Anda di halaman 1dari 26

MAKALAH

“ Materi SKU : ISLAM”

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Dalam Pencapaian


Penegak Laksana, Ambalan Cocos Nuciefera
Pangkalan MAS DDI Baru-Baru Tanga
01.015-01.016

NAMA : PUTRA ARDIANSYAH

SANGGA : PENDOBRAK

PARAF PENGUJI
POINT 1 :

ISLAM

1. Dapat Menjelaskan makna Rukun Iman dan Rukun Islam di muka muka Pasukan
Penggalang atau Ambalan Penegak
A. Rukun Iman
 Pengertian Iman
Iman menurut bahasa adalah memebenarkan. Adapun menurut istilah syari’at
yaitu meyakini dengan hati,mengucapkan dengan lisan dan membuktikannya
dalam amal perbuatan yang terdiri dari tujuh puluh hingga tujuh puluh
sembilan cabang. Yang tertinggi adalah ucapan “Laa ilaaha illallaaha” dan
yang terendah adalah menyingkirkan gangguan dari jalan yang mengganggu
orang yang sedang berjalan,baik berupa batu,duri,barang bekas,sampah ,dan
sesuatu yang berbau tak sedap atau semisalnya.

Rasulullah SAW. Bersabda :


“Iman lebih dari tujuh puluh atau enam puluh cabang, paling utamanya
perkataan Laa ilaaha illallaaha dan yang paling rendahnya menyingkirkan
gangguan dari jalan, dan malu merupakan cabang dari keimanan.”

Secara pokok iman memiliki enam rukun sesuai dengan yang disebutkan
dalam hadist Jibril tatkala  bertanya kepada  Nabi Saw. tentang iman, lalu
beliau menjawab, “Iman adalah engkau percaya kepada Allah, para
malaikatNya, kitab-kitabNya, para RasulNya, hari akhir, dan percaya kepada
takdirNya, yang baik dan yang buruk.”

Adapun cakupan dan jenisnya, keimanan mencakup seluruh bentuk amal


kebaikan yang kurang lebih ada tujuh puluh tiga cabang. Karena itu Allah
menggolongkan dan menyebut ibadah shalat dengan sebutan iman dalam
FirmanNya,
“Dan Allah tidak akan menyia-menyiakan imanmu”
Para ahli tafsir menyatakan, yang dimaksud ‘imanmu’ adalah shalatmu tatkala
engkau menghadap ke arah baitul maqdis, karena sebelum turun perintah
shalat menghadap ke Baitullah (Ka’bah) para sahabat mengahadap ke Baitul
Maqdis.
 Rukun Iman Ada 6 Perkara
1. Iman kepada Allah.
Tidaklahseseorang dikatakan berimanlla kepada Allah hingga dia
mengimani 4 perkara:
a. Mengimani adanya Allah Ta’ala.
b. Mengimani rububiah Allah, bahwa tidak ada yang mencipta,
menguasai, dan mengatur alam semesta kecuali Allah.
c. Mengimani uluhiah Allah, bahwa tidak ada sembahan sembahan yang
berhak disembah selain Allah dan mengingkari semua sembahan selain
Allah Ta’ala.
d. Mengimani semua nama dan sifat Allah yang telah tetapkan untuk
diriNya dan yang  NabiNya SAW. untuk Allah, serta menjauhi ta’thil,
tahrif, takyif, dan tamtsil.
2. Iman kepada para malaikat malaikat Allah.
Maksudnya kita wajib membenarkan bahwa para malaikat itu ada
wujudnya dimana Allah Ta’ala menciptakan mereka dari cahaya. Mereka
adalah menciptakan mereka dari cahaya. Mereka adalah makhluk dan
hamba Allah yang selalu patuh dan  beribadah kepadaNya. Allah SWT.
Berfirman dalam QS. AL-Anbiya’:19-20,yang artinya:
“Dan malaikat-malaikat yang di sisi-Nya, mereka tiada mempunyai rasa
angkuh untuk menyembah-Nya dan tiada (pula) merasa letih. Mereka
selalu selalu bertasbih malam dan siang tiada bertasbih malam dan siang
tiada henti-hentinya.” 
Kita wajib mengimani secara rinci setiap malaikat yang kita ketahui
namanya seperti Jibril, Mikail, dan Israfil. Adapun yang kita tidak ketahui
namanya maka kita mengimani mereka secara global. Di antara bentuk
beriman kepada mereka adalah mengimani setiap tugas dan amalan
mereka yang tersebut dalam Al-Qur’an dan hadits yang shahih, seperti
mengantar wahyu, menurunkan hujan, mencabut nyawa, dan seterusnya.
3. Iman kepada kitab kitab Allah.
Yaitu kita mengimani bahwa seluruh kitab Allah adalah kalamNya, dan
kalamullah bukanlah makhluk karena kalam merupakan sifat Allah dan
sifat Allah bukanlah makhluk. Kita juga wajib mengimani secara
terperinci semua kitab yang namanya disebutkan dalam Al-Qur’an seperti
taurat, injil, zabur, suhuf Ibrahim, dan suhuf Musa. Sementara yang tidak
kita ketahui namanya maka kita mengimani secara global bahwa Allah
SWT. mempunyai kitab lain selain daripada yang diterangkan kepada kita.
Secara khusus tentang Al-Qur’an, kita wajib mengimani bahwa dia
merupakan penghapus hukum dari semua kitab suci yang turun
sebelumnya.
4. Iman kepada para nabi dan rasul Allah.
Yaitu mengimani bahwa ada di antara laki-laki dari kalangan manusia
yang Allah Ta’ala pilih sebagai perantara antara diriNya dengan para
makhluknya. Akan tetapi mereka semua tetaplah merupakan manusia
biasa yang sama sekali tidak mempunyai sifat-sifat dan hak-hak
ketuhanan, karenanya menyembah para nabi dan dan rasul adalah
kebatilan yang nyata.
Wajib mengimani bahwa semua wahyu nabi dan rasul itu adalah benar dan
bersumber dari Allah SWT. Karenanya siapa saja yang mendustakan
kenabian salah seorang di antara mereka maka sama saja dia telah
mendustakan seluruh nabi lainnya. Karenanya Allah SWT. mengkafirkan
Yahudi dan Nashrani tatkala tidak beriman kepada Muhammad SAW. Dan
Allah mendustakan keimanan mereka kepada Musa dan Isa as., karena
mereka tidak  beriman kepada Muhammad SAW.
Juga wajib mengimani secara terperinci setiap nabi dan rasul yang kita
ketahui namanya. Sementara yang tidak kita ketahui namanya maka kita
wajib mengimaninya secara global. Allah SWT.berfirman di dalam QS.
Ghafir:78,yang artinya : “Dan sesungguhnya telah kami utus beberapa
orang rasul sebelum kamu, di antara mereka ada kamu, di antara mereka
ada  yang kami beritakan kepadamu dan di antara mereka ada (pula) yang
tidak kami beritakan kepadamu.” 
5. Iman kepada hari akhir.
Dikatakan hari akhir karena dia adalah hari terakhir bagi dunia ini, tidak
ada lagi hari keesokan harinya. Hari akhir adalah hari dimana Allah
mewafatkan seluruh makhluk yang masih hidup ketika itu kecuali yang
Allah perkecualikan, lalu mereka semua dibangkitkan untuk
mempertanggung jawabkan amalan mereka. Allah SWT. Berfirman dalam
QS. Al-Anbiya’:104,yang artinya :
“Sebagaimana kami telah memulai penciptaan pertama begitulah kami
akan mengulanginya, janji dari kami, sesungguhnya kami pasti akan
melakukannya.” Ini makna hari akhir secara khusus, walaupun sebenarnya
beriman kepada akhir itu mencakup 3 perkara, dimana siapa saja yang
mengingkari salah satunya maka hakikatnya dia tidak beriman kepada hari
akhir. Ketiga perkara itu adalah :
a. Mengimani semua yang terjadi di alam barzakh yaitu alam di antara
dunia dan akhirat berupa fitnah kubur oleh malaikat, nikmat kubur
bagi yang lulus dari fitnah, dan siksa kubur bagi yang tidak selamat
darinya.  
b. Mengimani tanda-tanda hari kiamat, baik tanda-tanda kecil yang
jumlahnya puluhan, maupun tanda-tanda besar yang para ulama
sebutkan jumlahnya ada 10. Di antaranya: Munculnya Imam Mahdi,
keluarnya Dajjal, turunnya Nabi Isa as., keluarnya Ya’juj dan Ma’jun,
dan seterusnya hingga terbitnya matahari dari sebelah barat.
c. Mengimani semua yang terjadi setelah kebangkitan. Dan kejadian ini
kalau mau diruntut sebagai berikut: Kebangkitan lalu berdiri di Padang
Mahsyar, lalu telaga, lalu hisab (tanya jawab dan pembagian kitab),
mizan (penimbangan amalan), sirath, neraka, qintharah (titian kedua
setelah shirath), dan terakhir surga.
6. Beriman kepada takdir yang baik dan yang buruk.
Maksudnya kita wajib mengimani bahwa semua yang Allah takdirkan,
apakah kejadian yang baik maupun yang buruk, , semua itu berasal dari
Allah SWT. Beriman kepada takdir Allah tidak teranggap sempurna
hingga mengimani 4 perkara :
a. Mengimani bahwa Allah SWT. Mengimani segala sesuatu kejadian,
yang baik maupun yang  buruk. Bahwa  Allah mengetahui semua
kejadian yang telah berlalu, yang sedang terjadi, yang  belum terjadi,
dan semua kejadian yang tidak terjadi seandainya terjadi maka Allah
tahu  bagaimana kejadiannya.
Allah SWT. Berfirman dalam QS.At-Thalaq:12,yang artinya :
“Agar kamu mengetahui bahwasanya Allah Maha kuasa atas segala
sesuatu, dan sesungguhnya Allah ilmu-Nya benar-benar meliputi
segala sesuatu.”
b. Mengimani bahwa Allah SWT.telah menuliskan semua takdir makhluk
di lauh Al-Mahhfuzh, 50.000 tahun sebelum Dia menciptakan langit
dan bumi. Dari ‘Abdullah bin ‘Amr bin Al-Ash ra.dia berkata: Saya
pernah mendengar Rasulullah SAW.bersabda,yang artinya :
“Allah telah menuliskan takdir bagi semua makhluk 50.000 tahun
sebelum Allah menciptakan langit dan bumi.” HR. Muslim no.4797
c. Mengimani bahwa tidak ada satupun gerakan dan diamnya makhluk di
langit dan bumi, dan di seluruh alam semesta kecuali semua baru
terjadi setelah Allah menghendaki. Tidaklah makhluk  bergerak
kecuali dengan kehendak dan izin-Nya, sebagaimana tidaklah mereka
diam dan tidak  bergerak kecuali setelah ada kehendak dan izin dari-
Nya.
Allah SWT.berfirman, yang artinya: “Dan kamu tidak dapat
menghendaki (mengerjakan sesuatu) kecuali apabila dikehendaki
Allah, Tuhan semesta alam.”(QS. At-Takwir : 29)
d. Mengimani bahwa seluruh makhluk tanpa terkecuali, zat mereka
beserta seluruh sifat dan perbuatan mereka   adalah makhluk ciptaan
Allah.
Allah SWT.berfirman,yang artinya : “Allah menciptakan segala
sesuatu” (QS. Az-Zumar :62)
2. Dapat Menjelaskan Rukun Shalat dan Dapat Mendirikan Sholat Sunnah
Rukun Sholat ada 13 yaitu :
1. Niat menurut syara’menyengaja sesuatu perbuatan, karena mengikuti perintah Allah
SWT, agar di ridhoi-Nya inilah yang dinamakan ikhlas. Maka orang yang
melaksanakan sholat hendaklah dia sengaja mengerjakannya sholat, karena mengikuti
perintah Allah SWT.semata-mata agar mendapatkan keridoan-Nya. Firman Allah
SWT.Surah Al Bayinah ayat 5 artinya "Padahal mereka tidak diperintahkan
melainkan supaya menyembah Allah dengan mengikhlaskan ibadah kepadaNya, lagi
tetap teguh di atas tauhid dan supaya mereka mendirikan sholat serta memberi zakat.
Dan yang demikian itulah Agama yang benar".
2. Berdiri tegak pada sholat fardhu bagi yang mampu, Sabda Rasulullah SAW.artinya
“berkata Amran bin Husban, saya berpenyakit wasir, maka saya bertanya kepada
Nabi Muhammad SAW.tentang sholat, berliau berkata, Sholatlah berdiri, kalau tidak
mampu sholat duduk, kalau tidak mampu sholatlah berbaring, kalau tidak mampu
juga sholatlah menelentang. Allah tidak memberati seseorang melainkan
semampunya. (HR. Bukhari dan Nasai)
3. Takbiiratul-ihraam yaitu ucapan: ‘Allahu Akbar’ tidak boleh dengan ucapan lain.
Dalilnya hadits Rasulullah SAW.”Kunci sholat itu wudlhu’ permulaannya takbir dan
penghabisannya salam. (HR. Abu Daud dan Tirmidzi).
4. Membaca Al-Fatihah. Membaca Al-Fatihah adalah rukun pada tiap roka’at
sebagaimana dalam hadits. Rasulullah SAW.” Tidaklah sah sholat bagi seseorang
yang tidak membaca surat Al-Fatihah. (HR. Bukhari).
5. Ruku’ Sabda Rasul SAW. “Kemudian ruku’lah engkau hingga engkau  berhenti
seketika. (HR. Bukhari dan Muslim).
6. I’tidal setelah ruku’ Sabda Rasul SAW. “Kemudian bangkitlah sehingga berdiri benar
kembali”. (HR. Bukhari dan Muslim).
7. Sujud dengan tujuh anggota tubuh, Sabda Rasulullah SAW. “Saya disuruh supaya
sujud denga tujuh tulang yaitu :Muka, dua telapak tangan, dua lutut dan ujun dua
telapak kaki.”(HR. Bukhari dan Muslim) Sabda Rasulullah SAW. “Sujudlah engkau
hingga berhenti seketika, kemudian bangkitlah engkau hingga berhenti seketika,
kemudian sujudlah engkau hingga berhenti seketika”,(HR. Bukhari dan Muslim).
8. Duduk di antara dua sujud. Dalil dari rukun-rukun ini adalah firman Allah
SWT.wahai orang-orang yang beriman ruku’lah dan sujudlah.
9. Duduk tasyahud akhir yaitu duduk ifti-rasy, kaki kanan ditegakkan dengan jari- jari
kaki kaki menghadap ke arah kiblat.
10. Tasyahhud akhir. Tasyahhud akhir termasuk rukun sholat sesuai hadits dari Ibnu
Mas’ud ra. ia berkata Tadinya sebelum diwajibkan tasyahhud atas kami mengucapkan
:At tahiyyaatu lillaah, wash shalawaatu waththayibaatu, assalaamu’alaika ayyuhan
nabiyyu wa rahmatullaahi wa barakaatuh, assalaamu’alainaa ‘a’ala ibaadillahis
shaalihiin, asyhadu anlaa ilaaha illallaah, wa asyhadu anna Muhammadan ‘abduhu wa
rasuuluh,
11. Sholawat atas Nabi SAW. Sebagaimana dalam sabda Rasulullah SAW, dari Ibnu
Mas’ud dari Nabi Muhammad SAW. “Apabil salah seseorang dari kalian sholat telah
membaca tasyahud dalam sholat, hendaklah dibacanya. allahumma sholli ala..........
( HR. Bukhari dan Hakim). Sabda Rasulullah SAW.: Allaahumma shalli ‘alaa
Muhammadin wa’alaa aali Muhammadin, kamaa shallaita ‘alaa Ibraahim wa’alaa aali
Ibrahim, wabaarik’ ‘alaa Muhammadin,kamaa barakta ‘alaa Ibrahima wa’alaa aali
Ibrahiim,fil alamiina innaka hamiidun majid.”(HR. Ahmad,Muslim, dan An Nasai
dan Tirmidzi).
12. Dua kali salam. Sesuai sabda Rasulullah SAW, “permulaan sholat itu takbir dan
penghabisannya ialah salam”. (HR. Abu Daud dan Tirmidzi).
13. Tertib antara tiap rukun. Artinya meletakkan tiap-tiap rukun pada tempatnya menurut
susunan yang tersebut diatas. Rasulullah SAW.bersabda “Sholatlah kamu
sebagaimana kamu lihat saya sholat”. (HR. Bukhari ).
3. Memahami Tata Cara Merawat /Mengurus Jenazah
Apabila telah nampak tanda-tanda ajal telah tiba, maka tindakan yang sunnah dilakukan
oleh orang yang menunggu adalah sebagai berikut:
1. Membaringkan muhtadlir pada lambung sebelah kanan dan menghadapkannya ke
arah kiblat, Jika tidak memungkinkan semisal karena tempatnya terlalu sempit atau
ada semacam gangguan pada lambung kanannya, maka ia dibaringkan pada lambung
sebelah kiri, dan bila masih tidak memungkinkan, maka diterlentangkan menghadap
kiblat dengan memberi ganjalan di bawah kepala agar wajahnya bisa menghadap
kiblat.
2. Membaca surah Yasin dengan suara agak keras,dan surat Ar-Ra’du dengan suara
pelan. Faedahnya adalah untuk memepermudah keluarnya ruh. Nabi
saw.bersabda,yang artinya :
“Bacakanlah surat yasin atas orang-orang (yang akan) mati kalian.” (HR. Abu
Daud)
Bila tidak bisa membaca keduanya,maka cukup membaca surat Yasin saja.
3. Mentalqin kalimat tahlil dengan santun, tanpa ada kesan memaksa. Nabi Muhammad
saw. Bersabda :
“Tuntunlah orang (yang akan) mati di antara kamu dengan ucapan laailaha
illallah”. (HR. Hakim”)
Dalam mentalqin, pentalqin (mulaqqin) tidak perlu menambah kata, kecuali mutadir
(orang yang akan mati) bukan seorang mukmin, dan ada harapan akan masuk Islam,
Talqin tidak perlu diulang kembali jika muhadlir telah mampu mengucapkannya,
selama ia tidak bebicara lagi. Sebab, tujuan talqin adalah agar kalimat tahlil menjadi
penutup kata yang terucap dari mulutnya.
4. Memberi minum apabila melihat bahwa ia menginginkannya. Sebab dalam kondisi
seperti ini, bisa saja syaitan menawarkan minuman yang akan ditukar dengan
keimanannya.
5. Orang yang menunggu tidak diperbolehkan membicarakan kejelekannya, sebab
malaikat akan mengamini perkataan mereka.

 Sesaat Setelah Ajal Tiba


Setelah muhtadir dipastikan meninggal, tindakan selanjutnya yang sunah untuk
dilakukan adalah sebagai berikut :
1. Memejamkan kedua matanya seraya membaca :
“Bismillahi wa ‘alaa millati rasuulillaahi, Allahummaghfir lahu, warhamhu,
warfa’ darajatahu fil muhdiyyiyna, wakhlufhu fii aqibihi fil gaabiriyna, waghfir
lanaa walahu yaa rabbal ‘alamiyna, wafsah lahu fii qabrihi, wanawwir lahu
fiihi”.
2. Mengikat rahangnya ke atas kepala dengan kain yang agak lebar supaya mulutnya
tidak terbuka.
3. Melemaskan sendi-sendi tulangnya dengan melipat tangan ke siku, lutut ke paha
dan paha ke perut. Setelah itu dibujurkan kembali dan jari-jari tangannya
dilemaskan bila agak terlambat sehingga tubuhnya kaku, maka boleh
menggunakan minyak atau yang lainnya untuk melemaskan sendi-sendi tulang
mayit. Faedah dari pelemasan ini adalah mempermudah proses memandikan dan
mengkafani.
4. Melepas pakaian secara perlahan,kemudian menggantinya dengan kain tipis yang
dapat menutup seluruh tubuhnya, yang ujungnya diselipkan di bawah kepala dan
kedua kakinya. Kecuali apabila ia seeding melaksanakan ihram, maka kepalanya
harus dibiarkan terbuka.
5. Meletakkan benda seberat dua puluh dirham (20x2,75 gr = 54,300 gr) atau secukupnya
di atas perutnya dengan dibujurkan dan diikat agar perutnya tidak membesar.
6. Meletakkan mayit di tempat yang agak tinggi agar tidak tersentuh kelembaban tanah
yang bisa mempercepat rusaknya badan.
7. Dihadapkan ke arah kiblat sebagaimana muhtadlir.
8. Segera melakukan perawatan pada mayit, dan melaksanakan wasiatnya.
9. Membebaskan segala tanggungan hutang dan lainnya.

 Tajhizul Jenazah (Merawat Mayit)


Tajhizul jenazah adalah merawat atau mengurus seseorang yang telah meninggal.
Perawatan di sini berhukum fardhu kifayah, kecuali bila hanya terdapat satu orang
saja, maka hukumnya fardhu ‘ain.
Hal-hal yang harus dlakukan saat merawat jenazah sebenarnya meliputi lima haL
yaitu :
1. Memandikan
2. Mengkafani
3. Menshalati
4. Membawa ke tempat pemakaman
5. Memakamkan
Namun, karena kewajiban membawa jenazah ke tempat pemakaman
merupakan kelaziman dari kewajiban memakamkannya,kebanyakan ahli fiqih
tidak mencantumkannya. Sehingga perawatan mayit hanya meliputi empat
hal, yakni memandikan, mengkafani, menshalati dan memakamkannya.
Dari keempat hal yang diwajibkan di atas, pada taraf praktek terdapat
beberapa pemilahan sebagai berikut :
1. Orang Muslim
a. Muslim yang harus dilakukan adalah :
Kewajiban yang harus dilakukan adalah :
1. Memandikan
2. Mengkafani
3. Menshalati
4. Memakamkan
b. Muslim yang syahid dunia-akhirat, mayatnya haram dimandikan dan
dishalati, sehingga kewajiban merawatnya hanya meliputi :
a. Menyempurnakan kafannya jika pakaian yang dipakainya tidak
cukup untuk menutup seluruh tubuhnya.
b. Memakamkan
2. Bayi yang terlahir sebelum usia 6 bulan (siqtu)
Dalam kitab-kitab salafaqy dikenal tiga macam kondisi bayi, yakni :
a. Lahir dalam keadaan hidup. Perawatannya sama dengan perawatan
jenazah muslim dewasa.
b. Berbetuk manusia sempurna, tapi tidak tampak tanda-tanda kehidupan.
Hal-hal yang haru dilakukan sama dengan kewajiban terhadap jenazah
muslim dewasa, selain menshalati.
c. Belum berbentuk manusia sempurna. Bayi yang demikian, tidak ada
kewajiban apapaun dalam perawatannya, akan tetapi disunahkan
membungkus dan memakamkannya.
Adapun bayi yang lahir pada usia 6 bulan lebih, baik terlahir dalam
keaadaan hidup ataupun mati, kewajiban perawatannya sama dengan
orang dewasa.
3. Orang Kafir
Dalam hal ini orang kafir dibedakan menjadi dua :
a. Kafir dzimmi (termasuk kafir muaman dan mu’ahad)
Hukum menshalati mayit kafir adalah haram, adapun hal yang harus
dilakukan pada mayat kafir dzimmi adalah mengkafani dan
memakamkan.
b. Kafir harbi dan orang murtad
Pada dasarnya tidak ada kewajiban apapun atas perawatan keduanya,
hanya saja diperbolehkan untuk mengkafani dan memakamkannya.

 Memandikan
Seperangkat peralatan yang harus disiapkan sebelum memandikan mayit
adalah daun kelor (Jawa:bidara), sabun, sampo, kaos tangan, handuk, kapur
barus, air bersih dan sebagainya.
Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam proses memandikan mayit adalah :
a) Orang yang memandikan harus sejenis
Maksudnya bila mayitnya laki-laki yang memandikan harus laki-laki
begitu pula apabil mayitnya perempuan, kecuali apabila masih ada
ikatan mahrom, suami-istri, atau mayit adalah anak kecil yang belum
menimbulkan syahwat. Bila tidak ditemukan orang yang boleh
memandikan, maka mayit cukup ditayammumi dengan ditutup semua
anggota tubuhnya selain anggota tayammum, dan yang
mentayammumi harus memakai alas tangan.
Urutan orang yang lebih utama memandikan mayit laki-laki adalah
ahli waris ashabah laki-laki, kerabat laki-laki yang lain, istri, orang
laki-laki lain. Waris ashabah yang dimaksud adalah :
1. Ayah
2. Kakek dan seterusnya
3. Anak laki-laki
4. Cucu laki-laki dan sebawahnya
5. Saudara laki-laki kandung
6. Saudara laki-laki seayah
7. Anak dari saudara laki-laki kandung
8. Anak dari saudara laki-laki seayah
9. Saudara ayah kandung
10. Saudara ayah seayah
Bagi mayit perempuan, yang paling utama memandikannya
adalah perempuan yang masih memiliki hubungan kerabat dan
ikatan mahram dengannya; seperti anak perempuan, ibu dan
saudara perempuan.
b) Orang yang memandikan dan yang membantunya memiliki sifat
amanah, dalam artian :
1. Kemampuan dalam memandikan mayit tidak diragukan lagi.
2. Apabila ia memberikan suatu kegembiraan yang tampak dari
mayit, maka beritanya dapat dipercaya. Sebaliknya, jika ia
melihat hal-hal buruk dari mayit, maka ia mampu
merahasiakannya. Nabi Muhammad saw.bersabda, yang
artinya:
“ Sebutkanlah kebaikan-kebaikan orang yang mati di
antaramu dan jagalah kejelekan-kejelekannya.” (HR. Abu
Dawud dan Tirmidzi).
Tempat Memandikan
Proses memandikan dilaksanakan pada tempat yang memenuhi kriteria
berikut:
1. Sepi, tertutup dan tidak ada orang yang masuk, kecuali orang yang
memandikan dan orang yang membantunya.
2. Ditaburi wewangian untuk mencegah bau yang keluar dari tubuh mayit.
Etika memandikan
1. Haram melihat aurat mayit, kecuali untuk kesempurnaan memandikan.
Seperti untuk memastikan bahwa yang disiramkan sudah merata, atau
untuk menghilangkan kotoran yang bisa mencegah sampainya air pada
kulit.
2. Wajib memakai alas tangan saat menyentuh aurat mayit, dan sunah
memakainya ketika menyentuh selainnya.
3. Mayit dibaringkan dan diletakkan di tempat yang agak tinggi, seperti di
atas dipan atau dipangku oleh tiga atau empat orang dengan posisi
kepala lebih tinggi dari tubuh. Hal ini untuk mencegah mayit dari
percikan air.
4. Mayit dimandikan dalam keadaan tertutup semua anggota tubuhnya.
Bila tidak memungkinkan atau mengalami kesulitan, maka cukup
menutup auratnya saja.
5. Disunahkan menutup wajah mayit mulai awal sampai selesai
memandikan.
6. Disunahkan pula memakai air dingin yang tawar, karena lebih bisa
menguatkan daya tahan tubuh mayit, kecuali jika cuaca dingin, maka
boleh memakai air hangat.
7. Menggunakan tempat air yang besar, dan diletakkan agak jauh dari
mayit.
Tata Cara Memandikan
1. Batas Minimal
Memandikan mayit sudah dianggap cukup apabila sudah melaksanakan hal-
hal berikut :
a) Menghilangkan najis yang ada pada tubuh mayit.
b) Menyiramkan air secara merata pada anggota tubuh mayit, termasuk juga
bagian farji tsayyib (kemaluan wanita yang sudah tidak perawan) yang
tampak saat duduk, atau bagian dalam alat kelamin laki-laki yang belum
dikhitan.
Catatan :
Bila terdapat najis yang sulit dihilangkan, semisal najis dibawah kuncup,
maka menurut Imam Romli, setelah mayit tersebut dimandikan, maka
langsung dikafani dan dimakamkan tanpa dishalati. Namun, menurut Ibnu
Hajar, bagian yang tidak terbasuh tersebut bisa diganti dengann
tayammum sedangkan najisnya berhukum ma’fu.
Adapun cara mentayammumkan mayit adalah sebagai berikut :
1) Meneputkan kedua tangan pada debu disertai dengan niat sebagai berikut :
“Nawaytut tayammuma listibaahatis salaati ‘an haadzal mayyiti/haadzihil
mayyitati lillaahi ta’ala”
Atau bisa juga dengan membaca :
“Nawaytut tayammuma listibaahatis salaati ‘an haadzal mayyiti/ haadzihil
mayyitati lillaahi ta’ala”
Niat ini harus terus berlangsung (istidamah) sampai kedua telapak tangan
orang tersebut mengusap wajah mayit.
2) Menepukkan kedua telapak tangan pada debu yang digunakan untuk
mengusap kedua tangan mayit, tangan kiri untuk mengusap tangan kanan
mayit, dan tangan kanan untuk mengusap tangan kitrinya.
2. Batas kesempurnaan
Memandikan mayit dianggap sempurna apabila melaksanakan hal-hal berikut:
a) Menundukkan mayit dengan posisi agak condong ke belakang.
b) Pundak mayit disanggah tangan kanan, dengan meletakkan ibu jari pada
tengkuk mayit, dan punggung mayit disanggah dengan lutut.
c) Perut mayit dipijat dengan tagan kiri scara perlahan, supaya kotoran yang
ada pada perutnya bisa keluar.
d) Mayit diletakkan kembali ke posisi terlentang, kemudian dimiringkan ke
kiri.
e) Membersihkan gigi dan kedua lubang hidung mayit, dengan jari telunjuk
tangan kiri yang beralaskan kain basah yang tidak digunakan untuk
membersikan qubul dan dubur.
f) Mewudhukan mayit. Adapun rukun dan kesunahannya sama persis dengan
menggunakan sisir yang longgar giginya, agar tidak ada rambut yang
rontok. Bila ada rambut atau jenggot yang rontok, maka wajib diambil dan
dikubur bersamanya.
Adapun niatnya adalah :
“Nawaytul wudhuw-il masnuwna lihaadzal mayyiti/ lihaadzihil mayyitati
lillahahi ta’ala”
g) Mengguyurkan air ke kepala dan jenggot mayit dengan memakai air yang
telah dicampur daun kelor atau sampo.
h) Menyisir rambut dan jenggot mayit yang tebal secara pelan-pelan, dengan
menggunakan sisir yang longgar giginya, agar tidak ada rambut yang
rontok. Bila ada rambut atau jenggot yang rontok, maka wajib diambil dan
dikubur bersamanya.
i) Mengguyur bagian depan tubuh mayit sebelah kanan, mulai leher sampai
telapak kaki, dengan memakai air yang telah dicampur daun kelor atau
sabun. Begitu pula bagian sebelah kirinya.
j) Mengguyur bagian belakang tubuh mayit sebelah kanan, dengan posisi
agak dimiringkan, mulai tengkuk, punggung sampai telapak kaki. Begitu
pula bagian sebelah kirinya.
k) Mengguyur seluruh tubuh mayit dengan menggunakan air yang jernih,
untuk membersihkan sisa-sisa daun kelor, sabun, dan sampo pada tubuh
mayit.
l) Mengguyur seluruh tubuh mayit dengan air yang dicampur sedikit kapur
barus. Dengan catatan, saat meninggal mayit tidak dalam keadaan ihram.
Saat basuhan terakhir ini, sunah membaca niat :
“Nawaytul gusla lihaadzal mayti/ haadzihil mayyitati lillaahi ta’ala”
Atau
“Nawaytul gusla listibaahatis shalaati ‘alayhi/ ‘alayha

 Mengkafani
Pada dasarnya tujuan mengkafani adalah menutup seluruh bagian tubuh
mayit. Walaupun demikian para fuqaha’ memberi batasan tertentu sesuai
dengan jenis kelamin mayit. Batasan-batasan tersebut adalah sebagai
berikut :
1. Batas Minimal
Batas minimal mengkafani mayit, baik laki-laki ataupun perempuan, adalah
selembar kain yang dapat menutupi seluruh tubuh mayit.
2. Batas Kesempurnaan
a) Bagi mayit laki-laki
Bagi mayit laki-laki yang lebih utama adalah 3 lapis kain kafan dengan
ukuran panjang dan lebar sama, dan boleh mengkafani dengan 5 lapis yang
terdiri dari 3 lapis kain kafan ditambah surban dan baju kurung, atau 2
lapis kain kafan ditambah surban, baju kurung dan sarung.
b) Bagi mayit perempuan
Bagi mayit perempuan atau banci, kafannya adalah 5 lapis yang terdiri dari 2
lapis kain kafan ditambah kerudung, baju kurung dan sewek.
Kain kafan yang dipergunakan hendaknya berwarna putih dan diberi
wewangian, bila mengkafani lebih dari ketentuan batas maka hukumnya
makruh, sebab dianggap berlebihan.

Cara-cara Praktis Mengkafani Mayit

Menyiapkan 5 lembar kain berwarna putih yang terdiri dari surban atau
kerudung, baju kurung, sarung atau sewek, dan 2 lembar kain untuk
menutup seluruh tubuh mayit. Untuk memudahkan proses mengkafani,
urutan peletakannya adalah sebagai berikut:
1. Tali
2. Kain kafan pembungkus seluruh tubuh
3. Baju kurung
4. Sarung atau sewek
5. Sorban atau kerudung
6. Setelah kain kafan diletakkan di tempatnya, letakkan mayit yang telah
selesai dimandikan dengan posisi terlentang di atasnya dalam keadaan
tangan disedekapkan.
7. Letakkan kapas yang telah diberi wewangian pada anggota tubuh yang
berlubang,anggota tubuh ini meliputi :
a) Mata
b) Lubang hidung
c) Telinga
d) Mulut
e) Dubur
Demikian juga pada anggota sujud, meliputi :
a) Jidat
b) Hidung
c) Kedua siku
d) Telapak tangan
e) Jari-jari telapak kaki
8. Mengikuti pantat dengan kain sehelai.
9. Memakaikan baju kurung, sewek atau sarung, dan surban atau kerudung.
10.Mayit dibungkus dengan kain kafan yang menutupi seluruh tubuhnya,
dengan cara melipat lapisan pertama, dimulai dari sisi kiri dilipat ke sisi
kanan, kemudian sisi kanan dilipat ke kiri. Begitu pula untuk lapis kedua
daun telinga.
11.Mengikat kelebihan kain di ujung kepala dan kaki (dipocong), dan
diusahakan pocongan kepala lebih panjang.
12.Setelah ujung kepala dan ujung kaki diikat, sebaiknya ditambahkan ikatan
pada bagian tubub mayit;seperti perut dan dada, agar kafan tidak mudah
terbuka saat dibawa ke pemakaman.

 Menshalati
Hal-hal yang berkaitan dengan menshalati mayit secara garis besar ada tiga,
yakni syarat, rukun, dan hal-hal yang disunahkan di dalamnya, adapun
penjelasannya adalah sebagai berikut :
1. Syarat Shalat Mayit
a) Mayit telah disuckan dari najis baik tubuh, kafan maupun tempatnya.
b) Orang yang menshalati memenuhi syarat sah salat.
c) Bila mayitnya hadir, posisi mushalli harus berada di belakang mayit.
Adapun aturannya adalah sebagai berikut :
1) Mayit laki-laki
Mayit dibaringkan dengan meletakkan kepala di sebelah utara,
Imam atau munfarid berdiri lurus dengan kepala mayit.
2) Mayit perempuan
Cara peletakan mayit sama dengan mayit laki-laki, sedangkan
imam atau munfarid berdiri lurus dengan pantat mayit.
d) Jarak antara mayit dan mushalli tidak melebihi 300 dziro’ atau sekitar
150 m. hal ini jika shalat dilakukan di luar masjid.
e) Tidak ada penghalang antara keduanya; misalnya seandainya mayit
berada dalam keranda, maka keranda tersebut tidak boleh dipaku.
f) Bila mayit hadir, maka orang yang menshalati juga harus hadir di
tempat tersebut.
2. Rukun Shalat Mayit
a) Niat
Apabila mayit hanya satu, niatnya adalah :
“Usolliy ‘alaa hadzal mayyiti/ haadzihil mayyitati lillaahi ta’ala”
Dan jika banyak, niatnya adalah :
“Usolliy ‘alaa man hadora min amwaatil muslimiyna”
b) Berdiri bagi yang mampu.
c) Melakukan takbir sebanyak empat kali termasuk tekbiratul ihram.
d) Membaca surat Al-Fatihah setelah takbir pertama.
e) Membaca shalawat Nabi setelah takbir kedua.
Contoh bacaan shalawat :
“Allahumma solli ‘alaa sayyidinaa muhammadin”
f) Mendoakan mayit setelah takbir ketiga.
Contoh doa:
“Allahummaghfir lahu, warhamhu, wa ‘aafihi, wa’fu ‘anhu”
g) Mengucapkan salam pertama setelah takbir keempat.
Contoh bacaan salam :
“Assalaamu ‘alaykum warahmatullaahi wabarakaatuhu”
3. Kesunahan Dalam Shalat Jenazah
a) Mengangkat kedua telapak tangan sampai sebatas bahu, lalu
meletakkannya di antara dada pusar pada setiap takbir.
b) Menyempurnakan lafadz niat;
“Usolliy ‘alaa haadzal mayyiti/ haadzihil mayyitati fardol kifaayati
ma-muwman/ imaamal lillaahi ta’ala”
c) Melirihkan bacaan Al-Fatihah, shalawat dan do’a.
d) Membaca ta’awudz sebelum membaca surah Al-Fatihah.
e) Tidak membaca doa’a iftitah.
f) Membaca hamdalah sebelum membaca shalawat.
g) Menyempurnakan bacaan shalawat. Adapun lafadznya adalah :
“Allahumma solli ‘alaa sayyidinaa muhammadiw wa’alaa aali
sayyidinaa muhammadin, kamaa sollayta ‘alaa sayyidina ibraahiyma
wa ‘alaa aali sayyidinaa ibraahiyma, wa baarik ‘alaa sayyidinaa
muhammadiw wa’alaa aalii sayyidinaa muhammading kamaa
baarakta ‘alaa sayyidinaa ibraahiyma wa’alaa aali sayyidinaa
ibraahiyma, fil ‘aalamiyna innaka hamiydum majiydun”
h) Bila mayatnya anak kecil sunah untuk menambah do’a:
“ Allahummaj’alhu faratalliabawayhi wasalafaw wazukhruan,
wa’idataw wa’tibaariaw wasyafiy’an, watsaqqil bihi
mawaaziynahmaa wa-afrigis sobra ‘alaa quluwbihimaa walaa
taftinnahumaa ba’dahunwalaa tahrimhumaa ajrahu”
i) Setelah takbir keempat sunah untuk membaca do’a :
“Allahumma laa tahrimnaa ajrahu walaa taftinnaa ba’dahu waghfir
lanaa walahu.”
j) Membaca do’a untuk masing-masing mukmin setelah membaca
shalawat :
“Allahummaghfir lilmuw’miniyna walmuw’minaati walmuslimiyna
walmuslimaati”
k) Salam yang kedua sunah untuk menyempurnakan. Redaksinya adalah :
“Assalamu ‘alaykum warahmatullaahi wabarakaatuhu”
Sunnah dilakukan di masjid dengan memperbanyak shaf.
Shalat Ghoib
Bagi orang yang tidak dapat datang ke tempat mayit boleh melakukan shalat
ghoib di tempatnya, namun dengan syarat-syarat sebagai berkut :
1. Ada masyaqat (kesulitan) untuk datang ke tempat jenazah.
2. Berkewajiban menshalati mayit.
Adapun lafadz niatnya untuk mayit tunggal adalah :
“Usolliy ‘alaa mayyit (ismil mayyiti) al gooibi/ mayyitati (ismil
mayyitatih) al-gooibati fardol kifaayati ma-muwman/ imaamal lillaahi
ta’ala”
Bila mayit jumlahnya banyak, maka setelah menyebutkan nama-nama
mayit, diperbolehkan menggunakan niat :
“ Usolliy ‘alaa mang dzakartum fardol kifaayati ma-muwman/
imaamalillaahi ta’ala”
Kriteria Imam Shalat Jenazah
Adapun urutan orang yang lebih utama dan berhak menjadi imam shalat
jenazah adalah sebagai berikut:
1. Ayah
2. Kakek dan seterusnya
3. Anak laki-laki
4. Cucu laki-laki dan sebawahnya
5. Saudara laki-laki kandung
6. Saudara laki-laki seayah
7. Anak dari saudara laki-laki kandung
8. Anak dari saudara laki-laki seayah
9. Saudara ayah kandung
10. Saudara ayah kandung
11. Orang laki-laki yang memiliki hubungan kerabat
Teknis Pelaksanaan
1. Takbiratul ihram bersamaan dengan niat shalat.
2. Membaca ta’awudz dan surah Al-Fatihah dengan suara pelan.
3. Takbir kedua.
4. Membaca hamdalah dan shalawat secara sempurna.
5. Takbir ketiga.
6. Membaa do’a secara sempurna
7. Takbir keempat
8. Membaca do’a.
9. Membaca salam dengan sempurna.

 Proses Pemberangkatan Jenazah


Pelepasan Mayit
Setelah selesai shalat, keranda mayit diangkat, setelah itu salah satu wakil dari
keluarga memberikan kata sambutan pelepasan mayit, yang isinya meliputi :
a) Permintaan maaf kepada para hadirin dan teman keseharian atas kesalahan
dan kekhilafan yang pernah dilakukan mayit.
b) Pemberitahuan tentang pengalihan urusan hutang piutang kepada ahli
waris.
c) Penyaksian atas baik dan buruknya mayit.
Sambutan-sambutan di atas hendaknya tidak terlalu panjang, sebab sunah
sesegera mungkin membawa mayit ke pemkaman.
Cara Mengantar Jenazah
Pada dasarnya dalam mengusung mayit diperbolehkan dengan berbagai
cara, asalkan tidak ada kesan meremehkan mayit. Namun, sunah untuk
meletakkan mayit di keranda, dengan diusung oleh tiga atau empat orang
laki-laki. Dalam pengusungan ini, posisi kepala mayit berada di depan.
Etika Pengiring Jenazah
1. Para pengiring jenazah hendaknya berada di depan dan di dekat mayit.
2. Makruh mengeraskan suara, kecuali bacaan Al-Qur’an, dzikir atau
shalawat Nabi.
3. Berjalan kaki lebih utama daripada berkendaraan, bahkan hukumnya
bila tidak ada udzur.
4. Makruh mengiring mayit bagi orang perempuan.
5. Bertafakkur tentang kematian dan memperbanyak dzikir.
6. Bagi orang yang melihat mayit sunah untuk membaca :
“ Subhanalladziy laa yamuwtu Abadan”
7. Bagi orang yang melihat mengangkat mayit hendaknya berdiri dan
ikut mengangkat.
Pemakaman Mayit
1. Persiapan
Sebelum mayit diberangkatkan ke pemakaman, liang kubur, semua
peralatan pemakaman harus sudah siap.
1. Liang Kubur
a) Bentuk
Dalam kitab kuning dikenal dua jenis liang kubur :
1) Liang cempuri
Yakni liang kubur yang bagian tengahnya digali sekiranya
cukup untuk menaruh mayit, model ini untuk tanah yang
gembur.
2) Liang lahat
Yakni liang kubur yang sisi sebelah baratnya digali sekiranya
cukup untuk menaruh mayit. Model ini untuk tanah yang keras.
Pada dasarnya liang ini lebih utama daripada liang cempuri.
b) Ukuran
1) Batas minimal
Batas minimal liang kubur adalah membuat lubang yang dapat
mencegah keluarnya bau mayit serta dapat mencegah dari
binatang buas.
2) Batas kesempurnaan
Batas kesempurnaan liang kubur adalah membuat liang dengan
ukuran sebagai berikut :
a) Panjang
Sepanjang mayit ditambah tempat yang cukup untuk orang
yang menaruh mayit.
b) Lebar
Seukuran tubuh mayit ditambah tempat yang sekiranya
cukup untuk orang yang menaruh mayit.
c) Dalam
Setinggi postur tubuh manusia ditambah satu hasta.
Prosesi Pemakaman
Dalam praktek pemakaman mayit dapat dilakukan prosesi sebagai berikut :
1. Sesampainya mayit di tempat pemakaman, keranda diletakkan pada arah
posisi peletakkan kaki mayit.
2. Jenazah dikeluarkan dari keranda, dimulai dari kepalanya, lalu diangkat
dengan posisi agak miring dan wajah jenazah menghadap kiblat secara
pelan-pelan.
3. Jenazah diserahkan pada orang yang sudah bersiap-siap dalam liang untuk
menguburnya. Hal ini dilakukan oleh tiga orang, orang pertama menerima
bagian kepala, orang kedua bagian lambung, dan orang ketiga bagian kaki.
4. Bagi orang yang menerima mayit disunahkan membaca doa :
“ Allahummaftah abwaabas samaa-I liruwhihi, wa-akrim manzilahu,
wawassi’ lahu fiy qabrih.”
5. Dan bagi orang yang meletakkan disunahkan membaca :
“ Bismillaahi wa ‘alaa millati rasuwlillaahi”
6. Kemudian mayit diletakkan di liang kubur dan dihadapkan kea rah kiblat
dengan posisi miring pada lambung sebelah kanan.
7. Menyandarkan wajah dan kaki pada dinding bagian dalam liang.
8. Memberi bantalan tanah liat pada bagian kepala.
9. Mengganjal bagian punggungya dengan gumpalan tanah atau batu bata
agar mayit tetap dalam posisi miring menghadap kiblat.
10. Membuka simpul, terutama bagian atas, kemudian meletakkan pipinya
pada bantalan tanah liat yang telah ada.
11. Salah satu pengiring mengumandangkan adzan dan iqamah di dalam liang
kubur. Adapun lafadznya sama dengan lafadz adzan dan iqamah dalam
shalat.
12. Bagian atas mayit ditutup dengan papan atau bamboo sampai rapat,
kemudian liang kubur ditimbun dengan kaki mayit.
13. Membuat gundukan setinggi satu jengkal dan memasang dua batu nisan,
satu lurus dengan kepala dan satunya lagi lurus dengan kaki mayit.
14. Menaburkan bunga, memberi minyak wangi dan memercikkan air di atas
makam.
15. Selanjutnya, salah satu pihak keluarga atau orang ahli ibadah melakukan
prosesi talqin mayit, kesunahan mentalqin ini hanya berlaku bagi mayit
dewasa dan tidak gila.
16. Mulaqin duduk dengan posisi menghadap muka kepala mayit, sedangkan
para hadirin dalam posisi berdiri.
17. Mulaqin mulai membaca bacaan talqin sebanyak tiga kali.
18. Setelah liang kubur ditutup, sebelum ditimbun dengan tanah, para
pengiring disunahkan mengambil tiga genggam tanah bekas giliran
kemudian menaburkannya ke dalam liang kubur
a) Pada taburan pertama membaca :
“ Minhaa khalaqnaakum, allahumma laqqinhu ‘indal mas-alati
hajjatahu”
b) Do’a pada taburan kedua :
“ Wafiyhaa nu’iddukum, allahummaftah abwaabassamaa-I liruwhihi”
c) Do’a pada taburan ketiga :
“ Waminhaa nukhrijukum taaratan ukhraa, allahumma jaafil ardha
‘an janbayhi”
19. Setelah selesai talqin pihak keluarga dan para hadirin tinggal sebentar
untuk mendo’akan mayit. Adapun do’anya adalah :
“ Allahummaghfir lahu, warhamhu, allahumma tsabbithu ‘inda suali”
20. Setelah selesai berdo’a secukupnya, para hadirin pulang.
 Mati Syahid
Disebut syahid sebab Allah dan RasulNya telah bersaksi bahwa orang tersebut
nantinya akan masuk surga, atau sebab pada waktu akan meninggal dia telah
melihat surga. Adapun pembagiannya sebagai berikut :
1. Syahid dunia-akhirat, yakni orang yang meninggal dalam peperangan
dengan niat untuk menegakkan agama Allah swt.
2. Syahid dunia, yakni orang yang mati dalam peperangan dengan niat
mencari kehidupan dunia.
3. Syahid akhirat, yakni orang yang mati meninggal sebab semisal mencari
ilmu, kebakaran, kebanjiran dan sebagainya.
Bagi syahid yang masuk kriteria pertama, dan kedua, tidak diperbolehkan
untuk dimandikan dan dishalati.

Anda mungkin juga menyukai