Oleh Kelompok 4:
Erit Andriawan : 15300700007
Mella Gusriyanti : 15300700013
A. Pendahuluan
1. Latar Belakang
Al-Qur’an merupakan sumber segala ilmu. Al-Qur’an menyebutkan tentang
kejadian alam semesta dan berbagai proses kealaman lainnya, tentang penciptaan
manusia, termasuk manusia yang didorong hasrat ingin tahunya dan dipacu akalnya
untuk menyelidiki segala apa yang ada disekitarnya seperti keingintahuan tentang
rahasia alam semesta.
Alam semesta merupakan sebuah bukti kebesaran Tuhan, karena penciptaan
alam semesta dari ketiadaan memerlukan adanya Sang Pencipta Yang Maha Kuasa.
Tuhan telah menciptakan alam semesta ini dengan segala isinya untuk manusia dan
telah menyatakan tentang penciptaan alam semesta dalam ayat-ayat Nya.
Dewasa ini banyak ilmuan muslim maupun non-muslim menemukan ilmu
pengetahuan baru, baik yang berkaitan dengan penciptaan alam maupun hal lainnya.
Padahal, hal-hal tersebut sebenarnya sudah dijelaskan oleh Allah di dalam al-Qur’an,
hanya saja belum banyak orang yang mengetahuinya. Dan adapun yang sudah
mengetahuinya di dalam al-Qur’an sejak dulu, mereka belum bisa membuktikan
kebenaran tersebut berdasarkan kebenaran ilmiah. Itulah bukti bahwa al-Qur’an
adalah benar kalam Allah, bukan buatan Nabi Muhammad Saw. Sebab, banyak
oknum yang mengatakan bahwa al-Qur’an bukanlah kalam Allah, melainkan buatan
Nabi Muhammad Saw.
Thanthawi Jauhari, salah satu ahli tafsir yang mahir dalam bidang sains, di
dalam tafsirnya “Al-Jawahir”, mengatakan bahwa:
“Sesungguhnya di dalam al-Qur’an terdapat ayat-ayat tentang ilmu pengetahuan yang
berjumlah atas 750 ayat, sementara yang membahas tentang ilmu fiqih tanda-tandanya
tidak melebihi dari 150 ayat. Wahai umat Muslim, ayat-ayat yang berkaitan dengan
masalah-masalah faroidh saja telah membuat berbagai macam cabang keilmuan, maka
bagaimana tanggapanmu mengenai 750 ayat yang berkaitan dengan keajaiban dunia.
1
Ini adalah masa ilmu dan ini adalah masa yang jelas cahaya Islam. Mengapa tidak
kami kerjakan ayat-ayat tentang alam semesta, sebagaimana para orang tua kita telah
mengamalkan ilmu-ilmu tentang hukum waris”.
2. Rumusan Masalah
a. Langit Tujuh Lapis dalam Al-Qur’an Surat Al-Baqarah ayat 29.
b. Langit Tujuh Lapis dalam Al-Qur’an Surat Al-Israa ayat 44.
c. Langit Tujuh Lapis dalam Al-Qur’an Surat Fushilat ayat 12.
d. Langit Tujuh Lapis dalam Al-Qur’an Surat Al-Mulk ayat 3.
B. Pembahasan Tafsir
1. Teks Ayat
a. Q.S. Al-Baqarah ayat 29
ِ ض ﲨِ ﻴﻌ ﺎ اﺳ ﺘـ ﻮﯨٰـ ﺜ ﻢﱠ إِ َﱃ اﻟ ﱠ ِ
اﻫ ﱠﻦ
ُ ﺴ َﻤ ﺎء ﻓَ َﺴ ﱠﻮ ُ َ َ ْ ً َ ِ ُﻫ َﻮ ا ﻟﱠﺬ ي َﺧ ﻠَ َﻖ ﻟَ ُﻜ ْﻢ َﻣ ﺎ ِﰲ ْاﻷ َْر
ِ ٍ ِ ٍ ﺳ ﺒ ﻊ ۚ◌ َﲰ
ٌﺎوات َو ُﻫ َﻮ ﺑ ﻜُ ِﻞّ َﺷ ْﻲ ء ﻋَ ﻠ ﻴﻢ
َ َ َ َْ
ض َو َﻣ ْﻦ ۚ◌ ﻓِ ﻴ ِﻬ ﱠﻦ َو إِ ْن ِﻣ ْﻦ َﺷ ْﻲ ءٍ إِ ﱠﻻ
ُ ﺴ ﺒْ ﻊُ َو ْاﻷ َْر
ات اﻟ ﱠ
ُ ﺎو ﺴ ﺒِّﺢُ ﻟَﻪُ اﻟ ﱠ
َ ﺴ َﻤ َ ُﺗ
ِ ِ ِ ٰ ِِ ِ
ﻮرا
ً ُﻴﻤ ﺎ ﻏَ ﻔ َ ِﺴ ﺒِّﺢُ ﲝَ ْﻤ ﺪ ﻩ َوﻟَ ﻜ ْﻦ َﻻ ﺗـَ ْﻔ ﻘَ ُﻬ ﻮ َن ﺗَ ْﺴ ﺒ
ً ﻴﺤ ُﻬ ْﻢ إ ﻧﱠﻪُ ۗ◌ َﻛ ﺎ َن َﺣ ﻠ َ ُﻳ
ات ِﰲ ﻳـَ ْﻮﻣَ ْﲔِ َوأ َْو َﺣ ٰﻰ ِﰲ ُﻛ ِﻞّ َﲰَﺎءٍ أ َْﻣ َﺮ َﻫ ﺎ ۚ◌ َو َزﻳـﱠ ﻨﱠﺎ
ٍ ﻓـَ ﻘَ ﻀ ﺎﻫ ﱠﻦ ﺳ ﺒ ﻊ َﲰ ﺎو
َ َ َ َْ ُ َ
ﻳﺮ ا ﻟْﻌَ ﺰِﻳ ﺰِ ا ﻟْ ﻌَ ﻠِﻴ ِﻢ ِ
ُ ﻚ ﺗـَ ْﻘ ﺪ
ِ
َ ﻴﺢ َو ِﺣ ْﻔ ﻈًﺎ ۚ◌ ذَٰ ﻟ ِ َ َﺴ ﻤ ﺎء اﻟ ﱡﺪ ﻧـْ ﻴ ﺎ ِﲟ
َ ﺼ ﺎﺑ َ َ َ اﻟ ﱠ
d. Q.S. Al-Mulk ayat 3
2
ٍﺎر ِﺟ ِﻊ ا ﻟْ ﺒَﺼَ ﺮ ﺗـَ ﺮﯨٰـ َﻬ ﻞ ِﻣ ْﻦ ﻓُﻄُﻮر ٍ ۖ◌ ﺗـَ َﻔ
ْ َﺎوت ﻓ
ْ َ َ ُ
2. Terjemahan Ayat
a. Q.S. Al-Baqarah ayat 29
“Dialah (Allah) yang menciptakan segala apa yang ada di bumi untuk mu
kemudian Dia menuju ke langit, lalu Dia menyempurnakannya menjadi tujuh
langit. Dan Dia Maha Mengetahui segala sesuatu.”
( ﻟ ﱠﺴ َﻤ ِﺎءas-sama’)
3
Pengertian lafadz as-sama’ (langit) di dalam tafsir al-Maraghi ialah seluruh
yang ada di atas kita. Dan kata istawa ‘alaihi artinya berkehendak menciptakan
langit.1
b. Q.S. Al-Israa ayat 44
Sama’ (ﺴﻤﺎء
)اﻟ ﱠdan Ardh (ض
ُ )أَر
ُ َ ْ
Pada ayat-ayat tersebut di atas terdapat dua istilah yang senantiasa disebut
yakni al-sama’ (langit) dan al-ardh (bumi). Ungkapan ‘langit’ dan ‘bumi’
merupakan petunjuk yang mewakili semua jagat alam raya ini. Adapun kenapa
‘bumi’ yang disebut, hal itu dikarenakan keterikatan kita dengannya dimana kita
hidup dan tinggal di atas permukaan bumi. Sedangkan penyebutan kata ‘langit’,
hal itu dikarenakan kedekatan kita dengan langit yang menjadi obyek penglihatan
kita, sekaligus sebagai sumber hujan yang bermanfaat untuk menumbuhkan
berbagai tumbuhan yang kita butuhkan dan juga sebagai makanan binatang ternak
kita2
d. Q.S. Al-Mulk ayat 3
( ِﻃﺒَﺎﻗًﺎthibaaq)
Thibaaq adalah mashdar yang berarti al muthaabah (yang berlapis-lapis).
Thibaaq adalah jamak dari thabaq atau thabaqah. Seperti yang diriwayatkan oleh
Aban bin Taghlib, “aku mendengar sebagian orang Arab mencela seseorang. Dia
berkata, ‘Syarruhu thibaaqun wa khairu ghairu baaqin (keburukannya berlapis-
lapis, sementara kabaikannya tidak akan kekal).3
Menurut Quraish Shihab, thibaqa disini adalah mashdar yang artinya sangat
bersesuaian. Jadi dalam bentuk jamaknya ketujuh langit itu mempunyai kesamaan,
ibaratnya seperti kue lapis atau cangkang telur yang mengitari seluruh segi telur
dari segala penjuru.4
1
Ahmad Musthafa al-Maraghi, Tafsir al-Maraghi, Terj, Jil 1, (Semarang: Karya Toha Putra, 1992), h. 128
2
https://cabangmargaasih.blogspot.co.id/2013/12/penciptaan-alam-semesta-menurut-alquran_4.html (diakses
pada Minggu,8 April 2018 pukul 14.54 wib)
3
Al Qurthubi / Syaikh Imam Al Qurthubi, Tafsir Al Qurthubi, IX:12–13.
4
M. Quraish Shihab, TAFSIR AL-MISHBAH Pesan, Kesan, Dan Keserasian al-Qur’an, vol. 15, Cetakan ke-II
(Jakarata: Lentera Hati, 2002), 201.
4
4. Tafsir Tahlili dari Kitab Tafsir tentang Kata Kunci: dari kitab-kitab Tafsir
a. Q.S. Al-Baqarah ayat 29
( ﻟ ﱠﺴ َﻤ ِﺎءas-sama’) / Langit
Allah menjadikan tujuh lapis langit. Adapun yang dikatakan langit ialah apa
yang di atas kepala kita, seperti awan, bintang-bintang, tempat peredarannya dan
sebagainya. Pada Q.S. Al-Baqarah ayat 29 dijelaskan bahwa Allah menjadikan
apa yang ada didalam bumi untuk kaum Muslimin, yaitu barang-barang yang
dikeluarkan dari dalam tanah umpamanya:emas, perak, batu arang, minyak dan
sebagainya5
Dialah yang telah menciptakan bagimu segala yang terdapat di muka bumi)
yaitu menciptakan bumi beserta isinya, (kesemuanya) agar kamu memperoleh
manfaat dan mengambil perbandingan darinya, (kemudian Dia hendak
menyengaja hendak menciptakan) artinya setelah menciptakan bumi tadi, Dia
bermaksud hendak menciptakan pula (langit, maka dijadikan-Nya langit itu)
'hunna' sebagai kata ganti benda yang dimaksud adalah langit itu. Maksudnya
ialah dijadikan-Nya, sebagaimana didapati pada ayat yang lain, 'faqadhaahunna,'
yang berarti maka ditetapkan-Nya mereka, (tujuh langit dan Dia Maha
Mengetahui atas segala sesuatu) dikemukakan secara 'mujmal' ringkas atau secara
mufasshal terinci, maksudnya, "Tidakkah Allah yang mampu menciptakan semua
itu dari mula pertama, padahal Dia lebih besar dan lebih hebat daripada kamu,
akan mampu pula menghidupkan kamu kembali?.6
Dalam tafsir Al-Misbah dijelaskan Bagaimana kalian kafir, padahal Allah
bukan hanya menghidupkan kamu di dunia, tetapi juga juga menyiapkan sarana
kehidupan didunia. Dia-lah Allah swt yang telah menciptakan untuk kamu apa
yang ada dibumi semua sehingga semua yang kamu butuhkan untuk kelangsungan
dan kenyamanan hidup kamu terhampar, dan itu adalah bukti kemahakuasaan-
Nya. Yang kuasa melakukan itu pasti kuasa untuk menghidupkan yang mati.
Kemudian Dia berkehendak menuju ke langit, Kata kemudian dalam ayat ini
bukan dalam arti selang masa, tetapi dalam arti peringkat, yakni peringkat sesuatu
yang disebut sesudahnya yaitu langit dan apa yang ditampungnya lebih agung,
5
Mahmud Yunus,Tafsir Qur’an Karim ( Jakarta:2008) hal.7
6
https://tafsirq.com/2-al-baqarah/ayat-29 (diakses jumat, 6 April 2018 pukul 8.02 wib)
5
lebih besar, lebih indah dan misterius dari pada bumi. Maka Dia, yakni Allah
menyempurnakan mareka yakni menjadikannya 7 langit dan menetapkan hukum-
hukum yang mengatur perjalannya masing-masing, serta menyiapkan sarana yang
sesuai bagi yang berada disana, apa dan atau siapapun. Itu semua diciptakan-Nya
dalam keadaan sempurna dan amat teliti. Dan itu semua mudah bagi-Nya karena
Dia maha Mengetahui segala sesuatu.
Firman-Nya: Dia-lah (Allah), yang menciptakan segala yang ada di bumi
untuk kamu dipahami oleh banyak ulama sebagai menunjukan bahwa pada
dasarnya segala apa yang terbentang dibumi ini dapat digunakan oleh manusia,
kecuali kalau ada dalil lain yang melarangnya. Sebagian kecil ulama tidak
memahaminya demikian, mereka mengharuskan adanya dalil yang jelas untuk
memahami boleh atau tidaknya segala sesuatu. Bahkan ada juga yang berpendapat
bahwa pada dasarnya segala sesuatu itu terlarang kecuali kalau ada dalil yang
menunjukan ijin menggunakannya.
Kata istawa pada mulanya berarti tegak lurus, tidak bengkok. Selanjutnya kata
itu dipahami secara majazi dalam arti menuju kesuatu dengan cepat dan penuh
tekad, bagaikan yang berjalan tegak lurus tidak menoleh kekiri dan kekanan.
Makna Allah menuju Ke langit adalah kehendak-Nya untuk mewujudkan sesuatu
seakan-akan kehendak tersebut serupa dengan seseorang yan menuju ke sesuatu
untuk mewujudkannya dalam bentuk seagung dan sebaik mungkin. Karena itu
pula lanjutan ayat yang menyatakan lalu dijadikan-Nya yakni bahwa langit itu
dijadikan-Nya dalam bentuk sebaik mungkin, tanpa sedikit aib atau
kekuranganpun.
6
wujud tersebut dalam bertasbih dan memuji Allah. Manusia juga tidak mengetahui
petunjuk yang diberikan oleh alam-alam kenyataan itu.
Oleh karena bersifat Halim, maka Dia tidak segera mengazab kaum musyrik,
tetapi memberikan penangguhan. Allah akan memberi ampun kepada mereka
yang bertobat.7
Tidak hanya Ternyata setiap benda juga melakukan tawaf, dari benda-benda
yang mikro sampai benda-benda yang makro:
1. elektron berputar mengelilingi inti (nucleus) atom.
2. Bulan berputar mengelilingi Bumi
3. Bumi berputar mengelilingi Matahari
4. Matahari berputar mengelilingi Pusat Galaksi
5. Dan menurut ahli astronomi sebenarnya galaksi juga melakukan gerakkan
mengelilingi sesuatu yang para ahli belum mengetahui apa yang dikelilingi
galaksi tersebut.
Pastilah ada pusat semesta yang menjadi poros seluruh benda langit itu. Semua
benda itu sebenarnya mengelilingi Arsy Allah. Arsy adalah singgasana Allah
tempat Allah bersemayam. Jadi anda tidak perlu heran mengapa setiap benda itu
bergerak mengelilingi sesuatu. Tidak perlu bingung kenapa planet, matahari, dan
bintang serta galaksi-galaksi melakukan peredaran melingkari sesuatu. Hal
tersebut merupakan sebagai tanda sujud pada Allah SWT. Maka kita sebagai
manusia juga haruslah bersujud pada Allah SWT. Karena tujuan kita diciptakan
adalah untuk beribadah kepada Allah SWT.
7
Teungku Muhammad Hasbi ash-Shiddieqy. 2011. Tafsir Al-Quranul Majid An-nur jilid 2. Jakarta: Cakrawala
Publishing. Hal. 651
7
yang memasukkan di dalam yang tujuh itu pula. Sekarang tafsir yang demikian
sudah dianggap kolot. Ada yang menafsirkan bahwa yang dimaksud dengan tujuh
langit ialah tujuh galaxy, kumpulan berjuta-juta bintang yang berada di keliling
mataharinya sendiri-sendiri. Kemudian ternyata bahwa galaxy itu tidak tujuh,
bahkan beribu-ribu.
Ada pula yang mengatakan bahwa bulan terletak dilangit yang pertama dan
matahari di langit yang keempat.
Semua tafsir yang demikian tidak ada pegangannya. Lebih baik diterima
keseluruhan apa yang disabdakan Allah, bahwa langit tujuh dan kita tidak
diberitahu secara terperinci. Bahkan dengan jelas dikatakan bahwa hujan turun
dari langit. Setelah manusia naik kapal udara sekarang ini, kerapkali jelas bahwa
hujan itu turun dari dalam awan yang berada dibawah kapal terbang yang sedang
terbang itu.
Maka apabila kita telah mendengar dari ahli-ahli ilmu alam, ahli geologi dan
ahli perbintangan tentang alam raya ini, dan kita dengar pula tentang apa yang
disebut perhitungan tahun cahaya, dapatlah kita memahamkan apa yang dimaksud
dengan ucapan Allahu Akbar, Allah Maha Besar, atau Allah Maha Agung. Dan
dapat kita pahamkan bahwa jika tersebut sesudah Allah menjadikan bumi, Allah
pun berpindah ke langit, maksudnya bukan berpindah sebagai kita berpindah.
Melainkan semata-mata memindahkan urusan belaka. Karena di hadapan
Kebesaran Allah, ketujuh petala langit dan bumi dan bintang-bintang tidak ada
yang berjarak jauh. Dan kalau Allah bersabda pula bahwa Dia melaksanakan
ketujuh langit itu dalam dua hari, dapat pula kita pahamkan apa yang dimaksud
dengan hari, yaitu sebagai kita memikirkan dua hari mulai penyempurnaan
kejadian bumi tadi.8
d. Q.S. Al-Mulk ayat 3
Ayat ini menerangkan bahwa Allah menciptakan tujuh langit secara
bertingkat-tingkat. Tiap-tiap benda alam itu seakan terapung kokoh di tengah-
tengah alam jagat raya, tanpa ada tiang-tiang yang menyangga dan tanpa ada tali
yang mengikatnya. Memang langit yang terlihat di alam ini terwujud tanpa tiang
yang menyangganya. Allah menegaskan hal ini dalam surat Luqman ayat 10:
8
Artinya: “Dia menciptakan langit tanpa tiang sebagaimana kamu melihatnya.”
(QS. Luqman : 10).
Menurut sebagian ahli tafsir, kata tujuh langit diartikan sebagai galaksi-
galaksi yang terdapat di ruang angkasa yang jumlahnya sangat banyak. Pendapat
demikian didasarkan pada dua anggapan, yaitu bahwa angka tujuh dalam bahasa
Arab biasa digunakan untuk menunjukkan sesuatu yang jumlahnya banyak atau
suatu jumlah enam ditambah satu. Selain ini, ada pula pakar yang mengatakan
bahwa yang dimaksud dengan tujuh lapis itu adalah tujuh bintang yang ada di
sekitar matahari. Namun demikian, ada pula mufassir yang tidak mau menjelaskan
maknanya, dan menyerahkan kepada Allah, karena hal itu ada pengetahuan-Nya
dan belum diketahui dengan pasti oleh manusia.9
Dalam tafsir Al-Maraghi jilid ke 29 ت َﺳ ْﺒ َﻊ َﺧﻠَﻖَ ٱﻟﱠﺬِى َ طِ َﺒﺎﻗًﺎdisebutkan bahwa
ٍ ﺳ ٰ َﻤ ٰ َﻮ
“Allah menciptakan tujuh langit yang sebagiannya diatas sebagian yang lain di
udara kosong, tanpa tiang dan tanpa pengikat yang mengikatnya. Serta
keistimewaan setiap langit dengan cakupan tertentu dan dengan sistem yang tetap
dan tidak berubah-ubah bahkan dengan sistem daya tarik yang indah di antara
benda-benda bumi dan langit.” Hal ini diperkuat dengan ayat lain, yaitu QS. Ar-
Ra’d ayat 2 yang berarti:
“Allah yang meninggikan langit tanpa tiang (sebagaimana) yang kamu lihat,
kemudian Dia bersemayam di atas ‘Arsy. Dia menundukkan matahari dan bulan;
masing-masing beredar menurut waktu yang telah ditentukan.”
ِ ٱﻟﺮﺣْ ٰ َﻤ ِﻦ ﺧ َْﻠ
Kemudian ﻖ ﻓِﻰ ﺗ ََﺮ ٰى ﱠﻣﺎ ٍ ﭑر ِﺟ ِﻊ ﺗَ ٰﻔَ ُﻮ
ت ﻣِ ﻦ ﱠ َ َﻮر ﻣِ ﻦ ﺗ ََﺮ ٰى َھﻞْ ْٱﻟﺒ
ْ َﺼ َﺮ ﻓ ٍ ﻄُ ُ“ ﻓTidak akan
kamu lihat sesuatu yang tidak seimbang pada ciptaan Tuhan Yang Maha Pengasih.
Maka lihatlah sekali lagi, adakah kamu lihat sesuatu yang cacat?”maksudnya
manusia tidak akan melihat kekacauan dan ketidak seimbangan karena tidak ada
satu halpun dari ciptaan-Nya yan melampaui batas yang telah ditentukan oleh
Allah baik dengan menambah maupun mengurangi. Jika engkau masih meragukan
yang demikian ini maka ulanglah penglihatanmu itusehingga jelas bagimu
keadaannya dan tidak ada lagi keraguan pada dirimu dalam membuktikan
keserasian dan keselamatan dari kekacauan dan keretakan.
ِ ٱﻟﺮﺣْ ٰ َﻤ ِﻦ ﺧ َْﻠ
ﻖ ﻓِﻰ ٍ ﺗَ ٰﻔَ ُﻮdan tidak dikatakan ﻓِﯿ َﮭﺎuntuk mengagungkan ciptaan-
ت ﻣِ ﻦ ﱠ
ciptan itu, dan untuk memperingatkan sebab keselamatan dari kekacauan dan
9
Kementerian Agama RI, Penciptaan Jagat Raya Dalam Perspektif Al-Qur’an dan Sains, (Jakarta: Kemenag RI,
2012), h. 49-50
9
keretakan, disamping semua itu, adalah ciptaan Ar-Rahman. Ar-Rahman telah
menciptakan semua itu dengan kecemerlangan qudrah-Nya dan keluasan rahmat-
Nya sebagai karunia dan kemurahan dari pada-Nya. Rahmat Allah merata
keseluruh alam semesta.
Dari semua gas penyusun atmosfer bumi tersebut para ilmuan telah
menemukan bahwa terdapat berbedaan gas penyusun atmosfer di setiap ketinggian
yang berberda. Penelitian pun terus dilakukan dan sampai sekarang telah diketahui
10
bahwa ada 7 lapisan dalam atmosfer bumi. Berikut adalah 7 lapisan penyusun
atmosfer bumi:
1) Troposfer, lapisan terendah bumi yang membentuk sekitar 90% dari
keseluruhan berat atmosfer dan dilapisan ini pula terdapat banyak oksigen
untuk kelangsungan kehidapan di bumi.
2) Stratosfer, lapisan diatas tropospher.
3) Ozonosfer, lapisan yang mengembalikan sebagian besar sinar Ultraviolet dan
radiasi bahaya lainnya. Dilapisan ini terdapat gas O3
4) Mesosfer, lapisan diatas Ozonospher.
5) Termosfer, lapisan diatas Mesosfer.
6) Ionosfer, lapisan dimana gas-gas terionisasi membentuk lapisan ini.
7) Eksosfer, bagian terluar dari Atmosfer yang membentang dari sekitar 480 Km
sampai 960 Km.
Itulah salah satu dari sekian banyak bukti dari kebenaran al-quran. Semoga
dengan bertambahnya ilmu kita bertambah pula keimanan kita.10
10
http://islamtahkik.blogspot.co.id/2017/06/al-quran-dan-sains-7-lapis-langit.html (diakses pada Jumat, 6 April
2018 pukul 08.18 wib)
11
Al-Qur’an yang diturunkan 14 abad yang lalu telah menjelaskan secara detail
tentang peran dan fungsi ciptaan-Nya. Fakta ini baru terungkap secara ilmiah pada
abad sekarang, setelah alat-alat modern ditemukan. Hal ini menunjukkan bukti
bahwa Al-Qur’an adalah wahyu Allah swt. yang penuh keajaiban dan kebenaran.11
c. Q.S. Al-Mulk ayat 3
Menurut kajian Astronomi, pemahaman akan makna tujuh langit itu selalu
mengalami perkembangan sejalan dengan perkembangan ilmu pengetahuan
manusia tentang alam semesta.
Pada zaman eropa kuno, muncul anggapan bahwa langit itu berlapis-lapis
dengan bumi sebagai pusat alam semesta (Geosentrik). Dalam pemahaman
tersebut, benda langit yang bernama bulan berada pada langit pertama.lalu pada
langit kedua sampai ketujuh terdiri dari Mrkurius, venus, Matahari, Mars, Jupiter,
dan Saturnus.
Selanjutnya berkembang pula teori Ptolomeus yang menyatakan bahwa
Merkurius dan Venus mengelilingi Matahari, namun selain kedua planet itu masih
dianggap tetap mengelilingi bumi.
Perkembangan teori selanjutnya diusulkan pleh Copernicus. Teori beliau
berbeda dengan teori sebelumnya yang menganggap Bumi sebagai pusat alam
semesta. Teori Copernicus menyatakan bahwa pusat alam semesta adalah
Matahari atau lebih dikenal dengan model Heliosentrik. Jadi, Bumi beserta planet-
planet lain mengelilingi matahari, sedangkan bulan mengelilingi Bumi.
Manusia terus berusaha mengkaji pemahaman tentang tujuh langit. Makna
tujuh langit berlapis-lapis dalam ilmu Pengetahuan yang berhasil diteliti dan
diidentifikasi secara ilmiah menyatakan bahwa atmosfer terdiri dari 7 lapisan yaitu
troposfer, stratosper, ozonesfer, mesosfer, termosfer,ionosfer, dan eksosfer.12
11
http://buktiilmiahalquran.blogspot.co.id/2014/04/tujuh-lapisan-langit.html (diakses Minggu, 8 April 2018
pukul 14.24 wib)
12
http://www.kholistembesi.com/2017/02/apa-makna-tujuh-langit-itu.html (diakses pada Minggu, 8 April 2018
pukul 18.22 wib)
12
Berdasarkan ayat-ayat di dalam Al-Qur’an, kata langit, khususnya “tujuh langit
(sab’a samawat) juga disebutkan berulang kali, terkadang digunakan dalam bentuk
singular (sama’) dan kadang dalam bentuk plural (samawat).
Pemaknaan angka tujuh di dalam berbagai kitab tafsir berbeda satu sama lain. Ada
yang mengartikan kata tujuh sebagai symbol jumlah yang tak terbatas, artinya bukan
tiga sebagai standar symbol jamak di dalam hitungan Arab. Dalam tradisi Yunano dan
romawi kuno angka tujuh dimaknai sebagai lambing kemajemukan. Angka tujuh
langit merujuk kepada ketiadaan batas atau jumlah lapis langit.
Pengertian langit itu sendiri oleh para ulama terjadi perbedaan pendapat. Umunya
ulama di masa awal-awal Islam mengesankan langit sebagai bola raksasa yang
melingkupi bintang-bintang dan planet yang seolah menempel pada dindingnya. Ada
juga ulama yang mengesankan langit seperti atap raksasa yang berada di atas bumi.
Selain itu, ada yang berpendapat bahwa langit-langit juga disebutkan sebagai
ganda, bukan saja dalam bentuk kata jamak, tetapi dengan angka simbolik yaitu angka
tujuh. Angka tujuh dipakai dalam al-Qur’an sebanyak 24 kali untuk maksud
bermacam-macam. Sering kali angka tujuh itu berarti “banyak” dan kita tidak tahu
dengan pasti sebabnya angka tersebut dipakai. Bagi orang-orang Yunani dan orang-
orang Rumawi, angka 7 juga mempunyai arti “banyak” yang tidak ditentukan. Dalam
Qur-an angka 7 dipakai 7 kali untuk memberikan bilangan kepada langit, angka 7
dipakai satu kali untuk menunjukkan langit-langit yang tidak disebutkan. Angka 7
dipakai satu kali untuk menunjukkan 7 jalan di langit.13
Selanjutnya Al-Qur,an menyebutkan bahwa tujuh langit itu diciptakan dalam
keadaan bertingkat-tingkat. Ungakapan tersebut kurang tepat apabila dipahami
sebagai sesuatu yang dinggap sebagaim lapisan kertas, melainkan bahwa benda-benda
langit itu berada pada jarak yang berbeda-beda.
Langit juga dapat dimaknai sebagai sesuati yang berda diatas kita. Dengan
demikian, kata langit bisa mencakup atmosfer yang melingkupi Bumi hingga galaksi
yang terjauh yang masih banyak belum diketahui. Dari kenyataan ini berarti awan
troposfer juga merupakan bagian dari langit. Sehingga apabila dikatakan “hujan turun
dari langit” itu benar adanya.
Lapisan ozon yang melindungi bumi dari sinar ultraviolet dan ionosfer yang
berfungsi sebagai pemantul gelombang radio juga merupakan bagian dari langit.
13
Maurice Bucaille, Bibel, Qur’an, dan Sains Modern, Terj. Rasyidi, (Jakarta: Bulan Bintang, 1979), h. 152
13
Berdasarkan pernyataan tersebut dalam Q.S. Al-Anbiya ayat 32 menyebutkan bahwa
langit itu sebagai atap yang terpelihara.
7. Peta Konsep
14
TAFSIR TARBAWI
TAFSIR TAHLILI
TARBAWI ILMI
QS AL - BAQARAH AYAT 29
QS FUSHILAT AYAT 12
QS AL – ISRA’ AYAT 44
QS AL MUL’K AYAT 3
15