A. Pendahuluan
Pada dasarnya alam semesta merupakan segala sesuatu selain allah swt, karenannya
cakupan alam sangat luas sekali, alam semesta yang diciptakan begitu luar biasa
menyimpan banyak rahasia di mulai dengan proses penciptaan yang begitu rumit dan
penghuninya yang beragam menjadi sebuah kajian yang menarik, dalam sumber islam,
ketika al-quran membicarakan tentang alam semesta (universe), al-quran tidak
membahasnya secara detail hanya membahas garis besarnya saja karena al-quran bukanlah
kitab kosmologi atau buku ilmu-ilmu pengetahuan umumnya yang menguraikan
penciptaan alam secara sistematis.
Mengetahui esensi dari alam raya ini merupakan hal sangat urgen dan mendasar
bagi setiap manusia, itu terbukti tidak hanya agama islam saja yang berusaha menguraikan
hakikat penciptaan alam. Itu terbukti dalam ajaran Kristen dalam biblenya (al-kitab)
dinyatakan bahwa penciptaan alam ini juga terjadi melalui beberapa fase. Bahasan tentang
alam semesta merupakan bahasan yang kompleks penuh dengan teka-teki, sehingga akal
manusia tanpa perantara piranti agama dan studi empiris (kosmologi) niscaya tak akan
dapat sampai mengambil kesimpulan-kesimpulan atau jawaban-jawaban di seputarnya.
Alam semesta yang di ciptakan oleh allah merupakan anugrah yang sangat luar
biasa bagi manusia, Pengertian manusia menurut pandangan Islam, manusia itu makhluk
yang mulia dan terhormat di sisi-Nya, yang diciptakan Allah dalam bentuk yang amat baik.
Manusia diberi akal dan hati, sehingga dapat memahami ilmu yang diturunkan Allah,
berupa al-Quran menurut sunah rasul. Dengan ilmu manusia mampu berbudaya. Allah
menciptakan manusia dalam keadaan sebaik-baiknya (at-Tiin : 95:4).
B. Hakikat alam semesta
Alam adalah segala sesuatu yang ada dilangit dan di bumi1. Alam juga di
definisikan sebagai “the universe; word; condition, state of being”2 alam berasal dari
Bahasa arab “Al-Alam” satu akar kata dengan ilmu (al-‘ilm, pengetahuan dan al-‘alamah
pertanda), dalam Bahasa arab semua kata yang tersusun dari huruf ‘ain, lam dan mim dalam
1
Hasan Alwi “Kamus Besar bahasa Indonesia”(Jakarta: Balai pustaka.2003) h. 22
2
Thomas petrick hughes, dictionary of islam (new delhi: adam publisher, 2006) h 13
1
berbagai bentuknya untuk menggambarkan sesuatu yang sedemikian jelas sehingga tidak
menimbulkan keraguan.3 Jadi dapat disimpulkan bahwa alam semesta ini adalah petanda
adanya sang maha pencipta yaitu tuhan yang maha esa. Alam dalam Bahasa Yunani disebut
cosmos yang berati “serasi, harmonis” karena ala mini ada dalam keserasian dan
keharmonisan berdasarkan hukum-hukum yang teratur.4
Dalam tafsir al-misbah karya prof. Quraish shihab alam adalah semua yang maujud
selain allah swt, baik yang telah diketahui maupun belum yang di ketahui manusia,5 dalam
islam segala sesuatu selain allah, yang dapat diamati dan didekati melalui pengindra
manusia disebut sebagai alam syahadah, ia merupakan fenomena, sementara itu, segala
sesuatu selain allah yang tidak dapat diamati dan didekati melalui indra manusia disebut
sebagai alam ghaib karenanya ia adalah noumena.6
Dalam al-Quran terma alam hanya ditemukan dalam bentuk pliral yaitu alamin,
kata ini berulang 73 kali dan tersebar pada 30 surah. Hemat penulis penggunaan bentuk
plural ini mengindikasikan bahwa alam semesta ini banyak atau beraneka ragam,
pemaknaan ini konsisten dengan konsep islam bahwa hanya allah yang ahad, maha tunggal,
disamping itu sebagai penegasan terhadap konsep islam tentang alam semesta yaitu segala
sesuatu selain allah.
C. Konsep Penciptaan Alam Dalam Al-Qur’an
Al-Quran sebagai sumber ajaran inti agama islam diturunkan untuk menjelaskan
kepada manusia. Namun, ketika al-quran berbicara tentang alam semesta ini tidak
membahasnya secara detail, hanya membahas secara garis besarnya saja, dalam al-quran
hanya mengatakan bahwa alam semesta beserta segala sesuatu yang hendak di ciptakan
allah didalamnya tercipta sekedar dengan firmannya: “jadilah” (2;117 3;47, 59 6;73 16;40
19:35; 36:82 40:68)7
3
Quraisy shihab, ensiklopedia Al-quran h. 17
4
Nurcholis majid, islam doktrin dan peradaban (Jakarta: para madina, 1992) h 289
5
M. Quraish Shihab. “Tafsir Al Misbah:Pesan, Kesan Dan Keserasian Al-Quran”. (Jakarta: Lentera Hati 2009). H 32
6
Al rasyidin, falsafah pendidikan islam: memanun kerangka ontology episttimologi dan aksiologi praktik Pendidikan
(bandung:citapusaka media perintis, 2008) h 3
7
Semua redaksi ayat-ayat al-quran tersebut adalah “kun (jadilah) maka atas kehendak allah segala sesuatu
tersebut ada, maka menjadi (fayakun) lihat fazlur rahman, tema pokok al-quran hal 95
2
informasi dalam al-quran terkait penciptaan ala mini terungkap dengan berbagai
kata yang di gunakan di antaranya adalah bad’, ja’l, kholq (semua kata-kata tersebut dalam
term ini adalah menciptakan)
Artinya Allah Pencipta langit dan bumi, dan bila Dia berkehendak (untuk
menciptakan) sesuatu, maka (cukuplah) Dia hanya mengatakan kepadanya: "Jadilah!"
Lalu jadilah. (QS. Al-Baqoroh /2:117)
sedangkan teori teori modern mengenai proses penciptaan alam semesta, seperti
teori big bang karya monumental dari Stephen hawking adalah salah satu literatur yang
masyhur dan banyak kita ketahui, tapi sesungguhnya teori ini telah di kemukakan al-quran
jauh empat belas abad yang lalu. Seperti didiskripsikan oleh al-Quran QS al-anbiya/21:30.
اُهَا ۖ َو َج َع ألنَا ِم َن الأ َم ِاء ُك َّل َش أي ٍء َح ٍيي ۖ أَفَ ًَل يُ أؤِمنُو َن
ُ َض َكانَتَا َرتأ ًقا فَ َفتَ أقن ِ َّ َن
َ الس َم َاوات َو أاْل أَر َّ ين َك َف ُروا أ ِ َّ
َ أ ََوََلأ يََر الذ
Dan apakah orang-orang yang kafir tidak mengetahui bahwasanya langit
dan bumi itu keduanya dahulu adalah suatu yang padu, kemudian Kami pisahkan
antara keduanya. Dan dari air Kami jadikan segala sesuatu yang hidup. Maka
mengapakah mereka tiada juga beriman?
Jika kita memahami ayat tersebut dengan teori big bang adalah sebagai berikut:
“universum lahir dari sebuah ledakan yang maha dahsat yang berasal dari materi dalam
keadaan super kerapatan dan super panas, keterpaduan ruang dan materi dapat dipahami
jika keduanya berada pada satu titik; singularitas fisis yang merupakan volum yang
berisikan seluruh materi, sedang pemisalanya adalah terjadinya ledakan dahsyat yang
melontarkan materi keberbagai penjuru dan berkembang dengan cepat sehingga tercipta
8
Ibn jarir al-thabari, maktabar al-Trikh wa al-Hadlarah h.20 juz 1
4
universum yang berekspansi, kejadian ini difikirkan sekitar 15 tahun yang lalu. Sebelum
ledakan besar ini tidak ada energi, tidak ada materi dan tidak ada ruang dan waktu, sebab
dalam satu titik ada di sana dan disitu.9
Sejak terjadinya big bang alam semesta ini berkembang secara evolutive, ia mulai
dengan kabut hydrogen yang berputar melanda dan berputar melalui ruang. Alam semesta
penuh dengan asap yang renggang dari gas yang melimpah ini merupakan 90% dari materi
kosmos ini. Hal ini sejalan dengan apa yang di katakan al-Quran bahwa awal dari
penciptaan langit itu masih berupa asap seperti dalam QS fushilat/41:9-12
9
A. baiquni, Al-quran, ilmu pengetahuan dan teknologi (Yogyakarta: PT dana bakti prima yasa, 1996) h 40
5
َّه َار يَطألُبُهُ َحثِيثًا ِ ٍ ِ ِ َ ات و أاْلَر ِ َّ اَّلل الَّ ِذي خلَق
ض ِِف ستَّة أَََّّيم ُُثَّ أ
َ استَ َو ٰى َعلَى الأ َع أر ِش يُ أغشي اللَّأي َل الن الس َم َاو َ أ َ َ َُّ ا َّن َربَّ ُك ُم
ي ِ ُّ اَّلل ر ٍ والشَّمس والأ َقمر والنُّجوم مس َّخر
ات ِِب أَم ِرهِ ۗ أَََّل لَهُ أ
َ ب الأ َعالَمَ َُّ اْلَأل ُق َو أاْل أَم ُر ۗ تَبَ َارَك َ َ ُ َ ُ َ ََ َ َ َ أ
Menurut Quraish shihab bahwa penciptaan langit dan bumi dalam enam masa, dua
hari untuk penciptaan langit, dua hari penciptaan bumi dan dua hari untuk penciptaan
sarana mahluk,10 jika berbicara tentang sittati ayyam maka banyak perbedaan pendapat di
kalangan ulama. Kata yaum dengan jamaknya ayyam (tahapan) atau periode dalam al-
quran bukanlah di maksud dengan Batasan waktu antara terbenamnya matahari hingga
terbenamnya lagi esoknya seperti hari dibumi kita ini, menurut kalam arab dan kebanyakan
ayat-ayat al-quran kata ini dipakai untuk suatu masa atau periode (juz’ min al-zaman) yang
kadarnya tidak dapat ditentukan dan tidak ada seorangpun yang mengetahui hakikatnya
kecuali allah swt.
Dalam perspektif islam, tujuan penciptaan alam semesta ini pada dasarnya adalah
sarana untuk menghantarkan manusia pada pengetahuan dan pembuktian keberadaan dan
kemahakuasaan allah swt, secara ontologis adanya alam semesta ini mewajibkan adanya
zat yang mewujudkannya, keberadaan langit dan bumi mewajibkan adanya pencipta dan
yang menciptakan keduanya, dan penciptaan alam semesta ini menunjukan bahwa allah
dzat yang maha mencipta, yang ciptaannya tidak dapat di tandingi ataupun diduplikasi.
Sehingga, dalam konteks ini keberadaan alam semesta merupakan petunjuk yang sangat
10
M. Quraish Shihab. “Tafsir Al Misbah:Pesan, Kesan Dan Keserasian Al-Quran”(Jakarta: Lentera Hati 2009). vol
10
6
jelas keberadaann allah sebagai dzat yang maha pencipta, karena dengan mempelajari
tentang ciptaan allah ini akan membuat manusia semakin yakin akan keberadaan allah swt.
Menurut konsep al-Quran bahwa alam ini di ciptakan dengan tujuan untuk
memperlihatkan kepada manusia tanda-tanda keberadaan allah swt. QS/fushilat 41:53
11
M. Quraish Shihab. “Tafsir Al Misbah:Pesan, Kesan Dan Keserasian Al-Quran”(Jakarta: Lentera Hati 2009). vol
12 h. 91
7
dalam tempat yang kokoh (rahim). Kemudian nuthfah itu dijadikan darah beku (‘alaqah)
yang menggantung dalam rahim. Darah beku tersebut kemudian dijadikan-Nya segumpal
daging (mudghah) dan kemudian dibalut dengan tulang belulang lalu kepadanya ditiupkan
ruh (Q.S, Al Mu’minuun (23):12-14). Hadits yang diriwayatkan Bukhari dan Muslim
menyatakan bahwa ruh dihembuskan Allah swt. ke dalam janin setelah ia mengalami
perkembangan 40 hari nuthfah, 40 hari ‘alaqah dan 40 hari mudghah
Pada (Surah Al-A’la : 1-3), penciptaan atau kejadian manusia terbahagi kepada
tiga (3). Hal ini telah menjadi titik tolak kepada proses kejadian manusia dan menunjukkan
tanda-tanda kemuliaan manusia. Pertama, Allah telah menciptakan manusia pertama
daripada tanah (Adam). Kedua, penciptaan manusia kedua daripada bahan baku manusia
pertama (Hawa). Ketiga, penciptaan manusia daripada bahan baku manusia pertama
(Adam) dan manusia kedua (Hawa). Oleh itu, kita sebagai anak cucu Adam haruslah berasa
bangga kerana kita ini daripada sebaik-baik kejadian dan lebih mulia daripada makhluk
yang lain. Dalam Surah Al-Qiyamah (75 : 37-39),penciptaan manusia terbahagi menjadi
empat (4) tahap.
Dan dalam ayat lain "...dan Dia telah menciptakan segala sesuatu, dan Dia
menetapkan ukuran-ukurannya dengan serapi-rapinya" (QS. Al Furqaan (25) : 2)
Perpaduan antara Al Qur’an dengan hasil penelitian maka teori evolusi Darwin
ternyata tidak dapat diterima. Penelitian membuktikan bahwa kurun akhir (cenozoikum)
adalah masa dimana mulai muncul manusia yang berbudaya dan Allah menciptakan lima
kurun sebelumnya lengkap dengan segala isinya adalah untuk memenuhi kebutuhan yang
diperlukan oleh manusia. Hal ini dijelaskan oleh Allah di dalam salah satu firman-Nya :
"Dia-lah Allah, yang menjadikan segala yang ada di bumi untuk kamu dan
Dia berkehendak (menciptakan) langit, lalu dijadikan-Nya tujuh langit. Dan Dia
Maha Mengetahui atas segala sesuatu" (QS Al Baqarah (2) : 29)
8
benar!’. Mereka menjawab : ‘Maha Suci Engkau, tidak ada yang kami ketahui
selain daripada apa yang telah Engkau ajarkan kepada kami; Sesungguhnya
Engkaulah yang Maha Mengetahui lagi Maha Bijaksana (QS. Al Baqarah (2) : 31-
32)
Untuk memelihara kelebihan ilmu yang dimiliki oleh Adam a.s maka Allah
berkenan menurunkan kepada semua keturunannya agar derajat mereka lebih tinggi
daripada makhluk yang lain. Apabila kita menilik kepada literatur-literatur yang berkaitan
dengan masalah antropologi, maka akan tampak sekali keragu-raguan dari para ahli
antropologi sendiri, apakah Homo Sapiens itu benar-benar berasal dari Pithecanthropus
atau Sinanthropus, Setelah melalui berbagai pertimbangan akhirnya para ahli mengambil
kesimpulan bahwa Pithecanthropus dan Sinanthropus bukanlah asal (nenek moyang) dari
Homo Sapiens (manusia), tetapi keduanya adalah makhluk yang berkembang dengan
bentuk pendahuluan yang mirip dengan manusia kemudian musnah atau punah.
"Ingatlah ketika Tuhanmu berfirman kepada para Malaikat :
‘Sesungguhnya Aku hendak menjadikan seorang khalifah di muka bumi’. Mereka
berkata : ‘Mengapa Engkau hendak menjadikan (khalifah) di bumi itu orang yang
akan membuat kerusakan padanya dan menumpahkan darah, padahal kami
senantiasa bertasbih dengan memuji Engkau dan mensucikan Engkau?’. Tuhan
berfirman : ‘Sesungguhnya Aku mengetahui apa yang tdak kamu ketahui’."(QS. Al
Baqarah (2) : 30)
Dari ayat ini banyak mengandung pertanyaan, siapakah makhluk yang berbuat
kerusakan yang dimaksud oleh malaikat pada ayat diatas. Dalam literatur Antropologi
memang ada jawabannya yaitu sebelum manusia Homo Sapiens (manusia berbudaya)
memang ada makhluk yang mirip dengan manusia yang disebut Pithecanthropus,
Sinanthropus, Neanderthal, dan sebagainya yang tentu saja karena mereka tidak berbudaya
maka mereka selalu berbuat kerusakan seperti yang dilihat para malaikat.
Nama-nama mkhluk yang diungkapkan para ahli antropologi diatas dapat pula
ditemui dalam pendapat para ahli mufassirin. Salah satu diantaranya adalah Ibnu Jazir
dalam kitab tafsir Ibnu Katsir mengatakan :
9
"Yang dimaksud dengan makhluk sebelum Adam a.s diciptakan adalah Al
Jan yang kerjanya suka berbuat kerusuhan"
Dengan demikian dari uraian diatas maka dapatlah disimpulkan bahwa Adam a.s
adalah manusia pertama, khalifah pertama dan Rasul (nabi) pertama. Hal ini sesuai dengan
firman Allah :
"Dan tidak ada suatu umatpun (manusia) melainkan telah ada padanya
seorang pemberi peringatan (Nabi)" (QS. Fathir : 24) "Tiap-tiap umat mempunyai
Rasul" (QS. Yunus : 47)
F. Penutup.
Alam adalah tanda, di mana tanda tersebut menunjukan bahwa allah adalah maha
wujud, dan wujudnya allah terbukti dengan adanya alam ini, sedang tujuan penciptaan alam
semesta ini pada dasarnya adalah sarana untuk menghantarkan manusia pada pengetahuan
dan pembuktian keberadaan dan kemahakuasaan allah swt.
Selain memperlihatkan tanda dalam bentuk alam makro atas kekuasaan allah, maka
kemudian allah menunjukan kekuasaannya dalam alam mikro (diri manusia) Tujuan utama
penciptaan manusia adalah agar manusia menyembah dan mengabdi kepada Allah swt.
Sedangkan fungsi penciptaan manusia ke dunia, diklasifikasikan ke dalam tiga (3) pokok,
yaitu:
a) Manusia sebagai Khalifah Allah di muka bumi
b) Manusia sebagai Warosatul Anbiya’
c) Manusia sebagai ‘Abd (Pengabdi Allah)
10
Daftar Pustaka
A. Baiquni, Al-Quran, ilmu pengetahuan dan teknologi (Yogyakarta: PT dana bakti prima
yasa, 1996) h 40
Al rasyidin, falsafah pendidikan islam: memanun kerangka ontology episttimologi dan
aksiologi praktik Pendidikan (bandung:citapusaka media perintis, 2008)
Fazlur Rahman, tema pokok al-Quran hal 95
Hasan Alwi “Kamus Besar bahasa Indonesia”(Jakarta: Balai pustaka.2003)
Ibn jarir al-thabari, maktabar al-Trikh wa al-Hadlarah h.20 juz 1
Nurcholis majid, islam doktrin dan peradaban (Jakarta: para madina, 1992)
M. Quraish Shihab. “Tafsir Al Misbah:Pesan, Kesan Dan Keserasian Al-Quran”. (Jakarta:
Lentera Hati 2009).
M. Quraisy shihab, ensiklopedia Al-Quran
RI, Kementrian Agama. 2012. Penciptaan Manusia Dalam Perspektif Al-Qur’an & Sains.
Jakarta : PT Sinergi Pustaka Indonesia.
Thayyib, Haji Lalu Ibrahim M. 2010. Keajaibabn Sains Islam. Yogyakarta : Pinus Book
Publisher.
Thomas petrick hughes, dictionary of islam (new delhi: adam publisher, 2006)
11