Anda di halaman 1dari 4

Khutbah Jumat Lengkap Dari Pembukaan Sampai Penutup:

HIKMAH KONTROVERSI PENCIPTAAN


http://aang-zaenal-alfian.blogspot.com/2018/01/contoh-khutbah-jumat-lengkap-dari.html

‫س َنا َو ِم ْن‬ ِ ُ‫ست َ ْه ِد ْي ِه َو َنعُوذ ُ ِباهللِ ِم ْن ش ُُر ْو ِر أ َ ْنف‬ ْ ‫ست َ ْغ ِف ُرهُ َو َن‬ ْ ‫ِإ َّن ا ْل َح ْم َد ِ َّّلِلِ َن ْح َم ُدهُ َو َن‬
ْ ‫ست َ ِع ْينُهُ َو َن‬
ُ‫ش َه ُد أ َ ْن الَ ِإلَهَ إِالَّ هللا‬ ْ َ ‫ أ‬.ُ‫ِي لَه‬ َ ‫ض ِل ْلهُ فَالَ َهاد‬ ْ ُ‫ َم ْن يَ ْه ِد ِه هللاُ فَالَ ُم ِض َّل لَهُ َو َم ْن ي‬،‫ت أ َ ْع َما ِلنَا‬ ِ ‫س ِيئ َا‬
َ
‫علَى نَ ِبيِنَا ُم َح َّم ٍد‬ َ ‫س ِل ْم‬َ ‫ص ِل َو‬ َ ‫ اَللَّ ُه َّم‬.ُ‫س ْولُه‬ َ ‫ش َه ُد أ َ َّن ُم َح َّمدًا‬
ُ ‫ع ْب ُدهُ َو َر‬ ْ َ ‫َو ْح َدهُ الَ ش َِر ْيكَ لَهُ َوأ‬
‫ان إِلَى يَ ْو ِم ا ْل ِقيَا َم ِة‬ٍ ‫س‬ َ ‫ص ْح ِب ِه َو َم ْن ت َ ِبعَ ُه ْم ِب ِإ ْح‬َ ‫علَى آ ِل ِه َو‬ َ ‫ َو‬.

‫ يَا أَيُّها َ الَّ ِذ ْي َن‬:‫ قَا َل هللاُ تَعَالَى‬.‫از ا ْل ُمتَّقُ ْو َن‬ َ َ‫اي ِبت َ ْق َوى هللاِ فَقَ ْد ف‬ َ َّ‫اس أ ُ ْو ِص ْي ُك ْم َوإِي‬ُ َّ‫يَا أَيُّ َها الن‬
‫اس‬ُ َّ‫ يَا أَيُّ َها الن‬:‫ َوقَا َل تَعَالَى أ َ ْيضًا‬.‫س ِل ُم ْو َن‬ ْ ‫ق تُقَاتِ ِه َوالَ ت َ ُم ْوت ُ َّن إِالَّ َوأَنت ُ ْم ُّم‬ َّ ‫َءا َمنُوا اتَّقُوا هللاَ َح‬
‫سآ ًء‬ َ ِ‫ث ِم ْن ُه َما ِر َجاالً َكثِ ْي ًرا َون‬
َّ َ‫ق ِم ْن َها َز ْو َج َها َوب‬ َ َ‫اح َد ٍة َو َخل‬ ِ ‫ِي َخلَقَ ُك ْم ِم ْن نَ ْف ٍس َو‬ ْ ‫اتَّقُ ْوا َربَّ ُك ُم الَّذ‬
‫ يَا أَيُّ َها الَّ ِذ ْي َن َءا َمنُوا اتَّقُوا‬.‫علَ ْي ُك ْم َرقِ ْيبًا‬ َ ‫سآ َءلُ ْو َن ِب ِه َواْأل َ ْر َحا َم إِ َّن هللاَ ك‬
َ ‫َان‬ َ َ ‫ِي ت‬ْ ‫َواتَّقُوا هللاَ الَّذ‬
‫س ْولَهُ فَقَ ْد‬ ُ ‫ص ِلحْ لَ ُك ْم أ َ ْع َمالَ ُك ْم َويَ ْغ ِف ْر لَ ُك ْم ذُنُ ْوبَ ُك ْم َو َم ْن يُ ِط ِع هللاَ َو َر‬
ْ ُ‫ ي‬.‫س ِد ْيدًا‬ َ ً‫هللاَ َوقُ ْولُ ْوا قَ ْوال‬
‫ أ َ َّما بَ ْعدُ؛‬.‫از فَ ْو ًزا ع َِظ ْي ًما‬
َ َ‫ف‬
Jamaah shalat Jum'at rahimakumullah

Al-Quran sedikit sekali berbicara tentang kejadian alam (kosmogoni). Mengenai metafisika penciptaan
alam, al-Qur’an hanya mengatakan bahwa alam semesta beserta segala sesuatu yang hendak
diciptakan Allah, tercipta sekedar dengan firman-Nya: “Jadilah!” (2:117; 3:47; 6:73; 16:40; 19:35;
36:82; 40:68). Bertitik tolak dari sinilah, para ilmuwan maupun agamawan mencoba menjelaskan
terjadinya proses penciptaan alam semesta.

Walaupun al-Quran hanya sedikit berbicara mengenai kosmogoni, tetapi al-Quran berulang-ulang kali
menjelaskan mengenai alam dan fenomena alam yang dihubungkan dengan Allah, manusia, ataupun
dengan keduanya. Pernyataan-pernyataan itu umumnya menggambarkan kekuasaan serta kebesaran
Allah yang tak terhingga dan menyerukan manusia untuk beriman kepada-Nya, atau menggambarkan
belas kasih-Nya yang tak terhingga dan menyerukan manusia agar bersyukur kepada-Nya.

Abu Raihan al-Bairuni, ilmuwan muslim yang hidup abad X dan rajin mengukur berat jenis berbagai
benda, adalah orang pertama yang menyatakan, fenomena gravitasi di bumi sama dengan yang ada
di langit. Dialah yang mengatakan, model alam Ptolomeus yang geosentris secara fisis tidak masuk
akal. Karena langit yang begitu besar dengan bintang yang katanya menempel padanya dinyatakan
berputar mengelilingi bumi sebagai pusat. Ia bahkan menyebutkan kemungkinan adanya orbit yang
eleptik pada planet dalam komunikasinya dengan Ibn Sina. Ketika enam abad kemudian Jhon Kepler
berhasil menemukan hubungan antara waktu edar planet-planet dengan sumbu utama elips masing-
masing, maka muncullah pada abad ke-17 karya Isac Newton “Principia” yang berisi teori gravitasi.
Sejak itu orang mengetahui apa kendala yang mengekang planet-planet tata surya untuk bergerak
mengelilingi matahari.

Selanjutnya, konsepsi Astro-Fisika yang menyatakan, langit atau ruang alam ini tidak terbatas dan
besarnya tidak terhingga. Sebab kalau ia terbatas, bintang-bintang dan galaksi yang ada di tepi akan
merasakan gaya tarik gravitasi, sehingga lama kelamaan benda-benda langit itu akan mengumpul di
sekitar pusat tersebut. Pada abad ke-17, Isac Newton menyatakan, alam ini kekal adanya. Adapun
reaksi yang dialaminya, baik kimia maupun fisika, masanya tidak pernah hilang atau hanya akan
berubah menjadi energi yang setara. Konsepsi bahwa alam ini kekal (baqa) dan kadîm (terdahulu),
nyata tak mengakui adanya Sang Pencipta. Konsepsi ini didukung oleh Laviesac sekitar abad ke -18

1
dan diperluas oleh Einstein, sehingga menjadi hukum kekekalan massa dan energi. Dalam hal ini,
Einstein masih percaya pada kebenaran konsepsi lama.

Tahun 1929 terjadi peristiwa penting yang menjadi awal pergeseran pandangan di kalangan para ahli
tentang penciptaan alam, yang mengubah secara radikal konsepsi para fisikawan mengenai
munculnya alam semesta. Pada tahun itu juga, Huble yang menggunakan teropong bintang terbesar
di dunia melihat galaksi-galaksi di sekeliling kita, yang menurut analisis terhadap spektrum cahayanya
tampak menjauhi planet kita dengan kelakuan yang sebanding dengan jaraknya dari bumi; yang
terjauh bergerak paling cepat meninggalkan kita. Kejadian ini merupakan pukulan berat bagi Einstein,
karena observasi Huble itu menunjukkan bahwa alam semesta ini tidak statis (kekal), melainkan
merupakan alam yang dinamis seperti kata Freidman.

Melalui perhitungan mengenai perbandingan jarak dan kelajuan gerak setiap galaksi yang teramati,
para fisikawan dan kosmolog menarik kesimpulan bahwa semua galaksi di jagad raya ini semula
terpadu dengan galaksi kita, Bima Sakti, kita-kira 15 miliar tahun yang lalu.

Karena tidak mungkin alam ini berkumpul di suatu tempat dalam ruang alam tanpa meremas diri
dengan gaya gravitasinya yang sangat kuat, sehingga volumenya mengecil menjadi titik. Maka,
disimpulkan, “Dentuman Besar (big-bang)” itu terjadi ketika seluruh materi kosmos terlempar dengan
kecepatan yang sangat tinggi, keluaran dan keberadaannya dalam volume yang sangat kecil. Alam
semesta lahir dari sebuah singularitas dengan keadaan ekstrim.

Apabila kita membandingkan konsep fisika tentang penciptaan alam ini dengan al-Qur’an, kita dapat
memeriksa apa yang dinyatakan dalam ayat 30 surah al-Anbiyâ’;

َ ‫ت َو ْاأل َ ْر‬
‫ض كَانَتَا َرتْقًا فَفَت َ ْقنَا ُه َما‬ َّ ‫ِين َكفَ ُروا أ َ َّن ال‬
ِ ‫س َم َوا‬ َ ‫أ َ َولَ ْم يَ َر الَّذ‬
“Dan apakah orang-orang yang kafir tidak mengetahui bahwasanya langit (ruang alam) dan bumi
(materi alam) itu keduanya dahulu adalah suatu yang padu, kemudian Kami pisahkan antara
keduanya.”

Keterpaduan ruang dan materi seperti dinyatakan ayat ini hanya dapat dipahami jika berada di suatu
titik; singularitas fisis yang merupakan volume berisi seluruh materi. Pemisahan mereka terjadi dalam
satu ledakan dahsyat yang melontarkan materi ke seluruh penjuru ruang alam yang berkembang
dengan sangat cepat, sehingga tercipta universum yang berekspansi.

Selanjutnya mengenai ekspansi alam semesta yang menaburkan materi paling tidak sebanyak 100
miliar galaksi, yang setiap galaksi berisi 100 miliar bintang itu, al-Qur’an menerangkannya dalam ayat
47 surat al-Dzariyat:

‫ون‬ ِ ‫س َما َء بَنَ ْينَا َها ِبأ َ ْي ٍد َوإِنَّا لَ ُمو‬


َ ُ‫سع‬ َّ ‫َوال‬
“Dan langit (ruang alam) itu Kami bangun dengan kekuasaan (Kami) dan sesungguhnya Kami benar-
benar meluaskannya.”

Dari ayat di atas nyatalah bahwa yang mampu melemparkan kira-kira 10.000 miliar bintang yang
masing-masing massanya sekitar massa matahari, hanyalah sesuatu yang mempunyai kekuatan yang
maha dahsyat (Tuhan). Kenyataan ini menggusarkan para fisikawan yang ingkar akan adanya Sang
Pencipta.

Beberapa fisikawan mencoba mengelakkan penciptaan alam ini dengan melontarkan teori-teori alam
yang berosilasi, yaitu alam semesta berkembang kempis, yang meledak dan berekspansi untuk
kemudian mengecil berulang-ulang tanpa awal dan tanpa akhir, namun kosmos yang berkeadaan
seperti ini tidak dibenarkan secara termodinamis.

Usaha lain adalah dengan mengemukakan teori alam yang ajeg, yang mengatakan bahwa galaksi
boleh terbang ke seberang sana, tetapi ruang yang ditinggalkannya diisi oleh materi lain; namun teori
2
ini tidak berlaku setelah Wilson dan Penzias (1964) dalam observasinya ke segenap penjuru alam
menemukan sisa-sisa kilatan dentuman-besar yang terjadi sekitar 15 miliar tahun lalu.

Pandangan Agamawan

Dalam memformulasikan penciptaan alam semesta ini, umat Islam terpecah menjadi dua kelompok;
yaitu Teolog Asy’ariyah yang bercorak tradisional dan Teolog Mu’tazilah yang bercorak rasional.
Kaum Asy’ariyah berpendapat, alam semesta ini adalah hadis (diciptakan Allah dari tiada secara
langsung). Alam semesta, menurut mereka, tidak berasal dari sesuatu, hakikat, jauhar, maupun
‘aradh, tetapi diciptakan dari nihil menjadi ada (cretio ex nihilo) dengan kodrat dan iradat-Nya. Konsep
ini selaras dengan prinsip mereka, la qadama illa Allah, tidak ada yang kekal selain Allah. Implikasi
dari kadimnya alam, menurut mereka, membawa kepada paham politheisme dan atheisme.
Politheisme karena alam semesta juga dianggap Tuhan. Dikatakan atheisme, karena alam semesta
tidak diciptakan atau tidak perlu adanya Pencipta.

Sebaliknya, Teolog Mu’tazilah berpendapat bahwa alam semesta ini diciptakan Allah dari sesuatu
yang telah ada yang disebut ma‘dûm (sesuatu, zat, dan hakikat). Bahkan ada yang mengatakan, alam
ma‘dûm ini telah mempunyai wujud, hanya saja belum mempunyai sûrah (bentuk) seperti alam
empiris. Konsep ini selaras dengan pandangan mereka bahwa tiada atau nihil tidak mungkin bisa
menjadi sesuatu yang ada; yang terjadi adalah sesuatu yang telah ada berubah menjadi sesuatu yang
ada dalam bentuk lain (sûrah).

، ‫ت َو ِالذك ِْر ا ْل َح ِكي ِم‬ ِ ‫ َونَفَعَنِي َوإِيَّا ُك ْم بِ َما فِي ِه ِم َن اآليَا‬، ‫آن ا ْلعَ ِظ ِيم‬ ِ ‫اركَ هللا ِلي َولَ ُك ْم فِي ا ْلقُ ْر‬ َ َ‫ب‬
ْ َ ‫ أَقُو ُل قَ ْو ِلي هذَا َوأ‬، ‫س ِمي ُع ا ْلعَ ِلي ُم‬
‫ست َ ْغ ِف ُر هللا ا ْلعَ ِظي َم ِلي‬ َّ ‫الوتَهُ إِنَّهُ ُه َو ال‬ َ ِ‫َوتَقَبَّ َل ِمنِي َو ِم ْن ُك ْم ت‬
‫ست َ ْغ ِف ُروهُ فَيَا فَ ْو َز‬ ْ ‫ت فَا‬ ِ ‫ين َوا ْل ُم ْؤ ِمنَا‬
َ ِ‫ َوا ْل ُم ْؤ ِمن‬، ‫ت‬ ْ ‫ين َوا ْل ُم‬
ِ ‫س ِل َما‬ ْ ‫سائِ ِر ا ْل ُم‬
َ ‫س ِل ِم‬ َ ‫َولَ ُك ْم َو ِل‬
َّ ‫ إِنَّهُ ُه َو ا ْلغَفُ ْو ُر‬،‫ين َويَا نَ َجاةَ التَّائِبِين‬
‫الر ِح ْي ُم‬ ْ ‫ا ْل ُم‬.
َ ‫ست َ ْغ ِف ِر‬

KHUTBAH JUMAT KEDUA

ُ‫صالَة‬ َّ ‫ فَال‬،‫ب‬ ٍ ‫صالَتَ ِم ْفتَا ًحا ِلك ُِل بَا‬ َّ ‫ِي َجعَ َل ال‬ْ ‫ اَلَّذ‬،‫ب‬ ِ ‫ ا َ ْل َجبَّ ِارالت َّ َّوا‬،‫ب‬
ِ ‫ا َ ْل َح ْم ُد ِهللِ ا ْل َم ِل ِك ا ْل َو َّها‬
‫ب‬ِ ‫ص َحا‬ ْ َ ‫علَي َج ِم ْيعِ اْآل ِل َواْأل‬ َ ‫ب َو‬ ٍ ‫س ْط ٍر َوالَ ِح َجا‬ ِ َ‫علَي َم ْن نَ َظ َر إِلَي َج َما ِل ِه تَعَالَي بِال‬ َ ‫سالَ ُم‬ َّ ‫َوال‬
ِ ‫ث لَ ُه ْم إِلَي يَ ْو ِم ا ْل َمآ‬
‫ب‬ َ ‫ش َه ُد أ َ َّن ُم َح َّمدًا‬
ٍ ‫و ُك ُّل َو ِار‬. ْ َ ‫ش َه ُد أ َ ْن الَ إِلَهَ إِالَّ هللاُ َو ْح َدهُ الَ ش َِر ْيكَ لَهُ َوأ‬ ْ َ‫أ‬
‫از‬َ َ‫ِي بِت َ ْق َوى هللاِ فَقَ ْد ف‬ ْ ‫ أ ُ ْو ِص ْي ُك ْم َونَ ْفس‬...ِ‫اض ُر ْو َن َر ِح َم ُك ُم هللا‬ ِ ‫ أَيُّ َها ا ْل َح‬.ُ‫س ْولُه‬ ُ ‫ع ْب ُدهُ َو َر‬ َ
‫س َما قَ َّد َمتْ ِلغَ ٍد َواتَّقُوا‬ ٌ ‫ظ ْر نَ ْف‬ ُ ‫ ( َيا أَيُّ َها الَّ ِذ ْي َن آ َمنُوا اتَقُوا هللاَ َو ْلت َ ْن‬:‫ قَا َل هللا ت َ َعالَى‬.‫ا ْل ُمتَّقُ ْو َن‬
‫ أما بعد‬.)‫هللاَ ِإ َّن هللاَ َخ ِب ْي ٌر ِب َما ت َ ْع َملُ ْو َن‬.
Jamaah shalat Jumat rahimakumullah

Sejalan dengan filsafat emanasi Islam, dinyatakan bahwa alam semesta ini kadîm dari sisi zamannya,
karena ia diciptakan Tuhan dari bahan yang sudah ada semenjak zaman azali dan tidak didahului
oleh zaman. Sedangkan dari sisi zat, karena ia diciptakan Tuhan, maka alam semesta bersifat baru,
sebab menurut filosof, implikasi kadîm tidak akan membawa kepada paham politheisme dan
atheisme. Karena ia bukan Tuhan dan kadîmnya alam tidak sama dengan kadîmnya Tuhan,
sedangkan keberadaannya diciptakan oleh Tuhan dan Tuhan adalah Pencipta alam semesta ini.

Oleh karena itu, alam semesta sebagai pertanda adanya Tuhan, maka disebut sebagai ayat (tanda
kebesaran Tuhan) yang menjadi sumber pelajaran dan ajaran bagi manusia. Salah satu pelaharan
dan ajaran yang dapat diambl manusia adalah keserasian dan ketertiban perputaran alam. Hal ini
mengisyaratkan bahwa tanpa adanya Sang Pencipta itu semua tidak bisa terwujud. Dalam bahasa al-
Qur’an, alam disebut muslim, karena seiap sesuatu yang berada di dalamnya (kecuali manusia yang

3
dapat menjadi muslim atau tidak menjadi muslim) menyerah kepada kehendak Allah, sampai pada
batas yang telah ditentukan alam ini akan hancur. Allah Swt. berfirman:

‫ون‬ ِ ‫ت َو ْاأل َ ْر‬


َ ُ‫ض َط ْوعًا َو َك ْر ًها َو ِإلَ ْي ِه يُ ْر َجع‬ ْ َ ‫ون َولَهُ أ‬
َّ ‫سلَ َم َم ْن فِي ال‬
ِ ‫س َم َوا‬ َ ُ‫َّللاِ يَ ْبغ‬ ِ ‫أَفَغَ ْي َر د‬
َّ ‫ِين‬
“Maka apakah mereka mencari agama yang lain dari agama Allah, padahal kepada-Nya-lah berserah
diri segala apa yang di langit dan di bumi, baik dengan suka maupun terpaksa dan hanya kepada
Allahlah mereka dikembalikan.” (Q.S. ‘Âli ‘Imrân, 3: 83).

‫ط ْوعًا أ َ ْو ك َْر ًها قَالَتَا أَت َ ْينَا‬ ِ ‫اء َو ِه َي ُد َخا ٌن فَقَا َل لَ َها َو ِل ْْلَ ْر‬
َ ‫ض اِئْتِيَا‬ ْ ‫ث ُ َّم ا‬
َّ ‫ست َ َوى إِلَى ال‬
ِ ‫س َم‬
َ ‫َطائِ ِع‬
‫ين‬
“Kemudian Dia menuju langit dan langit itu masih merupakan asap, lalu Dia berkata kepadanya dan
kepada bumi, ‘Datanglah kamu keduanya menurut perintah-Ku dengan suka hati atau terpaksa.’
Keduanya menjawab, ‘Kami datang dengan suka hati (tunduk dan pasrah)’.” (Q.S. Fushshilat, 41: 11).

Kedua ayat ini menjelaskan bahwa alam semesta beserta isinya (selain manusia) tunduk patuh dan
berserah diri kepada Allah Swt., maka apakah pantas manusia yang notabene makhluk lemah dan
kecil, bersikap menyombongkan diri dan tidak patuh kepada Allah Swt?! Wallahu a’lam bisshawab

َ ‫علَ ْي ِه َو‬
ْ َ ‫س ِل ُم ْوا ت‬
.‫س ِل ْي ًما‬ َ ‫صلُّ ْوا‬ َ ‫ َيا أَيُّها َ الَّ ِذ ْي َن َءا َمنُ ْوا‬،ِ‫علَى النَّبِي‬ َ ‫صلُّ ْو َن‬
َ ُ‫ِإ َّن هللاَ َو َمالَ ِئ َكتَهُ ي‬
‫سادَاتِنَا‬ َ ‫ض ع َْن‬ َ ‫ار‬ ْ ‫س ِي ِدنَا ُم َح َّم ٍد َو‬ َ ‫علَى آ ِل‬ َ ‫س ِي ِدنَا ُم َح َّم ٍد َو‬ َ ‫علَى‬ َ ‫س ِل ْم َوبَ ِار ْك‬ َ ‫ص ِل َو‬ َ ‫اَللَّ ُه َّم‬
ِ ‫ان اِلَي يَ ْو ِم‬
‫الد ْي ِن‬ ٍ ‫س‬َ ‫سلَّ َم َو َم ْن ت َ ِب َع ُه ْم ِب ِإ ْح‬
َ ‫علَ ْي ِه َو‬
َ ُ‫صلَّي هللا‬ َ َ‫س ْو ِلك‬ ُ ‫ب َر‬ ِ ‫ص َحا‬ ْ َ ‫أ‬. ‫اَللَّ ُه َّم ا ْغ ِف ْر‬
‫سأَلُكَ ِم َن‬ ْ َ‫ اَللَّ ُه َّم ِإنَّا ن‬.ِ‫اء ِم ْن ُه ْم َواْأل َ ْم َوات‬ ِ َ‫ت اْأل َ ْحي‬ِ ‫ت َوا ْل ُم ْؤ ِمنِ ْي َن َوا ْل ُم ْؤ ِمنَا‬ ْ ‫س ِل ِم ْي َن َوا ْل ُم‬
ِ ‫س ِل َما‬ ْ ‫ِل ْل ُم‬
.‫آم ْن ُه ْم فِ ْي أ َ ْو َطانِ ِه ْم‬ ِ ‫س ِل ِم ْي َن َو‬ْ ‫ص ِلحْ أ َ ْح َوا َل ا ْل ُم‬ْ َ ‫ اَللَّ ُه َم أ‬.‫ع ِل ْمنَا ِم ْنهُ َو َما لَ ْم نَ ْعلَ ْم‬
َ ‫ا ْل َخ ْي ِر ك ُِل ِه َما‬
‫اب النَّ ِار‬ َ َ‫عذ‬ َ ‫سنَةً َوقِنَا‬ َ ‫اآلخ َر ِة َح‬ِ ‫سنَةً َوفِي‬ َ ‫ربَّنَا آتِنَا فِي ال ُّد ْنيَا َح‬. َ

‫َآء َوا ْل ُمنك َِر‬ِ ‫آئ ذِي ا ْلقُ ْربَى َويَ ْن َهى ع َِن ا ْلفَ ْحش‬ ِ َ ‫ان َوإِيت‬ ِ ‫س‬َ ‫ إِ َّن هللاَ يَأ ْ ُم ُر ُك ْم ِبا ْلعَ ْد ِل َواْ ِإل ْح‬،ِ‫ِعبَا َد هللا‬
ْ َ‫سأَلُ ْوهُ ِم ْن ف‬
‫ض ِل ِه يُ ْع ِط ُك ْم َولَ ِذك ُْر‬ ْ ‫ فَا ْذك ُُروا هللاَ ا ْلعَ ِظ ْي َم يَ ْذك ُْر ُك ْم َوا‬.‫ظ ُك ْم لَعَلَّ ُك ْم تَذَك َُّر ْو َن‬ ُ ‫َوا ْلبَ ْغي ِ يَ ِع‬
‫صالَ ِة‬ َّ ‫وأَقِ ِم ال‬. َ ‫!هللاِ أ َ ْكبَ ُر‬

Anda mungkin juga menyukai