Anda di halaman 1dari 67

LAPORAN MAGANG

PENGOLAHAN HASIL HUTAN BUKAN KAYU (HHBK) KULIT KAYU


KAPUAK SEBAGAI BAHAN KERAJINAN DI DESA SEBUJIT
KECAMATAN SIDING KABUPATEN BENGKAYANG

Disusun Oleh :

IKRAR FAJAR SHIDDIQ


NIM. G1011201268

FAKULTAS KEHUTANAN

UNIVERSITAS TANJUNGPURA

PONTIANAK

2023
KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa atas berkat dan
rahmat-Nya, penulis dapat menyelesaikan Laporan Magang. Ini dilakukan dalam
rangka memenuhi salah satu syarat untuk mendapatkan nilai Magang pada program
magang reguler Fakultas Kehutanan Universitas TanjungPura.
Penulis menyadari bahwa tanpa bantuan dan bimbingan dari berbagai pihak
sangatlah sulit bagi penulis untuk menyelesaikan laporan hasil Magang ini. Oleh
karena itu, Penulis mengucapkan terima kasih kepada :
1. Bapak Ir. Sofyan Zainal M.Si selaku dosen pembimbing yang telah
meluangkan wakunya untuk membimbing penulis menyelesaikan laporan
hasil Magang.
2. Ibu Dr. Hj Farah Diba, S.Hut, M.Si selaku Dekan Fakultas Kehutanan
Universitas Tanjungpura.
3. Bapak Aripin, S.P, M.Kom selaku kepala UPT KPH Wilayah Bengkayang
yang telah memberikan kesempatan kepada penulis untuk melaksanakan
Magang.
4. Bapak Anastasius Akai selaku supervisor sekaligus pembimbing lapangan
yang telah bersedia membimbing dan memberi arahan selama kegiatan
magang berlangsung.
5. Seluruh pegawai serta rekan-rekan yang telah bekerja sama selama Magang di
UPT KPH Wilayah Bengkayang.

Akhir kata, penulis berharap semoga Tuhan Yang Maha Esa berkenan
membalas segala kebaikan semua pihak yang telah membantu dan semoga laporan
hasil Magang ini dapat membawa hikmah dan manfaat sehingga dapat memberi
inspirasi kepada pembaca.

Pontianak, 17 Agustus 2023

Ikrar Fajar Shiddiq


G1011201268

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ---------------------------------------------------------------------- i

DAFTAR ISI --------------------------------------------------------------------------------- ii

DAFTAR TABEL --------------------------------------------------------------------------- iv

DAFTAR GAMBAR ----------------------------------------------------------------------- v

BAB I PENDAHULUAN ------------------------------------------------------------------ 1

1.1 Latar Belakang ------------------------------------------------------------------ 1

1.2 Tujuan Magang ------------------------------------------------------------------ 2

1.3 Manfaat Magang Bagi Mahasiswa ------------------------------------------- 3

1.4 Manfaat Magang Bagi Mitra -------------------------------------------------- 3

BAB II TINJAUAN PUSTAKA --------------------------------------------------------- 4

2.1 Pengertian Hasil Hutan Bukan Kayu------------------------------------------ 4

2.2 Pengertian Kulit Kayu Kapuak------------------------------------------------ 4

2.3 Pemanfaatan Kulit Kayu Kapuak---------------------------------------------- 5

2.4 Bahan Kerajinan ---------------------------------------------------------------- 6

BAB III GAMBARAN UMUM LOKASI MAGANG ------------------------------- 8

3.1 Sejarah UPT KPHP Unit II Wilayah Bengkayang ------------------------- 8

3.2 Visi dan Misi UPT KPHP Unit II Wilayah Bengkayang ------------------ 10

3.3 Tujuan UPT KPHP Unit II Wilayah Bengkayang--------------------------- 11

3.4 Letak UPT KPHP Unit II Wilayah Bengkayang --------------------------- 14

3.5 Luas UPT KPHP Unit II Wilayah Bengkayang ---------------------------- 15

3.6 Batas Wilayah KPHP Unit II Wilayah Bengkayang ----------------------- 16

ii
3.7 Kondisi Fisik Wilayah --------------------------------------------------------- 17

3.8 Aksesbilitas ---------------------------------------------------------------------- 27

3.9 Penetapan Hukum Kawasan Hutan Di KPHP Unit II Bengkayang ------ 29

3.10 Struktur Organisasi UPT KPHP Unit II Wilayah Bengkayang---------- 31

BAB IV PELAKSANAAN MAGANG ------------------------------------------------- 32

4.1 Sistem Kegiatan Magang------------------------------------------------------- 32

4.2 Kegiatan Magang --------------------------------------------------------------- 32

4.3 Pembahasan Kerajinan dari Kayu Kapuak----------------------------------- 39

4.3 Pengalaman Positif Yang Diperoleh Selama Magang---------------------- 43

4.4 Tantangan Selama Kegiatan Magang ---------------------------------------- 43

BAB V PENUTUP -------------------------------------------------------------------------- 44

5.1 Kesimpulan ---------------------------------------------------------------------- 44

5.2 Saran ------------------------------------------------------------------------------ 45

DAFTAR PUSTAKA ---------------------------------------------------------------------- 46

iii
DAFTAR TABEL

Tabel 1. Data jumlah desa yang berada dalam areal wilayah KPH Bengkayang----- 14
Tabel 2. Wilayah KPHP Unit II Bengkayang berdasarkan fungsi kawasan hutan.- - 16
Tabel 3. Batas wilayah KPHP Unit II Bengkayang-------------------------------------- 16
Tabel 4..Kelas Lereng pada areal KPH Unit II Bengkayang---------------------------- 17
Tabel 5.Jenis Tanah di Areal Kerja KPHP Unit II Bengkayang------------------------ 18
Tabel 6. Data Curah Hujan selama 10 tahun terakhir (2009-2028)-------------------- 19
Tabel 7. Lahan Kritis per Blok di Kawasan Hutan -------------------------------------- 20
Tabel 8. Lahan Kritis Pada Wilayah Tertentu--------------------------------------------- 21
Tabel 9. Formasi Geologi di Areal Kerja KPHP Unit II Bengkayang ---------------- 23
Tabel 10. Luas DAS-Sub DAS di KPHP UNIT II Bengkayang.----------------------- 26
Tabel 11. Aksesibilitas menuju KPHP Unit II Bengkayang.---------------------------- 27
Tabel 12. Dasar Hukum Penetapan Kawasan Hutan------------------------------------- 30

iv
DAFTAR GAMBAR

Gambar 1 Peta Akses KPHP Unit II Bengkayang---------------------------------------- 29


Gambar 2 Kunjungan dan Pengenalan Ruang lingkup KPH Bengkayang------------ 32
Gambar 3 Diskusi Teknis Kegiatan Magang --------------------------------------------- 33
Gambar 4 Kegiatan Penyusunan Berkas PNS UPT KPH Bengkayang --------------- 33
Gambar 5 Kegiatan Pengecekan Lahan --------------------------------------------------- 34
Gambar 6 Peyuluhan dan sosialisasi kepada masyarakat-------------------------------- 35
Gambar 7 Survei lokasi bekas terjadinya Karhutla--------------------------------------- 36
Gambar 8 Kunjungan Ke Rumah Adat Desa Sebujit ----------------------------------- 37
Gambar 9 Bahan Dasar Kulit Kayu Kapuak Sebagai Bahan Kerajinan-------------- 39
Gambar 10 Proses Pengerjaan Kerajinan Bidai------------------------------------------- 40
Gambar 11 Hasil Kerajinan Tas------------------------------------------------------------- 41
Gambar 12 Hasil Kerajinan Tudung Saji ------------------------------------------------- 42
Gambar 13 Hasil Kerajinan Sangkar Lampu---------------------------------------------- 42
Gambar 14 Hasil Kerajinan Gelang ------------------------------------------------------- 42

v
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Di Indonesia, keanekaragaman tumbuhan cukup tinggi, baik liar


maupun budidaya, dimana hampir semua kelompok masyarakat sesuai
karakter wilayah dan budaya memiliki ketergantungan pada berbagai
tumbuhan, terutama untuk sumber penghasilan dan dimanfaatkan untuk
menjadi barang yang berguna. Tercatat tidak kurang dari 50 jenis diantara 290
jenis tumbuhan penghasil serat digunakan sebagai bahan sandang oleh suku
bangsa di Indonesia (Heyne, 1987:88). Sedangkan menurut buku PROSEA
No. 17 (2003) diketahui terdapat 72 jenis tumbuhan penghasil serat utama,
128 jenis penghasil serat sekunder dan 619 jenis lainnya namun peranan
utamanya adalah sebagai sumber bahan pangan, obat, bangunan, hias dan
sebagainnya. Potensi yang dimiliki oleh tumbuhan penghasil serat belum
sepenuhnya diketahui, dimanfaatkan atau bahkan dikembangkan salah satunya
yaitu Artocarpus elasticus, masyarakat mengenalnya dengan nama daerah
terap/kepuak. Jenis dari marga Artocarpus ini banyak tumbuh di daerah-
daerah dataran rendah, namun ada pula yang tumbuh hingga 1500m dpl.
Para warga sekitar yang tinggal di Desa Sebujit terletak di Kecamatan
Siding,Kabupaten Bengkayang, masyarakatnya masih menggunakan
tumbuhan serat untuk dimanfaatkan, seperti salah satunya pemananfaatan
serat kulit kayu kepuak. Bagian kulit batang pohon kepuak digunakan sebagai
kerajinan. Serat kulit pohon kepuak juga banyak digunakan sebagai bahan
baku kerajinan, bahan tekstil, tali temali, kerajianan tangan, kertas dan
sebagainya (Karnefi, 2005). Dalam penelitian Rahayu dan Hareda (2004), A.
elasticus digunakan sebagai tumbuhan pelengkap upacara adat selain itu
sebagai bahan tali temali dan anyaman. Dalam penelitian Astuti (2015), kulit
kayu A. elasticus dimanfaatkan sebagai bahan pembuatan sepatu batik wanita.

1
Penelitian Rahayu dan Sihotang (2013), kepuak ini termasuk salah
satu tumbuhan penghasil serat kulit kayu yang digunakan sebagai bahan
sandang. Pemanfaatan tumbuhan serat kulit kayu biasanya diolah menjadi
bahan mentah ataupun yang sudah diolah menjadi berbagai jenis kerajinan.
Namun sebagian besar pemanfaatkan serat kulit kayu kepuak masih berbasis
masyarakat lokal belum terdokumentasi dengan baik.
Oleh karena itu diharapkan data etnobotani ini menjadi dokumentasi
tentang pemanfaatan serat kulit kayu kepuak oleh suku bangsa di Indonesia,
sehingga berkembang menjadi bahan baku khas daerah yang saat ini diminati,
mendorong kreativitas masyarakat lokal untuk meningkatkan ekonomi dan
pelestariannya dapat di kembangkan.

1.2 Tujuan Magang

Tujuan dari pelaksanaan kegiatan Magang ini sebagai berikut :

1. Meningkatkan pengalaman dan kompetensi mahasiswa sesuai bidang ilmunya


dan memperkenalkan budaya kerja yang real.

2. Memperoleh masukan serta umpan balik (feedback) kepada pihak Prodi dan
Fakultas dalam menyesuaikan kurikulum yang sesuai tuntutan dunia kerja.

3. Salah satu upaya percepatan keterserapan alumni pada pasar kerja sehingga
terjalin kerja sama yang saling menguntungkan, pihak insdustri akan
memperoleh input calon tenaga kerja yang sesuai kebutuhannya serta
mengurangi biaya recruitment dan training awal.

2
1.3 Manfaat Magang Bagi Mahasiswa

1. Sarana mengaplikasikan ilmu di dalam kelas perkuliahan ke dunia kerja untuk


melatih keterampilan mahasiswa sesuai bidang ilmu melalui pengalaman rill
yang diperoleh selama proses magang.

2. Sarana mempelajari proses industry dan praktik dunia kerja mulai dari
perencanaan, pengorganisasian, dan evaluasi program pada unit-unit kerja
dengan mengembangkan wawasan berpikir keilmuan kreatif dan inovatif.

3. Melatih kemampuan adaptasi mahasiswa dengan budaya kerja dan interaksi


dengan semua unsur dan pihak, mulai dari unsur pimpinan, karyawan/pegawai
hingga masyarakat, dan customer lembaga tempat magang.

4. Sarana memperoleh bahan tugas akhir dan menyelsaikan SKS mata kuliah.

5. Mampu mengetahui penggunaan kulit kayu kapuak sebagai produk kerajinan


di Desa Sebujit Kecamatan Siding Kabupaten Bengkayang.

1.4 Manfaat Magang Bagi Mitra

1. Memperoleh tenaga kerja yang diharapkan dapat berperan serta dalam


pelaksanaan pekerjaan dan pemecahan permasalahan yang ada.

2. Menumbuhkan kerja sama yang saling menguntungkan baik dalam bentuk


pengenalan inovasi ilmu pengetahuan dan teknologi yang diperoleh oleh
mahasiswa dari perguruan tinggi, maupun kemudahan bagi lembaga/industry
mitra dalam memperoleh input sumber daya manusia sebagai tenaga kerja
baru.

3
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Penjelasan Hasil Hutan Bukan Kayu

Hasil hutan bukan kayu terdiri dari benda-benda hayati yang berasal dari flora
dan fauna. Selain itu termasuk juga jasa air, udara, dan manfaat tidak langsung
dari hutan (UU No. 41 Tahun 1999). Hasil hutan bukan kayu (HHBK) adalah
hasil hutan hayati maupun hewani serta produk turunannya dan budidaya kecuali
kayu yang berasal dari hutan (Permenhut No. 35 Tahun 2007).

Hasil hutan adalah benda-benda hayati, non hayati dan turunannya, serta jasa
yang berasal dari hutan. Salah satu kelompok hasil hutan yang dikenal di
Indonesia adalah hasil hutan bukan kayu (HHBK), ya itu semua hasil hutan baik
nabati (kecuali kayu pertukangan dan kayu bakar) dan hewani, maupun jasa dari
kawasan hutan (Sumadiwangsa 1988).

Hasil hutan bukan kayu adalah hasil hutan hayati baik nabati maupun hewani
beserta produk turunan dan budidaya kecuali kayu yang berasal dari hutan. Hasil
hutan bukan kayu meliputi rotan, bambu, getah, daun, kulit, buah, dan madu serta
masih banyak lagi. Jenis tumbuhan tersebut beberapa diantaranya bahkan
memiliki nilai ekonomi yang sangat tinggi bila dijadikan produk olahan.
Beraneka ragam jenis hasil hutan bukan kayu dapat dimanfaatkan oleh
masyarakat di sekitar hutan. Penelitian Christien dkk (2013)

2.2. Pengertian Kulit Kayu Kapuak

Kulit kayu kapoak atau bisa di sebut kapoak, merupakan jenis kayu yang bisa
hidup di daerah tropis, seperti Kalimantan dan Sumatera. Kulit kapoak yang
memilik struktur kulit yang berserat padat dan sangat kuat, pada jaman dulu di
yakini oleh masyarakat dayak mampu menjadi pelindung sebagai dinding rumah,
alat pengangkut, untuk mengikat, bahkan pada jaman dahulu, kulit kapoak di
jadikan bahan utama untuk pakaian (suku dayak pedalam Kalimantan).

4
Kulit kepuak, merupakan lapisan kulit kayu yang lunak dan lembut, yang
diperoleh dari bagian dalam anak pohon berusia dua sampai empat tahun. Kulit
kayu diambil dari pohon kapoa. Tanaman ini berdiameter 10-15 cm dan
tingginya sekitar 5-7 meter.

Saat ini kulit kapoak di jadikan bahan-bahan untuk pembuatan rompi, tas,
cawat dll. Bahkan, pejabat yang datang ke Kalimantan seperti terakhir presiden
2015 datang ke Kalimantan untuk menghadiri pesta dayak (Gawai dayak) di
Pontianak , Kalimantan barat di pakaikan ropi dan topi yang terbuat dari kulit
kayu kapoak.

2.3. Manfaat Kulit Kayu Kapuak

Manfaat Kulit Kayu Kapuak adalah sebagai bahan dasar kerajinan berupa
bidai (tikar), tas, pakaian adat dayak, aksesoris, sangkar lampu, souvenir,
perabotan rumah tangga seperti (kursi) serta kerajinan tangan lainnya.
Bidai, bide’, atau kasah bide’ merupakan karya seni kriya tradisional masyarakat
Bidayuh di Bengkayang, Kalimantan Barat. Terbuat dari rotan dan kulit kayu
kapoa atau kapuak, tikar bidai kuat dan tahan lama. Pada masa lalu bidai banyak
digunakan untuk menjemur hasil panen berupa padi-padian atau palawija, dan
juga digunakan untuk perlengkapan rumah. Baik untuk alas tidur atau fungsi
lainnya yang sejenis. Tikar bidai yang kuat dan tahan lama cocok untuk
digunakan untuk berbagai keperluan. Meski sering terkena air hujan dan sinar
matahari langsung, tikar ini tidak cepat rusak. Bahan baku bidai yang terbuat dari
rotan dan kulit kayu ini mencerminkan kondisi alam di sekitar tempat tinggal.

5
Bidai merupakan hasil karya seni tradisional masyarakat Jagoi Babang yang
berbentuk lembaran anyaman dan terbuat dari kulit kayu dan rotan. Anyaman
bidai merupakan salah satu hasil kreativitas berbasis kearifan lokal yang
berpotensi untuk dikembangkan sebagai salah satu produk andalan UMKM
Kecamatan Jagoi Babang. Pada masa lampau, anyaman bidai memiliki nilai
sakral/keagamaan bagi masyarakat Suku Dayak di Bengkayang. Kerajinan
tangan anyaman bidai sangat digemari di pasar Malaysia, karena memiliki nilai
karya seni budaya dan memiliki sejumlah keunggulan jika dibandingkan dengan
produk serupa yang dihasilkan oleh perajin di Malaysia.

2.4. Bahan Kerajinan

Kulit kayu kapuak, juga dikenal sebagai kulit kayu merah, adalah bahan alami
yang berasal dari kulit kayu pohon kapuak (Diospyros texana). Bahan ini
memiliki tekstur yang unik dan sering digunakan dalam berbagai kerajinan
tangan dan proyek seni. Berikut adalah beberapa kerajinan yang terbuat dari kulit
kayu kapuak:

1. Kerajinan Tangan:
 Pakaian dan Aksesori: Kulit kayu kapuak dapat digunakan dalam
pembuatan pakaian seperti jaket, topi, dan tas. Potongan-potongan
kecil dari kulit kayu ini juga bisa digunakan untuk menghias
aksesori seperti gelang, kalung, atau anting-anting.
 Kain dan Karya Seni Textil: Kulit kayu kapuak dapat digunakan
sebagai bahan tambahan dalam karya seni tekstil seperti quilting,
bordir, atau pemintalan benang.
 Barang-barang Rumah Tangga: Anda bisa membuat barang-
barang rumah tangga unik seperti tempat meja, lampu dinding,
atau bingkai foto dengan menggunakan kulit kayu kapuak sebagai
elemen dekoratif.

6
2. Seni dan Lukisan:
Kulit kayu kapuak sering digunakan sebagai latar belakang atau bahan
dasar untuk seni lukis. Seniman sering menggunakan tekstur dan warna
alami kulit kayu ini untuk menciptakan karya seni yang indah dan unik.
3. Kerajinan Kayu:
Kulit kayu kapuak juga bisa digunakan dalam kerajinan kayu seperti
pembuatan miniatur rumah, mainan, atau patung kayu. Ini memberikan
sentuhan alami pada produk-produk kayu.
4. Seni Eksperimental:
Banyak seniman dan pengrajin yang menggunakan kulit kayu kapuak
dalam karya seni eksperimental. Mereka mencoba berbagai teknik seperti
pencelupan, pewarnaan, dan laminasi untuk menciptakan hasil yang
menarik.

Penggunaan kulit kayu kapuak dalam kerajinan tangan dan seni memberikan
sentuhan alami dan tekstur yang unik pada produk-produk tersebut. Selain itu,
penggunaan bahan alami seperti ini juga mendukung prinsip keberlanjutan dalam
seni dan kerajinan, karena kulit kayu kapuak adalah produk sampingan dari
industri kayu dan dapat diambil tanpa merusak pohon yang berkelanjutan.

7
BAB III
GAMBARAN UMUM LOKASI MAGANG

3.1 Sejarah UPT KPHP Unit II Wilayah Bengkayang

Kesatuan pengelolaan hutan produksi (KPHP) Unit II Wilayah


Bengkayang ditetapkan melalui surat keputusan menteri kehutanan No. SK.
144/MENLHK/SEKJEN/PLA.0/2019 tanggal 13 Februari 2019 tentang
penetapan wilayah kesatuan pengelolaan hutan lindung dan kesatuan pengelolaan
hutan produksi Kalimantan Barat. Luas wilayah KPHP Unit II wilayah
Bengkayang adalah seluas 145.558 Ha yang terdiri dari fungsi hutan lindung
seluas 29.749 Ha, fungsi hutan produksi seluas 69.696 Ha dan fungsi hutan
produksi terbatas seluas 46.113 Ha. (RPHJP 2020-2019)

Pembentukan kesatuan pengelolaan hutan ( KPH) di tingkat tapak sebagai


entitas manajemen baru dan permanen secara langsung menangani permasalahan
yang ada, dan memberikan dasar untuk tata kelola hutan yang lebih baik,
perencanaan dan manajemen sumber daya hutan, sampai pada pemantauan dan
keterlibatan para pemangku kepentingan. Selain itu, KPH akan memainkan peran
kunci dalam upaya lokal menuju pembangunan ekonomi yang berkelanjutan,
mitigasi dan adaptasi perubahan iklim, sampai pada konservasi keanekaragaman
hayati. (RPHJP 2020-2019)

Kondisi kawasan hutan KPHP Unit II Wilayah Bengkayang saat ini


sebagaimana pengamatan di lapangan dijumpai beberapa permasalahan antara
lain maraknya illegal logging disertai penegakan hukum yang lemah,
perladangan berpindah, pemanfaatan potensi hutan bukan kayu (HHBK) yang
rendah, tuntutan kebutuhan lahan oleh masyarakat semakin tinggi, tingkat
pendidikan dan pendapatan masyarakat sekitar hutan relatif rendah. (RPHJP
2020-2019)

8
Mencermati berbagai persoalan dalam pelaksanaan pengelolaan hutan,
maka diperlukan perencanaan pengolahan hutan yang baik. Hal ini memerlukan
kualitas dan kuantitas strategi, program kerja, struktur organisasi dan aspek
finansial supaya tercipta kondisi untuk melaksanakan monitoring, pelaporan dan
verifikasi dalam suatu basis unit-unit kelestarian yang permanen. Dengan adanya
rencana pengelolaan jangka panjang maka akan memudahkan penyusunan
rencana pengelolaan jangka pendek yang lebih terukur dan dapat
diimplementasikan. (RPHJP 2020-2019)

RPHJP ini diharapkan menjadi rencana hidup berbagai aspek kegiatan


pengelolaan hutan jangka panjang (10 tahunan) untuk periode 2020-2029, yang
memuat unsur-unsur tujuan yang akan dicapai, kondisi yang dihadapi, dan
strategi pengembangan pengelolaan hutan, meliputi : tata hutan, rehabilitasi dan
reklamasi hutan, pemanfaatan dan penggunaan kawasan hutan, serta
perlindungan hutan dan konservasi alam KPH Bengkayang. Seluruh kegiatan
pengelolaan hutan tersebut dikemas dengan kerangka pemberdayaan masyarakat,
dalam rangka menuju pengelolaan hutan sesuai fungsi pokok dan peruntukannya,
yang dapat dikelola secara efisien dan lestari berlandasan sinergitas basis
ekologi, ekonomi dan sosial serta dapat dijadikannya landasan dan acuan
pembangunan kehutanan di tingkat tapak. (RPHJP 2020-2019)

9
3.2 Visi dan Misi UPT KPHP Unit II Wilayah Bengkayang

Visi KPHP Unit II Wilayah Bengkayang adalah: ” terwujudnya KPHP Unit


II Wilayah Bengkayang yang mandiri, sejahtera dan lestari dengan
melibatkan masyarakat di dalam dan sekitar kawasan hutan.” (RPHJP 2020-
2019)Untuk menjalankan visi di atas maka ditetapkan misi sebagai berikut:

1) Memantapkan penataan kawasan dan penyusunan rencana pengelolaan


hutan.
Misi tersebut bertujuan untuk melaksanakan penataan kawasan hutan
menjadi blok dan petak yang mantap serta meningkatkan kualitas data dan
informasi melalui inventarisasi hutan secara berkala dengan basis blok dan
petak sebagai bahan penyusunan rencana pengelolaan hutan di KPHP Unit II
Wilayah Bengkayang.
2) Membangun sistem dan mekanisme kelembagaan KPHP Unit II
Wilayah Bengkayang yang profesional, efektif dan efisien.

Misi ini bertujuan untuk menyiapkan perangkat peraturan, penguatan


kelembagaan KPH dan peningkatan kapasitas SDM di KPHP Unit II
Bengkayang.

3) Mengembangkan pola kemitraan dengan masyarakat dan pemanfaatan


HHBK dan jasa lingkungan

Misi ini bertujuan untuk membentuk dan membina kelompok tani


hutan (KTH), membentuk lembaga usaha masyarakat (koperasi),
meningkatkan partisipasi masyarakat dalam pengelolaan hutan, meningkatkan
keterampilan masyarakat, serta memfasilitasi bantuan permodalan dan sarana
prasarana koperasi dan menerapkan nilai-nilai kearifan lokal dalam
pengelolaan hutan.

10
4) Pelaksanaan perlindungan, pengamanan dan konservasi alam bersama
masyarakat.

Misi ini bertujuan untuk menurunkan gangguan keamanan hutan


melalui upaya-upaya pengamanan, resolusi konflik serta pengembangan
konservasi alam dan menumbuhkan kesadaran terhadap keamanan kawasan
KPHP Unit II Bengkayang.

5) Mengoptimalkan rehabilitasi dan reklamasi hutan dalam rangka


peningkatan daya dukung DAS.

Di sini bertujuan untuk meningkatkan kualitas potensi hutan dan daya


dukung DAS secara berkelanjutan untuk kesejahteraan masyarakat di KPHP
Unit II Bengkayang.

6) Mengoptimalkan pemanfaatan hutan secara efisien dan berkelanjutan.

Misi ini bertujuan untuk mengoptimalkan pemanfaatan hasil hutan


bukan kayu (HHBK), jasa lingkungan pemanfaatan air, jasa lingkungan wisata
alam, perdagangan karbon dan jasa lingkungan lainnya melalui skema
kemitraan di KPHP Unit II Bengkayang.

3.3 Tujuan UPT KPHP Unit II Wilayah Bengkayang

Berdasarkan rumusan visi dan misi KPHP Unit II Bengkayang seperti


diuraikan di atas dalam rangka tercapainya visi dan misi tersebut maka ada
beberapa capaian utama yang diharapkan dapat terpenuhi selama akun waktu 10
tahun (2020-2029), (RPHJP 2020-2019) sebagai berikut:

1) Tertatanya blok menjadi blok HL (blok inti, blok pemanfaatan), HP (Blok


pemanfaatan HHK-HTI, Blok Pemberdayaan, Blok perlindungan, Blok
pemanfaatan jasa lingkungan dan HHBK ), dan HPT (Blok pemanfaatan
HHK-HTI, Blok pemberdayaan, Blok perlindungan) ; masing-masing seluas
29.749 Ha, 69.696 Ha dan 46.113 Ha yang pengelolaannya dilakukan secara
partisipatif, kolaboratif dan berkelanjutan.

11
2) Tersusunnya perencanaan hutan meliputi : rencana pengelolaan hutan jangka
panjang tahun 2020-2029, rencana pengelolaan jangka pendek mulai tahun
2020, dan rencana strategis jangka menengah 5 tahunan (2020-2024).
3) Terbangnya database berbasis blog dan petak secara akurat setiap tahun.
4) Terbangunnya kelembagaan yang profesional, efektif dan efisien (Perda dan
Pergub Organisasi KPH, Pergub sumbangan pihak ketiga dan bagi hasil
kemitraan, Pergub badan layanan umum Daerah, SOP KPH serta SDM KPH
yang cukup dan berkualitas).
5) Tersedianya sarana dan prasarana operasional yang memadai.
6) Terbentuknya dan terbinanya kelompok tani hutan dan koperasi sebagai
lembaga usaha kelompok, dalam upaya terwujudnya prinsip-prinsip dan nilai-
nilai kearifan lokal dalam pengelolaan hutan lestari.
7) Terlaksananya patroli hutan secara intensif dan berkelanjutan, pemberantasan
illegal logging dan perambahan kawasan, pencegahan kebakaran hutan dan
lahan, pemantauan dan penurunan tingkat konflik tenurial.
8) Terwujudnya pengembangan objek daya tarik wisata alam dan kemitraan
pemanfaatan wisata alam dan jasa lingkungan lainnya di Riam Batu Timah
Dusun Madi Desa Tiga Berkat Kecamatan Lumar dan Riam Budi Dusun
Pelayo Desa cipta Karya Kecamatan Sungai Betung.
9) Terlaksananya reboisasi dan pengkayaan hutan, partisipasi masyarakat/KTH
dalam rehabilitasi hutan serta kemitraan pemanfaatan HHBK.
10) Tersusunnya rencana pengembangan usaha KPH dan kemitraan pemanfaatan
HHBK, jasa lingkungan wisata alam dan jasa lingkungan pemanfaatan air
pada di hutan produksi seluas 13.224 Ha, hutan lindung seluas 26.313 Ha dan
hutan produksi terbatas seluas 46.114 Ha, tersedianya sarana prasarana
pengelolaan dan terlaksananya pemasaran hasil hutan yang memadai.

12
Tujuan pengelolaan hutan yang akan dicapai oleh KPHP Unit II Bengkayang pada
akhir jangka pengelolaan tahun 2029 adalah:

1. Merevitalisasi manajemen KPHP Unit II Bengkayang sehingga mengarah


pada kelestarian.
2. Terwujudnya manajemen pengelolaan hutan KPHP Unit II Bengkayang
berbasis kelestarian hutan, melalui kegiatan konservasi tanaman belian,
tengkawang, kempas.
3. Terwujudnya bisnis bidang kehutanan dengan core bisnis hasil hutan bukan
kayu yaitu: tengkawang dan madu hutan.
4. Terwujudnya bisnis bidang kehutanan dengan core bisnis jasa lingkungan
yaitu: ekowisata air terjun/Riam dan minat khusus.
5. Peningkatan luasan penutupan lahan hutan untuk terwujudnya pelayanan
masyarakat dari bahaya banjir dan tanah longsor.
6. Terselenggaranya pemberdayaan masyarakat dengan bimbingan dan
pembinaan langsung dari penyuluh-penyuluh kehutanan melalui skema
kelompok tani hutan (KTH).
7. Terwujudnya pengamanan kawasan hutan melalui pemberdayaan masyarakat
di dalam dan sekitar hutan.
8. Terwujudnya kerjasama penggunaan dan pemanfaatan kawasan hutan untuk
mendukung ketahanan pangan dengan pengembangan komoditas pangan
seperti jagung, tebu, ubi kayu, padi dan sapi.

13
3.4 Letak UPT KPHP Unit II Wilayah Bengkayang

Wilayah KPHP Unit II Bengkayang provinsi Kalimantan Barat secara


geografis terletak pada posisi 108° 39’ 00” – 110° 10’ 00” Bujur Timur dan 00°33’
00” Lintang Utara –01°30’ 00” Lintang Utara. Secara administrasi wilayah KPHP
Unit II Bengkayang terletak di dalam 10 wilayah Kecamatan dan sebanyak 30 desa
terdapat di dalamnya..

Tabel 1
Data jumlah desa yang berada dalam areal wilayah KPHP Unit II Bengkayang.

No Nama Kecamatan Nama Desa Jumlah Desa

1 Teriak Ampar Benteng, Sebentung Menyala 2

2 Ledo Lesabela, Rodaya, Seles, Sidai 4

3 Suti Semarang Nangka, Muhi Bersatu, Suka 5

4 Bengkayang Setia Budi 1

5 Sungai Betung Suka Bangun, Cipta Karya 2

Magmagan Karya, Tiga Berkat, Seren,


6 Lumar 5
Selimbau, Belimbing, Lamolda

7 Seluas Bemgkawan 1

Tamong, Tawang, Sungkung I,II,III,


8 Siding 8
Siding, Tangguh, Hli Buei

9 Jagoi Babang Sekida 1

10 Lembah Bawang Lembah Bawang 1

Total 30

Sumber : analisis peta KPHP Unit II Bengkayang berdasarkan administrasi


pemerintah Bapedda Kabupaten Bengkayang.

14
3.5 Luas UPT KPHP Unit II Wilayah Bengkayang.

Menurut SK Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan No.


SK.144/MENLHK/SETJEN/PLA.0/2/2019 tanggal 13 Februari 2019 tentang
penetapan wilayah KPHP dan KPHL Kalimantan Barat. Luas wilayah KPHP
Unit II Bengkayang adalah seluas 145.558 Ha yang terdiri dari fungsi hutan
lindung seluas 29.749 Ha, fungsi hutan produksi seluas 69.696 Ha dan fungsi
hutan produksi terbatas seluas 46.113 Ha. Surat keputusan tersebut merupakan
revisi dari surat keputusan menteri kehutanan No. SK.67/Menhut-II/2010 tanggal
28 Januari 2010 tentang penetapan wilayah KPHP dan KPHL di provinsi
Kalimantan Barat, yang menyatakan luas wilayah KPHP Unit II Bengkayang
adalah seluas 147.664 Ha yang terdiri dari fungsi hutan lindung seluas 29.433
Ha, fungsi hutan produksi seluas 71.506 Ha dan fungsi hutan produksi terbatas
seluas 46.725 Ha. Hal ini ditindaklanjuti dengan keluarnya peraturan gubernur
Kalimantan Barat nomor 105 tahun 2017 tentang pembentukan, susunan
organisasi, tugas dan fungsi serta tata kerja unit pelaksana teknis kesatuan
pengelolaan hutan wilayah Bengkayang provinsi Kalimantan Barat tanggal 28
Desember 2017, batasan luar wilayah kerja di kawasan pengelolaan hutan
produksi (KPHP) mengikuti surat keputusan menteri kehutanan Republik
Indonesia Nomor: 733/Menhut-II/2014 dan atau perubahannya yaitu batas
wilayah administrasi Kabupaten Bengkayang. Wilayah KPHP Unit II
Bengkayang berdasarkan fungsi kawasan hutan disajikan dalam tabel 2.

15
Tabel 2
Wilayah KPHP Unit II Bengkayang berdasarkan fungsi kawasan hutan.

No Fungsi kawasan hutan Ha Luas (%)

1 Hutan lindung 29.749 20,44

2 Hutan produksi 69.696 47,88

3 Hutan produksi terbatas 47.113 31,68

Total Luas 145.558 100%

Sumber: SK Menteri LHK No.Sk. 144/MENLHK/SETJEN/PLA.0/2/2019.

3.6 Batas Wilayah KPHP Unit II Wilayah Bengkayang

Secara adminidstrasi, wilayah KPHP Unit II Wilayah Bengkayang


Kalimantan Barat adalah sebagai di tabel 3:

No Arah Mata Wilayah KPHP Wilayah Adminitrasi/ Batas


Angin Alam
1 Utara Negara Bagian Serawak Negara Bagian Serawak Malaysia
Malaysia
2 Timur KPHP Unit III Kabupaten Sanggau
3 Selatan KPHP Unit VI,VII Kabupaten Landak
4 Barat KPHP Unit I Kabupaten Sambas
Tabel 3
Batas wilayah KPHP Unit II Bengkayang

Sumber: Secara adminitrasi,wilayah KPHP Unit II Wilayah Bengkayang Provinsi


Kalimantan Barat.

16
3.7 Kondisi Fisik Wilayah

A. Kemiringan Lereng
Topografi di areal KPHP Unit II Bengkayang pada umumnya berlereng datar.
Sekitar 58,63 % atau 85.341 Ha.). Untuk ulasannya dapat dilihat pada tabel 4.
Tabel 4.
Kelas Lereng pada areal KPH Unit II Bengkayang.
No Kelas Lereng Fungsi Kawasan Luas Luas %
1 Datar (0-8)% Hutan Lindung 1.592 85.341 58,63
Hutan Produksi 56.057
Hutan Produksi 27.692
Terbatas
2 Landai (8-15)% Hutan Lindung 1.847 12.285 58,63
Hutan Produksi 8.310
Hutan Produksi 2.128
Terbatas
3 Agak Curam Hutan Lindung 8.766 21.557 8,44
(25-40)% Hutan Produksi 2.962
Hutan Produksi 9.829
Terbatas
4 Curam (25-40) Hutan Lindung 8.475 15.805 14,81
% Hutan Produksi 1.489
Hutan Produksi 5.841
Terbatas
5 Sangat Curam Hutan Lindung 9.270 10.570 7,26
(>40) % Hutan Produksi 667
Hutan Produksi 633
Terbatas
TOTAL 145.558 145.558 100
Sumber: Peta Kelas Lereng Provinsi Kalimantan Barat Tahun 2002.

17
B. Jenis Tanah
Jenis tanah di kawasan KPHP Unit II Bengkayang dapat dilihat pada Peta
Jenis Tanah KPHP Unit II Bengkayang (Terlampir) dimana terlihat sebagian
besar adalah jenis tanah Podsolik Merah Kuning (PMK) yaitu sekitar 93,23%
atau 135.698 Ha. Untuk data jenis tanah dari masing-masing fungsi kawasan
hutan dapat dilihat di Tabel 8 .
Tabel 5.
Jenis Tanah di Areal Kerja KPHP Unit II Bengkayang

No Jenis Fungsi Kawasan Luas Luas Persen


Tanah (Ha)
1 Latosol Hutan Lindung 6.017 9.362 6,43
Hutan Produksi 96
Hutan Produksi 3.249
Terbatas
2 Organosol Hutan Lindung - 498 0,34
Hutan Produksi 498
Hutan Produksi -
Terbatas
3 PMK Hutan Lindung 23.732 135.689 93,23
Hutan Produksi 69.102
Hutan Produksi 42.864
Terbatas
TOTAL 145.558 145.558 100
Sumber : Peta Tanah Provinsi Kalimantan Barat tahun 2004

18
C. Curah Hujan
Pada RPH Siding intensitas rata-rata curah hujan selama 10 tahun dari tahun
2009 sampai dengan tahun 2018 sebesar 3.523,40 mm/ tahun. Dengan rata-
rata curah hujan bulanan selama 10 tahun sebesar 293,61 mm/bulan. Rata-rata
hari hujan selama 10 tahun adalah 170 hari/tahun sedangkan pada rata-rata
hari hujan per bulan selama 10 tahun adalah 14 hari. Data curah hujan bulanan
(millimeter) dan data hari hujan bulanan (hari) selama 10 tahun (2008-2018)
di 4 stasiun BMKG (sumber : Stasiun Klimatologi Kelas II Mempawah,
2019 ) di Kabupaten Bengkayang (Terlampir). Berikut secara khusus
dilampirkan data dari stasiun Sanggau Ledo Bengkayang.

Tahun Jan Fe MApr Mei Jun Jul Ags Sep Ok Nov Des
a
r
2009 56 30 3 278 128 24 20 210 21 28 874 584
4
6
2010 44 34 2 159 195 19 51 215 26 21 442 514
3
5
2011 56 21 3 277 194 79 78 142 76 21 452 648
1
8
2012 51 18 3 224 150 27 23 82 20 28 594 434
5
3
2013 14 34 2 183 156 98 19 203 22 31 342 573
2
0
2014 15 46 2 452 232 66 55 454 27 39 384 477

19
2
9
2015 83 37 2 378 190 23 25 284 22 13 364 433
8
2
2016 42 61 1 260 389 13 34 44 20 13 322 384
8
5
2017 27 28 3 203 292 12 22 372 34 27 397 322
4
3
2018 24 29 4 310 397 29 69 116 24 63 285 317
2
6
Tabel 6.
Data Curah Hujan selama 10 tahun terakhir (2009-2028).
Sumber : BMKG Stasiun Klimatologi Kelas II Mempawah, Stasiun Sanggau Ledo Begkayang.

D. Lahan Kritis.
Kawasan KPHP Unit II Bengkayang terdapat Lahan kritis yang tersebar di
masing- masing blok.. Peta Lahan kritis di areal KPHP Unit II Bengkayang
pada masing-masing blok yang terdapat pada disajikan dalam Tabel 10.
Tabel 7.
Lahan Kritis per Blok di Kawasan Hutan pada KPHP Unit II Bengkayang.

Blok KPHP Lahan Kritis


Unit II Sangat Kritis Pontensial Agak Ti Total
da

20
k
Bengkayang Kritis Kritis Kritis Kr
itis
HL-Blok Inti 238 247 214 824 95 1.618
HL-Blok 133 8.750 4.642 12.07 2.579 28.131
Pemanfaatan 2
HP-Blok 2 21.17 19.352 1.262 2.765 44.556
Pemanfaatan 5
HHK-HT
HP-Blok 1 298 11.017 1.336 1.263 13.915
Pemberdayan
HP- Blok 229 9.013 425 702 13 10.382
Perlindungan
HP-Blok - 16 781 46 - 843
HPT-Blok 76 8.306 20.970 4.474 1.767 35.593
Pemanfaatan
HPT-Blok - 394 3.912 1.038 112 5.456
Pemberdayan
HPT- Blok - 3.014 921 566 563 5.064
Perlindungan
TOTAL 679 51.21 62.234 22.27 9.157 5.064
3 5
Sumber : Peta Lahan Kritis BPDASHL Kapuas Tahun, 2018.

Pada wilayah tertentu, Luas wilayah sangat kritis 136 Ha, luas wilayah Lahan
kritis seluas 15.308 Ha, Lahan potensial kritis seluas 24.633 Ha, agak kritis
seluas 14.776 Ha dan tidak kritis seluas 4.678 Ha. Terdapat pada blok HL-
Pemanfaatan, blok HP- pemberdayaan, Blok Pemberdayaan HHK-HT dan
blok HP-Pemanfaatan Jasling dan HHBK. Data Lahan kritis pada wilayah
tertentu dan diluar wilayah tertentu disajikan dalam Tabel 11.

21
Tabel 8.
Lahan Kritis Pada Wilayah Tertentu dan di Luar Wilayah Tertentu di
Kawasan Hutan pada KPHP Unit II Bengkayang.

Blok KPHP Lahan Kritis


Unit II
Bengkayang Sangat Kritis Potensial A Tidak Total
g
a
k
Kritis Kritis K Kritis
r
i
t
i
s
Di Luar 679 51.213 62.234 2 9.157 14
2 5.
. 55
2 8
7
5
Wilayah
Tertentu
HL - Blok Inti 238 247 214 8 95 1.618
2
4
HL - Blok 133 8.750 4.642 1 2.579 2
2 8.
. 1

22
0 3
2 1
7
Pemanfaatan
HP - Blok 2 21.175 19.352 1 2.765 4
. 4.
2 5
6 5
2 6
Pemanfaatan
HHKHT
HP - Blok 1 298 1 1.263 13
11.0 . .
17 3 91
3 5
6
Pemberdayaan
Masyarakat
HP - Blok 229 9.013 425 13 1
7 0.
0 3
2 8
2
Perlindungan
HP - Blok - 16 781 -
4 8
6 4
3
Pemanfaatan
Jasling Dan

23
HHBK
HPT - Blok 76 8.306 20.970 4 1.767 3
. 5.
4 5
7 9
4 3
Pemanfaatan
HHKHT
HPT - Blok - 394 1 112 5.456
3.91 .
2 0
3
8
Pemberdayaan
Masyarakat
HPT - Blok - 3.014 912 563 5.064
5
6
6
Perlindungan
Wilayah 136 15.308 24.633 1 5.125 5
4 9.
. 9
7 7
7 8
6
Tertentu
HL - Blok 133 8.750 4.642 1 2.497 2
2 8.
. 0

24
0 4
7 9
1
Pemanfaatan
HP - Blok 2 5.850 4.281 1. 254 1
3 1.
2 7
9 1
6
Pemanfaatan
HHKHT
HP - Blok 1 298 11.017 1 1.264 1
. 3.
3 9
3 1
6 6
Pemberdayaan
HP - Blok - 16 781 - 8
4 4
6 3
Pemanfaatan
Jasling Dan
HHBK
Sumber : Peta Lahan Kritis BPDASHL Kapuas Tahun 2018

E. Geologi
Berdasarkan Peta Geologi KPHP Unit II Bengkayang fomasi geologi yang

25
berada di kawasan KPHP Unit II Bengkayang pada umumnya formasi geologi
kelompok Bengkayang seluas 50.979 Ha atau 35,02 % dari luas keseluruhan.
Peta Geologi (Terlampir). Untuk data sebaran geologi pada masing-masing
fungsi kawasan hutan dapat dilihat pada Tabel 12.

Tabel 9.
Formasi Geologi di Areal Kerja KPHP Unit II Bengkayang.

No Sistem Lahan Fungsi Kawasan L Luas %


u
a
s
(
H
a
)
1 Aluvium dan Endapan Hutan Lindung - 1.664
Rawa
Hutan Produksi 6 14
8
6
Hutan Produksi 9
7
8
Terbatas
2 Batuan Gunungapi Hutan Lindung 4 1.261
8
2
Nyiut
Hutan Produksi 7 0,87
7
9

26
Hutan Produksi -
Terbatas
3 Batuan Gunungapi Hutan Lindung - 1.025
Raya
Hutan Produksi 1 0,70
.
0
2
5
Hutan Produksi -
Terbatas
4 Batuan Gunungapi Hutan Lindung 4 766 0,53
2
3
Sekadau
Hutan Produksi 3
4
3
Hutan Produksi -
Terbatas
5 Batuan Gunungapi Hutan Lindung 2 8.701
.
7
5
9
Serantak
Hutan Produksi 4 5,98
.
9
6

27
5
Hutan Produksi 9
7
7
Terbatas
6 Batuan Malihan Pinoh Hutan Lindung 9 4.950
3
7
Hutan Produksi 4 3,40
.
0
1
3
Hutan Produksi -
7 Hutan Lindung 5.665 9.847
Hutan Produksi 3.336 6,77
Hutan Produksi 846
Terbatas
8 Batupasir Kayan Hutan Lindung 886 19.697
Hutan Produksi - 13,53
Hutan Produksi 18.811
Terbatas
9 Batuan Dasit Bawang Hutan Lindung 923 2.305
Hutan Produksi 598 1,58
Hutan Produksi 784
Terbatas
10 Batuan Formasi Hutan Lindung 5.325 11.447
Banan
Hutan Produksi 5.178 7,86

28
Hutan Produksi 944
Terbatas
11 Batuan Formasi Hutan Lindung 6.357 30.039
Pedawan
Hutan Produksi 377 20,64
Hutan Produksi 23.305
Terbatas
12 Batuan Granit Pueh Hutan Lindung - 882
Hutan Produksi - 0,61
Hutan Produksi 882
Terbatas
13 Batuan Kelompok Hutan Lindung 778 50.979
Bengkayang
Hutan Produksi 49.773 50.979
Hutan Produksi 428
Terbatas
14 Batuan Komplek Hutan Lindung - 619
Serabang
Hutan Produksi - 0,43
Hutan Produksi 619
Terbatas
15 Batuan Rombakan Hutan Lindung - 1.376
Lereng
Hutan Produksi 1.376 0,95
Hutan Produksi 597
Terbatas
TOTAL 145.558 145.558 100
Sumber: Peta Geologi Provinsi Kalimantan Barat tahun 2002

29
30
F. Daerah Aliran Sungai
Kabupaten Bengkayang termasuk ke dalam pemangkuan wilayah DAS Kapuas,
DAS Sambas, DAS Sebangkau dan DAS Selakau (Terlampir). Data luas areal tiap-
tiap DAS dan Sub DAS dapat dilihat pada Tabel 13.

Tabel 10.
Luas DAS-Sub DAS di KPHP UNIT II Bengkayang.
No Nama Fungsi Kawasan Luas Luas (%)
DAS Sub (Ha)
DAS
1 Kapuas Hutan Lindung 11.828 17.301 11,89
Hutan Produksi 3.586
Hutan Produksi 1.887
Terbatas
2 Sambas Hutan Lindung 11.131 103.766 71,29
Hutan Produksi 49.119
Hutan Produksi 43.516
Terbatas
3 Sebangkau Hutan Lindung 4.285 16.601 11,41
Hutan Produksi 12.316
Hutan Produksi -
Terbatas
4 Selakau Hutan Lindung 2.506 7.890 5,42
Hutan Produksi 4.666
Hutan Produksi 718
Terbatas
Total 145.558 145.558 100
Sumber : BPDASHL Kapuas,2018.

3.8 Aksesibilitas

31
Kawasan KPHP Unit II Bengkayang dapat diakses melalui jalan darat dari
Pontianak. Khusus menuju kawasan KPHP Unit II Wilayah Bengkayang, route jalan
darat yang dilewati adalah Pontianak – Kota Bengkayang yang berjarak kurang lebih
164 km dan dapat ditempuh dalam waktu 4 jam dengan kendaraan roda empat (jalan
darat teraspal). Akses jalan ke beberapa desa di wilayah kecamatan yang terletak di
dalam dan sekitar wilayah KPHP Unit II Bengkayang dapat diakses melalui jalur darat.
Yang paling jauh adalah akses ke Kecamatan Sidding yang dapat ditempuh dalam
waktu kurang lebih 2 jam, dan Kecamatan Jagoi Babang sekitar 1 Jam 50 menit. Pada
umumnya jalan beraspal, namun ketika memasuki daerah terpencil menjadi sulit
karena belum tersedia jembatan dan jalan berlumpur yang sulit dilalui. Sementara
daerah yang lain lebih mudah dijangkau. Secara umum dapat dikatakan bahwa
aksesibilitas di KPHP Unit II Bengkayang cukup tinggi dimana dari 10 Kecamatan
yang terdapat kawasan hutan ada 9 kecamatan yang bisa dijangkau dalam waktu
kurang dari 2 jam melalui jalan darat. Hanya ada 1 kecamatan yang tergolong memiliki
aksesibilitas sedang atau rendah yaitu Kecamatan Siding yang dapat dijangkau lebih
dari 2 jam. Tabel Aksesibilitas dapat dilihat pada Tabel 14.
Tabel 11.
Aksesibilitas menuju KPHP Unit II Bengkayang.

N Dari Menuju Jarak Waktu Fasilitas


o
Tempuh Tempuh Transportasi
(Km) (Jam/Me yang tersedia
nit)
1 Ibu Kota Pontianak ± 738 Km 1,5 jam Pesawat
Negara
2 bu Kota Bengkayang 164 4 jam Roda empat dan
Provinsi Sepeda Motor
3 Ibu Kota KPHP Unit 5 10-20 Roda Empat
Kabupaten II dan menit dan sepeda
Kecamatan motor
4 Ibu Kota KPHP Unit
Kecamatan II dan 15 30 menit
Kec. Teriak Kecamatan 30 45

32
Kec. Ledo 60 Menit
Kec. Suti 5 1 jam Roda Empat
Semarang 15 20 dan sepeda
Kec. 15 Menit motor
Bengkayang 80 30
Kec. Sungai 120 Menit
Betung 110 30
Kec. Lumar 40 Menit
Kec. Seluas 1,5 jam
Kec. Siding 2 jam
Kec. Jagoi 1,8 Jam

Babang 50 menit
Kec. Lembah Bawang

Sumber : Hasil Analisa dan PengoLahan Data KPHP Unit II Bengkayang, 2019

33
Peta Akses KPHP Unit II Bengkayang terlampir di bawah ini:

Gambar 1. Peta Akses KPHP Unit II Bengkayang t

3.9 Penetapan Hukum Kawasan Hutan Di KPHP Unit II Bengkayang


Sejarah penetapan kawasan hutan di dalam wilayah KPHP Unit II diawali dari
terbitnya Surat Keputusan Menteri Pertanian No. 757/Kpts/Um/10/1982 tanggal 12
Oktober 1982 tentang Rencana Pengukuhan dan Penatagunaan Hutan (RPPH) atau Tata
Guna Hutan Kesepakatan (TGHK). Terbitnya Rencana Tata Ruang Wilayah Provinsi
(RTRWP) Kalimantan Barat pada tahun 1995 membawa konsekuensi dilakukannya
pemaduserasian antara TGHK dengan RTRWP yang kemudian ditetapkan berdasarkan
Surat Keputusan Menteri Kehutanan dan Perkebunan No. 259/Kpts-II/2000 tanggal 23
Agustus 2000 tentang Penunjukan Kawasan Hutan dan Perairan di Provinsi Kalimantan
Barat. Penetapan kawasan hutan di wilayah KPHP Unit II selanjutnya berubah
mengikuti perkembangan update realisasi tata batas serta pelepasan kawasan hutan
sampai pada penetapan yang terakhir, yaitu pada tahun 2017, dengan data sebagai
berikut:

Tabel 12.

34
Dasar Hukum Penetapan Kawasan Hutan Di KPHP Unit II Bengkayang

Tahun Dasar Hukum

1982 Surat Keputusan Menteri Pertanian No.


757/Kpts/Um/10/1982 tanggal 12 Oktober 1982 tentang
Rencana Pengukuhan dan Penatagunaan Hutan (RPPH)
atau Tata Guna Hutan Kesepakatan (TGHK)

1995 Peraturan Gubernur Tahun 1995 tentang Rencana Tata


Ruang Wilayah Provinsi (RTRWP) Kalimantan Barat

2000 Surat Keputusan Menteri Kehutanan dan Perkebunan No.


259/Kpts-II/2000 tanggal 23 Agustus 2000 tentang
Penunjukan Kawasan Hutan dan Perairan Provinsi
Kalimantan Barat

2013 Surat Keputusan Menteri Kehutanan No.


936/Menhut-II/2013 tanggal 20 Desember 2013 tentang
Perubahan Peruntukan Kawasan Hutan menjadi Bukan
Kawasan Hutan seluas ± 554.137 HA, Perubahan Fungsi
Kawasan Hutan seluas ± 352.772 Hektar, dan Penunjukan
Kawasan Bukan Kawasan Hutan menjadi Kawasan Hutan
seluas ±52.386 Hektar Di Provinsi

2014 Surat Keputusan Menteri Kehutanan No. SK.733/Menhut-


II/2014 tanggal 2 September 2014 tentang Kawasan Hutan
dan Konservasi Perairan Provinsi Kalimantan Barat

2017 Surat Keputusan Menteri Lingkungan Hidup dan


Kehutanan No.
SK.2248/MENLHK-PKTL/KUH/PLA.2/4/2017 tentang
Peta Perkembangan Pengukuhan Kawasan Hutan Provinsi
Kalimantan Barat sampai dengan Tahun 2016

Sumber: Kompilasi data, 2019

3.10 Struktur Organisasi UPT KPHP Unit II Wilayah Bengkayang

35
KOMANDAN BRIGDAL
KEPALA KPH
Aripin, S.P, M.Kom

ASN PENDUKUNG KOORDINATOR


KOORDINATOR KOORDINATOR BRIGDAL KARHUTLA PAMHUT BRIGDAL KASI
KORLAP BRIDGAL KASI PERLINDUNGAN DAN
BRIDGAL PERENCANAAN
KARHUTLA Ir. Roni Muhardi DAN
KASUBBAG TU PEMBERDAYAAN
MASYARAKAT Diesta Mira Dian PEMANFAATAN
Antara
Aso, Hendriyeno
S.M HUTAN
Tomblok Wijayanti, S.Hut Novita S.Hut
Yakobus Tefa,
PENDAMPING Hieronimus Wirapraja
REGU 1 S.Hut.,M.H
LAPANGAN S.Hut
Ruspendi Lukas
Edmundus Edy
Syaifudin, S.Kom REGU 2
Florensius Apong
Sunartaya Dedi Antoni Tajuin
Setiawan
Ediyanto laji Juanda
Kosta pion
Anastasius Akai La Darmadi
Viktoria
David Sopia Sri Rejeki
Hamdani Jakaria Abelo S.
BAB IV
Amansius Susilo
PELAKSANAAN MAGANG

4.1 Sistem Kegiatan Magang


Kegiatan magang dilaksanakan di kantor UPT kesatuan pengelolaan hutan (KPH)
wilayah Bengkayang yang terletak di jalan Raya Sanggau ledo, kelurahan Sebalo,
Kecamatan Bengkayang. Kegiatan magang dilaksanakan selama 1 bulan yang dimulai
pada tanggal 17 Juli 2023 – 17 Agustus 2023 dengan jadwal kegiatan sesuai dengan

36
lampiran. Jam kerja efektif dimulai dari pukul 07.15 WIB sampai 15.30 WIB dari hari
Senin sampai Jumat.

4.2 Kegiatan Magang


Kegiatan magang yang telah kami laksanakan sesuai dengan jurnal harian yang
telah kami susun beserta dokumentasi sebagai berikut.
4.2.1 Pengenalan Ruang lingkup UPT KPH wilayah Bengkayang
Pengenalan bersama staff KPH Wilayah Bengkayang yang dipimpin oleh bapak Ir Roni
Muhardi terkait ruang lingkup Kantor UPT KPH Bengkayang pada tanggal 20 Maret
2023.

Gambar 2. Kunjungan dan Pengenalan Ruang lingkup Kantor UPT KPH Bengkayang.

4.2.2 Diskusi Teknis Kegiatan Magang

37
Kegiatan magang selalu didiskusikan bersama pendamping lapangan setiap pagi
pada pukul 07.15 WIB. Setelah itu, pendamping lapangan akan memberikan arahan
tentang apa saja kegiatan yang akan dilakukan mahasiswa.

Gambar 3. Diskusi Teknis Kegiatan Magang


4.2.3 Kegiatan Penyusunan Berkas Pegawai Negeri Sipil UPT KPH Bengkayang
Kegiatan ini dilakukan setelah diskusi teknis yang dipimpin langsung oleh Bapak
Aso S.M selaku Kasubbag Tata Usaha. Kegiatan ini bertjuan untuk memastikan setiap
berkas yang terdata di UPT KPH Bengkayang sesuai dengan SOP yang berlaku serta
memperkenalkan kepada mahasiswa tentang pemberkasan yang perlu di lakukan ketika
menjadi seorang pegawai negeri sipil.

Gambar 4. Kegiatan Penyusunan Berkas Pegawai Negeri Sipil UPT KPH Bengkayang.
4.2.4 Kegiatan Pengecekan Lahan

Agenda pelaksanaan kegiatan ini dilakukan pada tanggal 21 Juli 2023 di Desa karya
Bhakti Kecamat Lumar, Kabupaten Bengkayang kegiatan ini dengan melakukan

38
pengecekan lahan dan didampingi oleh polisi hutan , brigade dari UPT KPH Bengkayang
dan anak mahasiswa kehutanan . pada lokasi titik api kegiatan yang dilakukan dengan
pengecekan lahan yang terpantau oleh satelit sebagai lokasi keberadaan titik api.
Pengecekan lahan ini bertujuan untuk mengecek apakah lahan yang terpantau pada
lokasi titik api ini menimbulkan Kebakaran Hutan dan Lahan, sebuah titik api yang
ditangkap oleh satelit akibat panas yang ditimbulkan kebakaran pada proses pembukaan
lahan oleh petani dan pekebun dan lahan yang terbakar seluas 1 hektar, kebakaran semak
belukar dengan status kawasan APL.

Gambar 5. Kegiatan Pengecekan Lahan

4.2.5 Peyuluhan dan Sosialisasi

Dalam sosialisasi yang kami lakukan di Desa Kalon, Kecamatan Seluas,


Kabupaten Bengkayang dan kegiatan ini di dampingi oleh brigade UPT KPH
39
Bengkayang , mahasiswa kehutanan, manggala agni, TNI, bertujuan untuk mengingatkan
dan menghimbau kepada masyarakat yang ada di sana yang kebetulan masyarakat masih
banyak yang mencari nafkah dengan cara bertani dan berkebun dari UPT KPH Wilayah
Bengkayang sendiri berharap agar supaya masyarakat berhati-hati dalam membuka lahan
pertanian dan perkebunan dengan cara membakar dan memberikan informasi kepada
masyarakat tentang bahaya kebakaran hutan dan lahan serta akibat yang ditimbulkan bagi
kehidupan manusia sangat berperan penting agar masyarakat kedepannya semakin paham
dalam pengelolaan lahan dengan mengurangi aktivitas membakar sehingga karhutla yang
terjadi dari tahun ke tahun dapat di tanggulangi sedini mungkin.

Gambar 6. Peyuluhan dan sosialisasi kepada masyarakat

4.2.6 Melaksanakan Patroli Rutin Pamhut dan Karhutla

Pelaksanaan patroli ini dilakukan di beberapa daerah yang terdeksi melalui satelit
yang terhubung dengan aplikasi dengan melakukan pendataan serta dokumentasi untuk

40
pemantauan lebih lanjut akibat kerusakan yang ditimbulkan oleh karhutla. Kegiatan ini
sekaligus memberi brosur/pamflet Kebakaran Hutan dan illegal logging yang bertujuan
untuk memberikan sosialisasi terhadap masyarakat mengenai pencegahan dan
penanggulangan kebakaran hutan dan lahan kawasan KPHP Unit II Wilayah
Bengkayang.

Gambar 7. Survei lokasi bekas terjadinya Karhutla

41
4.2.7 Kunjungan Ke Rumah Adat Desa Sebujit Kecamatan Siding Kabupaten
Bengkayang

Kunjungan di Desa Sebujit Kecamatan Siding Kabupaten Bengkayang adalah


termasuk ke dalam agenda pamhut/ biasa disebut patroli dalam rangka menjaga
batas wilayah keamanan di daerah wilayah UPT KPH Bengkayang. Dalam
kunjungan kali ini kami di dampingi dengan anggota polisi kehutanan serta anggota
brigdal karhutla mengunjungi salah satu rumah adat suku dayak di Desa Sebujit
Kecamatan Siding Kabupaten Bengkayang. Kunjungan kali ini dalam rangka
pengnalan adat istiadat kepada para mahasiswa serta mempelajari beberapa
informasi yang di dapat dari warga sekitar terkait kebudayaan yang ada di Desa
Sebujit. Rumah adat ini adalah salah satu simbol bahwa kebudayaan dayak masih
sangat erat di Desa Sebujit. Rumah adat ini adalah salah satu warisan yang
dipertahankan warga Desa sebagai identitas dari Desa Sebujit dan Pariwisata.

Gambar 8. Kunjungan Ke Rumah Adat Desa Sebujit


Kecamatan Siding Kabupaten Bengkayang

42
4.2.8 Kunjungan Ke Pengrajin Kulit Kayu Kapuak Di Desa Sebujit

Pada kunjungan ke salah satu rumah pengrajin kulit kayu kapuak di desa
Sebujit Kecamatan Siding Kabupaten Bengkayang kami melakukan wawancara
terhadap salah satu pengrajin kulit kayu kapuak di Desa Sebujit Kecamatan Siding
Kabupaten Bengkayang mendapatkan informasi bahwa kulit kayu yang diperoleh
pengrajin untuk dijadikan bahan dasar kerajinan adalah di dapat dari hutan sekitar
desa yang masih banyak sekali terdapat bahan baku kulit kayu kapuak itu sendiri.
Di industri rumahan pengrajin ini mengolah dari awal bagaimana kulit kayu
tersebut hingga siap di pasarkan ke sekitar indonesia bahkan ekspor ke luar negeri.
Metode yang digunakan untuk mengolah kulit kayu kapuak menjadi kerajinan
dilakukan dengan metode tradisional dengan cara memukul kulit kayu hingga
menjadi tipis dan dijemur selama beberapa hari agar kadar airnya menurun. Barulah
kulit kayu yang sudah diolah tersebut siap dijadikan bahan dasar untuk berbagai
kerajinan tradisional.

Gambar 9. Bahan dasar kulit kayu kapuak sebagai kerajinan

43
4.3 Pembahasan Kerajinan dari Kulit Kayu Kapuak
4.3.1 Pembahasan Kerajinan Dari Kulit Kayu Kapuak

Salah satu hasil tumbuhan alam yang dimanfaatkan dalam bidang furniture
dan kerajinan adalah Kulit Kayu Kapuak. Kulit Kayu Kapuak merupakan tumbuhan
Hasil Hutan Bukan Kayu (HHBK) yang tumbuh subur di rimba Indonesia. Bahkan
flora keluarga Palmae ini menjadi komoditas utama hutan-hutan di Kalimantan,
Sulawesi, Sumatera dan Papua.
Pemanfaatan Kulit Kayu Kapuak sebagai produk kerajinan tidak lepas dari
sifat yang dimilikinya, meliputi sifat anatomi, kimia, struktur, fisik, mekanis dan
sifat awet dijadikan produk kerajinan . Meski mulai tergantikan oleh bahan baku
rotan sintetis, akan tetapi kerajinan kulit kayu kapuak tetap memiliki segmen
peminat tersendiri.. Selain itu, secara sosio-kultural, kulit kayu kapuak juga erat
dengan kehidupan beberapa suku asli Indonesia, seperti masyarakat Dayak yang
telah ratusan tahun membudidayakan rotan secara tradisional.
Salah satu daerah penghasil kerajinan dari rotan yaitu Desa Sebujit
Kecamatan Siding Kabupaten Bengkayang. Masyarakat di Desa tersebut sudah
lama memanfaatkan Kulit Kayu Kapuak sebagai produk kerajinan guna sebagai
budaya dan alat pakai sehari-hari. Survei kerajinan kulit kayu kapuak dilakukan
dengan metode wawancara. Dari informasi yang kami dapat saat wawancara adalah
kulit kayu kapuak dijadikan bahan dasar berbagai kerajinan contohnya adalah bidai,
tas serta rumah lampu yang berbahan dasar juga dari rotan.

44
4.3.2 Proses Pembuatan Kerajinan Bidai Dari Bahan Dasar Kulit Kayu Kapuak Dan
Rotan

Proses awal pembuatan bidai adalah menentukan jenis rotan, warna hingga
kualitas bahan baku untuk menentukan kualitas bidai yang dihasilkan dari rotan dan
kulit kayu kapuak. Langkah awal pembuatannya adalah dengan cara menyiapkan
bahan bahan seperti bahan baku rotan , bahan baku kulit kayu kapuak, cairan
perekat dan alat pemukul. Langkah selanjutnya adalah meratakan rotan yang
tergulung menjadi lurus menggunakan alat tradisional agar bagian pada rotan
mudah dirangkai menjadi bidai.
Langkah selanjutnya adalah mulai merangkai rotan serta kulit kayu kapuak
menjadi bidai sesuai dengan pesanan dan keinginan pasar. Lalu langkah selanjutnya
adalah menyiapkan cairan perekat agar bidai yang digunakan bernilai tinggi serta
tahan lama dan kuat. Langkah terakhir adalah dengan menjemur bidai agar bagian
rotan dengan kulit kayu kapuak merekat sempurna dan menghasilkan kualitas bidai
yang tahan lama dan kuatt

Gambar 10. Proses pengerjaan kerajinan bidai dari bahan dasar


kulit kayu kapuak dan rotan

45
4.3.3 Hasil Kerajinan Dari Bahan Baku Kulit Kayu Kapuak

Kulit kayu kapuak adalah bahan baku untuk membuat bidai. Selain bidai kulit
kayu kapuak menjadi bahan baku kerajinan lain seperti tas, sangkar lampu, topi,
tudung saji, dan beberapa aksesoris. Hasil kerajinan kulit kayu kapuak ini dibuat
langsung di tempat kerajinan membuat bidai di Desa Jagoi Kecamatan Jagoi
Babang Bengkayang. Kulit kayu kapuak ini dikirim langsung dari Desa Sebujit
Kecamatan Siding Kabupaten Bengkayang. Seperti pada kerajinan tas kulit kayu
kapuak ini juga di rangkai dengan bahan baku rotan, hampir semua kerajinan disini
dibuat dengan kulit kayu kapuak dengan rotan. Rotan disini di dapatkan dari desa
sekitar dan menurut penuturan para pengrajin disini sebagian besar rotan di
dapatkan dari provinsi Kalimantan Tengah. Kerajinan yang diproduksi disini
selanjutntya akan di jual ke berbagai daerah akan tetapi menurut penuturan para
pengrajin disini sebagian besar hasil kerajinan disini di ekspor ke Negara Malaysia.
Dahulu para penjual menjual kerajinan ini dengan cara tradisional yaitu menjualnya
di pasar perbatasan namun sekarang perbatasan Indonesia-Malaysia sudah lebih
ketat peraturannya sehingga para penjual tidak lagi memasarkan hasil kerajinan
tersebut di pasar perbatasan lagi melainkan di ekspor langsung ke Negara Malaysia.
Berikut merupakan dokumentasi hasil dari kerajinan berbahan dasar kulit kayu
kapuak dan rotan :
Tas: Tas pada gambar ini merupakan kerajinan
yang terbuat dari bahan dasar kulit kayu kapuak
dan rotan. Menurut konsumen dengan
mengunakan kulit kayu kapuak serta rotan
memiliki tingkat keawetan yang tinggi dan
tahan lama serta memiliki nilai dekoratif yang
baik. Tas ini juga dapat memperkenalkan
warisan budaya daerah yang dapat terus
dilestarikan.

46
Gambar 11. Hasil kerajinan tas dari bahan dasar kulit kayu kapuak dan rotan
saji Tudung Saji: Tudung saji ini terbuat dari bahan
dasar rotan dan kulit kayu kapuak. Tudung saji ini
dipergunakan untuk menutup makanan dari kotoran
di udara serta menjaga makanan dari hinggapan
serangga. Tudung saji ini termasuk barang
tradisional yang masih di lestarikan oleh warga
sekitar dan barang yang harus tetap dijaga
kelestariannya..
Gambar 12. Hasil kerajinan tudung saji dari bahan

Sangkar Lampu : Sangkar lampu ini terbuat dari


bahan dasar kulit kayu kapuak dan rotan. Sangkar
lampu ini berfungsi sebagai dekorasi ruangan lampu
agar bernilai dekoratif. Sangkar lampu ini termasuk
benda tradisional yang perlu dilestarikan. Biasanya
sangkar lampu ini digunakan pada rumah rumah
adat dayak dan melayu untuk dekorasi rumahnya
Gambar 13. Hasil kerajinan sangkar lampu dari
bahan dasar kulit kayu kapuak dan
rotan

Gelang : Gelang inimerupakan warisan budaya


lokal. Nilai dekoratif pada gelang yaitu motif
yang dibuat menggunakan motif tradisional.
Gelang ini terbuat dari kulit kayu kapuak dengan
rotan. gelang ini menjadi barang tradisional yang
harus tetap dijaga kelestariannya.
Gambar 14. Hasil kerajinan gelang dari bahan
dasar kulit kayu kapuak dan rotan.

47
4.3. Pengalaman Positif yang di Peroleh Selama Magang

Pengalaman positif yang didapat selama 1 bulan di Unit Pelaksanaan Teknis


Kesatuan Pengelolaan Hutan Wilayah Bengkayang diantaranya :

1. Dapat menerapkan ilmu yang didapatkan dibangku kuliah di dunia lapangan


kerja.
2. Mendapatkan pengalaman yang baik selama magang sehingga dapat
menajdi acuan didunia lapangan kerja.
3. Mendapatkan pengalaman yang menarik dalam kebakaran hutan dan lahan.
4. Dapat mempelajari cara pengunaan alat pemadam kebakaran hutan lahan.
5. Dapat bersosialisasi dengan masyarakat, saling menghargai dan
mengutamakan kekompakkan dalam kerjasama tim.
6. Mendapat pengetahuan yang luas di dunia kerja.

4.4. Tantangan Selama Kegiatan Magang

Tantangan selama magang di KPH bemgkayang selama satu bulan:

1. Masih rendah pemahaman masyarakat terhadap peraturan perundang-


undangan tentang kebakaran hutan dan lahan.
2. Saat melakukan survey dilapangan medan jalan yang dilalui berbatu,ekstrim
dan cuaca yang tidak menentu saat melakukan survey dilapangan.
3. Sulitnya ditemukan sinyal jaringan pada kegiatan lapangan sehingga
mempersulit untuk kegiatan pemantauan titik hotspot/panas menggunakan
aplikasi yang terhubung dengan handphone
4. Terkendala bahasa, Terkadang warga setempat lebih memahami bahasa
daerah setempat sehingga mempersulit untuk edukasi ke masyarakat tentang
pentingnya menjaga lingkungan.

48
BAB V
PENUTUP

5.1 Kesimpulan

Dari hasil praktek magang dan pembahasan serta analisis data yang telah dilakukan
dapat disimpulkan sebagai berikut :

Dalam pelaksanaan magang ini penulis mendapatkan banyak pengetahuan secara


nyata dalam menerapkan ilmu yang diperoleh di bangku kuliah, sehingga dapat
dipraktekkan secara maksimal dan optimal ketika melaksanakan magang.
Berdasarkan uraian berikut dapat disimpulkan bahwa dalam dunia kerja diperlukan
tanggung jawab,ketelitian,kesabaran dan kedisiplinan dalam mengikuti peraturan
bekerja dan disiplin waktu dalam melakukan pekerjaan maupun tugas tugas yang
diberikan.

Berdasarkan hasil pembahasan yang sesuai dengan judul yang penulis ajukan ,maka
penulis dapat menarik kesimpulan bahwa :

1. UPT KPH Bengkayang memberikan arahan yang baik untuk mahasiswa


magang serta memberikan kesempatan kepada mahasiswa untuk melakukan
pekerjaan yang dilakukan oleh brigade maupun beberapa ASN lainnya.

2. UPT KPH Bengkayang juga memberikan pelayanan yang baik dan


mengusahakan dengan optimal mengenai materi ataupun judul yang diangkat
oleh tiap mahasiswa .

49
5.2 Saran

Berdasarkan kesimpulan yang telah diuraikan diatas ,maka penulis memberikan


saran untuk perbaikan yang mungkin bermanfaat bagi UPT KPH Bengakayang
ataupun Mahasiswa magang berikutnya:

1. Diharapkan kedepannya UPT KPH Bengkayang dapat lebih menerapkan dalam


disiplin waktu baik mengenai jam kantor maupun di lapangan.

2. Teruntuk mahasiswa berikutnya yang akan melaksanakan kegiatan magang


maupun penelitian diharapkan agar bisa menyesuaikan dengan baik serta dapat
menyelesaikan laporan dengan tepat waktu.

50
DAFTAR PUSTAKA

Anci Veriyan 1 , Rafdinal 1 , Riza Linda 1 1 Program Studi Biologi, Fakultas


MIPA, Universitas Tanjungpura 1 Prof. Dr. H. Hadari Nawawi, Pontianak,
78124.

Jumiati, Hariyadi B, Murni P. 2012. Studi Etnobotani Rotan Sebagai Bahan


Kerajinan Anyaman Pada Suku Anak Dalam (SAD) Di Dusun III Senami,
Desa Jebak Kabupaten Batanghari, Jambi. Biospecies 5(1):33-41.

Kalimantan Barat. (2017). Peraturan Gubernur Kalimantan Barat Nomor 104


Tahun 2017 tentang Pembentukan, Susunan Organisasi, Tugas dan Fungsi
serta Tata Kerja Unit Pelaksana Teknis Kesatuan Pengelolaan Hutan
Wilayah Sanggau Barat Provinsi Kalimantan Barat. Pemerintah Provinsi
Kalimantan Barat: Pontianak.

Karnefi, V Sozi, 2005, Uji kekuatan Kayu terap dengan metode Tarik kearah
lebar panjang, Jurnal Gradien, vol . 1, no. 1, hal 20 -22.

Hermansyah, A. 1982. Mengenal Rotan sebagai Hasil Hutan Non Kayu. Duta
Rimba. 8 (55): 29-32.

Sastrapradja, S. D., E. A. Widjaja., J. P. Mogea.,& E. Sudarmonowati. 2000.


Diantara Alunan Bambu dan Bisikan Rotan. Bogor.Naturae Indonesiana
(Naturindo). hlm. 42-48.

Sinambela, A. 2011. Teknologi Pengolahan dan Pemanfaatan Rotan oleh


Masyarakat Kabupaten Langkat. Skripsi Universitas Sumatera Utara.
Medan.

51
Tellu, A, T. 2004. Kunci Identifikasi Rotan (Calamus spp.) Asal Sulawesi
Tengah Berdasarkan Struktur Anatomi Batang. Biodiversitas. 6 (2) : 113-
117.

LAMPIRAN

Lampiran 1.Dokumentasi Kegiatan Magang

Pengenalan Luang Lingkup UPT KPH Briefing Pagi Sebelum Memulai Kegiatan
Bengkayang

Persiapan Patroli Pamhut Pengecekan Titik Panas/Hospot

52
Pengenalan Alat Pemadam Kebakaran Kunjungan Ke Rumah Adat Dayak Desa
Sebujit

53
54
55
56
57
58
59
60

Anda mungkin juga menyukai