَ ُغ ٱل ُمب‬
‫ني‬ َّ ‫ى‬َ‫ل‬ ‫ع‬
َ ‫ا‬ ‫م‬‫و‬ ْ ۚ ‫هَت ۡتهَ ُدو‬
‫ا‬
ُ ََ
‫ ت ََولَّ ۡوا‬maknanya ‫ تَ َولَّ ۡوا‬, ‫ تَت ََولَّ ۡوا‬kedudukannya jazm.karena ayat ini khitobnya kepada
orang-orang yang Rasulullah diperintahkan untuk berkata kepada mereka

‫ٱلر ُسو ۖ َل‬ ِ ‫َأطيعواْ ٱللَّه و‬


َّ ْ‫َأطيعُوا‬ ِ
ََ ُ
Ayat yang menunjukkan bahwa ayat tersebut maknannya demikian adalah

ۖ ۡ‫و َعلَ ۡي ُكم َّما مُحِّ ۡلتُم‬


َ
“Dan kewajiban kamu sekalian adalah semata-mata apa yang dibebankan
kepadamu”
Seandainnya firman Allah SWT , ‫ تَ َولَّ ۡوا‬adalah fi’il madhi (lampau) maka
kedudukan ayat ini akan berada dalam firman Allah

ۖ ۡ‫َعلَ ۡي ِه ما مُحِّل و َعلَ ۡي ُكم َّما مُحِّ ۡلتُم‬


ََ َ

ASBABUN NUZUL SURAH AN-NUR AYAT 55:

‫ف الَّ ِذيْ َن ِم ْن‬


َ َ‫استَ ْخل‬ ْ ‫ض َك َما‬ ِ ‫َّه ْم ىِف ااْل َْر‬ ِ ِ ِ ٰ ‫وع َد ال ٰلّه الَّ ِذين اٰمُنوا ِمْن ُكم وع ِملُوا‬
ُ ‫الصل ٰحت لَيَ ْستَ ْخل َفن‬ ّ ََ ْ ْ َ َْ ُ َ َ
‫َّه ْم ِّم ۢ ْن َب ْع ِد َخ ْوفِ ِه ْم اَْمنً ۗا َي ْعبُ ُد ْونَيِن ْ اَل يُ ْش ِر ُك ْو َن‬ ِ ِ ۖ ِ
ُ ‫َقْبل ِه ْم َولَيُ َم ِّكنَ َّن هَلُ ْم د ْيَن ُه ُم الَّذى ْارتَضٰى هَلُ ْم َولَيُبَ ِّدلَن‬
‫ك ُه ُم الْ ٰف ِس ُق ْو َن‬ ۤ ِ ۗ
َ ‫ك فَاُو ٰل ِٕى‬
َ ‫يِب ْ َشْيـًٔا َو َم ْن َك َفَر َب ْع َد ٰذل‬

Al-Hakim meriwayatkan dan ia menshahihkannya, dan ath-thabrani dari


Ubay bin Ka’ab, ia berkata,”Ketika Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam

9
Terjemahan Tafsir al-Muniir Jilid 9 , hlm.558
bersama para sahabatnya datang ke Madinah dan diberi tempat tinggal oleh kaum
Anshar maka orang-orang Arab melempar mereka dengan anak panah secara
serempak. Saat itulah para sahabat tidur malam sambil memegang senjata dan
ketika berada di pagi hari mereka pun memakai belati. Selanjutnya mereka
berkata,”Menurut pendapat kalian, kapan kita akan tidur dalam keadaan tenang
dan tenteram tanpa ada ketakutan kecuali kepada Allah?” Lantas turunlah firman-
Nya,”Allah telah menjanjikan kepada orang-orang di antara kamu yang beriman.”

Ibnu Abi Hatim meriwayatkan dari al-Bara’, ia berkata, “ayat ini turun
mengenai kami saat kami dalam ketakutan yang sangat keras.”10

TAFSIR IBNU KATSIR SURAH AN-NUR AYAT 55:

ِ ‫َّه ْم يِف اَأْل ْر‬


‫ض َك َم ا‬ ِ ِ ‫حِل‬ ِ ِ ِ
ُ ‫آم نُ وا م ْن ُك ْم َو َع م لُ وا الصَّا َ ات لَ يَ ْس تَ ْخ ل َف ن‬
َ ‫ين‬
َ ‫َو َع َد اللَّهُ الَّذ‬
ِ ِ ِ ِ ‫َّذ‬ِ
‫َّه ْم‬ َ َ‫ين م ْن َق ْب ل ِه ْم َو لَ يُ َم كِّ نَ نَّ هَلُ ْم د َين ُه ُم الَّذ ي ْار ت‬
ُ ‫ض ٰى هَلُ ْم َو لَ يُ بَ دِّ لَ ن‬ َ ‫ف ال‬
َ َ‫اس تَ ْخ ل‬
ْ
ِ َ ‫ َي ْع بُ ُد ونَ يِن اَل يُ ْش ِر ُك‬pۚ ‫ِم ْن َب ْع ِد َخ ْو فِ ِه ْم َْأم نً ا‬
َ ‫ َو َم ْن َك َف َر َب ْع َد ٰذَ ل‬pۚ ‫ون يِب َش ْي ًئ ا‬
‫ك‬

‫ون‬ ِ ‫ك ه م الْ َف‬


َ ‫اس ُق‬ ‫ٰ ِئ‬
ُ ُ َ َ‫فَ ُأول‬

Artinya: “Dan Allah telah berjanji kepada orang-orang yang beriman di


antara kamu dan mengerjakan amal-amal yang shalih, bahwa Dia sungguh-
sungguh akan menjadikan mereka berkuasa di bumi, sebagaimana Dia telah
menjadikan orang-orang sebelum mereka berkuasa. Dan sungguh Dia akan
meneguhkan bagi mereka agama yang telah diridhai-Nya untuk mereka, dan Dia
benar-benar akan merubah (keadaan) mereka, sesudah mereka berada dalam
ketakutan menjadi aman sentosa. Mereka tetap beribadah kepada-Ku dengan tidak
mempersekutukan sesuatu apa pun dengan-Ku. Dan barangsiapa yang (tetap) kafir
sesudah (janji) itu, maka mereka itulah orang-orang yang fasik.”

Ini merupakan janji dari Allah Swt. kepada Rasul-Nya Saw., bahwa Dia
akan menjadikan umatnya sebagai orang-orang yang berkuasa di bumi, yakni
10
Imam Suyuthi. Asbabun Nuzul. Qisthi Press. Jakarta. 2018. Hal 313.
menjadi para pemimpin manusia dan penguasa mereka. Dengan mereka negeri
akan menjadi baik dan semua hamba Allah akan tunduk kepada mereka. Dan
Allah akan menukar keadaan mereka sesudah mereka dalam ketakutan menjadi
aman sentosa dan menjadi penguasa atas manusia. Janji itu telah diberikan oleh
Allah Swt. kepada mereka; segala puji bagi Allah, begitu juga karunianya. Kerena
sesungguhnya sebelum Nabi Saw. wafat, Allah telah menaklukkan baginya
Mekah, Khaibar, Bahrain, dan semua kawasan Jazirah Arabia serta negeri Yaman
seluruhnya. Beliau Saw. sempat memungut jizyah dari orang-orang Majusi Hajar
dan juga dari para penduduk yang ada di pinggiran negeri Syam (yang berada di
dekat negeri Arab).

Berbagai macam hadiah berdatangan kepada beliau Saw. dari Heraklius


(Kaisar Romawi), penguasa negeri Mesir dan Iskandariah (yaitu raja Muqauqis),
raja-raja negeri Amman (oman), dan Raja Negus (raja negeri Abesinia yang
bertahta sesudah As-hamah rahimahullah).

Kemudian setelah Rasulullah Saw. Wafat dan Allah telah memilihnya


untuk menempati kemuliaan yang ada di sisi-Nya, maka urusannya dipegang oleh
khalifah yang sesudahnya, yaitu Abu Bakar As-Siddiq. Maka dirapikannya
kembali semua kesemrawutan sepeninggal Rasulullah Saw., dan seluruh Jazirah
Arabia berhasil disatukan kembali. Lalu ia mengirimkan sejumlah pasukan kaum
muslim ke negeri Persia di bawah pimpinan Khalid ibnul Walid r.a. Akhirnya
mereka berhasil menaklukkan sebagian dari negeri Persia, dan banyak korban
yang berjatuhkan dari kalangan penduduknya.

Ia mengirimkan pasukan lainnya di bawah pimpinan Abu Ubaidah r.a. dan


para amir yang mengikutinya menuju ke negeri Syam. Pasukan yang ketiga
dikirimkannyalah menuju ke negeri Mesir di bawah pimpinan Amr ibnul 'As.

Di masa pemerintahannya, pasukan yang dikirim ke negeri Syam berhasil


menaklukkan Kota Busra, Dimasyq, dan daerah lainnya yang ada di belakangnya
dari kawasan negeri Hauran dan negeri lainnya yang berdekatan. Kemudian Allah
mewafatkan Khalifah Abu Bakar dan memilihnya untuk menduduki kehormatan
di sisi-Nya.

Allah memberikan karunia-Nya kepada kaum muslim dengan memberikan


ilham kepada Abu Bakar sebelum wafatnya untuk memilih Umar Al-Faruq
sebagai khalifah penggantinya.

Umar Al-Faruq memegang tampuk kekhalifahan sesudah Abu Bakar, lalu


ia menjalankannya dengan sempurna sehingga belum pernah tercatat oleh sejarah
tentang kecemerlangan yang semisal dengannya sesudah para nabi dalam hal
kekuatan sirah dan kesempurnaan keadilannya. Dalam masa pemerintahannya
telah berhasil ditaklukkan seluruh negeri Syam dan negeri Mesir serta sebagian
besar dari kawasan Persia. Dia telah mematahkan Kisra (Raja Persi) dan
mengalahkannya dengan kekalahan yang fatal yang memaksa Raja Persi mundur
sampai ke bagian pedalaman negerinya. Kaisar romawi terpukul mundur dan
merebut negeri Syam dari tangan kekuasaannya, lalu terus maju sampai
Konstantinopel, dan menginfakkan harta benda keduanya di jalan Allah, seperti
yang telah diberitakan sebelumnya oleh Rasulullah Saw. yang telah mendapat
janji dari Allah Swt. akan hal tersebut.

Kemudian di masa kekuasaan dinasti Usmanyiah, kerajaan Islam makin


meluas sampai kebelahan timur dan barat yang paling dalam. Di taklukkanlah
negeri-negeri Magrib sampai ke bagian yang paling dalam yang ada di baliknya,
seperti Andalusia dan Cyprus, juga kota Qairuwan dan Sabtah yang ada di tepi
Laut Tengah, sedangkan di belahan timur penaklukkannya sampai ke bagian
pedalaman negeri Cina.

Kisra terbunuh dan semua kerajaannya hancur sama sekali. Kota-kota


negeri Irak, Khurrasan, dan Al-Ahwaz dapat ditaklukkan dan terjadilah
pertempuran besar-besaran antara pasukan kaum muslim dengan bangsa Turki,
dan Allah menaklukkan raja mereka yang besar (yaitu Khaqan).

Kharraj dipungut dari belahan timur dan barat, lalu didatangkan ke


hadapan Amirul Mu’minin Usman ibnu Affan r.a. Yang demikian itu dapat
tercapai berkat kerajinannya dalam membaca Al-Qur'an, mempelajarinya, dan
menghimpunkan umat serta menggerakkan mereka untuk menghafal Al-Qur'an.
Di dalam sebuah hadis sahih disebutkan bahwa Rasulullah Saw. pernah bersabda:

"‫ْك َُّأمتِي َما ُزوي لِ َي ِم ْن َها‬


ُ ‫ َو َسيَْبلُ ُغ ُمل‬،‫ت َم َشا ِر َق َها َو َمغَا ِر َب َها‬
ُ ْ‫ َف َرَأي‬،‫ض‬
َ ‫اَأْلر‬
ِ
ْ ‫"ِإ َّن اللَّهَ َز َوى ل َي‬
Sesungguhnya Allah melipat bumi untukku sehingga aku dapat melihat
belahan timur dan baratnya, dan kelak kerajaan umatku akan mencapai batas
apa yang dilipatkan untukku itu.

Sekarang kita hidup mondar-mandir di dalam kawasan yang telah dijanji-


kan kepada kita oleh Allah dan Rasul-Nya. Mahabenar Allah dan Rasul-Nya.
Kami memohon kepada Allah agar dikaruniai iman kepada-Nya, kepada Rasul-
Nya, dan berbuat untuk mensyukuri nikmat yang telah dilimpahkan-Nya kepada
kita sesuai dengan apa yang diridai oleh-Nya.

ِ ِ‫ َعن َع ْب ِد الْمل‬،‫ ح َّد َثنَا س ْفيا ُن‬،‫ ح َّد َثنَا ابْن َأبِي عُمر‬:‫اج‬ ِ
،‫ك بْ ِن عُ َم ْي ٍر‬ َ ْ َُ َ ََ ُ َ ِ ‫ْح َّج‬ ُ ‫ال اِإْل َم‬
َ ‫ام ُم ْسل ُم بْ ُن ال‬ َ َ‫ق‬

ِ ‫ال َْأم ُر الن‬


‫َّاس‬ ُ ‫صلَّى اللَّهُ َعلَْي ِه َو َسلَّ َم َي ُق‬
ُ ‫ "اَل َي َز‬:‫ول‬ ِ َ
َ ‫رسول اللَّه‬ ‫سمعت‬
ُ َ َ‫َع ْن َجابِ ِر بْ ِن َس ُم َرة ق‬
:‫ال‬

ْ َ‫ص لَّى اللَّهُ َعلَْي ِه َو َس لَّ َم بِ َكلِ َم ٍة َخ ِفي‬ ِ ِ


‫ت َعنِّي‬ َ ‫ ثُ َّم تَ َكلَّ َم النَّبِ ُّي‬." ‫َماض يًا َم ا َولَي ُه ُم ا ْثنَ ا َع َش َر َر ُجاًل‬
ٍ ْ‫ " ُكلُّ ُه ْم ِم ْن ُق َري‬:‫ال‬
."‫ش‬ َ ‫صلَّى اللَّهُ َعلَْي ِه َو َسلَّ َم؟ َف َق‬ ِ ُ ‫ال رس‬
َ ‫ول اللَّه‬ ُ َ َ َ‫ َماذَا ق‬:‫ْت َأبِي‬
ُ ‫فَ َسَأل‬
Imam Muslim ibnul Hajjaj telah mengatakan di dalam kitab sahihnya,
telah menceritakan kepada kami Ibnu Abu Umar, telah menceritakan kepada kami
Sufyan, dari Abdul Malik ibnu Umair, dari Jubir ibnu Samurah yang mengatakan
bahwa ia pernah mendengar Rasulullah Saw. bersabda: Urusan manusia masih
tetap berjalan lancar selagi mereka diperintah oleh dua belas orang laki-
laki (pemimpin). Kemudian Nabi Saw. mengucapkan kata-kata yang tidak dapat
kudengar dengan jelas, lalu aku bertanya kepada ayahku tentang apa yang
dikatakan oleh Rasulullah Saw. itu. Ayahku menjawab: Semuanya dari kalangan
Quraisy.

Imam Bukhari meriwayatkannya melalui hadis Syu'bah, dari Abdul Malik


ibnu Umair dengan sanad yang sama. Di dalam riwayat Imam Muslim disebutkan
bahwa Nabi Saw. mengucapkan sabdanya itu di petang hari sesudah menghukum
rajam Ma'iz ibnu Malik. Selain dari itu Nabi Saw. mengemukakan hadis-hadis
lainnya. Di dalam hadis ini terkandung dalil yang menunjukkan bahwa sudah
dipastikan keberadaan dua belas orang Khalifah yang adil-adil. Tetapi mereka
bukanlah para imam golongan Syi'ah yang dua belas orang itu, karena
sesungguhnya kebanyakan dari mereka tidak mempunyai suatu peran penting pun.

Adapun mereka yang dua belas orang yang disebutkan dalam hadis ini
seluruhnya berasal dari keturunan Quraisy. Mereka berkuasa dan berlaku adil.
Berita gembira tentang kedatangan mereka itu telah disebutkan pula di dalam
kitab-kitab terdahulu.

Kemudian tidak disyaratkan keberadaan mereka berturut-turut di kalangan


umat, bahkan keberadaan mereka ada yang berturut-turut dan ada yang terpisah-
pisah. Di antara mereka yang keberadaannya berturut-turut yaitu sebanyak empat
orang; mereka adalah Abu Bakar, Umar, Usman, kemudian Ali. Selanjutnya
sesudah mereka selang beberapa masa muncul pula sebagian dari mereka menurut
apa yang dikehendaki oleh Allah Swt. Kemudian masih ada sebagian orang dari
mereka yang masih menunggu waktu pemunculannya yang hanya diketahui oleh
Allah Swt. Di antara mereka adalah Al-Mahdi, yang namanya sesuai dengan nama
Rasulullah Saw. dan kunyah-nya sama dengan kunyah beliau Saw. Dia akan
memenuhi dunia ini dengan keadilan, sebagaimana sebelumnya telah dipenuhi
oleh kelaliman.
Imam Ahmad, Imam Abu Daud, Imam Turmuzi, dan Imam Nasai telah
meriwayatkan melalui hadis Sa'id ibnu Jamhan, dari Safinah maula Rasulullah
Saw., bahwa Rasulullah Saw. pernah bersabda:

ُ ‫يَ ُكو ُن ُم ْل ًكا َع‬ ‫ ثم‬،‫ْخاَل فَةُ َب ْع ِدي ثَاَل ثُو َن سنة‬
"‫ضوضا‬ ِ ‫ال‬

Kekhalifahan sesudahku berlangsung sampai tiga puluh tahun, kemudian


muncullah raja yang diktator.

Ar-Rabi' ibnu Anas telah meriwayatkan dari Abul Aliyah sehubungan


dengan makna firman-Nya; Dan Allah telah berjanji kepada orang-orang yang
beriman di antara kalian dan mengerjakan amal-amal yang saleh, bahwa Dia
sungguh-sungguh akan menjadikan mereka berkuasa di bumi, sebagaimana Dia
telah menjadikan orang-orang yang sebelum mereka berkuasa, dan sungguh Dia
akan meneguhkan bagi mereka agama yang telah diridai-Nya untuk mereka, dan
Dia benar-benar akan menukar (keadaan) mereka, sesudah mereka berada dalam
ketakutan menjadi aman sentosa. (An-Nur: 55), hingga akhir ayat.

Dahulu Nabi Saw. dan para sahabatnya di Mekah tinggal selama dua puluh
tahun, menyeru manusia kepada Allah semata dan menyembahNya semata, tiada
sekutu bagi-Nya, yang hal ini dilakukan dengan sembunyi-sembunyi. Mereka
dicekam oleh rasa takut dan tidak diperintah untuk berperang, hingga mereka
diperintahkan untuk berhijrah ke Madinah sebagai pendahuluannya.

Kemudian Allah memerintahkan kepada mereka untuk berperang, dahulu


mereka tinggal di Mekah dalam keadaan takut memegang senjata, tetapi setelah di
Madinah mereka baru dapat memegang senjata. Mereka dengan penuh kesabaran
tinggal dalam keadaan seperti itu (berperang) selama masa yang dikehendaki oleh
Allah Swt. Kemudian ada seorang lelaki dari kalangan sahabat bertanya, "Wahai
Rasulullah, apakah kita akan selalu dalam keadaan ketakutan selamanya seperti
ini? Tidakkah akan datang suatu masa bagi kita yang di masa itu kita hidup dalam
keadaan aman dan meletakkan senjata kita?" Maka Rasulullah Saw. menjawab:
ْ ‫الر ُج ُل ِم ْن ُك ْم ِفي ال َْمِأَل ال َْع ِظ ِيم ُم ْحتَبِيًا ل َْي َس‬
."ٌ‫ت فِي ِه ْم َح ِدي َدة‬ َّ ‫س‬ ِ ِ ‫ِإاَّل‬
َ ‫َن َتغْبروا يَس ًيرا َحتَّى يَ ْجل‬
ْ‫"ل‬
Kalian hanya memerlukan kesabaran sebentar lagi, karena akan datang
masanya seseorang di antara kalian duduk bersila di antara sekumpulan orang
yang banyak, tanpa ada senjata tajam pun (padanya).

Allah menurunkan ayat ini dan menjadikan Nabi-Nya berkuasa atas


seluruh Jazirah Arabia, para penduduknya beriman dan meletakkan senjata
(menyerah kepadanya).

Kemudian Allah mewafatkan Nabi-Nya dan kaum muslim masih dalam


keadaan aman seperti sebelumnya di masa pemerintahan Khalifah Abu Bakar,
Umar dan Usman. Lalu terjadilah peristiwa yang menyebabkan mereka bercerai-
berai, sehingga ketakutan kembali menimpa mereka dan mulailah mereka
mengambil (mengangkat) para pengawal pribadi dan para penjaga. Mereka
mengubah tatanan kebijakan dan akhirnya mereka berada dalam keadaan yang
berbeda dengan masa sebelumnya.

Sebagian ulama Salaf mengatakan bahwa kekhalifahan Abu Bakar dan


Umar merupakan perkara yang hak yang termaktub di dalam Kitabullah, lalu ia
membaca ayat ini.

Al-Barra ibnu Azib mengatakan bahwa ayat ini diturunkan ketika kami
(para sahabat) berada dalam ketakutan yang sangat. Ayat ini semakna dengan
firman-Nya yang mengatakan:

ِ ‫األر‬ ِ ِ ‫ِإ‬
}‫ض‬ ْ ‫ض َع ُفو َن في‬ ٌ ‫{واذْ ُك ُروا ْذ َأْنتُ ْم قَل‬
ْ َ‫يل ُم ْست‬ َ
Dan ingatlah (hai para Muhajirin) ketika kamu masih berjumlah sedikit
lagi tertindas di muka bumi (Al-Anfal: 26)
sampai dengan firman-Nya:

‫ل ََعلَّ ُك ْم تَ ْش ُك ُرو َن‬


agar kalian bersyukur. (Al-Anfal: 26)
Adapun firman Allah Swt.:

}‫ين ِم ْن َق ْبلِ ِه ْم‬ ِ َّ َ َ‫{ َكما استَ ْخل‬


َ ‫ف الذ‬ ْ َ
sebagaimana Dia telah menjadikan orang-orang yang sebelum mereka
berkuasa. (An-Nur: 55), hingga akhir ayat.

Sama seperti apa yang difirmankan oleh Allah Swt. mengenai perkataan
Musa kepada kaumnya:

ِ ‫األر‬
}‫ض‬ ِ ِ َ ِ‫{ع َسى َربُّ ُك ْم َأ ْن ُي ْهل‬
ْ ‫ك َع ُد َّو ُك ْم َويَ ْستَ ْخل َف ُك ْم في‬ َ
Mudah-mudahan Allah membinasakan musuh kalian dan menjadikan
kalian khalifah di bumi-(Nya). (Al-A'raf: 129), hingga akhir Ayat.

Dan firman-Nya:

ِ ‫األر‬
}‫ض‬ ِ ِ ْ ُ‫{ونُ ِري ُد َأ ْن نَم َّن َعلَى الَّ ِذين است‬
ْ ‫ضع ُفوا في‬ ْ َ ُ َ
Dan Kami hendak memberi karunia kepada orang-orang yang tertindas di
bumi (Mesir). (Al-Qashash: 5), hingga akhir ayat berikutnya.

Firman Allah Swt.:

َ َ‫{ولَيُ َم ِّكنَ َّن ل َُه ْم ِد َين ُه ُم الَّ ِذي ْارت‬


}‫ضى ل َُه ْم‬ َ
dan sungguh Dia akan meneguhkan bagi mereka agama yang telah
diridai-Nya untuk mereka. (An-Nur: 55), hingga akhir ayat.

Sama pula dengan sabda Rasulullah Saw. kepada Addi ibnu Hatim ketika
menjadi utusan kaumnya menghadap kepada beliau,

،‫ " َف َوالَّ ِذي َن ْف ِس ي بِيَ ِد ِه‬:‫ال‬ ِ ‫ ول‬،‫ لَم َأ ْع ِر ْفه ا‬: ‫ال‬
ُ ‫َك ْن قَ ْد َس ِم ْع‬
َ َ‫ ق‬.‫ت بِ َه ا‬ َ َ
ِ ُ ‫"َأَت ْع ِر‬
ْ َ َ‫ف الْح َيرةَ؟ " ق‬
،‫َأح ٍد‬ ِ ِ ِ ِ ‫ليتمن اللَّهُ َه َذا اَأْلمر حتَّى تَ ْخرج الظَّ ِعينَةُ ِمن‬
َ ‫وف بِ الَْب ْيت في غَْي ِر ج َوا ِر‬
َ ُ‫تَط‬ ‫الح َيرة حتى‬ َ َُ َ َْ ّ ُ
،‫ كِ ْس َرى بْ ُن ُه ْر ُم َز‬،‫ " َن َع ْم‬:‫ال‬
َ َ‫ كِ ْس َرى بْ ُن ُه ْر ُم َز؟ ق‬:‫ْت‬
ُ ‫ ُقل‬."‫وز كِ ْس َرى بْ ِن ُه ْر ُم َز‬
َ ُ‫َولََت ْفتَ ُح َّن ُكن‬
ِ ‫ َفه ِذ ِه الظَّ ِعينَ ةُ تَ ْخ رج ِمن ال‬:‫ي بن ح اتِ ٍم‬
‫ْح َير ِة‬ ِ َ َ‫ ق‬."‫ال حتَّى اَل ي ْقبلَ هُ َأح ٌد‬
ْ ُُ َ َ ُ ْ ُّ ‫ال َع د‬ َ ََ َ ُ ‫َن الم‬
ّ ‫وليُب َذل‬
‫ َوالَّ ِذي‬،‫وز كِ ْس َرى بْ ِن ُه ْر ُم َز‬
َ ُ‫يم ِن ا ْفتَتَ َح ُكن‬ ِ ُ ‫ ولََق ْد ُك ْن‬،‫ت فِي غَي ِر ِجوا ِر َأح ٍد‬
َ ‫تف‬ َ َ َ ْ
ِ ‫وف بِالْب ْي‬
َ ُ ُ‫َفتَط‬

‫صلَّى اللَّهُ َعلَْي ِه َو َسلَّ َم قَ ْد قَال ََها‬ ِ َ ‫َأِلن رس‬ ِ ِِ ِ


َ ‫ول اللَّه‬ ُ َ َّ ‫ لَتَ ُكونَ َّن الثَّالثَةَ؛‬،‫َن ْفسي بِيَده‬
"Tahukah kamu Hirah?" Addi ibnu Hatim menjawab, "Belum, tetapi saya
pernah mendengarnya." Rasulullah Saw. bersabda: Demi Tuhan yang jiwaku
berada di dalam genggaman kekuasaan-Nya, sungguh Allah benar-benar akan
menyempurnakan urusan (Islam) ini hingga wanita pengendara unta berangkat
dari Hirah, lalu melakukan tawaf di Baitullah tanpa ada seorang lelaki pun yang
menemaninya (keadaannya aman sekali). Dan sungguh Allah akan membuka
perbendaharaan Kisra ibnu Hurmuz. Aku bertanya, "Benarkah dia adalah Kisra
ibnu Hurmuz?" Nabi Saw. bersabda: Ya, Kisra ibnu Hurmuz. Dan sungguh harta
benda akan dibelanjakan tanpa ada seorang pun yang mau menerimanya (karena
semuanya sudah berkecukupan).

Addi ibnu Hatim mengatakan, "Wanita pengendara unta ini berangkat dari
Hirah, lalu melakukan tawaf di Baitullah tanpa ada seorang laki-lakipun yang
mengawalnya, dan sesungguhnya aku termasuk orang yang menaklukkan
perbendaharaan Kisra ibnu Hurmuz. Demi Tuhan yang jiwaku berada di dalam
genggaman kekuasaan-Nya, sungguh akan ada peristiwa yang ketiga, karena
Rasulullah Saw. telah mengatakannya."

ِ ‫الرز‬
َّ ‫ َع ِن‬،َ‫ َع ْن َأبِي َسلَ َمة‬،‫ َأ ْخَب َرنَا ُس ْفيَا ُن‬،‫َّاق‬
ٍ َ‫الربِي ِع بْ ِن َأن‬
‫ َع ْن‬،‫س‬ َّ ‫ َح َّد َثنَا َع ْب ُد‬:‫َأح َم ُد‬
ْ ‫ام‬ُ ‫ال اِإْل َم‬
َ َ‫ق‬

َّ ‫ "بَ ِّش ْر َه ِذ ِه‬:‫ص لَّى اللَّهُ َعلَْي ِه َو َس لَّ َم‬


َ‫اُأْلمة‬ ِ ُ ‫ال رس‬
َ ‫ول اللَّه‬ ُ َ َ َ‫ ق‬:‫ال‬ ٍ ‫ َع ْن ُأبَ ِّي بْ ِن َك ْع‬،‫َأبِي ال َْعالِيَ ِة‬
َ َ‫ب ق‬

ُّ ِ‫ فَ ِم ْن َع ِم َل ِم ْن ُه ْم َع َم َل اآْل ِخ َر ِة ل‬،‫ض‬
،‫لد ْنيَا‬ ِ ‫اَأْلر‬ ِ ِ
ْ ‫ َوالدِّي ِن َوالن‬،‫الر ْف َع ِة‬
ْ ‫َّص ِر َوالت َّْمكي ِن في‬ ِّ ‫بالسناء َو‬
َّ

"‫يب‬ ِ ِ ِ ِ
ٌ ‫َم يَ ُك ْن لَهُ في اآْل خ َرة نَص‬
ْ‫ل‬
Imam Ahmad mengatakan, telah menceritakan kepada kami Abdur
Razzaq, telah menceritakan kepada kami Sufyan, dari Abu Salamah, dari Ar-Rabi'
ibnu Anas, dari Abul Aliyah, dari Ubay ibnu Ka'b yang mengatakan bahwa
Rasulullah Saw. pernah bersabda: Umat ini akan mendapat berita gembira
memperoleh ketenaran, kedudukan yang tinggi, agama, kemenangan, dan
kekuasaan yang mapan di muka bumi. Maka barang siapa di antara mereka yang
mengerjakan amal akhirat untuk dunia(nya), maka tiada bagian baginya kelak di
akhirat.

Firman Allah Swt.:

}‫{ي ْعبُ ُدونَنِي اَل يُ ْش ِر ُكو َن بِي َش ْيًئا‬


َ
Mereka tetap menyembah-Ku dengan tiada mempersekutukan sesuatu apa pun
dengan Aku. (An-Nur: 55 )

َّ ،‫س‬
ُ‫َأن ُم َع اذَ بْ َن َجبَ ٍل َح َّدثَه‬ ٍ َ‫ادةُ َع ْن َأن‬ ٌ ‫ َح َّد َثنَا ُه َم‬،‫ َح َّد َثنَا َع َّفا ُن‬ :‫َأح َم ُد‬
َ َ‫ َح َّد َثنَا َقت‬،‫ام‬ ْ ‫ام‬ُ ‫ال اِإْل َم‬
َ َ‫ق‬
:‫ال‬َ َ‫ ق‬،‫الر ْحل‬ ِ ‫ول اللَّ ِه صلَّى اللَّه علَي ِه وسلَّم لَيس بينِي وبينه ِإاَّل‬
َّ َ‫آخ َرة‬ ُ ‫يف َر ُس‬ ُ ‫ َب ْينَا َأنَا َر ِد‬:‫ال‬
َ َ‫ق‬
ُ َ َْ َ َْ َ ْ َ َ َ ْ َ ُ َ
ِ َ ‫ك ي ا رس‬
‫ "يَ ا ُم َع اذُ بْ َن‬:‫ال‬
َ َ‫ ثُ َّم ق‬،ً‫اعة‬
َ ‫ ثُ َّم َس َار َس‬:‫ال‬ َ َ‫ ق‬.‫وس ْعديك‬ َ ‫ول اللَّه‬ ُ َ َ َ ‫ لََّب ْي‬:‫ْت‬ ُ ‫ ُقل‬،"ُ‫"يَ ا ُم َع اذ‬
،"‫ "يَا ُم َع اذُ بْ َن َجبَ ٍل‬:‫ال‬ َ َ‫ ثُ َّم ق‬،ً‫اعة‬
َ ‫ [ثُ َّم َس َار َس‬.‫ك‬ َ ْ‫ول اللَّ ِه َو َس ْع َدي‬
َ ‫ك يَا َر ُس‬ ُ ‫ ُقل‬،" ‫َجبَ ٍل‬
َ ‫ لََّب ْي‬:‫ْت‬
:‫ْت‬ُ ‫اد"؟ ُقل‬ ِ ‫"ه ل تَ ْد ِري م ا ح ُّق اللَّ ِه َعلَى ال ِْعب‬ َ ْ‫ول اللَّ ِه َو َس ْع َدي‬
َ َ َ ْ َ :‫ال‬ َ َ‫ ق‬.]"‫ك‬ َ ‫ك يَ ا َر ُس‬ َ ‫ لََّب ْي‬:‫ْت‬
ُ ‫ُقل‬
:‫ال‬ َ َ‫ ق‬."‫اد َأ ْن َي ْعبُ ُدوهُ َواَل يُ ْش ِر ُكوا بِ ِه َش ْيًئا‬
ِ ‫ " [فَِإ َّن] ح َّق اللَّ ِه َعلَى ال ِْعب‬:‫ال‬
َ َ َ َ‫ ق‬.‫اللَّهُ َو َر ُسولُهُ َأ ْعلَ ُم‬
‫ " َف َه ْل‬:‫ال‬
َ َ‫ ق‬.‫ك‬ َ ْ‫ول اللَّ ِه َو َس ْع َدي‬
َ ‫ك يَا َر ُس‬ ُ ‫ ُقل‬،"‫ "يَا ُم َعاذُ بْ َن َجبَ ٍل‬:‫ال‬
َ ‫ لََّب ْي‬:‫ْت‬ َ َ‫ ثُ َّم ق‬.ً‫اعة‬
َ ‫ثُ َّم َس َار َس‬
‫ "فَ ِإ َّن‬:‫ال‬
َ َ‫ ق‬.‫ اللَّهُ َو َر ُس ولُهُ َأ ْعلَ ُم‬:‫ْت‬
ُ ‫ ُقل‬:‫ال‬ َ َ‫ ق‬،‫ك"؟‬ َ ِ‫اد َعلَى اللَّ ِه ِإ َذا َف َعلُ وا َذل‬ ِ ‫تَ ْد ِري م ا ح ُّق ال ِْعب‬
َ َ َ
."‫اد َعلَى اللَّ ِه َأ ْن اَل ُي َع ِّذ َب ُه ْم‬
ِ ‫ح َّق ال ِْعب‬
َ َ

Imam Ahmad mengatakan, telah menceritakan kepada kami Affan, telah


menceritakan kepada kami Hammam, telah menceritakan kepada kami Qatadah,
dari Anas, bahwa Mu'az ibnu Jabal pernah menceritakan kepadanya, "Ketika kami
sedang membonceng Nabi Saw. di atas keledainya, tanpa ada jarak antara aku dan
dia selain bagian belakang pelananya. Nabi Saw. bersabda, 'Hai Mu'az!' Aku
menjawab, 'Labbaika,  ya Rasulullah, kupenuhi seruanmu dengan penuh
kebahagian.'Kemudian Rasulullah Saw. melanjutkan perjalanannya sesaat, lalu
bersabda, 'Hai Mu'az!' Aku menjawab,? 'Labbaika, ya Rasulullah, kupenuhi
semanmu dengan penuh kebahagian.' Beliau Saw. melanjutkan perjalanannya
sesaat, lalu bersabda lagi, 'Hai Mu'az!' Aku menjawab, 'Labbaika, ya Rasulullah,
kupenuhi seruanmu dengan penuh kebahagian.' Rasulullah Saw.
bersabda: 'Tahukah kamu, apakah hak Allah atas hamba-hamba-(Nya.)? ' Aku
menjawab, 'Allah dan Rasul-Nya lebih mengetahui.? Rasulullah Saw.
bersabda; 'Hak Allah atas hamba-hamba-Nya ialah hendaknya mereka
menyembah-Nya dan tidak mempersekutukan sesuatu dengan-Nya.' Kemudian
Rasulullah Saw. berjalan sesaat dan bersabda, 'Hai Mu'az!' Aku
menjawab, Labbaika, ya Rasulullah, kupenuhi panggilanmu dengan penuh
kebahagiaan.' Rasulullah Saw. bersabda: 'Tahukah kamu, apakah hak hamba-
hamba Allah atas Allah bila mereka mengerjakan hal tersebut?' Aku menjawab,
"Allah dan Rasul-Nya lebih mengetahui. ' Rasulullah Saw. bersabda,
'Sesungguhnya hak hamba-hamba atas Allah Swt. ialah Dia tidak mengazab
mereka'.”

Imam Bukhari dan Imam Muslim telah mengetengahkan hadis ini di dalam
kitab sahihnya masing-masing melalui hadis Qatadah.

Firman Allah Swt.:


ِ ‫ك ُهم الْ َف‬
}‫اس ُقو َن‬ ‫{ومن َك َفر ب ْع َد َذلِ َ ِئ‬
ُ َ َ‫ك فَُأول‬ َ َ ْ ََ
Dan barang siapa yang (tetap) kafir sesudah (janji) itu, maka mereka itulah
orang-orang yang fasik. (An-Nur: 55)

Yakni barang siapa yang keluar dari ketaatan terhadap-Ku sesudah itu,
maka sesungguhnya dia telah keluar dari perintah Tuhannya, dan itu sudah cukup
merupakan dosa yang besar baginya.

Para sahabat radiyallahu anhum adalah orang yang paling menegakkan


perintah-perintah Allah dan paling taat kepada-Nya sesudah Nabi Saw. Maka
pertolongan Allah kepada mereka sesuai dengan keikhlasan mereka. Mereka
berhasil memenangkan kalimah Allah di belahan timur dan barat, dan Allah
mendukung mereka dengan dukungan yang besar serta menjadikan mereka
berkuasa atas semua hamba Allah dan semua negeri. Akan tetapi, setelah kaum
muslim sesudah generasi  mereka melalaikan sebagian dari perintah-perintah
Allah, maka kemenangan mereka berkurang sesuai dengan keikhlasan mereka.
Akan tetapi, telah ditetapkan di dalam kitab Sahihain  melalui berbagai
jalur dari Rasulullah Saw., bahwa beliau Saw. pernah bersabda:
ِ ِ ِ ‫"اَل َتز ُ ِئ‬
‫ض ُّر ُه ْم َم ْن َخ َذل َُه ْم َواَل َم ْن خالفهم إلى اليوم‬
ُ َ‫ اَل ي‬،ِّ‫ْحق‬ َ ‫ال طَا َفةٌ م ْن َُّأمتي ظَاه ِر‬
َ ‫ين َعلَى ال‬ َ

"‫ال ِْقيَ َام ِة‬


Masih tetap akan ada segolongan umatku yang memperjuangkan perkara
hak, tiada membahayakan mereka orang-orang yang menghina mereka dan tiada
pula orang-orang yang menentang mereka sampai hari kiamat.

Menurut riwayat yang lain disebutkan:

َ ِ‫ َو ُه ْم َك َذل‬،‫"حتَّى يَْأتِ َي َْأم ُر اللَّ ِه‬


"‫ك‬ َ
sampai datang perintah Allah (hari kiamat), sedangkan mereka tetap dalam
keadaan seperti itu (memperjuangkan perkara hak).

Di dalam riwayat lainnya disebutkan:

"‫ال‬ َّ ‫"حتَّى ُي َقاتِلُوا الد‬


َ ‫َّج‬ َ
sampai mereka memerangi Dajjal.

Di dalam riwayat lainnya lagi disebutkan:


ِ
َ ‫"حتَّى َي ْن ِز َل ع‬
"‫يسى ابْ ُن َم ْريَ َم وهم ظاهرون‬ َ
sampai Isa putra Maryam turun, sedangkan mereka masih tetap berjuang.

Semua riwayat ini berpredikat sahih, tiada pertentangan di antaranya.11

11
Ibnu Katsir. Tafsir ibnu Katsir. Insan Kamil. Solo.
PERBEDAAN QIRO’AT
‫َّه ْم‬
ُ ‫َو لَ يُ بَ دِّ لَ ن‬
Makna : agar mengubah keadaan mereka yang berada dalam ketakutan menjadi aman

Dalam Riwayat ashim dibaca :


‫َّه ْم‬
ُ ‫َو لَ يُ بْ دِّ لَ ن‬
Didalam bahasa arab ada dua bentukan :

1. MUBADDAL
Ini berarti sesuatu yg berpindah kondisi tanpa ada pengganti
2. MUBADDIL
sesuatu yg berubah kondisi dengan pengganti

Imam ashim membacanya dg harokat sedemikian karena beliau (imam


ashim) memaknai bahwa TAKUT adalah lawan dari AMAN sehingga saat
ketakutan hilang ada penggantinya berupa rasa AMAN sehingga bacaannya
'diringankan'.

TAFSIR IBNU KATSIR SURAH AN-NUR AYAT 56-57:

Untuk menguatkan pribadi menghadapi segala kesulitan dan penderitaan


mencapai tujuan, hendaknya suatu jiwa dikuatkan, sehingga tahan kena badai dan
iman serta amal shalih itu tidak luntur. Cara memperkuat jiwa itu dijelaskan pada
ayat 56 :

‫ول لَ َعلَّ ُكمۡ تُ ۡرمَحُو َن‬ ِ ‫ٱلز َك ٰو َة و‬ ِ


َ ‫ٱلر ُس‬
َّ ْ‫َأطيعُوا‬ َ َّ ْ‫ٱلصلَ ٰو َة َوءَاتُوا‬
َّ ْ‫يموا‬
ُ ‫َوَأق‬
“Dan dirikanlah shalat, tunaikanlah zakat, dan taatlah kepada Rasul, supaya kamu
diberi rahmat.”12
Dengan sholat, iman akan terus bertambah. Ibadah memperkuat pribadi,
menjadi istirahat untuk mencari kekuatan yang baru. Dengan ibadah petunjuk
akan dating. Sehingga yang gelap akan terang kembali karena pelita telah ada di
dalam hati.

12
Departemen Agama RI, Alquran dan Terjemahan
Apalagi dengan ibadah berjama’ah, maka masyarakat selalu rapat. Di
dalam AlQuran surat Asy-syura ayat 38 dijelaskan bagaimana hubungan ibadah
itu dengan kemasyarakatan, dengan musyawarah urusan bersama.

‫ور ٰى ۡبيََن ُهمۡ َومِم َّا َر َز ۡق ٰنَ ُهمۡ يُ ِنف ُقو َن‬ َّ ْ‫ين ٱ ۡستَ َجابُواْ لَِرهِّبِمۡ َوَأقَ ُاموا‬
َ ‫ٱلصلَ ٰو َة َوَأمۡ ُر ُهمۡ ُش‬
ِ َّ
َ ‫َوٱلذ‬
“Dan (bagi) orang-orang yang menerima (mematuhi) seruan Tuhannya dan
mendirikan shalat, sedang urusan mereka (diputuskan) dengan musyawarat antara
mereka; dan mereka menafkahkan sebagian dari rezeki yang Kami berikan kepada
mereka.”13

Ibadah bukanlah tempat lari, melainkan untuk mencari kekuatan


menghadapi tugas, peneguh iman dan memperkuat hubungan. Sesudah
mengerjakan ibadah hendaknya diiringi dengan membayar zakat. Kalau dengan
ibadah akan memperteguh iman, maka zakat adalah untuk memperteguh amal
shalih.

Allah memerintahkan hamba-hamba-Nya yang beriman agar menegakkan


shalat, yaitu beribadah kepada Allah semata yang tidak ada sekutu bagi-Nya dan
menunaikan zakat, yaitu berbuat baik kepada para makhluk yang lemah dan fakir.
Dan dalam melaksanakannya hendaklah mereka mentaati Rasulullah . yakni
berjalan di bawah perintah beliau dan meninggalkan apa yang dilarang. Semoga
dengan itu Allah akan merahmati mereka. Tidak ragu lagi bahwa siapa saja yang
melaksanakan hal tersebut, maka Allah pasti merahmatinya. Seperti yang Allah
firmankan dalam AlQuran surat At Taubah ayat 71 :14

ٰٓ
‫ك َسرَي ۡرمَحُ ُه ُم ٱللَّ ۗهُ ِإ َّن ٱللَّهَ َع ِز ٌيز َح ِكيم‬
َ ‫ُْأولَِئ‬
"Mereka itu akan diberi rahmat oleh Allah; Sesungguhnya Allah
Mahaperkasa lagi Maha Bijaksana”15

13
ibid
14
Ibnu Katsir, Terj. Abdul Ghoffar, Jilid, V Cet.I, Bogor: Pustaka Imam Asy-Syafi‟i, 2004 hal.103
15
Departemen Agama RI, Alquran dan Terjemahan
Kemudian pada ayat 57 diobatilah keraguan hati orang yang beriman, jika
dia terpesona oleh kekuasaan, kemegahan dan keangkuhan orang yang kafir di
atas bumi ini.
Firman Allah :

ِ ۡ ‫ض وم ۡأو ٰىهم ٱلنَّا ۖ ُر ولَبِ ۡئ‬ ۡ ‫اَل حَت ۡحس َّ ٱلَّ ِذين َك َفرواْ م ۡع ِج ِز يِف‬
ُ‫س ٱل َمصري‬
َ َ ُ ُ َ َ َ ِ ۚ ‫ين ٱلَأ ۡر‬ َ ُ ُ َ ‫َ نَب‬

“Janganlah kamu kira bahwa orang-orang yang kafir itu dapat


melemahkan (Allah dari mengazab mereka) di bumi ini, sedang tempat tinggal
mereka (di akhirat) adalah neraka. Dan sungguh amat jeleklah tempat kembali
itu.”
Orang-orang kafir disitu maksudnya adalah mereka yang tidak mau
menerima ajaran Nabi Muhammad, mereka menyelisihi dan mendustakan.
Mereka tidak dapat melemahkan Allah, bahkan Allah yang berhak mengadzab

mereka dengan adzab yang sangat pedih. Oleh karena itu Allah berfirman

ِ ۡ ‫وم ۡأو ٰىهم ٱلنَّا ۖ ُر ولَبِ ۡئ‬


ُ‫س ٱل َمصري‬
َ َ ُ ُ َ ََ yakni tempat tinggal mereka di akhirat nanti adalah

neraka, sejelek-jelek tempat kembali dan sejelek-jelek tempat tinggal.16

PERBEDAAN QIRO’AT
1. Qiro’at Ibnu Amir dan Hamzah

َّ ‫اَل حَي ۡح َسنَب‬


2. Qiro’at ‘Ashim

َّ ‫اَل حَت ۡح َسنَب‬


3. Qiro’at Imam yang lain

َّ ‫اَل حَت ۡح َسنِب‬

16
Ibnu Katsir, Terj. Abdul Ghoffar, Jilid, V Cet.I, Bogor: Pustaka Imam Asy-Syafi‟i, 2004 hal.103
RELASI ANTAR AYAT DENGAN FAKTA YANG TERJADI PADA
MASYARAKAT

Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, sumpah berarti pernyataan yang


diucapkan secara resmi dengan bersaksi kepada Allah ‫ﷻ‬. untuk menguatkan
kebenaran dan kesungguhan. Dapat pula berarti pernyataan yang disertai tekad
melakukan sesuatu menguatkan kebenarannya atau berani menerima sesuatu bila
yang dinyatakan tidak benar. Dengan kata lain, dapat pula diartikan sebagai janji
yang teguh (akan menunaikan sesuatu).

Pada konteks ini, menurut ulama fikih, sumpah secara terminologis dapat
didefinisikan sebagai penegasan dengan ucapan sesuatu yang mungkin terjadi
baik terhadap sesuatu yang mungkin terjadi atau yang telah terjadi. Dengan
demikian, dari definisi ini, dapat ditarik kesimpulan bahwa sumpah itu berlaku
untuk masa yang telah lalu, dan juga yang akan datang. Sumpah terhadap sesuatu
yang telah lalu merupakan pernyataan terhadap apa yang terjadi, dilihat dan
didengar. Juga dijelaskan bahwa dalam pengertian masyarakat Indonesia, dapat
dibedakan antara sumpah dan janji. Sumpah harus didahului dengan ucapan
“Demi Allah” dan yang semisalnya, sedangkan janji tidak mesti demikian.

Fajar Hidayanto (1993), mengemukakan bahwa sumpah palsu ialah


perbuatan orang yang sengaja mengelabui orang lain dan dengan sumpahnya itu
ia berdusta, misalnya seseorang mengatakan “Demi Allah saya tidak berbuat hal
yang demikian”, padahal sebenarnya ia berbuat. Adapun janji menurut KBBI
adalah perkataan atau ucapan yang menyatakan kesediaan dan kesanggupan
untuk berbuat sesuatu, pengakuan yang terikat dengan diri sendiri terhadap
ketentuan yang harus ditepati.

Sedangkan ingkar janji ialah suatu bentuk perbuatan yang sangat dibenci
dalam Agama Islam terlebih sangat dimurkai oleh Allah Swt., Sebab, ingkar janji
termasuk salah satu sifat dari orang munafik. Sebagaimana yang telah
diriwayatkan oleh Imam Bukhari dalam kitabnya Telah menceritakan kepada
kami Qutaibah Ibn Sa'id telah menceritakan kepada kami Isma'il ibn Ja'far dari
Abi Suhail, Naf i' bin Malik bin Abi 'Amhu'anhu bahwa Rasululllah saw.
bersabda, 'Tanda-tanda munafik ada tiga; jika berbicara dusta, jika diberi amanat
dia khiyanat dan jika berjanji mengingkari".(Bukhari, no. 2485) Hadis tersebut
membahas perihal tanda-tanda orang munafik, yakni terbagi menjadi tiga bagian
yaitu, jika ia berbicara maka ia berbohong, jika diberi amanat dia berkhianat dan
jika berjanji ia mengingkari janjinya. Maka orang yang mengingkari janji disebut
sebagai golongan orang munafik.

Bentuk sumpah dalam pengertian al-qasam, al-hilf, atau al-yamîn dalam


ke-nyataannya beragam. Hal ini telah penelitiuraikan secara kebahasan pada
uraian sebelumnya di atas. Pengertian sumpah juga diwakili oleh bay‘at,yang
mewakili sebuah istilah kontrak politik . Di sini sesungguhnya terkandung pesan,
bahwa kekuasaan tertinggi ada di tangan “yang dipimpin”, dan “pemimpin”
selalu berada dibawah pengawasan “yang dipimpin”.

Sumpah merupakan sesuatu yang berat pertanggung jawabannya dan


dalam hal ini akibatnya akan berdampak langsung kepada pengucap sumpah .

Dalam penulisan makalah kali ini, penulis ingin membahas salah satu
fenomena dalam masyarakat terkait sumpah.Yakni,pengambilan sumpah saat
pelantikan suatu Lembaga kepemimpinan.Sesi pengambilan sumpah dalam
proses/formalitas saat pelantikan suatu unit kepemimpinan sejatinya tidak terlalu
banyak memberikan pengaruh pada yang diambil sumpahnya saat
melakasanakan tugas atau Amanah kepemimpinan.Jika semua pemimpin yang
beragama Islam benar-benar mengakui Alquran sebagai petunjuk dalam
memegang amanat yang diberikan maka semua kejadian yang memalukan diri,
keluarga dan perbuatan yang melukai hati masyarakat, tidak akan terjadi. Jangan
sampai menjadi apa yang disebut Alquran sebagai “orang-orang yang menukar
janji dengan keuntungan sedikit dunia dan sama sekali tidak ada imbalan di
akhirat.”

Penulis ingin menyampaikan bahwa dalam hal ini , ada 2 dimensi yang
dapat kita lihat :
1. Diri Sendiri

Terhadap diri sendiri tentunya jangan sampai terjadi, Bila hendak mencegah ,
paling ideal adalah dengan tidak bersumpah.Namun hal ini dalam realitanya,
tidak mungkin dilakukan atau hal tersebut bukanlah menjadi solusi bagi warga
yang hidup di negara yuridis, yang menjadikan pelaksanaan sumpah tersebut
sebagai suatu keharusan yang telah menjadi undang-undang yang tertulis dan
disepakati.

2. Orang lain

Bila hal ini terjadi pada diri orang lain maka yang dibutuhkan ialah
mengetahui apa sebabnya dan mengambil sikap yang tepat terhadapnya.Ada 2
kemungkinan utama yang menyebabkan sumpah jabatan tidak memberikan
dampak signifikan. Pertama, karena pribadi yang bermasalah. Yaitu kepribadian
yang rakus, serakah, tidak taat pada asas, dan sifat-sifat ataupun perilaku negatif
lainnya. Yang demikian ini adalah cermin buruk serta rendahnya moral seorang
pimpinan. Padahal, sejarah menunjukkan bahwa moral yang rendah tidak dapat
mengantarkan pada pencapaian cita-cita ataupun tujuan, baik tujuan negara,
organisasi, perusahaan, dan lain sebagainya. Kedua, sistem tata kehidupan
berbangsa dan bernegara tidak mendukung. Karena itu, dibutuhkan penyehatan
secara komprehensif di berbagai dimensi kehidupan (sosial, ekonomi, politik,
hukum, budaya, maupun sektor-sektor yang lain).

ORANG MUNAFIQ ,SIKAP DAN JAWABAN ISLAM TERHADAPNYA

Munafik dalam Islam sama berbahayanya dengan orang kafir. Terkadang


mereka bahkan lebih berbahaya dibandingkan dengan orang kafir. Berkedok
Islam namun jauh dari kata mukmin sejati. Kaum munafik tak hanya ada di
jaman Rasul, bahkan di jaman sekarang orang munafik jauh lebih banyak dan
lebih terang-terangan.

Sering kali kita menghadapi orang munafik dalam kehidupan sehari-hari.


Lalu bagaimana cara kita berhadapan dengan orang yang seperti ini? Berikut ini
adalah penjelasan singkat tentang menghadapi orang munafik :
1. Nasehati dengan lembut
Mulailah dengan bersikap lembut pada mereka. Jika ingin memberikan
nasehat, maka nasehati dengan baik dan penuh ketulusan. Dengan begini, kita
juga menunjukkan betapa Islam itu penuh dengan kasih sayang dalam saling
mengingatkan. Hal ini sesuai dengan surah Al A’raf ayat 199:
ِِ ِ ِ
َ ‫ض َع ِن اجْلَاهل‬
‫ني‬ ْ ‫ُخذ الْ َع ْف َو َوْأ ُم ْر بِالْعُْرف َو‬
ْ ‫َأع ِر‬

Jadilah engkau pemaaf dan suruhlah orang mengerjakan yang ma’ruf, serta
berpalinglah dari pada orang-orang yang bodoh.

2. Gunakan ayat Al Qur'an


Untuk menasehati orang munafik, sebaiknya gunakan ayat Allah. Jangan
menghadapi orang munafik hanya berdasarkan logika saja karena hati mereka
sudah sangat keras.
ِِ ِ ِ ِ ‫َّخ ُذو َن الْ َكافِ ِر‬
ِ ‫) الَّ ِذين يت‬138( ‫َأن هَل م ع َذابا َألِيما‬ ِ َ ‫ب ِّش ِر الْمنَافِ ِق‬
{ ‫ني‬
َ ‫ين َْأوليَاءَ م ْن ُدون الْ ُمْؤ من‬
َ ََ ً ً َ ْ ُ َّ ‫ني ب‬ ُ َ
‫}َأيْبَتغُو َن ِعْن َد ُه ُم الْعَِّزةَ فَِإ َّن الْعَِّزةَ لِلَّ ِه مَجِ ًيعا‬
َ
Kabarkanlah kepada orang-orang munafik bahwa mereka akan
mendapat siksaan yang pedih. (yaitu) orang-orang yang mengambil orang-
orang kafir menjadi teman-teman penolong dengan meninggalkan orang-orang
mukmin. Apakah mereka mencari kekuatan di sisi orang kafir itu? Maka
sesungguhnya semua kekuatan kepunyaan Allah (QS. An Nisa”,138-139)

3. Bicara sesuai dengan tingkat pengetahuan mereka


Beberapa orang mungkin tidak mendapatkan pendidikan atau ilmu yang
baik sehingga sulit untuk menerima kebenaran. Maka dekatilah dengan tingkatan
yang sesuai dengan pengetahuan mereka. Gunakan bahasa yang lebih mudah
dimengerti oleh mereka. Rasul bersabda, “Kami diperintah supaya berbicara
kepada manusia menurut kadar akal mereka masing-masing”. (HR. Muslim).

4. Tetap bersikap adil


Jika berhadapan dengan orang munafik yang mengadukan masalahnya
pada kita, hendaklah tetap berlaku adil sebagaimana memperlakukan mukmin
lainnya. Dalam hadits yang diriwayatkan oleh Bukhari dan Muslim, Rasulullah
‫ ﷺ‬bersabda:
“Sesungguhnya, kalian mengadukan perkara kepadaku, yang mungkin
saja sebagian di antara kalian lebih pandai ber-hujjah daripada yang lain
sehingga aku memutuskan perkaranya berdasarkan apa yang aku dengar.
Karenanya, siapa yang mendapatkan keputusan dariku dengan kuberikan
sesuatu yang sebenarnya menjadi hak saudaranya, hendaklah ia mengambilnya,
karena hal itu hanyalah segenggam dari api neraka.”

5. Sabar
Hal yang paling penting dalam menghadapi orang munafik adalah
bersabar. Tidak ada kekuatan yang lebih kuat dalam hati selain sabar. Allah
berfirman:
ِ َّ
ْ ِ‫َأجَر ُهم ب‬
‫َأح َس ِن َما َكانُوا َي ْع َملُو َن‬ ْ ‫صَبُروا‬ َ ‫َولَنَ ْج ِزيَ َّن الذ‬
َ ‫ين‬

“Dan, sesungguhnya Kami akan memberi balasan kepada orang-orang yang


sabar dengan pahala yang lebih baik dari apa yang mereka kerjakan”. (QS. An-
Nahl : 96)

ٍ ‫َأجر ُهم بِغَرْيِ ِحس‬


‫اب‬ ِ َّ ‫مَّنَا يوىَّف‬
َ َ ْ ‫الصابُرو َن‬ َُ

“Sesungguhnya hanya orang-orang yang bersabarlah yang dicukupkan pahala


mereka tanpa batas”. (QS. Az-Zumar : 10)

6. Menahan diri
Orang munafik adalah orang yang selalu berusaha mengajak kita
mengikuti kemunafikan mereka dengan tetap bertopengkan ‘Islam’. Mereka akan
terlihat begitu indah di mata kita, sebagaimana yang telah dijelaskan Allah dalam
Al Qur'an:

‫َأج َس ُام ُه ْم َوِإ ْن َي ُقولُوا تَ ْس َم ْع لَِق ْوهِلِ ْم‬


ْ ‫ك‬
ِ
َ ُ‫َوِإ َذا َر َْأيَت ُه ْم ُت ْعجب‬

Dan apabila engkau melihat mereka, penampilan mereka mengagumkanmu. Dan


jika mereka berkata, engkau (terpukau dan suka untuk) mendengarkan tutur
katanya. (QS. Al Munaafiquun : 4)

Hal inilah yang harus bisa kita hindari. Kekaguman pada mereka harus
bisa kita tahan. Sadari bahwa mereka hanya orang munafik yang telah dijanjikan
tempatnya di neraka oleh Allah ‫ﷻ‬. Keindahan yang mereka tunjukkan hanya
kebohongan belaka, sama seperti setiap perkataan yang mereka katakan.

‫صبَةٌ ِمْن ُك ْم ال حَتْ َسبُوهُ َشًّرا لَ ُك ْم بَ ْل ُه َو َخْيٌر لَ ُك ْم لِ ُك ِّل ْام ِرٍئ ِمْن ُه ْم َما‬ ِ
ْ ُ‫ين َجاءُوا بِاإلفْك ع‬
ِ َّ ‫ِإ‬
َ ‫َّن الذ‬
ِ ِ ِ ِ ِ ‫ا ْكتَس‬
‫يم‬ ٌ ‫ب م َن اإلمْثِ َوالَّذي َت َوىَّل كْبَرهُ مْن ُه ْم لَهُ َع َذ‬
ٌ ‫اب َعظ‬ َ َ

“Sesungguhnya orang yang membawa berita bohong itu adalah dari


golongan kamu juga. Janganlah kamu mengira berita itu buruk bagi kamu
bahkan itu baik bagi kamu. Setiap orang dari mereka akan mendapat balasan
dari dosa yang diperbuatnya. Dan barang siapa di antara mereka yang
mengambil bagian terbesar (dari dosa yang diperbuatnya), dia mendapat azab
yang besar (pula). “(QS. An Nuur : 11)

7. Keras
Jika orang munafik tersebut telah membuat kerusakan dan sangat sulit
dinasehati dengan baik, maka nasehatilah dengan keras. Allah berfirman:

ِ ِ ‫ني َوا ْغلُ ْظ َعلَْي ِه ْم ۚ َو َمْأ َو ُاه ْم َج َهن‬ ِِ ‌َ ‫اه ِد الْ ُكف‬
ِ ‫يا َأيُّها النَّيِب ج‬
ُ‫س الْ َمصري‬
َ ‫َّم ۖ َوبْئ‬
ُ َ ‫َّار َوالْ ُمنَافق‬ َ ُّ َ َ

Hai Nabi, berjihadlah (melawan) orang-orang kafir dan orang-orang munafik


itu, dan bersikap keraslah terhadap mereka. Tempat mereka ialah jahannam.
Dan itu adalah tempat kembali yang seburuk-buruknya. (QS. al-Taubah [9]: 73).
Mengapa akhirnya harus bersikap keras? Hal ini dikarenakan munafik
jauh lebih berbahaya dibandingkan kafir. Menghadapi musuh yang nyata jauh
lebih mudah dibandingkan dengan musuh dalam selimut. Allah berfirman;

“Orang-orang munafik laki-Iaki dan perempuan-perempuan, sebagian dari


sebagian yang Iain adalah sama, mereka menyuruh membuat yang munkar dan
melarang berbuat yang ma’ruf dan mereka menggenggam tangannya. Mereka
telah Iupa kepada Allah, maka Allah melupakan mereka. Sesungguhnya orang-
orang munafik itulah orang-orang yang fasik.” (QS. At-Taubah: 67)

‫ ” َما ِم ْن نَيِب ٍّ َب َعثَهُ اللَّهُ يِف‬: ‫ قَ َال‬، ‫صلَّى اللَّهُ َعلَْي ِه َو َسلَّم‬ ِ َ ‫ َأن رس‬،‫ود‬ ِ ‫عن عب ِد‬
ٍ ‫اهلل ب ِن مسع‬
َ َ ‫ول اللَّه‬ َُ ُْ َ َْ ْ َ
‫ مُثَّ ِإن ََّها‬، ‫اب يَْأ ُخ ُذو َن بِ ُسنَّتِ ِه َو َي ْقتَ ُدو َن بِ َْأم ِر ِه‬ ِِ ِ ِ ٍ
ْ ‫ َو‬، ‫ ِإاَّل َكا َن لَهُ م ْن َُّأمته َح َوا ِريُّو َن‬، ‫َُّأمة َقْبلي‬
ٌ ‫َأص َح‬
‫اه َد ُه ْم‬ ٌ ُ‫ف ِم ْن َب ْع ِد ِه ْم ُخل‬
َ ‫ فَ َم ْن َج‬، ‫ َو َي ْف َعلُو َن َما اَل يُْؤ َمُرو َن‬، ‫ َي ُقولُو َن َما اَل َي ْف َعلُو َن‬، ‫وف‬ ُ ُ‫خَت ْل‬
ِ ِِ ِ ِ ِِ ِ ِ ِِ
‫س‬ َ ‫ َو َم ْن َج‬، ‫اه َد ُه ْم بِل َسانه َف ُه َو ُمْؤ م ٌن‬
َ ‫ َولَْي‬، ‫اه َد ُه ْم ب َق ْلبه َف ُه َو ُمْؤ م ٌن‬ َ ‫ َو َم ْن َج‬، ‫بِيَده َف ُه َو ُمْؤ م ٌن‬
ِ َ‫ك ِمن اِإل مي‬
‫ َحبَّةُ َخ ْر َد ٍل‬، ‫ان‬ ِ
َ َ ‫َو َراءَ َذل‬

Abdullah bin Mas’ud ra. meriwayatkan bahwa Rasulullah ‫ﷺ‬. bersabda :


“Tidak ada seorang Nabi pun yang diutus Allah kepada suatu umat sebelumku
melainkan dari umatnya itu terdapat orang-orang yang menjadi pengikut setia
(hawariyyun) dan sahabatnya yang mereka mengambil sunnahnya dan mentaati
perintahnya. kemudian datang setelah mereka orang-orang yang mengatakan
apa yang mereka tidak lakukan dan melakukan apa yang tidak diperintahkan.
Barangsiapa yang memerangi mereka dengan tangannya, maka ia seorang
mukmin. Barangsiapa yang memerangi mereka dengan lisannya maka ia
seorang mukmin. Dan barangsiapa yang memerangi mereka dengan hatinya, ia
juga seorang mukmin. Selain itu, maka tidak ada keimanan sebesar biji
‫ﷺ‬ipun”. (HR. Muslim).
Itulah beberapa cara menghadapi orang munafik. Islam memperbolehkan
kita untuk memerangi orang munafik sebagai bagian dari jihad. Semoga kita
dijauhkan dari golongan orang munafik dan berada dalam barisan orang sholeh.
Aamiin
PERBEDAAN ‫ حلف‬- ‫أقسم‬

Allah dalam bersumpah tak pernah memakai lafal ‫ حلف‬melainkan


senantiasa melafalkan atau kata kerja ‫ أقسم‬atau cukup dengan huruf (adat) qasam
tanpa menyebut lafal tersebut. Lafal ‫ حلف‬berbeda konotasinya dari ‫ أقسم‬sebab lafal
‫ حلف‬tidak menjamin bahwa si pelaku sumpah (muqsim) berada diatas kebenaran.

Dengan demikian dapat dikatakan bahwa bersumpah dengan ‫ حلف‬belum


tentu pelakunya (muqsim) berada diatas kebenaran, tidak mustahil dia berpura-
pura agar orang lain percaya maka dia bersumpah. Disinilah terletak antara lain
perbedaan konotasi dua lafal sumpah itu, tidak salah bila dikatakan bahwa tidak
dapat digunakannya lafal ‫ حلف‬itu untuk sumpah oleh Allah dalam al-qur’an
menjadi salah satu indikasi bahwa semua sumpah yang terdapat dalam al-qur’an
adalah benar, tidak pura-pura apalagi berbohong.

HIKMAH MEMPELAJARI SURAT AN NUR AYAT 53-57

Kaum muslimin hanya diajarkan untuk mewaspadai mereka. Sebab siapa


yang tahu jika di antara mereka ada kembali ke jalan yang benar, menyesali masa
lalunya dan kembali bergabung dalam barisan kaum muslimin.

Prinsip bermuamalah dengan kaum munafiq adalah dengan melihat


zahirnya saja, sementara isi hatinya hanya Allah yang mengetahuinya.

Khilafah di muka bumi adalah kemampuan untuk membangun dan


memakmurkan bumi, bukan untuk menghancurkan dan membinasakan. Khilafah
di muka bumi adalah kesempatan untuk menegakkan keadilan dan ketenteraman
bukan untuk menzalimi dan menindas lawan. Khilafah adalah peluang untuk
menaikkan derajat kemanusiaan, bukan untuk menjatuhkan.

Khilafah semacam ini Allah janjikan kepada orang-orang yang beriman


dan beramal saleh, sebagaimana yang pernah terjadi pada masa-masa sebelumnya.
Seperti yang dilakukan Nabi Daud AS, Sulaiman AS, dan pemimpin-pemimpin
dari kalangan Bani Israil.
Janji Allah ini akan terus berlaku pada siapapun yang memenuhi syarat
ini sampai hari kiamat. Keterlamabatan peran kekhalifahan dan keteguhan agama
Allah di muka bumi ini sangat tergantung pada keterlambatan pemenuhan syarat
yang telah Allah tetapkan. Dan ketika mereka keluar dari jalur yang telah Allah
tetapkan itu, maka ia dianggap keluar dari janji Allah.

Ketika para sahabat mampu menjadi orang yang paling taat


dan istiqamah di jalan Allah sepeninggal Rasulullah shallallaahu ‘alaihi wa
sallam, maka mereka banyak memperoleh kemenangan. Mereka mampu
menampilkan kalimah Allah di Timur maupun di Barat. Allah berikan
pertolongan besar, sehingga mereka dapat menjadi hakim di seluruh bangsa di
dunia.

Dan ketika umat sesudahnya mulai mengendurkan kepatuhannya dalam


menjalankan perintah Allah, berkurang pula keberhasilan yang mereka peroleh.

Dan gerakan da’wah Islam tidak akan pernah padam, seperti yang telah
Rasulullah shallallaahu ‘alaihi wa sallam katakan: “Akan selalu ada dari umatku
ini sekolompok orang yang terus menampilkan kebenaran, tidak terganggu oleh
orang-orang yang mengolok-oloknya, apalagi yang menentangnya sampai hari
kiamat”.17

Dari itulah pada penutup janji ini Allah akhiri dengan perintah
menjalankan ibadah-ibadah pokok yaitu: mendirikan shalat, membayar zakat,
mentaati rasul, tidak merasa kecil karena kebesaran kaum kafir.

Inilah bekal untuk berkomunikasi dengan Allah. Meluruskan hati dengan


mendirikan shalat. Mengalahkan sifat pelit, mensucikan jiwa dan membangun
rekatan sosial dengan menunaikan zakat, mentaati rasul, ridha dengan hukum-
hukumnya, yang kecil maupun besar, menerapkan sistem yang Allah letakkan
untuk menata kehidupan.

17
Ibnu Katsir, Tafsir Al Qur’an Al Adhim, op cit, Jilid III h. 403
Kekuatan fisik kaum kafir tidak akan dapat menghentikan gerakan moral
kaum muslimin. Kekuatan umat ini adalah keimanan dan kepatuhannya kepada
Allah. Jiwa orang beriman akan melahirkan keajaiban-keajaiban.

KESIMPULAN

Sumpah sendiri memiliki banyak fungsinya di masyarakat kita , salah


satunya ialah sebagai salah satu prosedur dalam pelantikan jabatan di negara
yuridis seperti indonesia.Namun ditengah penerapannya ada ketidaksinkronan
antara sumpah dengan pelaksanaannya ,dengan adanya hal tersebut membuat
pengkaji qur'an berfikir problem solver dari masalah tersebut.Yakni ,memperbaiki
moralitas pribadi/individu dan menyikapi realita yang ada dengan bijaksana sealah
satu caranya adalah dengan mengamalkan sedikit telah penulis jabarkan pada
penelitian diatas. Berdasarkan penelitian, penulis menyimpulkan bahwa prinsip
bermuamalah dengan kaum munafiq adalah dengan melihat zahirnya saja,
sementara isi hatinya hanya Allah yang mengetahuinya. Sebagai obat bagi kaum
muslim, Allah memerintahkan kita untuk menjalankan ibadah-ibadah pokok yaitu:
mendirikan shalat, membayar zakat, mentaati rasul, tidak merasa kecil karena
kebesaran kaum kafir.

Anda mungkin juga menyukai