Karya Ilmiah
Disusun Oleh:
BSA B
Ahmad Mizaj El Kafoor (2200028056)
A. Pendahuluan
Kitabullah adalah perkataan/kalimat yang firmankan oleh Alloh kepada para Nabi
dan Rosul. Beriman kepada kitabulloh merupakan salah satu pilar keimanan dalam
islam .terdapat 104 kitabullah yang telah diturunkan, tetapi umat islam hanya wajib
mengimani 4 kitab besar yaitu; Taurat, Injil, Zabur, Al-Quran.
Kitab Zabur diwahyukan kepada nabi Daud a.s untuk para umat nya, yaitu
bangsa bani israil. Mengutip buku pendidikan agama islam dan budi pekerti yang
diterbitkan kementerian pendidikan dan kebudayaan republik Indonesia 2014.
Kitab Zabur diturunkan pada abad 10 sm di Yerusalem dan isi dari kitab zabur
yaitu doa, dzikir, nasehat, hikmah dan di dalam zabur tidak ada syariat karena msh
mengikuti nabi musa dan mengenai adanya kitab zabur pada surat An-Nisa; 163
Kitab taurat diturunkan Allah kepada nabi Musa as sekitar abad 12 sm .dan
nabi musa menyampaikan ajaran taurat kepada bangsa bani israil .di dalamnya
berisi syariat ,mengenai adanya kitab taurat pada surat Al-Imran; 3
Kitab injil diwahyukan kepada nabi isa as pada awal abad 1 m dan ditulis melalui
bahasa suryani , kandungan injil sendiri menghapus hukum hukum yang dlu dan
perintah untuk percaya kepada Allah dan mengenai adanya kitab injil surat
maryamayat 30
Al quran diwahyukan kepada nabi muhammad saw pada abad ke 7 masehi atau
tahun 611-632 m
Dan al quran penyempurna untuk semua kitab kitab terdahulu karena tidak
sesuai pada zaman nya ,tetapi hebat nya al quran mengetahui apa yang akan
datang dan dapat memberi jawaban untuk kedepan nya ,
Yang kali ini akan kita bahasa adalah kitab Alloh yaitu al quran ,mengapa kita
mengambil tentang al quran ,semakin kita mengupass ataupun mencari tahu tentang
al quran semakin banyak pengetahuan dan kuasa allah yang akan kita dapatkan.
Yaitu tentang sains dalam al quran mengerti mukjizat ilmiah firman Alloh yang ditulis
oleh Dr ,nadiyah thayyarah.
B. Sains Dalam Al-Quran Di Bidang Astronomi
Pada pertengahan abad ke-20, dimulailah kompetisi ilmiah di antara berbagai
negara untuk menyingkap dan mempelajari rahasia antariksa, astronomi, dan
galaksi dengan sungguh-sungguh.
Kompetisi ini memengaruhi situasi militer saat itu dan menimbulkan tantangan
dan persaingan di antara negara-negara kuat di dunia untuk menjadi yang paling
hebat dalam bidang ini.
Yang mengagumkan, semakin hebat kemampuan ilmu ini untuk mengungkap
rahasia alam semesta, semakin bertambah pula keyakinan kita bahwa yang
menciptakan alam semesta ini adalah Dzat yang menurunkan al-quran yang mulia.
(D.r Zaghlul an-Najjar)
Dalil nya firman Alloh ta’ala:
ََوٱل َّس َمٓا َء بَن َۡي ٰنَهَا بَِأ ۡيي ْٖد َوِإنَّا لَ ُمو ِسعُون
Dan langit Kami bangun dengan kekuasaan (Kami), dan Kami benar-benar “
meluaskannya” (Adz-Dzariyat; 47)
D.Orbit Bintang-Bintang
;Alloh berfirman
اRRانَ َحلِي ًمRR ِد ۚ ِٓۦه ِإنَّ ۥهُ َكRد ِّم ۢن بَ ۡعRٖ R ِم ۡن َأ َحR َكهُ َماRٓا ِإ ۡن َأمۡ َسRRَ ُزواَل ۚ َولَِئن َزالَتRَض َأن ت
َ ت َوٱَأۡل ۡر
ِ ٰ َم ٰ َوRٱلس
َّ كُ R۞ِإ َّن ٱهَّلل َ يُمۡ ِس
ورا ٗ َُغف
"Sungguh,Allah yang menahan langit dan bumi agar tidak lenyap; dan jika keduanya
akan lenyap, tidak ada seorang pun yang mampu menahannya selain Allah.
Sungguh, Dia Maha Penyantun lagi Maha Pengampun." (Fathir: 41).
Ketika para astronom pada sepertiga pertama abad ke-20 menyadari bahwa
cahaya bintang-bintang berubah ke arah spektrum warna merah, mereka bertanya-
tanya; apakah ini berarti bahwa bintang-bintang itu bergerak menjauhi kita? Jika
benarbahwa bintang-bintang itu menjauhi kita, apa peran dari gaya gravitasi? Maka
timbullah perdebatan panjang selama semester pertama abad ke-20 hingga para
ilmuwan sepakat bahwa semesta tempat kita hidup ini terus-menerus mengembang.
Mereka pun menyebutkan bahwa karena alam bersifat mengembang, galaksi-
galaksi pun saling menjauh satu dari yang lain, dengan kecepatan mendekati
kecepatan cahaya (300 ribu kilometer per detik).
Oleh sebab itu, manusia tidak akan pernah bisa menemukan batas pinggir
alam yang bisa diamati. Pasalnya, setiap kali manusia mengembangkan peralatan
astronominya, alam pun mengembang, sehingga manusia perlu mengembangkan
peralatannya lagi. Al-Quran menggambarkan fakta ini dengan sangat detail, dalil nya
firman Allah:
ِ َوٱل َّس َمٓا َء بَن َۡي ٰنَهَا بَِأ ۡيي ْٖد َوِإنَّا لَ ُم
َوسعُون
"Dan, langit Kami bangun dengan kekuasaan (Kami) dan Kami benar-benar
meluaskannya." (Adz-Dzariyat: 47).
E.Matahari
Allah berfirman;
Allah berfirman;
بٞ و َكRۡ Rاجةُ َكَأنَّهَا َكَ ٱلز َجُّ صبَا ُح فِي ُز َجا َج ۖ ٍة ۡ صبَا ۖ ٌح ۡٱل ِم ۡ ورِۦه َك ِم ۡش َك ٰو ٖة فِيهَا ِم ِ ُض َمثَ ُل نِ ۚ ت َوٱَأۡل ۡر ِ ۞ٱهَّلل ُ نُو ُر ٱل َّس ٰ َم ٰ َو
ر َعلَ ٰىRٌ ار نُّوRۚٞ Rَهُ نR و لَمۡ تَمۡ َس ۡسRۡ Rَ ٓي ُء َولR ُضِ زَيتُهَا يۡ ي يُوقَ ُد ِمن َش َج َر ٖة ُّم ٰبَ َر َك ٖة ز َۡيتُون َٖة اَّل َش ۡرقِي َّٖة َواَل غ َۡربِي َّٖة يَ َكا ُد ّ ٞ ُد ِّر
ٰ ۡ َور ِهۦ َمن يَ َشٓا ۚ ُء َوي
ِ ۗ َّض ِربُ ٱهَّلل ُ ٱَأۡلمۡ ثَ َل لِلن
يمٞ ِاس َوٱهَّلل ُ بِ ُكلِّ َش ۡي ٍء َعل ِ ُور يَ ۡه ِدي ٱهَّلل ُ لِن ٖ ۚ ُن
"Allah adalah cahaya langit dan bumi. Perumpamaan cahaya-Nya seperti sebuah
lubang yang tidak tembus, yang di dalamnya ada lampu. Lampu itu di dalam tabung
kaca (dan) tabung kaca itu bagaikan bintang yang berkilauan, yang dinyalakan
dengan minyak dari pohon yang diberkahi, (yaitu) pohon zaitun yang tumbuh tidak di
timur dan tidak pula di barat, yang minyaknya (saja) hampir-hampir menerangi,
walaupun tidak disentuh api. Cahaya itu di atas cahaya (berlapis-lapis). Allah
memberi petunjuk kepada cahaya-Nya bagi orang yang Dia kehendaki, dan Allah
membuat perumpamaan-perumpamaan bagi manusia. Dan, Allah Maha Mengetahui
segala sesuatu." (An-Nur: 35).
Akurasi yang sangat tinggi yang terdapat dalam Al-Quran ini-yaitu tentang
pembedaan antara sinar yang terpancar dari benda pijar yang menyala dan bersinar
dari dirinya sendiri dengan cahaya yang dipantulkan oleh benda dingin yang
mendapatkan cahayanya dari sinar benda pijar tersebut-belum pernah diketahui
manusia kecuali setelah abad ke-19. Padahal, Al-Quran telah memaparkannya sejak
1.400 tahun yang lalu.
Dalam ayat-ayatnya, Al-Quran berbicara tentang kegelapan-kegelapan (dalam
bentuk jamak) dan cahaya (dalam bentuk tunggal), seakan-akan terdapat banyak
kegelapan dan hanya ada sedikit cahaya. Sains empiris kemudian datang dan
menegaskan bahwa lapisan cahaya yang mengelilingi bumi merupakan suatu
lapisan yang sangat tipis, yang ketebalannya tidak lebih dari 200 kilometer. Lapisan
cahaya itu pun hanya ada di sekeliling dari separuh bumi yang menghadap
matahari. Adapun sekeliling dari separuh bumi yang tidak menghadap matahari
merupakan lapisan gelap yang menyatu dengan kegelapan semesta yang sangat
pekat. Sinar matahari sendiri sebetulnya bukan cahaya murni yang berwarna putih
yang dinamakan nur (yang memungkinkan manusia untuk bisa melihat). Ketika sinar
matahari memasuki atmosfer yang melingkupi bumi, dimulailah penguraian sinar itu
oleh partikel-partikel atom padat dan uap air yang ada di udara, lalu sinar itu pun
berubah menjadi cahaya. Kemudian menjadi teranglah siang hari dan terang itu
membantu manusia untuk menjalani hidupnya. Kalau bukan karena karakter sinar
matahari yang demikian itu, tentu manusia sama sekali tidak akan mampu menjalani
kehidupannya di permukaan planet bumi ini.
Jadi, matahari pada siang hari hanya terdapat pada rentang 200 kilometer di
atas permukaan bumi yang mendapatkan cahaya terang. Lalu, apa yang terjadi di
luar rentang 200 kilometer tersebut? Yang terjadi adalah kegelapan yang amat pekat
dan matahari hanyalah sebuah titik berwarna biru pada lembaran hitam yang sangat
legam.
Sepanjang sejarah, manusia mengira bahwa mataharilah yang menampakkan
siang, sedangkan Al-Quran menyatakan bahwa sianglah yang menampakkan
matahari. Sesungguhnya sinar matahari yang sangat terang itu tidak bisa dilihat
kecuali pada lapisan tipis atmosfer bumi yang menghadap matahari. Jadi, yang
membuat matahari tampak adalah lapisan siang, bukan sebaliknya. Manusia selama
ini mengira bahwa matahari yang menerangi siang, padahal Al-Quran mengatakan;
F.Bulan
Sains telah menetapkan bahwa bulan berputar pada porosnya, dan pada saat
yang sama ia juga berputar mengelilingi bumi. Bumi pun berputar pada porosnya
sekali dalam 24 jam, dan pada saat yang bersamaan, bulan dan bumi yang sedang
berputar pada porosnya berputar mengelilingi matahari.
Para ilmuwan telah menemukan bahwa bulan beredar dalam garis
melengkung. Ia berjalan melingkar, bukan dalam garis lurus, hingga senantiasa
dapat berada dalam tempat-tempat persinggahan yang sama. Bayangkan bahwa
bulan, matahari, bumi, dan bintang-bintang berjalan dengan kecepatan yang
berbeda-beda. Pada saat hari kedua tiba, "Di manakah matahari?" Matahari
tertinggal dari kita sebanyak dua masa. Lalu setelah satu tahun berlalu, "Dimanakah
matahari?" Matahari telah hilang!
Siapakah yang menggerakkan semua benda-benda langit itu?
Allah berfirman;
َ ّل فِي فَلَ ٖك يَ ۡسبَحُونٞ ار َو ُك Rُ ِك ۡٱلقَ َم َر َواَل ٱلَّ ۡي ُل َساب
ِ ۚ َق ٱلنَّه َ اَل ٱل َّشمۡ سُ يَ ۢنبَ ِغي لَهَٓا َأن تُ ۡد ِر
"Masing-masing beredar pada garis edarnya." (Yasin: 40).
Semua benda-benda langit itu beredar dan senantiasa berada pada orbitnya.
Semuanya menjaga kecepatan agar stabil dan tetap pada posisi masing-masing di
angkasa. Perbuatan siapakah ini?
يز ۡٱل َعلِ ِيم ۡ ۡ َ َِوٱل َّشمۡ سُ ت َۡجري لِ ُم ۡستَقَ ّر لَّهَ ۚا ٰ َذل
ِ ك تَق ِدي ُر ٱل َع ِز ٖ ِ
“Yang demikian itu adalah ketetapan (Allah) Yang Mahaperkasa lagi. Maha
Mengetahui." (Yasin: 38).
Apakah itu semua merupakan takdir (ketetapan) atau tidak? Apakah takdir adalah
suatu kebetulan? Tidak, takdir merupakan kehendak dari Yang Maha berkehendak.
Takdir tersebut berasal dari Yang Mahakuat dan Maha kuasa. Allah telah
meletakkan segala sesuatu pada tempatnya dan menjalankannya pada tempat-
tempatnya pula.
Bulan sebagai Penunjuk Waktu bagi Manusia
Allah berfirman:
كَ ِإاَّلRِق ٱهَّلل ُ ٰ َذل َ ۚ وا َع َد َد ٱل ِّسنِينَ َو ۡٱل ِح َس
َ Rَا َخلRاب َم ْ َاز َل لِت َۡعلَ ُم ٗ ُضيَٓاءٗ َو ۡٱلقَ َم َر ن
ِ ورا َوقَ َّد َرهۥُ َمن ِ س َ ۡهُ َو ٱلَّ ِذي َج َع َل ٱل َّشم
ِّ ۚ بِ ۡٱل َح
ِ َق يُفَصِّ ُل ٱأۡل ٓ ٰي
َت لِقَ ۡو ٖم يَ ۡعلَ ُمون
"Dialah yang menjadikan matahari bersinar dan bulan bercahaya, dan Dialah
yang menetapkan tempat-tempat persinggahannya agar kamu mengetahui bilangan
tahun dan perhitungan (waktu)." (Yunus: 5).
ۡ
ٖ َٱل َّشمۡ سُ َوٱلقَ َم ُر بِح ُۡسب
ان
"Matahari dan bulan beredar menurut perhitungan." (Ar-Rahman: 5).
ۡ Rا َد َكRRاز َل َحتَّ ٰى َعRRَ هُ َمنRَ َر قَ َّد ۡر ٰنRك ت َۡق ِدي ُر ۡٱل َعزيز ۡٱل َعلِ ِيم َو ۡٱلقَ َم
ِد ِيم اَلRَٱلع ُۡرجُو ِن ۡٱلقR ِ ِ ِ َ َِوٱل َّشمۡ سُ ت َۡج ِري لِ ُم ۡستَقَ ٖ ّر لَّهَ ۚا ٰ َذل
َ ّل فِي فَلَ ٖك يَ ۡسبَحُونٞ ار َو ُك ُ ِك ۡٱلقَ َم َر َواَل ٱلَّ ۡي ُل َساب
ِ ۚ َق ٱلنَّه َ ٱل َّشمۡ سُ يَ ۢنبَ ِغي لَهَٓا َأن تُ ۡد ِر
"Dan telah Kami tetapkan tempat-tempat persinggahan bagi bulan, sehingga
(setelah ia sampai ke tempat persinggahan yang terakhir) kembalilah ia seperti
bentuk tandan yang tua." (Yasin: 38-40).
َكRRِ ُر ۚ ٌم ٰ َذلR ةٌ ُحRا َأرْ بَ َعRRَض ِم ْنه َ ْت َواَأْلر ِ ق ال َّس َما َوا ِ ُور ِعن َد هَّللا ِ ْاثنَا َع َش َر َش ْهرًا فِي ِكتَا
َ َب هَّللا ِ يَوْ َم َخل ِ ِإ َّن ِع َّدةَ ال ُّشه
ۚ ْ الدِّينُ ْالقَيِّ ۚ ُم فَاَل ت
َم َكافَّةً َوا ْعلَ ُموا َأ َّن هَّللا َ َم َع ْال ُمتَّقِينRْ ْال ُم ْش ِر ِكينَ َكافَّةً َك َما يُقَاتِلُونَ ُكRَظلِ ُموا فِي ِه َّن َأنفُ َس ُك ۚ ْم َوقَاتِلُوا
"Sesungguhnya jumlah bulan menurut Allah ialah dua belas bulan, (sebagaimana)
dalam ketetapan Allah pada waktu Dia menciptakan langit dan bumi. Di antara
bulan-bulan itu terdapat empat bulan haram." (At-Taubah: 36).
Ayat-ayat di atas menunjukkan bahwa Allah telah menjadikan matahari dan
bulan sebagai standar perhitungan waktu hari, bulan, dan tahun bagi manusia.
Dengan begitu, manusia dapat mengetahui posisi mereka, kapan dan di mana.
Mukjizat astronomis yang terdapat pada ayat-ayat di atas selaras secara ilmiah
dengan fakta-fakta astronomis yang telah berhasil disingkap oleh penelitian-
penelitian di bidang astronomi.
Penelitian-penelitian astronomis telah membuktikan bahwa bulan berputar
mengelilingi bola bumi sekali dalam sebulan. Ia juga berputar pada porosnya dalam
masa yang sama dengan masa revolusinya tersebut. Hal inilah yang menyebabkan
kita hanya bisa melihat satu sisi permukaan bulan saja. Bulan mengelilingi bumi dan
berotasi pada porosnya pada satu waktu dan masa yang sama, yaitu selama 29 hari
8 jam. Artinya, manusia pada lokasi tertentu di bumi selama hidupnya hanya akan
melihat purnama pada satu sisi saja, dan ia tidak akan pernah melihat sisi bulan
yang lain.
Kekuasaan Ilahi yang berkehendak untuk membuat penanda waktu bagi
manusia yang tinggal di bumi. Dia menjadikan revolusi bulan terhadap bumi beserta
kemukjizatan ilmiah di dalamnya sebagai penanda waktu tersebut. Kemukjizatan
ilmiah yang terdapat pada ayat-ayat tersebut sangat selaras dengan apa yang telah
dibuktikan oleh ilmu astronomi modern.
Karena bulan dalam setiap hari dalam hitungan kalender Qamariyah-
menempuh sekitar 12 derajat dari 360 derajat orbitnya, setiap malam ia berada pada
suatu tempat persinggahan yang ditandai dengan bintang-bintang pada rasi bintang
(zodiak).Tempat-tempat persinggahan itu jumlahnya ada 28, sama dengan jumlah
malam saat bulan bisa dilihat.
Yang mengagumkan, Al-Quran menyebut nama bulan sebanyak 27 kali dan
menyebut hilal sekali. Ini merupakan isyarat akan adanya tahapan-tahapan
penampakan bulan sebanyak 28 itu. Jumlah 28 tahapan itu sama dengan jumlah 28
malam saat bulan bisa terlihat. Karena bulan selama dalam perjalanannya bersama
bumi mengelilingi matahari dalam setahun melewati 12 rasi bintang yang dilewati
bumi, tempat persinggahan bulan setiap hari berada di antara rasi-rasi itu.
Bulan Awalnya Menyala, lalu Mati
Allah berfirman;
َع َد َدRم َولِتَ ْعلَ ُمواRْ ْص َرةً لِّتَ ْبتَ ُغوا فَضْ اًل ِّمن َّربِّ ُك ِ َ آيَةَ النَّهRار آيَتَي ۖ ِْن فَ َم َحوْ نَا آيَةَ اللَّ ْي ِل َو َج َع ْلنَا
ِ ار ُمب َ ََو َج َع ْلنَا اللَّ ْي َل َوالنَّه
صياًلِ اب َو ُك َّل َش ْي ٍء فَص َّْلنَاهُ تَ ْف َ ۚ ال ِّسنِينَ َو ْال ِح َس
"Dan, Kami jadikan malam dan siang sebagai dua tanda (kebesaran Kami).
Kemudian, Kami hapuskan tanda malam dan Kami jadikan tanda siang itu terang
benderang (bisa membuatmu melihat)." (Al-Isra': 12).
Ayat mulia ini menunjukkan adanya suatu fakta ilmiah yang baru bisa diketahui
umat pada abad ke-20, yaitu bahwa bulan pada mulanya adalah sebuah planet yang
menyala, kemudian Allah mematikan cahayanya. Petunjuk Al-Quran mengenai hal
ini cukup jelas. Abdullah ibn Abbas pernah berkata, "Bulan dahulunya bersinar
sebagaimana matahari, dan itu adalah tanda malam. Lalu, tanda malam itu
dihapuskan. Warna hitam pada bulan adalah sisa-sisa dari penghapusan itu."
Pernyataan ini berasal dari seorang sahabat agung. Ia mendasarkan
pernyataannya itu pada Al-Quran yang telah diturunkan sejak 1.400 tahun yang
lampau. Lalu, apa yang dikatakan oleh para pakar astronomi terkait hal ini?
Para pakar astronomi akhir-akhir ini telah menemukan bahwa bulan pada
mulanya menyala, kemudian cahayanya lenyap dan ia menjadi benda mati (tak
bercahaya). Teleskop-teleskop canggih dan satelit-satelit buatan generasi pertama
telah berhasil mengirimkan gambar-gambar terperinci mengenai bulan. Melalui
gambar-gambar itu diketahui bahwa di bulan terdapat kawah-kawah gunung berapi,
dataran-dataran tinggi, dan lubang-lubang besar.
Mari kita kembali pada ayat Al-Quran di atas dan kita perhatikan penggunaan
kata mahauna (Kami hapuskan. Kata dasarnya: al-mahwu). Kata al-mahwu
(penghapusan) menurut para pakar bahasa berarti ath-thams (melenyapkan cahaya
atau sinar) dan al-izalah (menghilangkan). Artinya, Allah melenyapkan dan
menghilangkan sinar bulan, bukan melenyapkan keberadaan bulan itu sendiri. Bulan
masih tetap ada, tetapi sinar dan cahayanya dilenyapkan. Hal ini sudah jelas dari
redaksi Al-Quran yang menyebutkan "tanda malam" atau bulan dan "tanda siang"
atau matahari.
Kata ath-thams secara khusus digunakan untuk yang berkaitan dengan cahaya
atau sinar. Oleh sebab itu, Allah berfirman;
َع َد َدRم َولِتَ ْعلَ ُمواRْ ْص َرةً لِّتَ ْبتَ ُغوا فَضْ اًل ِّمن َّربِّ ُك ِ َ آيَةَ النَّهRار آيَتَي ۖ ِْن فَ َم َحوْ نَا آيَةَ اللَّ ْي ِل َو َج َع ْلنَا
ِ ار ُمب َ ََو َج َع ْلنَا اللَّ ْي َل َوالنَّه
صياًلِ اب َو ُك َّل َش ْي ٍء فَص َّْلنَاهُ تَ ْف َ ۚ ال ِّسنِينَ َو ْال ِح َس
"Kami jadikan tanda siang itu terang benderang (bisa membuatmu melihat)."(Al-
Isra': 12).
Ayat ini menggunakan redaksi mubshirah (menjadikanmu bisa melihat). Hal ini
untuk membandingkan cahaya yang menjadi tanda malam (bulan) dengan cahaya
yang menjadi tanda siang (matahari). Cahaya yang pertama akhirnya mati,
sedangkan cahaya yang kedua masih ada dan karenanya kita bisa melihat.
Menurut Anda, siapakah yang menyampaikan fakta ini kepada Muhammad?
Suatu fakta yang membutuhkan pesawat-pesawat antariksa, satelit-satelit buatan,
dan analisis geologis untuk mengetahuinya. Suatu fakta yang baru terungkap 10
tahunan yang lalu. Mahasuci Allah-Yang Maha Mengetahui dan Mahabijaksana yang
telah berfirman;