A. Pembahasan
1. Siapa Manusia?
ekonomi, pendidikan, maka akan lahir pula definisi yang terkait dengan
hal tersebut.
٢١ ُون
َ صرِ َوفِ ٓي أَنفُ ِس ُكمۡۚ أَفَاَل تُ ۡب
Artinya: “Dan (juga) pada dirimu sendiri. Maka apakah kamu tidak
c. Kenyataan yang dapat diamati bahwa di antara manusia itu ada yang
orang lain: dan demikian sebaliknya. Tentu saja hal ini timbul
kolektif.
Nas.
Al-Basyar, kata basyar berasal dari akar kata yang pada mulanya
berarti penampakan sesuatu dengan baik dan indah. Dari akar kata yang
sama lahir kata basyarah yang berarti kulit. Manusia dinamai basyar
karena kulitnya tampak jelas dan berbeda dengan kulit binatang yang lain.
١١٠ ..... ر ِّم ۡثلُ ُكمۡ يُو َح ٰ ٓىٞ قُ ۡل إِنَّ َمٓا أَنَ ۠ا بَ َش
Artinya: “Katakanlah: Sesungguhnya aku ini manusia biasa seperti
kepada basyar.
Kata insan dari kata uns yang berarti jinak, harmonis, dan tumpah.
totalitasnya, jiwa dan raga. Manusia yang berbeda antara seseorang dan
berikut:
diketahuinya.
yang fasih).
manusia itu amat zalim dan amat bodoh” (QS. Al-Ahzab; 72)
(QS. Al-Ashr; 2)
dikerjakannya.
Qashash; 23)
Al-Hadid; 25)
membawa apa yang berguna bagi manusia, dan apa yang Allah
َ œح ِّم ۡثلُ ۚۥهُ َوتِ ۡلٞ رœۡ œَح فَقَ ۡد َمسَّ ۡٱلقَ ۡو َم قٞ إِن يَمۡ َس ۡس ُكمۡ قَ ۡر
ِ َدœ ُك ٱأۡل َيَّا ُم ن
اولُهَا
.... اس ِ َّبَ ۡي َن ٱلن
Artinya: “Jika kamu (pada perang Uhud) mendapat luka, maka
luka yang serupa. Dan masa (kejayaan dan kehancuran) itu Kami
ۡ ۡ
ِ َوا ِم ۡن أَقط
ارœœœœ ْ ُذœœœœُتَطَ ۡعتُمۡ أَن تَنفœœœœٱس
ۡ نس إِ ِن ِ ِ َر ٱل ِجنِّ َوٱإۡلœœœœٰيَ َم ۡع َش
٣٣ ون إِاَّل بِس ُۡل ٰطَ ٖن ْ ۚ ض فَٱنفُ ُذ
َ وا اَل تَنفُ ُذ ٱل َّس ٰ َم ٰ َو ِ أۡل
ِ ت َوٱ َ ۡر
Artinya: “Hai jama´ah jin dan manusia, jika kamu sanggup
Rohman; 33)
ر َءا ِنœœ ْ ُت ٱإۡل ِ نسُ َو ۡٱل ِج ُّن َعلَ ٰ ٓى أَن يَ ۡأت
ۡ ُوا بِ ِم ۡث ِل ٰهَ َذا ۡٱلق ِ ٱجتَ َم َع ۡ قُل لَّئِ ِن
٨٨ يرا ٗ ض ظَ ِه ع ۡ َ بِ ل ُۡم ه ض
ُ ۡ
ع َ ب ان
َ كَ وۡ َ لو ۦ
ه
ِ ِ لثۡ ون بِ ِم
َ ُ ت ۡ َاَل ي
أ
ٖ َ
Artinya: “Katakanlah: ‘Sesungguhnya jika manusia dan jin
Al-Isro’ 88)
Allah.
1
Haidar Putra Daulay, Pendidikan Islam dalam Perspektif Filsafat, (Cet. II; Jakarta:
Prenadamedia Group, 2016), h. 39
2. Hakikat Penciptaan Manusia
dilihat dari sosok diri, serta beban dan tanggung jawab yang diamanahkan
raga dalam hubungan timbal balik dengan dunia dan antar sesamanya. Di
samping itu, ada unsur lain yang membuat dirinya dapat mengatasi
pengaruh dunia sekitarnya serta problema dirinya, yaitu unsur jasmani dan
unsur rohani. Pada kedua unsur itu, manusia dianugerahi nilai lebih,
makhluk lai. Dengan bekal yang istimewa ini, manusia mampu menopang
sejarah generasinya.
kekuatan fisik, fungsi organ tubuh dan panca indera. Kemudian dari aspek
َ œَاب ثُ َّم ق
ال لَهۥُ ُكنœ ِ œَ َد ٱهَّلل ِ َك َمثœ ٰى ِعنœيس
ٖ َرœُل َءا َد ۖ َم َخلَقَهۥُ ِمن تœ َ œَإِ َّن َمث
َ ل ِعœ
٥٩ ون ُ فَيَ ُك
Artinya: “Sesungguhnya misal (penciptaan) Isa di sisi AllAh, adalah
ونُ نœ ۡ
س م
َّ إœœم ح
َ نۡ م
ِّ ل œ ص
َ ٰ لۡ ص
َ ن م
ِّ ارٗ َ
ش َ ب ُ
ق ۢ ِال َرب َُّك لِ ۡلم ٰلَٓئِ َك ِة إنِّي ٰ َخل
َ ََوإِ ۡذ ق
ٖ ٖ َ ٖ ِ َ
٢٨
Artinya: “Dan (ingatlah), ketika Tuhanmu berfirman kepada para
tanah liat kering (yang berasal) dari lumpur hitam yang diberi bentuk”
diciptakan dari inti sari tanah yang dijadikan air mani (nuthfah) yang
mudghah.
kalian ukan ada yang beramal hingga dirinya berada dekat dengan surga
kecuali sejengkal saja: lalu dia didahului oleh catatan (ketetapan taqdir)
hingga dia beramal dengan amalan penghuni neraka dan ada juga
kecuali sejengkal saja lalu dia didahului oleh catatan (ketetapan taqdir)
Muslim)2
di dalam materi yang membuatnya cocok untuk menerima ruh. Materi itu
merupakan sari pati tanah liat Adam A.S. yang merupakan cikal bakal bagi
keturunannya. Cikal bakal atau sel benih (nuthfah) ini yang semula adalah
tanah liat, setelah melewati berbagai proses, akhirnya menjadi bentuk lain
2
Imam An-Nawawi, Hadits Arbain An-Nawawiyah Terjemah Bahasa Indonesia, (Cet. I;
Surabaya: a|w Publisher, 2005), h. 6
Kedua unsur ini selanjutnya bersatu dalam satu wadah yaitu rahim
menerima ruhnya langsung dari Allah di saat embrio sudah siap dan cocok
para filsuf terdahulu sampai dengan masa sekarang. Hal itu juga tidak
lepas dari kajian agama, yang masing-masing ahli juga masih sering terjadi
juga dikaji tentang hakikat manusia dari tinjauan Islam. Dari kajiannya
manusia ada pada aspek kesadaran yang eksistensinya ada pada daya
permukaan jiwa kita, di bawah itu ada kehendak yang tidak sadar.
tersebut.
ada itu hanyalah zat atau materi. Alam ini adalah zat atau materi dan
sesuatu yang ada di dunia ini ialah ruh. Hakikat manusia juga adalah ruh.
pada hakikatnya terdiri dari dua substansi, yaitu jasmani dan ruhani. Kedua
tergantung satu sama lain. Jadi, badan tidak berasal dari ruh dan ruh tidak
Di sini, manusia dipandang tidak dari sudut serba zat atau serba ruh atau
Potensi yang dimiliki manusia (akal, nafs, qalb, dan roh) tidak berkembang
suatu keniscayaan.
orang lain. Fisik dan psikisnya mesti dirawat dengan baik supaya
4
Noor Amiruddin, Filsafat Pendidikan Islam, Konteks Kajian Kekinian, (Cet. I; Gresik:
Caremedia Communication, 2018), h. 32
berkembang. Pengabaian terhadap perawatan tersebut akan berdampak
dan rohani anak. Begitu juga akan bedampak besar bila ditinggalkan
ini, maka akan semakin jelaslah betapa urgennya pendidikan itu bagi
manusia itu mempunyai dua fungsi, yakni fungsi kekhalifahan dan fungsi
maka tidak boleh tidak manusia tersebut mesti berilmu. Agar manusia
manusia dituntut untuk berilmu dia juga dituntut untuk bermoral. Alam
alam tanpa batas sehingga merusak alam dan lingkungan hidup manusia.
beribadah, tahu mana yang baik dan buruk menurut konsep Islam tanpa
melalui pendidikan.
makhluk ciptaan Allah yang paling mulia dan sebaik-baik kejadian dan
pendidikan.
datang sedemikian saja tanpa proses. Selain dari manusia mesti berilmu
alam semesta manusia tidak hanya cukup berilmu, tetapi juga bermoral
(berakhlak), agar alam tidak rusak dan tetap lestari. Moral menjadi alat
pendidikan.5
5
Haidar Putra Daulay, Pendidikan Islam dalam Perspektif Filsafat, (Cet. II; Jakarta:
Prenadamedia Group, 2016), h. 52
B. Kesimpulan
mempunyai akal yang berfungsi untuk membedakan mana yang baik dan
yang buruk dan juga dilengkapi dengan kalbu untuk menjadikan dirinya
hakikat manusia, antara lain, Plato, Aristoteles, Rene Descartes dan lain-lain,
menjadi empat aliran, yaitu aliran serba zat, aliran serba ruh, aliran dualisme,
(akal, nafs, qalb, dan roh) tidak bisa berkembang tanpa pendidikan. Tanpa
Publisher, 2005)
Putra Daulay Haidar, Pendidikan Islam dalam Perspektif Filsafat, (Jakarta: Prenadamedia
Group, 2016)