Anda di halaman 1dari 21

MAKNA SYAHADAT LAA ILAAHA ILLALLAH

 Tujuan Materi :
1. Agar peserta tarbiyah mengetahui hakikat dari ma’na Laa Ilaaha Illallah
2. Untuk memurnikan pengabdian yang sesungguhnya kepada Allah
3. Untuk menghindari distorsi dari pemahaman Laa Ilaaha Illallah
4. Agar tertanam pada diri mutarabbi sifat Al Wala’ dan Al Bara’
5. Agar peserta tarbiyah dapat mengagungkan dan mendahulukan Allah di atas segala-galanya.

I. Urgensi Syahadatain dan Studi Terhadapnya


1. Pintu masuk Islam
Hadits ke-3 Arba’in
Dari Abu Abdirrahman Abdullah bin Umar bin Khaththab radhiyallahu ’Anhuma telah berkata :
Aku telah mendengar Rasulullah Shallallahu ’Alaihi Wa Sallam bersabda,” Islam dibangun atas
5 dasar : (1) Bersaksi bahwa tiada Tuhan (yang berhak disembah) kecuali Allah, dan
sesungguhnya Muhammad adalah utusan Allah, (2) Mendirikan shalat, (3) Mengeluarkan
zakat, (4) Mengerjakan haji ke Baitullah, dan (5) Puasa pada bulan Ramadhan.” Diriwayatkan
oleh Imam Bukhari dan Imam Muslim.
Orang dikatakan Islam jika mengucapkan syahadat Laa Ilaaha Illallah. Tidak bisa dikatakan
orang muslim walaupun rajin melakukan shalat, sujud ruku tapi tidak bersyahadat.

QS. Al A’raf : 172


    
   
  
    
     
    

Dan (ingatlah), ketika Tuhanmu mengeluarkan keturunan anak-anak Adam dari sulbi
mereka dan Allah mengambil kesaksian terhadap jiwa mereka (seraya berfirman):
"Bukankah Aku ini Tuhanmu?" Mereka menjawab: "Betul (Engkau Tuban kami), kami
menjadi saksi." (Kami lakukan yang demikian itu) agar di hari kiamat kamu tidak
mengatakan: "Sesungguhnya kami (bani Adam) adalah orang-orang yang lengah terhadap
ini (keesaan Tuhan)"(QS. 7 : 172)

2. Garis pemisah antara kafir dan mukmin


3. Inti sari ajaran Islam
Kenapa Rasulullah, dakwahnya selama kurang lebih 13 tahun di Mekkah adalah pada
syahadat Laa Ilaaha Illallah? Karena itu adalah inti sari ajaran Islam.
QS. Al Anbiyaa’ : 25
    
     
    
Dan kami tidak mengutus seorang rasulpun sebelum kamu melainkan kami wahyukan
kepadanya: "Bahwasanya tidak ada Tuhan (yang hak) melainkan aku, Maka sembahlah
olehmu sekalian akan aku".(QS. 21 : 25)

QS. Al Jatsiyah : 18
    
   
    
Kemudian kami jadikan kamu berada di atas suatu syariat (peraturan) dari urusan
(agama itu), Maka ikutilah syariat itu dan janganlah kamu ikuti hawa nafsu orang-orang
yang tidak Mengetahui.(QS. 45 : 18)

4. Asas perubahan
Perkataan Umar Radiallahu ’anhu : ” Kita adalah ummat yang dimuliakan oleh Allah dengan
Islam maka barang siapa yang mencari kemuliaan dengan yang lain maka dia akan
dihinakan oleh Allah atasnya”.

Hal ini tercantum Dalam firman Allah pada Qs. 7:35 dan Qs. 13:11
QS. Al A’raf : 35
   
   
    
     

Hai anak-anak Adam, jika datang kepadamu rasul-rasul daripada kamu yang
menceritakan kepadamu ayat-ayat-Ku, Maka barangsiapa yang bertakwa dan
mengadakan perbaikan, tidaklah ada kekhawatiran terhadap mereka dan tidak (pula)
mereka bersedih hati. (QS. 7 : 35)

QS. Ar Ra’d : 11
    
   
       
   
    
      
     
Bagi manusia ada malaikat-malaikat yang selalu mengikutinya bergiliran, di muka dan di
belakangnya, mereka menjaganya atas perintah Allah[767]. Sesungguhnya Allah tidak
merobah keadaan sesuatu kaum sehingga mereka merobah keadaan[768] yang ada pada
diri mereka sendiri. dan apabila Allah menghendaki keburukan terhadap sesuatu kaum,
Maka tak ada yang dapat menolaknya; dan sekali-kali tak ada pelindung bagi mereka
selain Dia. (QS. 13 : 11)

Keterangan :
 [767] bagi tiap-tiap manusia ada beberapa malaikat yang tetap menjaganya secara
bergiliran dan ada pula beberapa malaikat yang mencatat amalan-amalannya. dan yang
dikehendaki dalam ayat Ini ialah malaikat yang menjaga secara bergiliran itu, disebut
malaikat Hafazhah.
 [768] Tuhan tidak akan merobah keadaan mereka, selama mereka tidak merobah sebab-
sebab kemunduran mereka.

Artinya, kalimat ini menjadi pondasi sebuah perubahan, baik pada tataran pribadi maupun
pada tataran masyarakat.
 Perubahan pada pribadi :
- Dari hina menjadi mulia
Tidak ada kemuliaan kecuali engan Islam. Makanya Umar mengatakan,” Kita ini
adalah ummat yang dimuliakan oleh Allah dengan Islam, maka siapa yang mencari
kemuliaan selain dengan Islam, maka dia akan dihinakan oleh Allah.” Orang yang
mencari kemuliaan dengan pangkat, lambat laun akan dihinakan oleh Allah, mencari
kemuliaan dengan jabatan akan dihinakan oleh Allah, mencari kemuliaan dengan
popularitas akan dihinakan oleh Allah.
- Dari lemah menjadi kuat
Kita hanya menyandarkan diri hanya kepada Allah, sehingga kita mendapatkan
kekuatan dari Allah.
- Dari jahil menjadi berilmu
Yang dimaksudkan JAHIL di sini adalah semua yang tidak mengikuti petunjuk
Rasulullah. Karena semua ajaran yang dibawah oleh Rasulullah itu dibangu dengan
ilmu.
 Perubahan pada masyarakat :
- Dari perpecahan menjadi ukhuwah
Masyarakat yang terpecah belah atau masyarakat yang berkeping-keping menjadi
masyarakat yang berukhuwah.
Sebagai contoh kita lihat bagaimana masyarakat Arab sebelum Islam datang, mereka
terpecah hanya karena persoalan sepele. Setelah masuk Islam, menjadi masyarakat
yang damai yang tidak pernah ditemukan sebelumnya.
- Dari takut menjadi aman
Kondisi masyarakat yang takut atau khawatir menjadi tenteram dan damai.
Masyarakat yang tidak mewujudkan syahadat Laa Ilaha Illallah, maka tidak akan
merasakan ketenteraman.
   
  
   
   
   
  
    
   
     
   
Dan Allah Telah berjanji kepada orang-orang yang beriman di antara kamu dan
mengerjakan amal-amal yang saleh bahwa dia sungguh- sungguh akan
menjadikan mereka berkuasa dimuka bumi, sebagaimana dia Telah menjadikan
orang-orang sebelum mereka berkuasa, dan sungguh dia akan meneguhkan bagi
mereka agama yang Telah diridhai-Nya untuk mereka, dan dia benar-benar akan
menukar (keadaan) mereka, sesudah mereka dalam ketakutan menjadi aman
sentausa. mereka tetap menyembahku-Ku dengan tiada mempersekutukan
sesuatu apapun dengan Aku. dan barangsiapa yang (tetap) kafir sesudah (janji)
itu, Maka mereka Itulah orang-orang yang fasik.

- Dari tidak eksis menjadi eksis

5. Adanya khalal dalam pemahaman syahadatain


KHALAL adalah penyimpangan.
Di masyarakat Arab dahulu, mereka paham makna syahadat Laa Ilaaha Illallah serta
konsekuensinya. Contohnya : Kisah Abu Dzar yang dipukuli oleh kaum Musyrikin, karena
mengucapkan kalimat Laa Ilaaha Illallah. Mereka dipukuli bukan karena kalimat Laa Ilaaha
Illallah. Kalau hanya sekedar kalimat Laa Illallah itu mereka tidak akan mungkin dipukuli, tapi
mereka paham konsekuensinya, bahwa orang yang mengucapkan kalimat Laa Ilaaha Illallah
ada konsekuensinya. Maka itulah yang tidak diinginkan oleh kaum Musyrikin sehingga mereka
memukuli Abu Dzar.
Hakekat da’wah para rasul

QS. Al Anbiyaa’ : 25
     
     
   
Dan kami tidak mengutus seorang rasulpun sebelum kamu melainkan kami wahyukan
kepadanya: "Bahwasanya tidak ada Tuhan (yang hak) melainkan aku, Maka sembahlah
olehmu sekalian akan aku".

QS. An Nahl : 36
    
   
  
     
    
   
   
Dan sungguhnya kami Telah mengutus Rasul pada tiap-tiap umat (untuk menyerukan):
"Sembahlah Allah (saja), dan jauhilah Thaghut[826] itu", Maka di antara umat itu ada
orang-orang yang diberi petunjuk oleh Allah dan ada pula di antaranya orang-orang yang
Telah pasti kesesatan baginya[826]. Maka berjalanlah kamu dimuka bumi dan
perhatikanlah bagaimana kesudahan orang-orang yang mendustakan (rasul-rasul).

Keterangan :
 [826] Thaghut ialah syaitan dan apa saja yang disembah selain dari Allah s.w.t.
 [826] Thaghut ialah syaitan dan apa saja yang disembah selain dari Allah s.w.t.

6. Hakekat da'wah para Rasul


Dalam firman Allah pada Qs. 21:25. 16:36.

Dan Kami tidak mengutus seorang rasul pun sebelum kamu, melainkan Kami
wahyukan kepadanya:"Bahwasanya tidak ada Tuhan (yang hak) melainkan Aku, maka
sembahlah olehmu sekalian akan Aku".

Dan sesungguhnya Kami telah mengutus rasul pada tiap-tiap umat (untuk menyerukan):
"Sembahlah Allah (saja), dan jauhilah Thaghut itu", maka di antara umat itu ada orang-
orang yang diberi petunjuk oleh Allah dan ada pula di antaranya orang-orang yang telah
pasti kesesatan baginya. Maka berjalanlah kamu di muka bumi dan perhatikanlah
bagaimana kesudahan orang-orang yang mendustakan (rasul-rasul).

6. Memiliki keutamaan-keutamaan yang banyak


 Kunci masuk Surga
QS. Al Maaidah : 83-85
    
  
   
    
   
 
     
   
   
  
   
   
   
  

Dan apabila mereka mendengarkan apa yang diturunkan kepada Rasul
(Muhammad), kamu lihat mata mereka mencucurkan air mata disebabkan kebenaran
(Al Quran) yang Telah mereka ketahui (dari kitab-kitab mereka sendiri); seraya
berkata: "Ya Tuhan kami, kami Telah beriman, Maka catatlah kami bersama orang-
orang yang menjadi saksi (atas kebenaran Al Quran dan kenabian Muhammad
s.a.w.).(QS. 5 : 83) Mengapa kami tidak akan beriman kepada Allah dan kepada
kebenaran yang datang kepada kami, padahal kami sangat ingin agar Tuhan kami
memasukkan kami ke dalam golongan orang-orang yang saleh ?".(QS. 5 : 84) Maka
Allah memberi mereka pahala terhadap perkataan yang mereka ucapkan, (yaitu) surga
yang mengalir sungai-sungai di dalamnya, sedang mereka kekal di dalamnya. dan
Itulah balasan (bagi) orang-orang yang berbuat kebaikan (yang ikhlas
keimanannya).(QS. 5 : 85)

 Zikir yang paling afdhal


Dalam hadits Rasulullah dikatakan bahwa do’a yang paling baik adalah do’a yang
diamalkan dan ucapan yang paling baik adalah ucapan para nabi sebelumnya yaitu
ucapan ‫ﻵﺇﻠﻪﺇﻻﺍﷲﻭﺤﺪﻩﻵﺸﺮﻴﻚﻠﻪ‬.

Musa berkata, ”Ya Rabb ajarkanlah kepadaku suatu dzikir yang aku bisa berdzikir dan
berdo’a kepada-Mu dengannya.” Maka Allah mengatakan kepada Musa, ”Katakanlah
‫ﻵﺇﻠﻪﺇﻻﺍﷲ‬. Musa mengucapkan ‫ﻵﺇﻠﻪﺇﻻﺍﷲﺃﻨﺖﻴﺎﺮﺑﻰ‬, semua hamba-Mu mengatakan demikian,
tapi aku mau dzikir yang khusus saya baca. Maka Allah pun mengatakan, ”Seandainya
langit yang 7 dengan penghuninya selain saya dan bumi yang 7 lapis itu diletakkan pada
neraca dan ucapan ‫ ﻵﺇﻠﻪﺇﻻﺍﷲ‬diletakkan pada neraca yang lainnya, maka niscaya ucapan
itu lebih berat.” Ini menunjukkan bahwa itu adalah dzikir yang paling afdhal.

 Suatu amalan yang paling berat timbangannya di akhirat


Imam Tirmidzi mengatakan : Rasulullah bersabda, ”Sungguh Allah akan membebaskan
seseorang nanti dari ummatku di depan para makhluk di hari kiamat, lalu diperlihatkan
padanya ada 99 catatan amalan, setiap catatan penuh sepanjang mata memandang,
kemudian dia mengatakan Apakah ada sesuatu yang kamu ingkari dalam catatan ini?
Apakah pencatatku (malaikat) telah mendzhalimimu, dia mengatakan tidak Ya Rabb. Allah
mengatakan, ”Sesungguhnya di sisi Kami ada kebaikan, sesungguhnya tidak ada
kedzhaliman atas diri-Mu hari ini.” Lalu dikeluarkanlah sebuah kartu yang padanya tertulis
kalimat ‫ﻵﺇﻠﻪﺇﻻﺍﷲ‬. Kemudian Allah mengatakan terimalah catatan amalmu ini, lalu dia
mengatakan apa gunanya ini Ya Rabb dibandingkan jumlah dosa yang begitu besar (99
catatan amal). ”Sesungguhnya engkau tidak didzhalimi.” Kemudian catatan keburukan
diletakkan pada neraca timbangan kemudian pada neraca yang satunya diletakkan kartu
tadi. Maka terbanglah catatan keburukannya dan bertambahlah berat timbangan kalimat
‫ﻵﺇﻠﻪﺇﻻﺍﷲ‬.” Maka tidak ada yang lebih berat selain dari nama Allah.

 Orang yang mengucapkan dan meyakininya, maka tidak kekal dalam Neraka
- Siapa yang menyaksikan Laa Ilaaha Illallah dengan benar dan jujur dalam hatinya
maka haram baginya Neraka
- Siapa yang ucapan terakhirnya adalah kalimat Laa Ilaaha Illallah, maka dia akan
masuk Surga.

II. Rukun Syahadat dan Maknanya


Rukun syahadat ada 2 (dua), yaitu :
1. An Nafyu (Menafikkan) ”Laa Ilaaha”, yakni menafikkan Uluhiyah (ketuhanan) seluruh makhluk
selain Allah. Ini akan melahirkan sifat Bara’ (berlepas diri).

QS. Al Mumtahanah : 4
     
   
  
   
    
  
 
   
   
   
      
   
   
Sesungguhnya Telah ada suri tauladan yang baik bagimu pada Ibrahim dan orang-orang
yang bersama dengan Dia; ketika mereka Berkata kepada kaum mereka: ”Sesungguhnya
kami berlepas diri daripada kamu dari daripada apa yang kamu sembah selain Allah, kami
ingkari (kekafiran)mu dan Telah nyata antara kami dan kamu permusuhan dan kebencian
buat selama-lamanya sampai kamu beriman kepada Allah saja. Kecuali perkataan
Ibrahim kepada bapaknya[1470]: ”Sesungguhnya Aku akan memohonkan ampunan bagi
kamu dan Aku tiada dapat menolak sesuatupun dari kamu (siksaan) Allah”. (Ibrahim
berkata): ”Ya Tuhan kami Hanya kepada Engkaulah kami bertawakkal dan Hanya
kepada Engkaulah kami bertaubat dan Hanya kepada Engkaulah kami kembali.”

Keterangan :
 [1470] Nabi Ibrahim pernah memintakan ampunan bagi bapaknya yang musyrik kepada
Allah : Ini tidak boleh ditiru, Karena Allah tidak membenarkan orang mukmin memintakan
ampunan untuk orang-orang kafir (lihat surat An Nisa ayat 48).
Dalam Bahasa Arab terdapat 2 (dua) uslub untuk membatasi sesuatu, yaitu :
(1) Dengan menggunakan kata ” ‫”ﺇﻨﻤﺎ‬
(2) Mendahulukan objek dari pada subjek, misalnya : ”‫”ﺇﻴﺎﻙﻧﻌﺑﺪﻭﺇﻴﺎﻙﻧﺴﺘﻌﻴﻦ‬

Yang paling kuat adalah menafikkan lalu menetapkan. Inilah yang digunakan dalam syahadat
ini.
Jadi yang kita maksud adalah ”‫” ﻵﺇﻠﻪ‬. Kita menafikkan/ mengingkari terjemahan yang salah
bahwa ”Tidak ada Tuhan yang berhak disembah selain Allah”. Apalagi yang menerjemahkan
”Tidak ada Tuhan selain Tuhan”.
Ini menunjukkan bahwa di dunia ini ada banyak Tuhan/ sesembahan selain Allah, makanya
kita hanya menyembah Allah, yang lain kita ingkari. Dia adalah Ilah yang kita sembah di langit
dan yang kita sembah di bumi ini. Karenanya mengambil Ilah selain Allah, itu membatalkan
syahadat tersebut, menggugurkan rukun syahadat ini.
2. Al Itsbaat (Menetapkan) ”Illallah”, yakni menetapkan Uluhiyah hanya untuk Allah, Dialah Ilah
yang Haq dan selain-Nya yang merupakan sesembahan manusia adalah batil. Ini akan
melahirkan sifat Al Wala’ (loyalitas).

QS. Al Mu’minun : 116


     
    
 
Maka Maha Tinggi Allah, raja yang Sebenarnya; tidak ada Tuhan selain Dia, Tuhan
(yang mempunyai) 'Arsy yang mulia.(QS. 23 : 116)

III. Makna Laa Ilaaha Illallah


Tidak ada yang diibadahi yang Haq kecuali Allah. Semua bentuk ibadah kepada selain Allah, maka
dia adalah bathil. Semua manusia di dunia ini tidak ada yang tidak menyembah, semua
menyembah. Hanya saja ada yang menyembah Ilah yang Haq dan ada yang bathil. Dan sembahan
itu banyak, misalnya hawa nafsu, harta, dll.
QS. Yaasin : 60-61
    
     
     
    

Bukankah Aku Telah memerintahkan kepadamu Hai Bani Adam supaya kamu tidak
menyembah syaitan? Sesungguhnya syaitan itu adalah musuh yang nyata bagi kamu". Dan
hendaklah kamu menyembah-Ku. inilah jalan yang lurus
Ibadah itu terbagi 2, yaitu ibadatullah (ibadah kepada Allah) dan ibadatusysyaithan (ibadah kepada
Syaithan). Dikatakan ibadah kepada Syaithan karena ketaatannya kepada Syaithan, mengikuti
hawa nafsu, dll.

IV. Konsekuensi Syahadat Laa Ilaaha Illallah


Mempelajari muqtadayaat ‫ ﻵﺇﻠﻪﺇﻻﺍﷲ‬ini penting karena merupakan konsekuensi dari syahadat
‫ﻵﺇﻠﻪﺇﻻﺍﷲ‬, dan tuntutan syahadat ‫ﻵﺇﻠﻪﺇﻻﺍﷲ‬. Karena orang mengatakan ‫ ﻵﺇﻠﻪﺇﻻﺍﷲ‬bukan hanya di
mulut, bukan hanya termasuk amalan lisan saja tetapi dia adalah amalan dalam bentuk syari’at
sekaligus manhaj Al Hayaat.
Makanya tertulis ”min muqtadayaat...” (di antara konsekuensi...)
Artinya ketika kita mengatakan ‫ ﻵﺇﻠﻪﺇﻻﺍﷲ‬maka dituntut untuk mewujudkan ini. Kalau tidak demikian,
berarti ada kekeliruan/ ketimpangan dalam pemahamannya teradap syahadat ‫ﻵﺇﻠﻪﺇﻻﺍﷲ‬.
1. Taat
Ketika kita mengatakan ‫ﻵﺇﻠﻪﺇﻻﺍﷲ‬, konsekuensinya kita harus memberikan loyalitas ketaatan
kita kepada Allah. Ibarat prajurit di hadapan komandannya, ketika kita mengatakan ‫ﻵﺇﻠﻪﺇﻻﺍﷲ‬,
maka kita harus siap seperti prajurit di hadapan komandannya. Bagaimana ita melihat prajurit
begitu taatnya kepada komandannya. Apapun yang diperintahkan oleh komandannya,
langsung dikerjakan, tidak pernah mereka menolak.

QS. Al Maidah : 7
   
   
    
     
  
Dan ingatlah karunia Allah kepadamu dan perjanjian-Nya[405] yang Telah diikat-Nya
dengan kamu, ketika kamu mengatakan: "Kami dengar dan kami taati". dan bertakwalah
kepada Allah, Sesungguhnya Allah mengetahui isi hati(mu). (QS. 5 : 7)

Keterangan :
 [405] Perjanjian itu ialah: perjanjian akan mendengar dan mengikuti nabi dalam segala
keadaan yang diikrarkan waktu bai'ah.

QS. Az Zukhruf : 84
    
     
 
Dan dialah Tuhan (yang disembah) di langit dan Tuhan (yang disembah) di bumi dan
Dia-lah yang Maha Bijaksana lagi Maha Mengetahui. (QS. 43 : 84)
2. Tunduk dan patuh
Dari Ibnu Taimiyah bahwasanya : ”Dimanapun aku pergi maka syurga itu tetap
bersamaku” hal ini membuktikan bahwa makna dari kalimat itu dan apapun yang
dilakukan seorang muslimin maka syurga tetap bersamanya.

QS. Al An’am : 56
    
      
     
   
 
Katakanlah: "Sesungguhnya Aku dilarang menyembah tuhan-tuhan yang kamu sembah
selain Allah". Katakanlah: "Aku tidak akan mengikuti hawa nafsumu, sungguh
tersesatlah Aku jika berbuat demikian dan tidaklah (pula) Aku termasuk orang-orang
yang mendapat petunjuk".(QS. 6 : 56)

QS. Al Baqarah : 116


    
     
    

Mereka (orang-orang kafir) berkata: "Allah mempunyai anak". Maha Suci Allah, bahkan
apa yang ada di langit dan di bumi adalah kepunyaan Allah; semua tunduk kepada-Nya.

3. Takut
QS. Al Baqarah : 40
  
  
  
  
 
Hai Bani Israil[41], ingatlah akan nikmat-Ku yang Telah Aku anugerahkan kepadamu,
dan penuhilah janjimu kepada-Ku[42], niscaya Aku penuhi janji-Ku kepadamu; dan
Hanya kepada-Ku-lah kamu harus takut (tunduk).(QS. 2 : 40)

Keterangan :
 [41] Israil adalah sebutan bagi nabi Ya'qub. Bani Israil adalah turunan nabi Ya'qub;
sekarang terkenal dengan bangsa Yahudi.
 [42] Janji Bani Israil kepada Tuhan ialah: bahwa mereka akan menyembah Allah dan
tidak mempersekutukan-Nya dengan sesuatu apapun, serta beriman kepada rasul-rasul-
Nya di antaranya nabi Muhammad s.a.w. sebagaimana yang tersebut di dalam Taurat.

4. Raja’
Bahwasanya seseorang mengetahui makna dari kalimat ini maka ia akan senantiasa berada
dalam keikhlasan dala segala aspek kehidupannya dan dalam artian ia tidak mengharapkan
pamrih/imbalan apapun.

QS. Alam Nasyrah : 8


   
Dan Hanya kepada Tuhanmulah hendaknya kamu berharap. (QS. 94 : 8)

QS. At-Taubah : 18
    
  
  
    
    
   
Hanya yang memakmurkan masjid-masjid Allah ialah orang-orang yang beriman kepada
Allah dan hari Kemudian, serta tetap mendirikan shalat, emnunaikan zakat dan tidak
takut (kepada siapapun) selain kepada Allah, Maka merekalah orang-orang yang
diharapkan termasuk golongan orang-orang yang mendapat petunjuk.(QS. 9 : 18)

5. Tawakkal
Bahwasanya diantara syirik terbesar adalah diantaranya yaitu syirik tawakkal, begitupula
dengan masalah rezeki. Dimana dikatakan bahwasanya rezeki itu berasal dari usaha kita
sendiri bukan berasal dari Allah maka itu termasuk dari pemahaman yang sangat salah
adanya.

Rasulullah bersabda : ”Seandainya kalian bertawakkal kepada Allah dengan sesungguhnya,


niscaya Allah akan membeerikan rezeki kepada kalian sebagaimana yang engkau butuhkan,
bagaikan burung yang keluar tiap pagi dalam keadaan lapar dan pulang dalam keadaan perut
yang buncit karena kenyang”.

QS. Al Mumtahanah : 4
     
   
  
   
    
  
 
   
   
   
      
   
   
Sesungguhnya Telah ada suri tauladan yang baik bagimu pada Ibrahim dan orang-orang
yang bersama dengan Dia; ketika mereka Berkata kepada kaum mereka: "Sesungguhnya
kami berlepas diri daripada kamu dari daripada apa yang kamu sembah selain Allah, kami
ingkari (kekafiran)mu dan Telah nyata antara kami dan kamu permusuhan dan kebencian
buat selama-lamanya sampai kamu beriman kepada Allah saja. kecuali perkataan Ibrahim
kepada bapaknya[1470]: "Sesungguhnya Aku akan memohonkan ampunan bagi kamu dan
Aku tiada dapat menolak sesuatupun dari kamu (siksaan) Allah". (Ibrahim berkata): "Ya
Tuhan kami Hanya kepada Engkaulah kami bertawakkal dan Hanya kepada Engkaulah
kami bertaubat dan Hanya kepada Engkaulah kami kembali."(QS. 60 : 4)

Keterangan :
 [1470] Nabi Ibrahim pernah memintakan ampunan bagi bapaknya yang musyrik kepada
Allah : Ini tidak boleh ditiru, Karena Allah tidak membenarkan orang mukmin memintakan
ampunan untuk orang-orang kafir (lihat surat An Nisa ayat 48).
6. Do’a
Dalam artian meminta. Dikatakan bahwasanya, Orang musyrikin itu menentang Rasulullah
bukan karena persoalan kalimat tersebut akan tetapi makna dari kalimat itulah yang
menjadikan orang musyrikin berbuat demikian.

QS. Al Mu’minun : 109 dan 118


    
  
   
  
Sesungguhnya, ada segolongan dari hamba-hamba-Ku berdoa (di dunia): "Ya Tuhan kami,
kami Telah beriman, Maka ampunilah kami dan berilah kami rahmat dan Engkau adalah
pemberi rahmat yang paling baik.(QS. 23 : 109)
    
  
Dan Katakanlah: "Ya Tuhanku berilah ampun dan berilah rahmat, dan Engkau adalah
pemberi rahmat yang paling baik."(QS. 23 : 118)

7. Mahabba (cinta)
Bahwasanya : Mencintai sesuatu karena ia dicintai oleh Allah dan mencintai siapa yang
mencintai Allah makaa itulah adalah mahabbah yang tertinggi.
Tingkatan dari Mahabbah yaitu :
a. Mahabbah kepada Allah
b. Mahabbaturrasul
c. Mahabbah Jihad

Jika kita mencintai orang tua ataupun teman lainnya melebihi cinta kita kepada Allah maka
kita termasuk dari golongan-golongan orang Fasik.
QS. Al Baqarah : 165
     
   
    
     
   
    
   
Dan diantara manusia ada orang-orang yang menyembah tandingan-tandingan selain
Allah; mereka mencintainya sebagaimana mereka mencintai Allah. adapun orang-orang
yang beriman amat sangat cintanya kepada Allah. dan jika seandainya orang-orang yang
berbuat zalim itu[106] mengetahui ketika mereka melihat siksa (pada hari kiamat),
bahwa kekuatan itu kepunyaan Allah semuanya, dan bahwa Allah amat berat siksaan-
Nya (niscaya mereka menyesal). (QS. 2 : 165)

Keterangan :
 [106] Yang dimaksud dengan orang yang zalim di sini ialah orang-orang yang
menyembah selain Allah.
QS. At Taubah : 24
   
 
 
 
  
  
   
  
   
    
  
Katakanlah: "Jika bapa-bapa , anak-anak , saudara-saudara, isteri-isteri, kaum
keluargamu, harta kekayaan yang kamu usahakan, perniagaan yang kamu khawatiri
kerugiannya, dan tempat tinggal yang kamu sukai, adalah lebih kamu cintai dari Allah
dan RasulNya dan dari berjihad di jalan nya, Maka tunggulah sampai Allah
mendatangkan Keputusan NYA". dan Allah tidak memberi petunjuk kepada orang-orang
yang fasik.(QS. 9 : 24)

8. Berlindung
Dalam artian kita meminta perlindungan hanya kepada Allah dari segala sesuatu yang ada
dimuka bumi ini.

QS. An Nahl : 98
   
    
Apabila kamu membaca Al Quran hendaklah kamu meminta perlindungan kepada Allah
dari syaitan yang terkutuk.(QS. 16 : 98)

QS. Al Jin : 6
    
   
  
Dan bahwasanya ada beberapa orang laki-laki di antara manusia meminta
perlindungan[1523] kepada beberapa laki-laki di antara jin, Maka jin-jin itu menambah
bagi mereka dosa dan kesalahan.(QS. 72 : 6)

Keterangan :
 [1523] Ada di antara orang-orang Arab bila mereka melintasi tempat yang sunyi, Maka
mereka minta perlindungan kepada jin yang mereka anggap Kuasa di tempat itu.

9. Meminta tolong
QS. Al Faatihah : 5
    
Hanya Engkaulah yang kami sembah[6], dan Hanya kepada Engkaulah kami meminta
pertolongan[7].(QS. 1 : 5)

Keterangan :
 [6] Na'budu diambil dari kata 'ibaadat: kepatuhan dan ketundukkan yang ditimbulkan oleh
perasaan terhadap kebesaran Allah, sebagai Tuhan yang disembah, Karena
berkeyakinan bahwa Allah mempunyai kekuasaan yang mutlak terhadapnya.
 [7] Nasta'iin (minta pertolongan), terambil dari kata isti'aanah: mengharapkan bantuan
untuk dapat menyelesaikan suatu pekerjaan yang tidak sanggup dikerjakan dengan
tenaga sendiri.

QS. Al Maidah : 55
   
  
  
   
Sesungguhnya penolong kamu hanyalah Allah, Rasul-Nya, dan orang-orang yang
beriman, yang mendirikan shalat dan menunaikan zakat, seraya mereka tunduk (kepada
Allah).(QS. 5 : 55)

10. Berhukum dengan hukum-Nya


QS. Al Maidah : 44, 45, dan 47
   
    
  
  
  
    
    
  
     
   
   
Sesungguhnya kami Telah menurunkan Kitab Taurat di dalamnya (ada) petunjuk dan
cahaya (yang menerangi), yang dengan Kitab itu diputuskan perkara orang-orang Yahudi
oleh nabi-nabi yang menyerah diri kepada Allah, oleh orang-orang alim mereka dan
pendeta-pendeta mereka, disebabkan mereka diperintahkan memelihara kitab-kitab Allah
dan mereka menjadi saksi terhadapnya. Karena itu janganlah kamu takut kepada
manusia, (tetapi) takutlah kepada-Ku. dan janganlah kamu menukar ayat-ayat-Ku
dengan harga yang sedikit. barangsiapa yang tidak memutuskan menurut apa yang
diturunkan Allah, Maka mereka itu adalah orang-orang yang kafir.(QS. 5 : 44)

   


  
  
  
   
    
      
   

Dan kami Telah tetapkan terhadap mereka di dalamnya (At Taurat) bahwasanya jiwa
(dibalas) dengan jiwa, mata dengan mata, hidung dengan hidung, telinga dengan telinga,
gigi dengan gigi, dan luka luka (pun) ada kisasnya. barangsiapa yang melepaskan (hak
kisas) nya, Maka melepaskan hak itu (menjadi) penebus dosa baginya. barangsiapa tidak
memutuskan perkara menurut apa yang diturunkan Allah, Maka mereka itu adalah
orang-orang yang zalim.(QS. 5 : 45)

   


      
    
 
Dan hendaklah orang-orang pengikut Injil, memutuskan perkara menurut apa yang
diturunkan Allah didalamnya[419]. barangsiapa tidak memutuskan perkara menurut apa
yang diturunkan Allah, Maka mereka itu adalah orang-orang yang fasik[420].(QS. 5 : 47)

Keterangan :
 [419] Pengikut pengikut Injil itu diharuskan memutuskan perkara menurut apa yang
diturunkan Allah didalam Injil itu, sampai pada masa diturunkan Al Quran.
 [420] Orang yang tidak memutuskan perkara menurut hukum Allah, ada tiga macam: a.
Karena benci dan ingkarnya kepada hukum Allah, orang yang semacam Ini kafir (surat Al
Maa-idah ayat 44). b. Karena menurut hawa nafsu dan merugikan orang lain dinamakan
zalim (surat Al Maa-idah ayat 45). c. Karena fasik sebagaimana ditunjuk oleh ayat 47
surat ini.
QS. An Nisaa : 65
    
   
     
  
 
Maka demi Tuhanmu, mereka (pada hakekatnya) tidak beriman hingga mereka
menjadikan kamu hakim terhadap perkara yang mereka perselisihkan, Kemudian mereka
tidak merasa dalam hati mereka sesuatu keberatan terhadap putusan yang kamu berikan,
dan mereka menerima dengan sepenuhnya.(QS. 4 : 65)

QS. Yusuf : 40
    
  
    
       
     
  
   
 
Kamu tidak menyembah yang selain Allah kecuali Hanya (menyembah) nama-nama yang
kamu dan nenek moyangmu membuat-buatnya. Allah tidak menurunkan suatu
keteranganpun tentang nama-nama itu. Keputusan itu hanyalah kepunyaan Allah. dia
Telah memerintahkan agar kamu tidak menyembah selain Dia. Itulah agama yang lurus,
tetapi kebanyakan manusia tidak mengetahui."(QS. 12 : 40)

QS. Al An’am : 114


    
   
   
   
     
.  
Maka patutkah Aku mencari hakim selain daripada Allah, padahal dialah yang Telah
menurunkan Kitab (Al Quran) kepadamu dengan terperinci? orang-orang yang Telah
kami datangkan Kitab kepada mereka, mereka mengetahui bahwa Al Quran itu
diturunkan dari Tuhanmu dengan sebenarnya. Maka janganlah kamu sekali-kali
termasuk orang yang ragu-ragu.(QS. 6 : 114)

QS. Al Ahzab : 36
    
    
    
    
    

Dan tidaklah patut bagi laki-laki yang mukmin dan tidak (pula) bagi perempuan yang mukmin,
apabila Allah dan rasul-Nya Telah menetapkan suatu ketetapan, akan ada bagi mereka pilihan
(yang lain) tentang urusan mereka. dan barangsiapa mendurhakai Allah dan rasul-Nya Maka
sungguhlah dia Telah sesat, sesat yang nyata.(QS. 33 : 36)
Kesepuluh poin tersebut menyimpulkan bahwa konsekuensi adalah beribadah hanya kepada-Nya
dan tidak mensyerikatkan-Nya dengan sesuatu.
QS. Al Faatihah : 5
    
Hanya Engkaulah yang kami sembah[6], dan Hanya kepada Engkaulah kami meminta
pertolongan[7].(QS. 1 :5)

Keterangan :
 [6] Na'budu diambil dari kata 'ibaadat: kepatuhan dan ketundukkan yang ditimbulkan oleh
perasaan terhadap kebesaran Allah, sebagai Tuhan yang disembah, Karena berkeyakinan
bahwa Allah mempunyai kekuasaan yang mutlak terhadapnya.
 [7] Nasta'iin (minta pertolongan), terambil dari kata isti'aanah: mengharapkan bantuan untuk
dapat menyelesaikan suatu pekerjaan yang tidak sanggup dikerjakan dengan tenaga sendiri.

QS. Adz Dzaariyat : 56


    
 
Dan Aku tidak menciptakan jin dan manusia melainkan supaya mereka mengabdi kepada-Ku.

QS. An Nisaa : 36
    
   
  
 
  
  
  
      
     
Sembahlah Allah dan janganlah kamu mempersekutukan-Nya dengan sesuatupun. dan
berbuat baiklah kepada dua orang ibu-bapa, karib-kerabat, anak-anak yatim, orang-orang
miskin, tetangga yang dekat dan tetangga yang jauh[294], dan teman sejawat, ibnu
sabil[295] dan hamba sahayamu. Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang
sombong dan membangga-banggakan diri,(QS. 4 : 36)

Keterangan :
 [294] Dekat dan jauh di sini ada yang mengartikan dengan tempat, hubungan kekeluargaan,
dan ada pula antara yang muslim dan yang bukan muslim.
 [295] Ibnus sabil ialah orang yang dalam perjalanan yang bukan ma'shiat yang kehabisan
bekal. termasuk juga anak yang tidak diketahui ibu bapaknya.

QS. At Taubah : 31
 
   
   
   
       
   
Mereka menjadikan orang-orang alimnya dan rahib-rahib mereka sebagai Tuhan selain
Allah[639] dan (juga mereka mempertuhankan) Al masih putera Maryam, padahal mereka
Hanya disuruh menyembah Tuhan yang Esa, tidak ada Tuhan (yang berhak disembah) selain
Dia. Maha Suci Allah dari apa yang mereka persekutukan.(QS. 9 : 31)

Keterangan :
 [639] Maksudnya: mereka mematuhi ajaran-ajaran orang-orang alim dan rahib-rahib mereka
dengan membabi buta, biarpun orang-orang alim dan rahib-rahib itu menyuruh membuat
maksiat atau mengharamkan yang halal.

2 bentuk kesyirikan yang terjadi yaitu :


a. Berbilang ilah selain Allah
b. Mengikuti sesuatu selain Allah shga berhukum selain Allah adlh Musyrik.

Ayat yag diturunkan oleh Allah dlm firman_Nya sesungguhnya berkonsentrasi pada 2 hal yaitu :
a. Taujihul ibadatullahi wahdah yaitu mengarahkan ibadah hanya kpd Allah.
b. AL ’ittiba’ ma’asyarullah yaitu mengikuti apa yang diturunkan Allah.

V. Syarat-Syarat Syahadat Laa Ilaaha Illallah


1. Ilmu yang menafikan (meniadakan) jahl (kebodohan)
QS. Al Hajj : 54
  
    
   
    
   
 
Dan agar orang-orang yang Telah diberi ilmu, meyakini bahwasanya Al Quran Itulah
yang hak dari Tuhan-mu lalu mereka beriman dan tunduk hati mereka kepadanya dan
Sesungguhnya Allah adalah pemberi petunjuk bagi orang-orang yang beriman kepada
jalan yang lurus.(QS. 22 : 54)

QS. Muhammad : 19
     
 
  
  
 
Maka Ketahuilah, bahwa Sesungguhnya tidak ada Ilah (sesembahan, Tuhan) selain Allah
dan mohonlah ampunan bagi dosamu dan bagi (dosa) orang-orang mukmin, laki-laki dan
perempuan. dan Allah mengetahui tempat kamu berusaha dan tempat kamu tinggal.

2. Yakin yang menafikan syak (keraguan)


QS. Al Hujuraat : 15
  
   
  
  
    
 
Sesungguhnya orang-orang yang beriman itu hanyalah orang-orang yang percaya
(beriman) kepada Allah dan Rasul-Nya, Kemudian mereka tidak ragu-ragu dan mereka
berjuang (berjihad) dengan harta dan jiwa mereka pada jalan Allah. mereka Itulah orang-
orang yang benar.(QS. 49 : 15)

3. Qabul (menerima) yang menafikan radd (penolakan)


QS. Ash Shaaffat : 35-36
    
    
  
   
Sesungguhnya mereka dahulu apabila dikatakan kepada mereka: "Laa ilaaha illallah"
(Tiada Tuhan yang berhak disembah melainkan Allah) mereka menyombongkan diri, Dan
mereka berkata: "Apakah Sesungguhnya kami harus meninggalkan sembahan-sembahan
kami Karena seorang penyair gila?"

4. Inqiyad (patuh) yang menafikan tark (meninggalkan)


QS. Luqman : 22
     
   
   
   
Dan barangsiapa yang menyerahkan dirinya kepada Allah, sedang dia orang yang berbuat
kebaikan, Maka Sesungguhnya ia Telah berpegang kepada buhul tali yang kokoh. dan
Hanya kepada Allah-lah kesudahan segala urusan.

5. Ikhlash yang menafikan syirik


QS. Az Zumar : 2
   
   
  
Sesunguhnya kami menurunkan kepadamu Kitab (Al Quran) dengan (membawa)
kebenaran. Maka sembahlah Allah dengan memurnikan ketaatan kepada-Nya.

6. Shidiq (jujur) yang menafikan kadzib (dusta)


QS. Al Ankabut : 1-3
    
   
     
    
  
  
Alif laam miim[1144]. (QS. 29 : 1)
Apakah manusia itu mengira bahwa mereka dibiarkan (saja) mengatakan: "Kami Telah
beriman", sedang mereka tidak diuji lagi? Dan Sesungguhnya kami Telah menguji orang-
orang yang sebelum mereka, Maka Sesungguhnya Allah mengetahui orang-orang yang
benar dan Sesungguhnya dia mengetahui orang-orang yang dusta. (QS. 29 : 3)
Keterangan :
 [1144] ialah huruf-huruf abjad yang terletak pada permulaan sebagian dari surat-surat Al
Quran seperti: Alif laam miim, Alif laam raa, Alif laam miim shaad dan sebagainya. diantara
ahli-ahli tafsir ada yang menyerahkan pengertiannya kepada Allah Karena dipandang
termasuk ayat-ayat mutasyaabihaat, dan ada pula yang menafsirkannya. golongan yang
menafsirkannya ada yang memandangnya sebagai nama surat, dan ada pula yang
berpendapat bahwa huruf-huruf abjad itu gunanya untuk menarik perhatian para Pendengar
supaya memperhatikan Al Quran itu, dan untuk mengisyaratkan bahwa Al Quran itu diturunkan
dari Allah dalam bahasa Arab yang tersusun dari huruf-huruf abjad. kalau mereka tidak
percaya bahwa Al Quran diturunkan dari Allah dan Hanya buatan Muhammad s.a.w. semata-
mata, Maka cobalah mereka buat semacam Al Quran itu.

QS. Al Baqarah : 8-10


    
  
    
   
   
    
    
   
 
Di antara manusia ada yang mengatakan: "Kami beriman kepada Allah dan hari
kemudian[22]," pada hal mereka itu Sesungguhnya bukan orang-orang yang beriman. (QS.
2 : 8) Mereka hendak menipu Allah dan orang-orang yang beriman, padahal mereka
Hanya menipu dirinya sendiri sedang mereka tidak sadar. (QS. 2 : 9)
Dalam hati mereka ada penyakit[23], lalu ditambah Allah penyakitnya; dan bagi mereka
siksa yang pedih, disebabkan mereka berdusta. (QS. 2 : 10)

Keterangan :
 [22] Hari kemudian ialah: mulai dari waktu mahluk dikumpulkan di padang mahsyar sampai
waktu yang tak ada batasnya.
 [23] Yakni keyakinan mereka terdahap kebenaran nabi Muhammad s.a.w. lemah. Kelemahan
keyakinan itu, menimbulkan kedengkian, iri-hati dan dendam terhadap nabi s.a.w., agama dan
orang-orang Islam.

7. Mahabba (kecintaan) yang menafikan kebencian


QS. Al Baqarah : 165
     
   
    
     
   
    
   
Dan perumpamaan orang-orang yang membelanjakan hartanya Karena mencari keridhaan
Allah dan untuk keteguhan jiwa mereka, seperti sebuah kebun yang terletak di dataran
Tinggi yang disiram oleh hujan lebat, Maka kebun itu menghasilkan buahnya dua kali
lipat. jika hujan lebat tidak menyiraminya, Maka hujan gerimis (pun memadai). dan Allah
Maha melihat apa yang kamu perbuat.(QS. 2 : 165)

Maraji’ :
1. Ma’na Laa Ilaaha Illallah ( Syaikh Saleh Al Fauzan)
2. Koreksi Teradap Pemahaman Laa Ilaaha Illallah (Muhammad Qutb)
3. Kitab Tauhid ( Syaikh Saleh Al Fauzan)

Anda mungkin juga menyukai