Anda di halaman 1dari 13

BAB I

PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Segala puji bagi Allah yang maha Esa karena rahmat dan karunia-Nya
telah memberikan petunjuk agama yang lurus kepada hamba-Nya. Shalawat
serta salam semoga tercurahkan kepada nabi Muhammad SAW yang
membimbing umat-Nya dengan suri tauladan-Nya yang baik. Dan segala Syukur
kehadirat Allah SWT yang telah memberikan anugrah, kesempatan dan
pemikiran kepada kami untuk dapat menyelesaikan tugas ini dengan baik dan
tepat waktu.

Tidak lupa kami ucapkan terima kasih kepada Bapak Ismail, S.Ag., M.A
selaku dosen pengampu agama yang membimbing kami dalam mengerjakan
tugas ini, serta teman-teman kelompok 3 yang selalu membantu dalam hal
mengumpulkan data-data dalam pembuatan tugas ini. Dalam tugas ini kami akan
menjelaskan tentang keimanan kepada Allah SWT.

Kami menyadari bahwa tugas ini masih jauh dari sempurna dikarenakan
keterbatasan pengalaman serta pengetahuan yang kami miliki. Oleh karena itu
kami mengharapkan segala bentuk saran serta masukan bahkan kritik yang
membangun dari teman-teman maupun dosen. Kami berharap semoga tugas ini
bisa bermanfaat untuk kita semuanya.

B. RUMUSAN MASALAH
1. Konsep ketuhanan secara umum?
2. Konsep keesaan Tuhan?
3. Bukti adanya Tuhan?

C. TUJUAN PEMBAHASAN
1. Memahami konsep ketuhanan secara umum.
2. Memahami konsep keesaan Tuhan.
3. Memahami bukti adanya Tuhan.

1
BAB II
PEMBAHASAN

A. Pengertian konsep ketuhanan secara umum


Tuhan dipahami sebagai Roh Mahakuasa dan asas dari suatu
kepercayaan. Tidak ada kesepakatan bersama mengenai konsep ketuhanan,
sehingga ada berbagai konsep ketuhanan meliputi teisme, deisme, panteisme,
dan lain-lain. Dalam pandangan teisme, Tuhan merupakan pencipta sekaligus
pengatur segala kejadian di alam semesta. Menurut deisme, Tuhan merupakan
pencipta alam semesta, tetapi tidak ikut campur dalam kejadian di alam semesta.
Menurut panteisme, Tuhan merupakan alam semesta itu sendiri. Para
cendekiawan menganggap berbagai sifat-sifat Tuhan berasal dari konsep
ketuhanan yang berbeda-beda. Yang paling umum, di antaranya adalah
Mahatahu (mengetahui segalanya), Mahakuasa (memiliki kekuasaan tak
terbatas), Mahaada (hadir di mana pun), Mahamulia (mengandung segala sifat-
sifat baik yang sempurna), tak ada yang setara dengan-Nya, serta bersifat kekal
abadi. Penganut monoteisme percaya bahwa Tuhan hanya ada satu, serta tidak
berwujud (tanpa materi), memiliki pribadi, sumber segala kewajiban moral, dan
"hal terbesar yang dapat direnungkan". (https://id.wikipedia.org/wiki/Tuhan, 20
September 2022, 16:30 WIB)
Dalam konsep Islam, Tuhan disebut Allah (‫ )هللا‬dan diyakini sebagai Zat
Maha Tinggi Yang Nyata dan Esa, Pencipta Yang Maha Kuat dan Maha Tahu,
Yang Abadi, Penentu Takdir, dan Hakim bagi semesta alam.
Islam menitikberatkan konseptualisasi Tuhan sebagai Yang Tunggal dan
Maha Kuasa (tauhid). Dia itu wahid dan Esa (ahad), Maha Pengasih dan Maha
Kuasa. Menurut Al-Quran terdapat 99 Nama Allah (asma'ul husna artinya:
"nama-nama yang paling baik") yang mengingatkan setiap sifat-sifat Tuhan yang
berbeda. Semua nama tersebut mengacu pada Allah, nama Tuhan Maha Tinggi
dan Maha Luas. Di antara 99 nama Allah tersebut, yang paling terkenal dan
paling sering digunakan adalah "Maha Pengasih" (ar-rahman) dan "Maha
Penyayang" (ar-rahim).
Penciptaan dan penguasaan alam semesta dideskripsikan sebagai suatu
tindakan kemurahhatian yang paling utama untuk semua ciptaan yang memuji

2
keagungan-Nya dan menjadi saksi atas keesan-Nya dan kuasa-Nya. Menurut
ajaran Islam, Tuhan muncul di mana pun tanpa harus menjelma dalam bentuk
apa pun. Al-Quran menjelaskan, "Dia tidak dapat dicapai oleh penglihatan mata,
sedang Dia dapat melihat segala yang kelihatan; dan Dialah Yang Maha Halus
lagi Maha Mengetahui." (Al-'An'am 6:103).
Tuhan dalam Islam tidak hanya Maha Agung dan Maha Kuasa, namun
juga Tuhan yang personal: Menurut Al-Quran, Dia lebih dekat pada manusia
daripada urat nadi manusia. Dia menjawab bagi yang membutuhkan dan
memohon pertolongan jika mereka berdoa pada-Nya. Di atas itu semua, Dia
memandu manusia pada jalan yang lurus, “jalan yang diridhai-Nya”.
Konsep ketuhanan dalam Islam digolongkan menjadi dua: konsep
ketuhanan yang berdasar Al-Quran dan hadis secara harafiah dengan sedikit
spekulasi sehingga banyak pakar ulama bidang akidah yang menyepakatinya,
dan konsep ketuhanan yang bersifat spekulasi berdasarkan penafsiran
mandalam yang bersifat spekulatif, filosofis, bahkan mistis.
Menurut para mufasir, melalui wahyu pertama Al-Quran (Al-'Alaq 96:1-5),
Tuhan menunjukkan dirinya sebagai pengajar manusia. Tuhan mengajarkan
manusia berbagai hal termasuk di antaranya konsep ketuhanan. Umat Muslim
percaya Al-Quran adalah kalam Allah, sehingga semua keterangan Allah dalam
Al-Quran merupakan "penuturan Allah tentang diri-Nya."
Selain itu menurut Al-Quran sendiri, pengakuan akan Tuhan telah ada
dalam diri manusia sejak manusia pertama kali diciptakan.[28] Ketika masih
dalam bentuk roh, dan sebelum dilahirkan ke bumi, Allah menguji keimanan
manusia terhadap-Nya dan saat itu manusia mengiyakan Allah dan menjadi
saksi. Sehingga menurut ulama, pengakuan tersebut menjadikan bawaan
alamiah bahwa manusia memang sudah mengenal Tuhan. Seperti ketika
manusia dalam kesulitan, otomatis akan ingat keberadaan Tuhan. Al-Quran
menegaskan ini dalam surah Az-Zumar 39:8 dan surah Luqman 31:32.
(https://id.wikipedia.org/wiki/Tuhan_dalam_Islam, 20 September 2022, 16:35
WIB)

B. Memahami konsep keesanan Tuhan


Keesaan Allah atau Tauḥīd adalah mempercayai dan mengimani dengan
sepenuh hati bahwa Allah itu Esa dan (wāḥid). Al-Qur'an menegaskan

3
keberadaan kebenaran-Nya yang tunggal dan mutlak yang melebihi alam
semesta sebagai; Zat yang tidak tampak dan wahid yang tidak diciptakan.
Menurut Al-Quran: “dan Tuhanmu Maha Kaya lagi mempunyai rahmat. Jika Dia
menghendaki niscaya Dia memusnahkan kamu dan menggantimu dengan siapa
yang dikehendaki-Nya setelah kamu (musnah), sebagaimana Dia telah
menjadikan kamu dari keturunan orang-orang lain. (al-An'am 6:133)”
Menurut Vincent J. Cornell, Al-Quran juga memberikan citra monis Tuhan
dengan menjelaskan realitas-Nya sebagai medan semua yang ada, dengan
Tuhan menjadi sebuah konsep tunggal yang akan menjelaskan asal-muasal
semua hal yang ada: "Dialah Yang Awal dan Yang Akhir dan Yang Batin; dan
Dia Maha Mengetahui segala sesuatu. (al-Hadid 57:3)”.
(https://id.wikipedia.org/wiki/Tuhan_dalam_Islam, 20 September 2022, 16:40)
Berikut adalah perbandingan ayat-ayat yang menyatakantentang keesaan
Tuhan sebagaimana yang di kelompokkan pada table berikut:
Keesaan Tuhan dalam Al-Qur’an dan AlKitab
1. Al-Qur’an: Dan sungguh, Kami telah mengutus Nuh kepada kaumnya, lalu
dia berkata, “Wahai kaumku! Sembahlah Allah, (karena) tidak ada
tuhan (yang berhak disembah) bagimu selain Dia. Maka
mengapa kamu tidak bertakwa (kepada-Nya)?". (QS. Al-
Mu'minun: 23)
Dan kepada kaum ‘Ad (Kami utus) saudara mereka, Hud. Dia
berkata, “Wahai kaumku! Sembahlah Allah, tidak ada tuhan
bagimu selain Dia. (Selama ini) kamu hanyalah mengada-ada.
(QS. Hud: 50)

Dan kepada kaum samud (Kami utus) saudara mereka, Saleh.


Dia berkata, “Wahai kaumku! Sembahlah Allah, tidak ada tuhan
bagimu selain Dia. Dia telah menciptakanmu dari bumi (tanah)
dan menjadikanmu pemakmurnya, karena itu mohonlah ampunan
kepada-Nya, kemudian bertobatlah kepada-Nya. Sesungguhnya
Tuhanku sangat dekat (rahmat-Nya) dan memperkenankan (doa
hamba-Nya).” (QS. Hud: 61)
“Dan Aku telah memilih engkau, maka dengarkanlah apa yang

4
akan diwahyukan (kepadamu).”
"Sungguh, Aku ini Allah, tidak ada tuhan selain Aku, maka
sembahlah Aku dan laksanakanlah salat untuk mengingat Aku."
(QS. Taha: 13-14)
Apakah kamu menjadi saksi saat maut akan menjemput Yakub,
ketika dia berkata kepada anak-anaknya, “Apa yang kamu
sembah sepeninggalku?” Mereka menjawab, “Kami akan
menyembah Tuhanmu dan Tuhan nenek moyangmu yaitu
Ibrahim, Ismail dan Ishak, (yaitu) Tuhan Yang Maha Esa dan
kami (hanya) berserah diri kepada-Nya.” (QS. Al-Baqarah: 133)

Dan Tuhan kamu adalah Tuhan Yang Maha Esa, tidak ada tuhan
selain Dia, Yang Maha Pengasih, Maha Penyayang. (QS. Al-
Baqarah: 163)
Sungguh, telah kafir orang-orang yang berkata, “Sesungguhnya
Allah itu dialah Al-Masih putra Maryam.” Padahal Al-Masih
(sendiri) berkata, “Wahai Bani Israil! Sembahlah Allah, Tuhanku
dan Tuhanmu.” Sesungguhnya barangsiapa mempersekutukan
(sesuatu dengan) Allah, maka sungguh, Allah mengharamkan
surga baginya, dan tempatnya ialah neraka. Dan tidak ada
seorang penolong pun bagi orang-orang zalim itu.
Sungguh, telah kafir orang-orang yang mengatakan, bahwa Allah
adalah salah satu dari yang tiga, padahal tidak ada tuhan (yang
berhak disembah) selain Tuhan Yang Esa. Jika mereka tidak
berhenti dari apa yang mereka katakan, pasti orang-orang yang
kafir di antara mereka akan ditimpa azab yang pedih.
(QS. Al-Ma'idah: 72-73)
Dan Kami tidak mengutus seorang rasul pun sebelum engkau
(Muhammad), melainkan Kami wahyukan kepadanya, bahwa
tidak ada tuhan (yang berhak disembah) selain Aku, maka
sembahlah Aku. (QS. Al-Anbiya': 25)
Maka ketahuilah, bahwa tidak ada tuhan (yang patut disembah)
selain Allah dan mohonlah ampunan atas dosamu dan atas
(dosa) orang-orang mukmin, laki-laki dan perempuan. Dan Allah

5
mengetahui tempat usaha dan tempat tinggalmu. (QS.
Muhammad: 19)
Katakanlah (Muhammad), “Dialah Allah, Yang Maha Esa.
Allah tempat meminta segala sesuatu.
(Allah) tidak beranak dan tidak pula diperanakkan.
Dan tidak ada sesuatu yang setara dengan Dia.” (QS. Al-Ikhlas:
1-4)
Tidak ada sekutu bagi-Nya; dan demikianlah yang diperintahkan
kepadaku dan aku adalah orang yang pertama-tama berserah diri
(muslim).” (QS. Al-An'am: 163)
Allah tidak mempunyai anak, dan tidak ada tuhan (yang lain)
bersama-Nya, (sekiranya tuhan banyak), maka masing-masing
tuhan itu akan membawa apa (makhluk) yang diciptakannya, dan
sebagian dari tuhan-tuhan itu akan mengalahkan sebagian yang
lain. Mahasuci Allah dari apa yang mereka sifatkan itu, (QS. Al-
Mu'minun: 91)
Dan Allah berfirman, “Janganlah kamu menyembah dua tuhan;
hanyalah Dia Tuhan Yang Maha Esa. Maka hendaklah kepada-
Ku saja kamu takut.” (SQ. An-Nahl: 51)
Sesungguhnya bertobat kepada Allah itu hanya (pantas) bagi
mereka yang melakukan kejahatan karena tidak mengerti,
kemudian segera bertobat. Tobat mereka itulah yang diterima
Allah. Allah Maha Mengetahui, Mahabijaksana. (SQ. An-Nisa: 17)

Dan sembahlah Allah dan janganlah kamu mempersekutukan-


Nya dengan sesuatu apa pun. Dan berbuat-baiklah kepada kedua
orang tua, karib-kerabat, anak-anak yatim, orang-orang miskin,
tetangga dekat dan tetangga jauh, teman sejawat, ibnu sabil dan
hamba sahaya yang kamu miliki. Sungguh, Allah tidak menyukai
orang yang sombong dan membanggakan diri, (SQ. An-Nisa: 36)

AlKitab: Bukankah Allah yang Esa menjadikan mereka daging dan roh?
Dan apakah yang dikehendaki kesatuan itu? Keturunan ilahi! Jadi
jagalah dirimu! Dan janganlah orang tidak setia terhadap isteri
6
dari masa mudanya. (Maleakhi 2:15)
Jawab Yesus: "Hukum yang terutama ialah: Dengarlah, hai orang
Israel, Tuhan Allah kita, Tuhan itu esa. (Markus 12:29)
Lalu kata ahli Taurat itu kepada Yesus: "Tepat sekali, Guru,
benar kata-Mu itu, bahwa Dia esa, dan bahwa tidak ada yang lain
kecuali Dia. (Markus 12:29)
Bagaimanakah kamu dapat percaya, kamu yang menerima
hormat seorang dari yang lain dan yang tidak mencari hormat
yang datang dari Allah yang Esa? (Yohanes 5:44)
Tentang hal makan daging persembahan berhala kita tahu: ”tidak
ada berhala di dunia dan tidak ada Allah lain dari pada Allah yang
esa.” (1 Korintus 8:4)
Hormat dan kemuliaan sampai selama-lamanya bagi Raja segala
zaman, Allah yang kekal, yang tak nampak, yang esa! Amin. (1
Timotius 1:17)
Karena Allah itu esa dan esa pula Dia yang menjadi pengantara
antara Allah dan manusia, yaitu manusia Kristus Yesus (1
Timotius 2:5)
Allah yang esa, Juruselamat kita oleh Yesus Kristus, Tuhan kita,
bagi Dia adalah kemuliaan, kebesaran, kekuatan dan kuasa
sebelum segala abad dan sekarang dan sampai selama-lamanya.
Amin. (Yudas 1:25)

C. Memahami Bukti Adanya Tuhan


Ada banyak persoalan filosofis mengenai keberadaan Tuhan. Beberapa
definisi Tuhan tidak bersifat spesifik, sementara yang lainnya menguraikan sifat-
sifat yang saling bertentangan. Argumen tentang keberadaan Tuhan pada
umumnya meliputi tipe metafisis, empiris, induktif, dan subjektif, sementara yang
lainnya berkutat pada teori evolusioner, aturan, dan kompleksitas di dunia.
Pendapat yang menentang keberadaan Tuhan pada umumnya meliputi tipe
empiris, deduktif, dan induktif. (https://id.wikipedia.org/wiki/Tuhan, 20 September
2022, 20:30 WIB)
Keberadaan Allah tidak dapat dibuktikan ada atau tidak ada. Alkitab
menyatakan bahwa kita harus menerima fakta bahwa Allah itu ada melalui iman:

7
"Tetapi tanpa iman tidak mungkin orang berkenan kepada Allah. Sebab
barangsiapa berpaling kepada Allah, ia harus percaya bahwa Allah ada, dan
bahwa Allah memberi upah kepada orang yang sungguh-sungguh mencari Dia"
(Ibrani 11:6). Jika Allah menghendakinya, Ia dapat muncul dan membuktikan
kepada seluruh dunia bahwa Ia benar-benar ada. Tetapi jika Ia berlaku demikian,
tidak akan ada kebutuhan beriman. "Kata Yesus kepadanya: 'Karena engkau
telah melihat Aku, maka engkau percaya. Berbahagialah mereka yang tidak
melihat, namun percaya'" (Yohanes 20:29).
(https://www.gotquestions.org/Indonesia/Apakah-Allah-ada.html, 20 September
2022, 20:45 WIB)
Pada dasarnya keyakinan akan keberadaan Allah Ta’ala merupakan hal
yang bersifat naluri atau fitrah. Seseorang tidak perlu berfikir atau belajar untuk
menunjukan keberadaan Allah Ta’ala. Karena pengetahuan tersebut sudah ada
sejak dia diciptakan. Sama hal nya dengan pengetahuan seseorang bahwa kue
yang telah di potong lebih sedikit dari kue yang masih utuh. Atau pengetahuan
bahwasanya suatu perbuatan pasti ada pelakunya.
Begitu juga tentang pengetahuan seseorang adanya Allah sebagai Tuhan
pencipta. Tanpa berpikir dan belajar pun hal tersebut sudah ada, tertanam dalam
setiap jiwa manusia.
Karena hal ini lah para Nabi pun heran ketika musuh-musuh Allah
menolak risalah yang dibawa oleh para Nabi dan mengatakan, “Sesungguhnya
kami mengingkari apa yang kamu disuruh menyampaikannya (kepada kami),
dan sesungguhnya kami benar-benar dalam keragu-raguan yang
menggelisahkan terhadap apa yang kamu ajak kami kepadanya” (QS. Ibrahim:
9).
Maka para Nabi pun menjawab, “Apakah ada keragu-raguan terhadap
Allah, Pencipta langit dan bumi?” (QS. Ibrohim: 10).
Namun jika kita melihat sejarah kehidupan manusia, bahkan hingga saat
ini, kita melihat adanya orang-orang yang menyangkal keberadaan Allah Ta’ala.
Adanya orang-orang yang berkeyakinan bahwasanya alam semesta ini ada
dengan sendirinya. Bahwa manusia muncul semata-mata karena faktor alam.
Bahkan lebih daripada itu, di antara mereka ada yang mengaku dirinya sebagai
tuhan pencipta!!

8
Apa yang mereka lakukan hanyalah sebuah bentuk keangkuhan dan
kesombongan dalam diri mereka [Maarijul Qobul (1/128)]. Allah ta’ala berfirman
(yang artinya), “Dan mereka mengingkarinya karena kezaliman dan
kesombongan (mereka) padahal hati mereka meyakini (kebenaran)nya” (QS. An
Naml: 14).
Namun begitulah adanya, fitrah seringkali mengalami keraguan dan
kebingungan ketika diiringi dengan keangkuhan dan kesombongan. Sehingga
perlu untuk menunjukan dalil atau bukti lain kepada mereka akan keberadaan
Allah ta’ala. Salah satunya adalah dengan akal. Menggunakan akal fikiran untuk
menetapkan keberadaan Allah merupakan salah satu metode Al Qur’an yang
sering di gunakan oleh para ulama sejak dahulu.
Allah ta’ala dalam beberapa ayat dalam Al Qur’an mengajak manusia
untuk berfikir akan penciptaan manusia. Allah ta’ala berfirman (yang artinya),
“Dan tidakkah manusia itu memikirkan bahwa sesungguhnya Kami telah
menciptakannya dahulu, sedang ia tidak ada sama sekali?” (QS. Maryam: 37)
Juga dalam firman Nya (yang artinya), “dan sesunguhnya telah Aku
ciptakan kamu sebelum itu, padahal kamu (di waktu itu) belum ada sama sekali.”
(QS. Maryam: 9). Artinya keberadaan manusia setelah sebelumnya tiada
menunjukan keberadaan Allah yang telah menciptakannya.
Begitu juga dengan firman Allah ta’ala (yang artinya), “Apakah mereka
tidak ada yang menciptakan atau apakah mereka menciptakan diri mereka
sendiri?!” (QS. At Thur: 35)
Dalam ayat di atas, Allah ta’ala mengingatkan kita untuk berfikir dengan
akal sehat kita, bersandarkan kepada hal yang kita ketahui secara naluri.
Bahwasanya penciptaan manusia tidak terlepas dari tiga hal:
1. Manusia tidak ada yang menciptakan, dia ada dengan sendirinya.
2. Manusia ada karena diciptakan, dan manusia sendirilah yang
menciptakannya.
3. Manusia ada karena diciptakan, dan yang menciptakannya adalah Zat selain
manusia.
Tidak diragukan lagi, bahwa kemungkinan pertama dan kedua adalah
sesuatu yang mustahil. Dan kemustahilannya adalah sesuatu yang sudah
terpatri dalam pikiran manusia, tidak lagi memerlukan dalil. Maka yang tersisa
hanya kemungkinan yang ketiga; bahwa manusia diciptakan oleh Allah ta’ala.

9
Zat Yang Maha Hidup, Maha Kuasa atas segala sesuatunya, yang telah
menciptakan mereka, sehingga layak untuk diibadahi oleh mereka. (Adhwa’ul
Bayan, Muhammad Amin Syinqithi (3/494) dengan sedikit perubahan).
(https://muslim.or.id/27004-bagaimana-akal-menunjukan-keberadaan-allah-
taala.html, 20 September 2022, 21:00 WIB)
Berikut adalah bukti keberadaan Tuhan dalam Al-Qur’an:
 Berkata rasul-rasul mereka: "Apakah ada keragu-raguan terhadap Allah,
Pencipta langit dan bumi? Dia menyeru kamu untuk memberi ampunan
kepadamu dari dosa-dosamu dan menangguhkan (siksaan)mu sampai masa
yang ditentukan?" Mereka berkata: "Kamu tidak lain hanyalah manusia
seperti kami juga. Kamu menghendaki untuk menghalang-halangi
(membelokkan) kami dari apa yang selalu disembah nenek moyang kami,
karena itu datangkanlah kepada kami, bukti yang nyata" (Q.S. Ibrahim: 10)
 Maka hadapkanlah wajahmu dengan lurus kepada agama Allah; (tetaplah
atas) fitrah Allah yang telah menciptakan manusia menurut fitrah itu. Tidak
ada peubahan pada fitrah Allah. (Itulah) agama yang lurus; tetapi
kebanyakan manusia tidak mengetahui. (Q.S. ar Rum: 30)
 Apakah mereka diciptakan tanpa sesuatupun ataukah mereka yang
menciptakan (diri mereka sendiri)? Ataukah mereka telah menciptakan langit
dan bumi itu? sebenarnya mereka tidak meyakini (apa yang mereka
katakan). Ataukah di sisi mereka ada perbendaharaan Tuhanmu atau
merekakah yang berkuasa? (Q.S. ath Tur: 35-37)
 Katakanlah, “Perhatikanlah apa yang ada di langit dan di bumi!” Tidaklah
bermanfaat tanda-tanda (kebesaran Allah) dan rasul-rasul yang memberi
peringatan bagi orang yang tidak beriman. (Q.S. Yunus: 101)
 Hai manusia, sembahlah Tuhanmu yang telah menciptakanmu dan orang-
orang yang sebelummu, agar kamu bertakwa, Dialah yang menjadikan bumi
sebagai hamparan bagimu dan langit sebagai atap, dan Dia menurunkan air
(hujan) dari langit, lalu Dia menghasilkan dengan hujan itu segala buah-
buahan sebagai rezeki untukmu; karena itu janganlah kamu mengadakan
sekutu-sekutu bagi Allah, padahal kamu mengetahui. (Q.S. al Baqarah: 21-
22)
 Dan (ingatlah kisah) Ayub, ketika dia berdoa kepada Tuhannya, “(Ya
Tuhanku), sungguh, aku telah ditimpa penyakit, padahal Engkau Tuhan Yang

10
Maha Penyayang dari semua yang penyayang. Maka Kami kabulkan
(doa)nya, lalu Kami lenyapkan penyakit yang ada padanya dan Kami
kembalikan keluarganya kepadanya, dan (Kami lipat gandakan jumlah
mereka) sebagai suatu rahmat dari Kami, dan untuk menjadi peringatan bagi
semua yang menyembah Kami. (Q.S. al Anbiya": 83-84)
 Dia (Musa) menjawab, “Tuhan kami ialah (Tuhan) yang telah memberikan
bentuk kejadian kepada segala sesuatu, kemudian memberinya petunjuk.”
(Q.S. Taha: 50)

11
BAB III
KESIMPULAN

Pada hakikatnya konsep ketuhanan, keesaan, dan bukti keberadaan Tuhan


bersumber pada Al-Qur’an dan Sunnah, dan itu semua tidak dapat diterima secara
baik dan benar tanpa akal sehat dan tanpa memiliki keimanan yang kuat kepada
Allah SWT. Allah menganugerahkan kebijakan dan kecerdasan berpikir kepada
manusia untuk mengenalkan adanya Allah SWT dengan memperhatikan alam
sebagai bukti akan kekuasaan-Nya.
Dalam keseluruhannya Tuhan itu adalah tunggal dan mutlah yang melebihi
seluruh alam semesta sebagai zat yang tidak tampak dan tidak pula diciptakan.
Dialah Yang Awal dan Yang Akhir dan Yang Batin, dan Dia Maha Mengetahui segala
sesuatu.
Semoga apa yang kami sampaikan dapat diterima dan bermanfaat, semoga
berguna bagi kehidupan kita yang sekarang dan yang akan dating.

12
DAFTAR PUSTAKA

- Bagaimana Akal Menunjukan Keberadaan Allah Ta’ala?, diakses dari


https://muslim.or.id/27004-bagaimana-akal-menunjukan-keberadaan-allah-
taala.html, 22 September 2022 21:00 WIB
- Bukti keberadaan Tuhan, dikases dari https://www.with-allah.com/id/bukti-
keberadaan-tuhan, 22 September 2022 21:20 WIB
- Al-Qur’an Digital, diakses dari https://www.merdeka.com/quran, 22
September 2022 20:00 WIB
- Alkitab Digital, diakses dari https://www.bible.com/id, 22 September 2022
20:15 WIB
- Tuhan Dalam Islam, diakses dari
https://id.wikipedia.org/wiki/Tuhan_dalam_Islam, 22 September 2022 16:40
WIB
- Tuhan, diakses dari https://id.wikipedia.org/wiki/Tuhan, 22 September 2022
16:30 WIB
- Keesaan Tuhan Dalam Al-Qur’an dan Alkitab, diakses dari http://digilib.uin-
suka.ac.id/id/eprint/24925/, 22 September 2022 17:00 WIB

13

Anda mungkin juga menyukai