Anda di halaman 1dari 13

KONSEP PENDIDIKAN DALAM AL QUR`AN

Karya Ilmiah

Disusun untuk memenuhi tugas dari mata kuliah BAHASA INDONESIA

Dosen Pengampu: Ustadz A. Zaki Annafiri, S.Pd.I, M.Ed

Disusun Oleh:
BSA B
Ahmad Mizaj El Kafoor (2200028056)

JURUSAN BAHASA DAN SASTRA ARAB


FAKULTAS AGAMA ISLAM
UNIVERSITAS AHMAD DAHLAN
JOGJAKARTA
2022
ABSTRACT
Di dalam buku yang di tulis DR . Nadiah Thayyarah terdapat banyak sekali
membahas tentang ciptaan allah swt yaitu alam semesta atau biasa yang kita sebut
dengan astronomi.
Ternyata di dalam alquran sudah dijelaskan tentang astronomi, tetapi apakah kita
menyadarinya bahwasanya al quran sejak lama sudah menjelesakan itu semua, dan
Alloh sudh mengatur itu semua dengan syamil dan kamil ataupun teliti yang tidk di
ketahui manusia dengan panca indera. Tetapi itu semua harus di pelajari lewat
kalam-kalam Alloh dan mentabburi ataupun mencari tafsiran dalam Al-Quran
mengenai tentang astronmi dan alam semesta dan mengkaji dengn mempelajari
sains ilmu pengetahuan tentang astronomi.

A. Pendahuluan
Kitabullah adalah perkataan/kalimat yang firmankan oleh Alloh kepada para Nabi
dan Rosul. Beriman kepada kitabulloh merupakan salah satu pilar keimanan dalam
islam .terdapat 104 kitabullah yang telah diturunkan, tetapi umat islam hanya wajib
mengimani 4 kitab besar yaitu; Taurat, Injil, Zabur, Al-Quran.
Kitab Zabur diwahyukan kepada nabi Daud a.s untuk para umat nya, yaitu
bangsa bani israil. Mengutip buku pendidikan agama islam dan budi pekerti yang
diterbitkan kementerian pendidikan dan kebudayaan republik Indonesia 2014.
Kitab Zabur diturunkan pada abad 10 sm di Yerusalem dan isi dari kitab zabur
yaitu doa, dzikir, nasehat, hikmah dan di dalam zabur tidak ada syariat karena msh
mengikuti nabi musa dan mengenai adanya kitab zabur pada surat An-Nisa; 163
Kitab taurat diturunkan Allah kepada nabi Musa as sekitar abad 12 sm .dan
nabi musa menyampaikan ajaran taurat kepada bangsa bani israil .di dalamnya
berisi syariat ,mengenai adanya kitab taurat pada surat Al-Imran; 3
Kitab injil diwahyukan kepada nabi isa as pada awal abad 1 m dan ditulis melalui
bahasa suryani , kandungan injil sendiri menghapus hukum hukum yang dlu dan
perintah untuk percaya kepada Allah dan mengenai adanya kitab injil surat
maryamayat 30
Al quran diwahyukan kepada nabi muhammad saw pada abad ke 7 masehi atau
tahun 611-632 m
Dan al quran penyempurna untuk semua kitab kitab terdahulu karena tidak
sesuai pada zaman nya ,tetapi hebat nya al quran mengetahui apa yang akan
datang dan dapat memberi jawaban untuk kedepan nya ,
Yang kali ini akan kita bahasa adalah kitab Alloh yaitu al quran ,mengapa kita
mengambil tentang al quran ,semakin kita mengupass ataupun mencari tahu tentang
al quran semakin banyak pengetahuan dan kuasa allah yang akan kita dapatkan.
Yaitu tentang sains dalam al quran mengerti mukjizat ilmiah firman Alloh yang ditulis
oleh Dr ,nadiyah thayyarah.
B. Sains Dalam Al-Quran Di Bidang Astronomi
Pada pertengahan abad ke-20, dimulailah kompetisi ilmiah di antara berbagai
negara untuk menyingkap dan mempelajari rahasia antariksa, astronomi, dan
galaksi dengan sungguh-sungguh.
Kompetisi ini memengaruhi situasi militer saat itu dan menimbulkan tantangan
dan persaingan di antara negara-negara kuat di dunia untuk menjadi yang paling
hebat dalam bidang ini.
Yang mengagumkan, semakin hebat kemampuan ilmu ini untuk mengungkap
rahasia alam semesta, semakin bertambah pula keyakinan kita bahwa yang
menciptakan alam semesta ini adalah Dzat yang menurunkan al-quran yang mulia.
(D.r Zaghlul an-Najjar)
Dalil nya firman Alloh ta’ala:

َ َّ‫ك ٱلَّتِي ت َۡج ِري فِي ۡٱلبَ ۡح ِر بِ َما يَنفَ ُع ٱلن‬


‫اس َو َمٓا َأن َز َل‬ ِ ‫ار َو ۡٱلفُ ۡل‬ Rِ َ‫ٱختِ ٰل‬
ِ َ‫ف ٱلَّ ۡي ِل َوٱلنَّه‬ ۡ ‫ض َو‬ ِ ‫ت َوٱَأۡل ۡر‬ ِ ‫ق ٱل َّس ٰ َم ٰ َو‬ ۡ
ِ ‫ِإ َّن فِي َخل‬
‫ب‬
ِ ‫ َحا‬R‫ٱلس‬َّ ‫ح َو‬ ِ َ‫رِّ ٰي‬RR‫يف ٱل‬
ِ ‫ ِر‬R‫َص‬ۡ ‫لِّ دَٓاب َّٖة َوت‬RR‫ا ِمن ُك‬RRَ‫ث فِيه‬َّ َ‫ا َوب‬RRَ‫ َد َم ۡوتِه‬R‫ض بَ ۡع‬ َ ‫ ِه ٱَأۡل ۡر‬Rِ‫ا ب‬RRَ‫ َمٓا ِء ِمن َّم ٖٓاء فََأ ۡحي‬R‫ٱلس‬ َّ َ‫ٱهَّلل ُ ِمن‬
ٖ َ‫ض أَل ٓ ٰي‬ ۡ
)١٦٤( َ‫ت لِّقَ ۡو ٖم يَ ۡعقِلُون‬ ِ ‫ٱل ُم َس َّخ ِر بَ ۡينَ ٱل َّس َمٓا ِء َوٱَأۡل ۡر‬
Sesungguhnya pada penciptaan langit dan bumi, pergantian malam dan siang,
kapal yang berlayar di laut dengan (muatan) yang bermanfaat bagi manusia, apa
yang diturunkan Allah dari langit berupa air-lalu dengan itu dihidupkan-Nya bumi
setelah mati (kering) dan Dia tebarkan di dalamnya bermacam-macam binatang-dan
perpusaran angin dan awan yang dikendalikan antara langit dan bumi, (semua itu)
sungguh merupakan tanda-tanda (kebesaran Allah) bagi orang-orang yang menalar-
(nya)." (Al-Baqarah: 164).
Al-Quran memuat 1.300 ayat yang berbicara tentang alam semesta dan
penciptaan manusia. Jumlah itu setara dengan seperenam isi Al-Quran. Ini artinya
Allah menyeru manusia untuk merenungkan penciptaan langit, bumi, dan manusia.
Kita tahu bahwa bumi berukuran satu triliun kilometer kubik, matahari 1,3 juta
kali lebih besar daripada bumi, jarak di antara keduanya sejauh 156 juta kilometer.
Ada sebuah bintang dalam rasi bintang Scorpio yang luasnya cukup untuk
menampung bumi dan matahari beserta ruang seluas jarak di antara keduanya,² dan
ada sebuah bintang bernama Betelgeuse³ yang besarnya 600 kali luas matahari
dengan volume sebesar 200 juta kali volume matahari. Maka, sungguh benar firman
Allah yang berbunyi:

َ‫َوٱل َّس َمٓا َء بَن َۡي ٰنَهَا بَِأ ۡيي ْٖد َوِإنَّا لَ ُمو ِسعُون‬
Dan langit Kami bangun dengan kekuasaan (Kami), dan Kami benar-benar “
meluaskannya” (Adz-Dzariyat; 47)

C. Penciptaan Langit dan Bumi

Al-Quran adalah kitab petunjuk. Allah menurunkannya untuk menjelaskan


kepada manusia hal-hal yang tidak bisa dimengerti oleh akal mereka secara mandiri,
seperti esensi iman, ritual-ritual ibadah, serta landasan-landasan etis dan hukum
yang berguna untuk mengatur interaksi sosial di antara sesama mereka. Selain itu,
Al-Quran juga berbicara tentang alam semesta, yang meliputi bumi dan langit,
unsur-unsurnya yang beraneka ragam, para penghuninya, serta fenomena-
fenomena di dalamnya. Lebih dari seribu ayat berbicara tentang hal ini guna
membuktikan kekuasaan, ilmu, dan kebijaksanaan tak terbatas Sang Pencipta, yang
mampu menciptakan jagat raya ini, melenyapkannya, lalu mengembalikannya ke
bentuknya yang semula. Dengan demikian, ayat-ayat tentang alam semesta tidak
dimaksudkan untuk memenuhi kebutuhan akan informasi-informasi ilmiah. Allah
menginginkan agar proses pencarian pengetahuan dilakukan melalui pengamatan,
penelitian deduktif, dan percobaan yang bisa dilakukan sepanjang zaman-karena
keterbatasan indra manusia dan karakter dasar ilmu pengetahuan yang bersifat
akumulatif. Meskipun begitu, ayat-ayat Al-Quran tentunya mengandung berbagai
fakta ilmiah tentang alam semesta yang tidak bisa diperdebatkan karena merupakan
wahyu dari Sang Pencipta, pemilik kebenaran mutlak. Dalil nya firman Alloh ta’ala :
ۡ
ِ ‫وا هَّلِل ِ ٱل ٰ َو ِح ِد ٱلقَه‬
‫َّار‬ ُ ۖ ‫ض َوٱل َّس ٰ َم ٰ َو‬
ۡ ْ ‫ت َوبَ َر ُز‬
ِ ‫يَ ۡو َم تُبَ َّد ُل ٱَأۡل ۡرضُ غ َۡي َر ٱَأۡل ۡر‬
(Yaitu) pada hari (ketika) bumi diganti dengan bumi yang lain dan (demikian pula)
langit, dan mereka (mausia) berkumpul (di Padang Mahsyar) menghadap Allah
Yang Maha Esa, Mahaperkasa. (Ibrahim: 48)

D.Orbit Bintang-Bintang
;Alloh berfirman

ِ ‫ ٱلنُّج‬R‫۞فَٓاَل ُأ ۡق ِس ُم بِ َم ٰ َوقِ ِع‬


‫م لَّ ۡو ت َۡعلَ ُمونَ َع ِظي ٌم‬ٞ ‫ُوم َوِإنَّهۥُ لَقَ َس‬
"Lalu, Aku bersumpah dengan tempat beredarnya bintang-bintang. Dan,
sesungguhnya itu benar-benar sumpah yang besar sekiranya kamu mengetahui."
(Al-Waqi'ah: 75-76).
Sumpah dalam Al-Quran merupakan bentuk penarik perhatian orang-orang Islam
secara khusus dan manusia secara umum terhadap isi sumpah. Pasalnya, Allah
sama sekali tidak perlu bersumpah untuk meyakinkan hamba-hambanya. Manusia
tentu heran dengan sumpah atas nama orbit bintang ini, padahal bintang merupakan
salah satu ciptaan Allah yang terbesar di alam semesta. Bintang sendiri adalah
gumpalan gas yang bersifat membakar, menyala, dan menyinari dari dalam dirinya
sendiri. Cahayanya terus menyala selama jutaan tahun tanpa padam, sebagai akibat
interaksi atom-atom di dalam dirinya atau yang dikenal dengan istilah "proses
peleburan inti atom". Selama proses itu berlangsung, atom-atom ringan seperti gas
hidrogen, menyatu membentuk unsur-unsur atom yang lebih berat secara gradual.
Lalu, mengapa Allah bersumpah atas nama orbit bintang-bintang, tidak
dengan bintang-bintang itu sendiri?
Orang Arab pedalaman (Badui) pada masa Rasulullah mendengar ihwal
sumpah ini. Mereka pun berkata, "Orbit bintang-bintang sangat besar sehingga layak
dijadikan sumpah atas namanya, juga karena tempatnya sangat jauh." Sekarang kita
bisa menemukan rahasia yang lebih besar terkait sumpah ini. Orbit bintang-bintang
sungguh merupakan sesuatu yang sangat menakjubkan bagi manusia. Jarak antara
kita dengan matahari saja sekitar 150 juta kilometer.
Di sini kita bisa menemukan rahasia lebih besar terkait dengan sumpah ini.
Sebuah rahasia yang belum diketahui oleh orang-orang terdahulu. Mengapa Allah
bersumpah atas nama orbit bintang-bintang, bukan atas nama bintang-bintang itu
sendiri? Jawaban yang bisa ditemukan oleh para ilmuwan sejak beberapa tahun
belakangan adalah bahwa manusia dari permukaan bumi tidak mungkin bisa melihat
bintang-bintang secara langsung, tetapi mereka hanya bisa melihat orbit atau garis
edar yang telah dilalui bintang-bintang itu.
Ini merupakan salah satu rahmat Allah kepada kita. Pasalnya, kalau manusia
melihat bintang secara langsung, ia akan kehilangan penglihatannya. Inilah salah
satu kilasan Al-Quran yang menakjubkan, dan tanda kekuasaan Allah. Dengan
demikian, bintang-bintang yang kita lihat pada malam gelap gulita hanyalah
pancaran cahaya dari orbit yang telah dilalui oleh bintang-bintang. Bintang-bintang
itu membiarkan cahayanya bergerak menuju kita dari orbit yang telah dilaluinya itu.
Tidak hanya itu saja. Orbit bintang menunjukkan ruang dan waktu. Besarnya suatu
orbit menunjukkan adanya peningkatan waktu atau kematangan usia suatu bintang.
Faktanya, ilmu pengetahuan modern menetapkan bahwa orbit bintang-bintang, baik
yang dekat maupun jauh dari kita, selaras dengan usianya.
Ruang dan waktu merupakan sunatullah yang mengendalikan setiap ujung
jagat raya, yaitu melalui hukum-hukum gravitasi yang tersebar di antara benda-
benda angkasa.
Alloh berfirman;

‫ا‬RR‫انَ َحلِي ًم‬RR‫ ِد ۚ ِٓۦه ِإنَّ ۥهُ َك‬R‫د ِّم ۢن بَ ۡع‬Rٖ R‫ ِم ۡن َأ َح‬R‫ َكهُ َما‬R‫ٓا ِإ ۡن َأمۡ َس‬RRَ‫ ُزواَل ۚ َولَِئن َزالَت‬Rَ‫ض َأن ت‬
َ ‫ت َوٱَأۡل ۡر‬
ِ ‫ ٰ َم ٰ َو‬R‫ٱلس‬
َّ ‫ك‬ُ R‫۞ِإ َّن ٱهَّلل َ يُمۡ ِس‬
‫ورا‬ ٗ ُ‫َغف‬
"Sungguh,Allah yang menahan langit dan bumi agar tidak lenyap; dan jika keduanya
akan lenyap, tidak ada seorang pun yang mampu menahannya selain Allah.
Sungguh, Dia Maha Penyantun lagi Maha Pengampun." (Fathir: 41).
Ketika para astronom pada sepertiga pertama abad ke-20 menyadari bahwa
cahaya bintang-bintang berubah ke arah spektrum warna merah, mereka bertanya-
tanya; apakah ini berarti bahwa bintang-bintang itu bergerak menjauhi kita? Jika
benarbahwa bintang-bintang itu menjauhi kita, apa peran dari gaya gravitasi? Maka
timbullah perdebatan panjang selama semester pertama abad ke-20 hingga para
ilmuwan sepakat bahwa semesta tempat kita hidup ini terus-menerus mengembang.
Mereka pun menyebutkan bahwa karena alam bersifat mengembang, galaksi-
galaksi pun saling menjauh satu dari yang lain, dengan kecepatan mendekati
kecepatan cahaya (300 ribu kilometer per detik).
Oleh sebab itu, manusia tidak akan pernah bisa menemukan batas pinggir
alam yang bisa diamati. Pasalnya, setiap kali manusia mengembangkan peralatan
astronominya, alam pun mengembang, sehingga manusia perlu mengembangkan
peralatannya lagi. Al-Quran menggambarkan fakta ini dengan sangat detail, dalil nya
firman Allah:

ِ ‫َوٱل َّس َمٓا َء بَن َۡي ٰنَهَا بَِأ ۡيي ْٖد َوِإنَّا لَ ُم‬
َ‫وسعُون‬
"Dan, langit Kami bangun dengan kekuasaan (Kami) dan Kami benar-benar
meluaskannya." (Adz-Dzariyat: 47).

E.Matahari
Allah berfirman;

‫يرا‬ ٗ ‫ك ٱلَّ ِذي َج َع َل فِي ٱل َّس َمٓا ِء بُر‬


ٗ ِ‫ ُّمن‬R‫ُوجا َو َج َع َل فِيهَا ِس ٰ َر ٗجا َوقَ َم ٗرا‬ َ َ‫تَب‬
َ ‫ار‬
“Mahasuci Allah yang menjadikan di langit gugusan bintang -bintang dan Dia juga
menjadikan padanya pelit (matahari) dan bulan yang bersinar.” (Al-Furqon: 61)
Ketika membicarakan matahari, Al-Quran mendeskripsikannya sebagai siraj
(pelita). Sesuatu tidak dinamakan siraj (pelita), kecuali apabila ia memiliki panas dan
bisa menyinari. Dua sifat ini sesuai dengan matahari yang bisa memancarkan panas
dan cahaya ke bumi. Di sisi lain, Al-Quran mendeskripsikan bulan sebagai munir
(bercahaya).
Sebab, bulan hanya memantulkan cahaya dan tidak memiliki panas. Bulan
adalah benda langit yang dingin, tidak memiliki panas. Ia mendapatkan cahayanya
dari matahari. Sifat-sifat ini sangat selaras dengan apa yang dikatakan oleh para ahli
astronomi.
Sebagaimana dibuktikan oleh sains, di matahari terdapat suatu fenomena
yang di namakan dengan prominensa atau lidah api (mutawahhijat). Fenomena ini
terjadi di bagian bawah matahari, di mana suhu panasnya meningkat tajam akibat
medan magnet. Oleh karena itu, terbentuklah lidah api yang menjulur ke atas
permukaan matahari kira-kira setinggi 500 ribu kilometer. Lidah api ini adalah
sebuah pelita yang menyala-nyala dan menghasilkan cahaya dari dirinya sendiri dan
memancarkannya.
Yang mengagumkan, para ilmuwan menemukan bahwa perut matahari gelap
dan tak bisa dilihat karena ia memancarkan sinar-sinar tak terlihat, seperti sinar
gamma, sinar X, dan sinar ultraviolet. Lapisan luar mataharilah yang mengubah
sinar-sinar tak terlihat itu menjadi sinar yang bisa dilihat. Oleh sebab itu, tidaklah
mengherankan jika kemudian Al-Quran mendeskripsikan penanda siang (yaitu
matahari) sebagai mubshirah (terang benderang sehingga menyebabkan orang bisa
melihat), dalam bentuk aktif.
Dari sinilah Al-Quran membuat pembedaan yang akurat antara sinar matahari dan
cahaya bulan, antara matahari sebagai siraj (pelita) dan bulan sebagai nur (cahaya)-
sebagaimana disebutkan dalam ayat-ayat di atas.
Di antara hal yang perlu diperhatikan, bahwa Al-Quran dalam banyak ayat
memperhadapkan kegelapan (zhulumat) dengan cahaya (nur), bukan dengan sinar
(dhiya'). Misalnya firman Allah;
ْ ‫ور ثُ َّم ٱلَّ ِذينَ َكفَر‬
َ‫ُوا بِ َربِّ ِهمۡ يَ ۡع ِدلُون‬ َ ۖ ُّ‫ت َوٱلن‬ ُّ ‫ض َو َج َع َل‬
ِ ‫ٱلظلُ ٰ َم‬ َ ‫ت َوٱَأۡل ۡر‬ َ َ‫ۡٱل َحمۡ ُد هَّلِل ِ ٱلَّ ِذي َخل‬
ِ ‫ق ٱل َّس ٰ َم ٰ َو‬
“Segala puji bagi Allah yang telah menciptakan langit dan bumi,dan menjadikan
kegelapan dan cahaya. Namun, orang-orang kafir masih mempersekutukan Tuhan
mereka dengan sesuatu." (Al-An'am: 1).
Ketika Allah mendeskripsikan api, Dia menyebutnya sebagai sinar (dhiya')
dan menyebut pancaran sinar tersebut sebagai cahaya (nur). Dia berfirman,
"Perumpamaan mereka seperti orang-orang yang menyalakan api. Setelah api itu
menyinari sekelilingnya, Allah melenyapkan cahaya (yang menyinari) mereka dan
membiarkan mereka dalam kegelapan, tidak dapat melihat." (Al-Baqarah: 17)
Allah pun mendeskripsikan diri-Nya sebagai cahaya langit dan bumi, dan
membuat perumpamaan atas cahaya tersebut sebagai minyak yang bersinar dan
memancarkan cahaya ke sekelilingnya.

Allah berfirman;
‫ب‬ٞ ‫و َك‬Rۡ R‫اجةُ َكَأنَّهَا َك‬َ ‫ٱلز َج‬ُّ ‫صبَا ُح فِي ُز َجا َج ۖ ٍة‬ ۡ ‫صبَا ۖ ٌح ۡٱل ِم‬ ۡ ‫ورِۦه َك ِم ۡش َك ٰو ٖة فِيهَا ِم‬ ِ ُ‫ض َمثَ ُل ن‬ِ ۚ ‫ت َوٱَأۡل ۡر‬ ِ ‫۞ٱهَّلل ُ نُو ُر ٱل َّس ٰ َم ٰ َو‬
‫ر َعلَ ٰى‬Rٌ ‫ار نُّو‬Rۚٞ Rَ‫هُ ن‬R ‫و لَمۡ تَمۡ َس ۡس‬Rۡ Rَ‫ ٓي ُء َول‬R ‫ُض‬ِ ‫زَيتُهَا ي‬ۡ ‫ي يُوقَ ُد ِمن َش َج َر ٖة ُّم ٰبَ َر َك ٖة ز َۡيتُون َٖة اَّل َش ۡرقِي َّٖة َواَل غ َۡربِي َّٖة يَ َكا ُد‬ ّ ٞ ‫ُد ِّر‬
ٰ ۡ َ‫ور ِهۦ َمن يَ َشٓا ۚ ُء َوي‬
ِ ۗ َّ‫ض ِربُ ٱهَّلل ُ ٱَأۡلمۡ ثَ َل لِلن‬
‫يم‬ٞ ِ‫اس َوٱهَّلل ُ بِ ُكلِّ َش ۡي ٍء َعل‬ ِ ُ‫ور يَ ۡه ِدي ٱهَّلل ُ لِن‬ ٖ ۚ ُ‫ن‬
"Allah adalah cahaya langit dan bumi. Perumpamaan cahaya-Nya seperti sebuah
lubang yang tidak tembus, yang di dalamnya ada lampu. Lampu itu di dalam tabung
kaca (dan) tabung kaca itu bagaikan bintang yang berkilauan, yang dinyalakan
dengan minyak dari pohon yang diberkahi, (yaitu) pohon zaitun yang tumbuh tidak di
timur dan tidak pula di barat, yang minyaknya (saja) hampir-hampir menerangi,
walaupun tidak disentuh api. Cahaya itu di atas cahaya (berlapis-lapis). Allah
memberi petunjuk kepada cahaya-Nya bagi orang yang Dia kehendaki, dan Allah
membuat perumpamaan-perumpamaan bagi manusia. Dan, Allah Maha Mengetahui
segala sesuatu." (An-Nur: 35).
Akurasi yang sangat tinggi yang terdapat dalam Al-Quran ini-yaitu tentang
pembedaan antara sinar yang terpancar dari benda pijar yang menyala dan bersinar
dari dirinya sendiri dengan cahaya yang dipantulkan oleh benda dingin yang
mendapatkan cahayanya dari sinar benda pijar tersebut-belum pernah diketahui
manusia kecuali setelah abad ke-19. Padahal, Al-Quran telah memaparkannya sejak
1.400 tahun yang lalu.
Dalam ayat-ayatnya, Al-Quran berbicara tentang kegelapan-kegelapan (dalam
bentuk jamak) dan cahaya (dalam bentuk tunggal), seakan-akan terdapat banyak
kegelapan dan hanya ada sedikit cahaya. Sains empiris kemudian datang dan
menegaskan bahwa lapisan cahaya yang mengelilingi bumi merupakan suatu
lapisan yang sangat tipis, yang ketebalannya tidak lebih dari 200 kilometer. Lapisan
cahaya itu pun hanya ada di sekeliling dari separuh bumi yang menghadap
matahari. Adapun sekeliling dari separuh bumi yang tidak menghadap matahari
merupakan lapisan gelap yang menyatu dengan kegelapan semesta yang sangat
pekat. Sinar matahari sendiri sebetulnya bukan cahaya murni yang berwarna putih
yang dinamakan nur (yang memungkinkan manusia untuk bisa melihat). Ketika sinar
matahari memasuki atmosfer yang melingkupi bumi, dimulailah penguraian sinar itu
oleh partikel-partikel atom padat dan uap air yang ada di udara, lalu sinar itu pun
berubah menjadi cahaya. Kemudian menjadi teranglah siang hari dan terang itu
membantu manusia untuk menjalani hidupnya. Kalau bukan karena karakter sinar
matahari yang demikian itu, tentu manusia sama sekali tidak akan mampu menjalani
kehidupannya di permukaan planet bumi ini.
Jadi, matahari pada siang hari hanya terdapat pada rentang 200 kilometer di
atas permukaan bumi yang mendapatkan cahaya terang. Lalu, apa yang terjadi di
luar rentang 200 kilometer tersebut? Yang terjadi adalah kegelapan yang amat pekat
dan matahari hanyalah sebuah titik berwarna biru pada lembaran hitam yang sangat
legam.
Sepanjang sejarah, manusia mengira bahwa mataharilah yang menampakkan
siang, sedangkan Al-Quran menyatakan bahwa sianglah yang menampakkan
matahari. Sesungguhnya sinar matahari yang sangat terang itu tidak bisa dilihat
kecuali pada lapisan tipis atmosfer bumi yang menghadap matahari. Jadi, yang
membuat matahari tampak adalah lapisan siang, bukan sebaliknya. Manusia selama
ini mengira bahwa matahari yang menerangi siang, padahal Al-Quran mengatakan;

‫ار ِإ َذا َجلَّ ٰىهَا‬


Rِ َ‫َوٱلنَّه‬
"Demi siang apabila menampakkannya (matahari)." (Asy-Syams: 3)
Allah berfirman;
ْ Rۤ ‫ٱس ُجد‬
ُ‫ُوا هَّلِل ۤ ِ ٱلَّ ِذي خَ لَقَه َُّن ِإن ُكنتُمۡ ِإيَّاه‬ ۡ ‫س َواَل لِ ۡلقَ َم ِر َو‬ Rْ ‫َو ِم ۡن َءا ٰيَتِ ِه ٱلَّ ۡي ُل َوٱلنَّهَا ُر َوٱل َّشمۡ سُ َو ۡٱلقَ َم ۚ ُر اَل ت َۡس ُجد‬
ِ ۡ‫ُوا لِل َّشم‬
َ‫ت َۡعبُ ُدون‬
"Dan, di antara tanda-tanda kebesaran-Nya ialah malam, siang, matahari, dan
bulan. Janganlah kalian bersujud kepada matahari dan jangan (pula) kepada bulan,
tetapi bersujudlah kepada Allah yang menciptakannya, jika kamu hanya
menyembah kepada-Nya." (Fushshilat: 37).
Kata khalaqahunna (menciptakannya) berakhiran huruf nun yang menunjukkan
bilangan jamak. Hal itu menunjukkan bahwa matahari dan bulan (satelit) itu
berbilang, masing-masing berjumlah lebih dari satu. Inilah yang telah dibuktikan oleh
sains modern.
 Tempat terbit dan terbenam matahari
Fenomena yang terjadi setiap hari yang sudah dikenal sejak diciptakannya
matahari dan bumi adalah fenomena terbit dan terbenam. Fenomena ini disebutkan
Al-Quran dalam tiga bentuk sebagai berikut:
Allah berfirman,
‫ب ٓاَل ِإ ٰلَهَ ِإاَّل ه َُو فَٱتَّ ِخ ۡذهُ َو ِكياٗل‬
ِ ‫ق َو ۡٱل َم ۡغ ِر‬ ۡ
ِ ‫رَّبُّ ٱل َم ۡش ِر‬
"(Dialah) Tuhan yang mengatur tempat terbit dan tempat terbenam. Tidak ada tuhan
selain Dia. Maka jadikanlah Dia sebagai pelindung." (Al-Muzzammil: 9).

‫َربُّ ۡٱل َم ۡش ِرقَ ۡي ِن َو َربُّ ۡٱل َم ۡغ ِربَ ۡي ِن‬


"Tuhan (yang memelihara) dua tempat terbit dan Tuhan (yang memelihara) dua
tempat terbenam." (Ar-Rahman: 17).
ۡ ‫ب ِإنَّا لَ ٰقَ ِدرُونَ َعلَ ٰ ٓى َأن نُّبَد َِّل‬
َ‫خَي ٗرا ِّم ۡنهُمۡ َو َما ن َۡحنُ بِ َم ۡسبُوقِين‬ Rِ ‫فَٓاَل ُأ ۡق ِس ُم بِ َربِّ ۡٱل َم ٰ َش ِر‬
ِ ‫ق َو ۡٱل َم ٰ َغ ِر‬
"Maka, Aku bersumpah demi Tuhan yang mengatur tempat-tempat terbit dan
terbenamnya (matahari, bulan dan bintang). Sungguh, Kami pasti mampu untuk
mengganti (mereka) dengan kaum yang lebih baik dari mereka dan Kami tidak dapat
dikalahkan." (Al-Ma'arij: 40-41)

F.Bulan
Sains telah menetapkan bahwa bulan berputar pada porosnya, dan pada saat
yang sama ia juga berputar mengelilingi bumi. Bumi pun berputar pada porosnya
sekali dalam 24 jam, dan pada saat yang bersamaan, bulan dan bumi yang sedang
berputar pada porosnya berputar mengelilingi matahari.
Para ilmuwan telah menemukan bahwa bulan beredar dalam garis
melengkung. Ia berjalan melingkar, bukan dalam garis lurus, hingga senantiasa
dapat berada dalam tempat-tempat persinggahan yang sama. Bayangkan bahwa
bulan, matahari, bumi, dan bintang-bintang berjalan dengan kecepatan yang
berbeda-beda. Pada saat hari kedua tiba, "Di manakah matahari?" Matahari
tertinggal dari kita sebanyak dua masa. Lalu setelah satu tahun berlalu, "Dimanakah
matahari?" Matahari telah hilang!
Siapakah yang menggerakkan semua benda-benda langit itu?
Allah berfirman;

َ‫ ّل فِي فَلَ ٖك يَ ۡسبَحُون‬ٞ ‫ار َو ُك‬ Rُ ِ‫ك ۡٱلقَ َم َر َواَل ٱلَّ ۡي ُل َساب‬
ِ ۚ َ‫ق ٱلنَّه‬ َ ‫اَل ٱل َّشمۡ سُ يَ ۢنبَ ِغي لَهَٓا َأن تُ ۡد ِر‬
"Masing-masing beredar pada garis edarnya." (Yasin: 40).
Semua benda-benda langit itu beredar dan senantiasa berada pada orbitnya.
Semuanya menjaga kecepatan agar stabil dan tetap pada posisi masing-masing di
angkasa. Perbuatan siapakah ini?
‫يز ۡٱل َعلِ ِيم‬ ۡ ۡ َ ِ‫َوٱل َّشمۡ سُ ت َۡجري لِ ُم ۡستَقَ ّر لَّهَ ۚا ٰ َذل‬
ِ ‫ك تَق ِدي ُر ٱل َع ِز‬ ٖ ِ
“Yang demikian itu adalah ketetapan (Allah) Yang Mahaperkasa lagi. Maha
Mengetahui." (Yasin: 38).
Apakah itu semua merupakan takdir (ketetapan) atau tidak? Apakah takdir adalah
suatu kebetulan? Tidak, takdir merupakan kehendak dari Yang Maha berkehendak.
Takdir tersebut berasal dari Yang Mahakuat dan Maha kuasa. Allah telah
meletakkan segala sesuatu pada tempatnya dan menjalankannya pada tempat-
tempatnya pula.
 Bulan sebagai Penunjuk Waktu bagi Manusia
Allah berfirman:
‫كَ ِإاَّل‬Rِ‫ق ٱهَّلل ُ ٰ َذل‬ َ ۚ ‫وا َع َد َد ٱل ِّسنِينَ َو ۡٱل ِح َس‬
َ Rَ‫ا َخل‬R‫اب َم‬ ْ ‫َاز َل لِت َۡعلَ ُم‬ ٗ ُ‫ضيَٓاءٗ َو ۡٱلقَ َم َر ن‬
ِ ‫ورا َوقَ َّد َرهۥُ َمن‬ ِ ‫س‬ َ ۡ‫هُ َو ٱلَّ ِذي َج َع َل ٱل َّشم‬
ِّ ۚ ‫بِ ۡٱل َح‬
ِ َ‫ق يُفَصِّ ُل ٱأۡل ٓ ٰي‬
َ‫ت لِقَ ۡو ٖم يَ ۡعلَ ُمون‬
"Dialah yang menjadikan matahari bersinar dan bulan bercahaya, dan Dialah
yang menetapkan tempat-tempat persinggahannya agar kamu mengetahui bilangan
tahun dan perhitungan (waktu)." (Yunus: 5).
ۡ
ٖ َ‫ٱل َّشمۡ سُ َوٱلقَ َم ُر بِح ُۡسب‬
‫ان‬
"Matahari dan bulan beredar menurut perhitungan." (Ar-Rahman: 5).
ۡ R‫ا َد َك‬RR‫از َل َحتَّ ٰى َع‬RRَ‫ هُ َمن‬Rَ‫ َر قَ َّد ۡر ٰن‬R‫ك ت َۡق ِدي ُر ۡٱل َعزيز ۡٱل َعلِ ِيم َو ۡٱلقَ َم‬
‫ ِد ِيم اَل‬Rَ‫ٱلع ُۡرجُو ِن ۡٱلق‬R ِ ِ ِ َ ِ‫َوٱل َّشمۡ سُ ت َۡج ِري لِ ُم ۡستَقَ ٖ ّر لَّهَ ۚا ٰ َذل‬
َ‫ ّل فِي فَلَ ٖك يَ ۡسبَحُون‬ٞ ‫ار َو ُك‬ ُ ِ‫ك ۡٱلقَ َم َر َواَل ٱلَّ ۡي ُل َساب‬
ِ ۚ َ‫ق ٱلنَّه‬ َ ‫ٱل َّشمۡ سُ يَ ۢنبَ ِغي لَهَٓا َأن تُ ۡد ِر‬
"Dan telah Kami tetapkan tempat-tempat persinggahan bagi bulan, sehingga
(setelah ia sampai ke tempat persinggahan yang terakhir) kembalilah ia seperti
bentuk tandan yang tua." (Yasin: 38-40).

‫يز ۡٱل َعلِ ِيم‬ ۡ ۡ َ ِ‫س َو ۡٱلقَ َم َر ح ُۡسبَ ٗان ۚا ٰ َذل‬


َ ۡ‫اح َو َج َع َل ٱلَّ ۡي َل َس َك ٗنا َوٱل َّشم‬ ۡ ‫ق ٱِإۡل‬
ُ ِ‫فَال‬
ِ ‫ك تَق ِدي ُر ٱل َع ِز‬ ِ َ‫صب‬
"Dan Dia menjadikan malam untuk beristirahat, dan (menjadikan) matahari dan
bulan untuk perhitungan." (Al-An'am: 96).

‫ َّر‬Rِ‫ َو ٰلَ ِك َّن ْالب‬R‫ا‬Rَ‫ُوره‬ ‫ْأ‬ َ ‫اس َو ْال َح ۗجِّ َولَي‬


ِ ‫وتَ ِمن ظُه‬RRُ‫ْس ْالبِرُّ بَِأن تَ تُوا ْالبُي‬ ِ َّ‫يت لِلن‬ ُ ِ‫ك ع َِن اَأْل ِهلَّ ۖ ِة قُلْ ِه َي َم َواق‬ َ َ‫۞يَ ْسَألُون‬
َ‫ا َواتَّقُوا هَّللا َ لَ َعلَّ ُك ْم تُ ْفلِحُون‬Rَۚ‫َم ِن اتَّقَ ٰۗى َوْأتُوا ْالبُيُوتَ ِم ْن َأب َْوابِه‬
“Mereka bertanya kepadamu (Muhammad) tentang bulan sabit. Katakanlah, 'Itu
adalah (penunjuk) waktu bagi manusia dan (ibadah) haji." (Al-Baqarah: 189).

َ‫ك‬RRِ‫ ُر ۚ ٌم ٰ َذل‬R‫ ةٌ ُح‬R‫ا َأرْ بَ َع‬RRَ‫ض ِم ْنه‬ َ ْ‫ت َواَأْلر‬ ِ ‫ق ال َّس َما َوا‬ ِ ‫ُور ِعن َد هَّللا ِ ْاثنَا َع َش َر َش ْهرًا فِي ِكتَا‬
َ َ‫ب هَّللا ِ يَوْ َم َخل‬ ِ ‫ِإ َّن ِع َّدةَ ال ُّشه‬
ۚ ْ ‫الدِّينُ ْالقَيِّ ۚ ُم فَاَل ت‬
َ‫م َكافَّةً َوا ْعلَ ُموا َأ َّن هَّللا َ َم َع ْال ُمتَّقِين‬Rْ ‫ ْال ُم ْش ِر ِكينَ َكافَّةً َك َما يُقَاتِلُونَ ُك‬R‫َظلِ ُموا فِي ِه َّن َأنفُ َس ُك ۚ ْم َوقَاتِلُوا‬
"Sesungguhnya jumlah bulan menurut Allah ialah dua belas bulan, (sebagaimana)
dalam ketetapan Allah pada waktu Dia menciptakan langit dan bumi. Di antara
bulan-bulan itu terdapat empat bulan haram." (At-Taubah: 36).
Ayat-ayat di atas menunjukkan bahwa Allah telah menjadikan matahari dan
bulan sebagai standar perhitungan waktu hari, bulan, dan tahun bagi manusia.
Dengan begitu, manusia dapat mengetahui posisi mereka, kapan dan di mana.
Mukjizat astronomis yang terdapat pada ayat-ayat di atas selaras secara ilmiah
dengan fakta-fakta astronomis yang telah berhasil disingkap oleh penelitian-
penelitian di bidang astronomi.
Penelitian-penelitian astronomis telah membuktikan bahwa bulan berputar
mengelilingi bola bumi sekali dalam sebulan. Ia juga berputar pada porosnya dalam
masa yang sama dengan masa revolusinya tersebut. Hal inilah yang menyebabkan
kita hanya bisa melihat satu sisi permukaan bulan saja. Bulan mengelilingi bumi dan
berotasi pada porosnya pada satu waktu dan masa yang sama, yaitu selama 29 hari
8 jam. Artinya, manusia pada lokasi tertentu di bumi selama hidupnya hanya akan
melihat purnama pada satu sisi saja, dan ia tidak akan pernah melihat sisi bulan
yang lain.
Kekuasaan Ilahi yang berkehendak untuk membuat penanda waktu bagi
manusia yang tinggal di bumi. Dia menjadikan revolusi bulan terhadap bumi beserta
kemukjizatan ilmiah di dalamnya sebagai penanda waktu tersebut. Kemukjizatan
ilmiah yang terdapat pada ayat-ayat tersebut sangat selaras dengan apa yang telah
dibuktikan oleh ilmu astronomi modern.
Karena bulan dalam setiap hari dalam hitungan kalender Qamariyah-
menempuh sekitar 12 derajat dari 360 derajat orbitnya, setiap malam ia berada pada
suatu tempat persinggahan yang ditandai dengan bintang-bintang pada rasi bintang
(zodiak).Tempat-tempat persinggahan itu jumlahnya ada 28, sama dengan jumlah
malam saat bulan bisa dilihat.
Yang mengagumkan, Al-Quran menyebut nama bulan sebanyak 27 kali dan
menyebut hilal sekali. Ini merupakan isyarat akan adanya tahapan-tahapan
penampakan bulan sebanyak 28 itu. Jumlah 28 tahapan itu sama dengan jumlah 28
malam saat bulan bisa terlihat. Karena bulan selama dalam perjalanannya bersama
bumi mengelilingi matahari dalam setahun melewati 12 rasi bintang yang dilewati
bumi, tempat persinggahan bulan setiap hari berada di antara rasi-rasi itu.
 Bulan Awalnya Menyala, lalu Mati
Allah berfirman;

‫ َع َد َد‬R‫م َولِتَ ْعلَ ُموا‬Rْ ‫ْص َرةً لِّتَ ْبتَ ُغوا فَضْ اًل ِّمن َّربِّ ُك‬ ِ َ‫ آيَةَ النَّه‬R‫ار آيَتَي ۖ ِْن فَ َم َحوْ نَا آيَةَ اللَّ ْي ِل َو َج َع ْلنَا‬
ِ ‫ار ُمب‬ َ َ‫َو َج َع ْلنَا اللَّ ْي َل َوالنَّه‬
‫صياًل‬ِ ‫اب َو ُك َّل َش ْي ٍء فَص َّْلنَاهُ تَ ْف‬ َ ۚ ‫ال ِّسنِينَ َو ْال ِح َس‬
"Dan, Kami jadikan malam dan siang sebagai dua tanda (kebesaran Kami).
Kemudian, Kami hapuskan tanda malam dan Kami jadikan tanda siang itu terang
benderang (bisa membuatmu melihat)." (Al-Isra': 12).
Ayat mulia ini menunjukkan adanya suatu fakta ilmiah yang baru bisa diketahui
umat pada abad ke-20, yaitu bahwa bulan pada mulanya adalah sebuah planet yang
menyala, kemudian Allah mematikan cahayanya. Petunjuk Al-Quran mengenai hal
ini cukup jelas. Abdullah ibn Abbas pernah berkata, "Bulan dahulunya bersinar
sebagaimana matahari, dan itu adalah tanda malam. Lalu, tanda malam itu
dihapuskan. Warna hitam pada bulan adalah sisa-sisa dari penghapusan itu."
Pernyataan ini berasal dari seorang sahabat agung. Ia mendasarkan
pernyataannya itu pada Al-Quran yang telah diturunkan sejak 1.400 tahun yang
lampau. Lalu, apa yang dikatakan oleh para pakar astronomi terkait hal ini?
Para pakar astronomi akhir-akhir ini telah menemukan bahwa bulan pada
mulanya menyala, kemudian cahayanya lenyap dan ia menjadi benda mati (tak
bercahaya). Teleskop-teleskop canggih dan satelit-satelit buatan generasi pertama
telah berhasil mengirimkan gambar-gambar terperinci mengenai bulan. Melalui
gambar-gambar itu diketahui bahwa di bulan terdapat kawah-kawah gunung berapi,
dataran-dataran tinggi, dan lubang-lubang besar.
Mari kita kembali pada ayat Al-Quran di atas dan kita perhatikan penggunaan
kata mahauna (Kami hapuskan. Kata dasarnya: al-mahwu). Kata al-mahwu
(penghapusan) menurut para pakar bahasa berarti ath-thams (melenyapkan cahaya
atau sinar) dan al-izalah (menghilangkan). Artinya, Allah melenyapkan dan
menghilangkan sinar bulan, bukan melenyapkan keberadaan bulan itu sendiri. Bulan
masih tetap ada, tetapi sinar dan cahayanya dilenyapkan. Hal ini sudah jelas dari
redaksi Al-Quran yang menyebutkan "tanda malam" atau bulan dan "tanda siang"
atau matahari.
Kata ath-thams secara khusus digunakan untuk yang berkaitan dengan cahaya
atau sinar. Oleh sebab itu, Allah berfirman;

‫ َع َد َد‬R‫م َولِتَ ْعلَ ُموا‬Rْ ‫ْص َرةً لِّتَ ْبتَ ُغوا فَضْ اًل ِّمن َّربِّ ُك‬ ِ َ‫ آيَةَ النَّه‬R‫ار آيَتَي ۖ ِْن فَ َم َحوْ نَا آيَةَ اللَّ ْي ِل َو َج َع ْلنَا‬
ِ ‫ار ُمب‬ َ َ‫َو َج َع ْلنَا اللَّ ْي َل َوالنَّه‬
‫صياًل‬ِ ‫اب َو ُك َّل َش ْي ٍء فَص َّْلنَاهُ تَ ْف‬ َ ۚ ‫ال ِّسنِينَ َو ْال ِح َس‬
"Kami jadikan tanda siang itu terang benderang (bisa membuatmu melihat)."(Al-
Isra': 12).
Ayat ini menggunakan redaksi mubshirah (menjadikanmu bisa melihat). Hal ini
untuk membandingkan cahaya yang menjadi tanda malam (bulan) dengan cahaya
yang menjadi tanda siang (matahari). Cahaya yang pertama akhirnya mati,
sedangkan cahaya yang kedua masih ada dan karenanya kita bisa melihat.
Menurut Anda, siapakah yang menyampaikan fakta ini kepada Muhammad?
Suatu fakta yang membutuhkan pesawat-pesawat antariksa, satelit-satelit buatan,
dan analisis geologis untuk mengetahuinya. Suatu fakta yang baru terungkap 10
tahunan yang lalu. Mahasuci Allah-Yang Maha Mengetahui dan Mahabijaksana yang
telah berfirman;

ِ ۚ ‫َويُبَيِّنُ هَّللا ُ لَ ُك ُم اآْل يَا‬


‫ت َوهَّللا ُ َعلِي ٌم َح ِكي ٌم‬
"Dan Dia menjelaskan tanda-tanda (kebesaran-Nya) kepadamu. Dia Maha
Mengetahui lagi Maha bijaksana." (An-Nur: 18).
Sisi kemukjizatan yang terdapat pada ayat Al-Quran di atas ialah adanya
petunjuk bahwa bulan pada mulanya bersinar dan bercahaya, kemudian cahaya itu
lenyap, dan bulan menjadi gelap. Allah berfirman;"Kemudian Kami hapuskan tanda
malam," yaitu bulan. Fakta inilah yang ditemukan melalui gambar-gambar yang
dicitrakan satelit-satelit buatan dan studi-studi geologis terhadap permukaan bulan
pada abad ke-20.

G. Kesimpulan dan Saran


Menurut astronom , banyak sekali keajaiban keajaiban di angkasa
ataupun sains mengenai astronomi yang di luar kemampuan manusia
dan hanya bisa di pahami lebih dalam untuk mempelajari kalam kalam
Allah agar ketakwaan manusia yang mempelajari dan yang mencari
kebenaran tersebut semakin yakin semua itu atas kehendak Allah

Anda mungkin juga menyukai