Anda di halaman 1dari 10

IMAN KEPADA MALAIKAT SEBAGAI UPAYA MENELADANI SIFAT-SIFATNYA

Sakinatul Mardiyah1, Salma Yulia Riztiyani2


Universitas Islam Negeri Kiai Haji Achmad Siddiq Jember

A. Pendahuluan
Iman kepada Malaikat merupakan salah satu pokok ajaran Islam yang merupakan salah
satu rukun Iman. Seperti yang diungkapkan Prof Quraish Shihab bahwa tidak sempurna
atau tidak sah iman seorang muslim, apabila tidak percaya adanya malaikat dengan sifat-
sifatnya yang dijelaskan agama. Malaikat yang dimaksud adalah salah satu jenis makhluk
ghaib (yang tak dapat di indrakan), Malaikat tidak memerlukan apapun yang bersifat fisik
atau jasmani mereka hanya menghabiskan waktunya untuk mengabdi kepada Allah.
Pengaplikasian keimanan kepada Malaikat bukan hanya sebatas mengetahui dan meyakini
keberadaannya namun dengan meneladani sifat-sifatnya, mengetahui tugas-tugasnya dan
jumlahnya yang tak terhingga. Malaikat adalah makhluk yang bertugas menyampaikan
sesuatu dari Allah Swt kepada makhluk. Seperti halnya dalam Firman Allah Qs Fathir ayat
1 yang berbunyi:

‫ض َجاعّ ّل الح َم ََلئّ َك ّة ُر ُسل‬ ّ َ‫ا حْلم ُد ّهَلِلّ ف‬


ّ ‫اط ّر ال هسماو‬
ّ ‫ات َو حاْل حَر‬ ََ ‫َح‬

Artinya: “Segala puji bagi Allah pencipta langit dan bumi, yang menjadikan malaikat
sebagai utusan-utusan (untuk mengurus berbagai macam urusan)”

B. Apa itu Malaikat

Dalam bahasa Arab, kata Malaikat diambil dari kata ‫ ملك‬yang mempunyai arti memiliki.
Namun Ulama berpendapat bahwa kata ‫ ملك‬berasal dari kata ‫ ملكة‬,‫ ألك‬yang berarti mengutus.
Malaikat diciptakan dari cahaya. Mereka mampu berubah bentuk sesuai yang mereka
inginkan. Para Malaikat berada pada puncak ketaatan kepada-Nya baik dalam perkataan
maupun perbuatan. Dalam tafsirnya al-Azhar buya hamka menyampaikan bahwa Malaikat
merupakan Hamba-hamba Allah yang bertambah tinggi penghambaannya, kemuliaannya
dan selalu setia melaksanakan perintah. Kemulian ini dapat dilihat dari penugasan Malaikat
oleh Allah serta pengucapan tasbih siang dan malam tanpa henti. Namun para Malaikat

1
211104010015
2
211104010043
tidak mempunyai kuasa untuk melakukan sesuatu atas kemauannya sendiri sebagaimana
dalam firman Allah Qs. An-Nahl ayat 50.

Malaikat tentunya bersih daripada sifat kemanusiaan.3 Perbedaan kedudukan salah


satunya pangkat. Dapat dilihat dari bentuk malaikat sendiri sebagaimana di dalam Qs fathir
ayat 1bahwa Allah memciptakan Malaikat berupa makhluk yang bersayap yang diantaranya
terdiri dari dua, tiga, empat dan bahkan lebih daripada itu serta cepat atau lambatnya
berpindah dari satu tempat ke tempat yang lain dalam melaksanakan perintah-perintah
Allah dan menyampaikan risalah-Nya.

C. Ayat-Ayat yang berkaitan dengan Malaikat


a. Ayat tentang Perintah Iman Kepada Malaikat

Iman kepada Malaikat merupakan salah satu rukun islam yang wajib di imani, perintah
tersebut telah tercantum di dalam Al-Qur’an surah al-baqarah ayat 285 yang berbunyi:

ٍۢ ٰۤ
ّ ّ ّ ّ ّ ّ ّ ّّّ ّ
‫َحد من‬ َ ‫ا َم َن الهر ُس حو ُل ِبَآ اُنح ّزَل الَحيه م حن هربّه َوالح ُم حؤمنُ حو َن ُكل ا َم َن ِّبَلِل َوَمل ِٕى َكته َوُكتُبهۦ َوُر ُسلهۦ ََل نُ َفر ُق بَ ح‬
َ ‫ْي أ‬ ّ ّ

ّ ‫ك الحم‬
‫ص حي‬ ‫ي‬َ‫ل‬ّ‫ُّرسلّ ّهۦ ۚوقَالُو۟ا َّسعناواَطَعنا غُ حفرانك ربهنا وا‬
َ ‫ُ َ َ حَ َ حَ َ َ َ َ َ َ ح‬
َ

Artinya: “Rasul [Muhammad] beriman pada apa [Al-Qur’an] yang diturunkan


kepadanya dari Tuhannya, demikian pula orang-orang mukmin. Masing-masing beriman
kepada Allah, malaikat-malaikat-Nya, kitab kitab-Nya, dan rasul-rasul-Nya. [Mereka
berkata], ‘Kami tidak membeda-bedakan seorang pun dari rasul-rasul-Nya.’ Mereka juga
berkata, ‘Kami dengar dan kami taat. Ampunilah kami, wahai Tuhan kami. Hanya kepada-Mu
tempat [kami] kembali.
Dalam ayat ini telah jelas perintah untuk mengimani keberadaan Malaikat, dan Allah
sendiri telah menetapkan kafir bagu mereka yang mengingkari keberadaan mereka, hal ini
sesuai dengan firman-Nya pada Qs An-Nisa ayat 136 yang berbunyi:

ۚ
‫َنزَل ّمن قَ ۡب ُل‬
‫أ‬ ‫ي‬‫ذ‬ّ ‫ب ٱله‬
ّ َّ‫ب ٱله ّذي نَهزَل علَى رسولّّهۦ و ۡٱلك‬
‫ت‬ ّ َّ‫ٱَلِلّ ورسولّّهۦ و ۡٱلك‬
‫ت‬ ّ ّ ّ‫ه‬
َ ٓ َ َُ َ َ ُ َ َ ‫ين ءَ َامنُ ٓواح ءَامنُواح ب ه‬ َ ‫يَٓأَيُّ َها ٱلذ‬
ٍۢ ۡ ّ ّ ٓ ۡ ّ ۡ ۡ ّّ ّّ ّّ ّ ّ ّ ۡ ۡ
‫ضلَ ََل بَعّيدا‬
َ ‫ٱَلِل َوَملَٓئ َكتهۦ َوُكتُبهۦ َوُر ُسلهۦ َوٱليَ وم ٱْلخر فَ َق َ ه‬
‫ل‬ ‫ض‬ ‫د‬ ‫َوَمن يَك ُفر ب ه‬

3
Irfan Abdurrahmat. “Penggambaran Malaikat dalam Al-Qur’an.” Skripsi. 2011
Artinya: Wahai orang-orang yang beriman, tetaplah beriman kepada Allah dan Rasul-
Nya dan kepada kitab yang Allah turunkan kepada Rasul-Nya serta kitab yang Allah turunkan
sebelumnya. Barangsiapa yang kafir kepada Allah, malaikat-malaikat-Nya, kitab-kitab-Nya,
rasul-rasul-Nya, dan hari kemudian, maka sesungguhnya orang itu telah sesat sejauh-jauhnya.
Iman kepada Malaikat menurut Imam Al-Razi dalam kitabnya Mafatihul Ghaib, dapat
diwujudkan ke dalam 4 hal: Pertama, Iman kepada wujud mereka sambil mengkaji apakah
mereka hanya ruh, memiliki jasad, atau bahkan memiliki keduanya. Kedua, meyakini bahwa
mereka suci dan bebas dari kesalahan. Malaikat senantiasa bertasbih siang dan malam dan rasa
nikmat yang mereka rasakan adalah ketika berdzikir kepada Allah dan ketaatan beribadah
kepada-Nya layaknya menghirup udara yang mereka rasakan. Ketiga, Meyakini bahwa mereka
adalah perantara antara Allah dan manusia. Setiap diantara mereka memiliki tugas mengurus
satu bagian dari alam semesta. Dan yang keempat meyakini bahwa kitab-kitab Allah yang
diturunkan kepada para nabi melalui perantara Malaikat. Tingkatan ini harus dijalani dalam
beriman kepada Malaikat semakin akal mendalami tingkatan tersebut maka semakin besar
sempurna keimanannya.4
Menurut Ar-Razi empat definisi diatas tidak dapat dipisah-pisahkan dan harus selalu
berkaitan, sebab empat definisi diatas yang menjadikan keimanan terhadap malaikat menjadi
utuh.
b. Ayat tentang Sifat Malaikat

‫حَب َوَكا َن ّم َن الح َكافّ ّرين‬


ََ ‫استَك‬
‫يس أ َََب َو ح‬
ّ ّ ‫ّه‬ ّ ّ ّ ّ
‫َوإّ حذ قُلحنَا للح َم ََلئ َكة ح‬
َ ‫اس ُج ُدوا ِل َد َم فَ َس َج ُدوا إَل إبحل‬

Artinya: “Dan (ingatlah) ketika kami berfirman kepada para malaikat, “Sujudlah! Kamu
kepada Adam” Maka sujudlah mereka kecuali iblis, ia enggan dan takabur dan ia temasuk
golongan orang-orang kafir.”

Maka Ibnu Katsir dalam kitabnya memaknai bahwa nabi Adam sangat dimuliakan oleh
para Malaikat dan hal ini merupakan permuliaan Allah yang sangat agung bagi nabi Adam dan
juga yang di anugerahkan kepada anak keturunannya, hingga ayat diatas berisi tentang kabar
bahwa Allah memerintahkan para Malaikat untuk bersujud kepada nabi Adam. sifat Malaikat
pada ayat ini adalah senantiasa patuh atas apa yang diperintahkan Allah kepadanya, sujudnya
para Malaikat kepada Adam adalah bentuk perwujudan rasa patuh kepada Allah. Buya hamka

4
Khoirun Nasikhin. “Malaikat dalam Perspektif Al-Qur’an (Studi Komparatif Penafsiran Muhammad Husein
Thabathaba’i dalam Tafsir Al-Mizan dan Fakhr Ar-Razi dalam Tafsir Mafatih Al-Ghaib.” Skripsi. 2008
juga mengatakan dalam Tafsirnya Al-Azhar bahwa sikap sujud para Malaikat kepada Nabi
Adam adalah sikap hormat dan memuliakan Allah atas apa yang diperintahkan-Nya.5

c. Ayat tentang Tugas Malaikat

‫ٱَلِلُ َولَ حو‬


‫َنزَل ه‬ ّ َ َ‫وح إّلَحي ّه َش حىءٌ َوَمن ق‬
َ ‫ال َسأُن ّزُل مثح َل َمآ أ‬
ّ ‫ال أ‬
‫ُوح َى إّ َه‬
َ ُ‫َل َوََلح ي‬ ‫َوَم حن أَظحلَ ُم ِّمه ّن ٱفح ََتَى َعلَى ه‬
َ َ‫ٱَلِلّ َك ّذِب أ حَو ق‬
ّ ‫َخ ّرجو۟ا أَن ُفس ُكم ۖ ٱلحي وم ُحُتزو َن ع َذاب ٱ حْل‬
‫ون ِّبَا ُكنتُ حم‬ ّ ۟ ّ ّٓ ّ ّ ّ ّ ٓ ‫تَر‬
ُ َ َ ‫ى إّذ ٱلظهل ُمو َن ِّف َغ َمَرت ٱلح َم حوت َوٱلح َملَئ َكةُ َِبسطُٓوا أَيحدي ّه حم أ ح ُ ٓ َ ُ َ ح َ َ ح‬ َ
‫ٱَلِلّ َغ ح َي ٱ حْلَ ّق َوُكنتُ حم َع حن ءَايَتّ ّهۦ تَ حستَكّحَبُو َن‬
‫تَ ُقولُو َن َعلَى ه‬

Artinya: Siapakah yang lebih zalim daripada orang-orang yang mengada-adakan


dusta terhadap Allah atau yang berkata, “Telah diwahyukan kepadaku,” padahal tidak
diwahyukan sesuatu pun kepadanya dan orang yang berkata, “Aku akan mendatangkan seperti
yang diturunkan Allah.” Seandainya saja engkau melihat pada waktu orang-orang zalim itu
(berada) dalam kesakitan sakratulmaut, sedang para malaikat memukul dengan tangannya
(sembari berkata), “Keluarkanlah nyawamu!” Pada hari ini kamu akan dibalas dengan azab
yang sangat menghinakan karena kamu mengatakan terhadap Allah (perkataan) yang tidak
benar dan (karena) kamu menyombongkan diri terhadap ayat-ayat-Nya.

Ibnu Katsir menafsirkan Kata “Ghamratil Maut” yang mempunyai arti sekarat dan
kesusahan menjelang kematian. Serta malaikat maut mencabut nyawa orang-orang zhalim
dengan sangat menakutkan serta datang dengan tangannya sambil memukul mereka dan orang-
orang zalim tersebut merasa kesusahan menjelang kematiannya. Sedangkan Buya Hamka
dalam tafsirnya mengatakan bahwa Malaikat datang kepada orang-orang zhalim seraya
mengulurkan tangannya yang ngeri dan menakutkan dan kata “Ghamratil Maut” diartikan
dengan orang yang telag berada dalam suasana huru-hara maut.

D. Sifat-Sifat Malaikat
Malaikat merupakan kata jamak dari kata “malak” yang mempunyai arti kekuatan
berasal dari kata “alalukah” yang berarti risalah atau misi. Malaikat adalah makhluk Allah yang
diciptakan dari cahaya, mereka mampu berubah bentuk sesuai keinginan mereka dan diantara
mereka ada yang diutus untuk mengatur alam semesta, menyampaikan wahyu kepada nabi, dan
ada juga yang khusus beribadah kepada Allah Swt. Mereka mempunyai ciri dan sifat khusus

5
Irfan Abdurrahmat. “Penggambaran Malaikat dalam Al-Qur’an.” Skripsi. 2011
sebagaimana dikabarkan oleh ayat-ayat al-qur’an bahwa malaikat mempunyai sayap dan dapat
menampakkan diri di hadapan manusia yang dikehendaki Allah Swt.
Malaikat adalah hamba Allah yang mulia dan tidak sama dengan makhluk lainnya
sepertinya adanya perbedaan jenis laki-laki atau perempuan. Malaikat adalah makhluk yang
tidak pernah lelah dan lengah dalam beribadah, bertasbih dan tidak angkuh. Namun meskipun
malaikat mentaati perintah Allah mereka juga memiliki kemampuan untuk meraih pengetahuan
dan mempertanyakan sesuatu yang ingin mereka ketahui, mereka tidak mampu menyelediki
namun sebatas menerima dan melaksanakan apa yang diajarkan oleh Allah saja. Telah
dijelaskan di dalam Al-Qur’an tentang pentingnya beriman kepada malaikat bukan hanya
sekedar mengimani keberadaannya, namun juga meneladani sifat-sifatnya. Maka berikut
beberapa sifat-sifat malaikat Allah yang wajib diteladani.
1. Ketaatan dan kedisiplinan
Pada umumnya Malaikat mempunyai karakter-karakter yang merupakan formulasi dari
seluruh nilai-nilai keutamaan (fadhail), yaitu: Malaikat memiliki kesempurnaan ilmu (al-ilm
al-kamil). Malaikat adalah Makhluk yang memiliki kesempurnaan dalam hal penjagaan diri
(iffah) dari nafsu syahwat, karena itu mereka menjadi simbol dalam pengendalian diri dari
godaan nafsu. Malaikat selamanya menjadi makhluk yang senantiasa menghindari maksiat
kepada Allah.6 Tidak hanya itu, sifat Taat dan Patuh Malaikat atas apa yang diperintahkan oleh
Allah Swt juga tercantum di dalam Qs Al-A’raf ayat 11 yang berbunyi:

‫ين‬ ّّ ّ ّّ ّ ّ ّ ّ
َ ‫يس ََلح يَ ُك حن م َن ال هساجد‬
َ ‫ِلد َم فَ َس َج ُدوا إَل إبحل‬
َ ‫اس ُج ُدوا‬
‫ص هوحرََن ُك حم ُثُه قُلحنَا للح َمَلئ َكة ح‬
َ ‫َولََق حد َخلَ حقنَا ُك حم ُثُه‬
Artinya: Sesungguhnya Kami telah menciptakan kamu (Adam), lalu Kami bentuk tubuhmu,
kemudian Kami katakan kepada para malaikat, "Bersujudlah kamu kepada Adam," maka
mereka pun bersujud kecuali iblis. Dia tidak termasuk mereka yang bersujud.
Sifat Kepatuhannya juga ditunjukkan atas kehati-hatiannya dalam memberikan syafa’at
kepada manusia, yakni hanya kepada mereka yang di ridhai oleh Allah. Maka dengan
memaknai bukti-bukti ketaatan malaikat kepada Allah Swt, dapat diterapkan dalam kehidupan
manusia diantaranta dengan:
1. Berbuat dan beramal sesuai dengan amal perbuatan mereka dengan merealisasikan
ketaatan kepada Allah Swt dengan mengurangi kedurhakaan kepada-Nya
2. Meyakini keberadaannya sebagai makhluk ghaib

6
Mulyana Abdullah. “Meneladani Sifat-Sifat Malaikat Allah sebagai bentuk Mengimani Adanya Malaikat.”
Jurnal Pendidikan Islam. 147-156
3. Berupaya menyesuaikan diri dengan sifat-sifat mereka dan menjadikan mereka
idealisme dalam kesempurnaan ilmu dan kebaikan perilaku.
2. Pengendalian diri dari perilaku negatif

Di dalam Agama telah diajarkan agar manusia dapat mengendalikan diri dari perbuatan
buruk, baik yang dilakukan secara terang-terangan ataupun sembunyi. Keimanan kepada
alam ghaib nyatanya menjadi krisis moral yang melanda diri manusia hingga menyebabkan
lepas kendali, bebas nilai dan berbuat seenaknya tanpa ada rasa bersalah. Manusia hanya
mempertimbangkan adanya pujian atau celaan dari manusia lain di sekitarnya, tanpa
mempertimbangkan perilakunya apakah baik atau buruk.

Menurut Al-Mubarakfuri ia berpendapat bahwa ada dua pengaruh besar atas pengendalian
diri Manusia, yaitu pengaruh negatif setan dan pengaruh positif malaikat. Setan berupaya
mempengaruhi dan menggoda hati manusia untuk berbuat kejahatan serta mengingkari
kebenaran-kebenaran agama. Adapun malaikat, ia senantiasa mengimbangi pengaruh negatif
tersebut dan mengalihkannya kepada kebaikan dan penerimaan kebenaran- kebenaran agama.
Seperti halnya yang diungkap dalam QS. Hud ayat 73.

‫ت ۚ إّنههُ َْحّ ي ٌد َمّ ي ٌد‬


ّ ‫أَه ل ا لحب ي‬ ّ‫اَلِلّ ۖ ر حْح ت ه‬ ّ ّ‫قَا لُوا أَتَ ع ج ب‬
‫اَلِل َوبَ َر َك اتُهُ عَ لَيح كُ حم ح َ َ ح‬ ُ َ َ ‫أَم رّ ه‬‫ْي م حن ح‬
َ َ ‫ح‬

Artinya: “Para malaikat itu berkata: "Apakah kamu merasa heran tentang ketetapan
Allah? (Itu adalah) rahmat Allah dan keberkatan-Nya, dicurahkan atas kamu, hai ahlulbait!
Sesungguhnya Allah Maha Terpuji lagi Maha Pemurah."

Maka telah jelas bahwa pada hakikatnya Malaikat selalu melakukan proses pendidikan
sepanjang hidup kepada manusia dengan mengarahkan dan memberikan stimulasi pada sisi-
sisi kebaikan dalam hati manusia. Dengan demikian, orang yang beriman merasakan adanya
tuntunan dan kontrol melekat pada diri mereka, yang pada hakikatnya berasal dari bisikan-
bisikan (llham) malaikat.

3. Rasa Tanggung Jawab

Di dalam konsep Pendidikan islam nilai responsibilitas/rasa tanggung jawab (syu’urbil


mas’uliyyah) menjadi sebagai dasar sistem pendidikan rohaniah bahwa kesadaran akan adanya
tanggung jawab memberi pengaruh penting dalam pembinaan pribadi individu dan masyarakat.
Dalam konsep keimanan kepada malaikat, diyakini adanya malaikat yang mendatangi dan
menanyai setiap manusia dalam kubur. Manusia akan dimintai pertanggungjawaban mereka
atas apa yang mereka perbuat selama di dunia, sebagaimana difirmankan Allah Swt di dalam
Al-Qur’an surah Al-Zalzalah ayat 6:

‫هاس أَ حش تَاًت لّ ُيَ حوا أَعح َم ا َْلُ حم‬


ُ ‫ص ُد ُر ال ن‬
ّ
‫يَ حومَ ئ ذ يَ ح‬

Artinya: “Pada hari itu manusia ke luar dari kuburnya dalam keadaan yang bermacam-
macam, supaya diperlihatkan kepada mereka (balasan) pekerjaan mereka.”

Keimanan ini mengandung nilai yang dapat dijadikan dasar dalam menanamkan rasa
tanggung jawab atas segala tindakan mereka, sekaligus memberikan indoktrinasi bahwa setiap
perbuatan, baik dan buruk, pasti mendapat ganjaran. Dan balasan itu merupakan konsekuensi
yang harus diterima oleh setiap manusia. Dengan demikian, hal itu memberikan harapan bahwa
pembentukan manusia yang beriman dan bertakwa, yang diwarnai oleh moral keimanan,
bukanlah suatu idealisme yang mustahil terwujud.

4. Senantiasa berdzikir dan mengangungkan Allah

Seperti yang kita ketahui bahwa Malaikat merupakan Makhluk Allah yang paling taat dan
sangat dimuliakan dan tidak pernah sekalipun ingkar. Sebagaimana diungkap dalam Al-Qur’an
surah Fushshilat ayat 38 yang berbunyi:

ّ‫ه‬
َ ‫س بّحُ و َن لَهُ ِّب ل لهيح ّل َوالن‬
‫هه ا رّ َو ُه حم ََل يَ ح‬
‫س أَمُ و َن‬ َ ّ‫ين عّ نح َد َرب‬
َ ُ‫ك ي‬ َ ‫اس تَ حك ََبُوا فَا ل ذ‬
ّ
‫فَإّ ن ح‬

Artinya:“Jika mereka menyombongkan diri, maka mereka (malaikat) yang di sisi Tuhanmu
bertasbih kepada-Nya di malam dan siang hari, sedang mereka tidak jemu-jemu.”

E. Jumlah dan Tugas Malaikat

Manusia perlu mengetahui dan meyakini bahwa jumlah Malaikat tidak terhingga
banyaknya. Dan beberapa riwayat menggambarkan jumlah malaikat di sebuah tempat. Salah
satunya seperti hadits shahih yang diriwayatkan oleh Imam Bukhari dan Muslim yang
berbunyi:

Artinya: “Neraka Jahanam pada hari kiamat memiliki tujuh puluh ribu kendali, setiap
kendali ditarik oleh tujuh puluh ribu malaikat.”

Dan tentunya hal ini berdasarkan firman Allah Qs. Al-Mudatsir ayat 31

َ ّ‫ود َرب‬
‫ك إّهَل ُه َو‬ َ ُ‫َوَما يَ حعلَ ُم ُجن‬
Artinya: Dan tidak ada yang mengetahui tentara (Malaikat) Tuhanmu melainkan Dia sendiri.

Maka hanya Allah-lah yang mengetahui jumlah Malaikat, yang pasti jumlahnya sangat
banyak meskipun mereka tidak beranak-pinak. Meskipun ada beberapa ayat Al-Qur’an yang
menyebutkan jumlah malaikat namun penyebutan itu hanya kepada kasus, situasi, tempat
terntentu dan bukan penggambaran tentang jumlah keseluruhan dari Malaikat.7

Dari beberapa jumlah Malaikat yang sangat banyak, ada sepuluh Malaikat yang wajib
kita imani yang disebutkan di dalam Al-Qur’an, diantaranya:

1. Malaikat Jibril (Ruh al-Qudus/Ruh al-Amin) yang merupakan penghulu dari segala
malaikat dan sangat terkemuka. Memiliki tugas sebagai perantara antara Allah dan para
Nabi serta Rasul untuk menyampaikan wahyu dan petunjuk.
2. Mikail, memiliki tugas untuk mengatur pemberian rizki kepada seluruh makhluk yang
ada di alam.
3. Israfil (Shahib al-Shur) mempunyai tugas meniup Shur (sangkakala) ketika manusia
dibangkitkan dari kubur.
4. Izrail (Malak al-Maut) bertugas mencabut nyawa makhluk, yakni manusia, jin dan
dirinya sendiri dengan senantiasa memantau manusia serta benda-benda yang bernyawa
beberapa puluh kali dalam semalam.
5. Munkar, penjaga kubur sekaligus penanya kepada manusia di alam kubur
6. Nakir, bertugas menjaga kubur (bersama malaikat Munkar) yang menanyakan manusia
tentang enam pokok permasalahan meliputi Tuhan, Agama, Nabi/Rasul, Kitab, Qiblat
dan Teman (saudara)
7. Raqib mempunyai tugas untuk mencatat amal baik manusia
8. Atid, bertugas mencatat amal buruk manusia
9. Malik, menjaga Neraka
10. Ridwan, menjaga Surga

Disamping Malaikat yang bertugas dalam alam semesta dan yang berkaitan dengan
manusia, tentunya malaikat mempunyai pekerjaan tersendiri di alam roh berupa bertasbih
serta patuh dan tunduk sepenuhnya kepada Allah, memikul arasy, memberi salam kepada
ahli syurga, menyiksa ahli neraka, menjaga langit pertama hingga ketujuh. Dan tugas di
Alam dunia yang berkaitan dengan manusia seperti mengirimkan angin, udara,

7
Abdul Rauf. “Malaikat dalam Perspektif Al-Qur’an (Kajian Komparatif Penafsiran al-Tabari dan Quraish
Shihab).” 75-97
menurunkan hujan, mengiring awan, mengilhamkan kepada manusia kebaikan dan
kebenaran, memohon rahmat untuk kaum mukmin dan masih banyak lainnya.8

F. Kesimpulan

Percaya kepada malaikat merupakan salah satu pokok ajaran Islam yang merupakan
salah satu rukun Iman. Oleh karenanya, mengimani malaikat Allah bukanlah hanya sebatas
mengetahui dan meyakini keberadaannya, hal yang jauh lebih penting adalah mengetahui,
memahami, dan meneladani sifat-sifatnya dimana para malaikat Allah ini asalah makhluk
yang senantiasa taat dan sujud kepada Allah Swt. yang tidak pernah sedikitpun berbuat
dosa. Malaikat merupakan makhluk gaib yang tidak dapat digapai oleh potensi inderawi
manusia, namun dengan potensi intuitif (quwwah wijdaniyah)-nya, seorang yang beriman
dapat merasakan keberadaan malaikat tersebut dan berupaya mengadaptasikan pikiran dan
perilakunya dengan nilai-nilai moral yang dirasakannya berada dalam hubungannya
dengan malaikat.

8
Halipah Hamzah. “Kedudukan Para Nabi, Malaikat dan Jin menurut Perspektif Islam.” 257-258
DAFTAR PUSTAKA

Abdullah, Mulyana. 2018. “Meneladani Sifat-Sifat Malaikat Allah sebagai bentuk Mengimani
Adanya Malaikat” Jurnal Pendidikan Agama Islam. Vol.16 No. 2, 147-156

Abdurrahmat, Irfan. “Penggambaran Malaikat dalam Al-Qur’an.” Skripsi, UIN Syarif


Hidayatullah Jakarta, 2011

Hamzah, Halipah. 2009.“Kedudukan Para Nabi, Malaikat dan Jin menurut Perspektif Islam.”
Estem Academic Journal. Vo.5 No.2, 257-258

Maqam, Shohibul. “Malaikat, Jin dan Setan.” Makalah, UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta, 2019

Nasikhin, Khoirun.“Malaikat dalam Perspektif Al-Qur’an (Studi Komparatif Penafsiran Muhammad


Husein Thabathaba’i dalam Tafsir Al-Mizan dan Fakhr Ar-Razi dalam Tafsir Mafatih Al-
Ghaib.” IAIN Walisongo Semarang. Skripsi. 2008

Rauf, Abdul. 2020.“Malaikat dalam Perspektif Al-Qur’an (Kajian Komparatif Penafsiran al-
Tabari dan Quraish Shihab).” Sumbula. Vol.5 No. 1, 75-97

Anda mungkin juga menyukai