Anda di halaman 1dari 15

FENOMENA GUNUNG YANG BERJALAN SEPERTI AWAN DALAM

PERSPEKTIF AL-QUR’AN

Abdul Khalid Nashwan


Institut Agama Islam Negeri
Pontianak
abdul.sintang77@gmail.com

Riska
Institut Agama Islam Negeri
Pontianak rriiskaaa@gmail.com

Abstrak
Segala hal yang berada dipermukaan bumi ini patut untuk direnungi dan juga
ditafakuri, mau itu dari tumbuhan, hewan, lautan bahkan gunung sekalipun. Segalanya
meliputi cara kerjanya serta fenomenanya. Salah satunya adalah gunung yang menjadi
sesuatu yang menyimpan banyak misteri, namun juga banyak jawaban dari segalanya
mengenai bumi kita ini. Gunung yang biasa dilihat oleh mata manusia berdiri kokoh
diatas bumi tak bergerak, oleh Al-Qur’an disampaikan bahwa gunung-gunung tersebut
sebenarnya tidak tetap berada ditempatnya akan tetapi ia bergerak, berpindah dari
tempatnya seakan ia berjalan. Sebagaimana dijelaskan didalam QS. An-Naml/27:881,
Gerakan gunung-gunung ini disebabkan oleh gerakan kerak bumi tempat mereka
berada. Kerak bumi ini seperti mengapung di atas lapisan magma yang lebih
rapat/padat. Pada awal abad ke-20, ilmuan Jerman bernama Alfred Wegener pertama
kalinya mengemukakan bahwa benua-benua pada permukaan bumi menyatu pada
masa-masa awal terbentuknya bumi namun kemudian terpecah ke arah yang berbeda-
berbeda sehingga terpisah ketika mereka bergerak saling menjauhi. Para ahli geologi
memahami kebenaran pernyataan Wegener baru pada tahun 1980 yakni 50 tahun
setelah kematiannya.

Kata Kunci : Gunung, Lempeng, Al-Qur’an Bumi

1
Muhammad Tajuddin, Titi Mildawati, Rofia Masrifah. AYAT-AYAT SAINS DALAM AL-QUR’AN, Jurnal Teknologi
Pendidikan Madrasah. 2021 4(2). Hal. 9-10.
1
Pendahuluan

Al-Qur’an sebagaimana kita ketahui, merupakan kitab yang paling agung, yang di turunkan
di malam yang mulia, yakni malam Lailatul Qadr, di bulan yang mulia yakni bulan suci Ramadhan
kepada Nabi paling mulia yaitu Nabi Muhammad Saw. Tentunya kemuliaan tersebut tidak lain
karena berkaitan dengan al-Qur’an. Seperti yang sudah di paparkan oleh para ulama bahwasanya
segala hal yang berkaitan dengan suatu hal yang mulia, maka hal tersebut juga akan ikut di
muliakan.
Dapat kita pahami dengan jelas bahwa al-Qur’an merupakan wahyu yang di turunkan oleh
Allah Swt kepada umat islam. Dimana al-Qur’an ini di turunkan sebagai pedoman serta petunjuk
bagi hidup manusia. Tidak ada satupun yang sia-sia atas segala sesuatu yang Allah ciptakan di
jagat raya ini.

Agama (Al-Qur’an) dan Sains hingga kini masih saja menjadi bahan perbincangan di
2
kalangan ulama dan cendekiawan. Sebagian dari mereka berpendapat bahwa kebenaran mutlak
hanya pada wahyu saja. Di karenakan wahyu sendiri bersumber langsung dari Allah SWT.
Sedangkan sebagian yang lainnya berpendapat bahwa kebenaran dari wahyu itu perlu di buktikan
karena secara ilmiah wahyu bersifat takhayul. Agama mungkin saja berharap agar sains dapat
menghilangkan isu-isu takhayul dan mitos yang merasuk ke dalam ajarannya, namun di samping
itu juga ada kekhawatiran bahwa sains dapat menghilangkannya bahkan meniadakannya. Namun
pada kenyataannya, agama dan sains dapat menjalin hubungan yang menguatkan satu sama lain.
Dalam Al-Qur’an sendiri, terdapat ayat-ayat yang masih bersifat simbolik. Yang sampai kini
sangat jarang sekali diperhatikan dan dipahami esensinya. Hal itulah yang kemudian mendatangkan
problematika-problematika di kalangan umat islam itu sendiri. Pemahaman yang dimiliki oleh
umat islam saat ini, umumnya hanya pada pemahaman secara tekstual dan lahiriah saja, dan
stagnan pada pemahaman akan al-Qur’an sebagai “Warisan Budaya”.
Umat islam kini hanya sering terfokus pada persoalan-persoalan tauhid, akidan dan fiqh
saja. Sementara hal-hal yang berkaitan dengan ilmu pengetahuan alam dan sains saja jarang sekali
dikaji. Padahal Allah sudah sangat terang-terangan mengingatkan umat manusia untuk senantiasa
memperhatikan alam semesta sebagai upaya pendekatan diri kepada Allah SWT.

Sebagaimana yang tertera di dalam QS. ‘Ali Imran ayat 190-191;

ِ َّ ِ ‫ٍ ىِل‬ ِ َ‫ٱختِ ٰل‬


ِ َ ‫ف ٱلَّْي ِل وٱلن‬ ِ َّ ‫ِإ َّن ىِف خ ْل ِق‬
َ ‫َّهار َلءَايَٰت ۟وُأِّل ٱَأْللْبَٰب○ ٱلذ‬
‫ين يَ ْذ ُكُرو َن‬ َ ِ ‫ٱَأْلر‬
ْ ‫ض َو‬ ْ ‫ٱلس َٰم َٰوت َو‬ َ
ِ ‫ض ربَّنَا ما خلَ ْقت ٰه َذا ب‬ ِ َّ ‫ٱللَّه قِيٰما و ُقعودا وعلَى جنُوهِبِم ويَت َف َّكرو َن ىِف خ ْل ِق‬
‫ٰطاًل‬َ َ َ َ َ َ ِ ‫ٱَأْلر‬ ْ ‫ٱلس َٰم َٰوت َو‬ َ ُ ََ ْ ُ ٰ َ َ ً ُ َ ًَ َ
‫اب ٱلنَّا ِر‬ ِ ‫○سب ٰحن‬
َ ‫ك فَقنَا َع َذ‬
َ ََ ُْ

Artinya : Sesungguhnya dalam penciptaan langit dan bumi, dan silih bergantinya malam
dan siang terdapat tanda-tanda bagi orang-orang yang berakal, (yaitu) orang-orang yang mengingat
Allah sambil berdiri atau duduk atau dalam keadan berbaring dan mereka memikirkan tentang
penciptaan langit dan bumi (seraya berkata): "Ya Tuhan kami, tiadalah Engkau menciptakan ini
dengan sia-sia, Maha Suci Engkau, maka peliharalah kami dari siksa neraka.

Ayat di atas menguak tentang perenungan seorang hamba mengenai keindahan alam
semesta dan kebesaran-Nya. Termasuk mengenai kejadian dan berbagai fenomena alam lainnya,
salah satunya adalah mengetahui hakikat gunung yang berjalan. Hal ini untuk menuntut agar
manusia mengkaji lebih dalam tentang ayat tersebut, guna membuktikan rahasia-rahasia kebesaran
penciptaan Allah di alam semesta ini, sekaligus menambah wawasan pengetahuan dan kualitas
keimanan umat manusia.
Di antara yang termasuk ayat-ayat kauniyah2 dalam al-Qur’an, salah satunya adalah tentang
hakikat gunung berjalan. Hal ini dijelaskan dalam al-Qur’an, surat An-Naml ayat 88;
2
Ayat-ayat yang menunjukkan kebesaran Allah swt. dengan fenomena-fenomena yang terjadi di alam
3
‫ى َأْت َق َن ُك َّل َش ْى ٍء ۚ ِإنَّهۥَُخبِري ۢ ٌر‬
ٓ ‫صْن َع ٱللَّ ِه ٱلَّ ِذ‬ ِ َّ ‫ال حَتْسبها ج ِام َد ًة و ِهى مَتُُّر مَّر‬
ُ ۚ ‫ٱلس َحاب‬ َ َ َ َ َ ُ َ َ َ‫َوَتَرى ٱجْل ب‬
ِ

‫مِب َا َت ْف َعلُو َن‬

Artinya : “Dan kamu lihat gunung-gunung itu, kamu sangka dia tetap di tempatnya, padahal ia
berjalan sebagai jalannya awan. (Begitulah) perbuatan Allah yang membuat dengan kokoh tiap-tiap
sesuatu; sesungguhnya Allah Maha Mengetahui apa yang kamu kerjakan.”

Dikalangan mufassir, persoalan terkait hakikat gunung berjalan masih menjadi perdebatan
hingga saat ini. Ditinjau dari aspek sains, penemuan penelitian ilmiah dari tokoh Barat membuat
sebagian mufassir pro dan kontra terhadap persoalan ini. Salah satu lmuwan, Alferd Wegener
dalam penelitiannya menemukan bahwa awal mula benua itu dalam kondisi menyatu, akan tetapi
pada saat itu mengalami pergeseran dengan posisi saling menjauhi ke arah yang berbeda-beda.
Penelitian yang di lakukan oleh Alferd ini baru terbukti kebenarannya setelah sekitar 50 tahun dari
kematiannya oleh para ahli geologi yang juga menyatakan bahwa pada awal mulanya permukaan
bumi adalah salah satu kesatuan yang kemudian dinamakan Pangaea, diketahui daratan ini terletak
di wilayah kutub selatan.
Setelah beberapa tahun lamanya, Pangaea tersebut mengalami pembelahan, dimana masing-
masing bergerak ke arah yang berlawanan dan membentuk dua benua raksasa yakni benua
Godwana yang terdiri dari Australia, Afrika, Antartika dan India. Selanjutnya benua kedua yakni
Laurasia yang meliputi Amerika Utara, Eropa, dan Asia. Setelah ratusan lamanya dua benua
Gondwana dan Laurasia ini terpisah, kemudian benua tersebut terbagi lagi menjadi daratan-daratan
yang lebih kecil lagi.
Berhubungan dengan kebenaran gunung berjalan yang disebabkan oleh adanya pergerakan
4
kerak bumi, dimana ilmuwan geologi menemukannya pada penelitian di abad ke-20. Mereka
menjelaskan bahwa kerak dan bagian magma yang memiliki ketebalan lapisan sekitar 100 km itu
dinamakan dengan lempengan. Terdapat sekitar enam lempengan utama dan juga lempengan-
lempengan kecil yang menurut teori itu adalah lempeng tektonik. Lempeng tektonik tersebut
bergerak pada permukaan bumi dengan membawa benua dan dasar lautan bersamanya. Kecepatan
dari pergerakan benua tersebut sekitar 1-5 cm pertahun. Lempengan-lempengan tersebut selalu
bergerak sampai memberikan efek perubahan pada letak geografis bumi secara perlahan setiap
tahunnya. Salah satu contohnya yaitu melebarnya Samudra Atlantik.
Berdasarkan pada data-data ilmiah yang telah di jabarkan oleh ilmuan barat tersebut, telah dapat
dibuktikan sekaligus mengungkap betapa besarnya keagungan Allah SWT yang ditampakkan
kepada umat manusia, juga dengan ini dapat mendorong mereka untuk menganalisis lebih dalam
terkait rahasia disebalik ayat al-Qur’an.
Karena menghubungkan atau menafsirkan suatu ayat dari al-Qur’an merupakan sebuah
upaya dari aktifitas ilmiah. Seperti yang kita ketahui bahwa tafsir merupakan suatu ikhtiar dalam
memahami wahyu Allah, namun manusia hanya sampai pada tahapan persepsi yang relatif, dan
tidak akan sampai pada tahapan yang absolut. Begitu pula dengan firman Tuhan, a tidak dipahami
sama dari waktu-kewaktu, akan tetapi ia senantiasa dipahami berdasarkan pada kondisi masa
dimana seseorang hidup dan realitas kehidupan yang ia jalani serta perkembangan zaman pada
masa itu. Dengan kata lain bahwa firman Allah dipahami secara acak sesuai dengan kebutuhan
umat manusia pada zaman itu.

PEMBAHASAN

Definisi Gunung

Gunung adalah suatu keadaan morfologi dari bumi yang di mana bagian bumi
tersebut mencuat keluar dan menjulang ke angkasa dari dataran. Menurut KBBI, definisi
gunung adalah bukit yang besar dan tinggi dan biasanya tingginya melebihi 600 m dari
permukaan laut. Gunung pada dasarnya merupakan suatu proses natural yang terjadi
dipermukaan bumi dikarenakan beberapa faktor, dan menjadi salah satu fenomena atau
pemandangan alam yang menakjubkan. Ketinggiannya yang dapat dikatakan menyentuh
langit, membuat seolah-olah puncaknya seperti dataran di atas awan dan memberikan
pemandangan fantastis terhadap apa yang adah dibawahnya. Hal ini menyebabkan banyak

5
manusia yang berbondong-bondong untuk mencoba dan menantang diri mereka sendiri
untuk mendaki lereng-lereng terjal agar dapat bisa sampai ke puncak untuk menikmati
sensasi berjalan di antara awan-awan. Tentu saja tidak semua gunung dapat didaki dengan
mudah, karena prosesnya terbentuknya yang alami, gunung-gunung cenderung mempunyai
komposisi-komposisi yang berbeda satu sama lain yang sebagiannya dapat membentuk
jalan yang aman untuk mendaki, dan yang sebagian lagi justru memerlukan perlakuan
ekstra dan juga kehati-hatian lebih. Tidak jarang beberapa casualties3 sering tejadi ketika
seseorang mendaki gunung ataupun juga jika mengingat kejadian gunung Salak, pesawat
yang berlalu lalang yang melewati daerah tersebut pernah kecelakaan yang menyebabkan
banyak korban jiwa. Dikarenakan kemegahannya, gunung terkadang dijadikan sebagai
suatu situs keramat bagi sebagian orang dengan berbagai mitos berserta larangan yang perlu
dihindari jika ingin selamat.
Semua kemegahan dari gunung pada dasarnya juga merupakan suatu yang terjadi
karena adanya proses yang membentuknya. Seperti yang telah disebutkan di atas, gunung
pada dasarnya adalah proses alam, namun terdapat sebagian gunung yang dibuat oleh
manusia, ambil beberapa contoh seperti situs Gunung Padang di Jawa Barat yang
merupakan peninggalan pra-sejarah dan juga gunung garam yang terdapat di Jerman, Monte
Kali. Terdapat juga beberapa gunung yang merupakan batu/tumpukan batu raksasa namun
tetap kembali kepada dasarnya, gunung sejatinya tetap merupakan proses alam. Gunung
terbentuk karena beberapa hal, di antaranya adalah pergerakan lempeng tektonik yang
membuat kerak bumi mencuat dan juga pergolakan magma dibawah kerak bumi.

3
Situasi/ungkapan yang merujuk kepada kerusakan yang memakan korban/korban itu sendiri
6
Struktur Bumi
Sebelum ke pembahasan utama mengenai berjalannya gunung dan tafsirnya, perlu
diketahui beberapa hal yang berkaitan tentang proses terjadinya gunung, sehingga dapat
memudahkan pemahaman serta gambaran mengenai pembahasan yang akan di sampaikan.
Diketahuinya proses terjadinya gunung juga tidak dapat dihindarkan dari penelitian
terhadap bumi itu sendiri, dengan segala bentuk keingintahuan manusia mengenai hal yang
belum pernah mereka temui serta jangkaui, tidak serta merta langsung mengetahui hasil dari
apa yang mereka cari. Untuk memahami proses terjadinya gunung, terdapat beberapa
tahapan dalam menuju kesimpulan yang akan dikemukakan nantinya pada khalayak ramai
dikarenakan kompleksnya alam semesta yang kita diami ini. Dalam hal ini, para peneliti
meneliti misteri besar pertama, yaitu bumi itu sendiri.
Bumi adalah salah satu ciptaan Tuhan yang menjadi tempat bernaungnya para
manusia, menjadi tempat yang nyaman untuk hidup dan memberikan segala macam bentuk
kenikmatan untuk keberlangsungan hidup manusia. Dengan semua tawaran tersebut, tidak
mengherankan jika sebagian orang penasaran bagaimana bisa mereka diberikan penawaran
tersebut oleh benda yang bisa terhitung ‘tidak hidup’? Dari awal keingintahuan inilah yang
menjadikan manusia memutuskan untuk mendalami sendiri tempat tinggal mereka ini dan
memahami serta lebih mengenali supaya nantinya mereka tidak merasa asing dan lebih tahu
cara untuk mengolah hidup mereka lebih baik lagi. Jika dalam ungkapan yang sering
disebutkan oleh kebanyakan orang, “Tak kenal, maka ta’aruf4”.
Penelaahan oleh beberapa ahli geologi mengibaratkan bumi seperti “bawang yang
bundar”5 yang memiliki sejumlah lapisan-lapisan. Setiap lapisan ini memiliki ketebalan
masing-masing yang di mana sampai sekarangpun, manusia belum mampu untuk
4
Ta’aruf berasal dari akar kata ta’arrafa-yata’arrafu (‫ يتعرف‬- ‫ )تعرف‬yang mungkin secara istilah dan budayanya adalah
proses saling mengenal calon pasutri sebelum khitbah dalam nikah, tapi dalam makna aslinya, istilah ini digunakan
sebagai ungkapan untuk berkenalan satu sama lain dengan adanya interaksi timbal-balik.
5
Badan Litbang & Diklat Kemenag RI. 2010. Tafsir Ilmi : PENCIPTAAN BUMI Dalam Perspektif Al-Qur'an dan
Sains. Jakarta: Lajnah Pentashihan Mushaf Al-Qur'an. Hal. 38
7
menjangkaunya. Palung Mariana yang dikatakan sebagai titik terdalam di bumi sendiri saja
masih dapat dikatakan masih jauh dari lapisan lain yang berada di bawahnya, dan mungkin
masih berada pada lapisan teratas. Padahal secara diagram gambarnya, lapisan kerak itu
adalah lapisan teratas dan lapisan yang paling tipis di antara semuanya, tapi tetap saja secara
ukuran nyata, menunjukkan bahwa kita ini sangat kecil, kecil sekali dibandingkan dengan
ukuran yang kita lihat di atas meja kerja.

Bumi disusun secara beurut oleh kerak (crust), dengan ketebalan 0-100 km. Kerak
adalah tempat di mana kita berpijak, tempat kita hidup, tempat berlangsungnya peradaban.
tumbuhan dan hewan berserta manusia berinteraksi di atasnya; mantel (mantle) yang
berbatasan dengan kerak dengan jarak dari daratan 100 km sedangkan jarak dari samudra
kurang lebih setengahnya. Mantel ini adalah pelindung inti bumi, terbagi menjadi 2, bagian
atas yang terdiri dari litosfer yang sebagiannya juga termasuk kerak bumi dan atenosfer.
Sesuai dengan namanya, fungsi mantel adalah melindungi atau menyelimuti bumi; pada
kedalaman 2100 km terdapat inti bumi bagian luar (outer core) dengan sifat yang cair dan
pada kedalaman sekitar >5100km terdapat inti bumi bagian dalam (inner core) dengan sifat
yang padat.

Siklus Geologi
Kaitannya dengan proses terjadinya gunung berkaitan dengan penjagaan kestabilan
bumi itu sendiri agar tidak runtuh meskipun secara prosesnya dapat menyebabkan korban
8
jiwa. Di atas telah disebutkan mengenai gunung yang terbentuk secara alami dengan salah
satu prosesnya adalah pergerakan magma dari dalam bumi. Proses ini lebih mengacu
kepada gunung yang selalu melepaskan muatannya. Ya, gunung api. Pada dasarnya gunung
berapi mempunyai manfaat tersendiri, mengesampingkan malapetaka yang dibawa olehnya,
letusan yang disebabkan oleh gunung berapi itu sendiri pada dasarnya menjaga agar
pergerakan endogen6 normal dan membuktikan bahwa bumi yang kita pijaki ini stabil. Jika
terjadi anomali dalam letusan gunung berapi, maka dapat dispekulasikan bahwa keadaan
bumi mulai tidak teratur dan keberlangsungan hidup dapat terancam karena bencana bisa
terjadi kapan saja. Dengan pola letusan yang teratur, manusia kurang lebih dapat
memprediksi bagaimana bencana tersebut akan terjadi dan dapat memulai simulasi
penanggulangan bencana agar nantinya dapat mengurangi dampak negatif yang akan
diterima ketika bencana tersebut terjadi.

Proses terjadinya gunung api itu sendiri berkaitan dengan siklus geologi, yaitu siklus
daur ulang material alam dan unsur-unsurnya serta perubahannya. Yang di mana terdapat 3
siklus7 yang saling berkaitan, yang diikuti juga oleh siklus batuan (batuan beku – batuan
sedimen – batuan metamorf):
- siklus hidrologi8 yang menjadi penyebab terjadinya erosi9
- sedimentasi10 yang melibatkan siklus tektonik, terutama gerak-gerak naik
turunnya muka bumi, -
- siklus geokimia11 yang berkaitan dengan perubahan elemen-elemen yang ada
dalam bumi.
Sederhananya, proses-proses yang berasal dari dalam bumi menghasilkan batuan
beku seperti batuan granit atau lelehan lava dari gunung api dan batuan metamorf yang
6
Pergerakan lempeng dari dalam bumi dikarenakan energi/panas dari dalam bumi
7
Badan Litbang & Diklat Kemenag RI. 2010. Tafsir Ilmi : PENCIPTAAN BUMI Dalam Perspektif Al-Qur'an dan
Sains. Jakarta: Lajnah Pentashihan Mushaf Al-Qur'an. Hal. 49
8
Sederhananya, proses terjadinya hujan.
9
Pengikisan batuan
10
Proses pengendapan, seperti terbentuknya beberapa delta di ujung sungai.
11
Proses perubahan zat sehingga menghasilkan zat baru yang dipelopori oleh alam seperti angin, air..
9
merupakan jenis batuan yang berubah dari bentuk aslinya akibat kondisi tekanan dan
temperatur yang tinggi. Batuan-batuan ini akibat proses tektonik dapat muncul ke
permukaan. Batuan yang terlontar ke permukaan ini kemudian mengalami pelapukan dan
membuatnya mudah tererosi, secara geokimia, dan selanjutnya diendapkan di bagian
dataran rendah ataupun sampai jauh menuju lautan. Siklus ini terus-menerus terjadi dan
membentuk tatanan batuan yang berbeda-beda di satu tempat dengan di tempat lain. Di satu
tempat, endapan-endapan hasil sedimentasi yang diendapkan di laut mengalami peleburan
yang berjalan jutaan tahun dan secara perlahan proses tektonik menekan dan mengangkat
kembali secara perlahan ke atas permukaan, dan membentuk pegunungan yang menjulang
tinggi, seperti Pegunungan Himalaya atau Pegunungan Bukit Barisan. Di sisi lain, magma
yang bergerak jauh di dalam bumi bisa naik ke permukaan sebagai lava gunung api, atau
tersimpan dan membeku di bawah permukaan sebuah batuan. Semua proses ini tidak lepas
dari siklus tektonik yang melibatkan seluruh batuan yang ada.

Lempeng Tektonik
Sekarang setelah kurang lebih mengetahui beberapa komponen-komponen dalam
proses pembentukan gunung, sekarang kita ke bahasan yang menjadi main dish12 dari
tulisan ini. Yaitu pergerakan lempeng tektonik. Di bagian paling atas, kerak bumi, kulit
bumi berdenyut, bergerak dan sering pula menghentak dengan kekuatan yang dahsyat dan
dapat menimbulkan malapetaka. Di satu sisi, permukaan bumi naik, dan di bagian lain turun
secara perlahan. Di tempat-tempat tertentu magma bergerak naik dan keluar melalui kawah
gunung api. Lempeng tektonik pada dasarnya adalah bagian kulit bumi yang bergerak
dikarenakan tenaga endogen dengan beberapa lempeng yang berinteraksi satu sama lain
dengan arah yang sama maupun berbeda. Pergerakan-pergerakan inilah yang membuat
bumi memiliki morfologi yang berbeda dari waktu ke waktu. Proses ini memakan waktu
yang lama bahkan bisa mencapai jutaan tahun. Kita sebagai manusia mungkin tidak
merasakannya, tapi secara pasti, bumi ini terus bergerak, perlahan tanpa kita sadari
sepenuhnya. Hampir seperti awan yang dapat kita lihat secara kasat mata namun tidak
mersakan perpindahan awan tersebut secara langsung yang di mana di satu sisi, sudah
seperti berpindah tempat begitu saja. Lipatan-lipatan batuan sedimen, maupun patahan,
penurunan dan kenaikan muka bumi, juga gunung-gunung yang terus aktif, adalah bukti
bagaimana bumi senantiasa bergolak. Gunung-gunung yang disangka selalu tetap pada
tempatnya, sesungguhnya berjalan seperti awan.

12
Hidangan utama.
10
Pergerakan yang dipicu oleh tenaga endogen ini selalu terjadi hampir setiap
tahunnya meskipun jika dikatakan terdapat perubahan, itu hanyalah sekitar ukuran mm dan
cm. Tapi ini bisa dipastikan dengan garis pantai barat afrika dengan garis pantai timur
amerika selatan yang jika disatukan seperti puzzle, terlihat cocok dan memang seperti benua
ini pernah menyatu, namun karena proses alam, terbelah menjadi apa yang kita lihat
sekarang ini.
Salah satu bukti bahwa bumi ini bergerak adalah adanya gunung-gunung. Seperti
yang telah dijelaskan, gunung-gunung terbentuk dari pertemuan dua lempeng atau lebih
yang bertabrakan sehingga beberapa bagian dari lempengan tersebut ada yang mencuat ke
atas dan ada juga yang mencuat ke dalam. Membentuk “pasak” sempurna, bagi bumi itu
sendiri. Menurut teori Airy ketinggian gunung (beban ketinggian) akan dikompensasikan
oleh akar yang menghujam dalam bumi (Turcotte dan Schubert, 1982). Semakin tinggi
gunung maka akar semakin dalam dan menjadikan stabil atau tidak goncang13.

Tafsir Al-Qur’an

13
Badan Litbang & Diklat Kemenag RI. 2010. Tafsir Ilmi : PENCIPTAAN BUMI Dalam Perspektif Al-Qur'an dan
Sains. Jakarta: Lajnah Pentashihan Mushaf Al-Qur'an. Hal. 12.
11
Hal ini ternyata sudah dijelaskan di dalam Al-Qur’an dan penyebutan kata “gunung”
banyak disebutkan di dalam Al-Qur’an dengan berbagai sebutan lainnya.
Salah satunya yang menjadi ayat utama bagi artikel ini, QS. An-Naml ayat 88:

ٗ‫ُل َش ْي ۗ ٍء اِنَّه‬ ْٓ ‫ص ْن َع ال ٰلّ ِه الَّ ِذ‬


َّ ‫ي اَْت َق َن ك‬ َّ ‫ال حَتْ َس ُب َها َج ِام َد ًة َّو ِه َي مَت ُُّر َم َّر‬
ِ ۗ ‫الس َحا‬
ُ ‫ب‬ َ َ‫َوَت َرى اجْلِب‬
‫َخبِْي ۢ ٌر مِب َا َت ْف َعلُ ْو َن‬
“Dan engkau akan melihat gunung-gunung, yang engkau kira tetap di tempatnya,
padahal ia berjalan (seperti) awan berjalan. (Itulah) ciptaan Allah yang mencipta dengan
sempurna segala sesuatu. Sungguh, Dia Mahateliti apa yang kamu kerjakan.”

Hal ini mengindikasikan pergerakan yang terjadi pada bumi dengan objek yang
dijadikan contoh adalah gunung. Kenapa gunung? Jika melihat kembali ke definisi gunung,
di atas, orang-orang banyak yang mengagungkan kemegahannya dan kebesarannya. Ini bisa
disimpulkan pada sifat gunung itu sendiri yang besar kokoh, tinggi dan menjulang ke
angkasa. Bahkan sampai sebagian orang ada yang megkeramatkannya. Dari narasi kecil
tersebut, maka terdapat kesimpulan bahwa sebagian besar orang mengagungkan sesuatu itu
karena sifatnya yang kokoh, sesuatu yang tidak bergeming jika digubris, memiliki
kebesaran dan kemegahan yang tampak dan layak untuk diagungkan. Gunung memenuhi
kriteria tersebut secara hampir keseluruhannya. Maka ditarik kesimpulan bahwa
penggunaan kata gunung digunakan untuk menunjukkan sesuatu yang sebesar gunungpun
tidak ada apa-apanya dihadapan Allah swt. Jika Allah menghendaki ia bergerak, maka
bergeraklah ia.
Namun hal di atas merupakan spekulasi pribadi penulis, jika ditelaah secara tafsir,
maka akan ditemukan beberapa kesimpulan yang lebih utama untuk disampaikan dan lebih
logis untuk dijelaskan.
Jika melihat pada salah satu penafsiran Fakhruddin ar-Razi maksud gunung yang

12
bergerak ini lebih mengacu kepada kejadian pada hari kiamat14. Allah berfirman dalam QS.
An-Naba ayat 20:
‫ت َسَرابًا‬ ُ َ‫َو ُسِّيَر ِت ٱجْلِب‬
ْ َ‫ال فَ َكان‬

“Dan dijalankanlah gunung-gunung maka menjadi fatamorganalah ia. “

Berjalannya gunung dijelaskan Ar-Razi dengan 6 tahapan:

- Pertama, awal mula gunung itu rata, seperti dalam surah Al-Haqqah ayat 14:

ً‫اح َد ۙة‬
ِ ‫ال فَ ُد َّكتَا َد َّكةً َّو‬
ُ َ‫ض َواجْلِب‬ ِ ِ
ُ ‫َّومُح لَت ااْل َْر‬
“dan diangkatlah bumi dan gunung-gunung, lalu dibenturkan keduanya sekali
benturan.”
- Kedua, gunung-gunung menjadi layaknya bulu yang berhamburan, seperti dalam
surah Al Qari’ah ayat 5:

ِ ۗ ‫ال َكالْعِ ْه ِن الْ َمْن ُف ْو‬


‫ش‬ ُ َ‫َوتَ ُك ْو ُن اجْلِب‬
“dan gunung-gunung seperti bulu yang dihambur-hamburkan.”
- Ketiga, gunung-gunung tersebut seperti debu, terpecah-pecah dan berhambur-
hamburan setelah layaknya bulu.
- Keempat, gunung-gunung tersebut diledakkan yang karenanya menjadikannya
seperti dahulu tatkala benua-benua berada ditempatnya, dan bumi yang ada
dibawahnya tidak berpencar, yang kemudian pada akhirnya Allah ledakkan
dengan mengirimkannya angin.
- Kelima, angin mengangkatnya ke permukaan bumi, dan menerbangkannya
mengapung diatas udara layaknya debu. Maka setiap orang yang melihatnya ia
akan mengira bahwa gunung itu diam ditempatnya, padahal pada hakikatnya
gunung itu berjalan sebagaimana jalannya awan. Perjalanan gunung tersebut
disebabkan oleh jalannya angin yang menyebabkannya rata. Hal itu terjadi atas
keagungan dan kekuasaan Allah swt
14
Moh. Muhlis & Moh. Jufriyadi Sholeh. HAKIKAT GUNUNG BERJALAN DALAM AL-QUR’AN (Studi Komparatif
atas Penafsiran Surah an-Naml Ayat: 88 dalam Kitab Mafatih al-Ghaib Karya Fakhruddin ar-Razi dan Tafsir al-
Azhar Karya Buya Hamka), Jurnal El-WAROQOH, 3(1). Januari-Juni, 2019. Hal. 11-13
13
- Keenam, gunung-gunung tersebut menjadi fatamorgana yang memiliki makna
tidak ada sesuatu apapun setelahnya. Siapa yang melihat ke tempat gunung
tersebut, dia tidak akan mendapatinya sesuatu apapun. Seperti halnya orang
yang melihat fatamorgana dari kejauhan, namun apabila dia datang
ketempatnya, dia tidak mendapati sesuatu apapun.

Ada lagi tafsiran menurut Buya HAMKA15; Hamka mengibaratkan perjalanan gunung
sebagaimana perahu yang berlayar diatas bahtera. Yaitu bahwa barang-barang yang ada dalam
kapal tepat tidak bergerak ditempatnya, terutama bila ombak tidak besar. Peti-peti, keranjang-
keranjang tidak terasak, tidak teringsut kalau tidak diingsutkan. Bagaimana dia diletakkan ketika
naik, demikian dia didapati ketika akan turun, yang berlayar adalah kapal. Adapun barang barang
yang ada dalam kapal, rasanya tidak berlayar dan membeku tidak bergerak, padahal dia dibawa
ikut serta oleh kapal yang tengah berlayar itu.
Ada juga ayat yang membahas mengenai bumi yang menjadi pasak yang jika diterka lagi
lebih lanjut, seperti mengimplikaasikan bahwa gunung tersebut diam dan tidak bergerak., beberapa
di antaranya adalah :

QS. An-Naba ayat 7


َ َ‫َّوا ۡل ِجب‬
‫ال اَ ۡوتَ ًادا‬
“dan gunung-gunung sebagai pasak?”

QS. Al-Mursalat ayat 27


‫ا‬jًۗ‫ت َّواَ ْس َقْيٰن ُك ْم َّماۤءً ُفَرات‬
ٍ ‫َّوجع ْلنَا فِيها رو ِاسي مٰشِ ٰخ‬
َ ََ َْ ََ
“Dan Kami jadikan padanya gunung-gunung yang tinggi, dan Kami beri minum kamu dengan air
tawar?”

QS. Al-Hijr ayat 19


‫ض َم َد ْد ٰن َها َواَلْ َقْينَا فِْي َها َر َو ِاس َي َواَ ۢ ْنبَْتنَا فِْي َها ِم ْن ُك ِّل َش ْي ٍء َّم ْو ُز ْو ٍن‬
َ ‫َوااْل َْر‬
“Dan Kami telah menghamparkan bumi dan Kami pancangkan padanya gunung-gunung serta
Kami tumbuhkan di sana segala sesuatu menurut ukuran.”

QS. Al-Anbiya’ ayat 31


‫اجا ُسبُاًل لَّ َعلَّ ُه ْم َي ْهتَ ُد ْو َن‬ ِ ِ ِ‫ِ هِب‬ ِ ِ ‫وجع ْلنَا ىِف ااْل َر‬
ً ‫ض َر َواس َي اَ ْن مَت ْي َد ْۖم َو َج َع ْلنَا فْي َها ف َج‬ ْ ََ َ
15
Moh. Muhlis & Moh. Jufriyadi Sholeh. HAKIKAT GUNUNG BERJALAN DALAM AL-QUR’AN (Studi Komparatif
atas Penafsiran Surah an-Naml Ayat: 88 dalam Kitab Mafatih al-Ghaib Karya Fakhruddin ar-Razi dan Tafsir al-
Azhar Karya Buya Hamka), Jurnal El-WAROQOH, 3(1). Januari-Juni, 2019. 15.
14
“Dan Kami telah menjadikan di bumi ini gunung-gunung yang kokoh agar ia (tidak) guncang
bersama mereka, dan Kami jadikan (pula) di sana jalan-jalan yang luas, agar mereka mendapat
petunjuk.”

QS. An-Nazi’at ayat 32


َ َ‫َوا ۡل ِجب‬
‫ال اَ ۡر ٰسٮ َها‬
“Dan gunung-gunung Dia pancangkan dengan teguh.”

Semua ayat tersebut ditafsirkan mayoritas Ulama’ tafsir bahwa mereka mengatakan 16: Jika sebuah
kapal dihamparkan ke permukaan air, kapal itu memanjang dari sisi ke sisi dan bergolak, dan jika
ada barangbarang berat ditempatkan di kapal itu, maka kapal itu akan dapat stabil dipermukaan air
dan mengendap. Mereka berkata, “Maka ketika Tuhan Yang Maha Esa menciptakan bumi di atas
permukaan air, daratan itu bergolak dan terwujud, maka Tuhan Yang Mahakuasa menciptakan
gunung-gunung yang berat ini di atasnya, sehingga mereka menetap di permukaan air karena
beratnya gunung-gunung ini.

Kesimpulan
Allah telah mengajarkan manusia begitu banyak pengetahuan hanya melalui ayat-ayatnya
yang bersifat universal, namun juga menyimpan banyak makna yang bisa dikaji dan juga dikaitkan
dengan dunia sains dewasa ini. Sifatnya yang universal juga yang membuat kebenarannya juga
relevan dengan hampir setiap masa tanpa mendiskriminasi maupun menspesifikasi. Seperti tulisan
ini salah satunya, sebagai bentuk penelitian terhadap ayat-ayat yang berkaitan untuk
menkonkretkan kembali kebenaran dari ayat- ayat tersebut.

Daftar Pustaka

Badan Litbang & Diklat Kemenag RI. 2010. Tafsir Ilmi : PENCIPTAAN BUMI Dalam Perspektif
Al-Qur'an dan Sains. Jakarta: Lajnah Pentashihan Mushaf Al-Qur'an.

Muhlis, Moh. & Moh. Jufriyadi Sholeh. HAKIKAT GUNUNG BERJALAN DALAM AL-QUR’AN
(Studi Komparatif atas Penafsiran Surah an-Naml Ayat: 88 dalam Kitab Mafatih al-Ghaib
Karya Fakhruddin ar-Razi dan Tafsir al-Azhar Karya Buya Hamka), Jurnal El-
WAROQOH, 3(1). Januari-Juni, 2019. 1-25.

Rifaannudin, Mahmud & Faiz Alauddin. BERGERAK DAN DIAMNYA GUNUNG DALAM AL-
QUR’AN MENURUT FAKHR AL-DIN AL-RAZI, Al Muhafidz: Jurnal Ilmu Al-Qur’an dan
Tafsir 2(2). 2022. 101-114.

Tajuddin, Muhammad, Titi Mildawati dan Rofia Masrifah. AYAT-AYAT SAINS DALAM AL-
QUR’AN, Jurnal Teknologi Pendidikan Madrasah. 2021 4(2). 1-16.

Mahmud Rifaannudin & Faiz Alauddin. BERGERAK DAN DIAMNYA GUNUNG DALAM AL-QUR’AN MENURUT
16

FAKHR AL-DIN AL-RAZI, Al Muhafidz: Jurnal Ilmu Al-Qur’an dan Tafsir 2(2). 2022. Hal. 107.
15

Anda mungkin juga menyukai