Anda di halaman 1dari 12

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Al-Qur’an Al-Karim memperkenalkan dirinya dengan berbagai ciri dan

sifat. Salah satu diantaranya adalah ia merupakan kitab yang kebenarannya

dijamin oleh Allah, dan ia adalah kitab yang selalu dipelihara.

‫الذ ْك َر َوإِنَّا لَهُ لَ َحافِظُو َن‬


ِّ ‫إِنَّا نَ ْح ُن نَ َّزلْنَا‬
Artinya:“sesungguhnya kami-lah yang menurunkan al-qur’an, dan
sesungguhnya kami benar-benar memeliharanya” (QS. Al-hijr:9)1

Sebagaimana kitab-kitab suci samawi yang lainnya, al-qur’an al-karim

memiliki berbagai kemukjizatan (i’jaz). Diantara kemukjizatan tersebut adalah

bahwa al-qur’an mengandung ayat-ayat sains yang jumlahnya cukup banyak,

berkisar antara 750 sampai 1000 ayat. Seluruh ayat tersebut mengandung

informasi ilmiah yang dapat dibuktikan keakuratannya dari masa kemasa

sesuai dengan perkembangan sains.

Ayat-ayat sains dalam al-qur’an mencakup ayat-ayat kealaman

(kauniyah), yang membahas berbagai fenomena alam yang ada dan terjadi di

jagad raya ini, salah satu ayat yang dikaji yaitu tentang terbentuknya jagad raya

atau alam semesta, terbentuknya bumi, matahari yang bersinar dan bulan yang

bercahaya, gunung-gunung bergerak tidak diam, dan juga ayat-ayat tentang

kejadian manusia, asal-usul kejadian manusia serta reproduksi manusia.

1
Al-qur’an, 15:9.

1
ِ ِّ ‫ضياء والْ َقمر نُورا وقَ َّدرهُ منَا ِز َل لِتَ ْعلَموا َع َد َد‬ ِ ‫الشم‬ ِ َّ
‫ين‬
َ ‫السن‬ ُ َ َ َ ً ََ َ ً َ ‫س‬ َ ْ َّ ‫ُه َو الذي َج َع َل‬
‫ات لَِق ْوٍم يَ ْعلَ ُمو َن‬ِ ‫صل ْاْلي‬
َ ُ ِّ ‫ْح ِّق ۚ يُ َف‬ َ ِ‫اب ۚ َما َخلَ َق اللَّهُ ذَل‬
َ ‫ك إََِّّل بِال‬ َ ‫س‬
ِ
َ ‫َوالْح‬
Artinya: “dia-lah yang menjadikan matahari bersinar dan bulan
bercahaya dan ditetapkannya manzilah-manzilah (tempat-tempat
orbitnya) bagi perjalanan bulan itu, supaya kamu mengetahui
bilangan tahun dan perhitungan (waktu). Allah tidak menciptakan
yang demikian itu melainkan dengan hak, dia menjelaskan tanda –
tanda (kebesaran-Nya) kepada orang-orang yang mengetahui”
(Q.S Yunus : 5)2

Dalam ayat tersebut memberikan informasi bahwa matahari itu bersinar

sedangkan bulan bercahaya. Al-qur’an menggunakan kata diya’ untuk matahari

sehingga ia bermakna matahari bersinar, dan kata nur untuk bulan sehingga ia

bermakna bulan bercahaya. Dalam kajian tentang asal-usul kejadian manusia,

banyak sekali terdapat perdebatan dan pertentangan dikalangan para ahli.

Dalam sains, manusia disebutkan makhluk hasil evolusi yang berawal

dari tingkat terendah bertahap ketingkat yang lebih tinggi yaitu homo sapiens.

Para ahli agama (Islam) selalu berpendapat bahwa segala sesuatu yang berasal

dari teori evolusi adalah sesat karena tidak mengakui adanya tuhan sebagai

sang pencipta, yang dikatakan oleh mereka adalah benar dan yang selain dari

itu adalah salah.

Pada sekitar tahun 2.000-an, para ulama dan ilmuan sains sepakat bahwa

teori Darwin telah runtuh karena ditemukannya bukti-bukti empiris yang

bertentangan dengan teori tersebut. Akan tetapi, jika kita lihat lebig rinci lagi

maka tidak semua isi teori Darwin itu salah. Semisal hipotesis tentang seleksi

alam dan mutasi genetik yang ada didalam teori evolusi itu menyebabkan

perubahan fisiologis terhadap suatu makhluk hidup. Kondisi, cuaca, iklim,

2
Ibid, 10:5

2
suhu dan tempat yang berbeda3 ini sejalan dengan apa yang ada didalam al-

qur’an sebagaimana dalam firman Allah SWT :

َ‫ُه َوالَّ ِذى َخلَ َق ُكم ِّمن تُ َراب ثُمَّ ٍمن نُط َفة ثُ َّم ِمن َعلَ َقةَ ثُ َّم يُخ ِر ُج ُكم ِطفل‬
ِ َ‫وخا وِمن ُكم من ي ت وفَّى ِمن ق‬ ِ ِ ِ
‫س َّمى‬
َ ‫بل َولتَبتلغوا اَ َجلَ ُم‬
ُ َ َُ َ َ َ ُ‫ثُمَّ لتبلغُوا اش َّد ُكم ثُ َّم لتَ ُكونُوا ُشي‬
ِ َ‫و لعلَّ ُكم ت‬
‫عقلُو َن‬ َ
Artinya: “Dialah yang menciptakan kamu dari tanah, kemudian dari
setetes manni, sesudah itu dari segumpal darah, kemudian
dilahirkannya kamu sebagai seorang anak. Kemudian (kamu
dibiarkan hidup) supaya kamu sampai kepada masa (dewasa).
Kemudian (dibiarkan kamu hidup lagi) sampai tua, diantara kamu
ada yang diwafatkan sebelum itu. (kami perbuat demikian) supaya
kamu sampai kepada ajal yang ditentukan dan supaya kamu
memahaminya.

Dan juga dalam ayat lain dijelaskan seperti di bawah ini:

‫َوقَ ْد َخلَ َق ُك ْم أَط َْو ًارا‬


Artinya: “padahal Dia sesungguhnya telah menciptakan kamu dalam
beberapa tingkatan kejadian” (QS. Nuh:14)

Maksud dari ayat tersebut, maknanya relevan dengan hipotesis seleksi

alam dan mutasi genetik. Karena kita adalah makhluk yang hidup berasal dari

air dan tanah, berkembang secara gradual (bertahap) dari bentuk yang

sederhana ke bentuk yang lebih kompleks, serta terus mengalami perubahan

karena kondisi cuaca, iklim, suhu, dan tempat yang berbeda. Oleh karena itu,

ayat tersebut sejalan dengan hipotesis seleksi alam dan mutasi genetik.

Kaitannya dengan penciptaan manusia, para ulama sepakat bahwa Allah di

dalam proses penciptaan manusia menjadikannya bertahap secara periodik dan

3
Samir Abdul Halim dkk, Ensiklopedia Sains Islam (Biologi I), (Kamil Pustaka:
Tanggerang, 2015), 1-7.

3
tidak langsung menjadikannya manusia yang utuh. Buktinya banyak ayat al-

qur’an yang dapat dibuktikan dengan sains modern.

Seluruh pengetahuan termasuk pengetahuan sains yang terdapat dalam

al-qur’an, adalah pendapat yang di dukung oleh Maurice Bucaille, seorang

ilmuan dari perancis yang terkemuka, dan ahli bedah kenamaan. Dia terpilih

menjadi ketua dari pakar bedah sekaligus penanggub jawab utama dalam

penelitian mumi fir’aun, Ketertarikan maurice terhadap islam muncul secara

intens dengan mendalami kajian biologi dan hubungannya dengan beberapa

agama. Oleh karena itu ketika kesempatan itu datang untuk meneliti,

mempelajari, dan menganalisis mumi fir’aun, dia mengerahkan

kemampuannya untuk menguak misteri di balik kematian raja fir’aun.

Hasil akhir yang maurice dapat sangat mengejutkan, sisa-sisa garam yang

melekat pada tubuh mumi fir’aun adalah bukti bahwa fir’aun memang benar

mati karena tenggelam. Penemuan tersebut banyak menimbulkan pertanyaan

dalam benak maurice. Salah seorang di antara rekannya berkata bahwa al-

qur’an yang diyakini umat islam telah meriwayatkan kisah tenggelamnya

fir’aun dan kemudian diselamatkannya mayatnya. Berikut ayat dalam al-qur’an:

ِ ‫ك آيَ ًة ۚ َوإِ َّن َكثِ ًيرا ِم َن الن‬


‫َّاس َع ْن آيَاتِنَا‬ َ ‫ك لِتَ ُكو َن لِ َم ْن َخ ْل َف‬
َ ِ‫يك بِبَ َدن‬
َ ‫فَالْيَ ْو َم نُنَ ِّج‬
‫لَغَافِلُو َن‬
Artinya: “maka pada hari ini kami selamatkan badanmu supaya kamu
dapat menjadi pelajaran bagi orang-orang yang datang
sesudahmu dan sesungguhnya kebanyakan dari manusia lengah
dari tanda-tanda kekuasaan kami”. (QS. Yunus: 92)4
John Wansbrough adalah sejarawan Amerika yang penelitiannya

menggunakan analisis historis dan literary analysis. Dari analisis yang ia

4
Ibid, 10:92

4
gunakan, ia berpendapat bahwa kenabian Nabi Muhammad hanyalah imitasi

(tiruan) dari kenabian Nabi Musa yang dikembangkan secara teologis untuk

memenuhi kebutuhan masyarakat Arab. Dan al-qur’an menurutnya bukan

sebagai sumber biografi Nabi Muhammad tetapi konsep yang disusun sebagai

teologi islam tentang kenabian.5

Menurut Wansbrough Al-qur’an yang diturunkan kepada Nabi

Muhammad merupakan kepanjangan dari kitab Taurat. Salah satu buktinya

adalah penggunaan term setan. Isi-isi al-qur’an tersebut oleh orang-orang Islam

dinaikkan derajatnya menjadi kitab suci yang bernilai mutlak. Kata kitabullah /

Al Kitab yang dirujuk dari Q.S Ash Shoffat, diartikannya sebagai ketetapan dan

otoritas, bukan diartikan sebagai kitab suci. Karena hai itulah penulis ingin

meneliti dan mambahas lebih jauh dengan mengangkat judul tentang AYAT-

AYAT SAINSTIFIK AL-QUR’AN TENTANG FENOMENA AL-QUR’AN

DALAM TAFSIR AL-MISBAH.

B. Rumusan Masalah

5
hhtp://en. Wikipedia. Org/wiki/John_Wansbrough, diakses tanggal 30 mei 2019

5
Untuk menemukan jawaban dari permasalahan di atas, rasanya perlu untuk

kita membuat kajian pokok masalah dalam penelitian ini. Diantaranya:

1. Bagaimana unsur sainstifik ayat al-qur’an terhadap mumi fir’aun dalam

tafsir al-misbah ?

2. Bagaimana relevansi penemuan mumi fir’aun dengan kajian al-qur’an ?

C. Tujuan Masalah

Melihat latar belakang serta rumusan masalah diatas, dapat kita simpulkan

tujuan dari penelitian ini antara lain:

1. Untuk mengetahui unsur sainstifik ayat al-qur’an terhadap mumi

fir’aun dalam tafsir al-misbah

2. Untuk mengetahui relevansi penemuan mumi fir’aun dalam kajian al-

qur’an

D. Manfaaat Penelitian

1. Sebagai bukti kebesaran Allah SWT, terhadap seluruh hambanya dimuka

bumi.

2. Menumbuhkan rasa penasaran umat non muslim untuk meneliti dan

mengkaji ayat-ayat al-qur’an.

3. Sebagai bukti kekuasaan Allah SWT kepada umat islam setelah umat nabi

Musa AS.

4. Membuktikan bahwa pengetahuan sains dengan al-qur’an saling

berhubungan.

6
5. Menambah koleksi perpustakaan yang diharap bisa dijadikan bahan acuan

sehingga bermanfaat untuk mahasiswa generasi mendatang dalam

penyusunan karya tulis ilmiah lainnya dengan materi yang serupa.

E. Definisi Konsep

1. Ayat-ayat sainstifik ialah ayat-ayat yang terbukti secara ilmiah dalam sains

modern,adapun penjelasannya berarti ayat-ayat yang dibenarkan dalam

kajian ilmuan tertentu seperti ilmu kelautan, biologi, fisika, kimia, dll.

Dalam proses pengkajian dan penelitian tersebut muncul satu metode atau

model kajian tafsir baru, yang diistilahkan dengan tafsir ilmi, sesuai

dengan tajuk ayat-ayat sains al-qur’an.

2. Kata (‫ )ننجيك‬nunajjika/ Kami selamatkan engkau ada juga ulama yang

membacanya nunjika ini terambil dari kata (‫ )نجوة‬najwah yaitu tempat

yang tinggi. Sehingga dengan demikian penggalan ayat ini mereka pahami

dalam arti kami menempatkan engkau setelah tenggelam di laut merah di

tempat yang tinggi sehingga engkau tidak terbawa arus dan dapat dilihat

oleh banyak orang termasuk mereka yang meragukan kematianmu. Alasan

penganut paham ini adalah kata nunajjika atau nunjika itu, yang

mengandung konsekwensi bahwa pemahaman bahwa fir’aun selamat dari

kematian dan kehanyutan di laut. Pemahaman ini, kata mereka lebih jauh,

jelas bertentangan dengan kenyataan dan kesepakatan para ulama. Nah jika

7
demikian, kata tersebut tidak dapat dipahami kecuali bahwa dia

ditempatkan di satu tempat yang tinggi sehingga badannya tidak terbawa

arus dan gelombang.

Ada juga yang memahami kata (‫ )بدنك‬badanika/badanmu dalam arti

perisai fir’aun yang konon terbuat dari emas. Allah swt. Menyelamatkan

dalam arti tidak menenggelamkan perisai itu, agar ia menjadi pelajaran

bagi generasi selanjutnya. Kedua pendapat terakhir ini terlalu lemah untuk

berarti penyelamatan dirinya. Firman-Nya: (‫ )ننجيك ببدنك‬nunajjika

bibadanika/Kami selamatkan badanmu menunjukkan bahwa manusia

memiliki sesuatu selain badan, yakni ruh/jiwanya. Memang sekian banyak

ayat yang menginformasikan unsur rohani dan jasmani manusia. Jika anda

berkata, “saya” atau si “A”, maka anda tidak menunjuk pada jasmaninya

saja, tapi seluruh totalitasnya.

Bahkan tidak keliru jika dikatakan bahwa yang anda tunjuk adalah

kepribadiannya. Badan beberapa saat setelah kematian cepat atau lambat

akan punah, tetapi kepribadian manusia akan tetap utuh. Dan itulah yang

akan mempertanggungjawabkan semua amalnya. Bahkan badan manusia

boleh jadi akan tampil mengajukan kesaksian yang memberatkan pribadi

yang disandang oleh badan itu.

F. Penelitian Terdahulu

Berdasarkan penelusuran dan kajian peneliti, maka dapat di kemukakan

penelitian terdahulu yang juga membahas tema agak mirip dengan tema yang

diambil peneliti saat ini. Tema peneliti saat ini ialah ayat-ayat sainstifik al-

8
qur’an tentang fenomena fir’aun dalam tafsir al-misbah, adapun tema

penelitian terdahulu tersebut ialah Sains Islam berbasis nalar ayat-ayat semesta.

Penjelasan tentang hasil penelitian ayat-ayat sainstifik al-qur’an tentang

fenomena fir’aun dalam tafsir al-misbah yaitu kebenaran al-qur’an dalam sains,

ayat yang dikaji dalam skripsi ini yaitu ayat yang menjelaskan benar adanya

raja fir’aun yang ditenggelamkan ke dalam laut kemudian diangkatnya untuk

diteliti bagaimana tubuh raja fir’aun bisa tetap utuh.

Penulis mengambil penjelasan lebih lengkap tentang bagaimana fenomena

fir’aun dalam tafsir al-misbah. Adapun perbedaannya dengan penelitian

sebelumnya dari Azaki Khoiruddin Universitas Muhammadiyah Surakarta

Indonesia dengan judul: Sains islam berbasis Ayat-Ayat Semesta (AAS)

merupakan jawaban atas kegelisahan umat islam diseluruh dunia, yang saat ini

telah melupakan sains, nalar AAS mengajukan pendekatan “Sains Islam”

dimana sains dikonstruksi berdasarkan inspirasi wahyu allah sebagai sumber

inspirasi bagi bangunan ilmu pengetahuan. Sains islam tidak hanya

menggabungkan sains dan wahyu, tetapi beserta interaksinya menggunakan

filsafat.

G. Sistematika Penelitian

Untuk memudahkan pembahasan ini dan dapat di pahami pembahasannya

secara sistematis maka pembahasan dibentuk dalam beberapa bab sehingga

dapat tergambar keterkaitan yang tersistem.

Adapaun sistematika pembahasan yang dimaksud adalah :

9
BAB I: berisi tentang Pendahuluan. Pada bab ini terdiri dari delapan sub-bab.

Sub-bab pertama menjelaskan latar belakang masalah penelitian yang

mengungkap ketertarikan penulis mengangkat judul yang diteliti.

Kemudian untuk lebih menfokuskan permasalahan, maka dalam sub-bab kedua

penulis menentukan rumusan masalah yang akan dibahas dalam penelitian.

Pada sub-bab ketiga menguraikan tujuan dari hasil penelitian

Pada sub-bab selanjutnya yakni keempat bisa mengambil dari manfaat yang

diambil dari hasil penelitian.

Pada sub-bab kelima terdapat Definisi konsep, Sebagai langkah antisipasi agar

tidak menimbulkan multi interpretasi terhadap judul Proposal skripsi, dan

sebagai langkah untuk menghindari kekaburan makna (istilah),

Pada sub-bab keenam terdapat penelitian terdahulu, yang digunakan penulis

untuk mengetahui posisi suatu karya dan sebagai bukti keontentikan karya

yang menunjukkan tidak adanya penduplikatan dari karya lain.

Pada sub-bab ketujuh yaitu sistematika penulisan.

Dan yang terakhir metode penelitian untuk menberikan gambaran tentang

prosedur dan cara penelitian yang akan digunakan dalam penyusunan skripsi.

2. BAB II: Berisikan landasan-landasan teoritis dari skripsi, sesuai dengan

judul penelitian, maka peneliti membagi beberapa sub bab, sub A: ayat-ayat

sainstifik al-qur’an, Sub B: fenomena fir’aun dalam tafsir al-misbah.

3. BAB III: Berisikan fenomena fir’aun dalam pandangan sains .

10
4. BAB IV: Pada bab ini akan melaporkan hasil penelitian yang membahas

mengenai paparan data dan temuan penelitian dan pembahasan yang terkait

dengan hasil penelitian.

5. BAB V: Merupakan bab terakhir yaitu merupakan kesimpulan dan saran-

saran.

H. Metode Penelitian

Metode adalah salah satu sarana yang amat penting untuk mencapai

tujuan yang telah ditetapkan 6 . Sementara dalam Kamus Besar Bahasa

Indonesia, metode diartikan sebagai cara teratur yang digunakan untuk

melaksanakan suatu pekerjaan agar tercapai sesuai dengan yang dikehendaki.

Kemudian, untuk pengertian penelitian dijelaskan bahwa penelitian adalah

pemeriksaan yang teliti, atau penyelidikan atau kegiatan pengumpulan,

pengolohan, analisis, dan penyajian data yang dilakukan secara sistematis dan

objektif untuk memecahkan suatu persoalan atau menguji suatu hipotetis untuk

mengembangkan prinsip-prinsip umum.

Beberapa metode yang penulis pakai dalam penelitian ini diantaranya:

1. Dalam teknik mengumpulkan data, peneliti menggunakan penelitian

kepustakaan (library research), yakni menelaah referensi atau literatur-

literatur yang terkait dengan pembahasan. Baik berupa data-data yang

kami dapat dari beberapa tulisan yang terkait.

6
DR. Nashruddin Baidan, Metodologi Penafsiran Al-qur’an, (Yogyakarta: Pustaka
Pelajar, 2005),

11
2. Analisis data secara induktif, yaitu berusaha mengkaji secara khusus

Ayat-ayat sainstifik kajian barat atas Mauricle Bucaille. Kemudian

mengembangkannya kepada berbagai literatur yang berkaitan.

3. Deduktif, yaitu mencari berbagai macam literatur atau referensi yang

berkaitan tentang Ayat-ayat sainstifik tentang fenomena fir’aun dalam

tafsir al-misbah. Kemudian memulainya dengan membahas tentang ayat-

ayat sainstifik secara umum

12

Anda mungkin juga menyukai