Anda di halaman 1dari 20

MATA KULIAH DOSEN PEMBIMBING

METODOLOGI STUDI ISLAM AGUS FIRDAUS CHANDRA, Lc., M.A

PRINSIP DASAR EPISTEMOLOGI ISLAM

OLEH KELOMPOK : 2

1. M. IQBAL ZAINUR ( 11750514796)

2. RISKY ARIANTO ( 11750515060)

TEKNIK ELEKTRO

FAKULTAS SAINS DAN TEKNOLOGI

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SULTAN SYARIF KASIM

PEKANBARU

2019
i

KATA PENGANTAR

Dengan menyebut nama Allah Subhanahu Wa Ta’ala Yang Maha Pengasih


Lagi Maha Penyayang, Kami panjatkan puji dan syukur atas kehadirat-Nya Karena
berkat rahmat dan karunia-Nya yang tiada putus-putusnya selalu menyertai penulis
dapat menyelesaikan makalah yang berjudul “PRINSIP DASAR EPISTEMOLOGI
ISLAM”.

Makalah ini telah penulis susun dengan sebaik-baiknya. Dan terima kasih
kepada Bapak AGUS FIRDAUS CHANDRA, Lc., M.A selaku Dosen Mata Kuliah
Metodologi Studi Islam serta pihak-pihak yang senantiasa bersabar dan ikhlas
dalam membantu penulisan makalah ini, sehingga makalah ini dapat selesai dengan
tepat waktu.

Penulis menyadari bahwa dalam penulisan makalah ini masih banyak


terdapat kesalahan dan kekeliruan dalam susunan bahasa maupun penulisan. Oleh
karena itu penulis sangat berharap kritik dan saran yang membangun dari pembaca,
sehingga penulis dapat memperbaiki dan membuat makalah yang lebih baik lagi
kedepannya.

Akhir kata Penulis berharap makalah ini dapat memberikan manfaat bagi
pembaca, yang bukan sekedar dimengerti isinya secara tekstual, tetapi juga dapat
mengamalkan nilai nilai islami yang terdapat dalam makalah ini dengan keikhlasan
dan ridho karena Allah Subhanahu Wa Ta’ala.

Pekanbaru, 13 Maret 2019

Penulis
ii

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ................................................................................ i

DAFTAR ISI .............................................................................................. ii

BAB I PENDAHULUAN ........................................................................ 1

1.1 Latar Belakang ............................................................................... 1


1.2 Rumusan Masalah .......................................................................... 3
1.3 Tujuan Penulisan ............................................................................. 3

BAB II PEMBAHASAN ........................................................................... 4

2.1. Pengertian Epistemologi Islam ...................................................... 4


2.1.1. Pengertian Epistemologi ................................................... 4
2.1.2. Pengertian Islam ............................................................... 5
2.1.3. Pengertian Epistemologi Islam ......................................... 6
2.2. Sumber Pengetahuan ...................................................................... 7
2.2.1. Wahyu ............................................................................... 7
2.2.2. Akal................................................................................... 8
2.2.3. Intuisi ................................................................................. 9
2.3. Kriteria Kebenaran Dalam Islam .................................................. 11

2.4. Peranan Dan Fungsi Pengetahuan Islam ...................................... 13

BAB III PENUTUP .................................................................................. 15

3.1 Simpulan ..................................................................................... 15


3.2 Saran ........................................................................................... 15

DAFTAR PUSTAKA .............................................................................. 17


1

BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang


Sejak lahir manusia tidak lepas dari interaksi sosial dalam ruang
lingkup keluarga maupun masyarakat serta lingkungannya. Manusia
diberikan kemampuan berpikir dan berenung oleh Allah Subhana Wa Ta’ala
untuk sadar dan peduli akan alam semesta, sebagaimana tertulis dalam Al-
Quran :

‫ض َج ِميعًا ِم ْنهُ ۚ إِ َّن فِي َٰذَ ِل َك‬


ِ ‫ت َو َما فِي ْاْل َ ْر‬ َّ ‫س َّخ َر لَ ُك ْم َما فِي ال‬
ِ ‫س َم َاوا‬ َ ‫َو‬
َ‫ت ِلقَ ْو ٍم َيتَفَ َّك ُرون‬
ٍ ‫ََليَا‬

Dan Dia telah menundukkan untukmu apa yang di langit dan apa yang
di bumi semuanya, (sebagai rahmat) daripada-Nya. Sesungguhnya pada yang
demikian itu benar-benar terdapat tanda-tanda (kekuasaan Allah) bagi kaum
yang berfikir. (QS. Al-Jatsiyah : 13)1

‫ار َو ْٱلفُ ْل ِك ٱلَّتِى ت َ ْج ِرى فِى‬ ِ َ‫ٱختِ َٰل‬


ِ ‫ف ٱلَّ ْي ِل َوٱلنَّ َه‬ ْ ‫ض َو‬ ِ ‫ت َو ْٱْل َ ْر‬
ِ ‫س َٰ َم َٰ َو‬ ِ ‫ِإ َّن فِى خ َْل‬
َّ ‫ق ٱل‬
َ ‫س َما ٓ ِِء ِمن َّمآِءٍ فََأ َ ْْح َيا ِب ِه ْٱْل َ ْر‬
َ‫ض َب ْعَد‬ َّ ‫ٱَّللُ ِمنَ ٱل‬ َ َّ‫ْٱل َب ْح ِر ِب َما َينفَ ُع ٱلن‬
َّ ‫اس َو َما ٓ أَنزَ َل‬
َ ‫ب ْٱل ُم‬
َّ ‫س َّخ ِر بَيْنَ ٱل‬
‫س َما ٓ ِِء‬ ِ ‫س َحا‬َّ ‫ٱلر َٰيَحِ َوٱل‬
ِ ‫يف‬ِ ‫ص ِر‬ َّ َ‫َم ْوتِ َها َوب‬
ْ َ ‫ث فِي َها ِمن ُك ِل دَآبَّ ٍة َوت‬
َ‫ت ِلقَ ْو ٍم َي ْع ِقلُون‬
ٍ ‫ض َل َِءا َٰ َي‬ ِ ‫َو ْٱْل َ ْر‬

Sesungguhnya dalam penciptaan langit dan bumi, silih bergantinya


malam dan siang, bahtera yang berlayar di laut membawa apa yang berguna
bagi manusia, dan apa yang Allah turunkan dari langit berupa air, lalu dengan
air itu Dia hidupkan bumi sesudah mati (kering)-nya dan Dia sebarkan di bumi
itu segala jenis hewan, dan pengisaran angin dan awan yang dikendalikan
antara langit dan bumi; sungguh (terdapat) tanda-tanda (keesaan dan
kebesaran Allah) bagi kaum yang memikirkan. (QS. Al-Baqarah : 164)2

1
(QS. Al-Jatsiyah : 13)
2
(QS. Al-Baqarah : 164)
2

Sebelum turunnya Al-quran, perenungan ini telah dimulai sejak


sebelum masehi., yaitu zaman filsafat yunani kuno. Para ahli filsafat mencoba
mencari jawaban asal mula alam semesta berdasarkan dugaan-dugaan. Pada
saat itu lahir beberapa pemikir yang satu dengan lainnya punya pendapat yang
berbeda beda. Misalnya Thales (625-524 SM), dalam buku yang ditulisnya
dengan judul Timaeus berpendapat bahwa alam semesta ini alam raya ini
berasal dari air. Menurutnya, air adalah pokok pangkal dari segala sesuatu
yang ada dan akan berakhir serta kembali pada air pula.3.

Kemudian islam datang memberikan pengetahuan tentang alam


semesta melalui Al-Quran yang merupakan sumber pengetahuan yang
bersifat absolut. Al-Quran tidak membicarakan asal mula alam semesta secara
detail, namun dalam bentuk isyarat-isyarat yang menggambarkan penciptaan
melalui proses bertahap secara kronologis, sebagaimana tercantum dalam Al-
Quran:

‫َعلَى‬
َ ُ‫ُشه‬ َ َ‫ض فِي ِست َّ ِة أَي ٍَّام َو َكان‬
ُ ‫َع ْر‬ َ ‫ت َو ْاْل َ ْر‬ ِ ‫س َم َاوا‬َّ ‫َو ُه َو الَّذِي َخلَقَ ال‬
‫ت إِنَّ ُك ْم َم ْبعُوثُونَ ِم ْن بَ ْع َِد‬ َ ‫َع َم ًًل َۗولَئِ ْن قُ ْل‬ ِ ‫ْال َم‬
َ ‫اِء ِليَ ْبلُ َو ُك ْم أَيُّ ُك ْم أ َ ْْح‬
َ ‫س ُن‬
ٌ ‫ت لَيَقُولَ َّن الَّذِينَ َكفَ ُروا إِ ْن َٰ َهذَا إِ ََّّل ِس ْح ٌر ُم ِب‬
‫ين‬ ِ ‫ْال َم ْو‬

Dan Dialah yang menciptakan langit dan bumi dalam enam masa,
dan adalah singgasana-Nya (sebelum itu) di atas air, agar Dia menguji
siapakah di antara kamu yang lebih baik amalnya, dan jika kamu berkata
(kepada penduduk Mekah): "Sesungguhnya kamu akan dibangkitkan
sesudah mati", niscaya orang-orang yang kafir itu akan berkata: "Ini tidak
lain hanyalah sihir yang nyata".(QS. Hud :7)4

Para ahli fisika muslim kontemporer telah mengungkapkan isyarat-


isyarat Al-Quran tentang alam raya ini dikaitkan dengan kajian-kajian yang
bersifat empiris dengan menggunakan ayal-ayat Al-Quran sebagai penunjuk

3
R Ravertz, Jerome. 2014. Filsafat Ilmu : Sejarah & Ruang Lingkup. Yogyakarta: Pustaka
Pelajar. Hlm: 7

4
(QS. Hud : 7)
3

arah. Isyarat-isyarat Al-Quran itu bukanlah suatu teori yang dapat


dibuktikan atau dibantah, melainkan konsep-konsep dasar yang
memberikan arah kepada manusia untuk menyelidikinya.

Dan ini semua merupakan gambaran pengungkapan suatu


pengetahuan melalui kaidah epistimologi yang menggunakan sumber
pengetahuan berupa wahyu, akal, dan intuisi yang akan dibahas pada bab
selanjutnya.

1.2. Rumusan Masalah

Adapun rumusan masalah masalah yang akan disajikan penulis


dalam makalah ini adalah sebagai berikut:

1. Apa pengertian Epistemologi islam?

2. Apa yang menjadi sumber pengetahuan islam?

3. Apa yang menjadi kriteria kebenaran dalam islam?

4. Bagaimana peranan dan fungsi pengetahuan islam?

1.3. Tujuan Penulisan

Adapun tujuan penulisan dalam makalah ini adalah:

1. Mengetahui apa itu Epistemologi Islam.

2. Mengetahui sumber-sumber pengetahuan islam.

3. Mengetahui kriteria penentuan kebenaran dalam islam.

4. Mengetahui peran dan fungsi pengetahuan islam.


4

BAB II

PEMBAHASAN

2.1. Pengertian Epistemologi Islam

2.1.1. Pengertian Epistemologi

Kata epistemologi berasal dari bahasa Yunani, yaitu: kata


“Episteme” dengan arti pengetahuan dan “logos” berarti teori, uraian,
ulasan, atau ilmu. Epistemologi dapat diartikan sebagai teori tentang
pengetahuan yang dalam bahasa Inggris dipergunakan istilah Theory of
Knowledge”.5 Istilah Epistemologis secara etimologis diartikan sebagai
teori pengetahuan yang benar dan dalam bahasa Indonesia disebut
filsafat pengetahuan.

Epistemologi adalah sangat diperlukan, sebuah kepastian


dimungkinkan oleh suatu keraguan. Terhadap keraguan ini epistemologi
merupakan suatu pendekatan rasional. Apabila Epistemologi berhasil
menegasikan keraguan ini maka kita mungkin akan menemukan
kepastian yang lebih pantas dianggap sebagai pengetahuan.6 Filsafat
pengetahuan adalah cabang cabang filsafat pang mempersoalkan
masalah hakikat pengetahuan. Maksud dari filsafat pengetahuan ilmu
adalah ilmu pengetahuan kefilsafatan yang secara khusus hendak
memperoleh hakikat pengetahuan.

Epistemologi adalah bagian dari filsafat yang membicarakan tentang


terjadinya pengetahuan, asal mula pengetahuan, batas-batas, sifat,
metode dan kemutlakan pengetahuan. Jadi objek material epistemologi
adalah pengetahuan dan objek formalnya adalah hakikat pengetahuan
itu. Sistematika penulisan epistemologi adalah arti pengetahuan,
terjadinya pengetahuan, jenis-jenis pengetahuan, dan asal-usul
pengetahuan.

5
Surajiyo. 2008. Ilmu filsafat: suatu pengantar. Jakarta: Bumi Aksara. Hal. 53.
6
P. Hardono Hadi. 1994. Epistemologi Filsafat Pengetahuan. Yogyakarta: Kanisius. Hal 13.
5

Epistemologi adalah cabang filsafat yang menjelaskan tentang


masalah-masalah filosofis sekitar pengetahuan. epistemologi
memfokuskan pada makna pengetahuan yang dihubungkan dengan
konsep, sumber dan kriteria pengetahuan, jenis pengetahuan, dan
sebagainya.7

Sebagai teori pengetahuan ilmiah, epistemologi berfungsi dan


bertugas menganalisis secara kritis prosedur yang ditempuh ilmu
pengetahuan. ilmu pengetahuan harus berkembang terus, sehingga tidak
jarang temuan ilmu pengetahuan ditentang atau disempurnakan oleh
temuan ilmu pengetahuan yang muncul kemudian.

Secara global epistemologi berpengaruh terhadap peradaban


manusia. Suatu peradaban sudah tentu dibentuk oleh teori
pengetahuannya. Epistemologilah yang menentukan kemajuan sains
dan teknologi. Epistemologi menjadi modal dasar dan alat strategis
dalam merekayasa pengembangan alam menjadi sebuah produk sains
yang bermanfaat bagi kehidupan manusia. Demikian halnya yang terjadi
pada teknologi, meskipun teknologi sebagai kausalitas dari pemanfaatan
dan pengembangan epistemologi.

2.1.2. Pengertian Islam

Islam (Arab: al-islām, ‫اإلسًلم‬: “berserah diri kepada Tuhan“) adalah


agama yang mengimani Allah atau disebut tauhid. Dengan lebih dari
satu seperempat miliar orang pengikut di seluruh dunia, menjadikan
Islam sebagai agama terbesar kedua di dunia setelah agama Kristen.
Islam memiliki arti “penyerahan”, atau penyerahan diri sepenuhnya
kepada Tuhan (Arab: ‫هللا‬, Allāh). Pengikut ajaran Islam dikenal dengan
sebutan Muslim yang berarti “seorang yang tunduk kepada Tuhan, atau
lebih lengkapnya adalah Muslimin bagi laki-laki dan Muslimat bagi
perempuan. Islam mengajarkan bahwa Allah menurunkan firman-Nya
kepada manusia melalui para nabi dan rasul utusan-Nya, dan meyakini

7
ibid. Hal 5.
6

dengan sungguh-sungguh bahwa Muhammad adalah nabi dan rasul


terakhir yang diutus ke dunia oleh Allah.

2.1.3. Pengertian Epistemologi Islam

Epistemologi Islam secara terminologi adalah merupakan cabang


filsafat yang yang melingkupi dasar-dasar pengetahuan, sumber
pengetahuan, karakteristik pengetahuan, ukuran kebenaran pengetahuan
serta cara mendapatkan pengetahuan berdasarkan perkembangan
pemikiran Islam.8

Al-Quran mengakui adanya kemungkinan untuk memperoleh untuk


memperoleh epistemologi. Sebagaimana misalnya dalam al-Quran
mengungkapkan Kisah Nabi Adam as penuh dengan hikmah dan
pelajaran diantara hikmah dan rahasia yang ada dalam kisah itu adalah
masalah kemungkinan untuk memperoleh epistemologi.9 Selain itu, al-
Quran secara tegas juga mengajak keturunan Nabi Adam as pada
pengetahuan. Dalam al-Quran terdapat berbagai perintah dan anjuran
untuk memperhatikan, melihat, dan merenungkan alam semesta sesuai
dengan firman ayat-Nya:

َ ‫ض َو َمات ُ ْغ ِني اْْل َ َياتُ َوالنُّذ ُ ُر‬


‫َعن قَ ْو ٍم‬ ِ ‫ت َواْْل َ ْر‬ ُ ‫قُ ِل ان‬
َّ ‫ظ ُروا َماذَا ِفي ال‬
ِ ‫س َم َاوا‬
َ‫َّلَّيُؤْ ِمنُون‬
“Katakanlah: Perhatikanlah apa yang ada di langit dan bumi…”.
(QS. Yunus: 101).10
Katakanlah kepada masyarakat untuk melihat (berpikir) dan
mengetahui apa yang ada di langit dan di bumi. Maksud dari ayat ini
bahwa al-Quran hendak menegaskan kepada manusia untuk memahami
dan mengetahui apa yang ada di langit dan di bumi melalui langkah
kerja dan teori pengetahuan yang disebut dengan epistemologi Islam.

8
Zaprulkhan. 2014. Filsafat Islam: Sebuah Kajian Tematik. Jakarta: Rajawali Press. Hal. 134.
9
Muthahhari ,Murtadha. Pengantar Epistemologi Islam: Sebuah Pemetaan dan Kritik Epistemologi
Islam atas Paradigma Pengetahuan Ilmiah dan Relefansi Pandangan Dunia, Hal.. 28.
10
(QS. Yunus: 101)
7

2.2. Sumber-Sumber Pengetahuan


Sumber artinya tempat asal digalinya sesuatu. Jika disebut sumber air,
maksudnya adalah tempat asal air mengalir atau mata air. Maka ungkapan yang
menyebutkan sumber pengetahuan bermakna sebagai sumber asal dari satu
pengetahuan tersebut.11
Sumber harus dapat berdiri sendiri, baik dari sisi asal-usul dan kemurnian
nilai-nilai yang dikandungnya yang dapat diterjemahkan menjadi petunjuk-
petunjuk praktis untuk dipraktekkan.

2.2.1. Wahyu
Wahyu pada asalnya ialah sesuatu yang di beritahukan dalam
keadaan tersembunyi dan cepat, wahyu Allah kepada nabi nabinya ialah
pengetahuan yang Allah tuangkan kedalam jiwa nabi agar mereka
sampaikan kepada manusia untuk menunjuki mereka dan memperbaiki
didunia serta membahagiakan mereka di akhirat, nabi sesudah
menerima wahyu mempunyai kepercayaan yang penuh bahwa yang di
terimanya adalah dari Allah Swt. Wahyu dituangkan dalam 2 bentuk
yaitu :
a. Al-Quran
Al-Quran adalah kitab Allah yang terakhir, sumber asasi
islam yang pertama dan utama, kitab kodifikasi firman Allah
SWT kepada manusia, diwahyukan kepada Nabi Muhammad
SAW. Berisi petunjuk ilahi yang abadi untuk manusia, untuk
kebahagiaan mereka didunia dan akhirat. Sebagai sumber ajaran
utama islam. Al Quran diyakini berasal dari Allah SWT dan
mutlak benar yang keberadaannya sangat dibutuhkan manusia.
Sebagai sumber utama pengetahuan Al-Quran mutiara
pengetahuan yang tidak terhingga jumlahnya yang pada garis
besarnya Al Quran mengandung beberapa pokok-pokok pikiran:
Aqidah, Syariah, ibadah, dan mu’amalah, Akhlak, kisah-kisah

11
Nur Ahmad Fadhil Lubis, Op.Cit., Hal.3
8

lampau, berita-berita yang akan datang, pengetahuan ilahi-ilahi


(alam semesta).
b. As-Sunah
Kedudukan As sunnah sebagai sumber ajaran islamselain
berdasarkan pada keterangan ayat-ayat Al-Quran dan hadis juga
didasarkan pada pendapat kesepakatan para sahabat. Sebagai
sumber ajaran agama islam kedua setelah Al-Quran, As sunnah
memiliki fungsi yang pada intinya sejalan dengan Al-Quran.
Keberadaan As sunnah tidak dapat dilepaskan dari adanya ayat
Al-Quran.

2.2.2. Akal
Selanjutnya pandangan islam mengenai akal manusia mendapat
kedudukan yang lebih tinggi, hal ini dapat dilihat dari beberapa ayat Al-
Quran, pengetahuan lewat akal disebut pengetahuan aqli akal dengan
indera dalam indra yang berkaitan dengan pengetahuan satu dengan
yang lainnya. akal berbeda dengan otak, akal dalam pandangan islam
bukan otak, melainkan daya berpikir yang terdapat dalam jiwa
manusia.12
Meskipun islam sangat memperhatikan dan memuliakan akal, tetapi
tidak menyerahkan segala sesuatu kepada akal, bahkan islam membatasi
ruang lingkup akal sesuai dengan kemampuannya, karena akal terbatas
jangkauannya, tidak akan mungkin bisa menggapai hakikat segala
sesuatu. Maka Islam memerintahkan akal agar tunduk dan
melaksanakan perintah syar’i walaupun belum sampai kepada hikmah
dan sebab dari perintah itu. Kemaksiatan yang pertama kali dilakukan
oleh makhluk adalah ketika Iblis menolak perintah Allah untuk sujud
kepada Adam karena lebih mengutamakan akalnya yang belum bisa
menjangkau hikmah perintah Allah tersebut dengan membandingkan
penciptaannya dengan penciptaan Adam, Iblis berkata: ”Aku lebih baik

12
Abuddin Nata, Metodologi Study Islam, Hal.106-110
9

dari padanya, karena Engkau ciptakan aku dari api, sedangkan dia
Engkau ciptakan dari tanah..” (QS.Shaad : 76).
Karena inilah islam melarang akal menggeluti bidang-bidang yang
diluar jangkauannya seperti pembicaraan tentang Dzat Allah, hakekat
ruh, dan yang semacamnya, Rasulullah bersabda: ”Pikirkanlah nikmat-
nikmat Allah, janganlah memikirkan tentang Dzat Allah. Firman Allah
didalam surah Al Isra’:
ً ‫ٱلرو ُح ِم ْن أ َ ْم ِر َر ِبى َو َما ٓ أُو ِتيتُم ِمنَ ْٱل ِع ْل ِم إِ ََّّل قَ ِل‬
‫يًل‬ ُّ ‫وح ۖ قُ ِل‬
ِ ‫ٱلر‬ َ ‫َويَسْـَٔلُون ََك‬
ُّ ‫َع ِن‬
Katakanlah,”Roh itu termasuk urusan Tuhan-ku, dan tidaklah
kamu diberi pengetahuan melainkan sedikit.” (QS. al Isra’ : 85).13

2.2.3. Intuisi
Intuisi atau yang disebut metode intuitif (irfani) merupakan metode
yang mengungkapkan bahwa hati berperan untuk menangkap objek-
objek non-fisik atau metafisika melalui kontak langsung dan objek-
objeknya yang hadir dalam jiwa seseorang. Pendekatan intuitif (dzauqi)
disebut pendekatan presensial karena objek-objek hadir (present) dalam
jiwa seseorang dan karena itu modus ilmu disebut ilmu hudhuri
(knowledge by presence). Oleh karena objek-objek yang ditelitinya
hadir dalam jiwa, kita bisa mengalami dan merasakannya, dan dari sini
istilah dzauqi (rasa) timbul.14 Metode irfani sesungguhnya berasal dari
sumber Islam sendiri tetapi dalam perkembangannya juga terdapat
pengaruh dari luar, Yunani, Kristen, Hindu, ataupun yang lain.15 Metode
irfani berkaitan dengan pengetahuan yang diperoleh secara langsung
dari Tuhan (kasyf) melalui olah rohani (riyadhah) yang dilakukan atas
dasar hub (cinta) atau iradah (kemauan yang kuat).

Aliran intusionalisme inilah yang berasal dari rasio untuk


menempatkan diri pada suatu objek dalam rangka menemukan sebuah
hasil yang tidak biasa. Dengan berfikir secara intuitif maka berarti

13
(Q.S Al-Isra’ : 85)
14
Mulyadhi Kartanegara, Menembus Batas Waktu: Panorama Filsafat Islam, hlm. 65.
15
A. Khudori Soleh, Wacana Baru Filsafat Islam, hlm. 198-199.
10

berpikir dalam durasi yang dipahami sebagai waktu yang berkelanjutan


dan bukan waktu yang terspesialisasi. Mengenai sumber-sumber
pengetahuan dalam bahasan epistemologi, para ilmuwan menganggap
bahwa realitas tidak terbatas hanya pada realitas yang bersifat fisik
tetapi juga mengakui adanya realitas yang bersifat nonfisik atau
metafisik yang menggunakan metode intuitif atau irfan dengan
menggunakan hati untuk memahami secara langsung realitas metafisis
yang bersifat hudluri dalam jiwa manusia dan menghasilkan
pengetahuan mistik16.

Dalam kaitannya dengan pengetahuan mistik, pengetahuan ini


merupakan metode yang paling khas karena beberapa alasan.

Pertama, pengetahun intuitif dicapai melalui pengalaman atau


merasakan secara langsung objeknya. Dalam hal ini, metode intuitif
(irfaniah) dapat disebut juga metode dzauqi (rasa), bukan melalui
penalaran. Sebagaimana misalnya, seseorang tidak akan memahami
hakikat cinta semata-mata hanya dengan membaca literatur tentang
cinta, tetapi dengan mengalaminya, cinta tidak dapat dipahami melalui
akal, tetapi lewat hati.

Kedua, sifat langsung pengetahuan intuitif bisa dilihat dari apa yang
disebut ilmu hudhuri, yakni hadirnya objek di dalam diri subjek.
Berbeda dengan rasio yang memahami objeknya lewat simbol-simbol,
intuisi melampaui segala bentuk simbol dan menembus sampai ke
jantung objeknya. Singkatnya, pengetahuan akli merupakan
pengetahuan mengenai (knowledge about) yakni pengetahuan diskursif
atau simbolis yang mengunakan perantara. Sedangkan pengetahuan
qalbi merupakan pengetahuan tentang (knowledge of) yaitu pengetahuan
intuitif yang bersifat langsung sehingga dapat memperoleh pengetahuan

16
Ayi Sofyan. 2010. Kapita Selekta Filsafat.Bandung: CV Pustaka Setia. hlm. 219-220.
11

yang mutlak, langsung, dan bukan pengetahuan yang nisbi atau yang
ada perantaranya.17

Ketiga, metode intuitif mampu menembus langsung pengalaman


eksistensial, pengalaman riil manusia yang berhubungan dengan hati
dan perasaan, bukan sebagaimana yang dikonsepsikan akal. Kalbu
mampu menangkap objek secara utuh. Kualitas ini sangat berbeda
dengan akal yang selalu memilah-milah dan meruang-ruangkan
(spatialize) segala sesuatu termasuk ruang dan waktu.18

Metode intuitif adalah metode yang menekankan pada pengalaman


yang unik dan berbeda dengan persepsi serta pikiran. Intuisi masuk ke
dalam diri sebagai sebuah realitas yang bukan dijangkau oleh persepsi
dan pikiran.

2.3. Kriteria Kebenaran Dalam Islam


Islam bukanlah agama yang memiliki satu dimensi. Bukan pula agama
yang semata-mata berdasarkan intuisi manusia dan hanya terbatas pada
hubungan antar manusia dengan Tuhan saja. Hingga untuk memahaminya
tidak cukup jika hanya dengan metode saja. Jika kita hanya melihat dari satu
sudut pandang saja, maka yang akan terlihat hanya satu dimensi saja dari
gejalanya yang sangat banyak memberikan makna. Buktinya adalah Al-
Quran, Al-Quran merupakan sebuah kitab yang memiliki banyak dimensi,
contohnya satu dimensi mengandung aspek-aspek linguistik dan sastra Al
quran. Dimensi lain terdiri atas tema-tema filosofis dan keimanan Al quran
yang menjadi bahan pemikiran bagi para filosof serta teolog saat ini.
Dimensi lainnya yang belum dikenal di dalam Al quran adalah dimensi
manusiawinya, yang mengandung persoalan historis, sosiologi, dan
psikologis. Dimensi ini belum banyak dikenal karena ilmu tersebut ilmu
paling muda dengan ilmu-ilmu manusiayang ada.19

17
Louis O. Kattsoff. 2004. Pengantar Filsafat, terj. Soejono Soemargono. Yogyakarta: Tiara
Wacana. Hal 141.
18
Zaprulkhan, Filsafat Islam: Sebuah Kajian Tematik. Hal. 137.
19
Nur A. Fadhil Lubis, Introductory Reading Islamic Studies, IAIN Press, Medan. Hal.75
12

Metode yang digunakan dalam mempelajari Islam adalah :


a. Penggunaan akal pikiran ( rasio ) untuk menelaah dan mempelajari
gejala kehidupan manusia dan alam sekitarnya.
b. Mengamalkan ilmu pengetahuan dalam kehidupan sehari-hari.
c. Pemberian suasana ( situasional ) sesuai dengan tempat dan waktu
tertentu.
d. Mendemonstrasikan ilmu pengetahuan dalam kehidupan, seperti
pelaksanaan shalat.
e. Metode mendidik dengan cara bercerita.
f. Metode bimbingan dan penyuluhan.
g. Metode pemberian contoh dan teladan.
h. Metode Tanya jawab.
i. Metode pemberian perumpamaan ( imtsal ).
j. Metode targhib dan tarhib ( memberikan dorongan dan motivasi
untuk berbuat kebaikan ).
k. Dan lain-lain.

Sedangkan Abudin Nata berpendapat bahwa ada empat cara untuk


memahami islam dengan benar, yaitu:

Pertama, Islam harus dipelajari dari sumber yang asli yaitu Al qur’an
As sunnah Rasulullah. Kekeliruan memehami islam, karena orang hanya
mengenalnya dari sebagian ulama atau melalui pengenalan-pengenalan
dasar dari sumber kitab fiqh dan tasawuf yang semangatnya sudah tidak
sesuai dengan perkembangan zaman. Mempelajari islam dengan cara
demikian akan menjadikan orang tersebut sebagai pemeluk islam hidup
penuh dengan bid’ah dan khurafat yaitu telah tercampur dengan hal-hal
yang tidak islami jauh dari ajaran islam yang murni.

Kedua, islam harus dipelajari secara integral, tidak dengan cara


parsial, artinya ia dipelajari secara menyeluruh sebagai satu kesatuan benar.

Ketiga, islam perlu dipelajari dari perpustakaan yang ditulis khusus


oleh para ulama besar dan para sarjana-sarjana islam, karena pada umumnya
13

mereka mereka mempunyai pemahaman islam yang baik, yang lahir dari
perpaduan ilmu yang dalam terhadap Al quran dan Sunnah.

Keempat, Islam hendaknya dipelajari dari ketentuan normatif


teologis yang ada dalam al qur’an, baru kemudian dihubungkan dengan
kenyataan historis, empiris, dan sosiologis yang ada didalam masyarakat.

2.4. Peranan Dan Fungsi Pengetahuan Islam


Peran dan fungsi pengetahuan dalam islam ditinjau dari segi
Aksiologis. Aksiologi berasal dari perkataan Yunani “axios” yang artinya
nilai dan “logos” yang berarti teori. Jadi aksiologi adalah teori tentang nilai.
Aksiologi adalah suatu cabang filsafat yang pemikirannya tentang nilai-nilai
termasuk nilai-nilai tinggi dari Allah swt, misalnya nilai moral, nilai agama
atau nilai estetika ( keindahan ). Aksiologi mengandung pengertian yang
lebih luas dari etika.
Pengetahuan berasal dari bahasa arab yaitu ‘ilm. Dan pengetahuan
itu sendiri terdiri dari dua jenis yaitu: pengetahuan biasa dan pengetahuan
ilmiah. Pengetahuan Pengetahuan biasa diperoleh dari keseluruhan bentuk
upaya kemanusiaan, seperti perasaan, pikiran, pengalaman, pancaindera,
untuk mengetahui sesuatu tanpa memperhatikan objek dan cara
kegunaannya. Pengetahuan ilmiah juga merupakan keseluruhan bentuk
upaya kemanusiaan untuk mengetahui sesuatu, tetapi dengan
memperhatikan objek yang ditelaah, cara yang digunakan, dan kegunaan
pengethuan tersebut. Pengetahuan ilmiah memperhatikan objek ontologis,
landasan epistemologis, dan landasan epistemologi, dan landasan aksiologis
dari pengetahuan itu sendiri.Dalam konteks Islam, sains tidak menghasilkan
kebenaran yang absolut (nyata). Istilah yang paling tepat untuk
mendefenisikan pengetahuan adalah al’ilm, karena memiliki dua
komponen. Pertama, bahwa sumber asli seluruh pengetahuan adalah wahyu
atau Al Qur’an yang mengandung kebenaran absolut. Kedua, bahwa metode
mempelajari pengetahuan yang sistematis dan koheren sumanya sam-sama
valid, semuanya menghasilkan bagian dari sutu kebenaran dan realitas.20

20
Ziauddin Sardar. 2000. Dimensi Ilmiah Al-‘Ilm, Yogyakarta: Pustaka Pelajar. Hal. 25
14

Menurut Nur Cholis Madjid, ilmu merupakan hasil pelaksanaan


perintah Tuhan untuk memperhatikan dan memahami alam, sebagai
manifestasi atau penyingkapan tabir akan rahasia-Nya. Peran dan fungsi
pengetahuan dalam Islam ini dapat kita lihat dari 5 ayat pada surat Al-Alaq.
Pada ayat tersebut terdapat kata iqra’, selain dapat diartikan membaca juga
berarti menelaah, mengobservasi, membandingkan, mengukur,
mendeskripsikan, menganalisa, dan penyimpulan secara induktif.21 Secara
rinci dapat digambarkan empat fungsi ilmu pengetahuan :
1. Fungsi Deskriptif yaitu menggambarkan, melukiskan dan memaparkan
atau masalah sehingga mudah dipelajari.
2. Fungsi pengembangan yaitu melanjutkan hasil penemuan yang lalu dan
menemukan hasil penemuan yang baru.
3. Fungsi fredeksi yaitu meramalkan kejadian-kejadian yang besar
kemungkinan terjadi sehingga manusia dapat mengambil tindakan-
tindakan yang perlu usaha untuk menghadapinya.
4. Fungsi kontrol yaitu berusaha mengendalikan peristiwa-peristiwayang
tidak dikehendaki.

Sedangkan sebagian lagi cenderung menjadikan pengetahuan sebagai alat


untuk meningkatkan kebudayaan dan kemajuan bagi umat manusia secara
keseluruhan. Menurut Ali-Attas, ilmu pengetahuan dikatakan bermanfaat apabila:

1. Mendekatkan pada kebenaran Allah, bukan menjauhkannya.


2. Dapat membantu umat dalam merealisasikan tujuan-tujuannya.
3. Dapat memberi pedoman bagi sesama.
4. Dapat memberikan solusi.

21
Atang Abdul Hakim dan Jaih Mubarak. 2000. Metodologi Study Islam. Bandung: PT.Rosda
Karya. Hal. 18
15

BAB III

PENUTUP

3.1. Simpulan
Epistemologi sebagai cabang ilmu filsafat yang eksistensinya adalah
mengajak manusia untuk berfikir, mentadaburi alam yang dikemas dalam ilmu
pengetahuan yang sistematis, memberi konstribusi bagi perkembangan
manusia dalam ranah keilmuan. Dan dengan beberapa prinsip dasar
epistemologi islam kita bisa mengatehaui peranan islam dalam ilmu
pengetahuan, yang mana Al-Quran (wahyu) sebagai salah satu sumber ilmu
pengetahuan yang kemudian ditalar melaui akal sebagai keistimewaan bagi
manusia dan serta panca indra (rasa) atau sentuhan indrawi yang membantu
memperoleh pengetahuan.

3.2. Saran
Adapun saran dari penulisan makalah ini hendaknya tulisan ini dapat
menambah ilmu, wawasan, dan ketakwaan kita, agar kita senantiasa menuntut
ilmu semata-mata hanya untuk mengharap keridhaan Allah Subhana Wa
Ta’ala.
16

DAFTAR PUSTAKA

Al-Quran

R Ravertz, Jerome. 2014. Filsafat Ilmu : Sejarah & Ruang Lingkup. Yogyakarta: Pustaka
Pelajar.

Surajiyo. 2008. Ilmu filsafat: suatu pengantar. Jakarta: Bumi Aksara.

P. Hardono Hadi. 1994. Epistemologi Filsafat Pengetahuan. Yogyakarta: Kanisius.

Zaprulkhan. 2014. Filsafat Islam: Sebuah Kajian Tematik. Jakarta: Rajawali


Press.

Muthahhari ,Murtadha. Pengantar Epistemologi Islam: Sebuah Pemetaan dan


Kritik Epistemologi Islam atas Paradigma Pengetahuan Ilmiah dan
Relefansi Pandangan Dunia.

Mulyadhi Kartanegara, Menembus Batas Waktu: Panorama Filsafat Islam

Ayi Sofyan. 2010. Kapita Selekta Filsafat.Bandung: CV Pustaka Setia.

Louis O. Kattsoff. 2004. Pengantar Filsafat, terj. Soejono Soemargono.


Yogyakarta: Tiara Wacana.

Zaprulkhan, Filsafat Islam: Sebuah Kajian Tematik.

Nur A. Fadhil Lubis, Introductory Reading Islamic Studies, IAIN Press, Medan.

Ziauddin Sardar. 2000. Dimensi Ilmiah Al-‘Ilm, Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

Atang Abdul Hakim dan Jaih Mubarak. 2000. Metodologi Study Islam. Bandung:
PT.Rosda Karya
17

Anda mungkin juga menyukai