Anda di halaman 1dari 14

Nama : Ikrar Fajar Shiddiq

NIM : G1011201268

1.Tujuan dan arah pendidikan agama islam di perguruan tinggi adalah memberikan landasan
pengembangan kepribadian kepada mahasiswa agar menjadi kaum intelektual yang beriman
dan bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa , berbudi pekerti luhur , berpikir filosofis , bersikap
rasional ,dan dinamis berpandangan luas ,ikut serta dalam kerja sama anatar umat beragama
dalam rangaka pengembangan luas , ikut serta dalam kerja sama antar umat beragama dalam
rangka pengembangan dan pemanfaatan ilmu teknologiserta seni untuk kepentingan
nasional.Tujuan khusus mata kuliah PAI di perguruan tinggi adalah membentuk manusia
bertaqwa yang patuh dan taqwa kepada allah swt dan menjalankan ibadah dengan
menekankan pembinaan kepribadian muslim yakni pembinaan akhlakul karimahAgar
terciptanya keimanan da ketaqwaan pada mahasiswa serta tercapainya kemampuan
menjadikan ajaran agama sebagai landasan dan oengembangan disiplin ilmu yang
ditekuninya .Menumbuhkan dan mengembangkan serta membentuk sikap positif dan disiplin
serta cinta terhdap agama dalam berbagai kehidupan peserta didik yang nantinya diharapkan
menjadi manusia yang bertaqwa kepada Allah , taat pada perintah Allah dan Rasulnya

2. Mengapa manusia masih tidak ada yang mau beragama dikarenakan banyak faktor mulai dari
faktor lingkungan.Faktor lingkungan berpengaruh besar dalam kepribadian seseorang dalam
berkehidupan dan membuat orang tersebut salah arah. Faktor yang lain adalah dikarenakan
kepercayaan yang telah dibangun dari nenek moyangnya sehingga timbul kepercayaan bahwa
tidak perlu beragama

3. Semua manusia pada masa awal penciptaan sudah mengakui Allah sebagai Tuhannya , lalu
ketika lahir di dunia dia mengikuti agama siapa
Sebelum setiap manusia lahir ke dunia. Allah telah mengambil kesaksian dari setiap jiwa atau
ruh manusia. Kita akan memulai dari ayat, “Bukankah telah datang atas manusia satu waktu
dari masa, sedang dia ketika itu belum merupakan sesuatu yang dapat disebut?” (QS. Al Insaan,
76 : 1)
Dan bagaimana proses penciptaan yang digambarkan dalam ayat, “Dan (ingatlah), ketika
Tuhanmu mengeluarkan keturunan anak-anak Adam dari sulbi mereka dan Allah mengambil
kesaksian terhadap jiwa mereka (serayaberfirman) “Bukankah Aku ini Tuhanmu?” mereka
menjawab, “Betul (Engkau Tuhan kami), kami menjad isaksi”. (Kami lakukan yang demikian itu)
agar pada hari kiamat kamu tidak mengatakan, “Sesungguhnya kami (Bani Adam) adalah orang-
orang yang lengah terhadap ini (keEsaan Tuhan)”. (QS. Al A’raaf, 7 : 172)maka dari punggung itu
setiap ruh yang menyerupai biji atom berjatuhan, yang DIA (Allah) adalah penciptanya sejak itu
sampai hari kiamat kelak”. (HR. Imam Tirmidzi)

Dari ubay bin Ka’ab ia mengatakan, “Mereka (ruh tersebut) dikumpulkan, lalu dijadikan
berpasang-pasangan, baru kemudian mereka dibentuk. Setelah itu mereka pun diajak
berbicara, lalu diambil dari mereka janji dan kesaksian, “Bukankah Aku Tuhanmu?”, mereka
menjawab “Benar”. Sesungguhnya AKU akan mempersaksikan langit tujuh tingkat dan bumi
tujuh tingkat untuk menjadi saksi terhadap kalian, serta menjadikan nenek moyang kalian Adam
sebagai saksi, agar kalian tidak mengatakan pada hari kiamat kelak, “Kami tidak pernah berjanji
mengenai hal itu”.

Ketahuilah bahwasanya tiada Tuhan selain Aku semata, tidak ada Rabb selain diriKU, dan
janganlah sekali-kali kalian mempersekutukanKU. Sesungguhnya Aku akan mengutus kepada
kalian para RasulKU yang akan mengingatkan kalian perjanjianKU itu. Selain itu Aku juga akan
menurunkan kitab-kitabKU”. Maka merekapun berkata, “Kami bersaksi bahwa Engkau adalah
Tuhan kami, tidak ada Tuhan bagi kami selain hanya Engkau semata”.

Dengan demikian mereka telah mengakui hal tersebut. Kemudian Adam diangkat dihadapan
mereka dan ia (Adam) pun melihat kepada mereka, lalu ia melihat orang yang kaya dan orang
yang miskin, ada yang bagus dan ada juga yang sebaliknya. Lalu Adam berkata, “Ya Tuhanku,
seandainya Engkau menyamakan di antara hamba-hambaMU itu”. Allah menjawab,
“Sesungguhnya Aku sangat suka untuk Aku disyukuri”. Dan Adam melihat para nabi di antara
mereka seperti pelita yang memancarkan cahaya pada mereka”. (HR. Ahmad)

Inilah peristiwa yang terjadi di Alam ruh, dimana setiap jiwa dari kita manusia telah diambil
kesaksian dan melakukan perjanjian dengan Allah SWT, dengan Nabi Adam dan penduduk
langit sebagai saksi. Secara fitrah kita memang lupa akan perjanjian itu, karena itu Allah
mengingatkan sesuai dengan hadits di atas ; “Sesungguhnya Aku (Allah) akan mengutus kepada
kalian para RasulKU yang akan mengingatkan kalian perjanjian KU itu..”

Dan dinyatakan juga dalam Alquran sebagaimana ayat, “Dan mengapa kamu tidak beriman
kepada Allah padahal Rasul menyeru kamu supaya kamu beriman kepada Tuhanmu. Dan
sesungguhnya Dia (Allah) telah mengambil perjanjianmu, jika kamu adalah orang-orang yang
beriman”. (QS. Al Hadiid, 57 : 8)

Karena itu kenyataan yang harus dihadapi oleh setiap manusia adalah; sesungguhnya tidak ada
satu jiwa pun yang lahir ke dunia ini, kecuali Allah telah mengambil perjanjian dan kesaksian
mereka ketika di alam ruh bahwa, Allah adalah Rabb mereka, dan Allah melakukan hal ini agar
mengujinya dalam kehidupan dunia agar pada hari akhirat nanti tidak ada satupun manusia
yang akan mengingkari tentang keEsaan Allah, atau agar tidak ada alasan manusia untuk
mengatakan bahwa mereka mengikuti agama dari bapak dan nenek moyang mereka, sehingga
mereka hidup di dunia dengan menyekutukan Allah.

Itulah secara garis besar yang dapat dipaparkan dari apa yang terjadi di Alam ruh, yaitu sebelum
kita ditiupkan ke Alam Rahiim yang kemudian lahir di dunia, yang disebut alam dunia. Inilah
ilustrasi “Before Zero” sebelum titik nol, dan semoga kita semua menyakini dari apa yang telah
Allah SWT nyatakan dalam Alquran dan telah pula Rasul ingatkan dalam hadits tentang
perjanjian kita tersebut. Dan semoga kita selalu menjadi orang-orang yang memegang teguh
perjanjian tersebut.

4. Keyakinan bahwa Allah adalah satu satunya zat yang disembah diibadahi diminta
pertolongan termasuk tauhid rububiyah atau tauhid uluhiyah jelaskan? Dalam Islam, ilmu
tauhid adalah ilmu yang wajib dipelajari oleh setiap muslim. Ilmu tauhid sendiri terbagi lagi
dalam beberapa jenis sebagaimana telah kita bahas pada artikel sebelumnya. Begitu pula
sebagaimana yang dijelaskan Allah dalam Al Quran,

‫َر ُّب الَّس َم اَو اِت َو اَأْلْر ِض َو َم ا َبْيَنُهَم ا َفاْع ُبْد ُه َو اْص َطِبْر ِلِعَباَد ِتِه َهْل َتْع َلُم َلُه َسِم ّيًا‬

“Rabb (yang menguasai) langit dan bumi dan segala sesuatu yang ada di antara keduanya, maka
sembahlah Dia dan berteguh hatilah dalam beribadah kepada-Nya. Apakah kamu mengetahui
ada seorang yang sama dengan Dia (yang patut disembah)?” (Maryam: 65).
Namun pada artikel kali ini, kita akan mengenal lebih jauh mengenai pengertian tauhid uluhiyah
dan tauhid rububiyah.

Tauhid uluhiyah
Tauhid uluhiyah adalah mentauhidkan atau mengesakan Allah SWT dalam setiap kegiatan
ibadah. Segala macam ibadah harus dilakukan hanya kepada Allah dan untuk Allah.
Allah Azza wa Jalla berfirman:

‫َو ِإَٰل ُهُك ْم ِإَٰل ٌه َو اِح ٌد ۖ اَل ِإَٰل َه ِإاَّل ُهَو الَّرْح َٰم ُن الَّر ِح يُم‬
“Dan Rabb-mu adalah Allah Yang Maha Esa, tidak ada sesembahan yang diibadahi dengan
benar melainkan Dia, Yang Maha Pemurah lagi Maha Penyayang.” [Al-Baqarah: 163]
Syaikh al-‘Allamah ‘Abdurrahman bin Nashir as-Sa’di rahimahullah berkata:
“Bahwasanya Allah itu tunggal Dzat-Nya, Nama-Nama, Sifat-Sifat, dan perbuatan-Nya. Tidak ada
sekutu bagi-Nya, baik dalam Dzat-Nya, Nama-Nama, maupun Sifat-Sifat-Nya. Tidak ada yang
sama dengan-Nya, tidak ada yang sebanding, tidak ada yang setara, dan tidak ada sekutu bagi-
Nya. Tidak ada yang mencipta dan mengatur alam semesta ini kecuali hanya Allah. Apabila
demikian, maka Dia adalah satu-satunya yang berhak untuk diibadahi. Dia (Allah) tidak boleh
disekutu-kan dengan seorang pun dari makhluk-Nya. (Lihat Taisiirul Kariimir Rahmaan fii Tafsiiri
Kalaamil Mannaan (hal. 63), cet. Maktabah al-Ma’arif, th. 1420 H)

Allah adalah satu-satunya zat yang menciptakan manusia, maka dari itu sudah seharusnya
manusia beribadah hanya kepada Allah SWT. Allah berfirman dalam Al Quran,

‫َيا َأُّيَها الَّناُس اْع ُبُدوا َر َّبُك ُم اَّلِذ ي َخ َلَقُك ْم َو اَّلِذ يَن ِم ْن َقْبِلُك ْم َلَع َّلُك ْم َتَّتُقوَن اَّلِذ ي َجَعَل َلُك ُم اَأْلْر َض ِفَر اًش ا َو الَّسَم اَء ِبَناًء َو َأْنَز َل ِم َن الَّسَم اِء‬
‫َم اًء َفَأْخ َر َج ِبِه ِم َن الَّثَم َر اِت ِر ْز ًقا َلُك ْم ۖ َفاَل َتْج َع ُلوا ِهَّلِل َأْنَداًدا َو َأْنُتْم َتْع َلُم وَن‬

“Wahai manusia, beribadahlah kepada Rabb-mu yang telah menciptakanmu dan orang-orang
yang sebelummu, agar kamu bertaqwa. Dia-lah yang menjadikan bumi sebagai hamparan
bagimu dan langit sebagai atap. Dia menurunkan air (hujan) dari langit, lalu Dia menghasilkan
dengan hujan itu segala buah-buahan sebagai rizki untukmu, karena itu janganlah kamu
mengadakan sekutu-sekutu bagi Allah, padahal kamu mengetahui.” [Al-Baqarah: 21-22]
Tauhid Rububiyah
Tauhid rububiyah merupakan alasan dari tauhid uluhiyah. Tauhid rububiyah adalah
mengesakan Allah sebagai satu-satunya pencipta dan pengatur segala hal yang ada di dunia
maupun akhirat.
Allah Ta’ala berfirman:

‫ُهَّللا َخ اِلُق ُك ِّل َش ْي ٍء‬

“Allah yang menciptakan segala sesuatu.” [Az-Zumar: 62]

‫َأاَل َلُه اْلَخ ْلُق َو اَأْلْم ُرۗ َتَباَر َك ُهَّللا َر ُّب اْلَع اَلِم يَن‬

“Ingatlah, menciptakan dan memerintahkan hanyalah hak Allah. Mahasuci Allah, Rabb semesta
alam.” [Al-A’raaf: 54]

‫ُقْل َم ْن َر ُّب الَّس َم اَو اِت الَّسْبِع َو َر ُّب اْلَع ْر ِش اْلَعِظ يِم َسَيُقوُلوَن ِهَّلِلۚ ُقْل َأَفاَل َتَّتُقوَن ُقْل َم ْن ِبَيِدِه َم َلُك وُت ُك ِّل َش ْي ٍء َو ُهَو ُيِج يُر َو اَل ُيَج اُر‬
‫َع َلْيِه ِإْن ُكْنُتْم َتْع َلُم وَن َسَيُقوُلوَن ِهَّلِلۚ ُقْل َفَأَّنٰى ُتْس َح ُروَن‬

“Katakanlah, ‘Siapakah Rabb langit yang tujuh dan Rabb ‘Arsy yang besar?’ Mereka akan
menjawab, ‘Kepunyaan Allah.’ Katakanlah , ‘Maka mengapa kamu tidak bertaqwa?’ Katakanlah,
‘Siapakah yang di tangan-Nya berada kekuasaan atas segala sesuatu sedang Dia melindungi dan
tidak ada yang dapat dilindungi dari-Nya, jika kamu mengetahui?’ Mereka menjawab,
‘Kepunyaan Allah.’ Katakanlah, ‘(Kalau demikian) maka dari jalan manakah kamu ditipu?” [Al-
Mu’-minun: 86-89]
Hubungan tauhid rububiyah dan uluhiyah
Dengan kesadaran bahwa Allah itu satu-satunya yang berhak disembah inilah (tauhid
rububiyah) yang menyebabkan manusia harus menyembah dan beribadah hanya kepada Allah
SWT (tauhid uluhiyah).
Allah subhanahu wa ta’ala berfirman:

﴾٧٨﴿ ‫﴾ اَّلِذ ي َخ َلَقِني َفُهَو َيْهِد يِن‬٧٧﴿ ‫﴾ َفِإَّنُهْم َع ُد ٌّو ِّلي ِإاَّل َر َّب اْلَع اَلِم يَن‬٧٦﴿ ‫﴾ َأنُتْم َو آَباُؤ ُك ُم اَأْلْقَد ُم وَن‬٧٥﴿ ‫َقاَل َأَفَر َأْيُتم َّم ا ُك نُتْم َتْعُبُد وَن‬
‫﴾ َو اَّلِذ ي َأْطَم ُع َأن َيْغ ِفَر ِلي َخ ِط يَئِتي‬٨١﴿ ‫﴾ َو اَّلِذ ي ُيِم يُتِني ُثَّم ُيْح ِييِن‬٨٠﴿ ‫﴾ َو ِإَذ ا َم ِر ْض ُت َفُهَو َيْش ِفيِن‬٧٩﴿ ‫َو اَّلِذ ي ُهَو ُيْطِعُمِني َو َيْس ِقيِن‬
٨٢﴿ ‫﴾َيْو َم الِّديِن‬

“Ibrahim berkata: “Maka apakah kamu telah memperhatikan apa yang selalu kamu sembah,
kamu dan nenek moyang kamu yang dahulu?, karena sesungguhnya apa yang kamu sembah itu
adalah musuhku, kecuali Allah Rabb Semesta Alam, (yaitu Tuhan) Yang telah menciptakan aku,
maka Dialah yang menunjuki aku, dan Tuhanku, Yang Dia memberi makan dan minum
kepadaku, dan apabila aku sakit, Dialah Yang menyembuhkan aku, dan Yang akan mematikan
aku, kemudian akan menghidupkan aku (kembali), dan Yang amat kuinginkan akan
mengampuni kesalahanku pada hari kiamat“.” (QS. Asy-Syu’ara[26]: 82)
Dalam surat An-Naas ayat 1-3 sendiri terdapat jelas hubungan antara tauhid rububiyah dan
tauhid uluhiyah yang diungkapkan secara bersamaan.

٣﴿ ‫﴾ ِإَلٰـِه الَّناِس‬٢﴿ ‫﴾ َم ِلِك الَّناِس‬١﴿ ‫﴾ُقْل َأُعوُذ ِبَر ِّب الَّناِس‬

“Katakanlah: “Aku berlindung kepada Tuhan (yang memelihara dan menguasai) manusia. Raja
manusia. Sembahan manusia.” (QS. An-Naas[114]: 1-3)

Itulah penjelasan singkat mengenai pengertian tauhid uluhiyah dan tauhid rububiyah. Kedua
jenis ilmu tauhid ini memang tidak bisa dipisahkan. Keduanya merupakan satu kesatuan ilmu
tauhid yang harus dimiliki oleh setiap muslim. Demikianlah artikel yang singkat ini. Semoga
artikel ini menambah wawasan dan menguatkan keimanan kita semua. Aamiin.
5.Keyakinan atau iman kepada Rasul adalah mengimani seluruh Rasul Allah Bagaimana
mengimani Rasul Allah tersebut ? jelaskan
1. Percaya bahwa rasul adalah utusan Allah
Hal pertama yang harus kita lakukan adalah percaya bahwa rasul adalah manusia pilihan Allah
yang diutus untuk keselamatan manusia. Allah berfirman,

‫ُك ٌّل َء اَم َن ِباِهلل َو َم َالِئَك ِتِه َو ُكُتِبِه َو ُرُس ِلِه َال ُنَفِّر ُق َبْيَن َأَحٍد ِّم ن ُّر ُس ِلِه َو َقاُلوا َسِم ْعَنا َو َأَطْعَنا‬

“Semuanya beriman kepada Allah, malaikat-malaikat-Nya, kitab-kitab-Nya, dan Rasul-rasul-Nya


(mereka mengatakan):’ Kita tidak membeda-bedakan antara seseorangpun (dengan yang lain)
dan rasul-rasul-Nya’, dan mereka mengatakan “Kami dengar dan kami taat…” (QS. Al Baqarah:
285)

2. Percaya pada ajaran yang dibawa


Keimanan kepada rasul juga dapat ditunjukkan dengan percaya bahwa ajaran yang dibawa
adalah agama Allah. Maka dari itu, kita wajib menerima segala ajaran rasul tanpa memilah-
milahnya lagi.

Allah Ta’ala berfirman,

‫َش َر َع َلُك م ِّم َن الِّديِن َم اَو َّصى ِبِه ُنوًحا َو اَّلِذ ي َأْو َح ْيَنآ ِإَلْيَك َو َم اَو َّصْيَنا ِبِه ِإْبَر اِهيَم َو ُم وَس ى َوِع يَس ى َأْن َأِقيُم وا الِّد يَن َو َالَتَتَفَّر ُقوا ِفيِه‬

“Dia telah mensyariatkan bagi kamu tentang agama apa yang telah diwasiatkan-Nya kepada
Nuh dan apa yang telah Kami wahyukan kepadamu dan apa yang telah Kami wasiatkan kepada
Ibrahim, Musa, dan Isa yaitu : Tegakkanlah agama dan janganlah kamu berpecah belah
tentangnya…. ”(QS. Asy Syuuraa:13)
}52{ ‫} َو ِإَّن َهِذِه ُأَّم ُتُك ْم ُأَّم ًة َو اِح َد ًة َو َأَنا َر ُّبُك ْم َفاَّتُقوَن‬51{ ‫َيآَأُّيَها الُّر ُسُل ُك ُلوا ِم َن الَّطِّيَباِت َو اْع َم ُلوا َص اِلًحا ِإِّني ِبَم اَتْع َم ُلوَن َع ِليٌم‬

“Wahai para rasul, makanlah dari makanan yang baik-baik, dan kerjakanlah amal yang shaleh.
Sesungguhnya Aku Maha Mengetahui apa yang kamu kerjakan. Sesungguhnya (agama tauhid)
ini, adalah agama kamu semua, agama yang satu dan Aku adalah Tuhanmu, maka bertakwalah
kepada-Ku” (QS. Al Mu’minun:51-52)

3. Percaya pada semua rasul


Kita diwajibkan percaya pada rasul yang telah diketahui namanya maupun yang tidak kita
ketahui namanya karena memang jumlah nabi dan rasul hanya Allah yang mengetahui pastinya.
Allah berfirman,
Allah Ta’ala berfirman,

‫َو َلَقْد َأْر َس ْلَنا ُرُس ًال ِّم ن َقْبِلَك ِم ْنُهم َّم ن َقَص ْص َنا َع َلْيَك َوِم ْنُهم َّم ن َّلْم َنْقُصْص َع َلْيَك‬

“Dan sesungguhnya telah Kami utus bebrapa orang rasul sebelum kamu, di antara mereka ada
yang Kami ceritakan kepadamu dan di antara mereka ada (pula) yang tidak Kami ceritakan
kepadamu” (QS. Al Mukmin:78)

4. Berdoa seperti doa para nabi


Dalam Al Quran, telah banyak diketahui beberapa doa para nabi dalam menghadapi setiap
kesulitan. Maka dari itu, kita juga sebaiknya berdoa pada Allah dengan menggunakan doa
layaknya doa para nabi.

‫ ِلُك ِّل َنِبٍّي َد ْع َو ٌة ُم ْسَتَج اَبٌة َيْد ُعو ِبَها َو ُأِر ْيُد َأْن َأْخ َتِبَئ َد ْع َو ِتْي َشَفاَع ًةِ ُألَّمِتْي‬: ‫ َأَّن َر ُسْو َل ِهَّللا َص َّلى ُهللا َع َلْيِه َو َس َّلَم َقاَل‬:‫َع ْن َأِبْي ُهَر ْيَر َة‬
)‫ِفي ْاآلِخَرِة (رواه البخاري و مسلم‬

Dari Abu Hurairah Radhiyallahu anhu (dia berkata), “Sesungguhnya Rasûlullâh Shallallahu ‘alaihi
wa sallam telah bersabda, “Setiap Nabi memiliki do’a yang mustajab yang dia berdo’a dengan
do’a yang mustajab itu, maka aku ingin menyimpan do’aku sebagai syafa’at untuk umatku di
akherat.” [HSR. Bukhari (6304 –dan ini lafazhnya- dan 7474) dan Muslim (198 & 199)].
5. Selalu bershalawat
Orang yang beriman pada rasul akan menunjukkan kecintaannya pada rasul dengan selalu
bershalawat. Hal ini juga disebutkan Allah dalam firmanNya,
Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman:

‫ِإَّن َهَّللا َو َم اَل ِئَك َتُه ُيَص ُّلوَن َع َلى الَّنِبِّي ۚ َيا َأُّيَها اَّلِذ يَن آَم ُنوا َص ُّلوا َع َلْيِه َو َس ِّلُم وا َتْس ِليًم ا‬

“Sesungguhnya Allah dan Malaikat-malaikat-Nya bershalawat untuk Nabi. Wahai orang-orang


yang beriman, bershalawatlah kalian untuk Nabi dan ucapkanlah salam penghormatan
kepadanya.” [Al-Ahzaab: 56]

6. Meneladani akhlak para rasul


Tanda keimanan seseorang pada rasul juga meneladani akhlak para rasul. Rasul bersabda,

‫نما بعثت ألتمم مكارم األخالق‬

”Sesungguhnya aku diutus untuk menyempurnakan akhlak yang sholeh”. (HR: Bukhari dalam
shahih Bukhari kitab adab, Baihaqi dalam kitab syu’bil Iman dan Hakim).
7. Memperbanyak amalan

‫ ُخ ُذ وا ِم َن الَع َمِل َم ا‬: ‫ َفِإَّنُه َك اَن َيُصوُم َشْع َباَن ُك َّلُه ؛ َو َك اَن َيُقوُل‬، ‫َلْم َيُك ِن الَّنِبُّي َص َّلى ُهللا َع َلْيِه َو َس َّلَم َيُصوُم َش ْهًرا َأْكَثَر ِم ْن َشْع َباَن‬
‫ َو َك اَن ِإَذ ا َص َّلى َص َالًة‬، ‫ َفِإَّن َهَّللا َال َيَم ُّل َح َّتى َتَم ُّلوا ؛ َو َأَح ُّب الَّص َالِة ِإَلى الَّنِبِّي َص َّلى ُهللا َع َلْيِه َو َس َّلَم َم ا ُدوِوَم َع َلْيِه َو ِإْن َقَّلْت‬، ‫ُتِط يُقوَن‬
‫َداَو َم َع َلْيَها‬

“Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam tidak pernah melaksanakan puasa yang lebih banyak
dalam sebulan melebihi puasa beliau di bulan Sya’ban. Beliau melaksanakan puasa bulan
Sya’ban seluruhnya. Beliau bersabda, “Lakukanlah amal-amal yang kalian sanggup
melaksanakannya, karena Allah tidak akan bosan (dalam memberikan pahala) sampai kalian
yang lebih dahulu bosan (dari mengerjakan amal).” Dan salat yang paling Nabi shallallahu ‘alaihi
wa sallam cintai adalah salat yang dijaga kesinambungannya sekalipun sedikit. Dan bila beliau
sudah terbiasa melaksanakan salat (sunah), Beliau menjaga kesinambungannya.” (HR. Bukhari
no. 1970 dan Muslim no. 741)

8. Rajin membaca Al Quran


Rasul juga sangat menyukai orang yang rajin membaca Al Quran. Selain sebagai bentuk
keimanan kepada rasul juga menjadi pahala.
‫ َأَم ا ِإِّنى َال َأُقوُل‬، ‫ َفِإَّنُك ْم ُتْؤ َج ُروَن ِبِتَالَوِتِه ِبُك ِّل َح ْر ٍف َع ْش َر َحَس َناٍت‬، ‫ َتَع َّلُم وا َهَذ ا اْلُقْر آَن‬: ‫َع ْن َع ْبِد ِهَّللا بن مسعود رضى هللا عنه َقاَل‬
‫ِب الم َو َلِكْن ِبَأِلٍف َو َالٍم َوِم يٍم ِبُك ِّل َح ْر ٍف َع ْش ُر َحَس َناٍت‬.

“Abdullah bin Mas’ud radhiyallahu ‘anhu berkata: “Pelajarilah Al Quran ini, karena
sesungguhnya kalian diganjar dengan membacanya setiap hurufnya 10 kebaikan, aku tidak
mengatakan itu untuk ‫ الم‬, akan tetapi untuk untuk Alif, Laam, Miim, setiap hurufnya sepuluh
kebaikan.” (Atsar riwayat Ad Darimy dan disebutkan di dalam kitab Silsilat Al Ahadits Ash
Shahihah, no. 660).

Itulah cara beriman kepada rasul yang bisa kita wujudkan dalam kehidupan sehari-hari. Semoga
kita mampu menjadi pribadi yang lebih beriman kepada Allah dan para rasul. Aamiin
6.Jelaskan karakteristik agama islam

Karakter Agama Islam


Pertama, Islam adalah agama yang lengkap dan integral. Artinya Islam dalam hal ini adalah
syariat nabi Muhammad shallallahu 'alaihi wa sallam adalah agama yang lengkap dimana tidak
ada satu pun masalah yang luput darinya. Semua masalah umat manusia telah diterangkan
dalam Al-Qur'an dan As-Sunnah baik secara rinci maupun global yang sangat umum dan hanya
orang-orang yang jernih akalnya yang mampu untuk melihat dan mengistinbatkan hukum dari
keglobalan nash tersebut.
Hal ini sesuai dengan firman Allah ta'ala dalam surat al-An’am ayat 38 yang artinya “Tidaklah
kami luputkan dalam al-Kitab suatu apapun” Imam al MâturÎdÎ menjelaskan dalam tafsirnya
Ta’wÎlâtu Ahli as-Sunnah, bahwa dalam hal ini terdapat perbedaan penafsiran. Sebagian
mufassirin menafsirkan ayat tersebut bahwa tidak ada suatu pun yang kami (Allah ta'ala )
tinggalkan kecuali telah kami sebutkan asalnya dalam Al-Qur'an. Dan riwayat dari Ibnu Abbas
radhiallahu 'anhu berkata : “ Kami tidak meninggalkan sesuatu pun kecuali telah kami tulis
pada ummi al-Kitab yakni laukhu al-makhfudz.
Imam al-Wahidi dalam tafsirnya al-Wajiz menyebutkan bahwa tidak ada yang kami alpakan
dalam al-Kitab sesuatu yang menjadi hajat para hamba kecuali telah kami terangkan baginya,
imma dengan penjelsan yang jelas atau dengan indikasi-indikasi, atau secera global atau juga
secara rinci. Sebagaimana firman Allah ta'ala yang artinya “Dan telah Kami turunkan kepadamu
al-Kitab sebagai penjelas bagi segala sesuatu.” (An-Nahl : 89). Yakni bagi segala sesuatu yang
dibutuhkan dari masalah-masalah agama.
Disamping itu, Islam juga bersifat integral. Di mana Islam mengurusi kehidupan manusia baik
secara individual maupun sosial kemasyarakatan. Mulai dari urusan kecil pribadi sampai urusan
besar pemerintahan dan kekuasaan negara. Jadi, orang yang sering mengkampanyekan
pemisahan antara negara dan agama, bisa jadi dalam dirinya terdapat kemunafikan atau
mungkin karena kedangkalan ilmu yang ia miliki.
Kedua, Islam memiliki karakteristik moderat atau pertengahan. Agama Islam yang hakiki adalah
agama yang tidak terlalu exstrim dalam syariatnya maupun terlalu longgar. Islam ada di antara
keduannya. Maka paslah tatkala Sahabat Ali bin Abi Thalib radhiallahu 'anhu berkata
“Hendaklah kalian berpegang kepada sikap pertengahan. Dengan sikap ini, orang yang
tertinggal harus menyusul dan orang yang berlebihan harus kembali mundur.”
Contoh dari sikap berlebihan adalah mudah mengkafirkan orang lain. Menambah-nambah
ajaran Islam. dan lain sebagainya. Sedangkan contoh dari sikap longgar adalah suka
mengabaikan ajaran agama Islam. Sikap moderat inilah yang diinginkan oleh Allah ta'ala dalam
firman-Nya yang artinya “ Demikianlah kami telah menjadikan kalian (umat islam) umat yang
moderat agar kalian menjadi saksi atas perbuatan manusia.” (Al-Baqarah : 143).
Imam al-Qurthubi dalam tafsirnya al-Jâmi’ li Ahkâmi al-Qur’an menjelaskan bahwa Allah ta'ala
selain telah menjadikan Ka’bah berada di tengah-tengah dunia, Allah ta'ala juga telah
menjadikan umat ini sebagai umat pertengahan. Yakni Allah ta'ala tidak mengutus pada umat
ini kecuali hanya satu nabi, dan Allah ta'ala juga telah menjadikan umat ini berada di atas umat-
umat lainnya. Pertengahan bermakna adil, dan pada dasarnya hal-hal yang terpuji adalah
pertengahan. Imam at-Turmudzi meriwayatkan dari Sa’id al Khudri radhiallahu 'anhu dari Nabi
shallallahu 'alaihi wa sallam tentang ayat Allah ta'ala “ wa kadzâ lika ja’alnâkum ummatan wa
satha..” beliau shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda : “Adil/seimbang”
sikap moderat yang dimiliki Islam inilah yang membedakan Islam dari keekstriman kaum
nasrani yang sampai menjadikan nabi mereka sebagai tuhan atau anak Tuhan. Sikap moderat
ini pula yang membedakan Islam dengan kesembronoan kaum Yahudi yang telah membunuh
nabi-nabi mereka. Maka pesan Rasulallah shallallahu 'alaihi wa sallam yang harus kita pegang
adalah “Sebaik-baik perkara adalah pertengahan.”
Ketiga, Islam adalah kemudahan dan bukan kesulitan. Islam datang tidak untuk
menyengsarakan umatnya. Islam datang tidak untuk membebani manusia dengan beban-beban
berat. Allah ta'ala berfirman yang artinya : “(Yaitu) orang-orang yang mengikut Rasul, Nabi yang
ummi yang (namanya) mereka dapati tertulis di dalam Taurat dan Injil yang ada di sisi mereka,
yang menyuruh mereka mengerjakan yang ma'ruf dan melarang mereka dari mengerjakan yang
mungkar dan menghalalkan bagi mereka segala yang baik dan mengharamkan bagi mereka
segala yang buruk dan membuang dari mereka beban-beban dan belenggu-belenggu yang ada
pada mereka. Maka orang-orang yang beriman kepadanya. memuliakannya, menolongnya dan
mengikuti cahaya yang terang yang diturunkan kepadanya (Al Quran), mereka itulah orang-
orang yang beruntung.” (Al Araf : 157)
Islam datang adalah untuk menyempurnakan kekurangan risalah-risalan kenabian yang dahulu.
Islam datang untuk menghapus syarait-syariat yang menyulitkan seperti syariat nabi Musa yang
mengharuskan bunuh diri jika mau bertaubat dari syirik. Dan Islam datang untuk memberikan
syariat yang belum perna diberikan kepada umat-umat sebelumnya.
Kemudahan Islam ini tergambar dari firman Allah ta'ala yang artinya “Allah menghendaki
kemudahan bagimu, dan tidak menghendaki kesukaran bagimu..” (Al Baqarah : 185).
Allah ta'ala telah memberikan kemudahan pada agama ini tidak hanya menyangkut dalam
masalah puasa sebagaimana konteks ayat di atas melainkan untuk semua masalah dalam
urusan agama. Hal ini senada dengan firman Allah ta'ala yang artinya “Dia telah memilih kamu
dan Dia sekali-kali tidak menjadikan untuk kamu dalam agama suatu kesempitan.” (Al Hajj : 78).
Rasulallah shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda dalam masalah ini “Mudahkanlah dan jangan
engkau persulit, dan berilah kabar gembira dan jangan buat mereka pergi”. Inilah karakter
agama Islam.
Keempat, Islam adalah rahmatan lil alamin. Ini juga menjadi karakter Islam. Islam hadir bukan
hanya untuk orang Arab. Islam hadir tidak untuk orang yahudi. Islam hadir tidak hanya untuk
orang nasrani. Tapi Islam hadir membawa rahmat untuk alam semesta dari generasi ke generasi
selanjutnya.
Allah ta'ala berfirman yang artinya “Dan tiadalah Kami mengutus kamu, melainkan untuk
(menjadi) rahmat bagi semesta alam.” (Al Anbiya` : 107)
Salah satu bukti Islam adalah risalah untuk semua umat manusia semenjak diturunkan sampai
hari penghakiman adalah risalah Islam selalu sesuai dengan zaman dan keadaan. Inilah
mengapa banyak sekali ayat Al-Qur'an yang bersifat umum dan multi tafsir. Tidak lain adalah
supaya manusia dari satu generasi ke generasi yang lainnya mampu mengistimbat hukum dari
nash-nash umum tersebut sebuah hukum yang sesuai dengan keadaan zaman dan tempat. Dari
sinilah muncul kaidah bahwa hukum berubah sesuai dengan zaman dan kondisi. Namun dengan
catatan bahwa hukum yang berubah adalah hukum yang tidak qothi yang tunjuk oleh nash yang
qoth’iyu ad dilalah.
7.Mengapa islam mementingkan umatnya menuntut ilmu?
Ilmu menjadi sangat penting kedudukannya bagi umat Islam. Bahkan, pentingnya ilmu ini
sudah digambarkan sejak zaman dulu oleh para nabi dan ulama dalam membangun peradaban
Islam.
Apalagi, kata dia, ayat pertama yang turun kepada Umat Islam adalah Iqra'. Dalam ayat
tersebut, menurutnya tidak bermakna baca saja, tapi baca itu artinya membaca terhadap alam
yang sangat luas. Kemudian,kata dia, iqra harus disandingkan dengan Bismirabbika.
Dalam Alquran surah al-Mujadilah ayat 11, Allah SWT berfirman:

‫َيا َأُّيَها اَّلِذ يَن آَم ُنوا ِإَذ ا ِقيَل َلُك ْم َتَفَّسُحوا ِفي اْلَم َج اِلِس َفاْفَس ُحوا َيْفَس ِح ُهَّللا َلُك ْم ۖ َو ِإَذ ا ِقيَل انُشُز وا َفانُشُز وا َيْر َفِع ُهَّللا اَّلِذ يَن آَم ُنوا ِم نُك ْم‬
‫َو اَّلِذ يَن ُأوُتوا اْلِع ْلَم َد َر َج اٍتۚ َو ُهَّللا ِبَم ا َتْع َم ُلوَن َخ ِبيٌر‬
Ya ayyuhaladzina amanu idza qila lakum tafassahu fil-majalisi fafsahu yafsahillahu lakum wa
idza qilan syudzu yansyudzu yarfa'i-llahu alladzina minkum walladzina utul-ilma
darojat.Wwallahu bima ta'maluna khabir,".
Yang artinya: "Wahai orang-orang yang beriman, apabila dikatakan padamu, 'berilah
kelapangan di dalam majelis-majelis,' maka lapangkanlah. Nisacaya Allah akan memberikan
kelapangan padamu. Dan apabila dikatakan, 'berdirilah kamu' maka berdirilah. Niscaya Allah
akan mengangkat (derajat) orang-orang yang beriman di antaramu dan orang-orang yang diberi
ilmu beberapa derajat. Dan (hanya) kepada Allah hendaknya orang-orang beriman."
Alquran sendiri sejatinya merupakan sumber ilmu. Misalnya, Alquran merupakan kitabullah
yang mana di dalamnya terdapat mukjizat dari literasi dan sastra yang Mahadahsyat. Salah satu
penyempurna kemukjizatan Alquran adalah penggunaan kata-katanya yang ringkas (ijaz) akan
tetapi mengandung arti yang begitu luas.

Anda mungkin juga menyukai