Anda di halaman 1dari 19

Al-Qur’an dan Hadist tentang

Penciptaan Alam Semesta


Nama Anggota Kelompok 1:
1. Indhana Yulva (17620078)
2. Abdi Wahyu Nugroho (17620082)
3. Ika Budiwanti (17620091)
4. Alfi Ni’matul Khoiriyah (17620098)
Al-Qur’an merupakan otoritas pertama yang memandang bahwa alam semesta
beserta isinya bukanlah realitas melainkan salah satu dari banyaknya kebesaran
Allah SWT. Penciptaan alam semesta merupakan bahasan yang menarik seperti
yang diungkap oleh Zar (1994) bahwa dalam memformulasikan penciptaan alam
semesta, umat Islam terbelah ke dalam dua kelompok: kelompok pertama
berpendapat bahwa alam semesta diciptakan Allah dari tiada secara langsung.
Sementara kelompok kedua berpandangan bahwa alam semesta
diciptakan Allah dari ada secara tidak langsung. Kelompok
pertama di canangkan oleh teolog al-Asy’ariah yang bercorak
tradoisionalis, sedangkan kelompok kedua di suarakan oleh teolog
Muktazilah yang bercorak rasionalis dan filosof Islam.
Al-Qur’an menjelaskan mengenai penciptaan alam semesta
dalam surah Ali-Imran ayat 190-191:
َ‫ الَّذِين‬. ‫ب‬ِ ‫ت ِْلُو ِلي ْاْل َ ْل َبا‬ ٍ ‫ار ََل َيا‬ِ ‫ف اللَّ ْي ِل َوالنَّ َه‬ ْ ‫ض َو‬
ِ ‫اخ ِت ََل‬ ِ ‫ت َو ْاْل َ ْر‬
ِ ‫س َم َاوا‬
َّ ‫ق ال‬ِ ‫ِإ َّن ِفي خ َْل‬
‫ض َربَّنَا َما‬ ِ ‫ت َو ْاْل َ ْر‬ ِ ‫س َم َاوا‬
َّ ‫ق ال‬ ِ ‫علَ ٰى ُجنُو ِب ِه ْم َو َيتَفَ َّك ُرونَ ِفي خ َْل‬ َ َّ َ‫َي ْذ ُك ُرون‬
َ ‫َّللا ِق َيا ًما َوقُعُودًا َو‬
‫ار‬ َ ‫ع َذ‬
ِ َّ‫اب الن‬ َ ‫س ْب َحان ََك فَ ِقنَا‬ ِ ‫ت ٰ َه َذا َب‬
ُ ‫اط ًَل‬ َ ‫َخلَ ْق‬
Artinya: “Sesungguhnya dalam penciptaan langit dan bumi,
dan silih bergantinya malam dan siang terdapat tanda-tanda
bagi orang-orang yang berakal (yaitu) orang-orang yang
mengingat Allah sambil berdiri atau duduk atau dalam
keadaan berbaring dan mereka memikirkan tentang
penciptaan langit dan bumi (seraya berkata): “Ya Tuhan kami,
tiadalah Engkau menciptakan ini dengan sia-sia. Maha Suci
Engkau, maka periharalah kami dari siksa neraka” (QS, Ali
Imran, 190-191).
Berdasarkan pada temuan ilmuwan tentang

PENCIPTAAN ALAM proses penciptaan awal kejadian alam semesta, seperti


yang dikemukakan oleh Steven Weinberg dalam bukunya
SEMESTA The First Three Minutes bahwa sebelum keterpisahan
langit dan bumi, suhu pada waktu itu adalah 10 Kelvin.
Alam semesta waktu itu baru berisi sop materi
(kosmos) dan radiasi yang tak terbedakan. Sedangkan
kerapatan alam semesta berada pada suhu 10 Kelvin,
yaitu 3,8 milyard kali rapat air saat ini. Kondisi suhu alam
semesta ini bisa disebut sebagai bingkai pertama. Alam
semesta pada bingkai ini mengembang dengan cepat dan
suhunya terus menurun, kemudian alam semesta akan
menghabiskan waktunya dalam bingkai ini selama 0,02
detik dihitung dari perseratus detik yang pertama (Rosyadi,
2005).
Terkait dengan proses penciptaan alam, diketahui bahwa pada

PENCIPTAAN surat Al-Anbiya’: 30 memberikan petunjuk bahwa teori big bang yang
diungkapkan oleh para ilmuwan sekitar awal abad ke-20, telah diungkapkan
LANGIT oleh ayat tersebut sekitar 1400 tahun yang lalu (Rosadisastra, 2007), Allah
berfirman:
َ‫َيءٍ َحي ٍ ۖ أَفَ ََل يُؤْ ِمنُون‬ ِ ‫ض َكانَتَا َرتْقًا فَفَت َ ْقنَا ُه َما ۖ َو َج َع ْلنَا ِمنَ ْال َم‬
ْ َ ‫اء ُك َّل‬ َ ‫ت َو ْاْل َ ْر‬ َّ ‫أ َ َولَ ْم يَ َر الَّذِينَ َكفَ ُروا أ َ َّن ال‬
ِ ‫س َم َاوا‬
Artinya: “Dan apakah orang-orang yang kafir tidak mengetahui bahwasanya
langit dan bumi itu keduanya dahulu adalah suatu yang padu, kemudian
Kami pisahkan antara keduanya. Dan dari air Kami jadikan segala sesuatu
yang hidup. Maka mengapakah mereka tiada juga beriman?” (QS. Al-
Anbiya’ : 30).
Ayat tersebut semakin memperkuat dugaan adanya peristiwa yang
dikemukakan oleh teori big bang, dan hal itu dapat menunjukkan bahwa ayat
Al-Qur’an merupakan mu’jizat sepanjang zaman selama umur bumi ini,
karena proses big bang masih terus berjalan hingga akhir zaman
berdasarkan penelitian para ahli di bidangnya (Rosadisastra, 2007).
Ketika membicarakan matahari, Al-Qur’an

PENCIPTAAN MATAHARI mendeskripsikannya sebagai siraj (pelita), sesuatu tidak


dinamakan siraj (pelita), kecuali apabila ia memiliki panas
dan bisa menyinari. Dua sifat tersebut sesuai dengan
matahari yang bisa memancarkan panas dan cahaya ke
bumi. Sinar matahari sendiri sebetulnya bukan cahaya
murni yang berwarna putih yang dinamakan nur (yang
memungkinkan manusia untuk bisa melihat). Ketika sinar
matahari memasuki atmosfer yang melingkupi bumi,
dimulailah penguraian sinar itu oleh partikel-partikel atom
padat dan uap air yang ada di udara, lalu sinar itu pun
berubah menjadi cahaya (Thayyarah, 2014). Sinar matahari
apabila sampai di atmosfer, ia akan terurai dan tercerai-
berai diantara partikel-partikel udara dan debu. Inilah yang
oleh para pakar fisika dinamakan penguraian cahaya.
Allah berfirman:
ِ ‫﴾ َوالنَّ َه‬٢﴿ ‫﴾ َو ْالقَ َم ِر إِ َذا ت َ ََلهَا‬١﴿ ‫ض َحاهَا‬
﴾٣﴿ ‫ار إِ َذا َج ََّلهَا‬ َّ ‫َوال‬
ُ ‫َ ْم ِس َو‬

Artinya: “Demi matahari dan cahayanya di pagi hari, dan bulan apabila mengiringinya, dan
siang apabila menampakkannya” (QS. As-Syams: 1-3).
Sepanjang sejarah, manusia mengira bahwa mataharilah yang menampakkan siang,
sedangkan Al-Qur’an menyatakan bahwa sianglah yang menampakkan matahari.
Sesungguhnya sinar matahari yang sangat terang itu tidak bisa dilihat kecuali pada lapisan tipis
atmosfer bumi yang menghadap matahari. Jadi, yang membuat matahari tampak adalah
lapisan siang, bukan sebaliknya (Thayyarah, 2014).
PENCIPTAAN
BULAN Allah berfirman :

۟ ُ‫ْص َرة ً ِلتَ ْبتَغ‬


‫وا فَض ًَْل ِمن‬ ِ ‫ار َءا َيتَي ِْن ۖ فَ َم َح ْونَا ٓ َءايَةَ ٱلَّ ْي ِل َو َج َع ْلنَا ٓ َءا َيةَ ٱلنَّ َه‬
ِ ‫ار ُمب‬ َ ‫َو َج َع ْلنَا ٱلَّ ْي َل َوٱلنَّ َه‬
ً ‫ص‬
‫يَل‬ ِ ‫ص ْل ٰنَُُ تَ ْف‬ َ ‫اب ۚ َو ُك َّل‬
َّ َ‫َ ْىءٍ ف‬ َ ‫س‬َ ‫ٱلسنِينَ َو ْٱل ِح‬
ِ ‫ع َد َد‬ ۟ ‫َّر ِب ُك ْم َو ِلتَ ْعلَ ُم‬
َ ‫وا‬

“Kami jadikan malam dan siang sebagai dua tanda (Kebesaran Kami),
kemudian Kami hapuskan tanda malam dan Kami jadikan tanda siang itu
terang benderang , agar kalian (dapat) mencari karunia dari Rabb kalian
, dan agar kalian mengetahui bilangan tahun dan perhitungan (waktu).
Dan segala sesuatu telah Kami terangkan dengan jelas “ (QS. Al Isra’:
12)
Dijelaskan dalam kitab Dalail an-Nubuwah , Imam Baihaqi dan Ibnu Asakir meriwayatkan

sebuah hadits dari Said al Maqbari : Abdullah bin Salam bertanya pada Rasulullah tentang bercak

hitam yang terdapat pada permukaan bulan. Rasulullah Shalallahu Alaihi Wassalam menjawab:

asalnya , matahari dan bulan adalah 2 buah matahari. Lalu Allah berfirman,”Kami jadikan malam dan

siang sebagai dua tanda (kebesaran Kami) , kemudian Kami hapuskan tanda malam jadi bercak

hitam yang kau lihat itulah yang dihapus oleh Allah”. Ikrimah menyebut, ”Allah menciptakan sinar

matahari dalam 139 bagian, sementara bulan hanya diberi satu bagian saja” Ibnu Abu Hatim pernah

meriwayatkan dari Muhammad bin Ka’ab Ahbar yang berkata,”Ada 1 matahari pada malam hari, ada

1 matahari pada siang hari. Tapi kemudian Allah menghapus matahari yang ada pada malam. Itulah

penyebab bercak hitam yang ada pada bulan”.


TEORI PENCIPTAAN BUMI DAN SAMUDERA

Penciptaan bumi menurut Al-Qur’an berturut-turut disebutkan bahwa alam semesta


diciptakan selama enam masa atau periode. Dalam surah Hud ayat 7 ditemukan
penyebutan ini, selanjutnya dalam surat As-Sajdah ayat 4 dan diulang kembali
penyebutannya dengan penambahan kata-kata “wa ma baynahuma” yang artinya apa yang
ada diantara kedua ruang alam dan materi. Kemudian dalam surat Fushilat ayat 9-12
diulang penyebutannya (enam tahapan atau periode) kembali dengan penjelasan yang lebih
rinci dari dua surat sebelumnya. Enam ayat yang menyebutkan penciptaan bumi tersebut
bukanlah menunjukkan urutan dalam penciptaan ruang alam dan materi, namun ayat-ayat
tersebut menjelaskan tahapan atau periode penciptaan alam semesta secara keseluruhan
dalam waktu yang sama (Zar, 1994).
TERBENTUKNYA ALAM SEMESTA MENURUT
PANDANGAN ISLAM

Masa II Masa IV Masa VI


Proses geologis
Pengembangan
Awal mula serta lahirnya
dan
daratan di bumi hewan dan
penyempurnaan
manusia

Penciptaan Pembentukan tata Pengiriman air


langit pertama surya termasuk ke bumi melalui
kali bumi komet

Masa I Masa III Masa V


Penciptaan bumi tak lepas dengan adanya pertanyaan mengenai proses terbentuknya
lautan dan samudra. Dalam proses terbentuknya samudra, dijelaskan melalui teori Gondwana
menurut Sani, (2014) teori Gondwana yang menjelaskan bahwa pada saat awalnya semua
lempengan daratan bersatu. Kesamaan spesies pada beberapa benua merupakan bukti bahwa
lempengan benua memang pernah bersatu. Dalam hal ini Al-quran juga menerangkan tentang
peristiwa penghamparan tersebut dalam beberapa ayat diantaranya pada surah Adz-Dzariyat
ayat 48 yang artinya “Dan bumi Kami hamparkan, maka (Kami) sebaik-baik yang telah
menghamparkan”.
Pergerakan lempeng benua terjadi sedikit demi sedikit sehingga posisi benua adalah
seperti saat ini. Hal ini juga dijelaskan dalam Al-Qur’an surah Ar-Rad ayat 41 yang artinya “Dan
apakah mereka tidak melihat bahwa Kami mendatangi daerah-daerah (orang yang ingkar
kepada Allah) lalu Kami kurangi (daerah-daerah) itu (sedikit demi sedikit) dari tepi-tepinya? Dan
Allah menetapkan hukum menurut kehendak-Nya , Dia Maha cepat perhitungan-Nya”
Berkurangnya luas daratan yang diterangkan dalam ayat tersebut disebabkan oleh sebagian
benua bergeser ke arah dalam.
Perkembangan teori dentuman besar tidak bisa dilepaskan dari
amatan Edwin Hubble mengenai ingsutan merah. Ingsutan merah
TEORI merupakan suatu amatan Hubble mengenai laju gerak semesta dan dari
BIG BANG ingsutan merah inilah kemudian teori dentuman Besar bermula. Ingsutan
merah merupakan pertanda bahwa semesta berkembang dan jika semesta
berkembang, maka ada satu titik di mana titik tersebut menjadi pusat dari
pengembangan alam semesta. Titik inilah yang memunculkan gagasan
bahwa semesta memiliki titik mula. Teori ini menyatakan bahwa alam
semesta berawal dari ledakan satu titik tunggal bervolume yang terjadi
sekitar 15 miliar tahun lalu. Oleh karena itu, tidak mengeherankan bahwa
gagasan Big Bang hampir secara keseluruhan disambut dengan suka-cita
oleh kalangan agamawan. Karena, gagasan bahwa semesta memiliki awal
bisa ditafsirkan dan bahwa semesta ini bermula dan kebermulan semesta
merupakan suatu proses penciptaan. Dengan kata lain, semesta
sebelumnya tidak ada, barulah kemudian ada. Big Bang bukan sekadar
suatu permulaan, melainkan proses pemuaian semesta.
Tahun 1948, Ralph Alpher dan Robert Herman memprediksi bahwa ketika terjadi Dentuman
Besar, dentuman itu melepaskan radiasi latar belakang. Radiasi latar belakang itu, tepatnya radiasi
latar belakang gelombang mikro kosmik atau CMBR, diperkirakan bersuhu sekitar 3 sampai dengan 5
K jika diukur di masa sekarang. Pada 1964, James Peebles dan Robert Dicke menegaskan kembali
prediksi jika benar bahwa semesta tercipta melaui dari suatu proses ledakan di t = o, maka sisa
radiasi dari ledakan tersebut masih bisa ditemukan sampai saat ini (Suteja, 2009).

Teori Big bang ini didukung oleh fakta-fakta yang mendasar menurut Zar (1994) yaitu:

• Solusi persamaan Einstein

• Jumlah besarnya helium dan deuterium yang diamati di alam semesta

• Kecocokan antara penaksiran umur alam semesta dari berbagai gagasan

• Latar beakang radiasi gelombang mikro yang diamati dalam alam

• Distribusi radio galaksi.


RUANG ANGKASA

Mempelajari ruang angkasa pertama perlu mengenai asal mula kejadian alam, terdapat banyak teori

yang dikemukakan oleh para astronom, filosof, pemikir dan ahli-ahli sains terdahulu. Alam merupakan objek awal

penelitian para pemikir terdahulu sampai sekarang. Terbentuknya ruang angkasa berasal dari gas yang

berserakan secara teratur di angkasa luar, sedangkan kabut-kabut atau kumpulan kosmos-kosmos itu tercipta

dari gas-gas tersebut yang memadat (Rosyadi, 2005).

Dalam Al-Qur’an, yang diturunkan 14 abad silam di saat ilmu astronomi masih terbelakang,

mengembangnya alam semesta digambarkan sebagaimana berikut ini:Q.S Ad- Dzariyat (51) : 47

َ ‫س َما َء َبنَ ْينَاهَا ِبأ َ ْي ٍد َو ِإنَّا لَ ُمو ِسعُون‬


َّ ‫َوال‬

Artinya: “Dan langit itu Kami bangun dengan kekuasaan (Kami) dan Sesungguhnya Kami benar-benar

berkuasa.”
Kata “langit”, sebagaimana dinyatakan dalam ayat ini, digunakan di banyak tempat dalam Al-

Qur’an dengan makna luar angkasa dan alam semesta (Jamarudin, 2010). Di sini sekali lagi, kata

tersebut digunakan dengan arti ini. Dengan kata lain, dalam Al Qur’an dikatakan bahwa alam semesta

“mengalami perluasan atau mengembang”. Dan inilah yang kesimpulan yang dicapai ilmu

pengetahuan masa kini .

Terdapat macam benda di alam semesta seperti miliaran bintang dan galaksi dengan jumlah

yang tak terhitung pada orbit yang terpisah. Meskipun demikian, semuanya berada dalam keserasian.

Bintang, planet, dan bulan beredar pada sumbunya masing-masing dan dalam sistem yang

ditempatinya masing-masing. Terkadang galaksi yang terdiri atas 200-300 miliar bintang bergerak

melalui satu sama lain (Jamarudin, 2010). Selama masa peralihan dalam beberapa contoh yang

sangat terkenal yang diamati oleh para astronom, tidak terjadi tabrakan yang menyebabkan

kekacauan pada keteraturan alam semesta.


PENCIPTAAN BINTANG
Bintang merupakan gumpalan gas yang bersifat membakar, menyala, dan menyinari dari dalam
dirinya sendiri. Cahayanya akan terus menyala selama jutaan tahun tanpa padam, ini akibat dari interaksi
atom-atom didalam bintang tersebut ini di kenal istilah “proses peleburan inti atom”. (Sada, 2016).

Orbit bintang menunjukakan ruang dan waktu. Besarnya suatu orbit menunjukkan adanya
peningkatan waktu atau kematangan usia suatu bintang. Faktanya, ilmu pengetahuan modern menetapkan
bahwa orbit bintang-bintang, baik yang deket maupun jauh dari kita, selaras dengan usianya (Sada, 2016).
Ruang dan waktu merupakan sunatullah yang mengendalikan setiap ujung jagat raya, yaitu melalui hukum-
hukum gravitasi yang tersebar di antara benda-benda angkasa. Allah berfirman, “Sungguh, Allah yang
menahan langit dan bumi agar tidak lenyap; dan jika keduanya akan lenyap, tidak ada seorang pun yang
mampu menahannya selain Allah. Sungguh, Dia Maha Penyantun Lagi Maha Pengampun.” (Fathir: 41).
KESIMPULAN
Alam semesta atau jagat raya adalah suatu ruangan yang maha besar yang di dalamnya

terdapat kehidupan yang biotik dan abiotik, serta di dalamnya terjadi segala peristiwa alam baik yang
dapat diungkapkan manusia maupun yang tidak.Dari pembahasan di
atas, dikemukakan beberapa teori dari beberapa ilmuwan serta dari pandangan Islam berdasarkan Al
Quran. Dari sekian banyak teori-teori yang dikemukakan oleh para ilmuwan ternyata ilmuwan modern
menyetujui bahwa teori dentuman besar (Teori Big Bang) merupakan satu-satunya penjelasan masuk
akal dan yang dapat dibuktikan mengenai asal mula alam semesta dan bagaimana alam semesta
muncul menjadi ada. Namun perlu disadari bahwa jauh sebelum para ahli mengemukakan teori Big
Bang, ayat- ayat Al Quran telah secara jelas menceritakan bagaimana alam semesta ini terbentuk
dalam 6 masa.
TERIMA KASIH

Anda mungkin juga menyukai