Disusun Oleh :
FAKULTAS KEHUTANAN
UNIVERSITAS TANJUNGPURA
PONTIANAK
2023
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa atas berkat dan
rahmat-Nya, penulis dapat menyelesaikan Laporan Magang. Ini dilakukan dalam
rangka memenuhi salah satu syarat untuk mendapatkan nilai Magang pada program
magang reguler Fakultas Kehutanan Universitas TanjungPura.
Penulis menyadari bahwa tanpa bantuan dan bimbingan dari berbagai pihak
sangatlah sulit bagi penulis untuk menyelesaikan laporan hasil Magang ini. Oleh
karena itu, Penulis mengucapkan terima kasih kepada :
1. Bapak Ir. Sofyan Zainal M.Si selaku dosen pembimbing yang telah
meluangkan wakunya untuk membimbing penulis menyelesaikan laporan
hasil Magang.
2. Ibu Dr. Hj Farah Diba, S.Hut, M.Si selaku Dekan Fakultas Kehutanan
Universitas Tanjungpura.
3. Bapak Aripin, S.P, M.Kom selaku kepala UPT KPH Wilayah Bengkayang
yang telah memberikan kesempatan kepada penulis untuk melaksanakan
Magang.
4. Bapak Anastasius Akai selaku supervisor sekaligus pembimbing lapangan
yang telah bersedia membimbing dan memberi arahan selama kegiatan
magang berlangsung.
5. Seluruh pegawai serta rekan-rekan yang telah bekerja sama selama Magang di
UPT KPH Wilayah Bengkayang.
Akhir kata, penulis berharap semoga Tuhan Yang Maha Esa berkenan
membalas segala kebaikan semua pihak yang telah membantu dan semoga laporan
hasil Magang ini dapat membawa hikmah dan manfaat sehingga dapat memberi
inspirasi kepada pembaca.
i
DAFTAR ISI
3.2 Visi dan Misi UPT KPHP Unit II Wilayah Bengkayang ------------------ 10
ii
3.7 Kondisi Fisik Wilayah --------------------------------------------------------- 17
iii
DAFTAR TABEL
Tabel 1. Data jumlah desa yang berada dalam areal wilayah KPH Bengkayang----- 14
Tabel 2. Wilayah KPHP Unit II Bengkayang berdasarkan fungsi kawasan hutan.- - 16
Tabel 3. Batas wilayah KPHP Unit II Bengkayang-------------------------------------- 16
Tabel 4..Kelas Lereng pada areal KPH Unit II Bengkayang---------------------------- 17
Tabel 5.Jenis Tanah di Areal Kerja KPHP Unit II Bengkayang------------------------ 18
Tabel 6. Data Curah Hujan selama 10 tahun terakhir (2009-2028)-------------------- 19
Tabel 7. Lahan Kritis per Blok di Kawasan Hutan -------------------------------------- 20
Tabel 8. Lahan Kritis Pada Wilayah Tertentu--------------------------------------------- 21
Tabel 9. Formasi Geologi di Areal Kerja KPHP Unit II Bengkayang ---------------- 23
Tabel 10. Luas DAS-Sub DAS di KPHP UNIT II Bengkayang.----------------------- 26
Tabel 11. Aksesibilitas menuju KPHP Unit II Bengkayang.---------------------------- 27
Tabel 12. Dasar Hukum Penetapan Kawasan Hutan------------------------------------- 30
iv
DAFTAR GAMBAR
v
BAB I
PENDAHULUAN
1
Penelitian Rahayu dan Sihotang (2013), kepuak ini termasuk salah
satu tumbuhan penghasil serat kulit kayu yang digunakan sebagai bahan
sandang. Pemanfaatan tumbuhan serat kulit kayu biasanya diolah menjadi
bahan mentah ataupun yang sudah diolah menjadi berbagai jenis kerajinan.
Namun sebagian besar pemanfaatkan serat kulit kayu kepuak masih berbasis
masyarakat lokal belum terdokumentasi dengan baik.
Oleh karena itu diharapkan data etnobotani ini menjadi dokumentasi
tentang pemanfaatan serat kulit kayu kepuak oleh suku bangsa di Indonesia,
sehingga berkembang menjadi bahan baku khas daerah yang saat ini diminati,
mendorong kreativitas masyarakat lokal untuk meningkatkan ekonomi dan
pelestariannya dapat di kembangkan.
2. Memperoleh masukan serta umpan balik (feedback) kepada pihak Prodi dan
Fakultas dalam menyesuaikan kurikulum yang sesuai tuntutan dunia kerja.
3. Salah satu upaya percepatan keterserapan alumni pada pasar kerja sehingga
terjalin kerja sama yang saling menguntungkan, pihak insdustri akan
memperoleh input calon tenaga kerja yang sesuai kebutuhannya serta
mengurangi biaya recruitment dan training awal.
2
1.3 Manfaat Magang Bagi Mahasiswa
2. Sarana mempelajari proses industry dan praktik dunia kerja mulai dari
perencanaan, pengorganisasian, dan evaluasi program pada unit-unit kerja
dengan mengembangkan wawasan berpikir keilmuan kreatif dan inovatif.
4. Sarana memperoleh bahan tugas akhir dan menyelsaikan SKS mata kuliah.
3
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Hasil hutan bukan kayu terdiri dari benda-benda hayati yang berasal dari flora
dan fauna. Selain itu termasuk juga jasa air, udara, dan manfaat tidak langsung
dari hutan (UU No. 41 Tahun 1999). Hasil hutan bukan kayu (HHBK) adalah
hasil hutan hayati maupun hewani serta produk turunannya dan budidaya kecuali
kayu yang berasal dari hutan (Permenhut No. 35 Tahun 2007).
Hasil hutan adalah benda-benda hayati, non hayati dan turunannya, serta jasa
yang berasal dari hutan. Salah satu kelompok hasil hutan yang dikenal di
Indonesia adalah hasil hutan bukan kayu (HHBK), ya itu semua hasil hutan baik
nabati (kecuali kayu pertukangan dan kayu bakar) dan hewani, maupun jasa dari
kawasan hutan (Sumadiwangsa 1988).
Hasil hutan bukan kayu adalah hasil hutan hayati baik nabati maupun hewani
beserta produk turunan dan budidaya kecuali kayu yang berasal dari hutan. Hasil
hutan bukan kayu meliputi rotan, bambu, getah, daun, kulit, buah, dan madu serta
masih banyak lagi. Jenis tumbuhan tersebut beberapa diantaranya bahkan
memiliki nilai ekonomi yang sangat tinggi bila dijadikan produk olahan.
Beraneka ragam jenis hasil hutan bukan kayu dapat dimanfaatkan oleh
masyarakat di sekitar hutan. Penelitian Christien dkk (2013)
Kulit kayu kapoak atau bisa di sebut kapoak, merupakan jenis kayu yang bisa
hidup di daerah tropis, seperti Kalimantan dan Sumatera. Kulit kapoak yang
memilik struktur kulit yang berserat padat dan sangat kuat, pada jaman dulu di
yakini oleh masyarakat dayak mampu menjadi pelindung sebagai dinding rumah,
alat pengangkut, untuk mengikat, bahkan pada jaman dahulu, kulit kapoak di
jadikan bahan utama untuk pakaian (suku dayak pedalam Kalimantan).
4
Kulit kepuak, merupakan lapisan kulit kayu yang lunak dan lembut, yang
diperoleh dari bagian dalam anak pohon berusia dua sampai empat tahun. Kulit
kayu diambil dari pohon kapoa. Tanaman ini berdiameter 10-15 cm dan
tingginya sekitar 5-7 meter.
Saat ini kulit kapoak di jadikan bahan-bahan untuk pembuatan rompi, tas,
cawat dll. Bahkan, pejabat yang datang ke Kalimantan seperti terakhir presiden
2015 datang ke Kalimantan untuk menghadiri pesta dayak (Gawai dayak) di
Pontianak , Kalimantan barat di pakaikan ropi dan topi yang terbuat dari kulit
kayu kapoak.
Manfaat Kulit Kayu Kapuak adalah sebagai bahan dasar kerajinan berupa
bidai (tikar), tas, pakaian adat dayak, aksesoris, sangkar lampu, souvenir,
perabotan rumah tangga seperti (kursi) serta kerajinan tangan lainnya.
Bidai, bide’, atau kasah bide’ merupakan karya seni kriya tradisional masyarakat
Bidayuh di Bengkayang, Kalimantan Barat. Terbuat dari rotan dan kulit kayu
kapoa atau kapuak, tikar bidai kuat dan tahan lama. Pada masa lalu bidai banyak
digunakan untuk menjemur hasil panen berupa padi-padian atau palawija, dan
juga digunakan untuk perlengkapan rumah. Baik untuk alas tidur atau fungsi
lainnya yang sejenis. Tikar bidai yang kuat dan tahan lama cocok untuk
digunakan untuk berbagai keperluan. Meski sering terkena air hujan dan sinar
matahari langsung, tikar ini tidak cepat rusak. Bahan baku bidai yang terbuat dari
rotan dan kulit kayu ini mencerminkan kondisi alam di sekitar tempat tinggal.
5
Bidai merupakan hasil karya seni tradisional masyarakat Jagoi Babang yang
berbentuk lembaran anyaman dan terbuat dari kulit kayu dan rotan. Anyaman
bidai merupakan salah satu hasil kreativitas berbasis kearifan lokal yang
berpotensi untuk dikembangkan sebagai salah satu produk andalan UMKM
Kecamatan Jagoi Babang. Pada masa lampau, anyaman bidai memiliki nilai
sakral/keagamaan bagi masyarakat Suku Dayak di Bengkayang. Kerajinan
tangan anyaman bidai sangat digemari di pasar Malaysia, karena memiliki nilai
karya seni budaya dan memiliki sejumlah keunggulan jika dibandingkan dengan
produk serupa yang dihasilkan oleh perajin di Malaysia.
Kulit kayu kapuak, juga dikenal sebagai kulit kayu merah, adalah bahan alami
yang berasal dari kulit kayu pohon kapuak (Diospyros texana). Bahan ini
memiliki tekstur yang unik dan sering digunakan dalam berbagai kerajinan
tangan dan proyek seni. Berikut adalah beberapa kerajinan yang terbuat dari kulit
kayu kapuak:
1. Kerajinan Tangan:
Pakaian dan Aksesori: Kulit kayu kapuak dapat digunakan dalam
pembuatan pakaian seperti jaket, topi, dan tas. Potongan-potongan
kecil dari kulit kayu ini juga bisa digunakan untuk menghias
aksesori seperti gelang, kalung, atau anting-anting.
Kain dan Karya Seni Textil: Kulit kayu kapuak dapat digunakan
sebagai bahan tambahan dalam karya seni tekstil seperti quilting,
bordir, atau pemintalan benang.
Barang-barang Rumah Tangga: Anda bisa membuat barang-
barang rumah tangga unik seperti tempat meja, lampu dinding,
atau bingkai foto dengan menggunakan kulit kayu kapuak sebagai
elemen dekoratif.
6
2. Seni dan Lukisan:
Kulit kayu kapuak sering digunakan sebagai latar belakang atau bahan
dasar untuk seni lukis. Seniman sering menggunakan tekstur dan warna
alami kulit kayu ini untuk menciptakan karya seni yang indah dan unik.
3. Kerajinan Kayu:
Kulit kayu kapuak juga bisa digunakan dalam kerajinan kayu seperti
pembuatan miniatur rumah, mainan, atau patung kayu. Ini memberikan
sentuhan alami pada produk-produk kayu.
4. Seni Eksperimental:
Banyak seniman dan pengrajin yang menggunakan kulit kayu kapuak
dalam karya seni eksperimental. Mereka mencoba berbagai teknik seperti
pencelupan, pewarnaan, dan laminasi untuk menciptakan hasil yang
menarik.
Penggunaan kulit kayu kapuak dalam kerajinan tangan dan seni memberikan
sentuhan alami dan tekstur yang unik pada produk-produk tersebut. Selain itu,
penggunaan bahan alami seperti ini juga mendukung prinsip keberlanjutan dalam
seni dan kerajinan, karena kulit kayu kapuak adalah produk sampingan dari
industri kayu dan dapat diambil tanpa merusak pohon yang berkelanjutan.
7
BAB III
GAMBARAN UMUM LOKASI MAGANG
8
Mencermati berbagai persoalan dalam pelaksanaan pengelolaan hutan,
maka diperlukan perencanaan pengolahan hutan yang baik. Hal ini memerlukan
kualitas dan kuantitas strategi, program kerja, struktur organisasi dan aspek
finansial supaya tercipta kondisi untuk melaksanakan monitoring, pelaporan dan
verifikasi dalam suatu basis unit-unit kelestarian yang permanen. Dengan adanya
rencana pengelolaan jangka panjang maka akan memudahkan penyusunan
rencana pengelolaan jangka pendek yang lebih terukur dan dapat
diimplementasikan. (RPHJP 2020-2019)
9
3.2 Visi dan Misi UPT KPHP Unit II Wilayah Bengkayang
10
4) Pelaksanaan perlindungan, pengamanan dan konservasi alam bersama
masyarakat.
11
2) Tersusunnya perencanaan hutan meliputi : rencana pengelolaan hutan jangka
panjang tahun 2020-2029, rencana pengelolaan jangka pendek mulai tahun
2020, dan rencana strategis jangka menengah 5 tahunan (2020-2024).
3) Terbangnya database berbasis blog dan petak secara akurat setiap tahun.
4) Terbangunnya kelembagaan yang profesional, efektif dan efisien (Perda dan
Pergub Organisasi KPH, Pergub sumbangan pihak ketiga dan bagi hasil
kemitraan, Pergub badan layanan umum Daerah, SOP KPH serta SDM KPH
yang cukup dan berkualitas).
5) Tersedianya sarana dan prasarana operasional yang memadai.
6) Terbentuknya dan terbinanya kelompok tani hutan dan koperasi sebagai
lembaga usaha kelompok, dalam upaya terwujudnya prinsip-prinsip dan nilai-
nilai kearifan lokal dalam pengelolaan hutan lestari.
7) Terlaksananya patroli hutan secara intensif dan berkelanjutan, pemberantasan
illegal logging dan perambahan kawasan, pencegahan kebakaran hutan dan
lahan, pemantauan dan penurunan tingkat konflik tenurial.
8) Terwujudnya pengembangan objek daya tarik wisata alam dan kemitraan
pemanfaatan wisata alam dan jasa lingkungan lainnya di Riam Batu Timah
Dusun Madi Desa Tiga Berkat Kecamatan Lumar dan Riam Budi Dusun
Pelayo Desa cipta Karya Kecamatan Sungai Betung.
9) Terlaksananya reboisasi dan pengkayaan hutan, partisipasi masyarakat/KTH
dalam rehabilitasi hutan serta kemitraan pemanfaatan HHBK.
10) Tersusunnya rencana pengembangan usaha KPH dan kemitraan pemanfaatan
HHBK, jasa lingkungan wisata alam dan jasa lingkungan pemanfaatan air
pada di hutan produksi seluas 13.224 Ha, hutan lindung seluas 26.313 Ha dan
hutan produksi terbatas seluas 46.114 Ha, tersedianya sarana prasarana
pengelolaan dan terlaksananya pemasaran hasil hutan yang memadai.
12
Tujuan pengelolaan hutan yang akan dicapai oleh KPHP Unit II Bengkayang pada
akhir jangka pengelolaan tahun 2029 adalah:
13
3.4 Letak UPT KPHP Unit II Wilayah Bengkayang
Tabel 1
Data jumlah desa yang berada dalam areal wilayah KPHP Unit II Bengkayang.
7 Seluas Bemgkawan 1
Total 30
14
3.5 Luas UPT KPHP Unit II Wilayah Bengkayang.
15
Tabel 2
Wilayah KPHP Unit II Bengkayang berdasarkan fungsi kawasan hutan.
16
3.7 Kondisi Fisik Wilayah
A. Kemiringan Lereng
Topografi di areal KPHP Unit II Bengkayang pada umumnya berlereng datar.
Sekitar 58,63 % atau 85.341 Ha.). Untuk ulasannya dapat dilihat pada tabel 4.
Tabel 4.
Kelas Lereng pada areal KPH Unit II Bengkayang.
No Kelas Lereng Fungsi Kawasan Luas Luas %
1 Datar (0-8)% Hutan Lindung 1.592 85.341 58,63
Hutan Produksi 56.057
Hutan Produksi 27.692
Terbatas
2 Landai (8-15)% Hutan Lindung 1.847 12.285 58,63
Hutan Produksi 8.310
Hutan Produksi 2.128
Terbatas
3 Agak Curam Hutan Lindung 8.766 21.557 8,44
(25-40)% Hutan Produksi 2.962
Hutan Produksi 9.829
Terbatas
4 Curam (25-40) Hutan Lindung 8.475 15.805 14,81
% Hutan Produksi 1.489
Hutan Produksi 5.841
Terbatas
5 Sangat Curam Hutan Lindung 9.270 10.570 7,26
(>40) % Hutan Produksi 667
Hutan Produksi 633
Terbatas
TOTAL 145.558 145.558 100
Sumber: Peta Kelas Lereng Provinsi Kalimantan Barat Tahun 2002.
17
B. Jenis Tanah
Jenis tanah di kawasan KPHP Unit II Bengkayang dapat dilihat pada Peta
Jenis Tanah KPHP Unit II Bengkayang (Terlampir) dimana terlihat sebagian
besar adalah jenis tanah Podsolik Merah Kuning (PMK) yaitu sekitar 93,23%
atau 135.698 Ha. Untuk data jenis tanah dari masing-masing fungsi kawasan
hutan dapat dilihat di Tabel 8 .
Tabel 5.
Jenis Tanah di Areal Kerja KPHP Unit II Bengkayang
18
C. Curah Hujan
Pada RPH Siding intensitas rata-rata curah hujan selama 10 tahun dari tahun
2009 sampai dengan tahun 2018 sebesar 3.523,40 mm/ tahun. Dengan rata-
rata curah hujan bulanan selama 10 tahun sebesar 293,61 mm/bulan. Rata-rata
hari hujan selama 10 tahun adalah 170 hari/tahun sedangkan pada rata-rata
hari hujan per bulan selama 10 tahun adalah 14 hari. Data curah hujan bulanan
(millimeter) dan data hari hujan bulanan (hari) selama 10 tahun (2008-2018)
di 4 stasiun BMKG (sumber : Stasiun Klimatologi Kelas II Mempawah,
2019 ) di Kabupaten Bengkayang (Terlampir). Berikut secara khusus
dilampirkan data dari stasiun Sanggau Ledo Bengkayang.
Tahun Jan Fe MApr Mei Jun Jul Ags Sep Ok Nov Des
a
r
2009 56 30 3 278 128 24 20 210 21 28 874 584
4
6
2010 44 34 2 159 195 19 51 215 26 21 442 514
3
5
2011 56 21 3 277 194 79 78 142 76 21 452 648
1
8
2012 51 18 3 224 150 27 23 82 20 28 594 434
5
3
2013 14 34 2 183 156 98 19 203 22 31 342 573
2
0
2014 15 46 2 452 232 66 55 454 27 39 384 477
19
2
9
2015 83 37 2 378 190 23 25 284 22 13 364 433
8
2
2016 42 61 1 260 389 13 34 44 20 13 322 384
8
5
2017 27 28 3 203 292 12 22 372 34 27 397 322
4
3
2018 24 29 4 310 397 29 69 116 24 63 285 317
2
6
Tabel 6.
Data Curah Hujan selama 10 tahun terakhir (2009-2028).
Sumber : BMKG Stasiun Klimatologi Kelas II Mempawah, Stasiun Sanggau Ledo Begkayang.
D. Lahan Kritis.
Kawasan KPHP Unit II Bengkayang terdapat Lahan kritis yang tersebar di
masing- masing blok.. Peta Lahan kritis di areal KPHP Unit II Bengkayang
pada masing-masing blok yang terdapat pada disajikan dalam Tabel 10.
Tabel 7.
Lahan Kritis per Blok di Kawasan Hutan pada KPHP Unit II Bengkayang.
20
k
Bengkayang Kritis Kritis Kritis Kr
itis
HL-Blok Inti 238 247 214 824 95 1.618
HL-Blok 133 8.750 4.642 12.07 2.579 28.131
Pemanfaatan 2
HP-Blok 2 21.17 19.352 1.262 2.765 44.556
Pemanfaatan 5
HHK-HT
HP-Blok 1 298 11.017 1.336 1.263 13.915
Pemberdayan
HP- Blok 229 9.013 425 702 13 10.382
Perlindungan
HP-Blok - 16 781 46 - 843
HPT-Blok 76 8.306 20.970 4.474 1.767 35.593
Pemanfaatan
HPT-Blok - 394 3.912 1.038 112 5.456
Pemberdayan
HPT- Blok - 3.014 921 566 563 5.064
Perlindungan
TOTAL 679 51.21 62.234 22.27 9.157 5.064
3 5
Sumber : Peta Lahan Kritis BPDASHL Kapuas Tahun, 2018.
Pada wilayah tertentu, Luas wilayah sangat kritis 136 Ha, luas wilayah Lahan
kritis seluas 15.308 Ha, Lahan potensial kritis seluas 24.633 Ha, agak kritis
seluas 14.776 Ha dan tidak kritis seluas 4.678 Ha. Terdapat pada blok HL-
Pemanfaatan, blok HP- pemberdayaan, Blok Pemberdayaan HHK-HT dan
blok HP-Pemanfaatan Jasling dan HHBK. Data Lahan kritis pada wilayah
tertentu dan diluar wilayah tertentu disajikan dalam Tabel 11.
21
Tabel 8.
Lahan Kritis Pada Wilayah Tertentu dan di Luar Wilayah Tertentu di
Kawasan Hutan pada KPHP Unit II Bengkayang.
22
0 3
2 1
7
Pemanfaatan
HP - Blok 2 21.175 19.352 1 2.765 4
. 4.
2 5
6 5
2 6
Pemanfaatan
HHKHT
HP - Blok 1 298 1 1.263 13
11.0 . .
17 3 91
3 5
6
Pemberdayaan
Masyarakat
HP - Blok 229 9.013 425 13 1
7 0.
0 3
2 8
2
Perlindungan
HP - Blok - 16 781 -
4 8
6 4
3
Pemanfaatan
Jasling Dan
23
HHBK
HPT - Blok 76 8.306 20.970 4 1.767 3
. 5.
4 5
7 9
4 3
Pemanfaatan
HHKHT
HPT - Blok - 394 1 112 5.456
3.91 .
2 0
3
8
Pemberdayaan
Masyarakat
HPT - Blok - 3.014 912 563 5.064
5
6
6
Perlindungan
Wilayah 136 15.308 24.633 1 5.125 5
4 9.
. 9
7 7
7 8
6
Tertentu
HL - Blok 133 8.750 4.642 1 2.497 2
2 8.
. 0
24
0 4
7 9
1
Pemanfaatan
HP - Blok 2 5.850 4.281 1. 254 1
3 1.
2 7
9 1
6
Pemanfaatan
HHKHT
HP - Blok 1 298 11.017 1 1.264 1
. 3.
3 9
3 1
6 6
Pemberdayaan
HP - Blok - 16 781 - 8
4 4
6 3
Pemanfaatan
Jasling Dan
HHBK
Sumber : Peta Lahan Kritis BPDASHL Kapuas Tahun 2018
E. Geologi
Berdasarkan Peta Geologi KPHP Unit II Bengkayang fomasi geologi yang
25
berada di kawasan KPHP Unit II Bengkayang pada umumnya formasi geologi
kelompok Bengkayang seluas 50.979 Ha atau 35,02 % dari luas keseluruhan.
Peta Geologi (Terlampir). Untuk data sebaran geologi pada masing-masing
fungsi kawasan hutan dapat dilihat pada Tabel 12.
Tabel 9.
Formasi Geologi di Areal Kerja KPHP Unit II Bengkayang.
26
Hutan Produksi -
Terbatas
3 Batuan Gunungapi Hutan Lindung - 1.025
Raya
Hutan Produksi 1 0,70
.
0
2
5
Hutan Produksi -
Terbatas
4 Batuan Gunungapi Hutan Lindung 4 766 0,53
2
3
Sekadau
Hutan Produksi 3
4
3
Hutan Produksi -
Terbatas
5 Batuan Gunungapi Hutan Lindung 2 8.701
.
7
5
9
Serantak
Hutan Produksi 4 5,98
.
9
6
27
5
Hutan Produksi 9
7
7
Terbatas
6 Batuan Malihan Pinoh Hutan Lindung 9 4.950
3
7
Hutan Produksi 4 3,40
.
0
1
3
Hutan Produksi -
7 Hutan Lindung 5.665 9.847
Hutan Produksi 3.336 6,77
Hutan Produksi 846
Terbatas
8 Batupasir Kayan Hutan Lindung 886 19.697
Hutan Produksi - 13,53
Hutan Produksi 18.811
Terbatas
9 Batuan Dasit Bawang Hutan Lindung 923 2.305
Hutan Produksi 598 1,58
Hutan Produksi 784
Terbatas
10 Batuan Formasi Hutan Lindung 5.325 11.447
Banan
Hutan Produksi 5.178 7,86
28
Hutan Produksi 944
Terbatas
11 Batuan Formasi Hutan Lindung 6.357 30.039
Pedawan
Hutan Produksi 377 20,64
Hutan Produksi 23.305
Terbatas
12 Batuan Granit Pueh Hutan Lindung - 882
Hutan Produksi - 0,61
Hutan Produksi 882
Terbatas
13 Batuan Kelompok Hutan Lindung 778 50.979
Bengkayang
Hutan Produksi 49.773 50.979
Hutan Produksi 428
Terbatas
14 Batuan Komplek Hutan Lindung - 619
Serabang
Hutan Produksi - 0,43
Hutan Produksi 619
Terbatas
15 Batuan Rombakan Hutan Lindung - 1.376
Lereng
Hutan Produksi 1.376 0,95
Hutan Produksi 597
Terbatas
TOTAL 145.558 145.558 100
Sumber: Peta Geologi Provinsi Kalimantan Barat tahun 2002
29
30
F. Daerah Aliran Sungai
Kabupaten Bengkayang termasuk ke dalam pemangkuan wilayah DAS Kapuas,
DAS Sambas, DAS Sebangkau dan DAS Selakau (Terlampir). Data luas areal tiap-
tiap DAS dan Sub DAS dapat dilihat pada Tabel 13.
Tabel 10.
Luas DAS-Sub DAS di KPHP UNIT II Bengkayang.
No Nama Fungsi Kawasan Luas Luas (%)
DAS Sub (Ha)
DAS
1 Kapuas Hutan Lindung 11.828 17.301 11,89
Hutan Produksi 3.586
Hutan Produksi 1.887
Terbatas
2 Sambas Hutan Lindung 11.131 103.766 71,29
Hutan Produksi 49.119
Hutan Produksi 43.516
Terbatas
3 Sebangkau Hutan Lindung 4.285 16.601 11,41
Hutan Produksi 12.316
Hutan Produksi -
Terbatas
4 Selakau Hutan Lindung 2.506 7.890 5,42
Hutan Produksi 4.666
Hutan Produksi 718
Terbatas
Total 145.558 145.558 100
Sumber : BPDASHL Kapuas,2018.
3.8 Aksesibilitas
31
Kawasan KPHP Unit II Bengkayang dapat diakses melalui jalan darat dari
Pontianak. Khusus menuju kawasan KPHP Unit II Wilayah Bengkayang, route jalan
darat yang dilewati adalah Pontianak – Kota Bengkayang yang berjarak kurang lebih
164 km dan dapat ditempuh dalam waktu 4 jam dengan kendaraan roda empat (jalan
darat teraspal). Akses jalan ke beberapa desa di wilayah kecamatan yang terletak di
dalam dan sekitar wilayah KPHP Unit II Bengkayang dapat diakses melalui jalur darat.
Yang paling jauh adalah akses ke Kecamatan Sidding yang dapat ditempuh dalam
waktu kurang lebih 2 jam, dan Kecamatan Jagoi Babang sekitar 1 Jam 50 menit. Pada
umumnya jalan beraspal, namun ketika memasuki daerah terpencil menjadi sulit
karena belum tersedia jembatan dan jalan berlumpur yang sulit dilalui. Sementara
daerah yang lain lebih mudah dijangkau. Secara umum dapat dikatakan bahwa
aksesibilitas di KPHP Unit II Bengkayang cukup tinggi dimana dari 10 Kecamatan
yang terdapat kawasan hutan ada 9 kecamatan yang bisa dijangkau dalam waktu
kurang dari 2 jam melalui jalan darat. Hanya ada 1 kecamatan yang tergolong memiliki
aksesibilitas sedang atau rendah yaitu Kecamatan Siding yang dapat dijangkau lebih
dari 2 jam. Tabel Aksesibilitas dapat dilihat pada Tabel 14.
Tabel 11.
Aksesibilitas menuju KPHP Unit II Bengkayang.
32
Kec. Ledo 60 Menit
Kec. Suti 5 1 jam Roda Empat
Semarang 15 20 dan sepeda
Kec. 15 Menit motor
Bengkayang 80 30
Kec. Sungai 120 Menit
Betung 110 30
Kec. Lumar 40 Menit
Kec. Seluas 1,5 jam
Kec. Siding 2 jam
Kec. Jagoi 1,8 Jam
Babang 50 menit
Kec. Lembah Bawang
Sumber : Hasil Analisa dan PengoLahan Data KPHP Unit II Bengkayang, 2019
33
Peta Akses KPHP Unit II Bengkayang terlampir di bawah ini:
Tabel 12.
34
Dasar Hukum Penetapan Kawasan Hutan Di KPHP Unit II Bengkayang
35
KOMANDAN BRIGDAL
KEPALA KPH
Aripin, S.P, M.Kom
36
lampiran. Jam kerja efektif dimulai dari pukul 07.15 WIB sampai 15.30 WIB dari hari
Senin sampai Jumat.
Gambar 2. Kunjungan dan Pengenalan Ruang lingkup Kantor UPT KPH Bengkayang.
37
Kegiatan magang selalu didiskusikan bersama pendamping lapangan setiap pagi
pada pukul 07.15 WIB. Setelah itu, pendamping lapangan akan memberikan arahan
tentang apa saja kegiatan yang akan dilakukan mahasiswa.
Gambar 4. Kegiatan Penyusunan Berkas Pegawai Negeri Sipil UPT KPH Bengkayang.
4.2.4 Kegiatan Pengecekan Lahan
Agenda pelaksanaan kegiatan ini dilakukan pada tanggal 21 Juli 2023 di Desa karya
Bhakti Kecamat Lumar, Kabupaten Bengkayang kegiatan ini dengan melakukan
38
pengecekan lahan dan didampingi oleh polisi hutan , brigade dari UPT KPH Bengkayang
dan anak mahasiswa kehutanan . pada lokasi titik api kegiatan yang dilakukan dengan
pengecekan lahan yang terpantau oleh satelit sebagai lokasi keberadaan titik api.
Pengecekan lahan ini bertujuan untuk mengecek apakah lahan yang terpantau pada
lokasi titik api ini menimbulkan Kebakaran Hutan dan Lahan, sebuah titik api yang
ditangkap oleh satelit akibat panas yang ditimbulkan kebakaran pada proses pembukaan
lahan oleh petani dan pekebun dan lahan yang terbakar seluas 1 hektar, kebakaran semak
belukar dengan status kawasan APL.
Pelaksanaan patroli ini dilakukan di beberapa daerah yang terdeksi melalui satelit
yang terhubung dengan aplikasi dengan melakukan pendataan serta dokumentasi untuk
40
pemantauan lebih lanjut akibat kerusakan yang ditimbulkan oleh karhutla. Kegiatan ini
sekaligus memberi brosur/pamflet Kebakaran Hutan dan illegal logging yang bertujuan
untuk memberikan sosialisasi terhadap masyarakat mengenai pencegahan dan
penanggulangan kebakaran hutan dan lahan kawasan KPHP Unit II Wilayah
Bengkayang.
41
4.2.7 Kunjungan Ke Rumah Adat Desa Sebujit Kecamatan Siding Kabupaten
Bengkayang
42
4.2.8 Kunjungan Ke Pengrajin Kulit Kayu Kapuak Di Desa Sebujit
Pada kunjungan ke salah satu rumah pengrajin kulit kayu kapuak di desa
Sebujit Kecamatan Siding Kabupaten Bengkayang kami melakukan wawancara
terhadap salah satu pengrajin kulit kayu kapuak di Desa Sebujit Kecamatan Siding
Kabupaten Bengkayang mendapatkan informasi bahwa kulit kayu yang diperoleh
pengrajin untuk dijadikan bahan dasar kerajinan adalah di dapat dari hutan sekitar
desa yang masih banyak sekali terdapat bahan baku kulit kayu kapuak itu sendiri.
Di industri rumahan pengrajin ini mengolah dari awal bagaimana kulit kayu
tersebut hingga siap di pasarkan ke sekitar indonesia bahkan ekspor ke luar negeri.
Metode yang digunakan untuk mengolah kulit kayu kapuak menjadi kerajinan
dilakukan dengan metode tradisional dengan cara memukul kulit kayu hingga
menjadi tipis dan dijemur selama beberapa hari agar kadar airnya menurun. Barulah
kulit kayu yang sudah diolah tersebut siap dijadikan bahan dasar untuk berbagai
kerajinan tradisional.
43
4.3 Pembahasan Kerajinan dari Kulit Kayu Kapuak
4.3.1 Pembahasan Kerajinan Dari Kulit Kayu Kapuak
Salah satu hasil tumbuhan alam yang dimanfaatkan dalam bidang furniture
dan kerajinan adalah Kulit Kayu Kapuak. Kulit Kayu Kapuak merupakan tumbuhan
Hasil Hutan Bukan Kayu (HHBK) yang tumbuh subur di rimba Indonesia. Bahkan
flora keluarga Palmae ini menjadi komoditas utama hutan-hutan di Kalimantan,
Sulawesi, Sumatera dan Papua.
Pemanfaatan Kulit Kayu Kapuak sebagai produk kerajinan tidak lepas dari
sifat yang dimilikinya, meliputi sifat anatomi, kimia, struktur, fisik, mekanis dan
sifat awet dijadikan produk kerajinan . Meski mulai tergantikan oleh bahan baku
rotan sintetis, akan tetapi kerajinan kulit kayu kapuak tetap memiliki segmen
peminat tersendiri.. Selain itu, secara sosio-kultural, kulit kayu kapuak juga erat
dengan kehidupan beberapa suku asli Indonesia, seperti masyarakat Dayak yang
telah ratusan tahun membudidayakan rotan secara tradisional.
Salah satu daerah penghasil kerajinan dari rotan yaitu Desa Sebujit
Kecamatan Siding Kabupaten Bengkayang. Masyarakat di Desa tersebut sudah
lama memanfaatkan Kulit Kayu Kapuak sebagai produk kerajinan guna sebagai
budaya dan alat pakai sehari-hari. Survei kerajinan kulit kayu kapuak dilakukan
dengan metode wawancara. Dari informasi yang kami dapat saat wawancara adalah
kulit kayu kapuak dijadikan bahan dasar berbagai kerajinan contohnya adalah bidai,
tas serta rumah lampu yang berbahan dasar juga dari rotan.
44
4.3.2 Proses Pembuatan Kerajinan Bidai Dari Bahan Dasar Kulit Kayu Kapuak Dan
Rotan
Proses awal pembuatan bidai adalah menentukan jenis rotan, warna hingga
kualitas bahan baku untuk menentukan kualitas bidai yang dihasilkan dari rotan dan
kulit kayu kapuak. Langkah awal pembuatannya adalah dengan cara menyiapkan
bahan bahan seperti bahan baku rotan , bahan baku kulit kayu kapuak, cairan
perekat dan alat pemukul. Langkah selanjutnya adalah meratakan rotan yang
tergulung menjadi lurus menggunakan alat tradisional agar bagian pada rotan
mudah dirangkai menjadi bidai.
Langkah selanjutnya adalah mulai merangkai rotan serta kulit kayu kapuak
menjadi bidai sesuai dengan pesanan dan keinginan pasar. Lalu langkah selanjutnya
adalah menyiapkan cairan perekat agar bidai yang digunakan bernilai tinggi serta
tahan lama dan kuat. Langkah terakhir adalah dengan menjemur bidai agar bagian
rotan dengan kulit kayu kapuak merekat sempurna dan menghasilkan kualitas bidai
yang tahan lama dan kuatt
45
4.3.3 Hasil Kerajinan Dari Bahan Baku Kulit Kayu Kapuak
Kulit kayu kapuak adalah bahan baku untuk membuat bidai. Selain bidai kulit
kayu kapuak menjadi bahan baku kerajinan lain seperti tas, sangkar lampu, topi,
tudung saji, dan beberapa aksesoris. Hasil kerajinan kulit kayu kapuak ini dibuat
langsung di tempat kerajinan membuat bidai di Desa Jagoi Kecamatan Jagoi
Babang Bengkayang. Kulit kayu kapuak ini dikirim langsung dari Desa Sebujit
Kecamatan Siding Kabupaten Bengkayang. Seperti pada kerajinan tas kulit kayu
kapuak ini juga di rangkai dengan bahan baku rotan, hampir semua kerajinan disini
dibuat dengan kulit kayu kapuak dengan rotan. Rotan disini di dapatkan dari desa
sekitar dan menurut penuturan para pengrajin disini sebagian besar rotan di
dapatkan dari provinsi Kalimantan Tengah. Kerajinan yang diproduksi disini
selanjutntya akan di jual ke berbagai daerah akan tetapi menurut penuturan para
pengrajin disini sebagian besar hasil kerajinan disini di ekspor ke Negara Malaysia.
Dahulu para penjual menjual kerajinan ini dengan cara tradisional yaitu menjualnya
di pasar perbatasan namun sekarang perbatasan Indonesia-Malaysia sudah lebih
ketat peraturannya sehingga para penjual tidak lagi memasarkan hasil kerajinan
tersebut di pasar perbatasan lagi melainkan di ekspor langsung ke Negara Malaysia.
Berikut merupakan dokumentasi hasil dari kerajinan berbahan dasar kulit kayu
kapuak dan rotan :
Tas: Tas pada gambar ini merupakan kerajinan
yang terbuat dari bahan dasar kulit kayu kapuak
dan rotan. Menurut konsumen dengan
mengunakan kulit kayu kapuak serta rotan
memiliki tingkat keawetan yang tinggi dan
tahan lama serta memiliki nilai dekoratif yang
baik. Tas ini juga dapat memperkenalkan
warisan budaya daerah yang dapat terus
dilestarikan.
46
Gambar 11. Hasil kerajinan tas dari bahan dasar kulit kayu kapuak dan rotan
saji Tudung Saji: Tudung saji ini terbuat dari bahan
dasar rotan dan kulit kayu kapuak. Tudung saji ini
dipergunakan untuk menutup makanan dari kotoran
di udara serta menjaga makanan dari hinggapan
serangga. Tudung saji ini termasuk barang
tradisional yang masih di lestarikan oleh warga
sekitar dan barang yang harus tetap dijaga
kelestariannya..
Gambar 12. Hasil kerajinan tudung saji dari bahan
47
4.3. Pengalaman Positif yang di Peroleh Selama Magang
48
BAB V
PENUTUP
5.1 Kesimpulan
Dari hasil praktek magang dan pembahasan serta analisis data yang telah dilakukan
dapat disimpulkan sebagai berikut :
Berdasarkan hasil pembahasan yang sesuai dengan judul yang penulis ajukan ,maka
penulis dapat menarik kesimpulan bahwa :
49
5.2 Saran
50
DAFTAR PUSTAKA
Karnefi, V Sozi, 2005, Uji kekuatan Kayu terap dengan metode Tarik kearah
lebar panjang, Jurnal Gradien, vol . 1, no. 1, hal 20 -22.
Hermansyah, A. 1982. Mengenal Rotan sebagai Hasil Hutan Non Kayu. Duta
Rimba. 8 (55): 29-32.
51
Tellu, A, T. 2004. Kunci Identifikasi Rotan (Calamus spp.) Asal Sulawesi
Tengah Berdasarkan Struktur Anatomi Batang. Biodiversitas. 6 (2) : 113-
117.
LAMPIRAN
Pengenalan Luang Lingkup UPT KPH Briefing Pagi Sebelum Memulai Kegiatan
Bengkayang
52
Pengenalan Alat Pemadam Kebakaran Kunjungan Ke Rumah Adat Dayak Desa
Sebujit
53
54
55
56
57
58
59
60