Anda di halaman 1dari 39

ISBN:

PENGENALAN KUALITAS ROTAN


DI LAPANGAN

Jasni
Krisdianto

Pusat Penelitian dan Pengembangan Hasil Hutan Pusat Penelitian dan Pengembangan Hasil Hutan
Jl.Gunung Batu 5 Bogor 16610
Telp/Fax. (0251) 8633378 / 8633413 Badan Penelitian, Pengembangan dan Inovasi
email: info@pustekolah.org Lingkungan Hidup dan Kehutanan
www.pustekolah.org Bogor, 2015
Penulis :
Dr. Krisdianto, S.Hut, M.Si
Dra. Jasni, M.Si

Editor:
Dr. Ir. Osly Rachman, M.Sc

Penyunting :
Ir. Didik Purwito, M.Sc

Penerbit :
Pusat Penelitian dan Pengembangan Hasil Hutan
Jl. Gunung Batu No.5
Bogor – 161999
web: www.pustekolah.org
email: publikasi@pustekolah.org
Rotan adalah salah satu hasil hutan bukan kayu (HHBK)
yang memiliki nilai ekonomis dan estetika yang tinggi. Produk-
produk dari rotan sangat diminati masyarakat baik dalam negeri
maupun luar negeri. Karena produk-produk rotan memiliki
berbagai keunggulan, salah satu keunggulan produk rotan yaitu
memiliki karekter yang unik, selain itu juga mempunyai kesan
eksotis dan alami.
Tingginya minat terhadap produk-produk rotan,
mendorong dibentuknya asosiasi atau organisasi dunia di bidang
rotan dan bambu: International Network for Bamboo and Rattan
(INBAR). INBAR mempunyai tujuan meningkatkan kehidupan
petani rotan dan perajin bambu diseluruh dunia. Untuk
menyamakan kualitas rotan, INBAR telah membuat standar
yang harus diadopsi oleh para perajin rotan di seluruh dunia
diantaranya adalah Indonesia. Namun demikian belum semua
negara penghasil rotan mengadopsinya.
Buku pedoman ini menguraikan secara praktis karakter,
sifat, dan kualitas rotan melalui pengenalan cacat rotan di
lapangan, dengan mengacu pada standar kualitas rotan INBAR
yang telah diacu dalam SNI (Standar Nasional Indonesia) 01-
7208-2006.
Semoga buku ini dapat memberi manfaat dalam
membantu mengidentifikasi/membantu cacat rota di lapangan.

Bogor, Agustus 2015


Kepala Pusat

Dr. Ir. Dwi Sudharto, M.Sc.


Hal.
KATA PENGANTAR -------------------------------------------------------i
DAFTAR ISI ------------------------------------------------------------------
iii
DAFTAR TABEL ------------------------------------------------------------
v
DAFTAR GAMBAR --------------------------------------------------------
vii
I. PENDAHULUAN --------------------------------------------------- 1
II. PENENTUAN KUALITAS (GRADING) ---------------------- 2
A. Penentuan Kualitas Setelah Pemrosesan -------------------- 4
B. Penentuan Kualitas Sebelum Diperdagangkan ------------- 6
III. PENGENALAN CACAT ROTAN ------------------------------ 7
A. Pengertian Cacat Rotan -----------------------------------------
7
B. Penyebab Cacat --------------------------------------------------
8
1. Faktor Genetis -------------------------------------------------
8
2. Faktor Biologis ------------------------------------------------
10
3. Faktor Fisis-mekanis -----------------------------------------
14
4. Cacat Ukuran --------------------------------------------------
17
5. Faktor Kimiawi -----------------------------------------------
18
C. Jenis Cacat Rotan dan Distribusinya --------------------------
18
D. Cara Penanggulangan Cacat Rotan ---------------------------20
1. Cacat Genetis --------------------------------------------------
20
2. Cacat Biologis -------------------------------------------------
21
3. Cacat Fisis-mekanis ------------------------------------------
21
IV. PENUTUP ------------------------------------------------------------
21
DAFTAR PUSTAKA

iii
Tabel Hal.
1. Pengelompokkan organisme perusak rotan ----------------------- 11
2. Jenis cacat yang terdapat pada rotan dan
distrubusinya menurut kelas cacat dan sortimen
rotan --------------------------------------------------------------------
19

iv
Gambar Hal.
1. Rotan besar (a) dan rotan kecil (b) ---------------------------------- 3
2. Penyortiran diameter rotan ------------------------------------------- 3
3. Penggorengan rotan --------------------------------------------------- 5
4. Pembersihan permukaan rotan dengan air
bertekanan tinggi ------------------------------------------------------ 5
5. Buku menonjol (Sumber: Hing, 1991) ----------------------------- 8
6. Cacat batang terpuntir (Sumber: Hing, 1991) --------------------- 9
7. Sepotong rotan dengan cacat ruas pendek (Sumber:
Hing, 1991, dan Jasni, 2009) ---------------------------------------- 9
8. Kulit mengelupas (Sumber: Jasni, 2006) -------------------------- 9
9. Warna kulit rotan (Sumber: Jasni, 2006) --------------------------- 10
10. Diameter ruas berbeda (Sumber: Hing, 1991 --------------------- 10
11. Perubahan warna rotan akibat diserang jamur pada
kondisi basah (a) dan kering (b). ------------------------------------ 12
12. Cacat mata pecah akibat serangan sejenis
cacing.(Sumber: Hing, 1991, Jasni, 2005) --------------------------------- 12
13. Cacat akibat kumbang bubuk basah (perhatikan lubang-
lubang dengan pinggir hitam. (Sumber: Jasni, 2005). ------------------- 13
14. Lubang gerek akibat terserang bubuk kering. (Sumber:
13
Jasni, 2005) -----------------------------------------------------------------------
15. (a & b) Bubuk dewasa Dinoderus minutus Fabr.; (c)
Larva bubuk Dinoderus minutus Fabr. (Sumber: Sri
13
Harwati, 1999) -------------------------------------------------------------------
16 Cacat keriput.(Sumber: Jasni, 2005) ----------------------------------------
14
17. Cacat ketemu buku. (Sumber: Hing, 1991 dan Jasni,
15
2010) -------------------------------------------------------------------------------
v
Gambar Hal.
18. Cacat batang meruncing. (Sumber: Hing, 1991 dan Jasni,
15
2010) -------------------------------------------------------------------------------
19. Cacat parut buaya. (Sumber: Jasni, 2005) ---------------------------------- 16
20 Cacat pecah buku. (Sumber: Jasni, 2005) ----------------------------------
16
21. Cacat kulit tergores/pecah kulit. (Sumber: Jasni, 2005) -----------------
17
22. Cacat serat lepas. (Sumber: Jasni, 2005). -----------------------------------
18

vi
I. PENDAHULUAN
‘Rotan’ merupakan istilah kata dari Bahasa Melayu ‘rautan’
yang memiliki arti batang tanaman yang perlu diraut sebelum
digunakan. Rotan yang dikenal dalam Bahasa Inggris ‘rattan’
adalah batang yang diperoleh dengan cara mengupas dengan
pisau atau parang yang tajam. Dalam hal ini sebelum digunakan
batang rotan perlu dihaluskan permukaannya. Rotan dalam
definisi ini juga termasuk produk turunannya seperti kulit, core,
fitrit dan split yang berbentuk setengah bundar, oval atau pipih
yang diambil dari bagian dalam batang rotan. Berdasarkan asal
tumbuhannya, rotan dapat diartikan sebagai tanaman dari
kelompok palmae dari family Arecaceae yang termasuk tanaman
memanjat. Dalam suku Calameae, terdapat 19 genus, dengan
beberapa genus yang dikenal yaitu: Calamus, Ceratolobus,
Daemonorops, Korthalsia, Metroxylon, Plectocomia dan
Plectocomiopsis (Rachman dan Jasni, 2013). Pemanfaatan rotan
sangat bervariasi dari tali pengikat sampai mebel, tikar dan aneka
keranjang.
Salah satu keunggulan rotan adalah produknya mempunyai
karakter unik dan eksotis. Selain itu, kesan produk alami selalu
melekat pada produk dari rotan. Sifat khas, unik dan eksotis ini
telah dicoba digantikan oleh produk yang sama terbuat dari
plastik dengan kenampakan sama dengan rotan alami, namun
rotan tiruan ini kurang diminati oleh pengguna rotan, karena sifat
alaminya kurang terasa, selain itu harga produk rotan tiruan
kadang lebih mahal dari rotan alaminya.
Produk rotan yang memiliki nilai ekonomi tinggi adalah
mebel rotan. Mebel dalam berbagai bentuk dapat dibuat dengan
Pengenalan Kualitas Rotan | 1
bahan rotan, terutama untuk mebel yang membutuhkan bentuk
lengkung. Batang rotan juga terbukti mampu memenuhi
kekuatan yang dipersyaratkan oleh standar untuk mebel, namun
hanya jenis rotan tanpa cacat dengan dimensi tertentu saja yang
dapat digunakan. Untuk itu, rotan diameter besar bebas cacat
diutamakan sebagai kerangka mebel rotan, sedangkan bagian lain
dari mebel menggunakan rotan dengan kualitas yang lebih
rendah.
Penentuan kualitas (grading) batang rotan mengacu pada
penggunaannya, seperti mebel, kerajinan dan keranjang. Dua hal
yang menjadi penentu kualitas rotan adalah ukuran diameter dan
kenampakan permukaan batangnya termasuk keberadaan cacat
pada batang rotan. Dalam perdagangan batang rotan, grading
merupakan langkah awal yang sangat penting untuk menentukan
persyaratan kualitas produk rotan. Selain itu, penentuan kualitas
dalam kondisi alaminya menyebabkan batang rotan dapat
digunakan secara optimum sesuai dengan sifat dan kualitas alami
yang dimilikinya. Penggunaan batang rotan yang berkualitas
sesuai dengan produk yang diinginkan juga memberikan
keuntungan terhadap pengguna rotan dan mengurangi limbah
akibat rusak cacat atau perbedaan kualitas.
Grading rotan tidak hanya berguna bagi petani rotan tetapi
juga seluruh komponen perdagangan rotan seperti pengumpul,
pengepul, pemroses setengah jadi, pembuat mebel, pengekspor,
pengimpor, penjual dan pembeli atau pemakai. Dalam
perdagangan rotan, grading membantu dalam penentuan harga
dan memudahkan pembuat produk rotan menunjuk kualitas rotan
yang diinginkan dari kualitas rotannya. Namun demikian,
perbedaan tujuan penggunaan rotan dan sumberdaya yang ada

2 | Pengenalan Kualitas Rotan


menyebabkan variasi standar kualitas antar negara. Di Hongkong
dan Singapura misalnya, kualitas rotan dibedakan hanya dalam 3
grade berdasarkan kekerasannya yaitu ‘lunak’, ‘agak keras’ dan
‘keras’, sedangkan di Filipina rotan dikelompokkan dalam grade
AB (bebas cacat) dan CD(bercacat).
International Network for Bamboo and Rattan (INBAR)
merupakan satu-satunya organisasi dunia di bidang rotan dan
bambu. INBAR mempunyai tujuan meningkatkan kehidupan
petani rotan dan perajin bambu diseluruh dunia. Dalam hal
penentuan kualitas rotan, INBAR telah membuat panduan
kualitas untuk rotan, namun standar tersebut belum seluruhnya
diadopsi oleh negara penghasil rotan. Indonesia sebagai salah
satu negara penghasil rotan terbesar di dunia telah mengadopsi
standar kualitas rotan INBAR dan diacu dalam Standar Nasional
Indonesia (SNI) 01-7208-2006 tentang jenis, sifat dan kegunaan
rotan. Buku pedoman ini menguraikan kualitas dan grading rotan
seperti telah dijelaskan oleh INBAR dan Standar Nasional
Indonesia, serta uraian cara pengenalan cacat yang terdapat pada
rotan.

II. PENENTUAN KUALITAS (GRADING)


Penentuan kualitas batang rotan perlu dan dilakukan
pada tahap awal sehingga kualitas produk yang dihasilkan dapat
memenuhi persyaratan suatu
produk rotan. Penentuan kualitas batang rotan didasarkan pada 3
hal, yaitu: dimensi, kekerasan dan persentase cacat. Dimensi
meliputi diameter dan panjang batang rotan, sedangkan

Pengenalan Kualitas Rotan | 3


kekerasan tidak berhubungan langsung dengan sifat kekerasan
alaminya, namun kemampuan batang rotan kembali ke bentuk
semula setelah dilengkungkan dengan kekuatan tangan. Cacat
pada permukaan batang rotan terbagi menjadi cacat yang
diperbolehkan dan yang tidak diperbolehkan dengan persentase
tertentu.
Parameter dimensi batang rotan meliputi diameter dan
panjang batang. Diameter batang rotan dipisahkan menjadi dua,
yaitu diameter ‘besar’dan diameter ‘kecil’ (Gambar 1).
 Rotan diameter besar: rotan utuh dengan ukuran diameter >
18 mm;
 Rotan diameter kecil: rotan utuh dengan ukuran diameter <
18 mm.

a b

Gambar 1. Rotan besar (a) dan rotan kecil (b).

Panjang batang, walaupun bukan merupakan parameter


kualitas yang menentukan, namun dalam perdagangan rotan-
rotan berdiameter besar umumnya memiliki panjang 1–8 m
dengan panjang yang umumnya diperdagangkan 3–4 m. Untuk
rotan kecil, umumnya diperdagangkan dengan panjang 4 - 5 m
sampai 8 m (Gambar 2).
4 | Pengenalan Kualitas Rotan
Gambar 2. Penyortiran diameter rotan

Berdasarkan kekerasannya, kualitas rotan dikelompokkan


dalam tiga kelas kualitas yaitu:
a. Rotan keras, apabila rotan dilengkungkan dengan kekuatan
tangan dan dilepaskan akan kembali ke bentuk lurus seperti
semula dengan cepat.
b. Rotan sedang, apabila rotan dilengkungkan dengan kekuatan
tangan dan dilepaskan akan kembali ke bentuk semula agak
lambat dan tidak sepenuhnya lurus.
c. Rotan lunak, apabila rotan dilengkungkan dengan tangan
menyebabkan retak atau pecah. Sebelum retak atau pecah
dibagian ujung batangnya, batang rotan kembali ke bentuk
awalnya.
Pada tahap awal, batang rotan yang memiliki cacat akibat
kondisi alaminya dipisahkan untuk diperdagangkan di pasar
lokal dengan pemrosesan lebih lanjut seperti perataan batang dan
atau pemolesan. Kemudian, secara visual cacat pada rotan akibat
perbedaan warna, jamur, pecah dan lubang gerek dipisahkan
untuk kualitas yang lebih rendah.

Pengenalan Kualitas Rotan | 5


Di Indonesia, batang rotan yang bebas cacat dimasukkan
dalam kelas kualitas tinggi (grade AB) dan rotan bercacat
dimasukkan dalam kelas kualitas CD. Rotan kualitas AB
memiliki nilai jual tinggi dan produk yang dihasilkan untuk
tujuan ekspor, sedangkan rotan kualitas CD diproses lebih lanjut
untuk mengurangi cacat seperti penghilangan kulit (scrapping)
dan pemolesan. Setelah pemrosesan, rotan CD yang tidak
memiliki cacat dimasukkan dalam kelompok CD 1 untuk
diperdagangkan bagi produk rotan untuk ekspor. Setelah
diproses, rotan yang masih memiliki cacat yang tampak secara
visual dimasukkan dalam kelompok kualitas CD 2 yang
diperdagangkan bagi produk rotan lokal.
Batang rotan grade AB dan CD 1 kemudian dikelompokkan
dalam tujuh kelas diameter dari 14 – 30 mm. Di Hongkong dan
Singapura, kualitas rotan dikelompokkan berdasarkan
kekerasannya, yaitu ‘lunak’, ‘agak keras’ dan ‘keras’ seperti
telah dijelaskan sebelumnya.

A. Penentuan Kualitas Pasca Pemrosesan


Pengolahan

Setelah diproses, batang rotan dikelompokkan berdasarkan


warna permukaannya dengan prinsip warna keputihan, krem dan
kekuningan lebih baik dari warna kecoklatan. Setelah warna,
kualitas rotan juga ditentukan oleh kilap dan kecerahan
permukaannya, dimana permukaan batang rotan yang cerah dan
mengkilap lebih baik dari batang yang berwarna kusam.
Untuk meningkatkan kualitas permukaan, batang rotan yang
berwarna keabu-abuan atau kecoklatan dapat diputihkan dengan
6 | Pengenalan Kualitas Rotan
larutan hidrogen peroksida atau larutan pemutih lainnya. Selain
pemutihan, batang rotan juga difumigasi dengan belerang setelah
pencucian dan pengeringan untuk meningkatkan kecerahan dan
kekilapan batang rotan. Pewarna tiruan dan pelapisan dengan
melamine juga dilakukan terhadap batang rotan yang memiliki
kualitas rendah agar dapat meningkatkan kualitas permukaannya.
Secara tradisional, peningkatan kualitas rotan dilakukan
sebelum rotan dikeringkan yaitu dengan menggoreng rotan
dengan minyak tanah (Gambar 3.). Setelah digoreng, rotan
segar menjadi lebih berkilap dan mempercepat pengeringan di
udara terbuka. Selain penggorengan dengan minyak tanah,
penggorengan juga dilakukan dengan media air panas, namun
hasilnya tidak sebaik penggorengan dengan minyak tanah. Selain
itu, pembersihan permukaan rotan juga dilakukan melalui
penyemprotan air bertekanan tinggi (water jet spray) (Gambar
4.). Namun demikian, proses peningkatan kualitas dengan
hidrogen peroksida, fumigasi belerang, penggorengan dengan
minyak tanah dan pemanasan dengan air belum memiliki latar
belakang ilmiahnya terutama pengaruhnya terhadap kekuatan
rotan. Selain itu, proses peningkatan kualitas tersebut
berpengaruh terhadap kadar air rotan seperti pemutihan dengan
hidrogen peroksida menyebabkan kadar air rotan meningkat lagi
dan memerlukan pengeringan lanjutan, sedangkan fumigasi
dengan pembakaran belerang menyebabkan hidrolisis batang
rotan dalam kondisi asam menyebabkan rusaknya matrik batang
rotan yang berpengaruh terhadap kekuatannya.

Pengenalan Kualitas Rotan | 7


Gambar 3. Penggorengan rotan

Gambar 4. Pembersihan permukaan rotan dengan air bertekanan tinggi

B. Penentuan Kualitas Sebelum Diperdagangkan

Pada proses terakhir, rotan dalam bentuk turunan: bundar,


belah, split dan fitrit dikelompokkan dalam kelompok
kualitasnya sebelum dipasarkan. Pengelompokkan kualitasnya
berdasarkan dimensi rotan (diameter, ketebalan, panjang,
perbedaan diameter ujung dan pangkal (taper), panjang antar
buku), warna, kecerahan dan kilap, kekerasan dan cacat
(kelurusan), jamur pewarna, lubang gerek, bekas pukulan dan
retak. Pengelompokkan rotan belah, split serta fitrit lebih

8 | Pengenalan Kualitas Rotan


diutamakan pada ukurannya seperti diameter/lebar, ketebalan
dan panjangnya. Cacat rotan akibat serangan jamur, lubang
gerek, pecah dan bekas pukulan tidak diperkenankan dalam
produk turunan ini.

1. Permasalahan dalam sistem grading saat ini


Seperti telah disebutkan sebelumnya bahwa penentuan
kualitas (grading) bervariasi di setiap negara berdasarkan
kebutuhannya. Penentuan kualitas masih berdasarkan penilaian
subyektif secara visual. Penentuan kualitas rotan berdasarkan
warna, misalnya, masih berdasarkan persepsi manusia terhadap
warna yang ditangkap oleh mata. Penggunaan tabel warna yang
digunakan untuk produk cat juga memiliki keterbatasan.
Selain itu, perbedaan sebutan nama rotan menyebabkan
kebingungan dalam penentuan standar secara internasional.
Untuk jenis Calamus caesius misalnya, disebut ‘rotan sega’ di
Malaysia dan beberapa lokasi di Indonesia, namun di bagian lain
Indonesia menyebut rotan jenis tersebut dengan sebutan ‘rotan
taman’. Di Malaysia, terdapat empat sebutan rotan berdasarkan
persepsi produknya, yaitu:
 Rotan ‘sega’ yaitu batang rotan yang lapisan silikanya telah
rusak dan cepat kembali ke bentuk semula pada saat
dilengkungkan dengan kekuatan tangan. Jenis rotan yang
masuk dalam kelompok ini adalah Calamus caesius, C.
optimus, C. trachycoleus dan C. leiocaulis.
 Rotan ‘lunti’ adalah rotan sama seperti sega namun lapisan
silikanya telah dihilangkan. Jenis rotan ini sama dengan rotan
sega.

Pengenalan Kualitas Rotan | 9


 Rotan ‘ayer’ adalah batang rotan yang sudah tidak memiliki
lapisan silika.
 Rotan ‘sticks’ adalah rotan yang lurus dan kuat dan ditujukan
untuk produk rotan lurus dan kuat untuk tongkat dan kerangka
mebel.
Untuk jenis rotan yang termasuk ayer dan sticks bervariasi
bergantung dari bentuk produk akhirnya.
Di Filipina, batang rotan dikelompokkan dalam enam
kelompok, yaitu: palasan, limuran, tumalim, olisi, sika dan
arorog. Penentuan kualitasnya berdasarkan ukuran diameter.

2. Penentuan kualitas berdasarkan perbedaan


diameter di beberapa negara
Dalam kategori rotan diameter besar dan kecil, diameter
dikelompokkan
dalam empat atau lima kelas diameter dengan perbedaan 2, 3, 5,
6 atau 9 mm. Di Thailand, diameter diukur dalam mm dengan
kelebihan atau kekurangan yang diperbolehkan sebesar 2 mm.
Secara umum, permasalahan yang muncul karena tidak
tersedianya standar adalah: ketidak pastian istilah, tidak adanya
standar kualitas, pemanenan rotan yang masih muda dan kualitas
produk rotan yang bervariasi dan cenderung rendah. Pengenalan
terhadap standar penentuan kualitas memiliki keuntungan
peningkatan kualitas produk rotan yaitu peningkatan kualitas
produk rotan, ketersediaan produk rotan berkualitas secara
global, mengurangi limbah.

10 | Pengenalan Kualitas Rotan


III. PENGENALAN CACAT ROTAN

A. Pengertian Cacat Rotan

Cacat rotan adalah kelainan tertentu pada rotan yang dapat


menurunkan atau berpengaruh negatif terhadap mutu rotan.
Cacat-cacat tersebut dapat dikelompokan menjadi 3 yaitu:
1) Cacat ringan (cacat ringan adalah cacat yang pengaruh
negatifnya terhadap mutu rotan relatif ringan);
2) Cacat sedang (cacat sedang adalah cacat yang pengaruh
negatifnya terhadap mutu rotan relatif sedang);
3) Adapun cacat berat (cacat yang pengaruh negatifnya terhadap
mutu rotan relatif berat. Cacat berat tidak diperkenankan
masuk ke dalam semua kelas mutu, kecuali mutu terendah.
Penyebab cacat yang terjadi pada rotan dapat dikelompokan
menjadi empat faktor, yaitu: (1) faktor genetis atau keturunan;
(2) faktor biologis; (3) faktor fisis-mekanis; dan (4) faktor
kimiawi.
Cacat yang disebabkan faktor genetis sukar dihilangkan
karena merupakan sifat turun-temurun yang diwariskan dari
induk kepada keturunannya. Sifat ini mungkin dapat dikurangi
dengan cara pemuliaan tanaman atau melalui rekayasa genetis.
Sedangkan, Cacat akibat faktor biologis, merupakan cacat
yang terjadi akibat serangan organisme perusak rotan (OPR) atau
disebut juga perusak biologis. Cacat biologis dapat dikurangi
atau dihilangkan apabila sifat dan perilaku OPR serta teknologi
pencegahannya (pengawetan) dikuasai.
Cacat karena faktor fisis-mekanis merupakan cacat yang
terjadi akibat pe-ngaruh fisis dan atau mekanis selama
Pengenalan Kualitas Rotan | 11
pemanenan, pengangkutan dan pengolah-an rotan. Cacat fisis-
mekanis dapat dikurangi atau dihilangkan jika metode
penanganan (handling) dalam pemanenan, pengangkutan dan
pengolahan rotan talah dikuasai.
Cacat kimiawi adalah cacat yang terjadi akibat kekeliruan
penggunaan bahan kimia dalam pengolahan rotan, antara lain
dalam proses pemutihan (bleaching).

B. Penyebab Cacat

Faktor-faktor penyebab cacat dan jenis cacat yang


ditimbulkannya diuraikan seperti di bawah ini:

1. Faktor Genetis (keturunan)


a. Batang tidak bulat
Pada umunya bentuk batang rotan adalah bulat atau
hampir silindris. Bila terjadi penyimpangan dari bentuk
batang tersebut maka dinyatakan sebagai cacat. Bentuk tidak
bulat ini dapat terjadi sepanjang batang atau hanya sepanjang
beberapa ruas. Contoh bentuk tidak bulat sepanjang batang
adalah dari jenis semambu, tabu-tabu (minong), tanah,
cemeti dan wilatung. Sedangakan contoh rotan yang tidak
bulat pada beberapa ruas adalah dari jenis mawi, tarumpu
dan dahan.

b. Buku menonjol
Pada umumnya rotan dengan bentuk batang tidak
silindris mempunyai bentuk buku yang menonjol, sehingga

12 | Pengenalan Kualitas Rotan


ukuran diameter tiap ruas tidak sama sepanjang batang
(Gambar 5). Contoh: rotan batang, manuk, mantang dan
ampar bungkus

Gambar 5. Buku menonjol


(Sumber: Hing, 1991)

c. Batang terpilin
Cacat batang terpuntir mirip dengan cacat serat terpuntir
pada batang kayu. Rotan yang mengandung cacat ini tampak
seperti terpilin (Gambar 6), sehingga sangat sukar dalam
pengerjaannya sebagai bahan pembuatan mebeler. Oleh
karena itu cacat ini harus ditolak dalam pengujian.

Gambar 6. Cacat batang terpuntir


(Sumber: Hing, 1991)

d. Ruas pendek
Hampir semua rotan mempunyai panjang ruas sekitar 15
cm atau lebih, bahkan beberapa jenis rotan ada yang
mempunya ruas sepanjang 60 – 100 cm. Namun beberpa
jenis rotan mempunyai ruas lebih pendek dari batasan
minimum sekitar 15 cm. Karena itu, rotan tersebut disebut
sebagai rotan yang mempunyai cacat ruas pendek seperti
Pengenalan Kualitas Rotan | 13
dapat dilihat pada Gambar 7. Contoh: rotan batu dan rotan
tapah.

Gambar 7. Sepotong rotan dengan cacat ruas pendek


(Sumber: Hing, 1991, dan Jasni, 2009)

e. Kulit mengelupas
Hampir semua jenis rotan mempunyai kulit yang kuat
dan tidak mudah mengelupas. Menyimpang dari
karakteristik tersebut maka rotan jenis um-bulu termasuk
rotan yang sangat disukai, tetapi kulitnya lemah dan sangat
mudah mengelupas (Gambar 8). Sifat tersebut karena
penampakanya kurang menarik maka dikategorikan sebagai
kulit mengelupas.

Gambar 8. Kulit mengelupas. (Sumber: Jasni, 2006).


14 | Pengenalan Kualitas Rotan
f. Warna gelap
Rotan berwarna gelap dapat dibedakan menjadi
kemerahan (dahan), cokelat kemerahan (semambu, wilatung)
dan coklat kehitaman (selutop/bu-yong). Sesungguhnya
warna gelap belum dapat dikategorikan sebagai cacat karena
selera konsuman atas warna bersifat sangat relatif. Artinya,
ketidak senangan terhadap warna gelap dapat berubah
tergantung selera atau trend. Beberapa jenis rotan dengan
warna berbeda disajikan pada Gambar 9.

Semambu (gelap
kemerahan)

Kuning cerah (seuti)

Gambar 9. Warna kulit rotan. (Sumber: Jasni, 2006).

g. Diameter ruas berbeda


Pada umumnya semua jenis rotan mempunya diameter
ruas sedikit berbeda sepanjang batang (contoh: rotan sega).
Namun beberapa jenis memperlihatkan diameter ruas yang
sangat berbeda sepanjang batang (contoh: rotan irit)
sehingga diameter ruas yang sangat berbeda ini
dikategorikan sebagai cacat (Gambar 10).

Pengenalan Kualitas Rotan | 15


Gambar 10. Diameter ruas berbeda. (Sumber: Hing, 1991).

2. Faktor Biologis

Faktor perusak biologis terhadap rotan dapat dibagi dalam


dua kelompok, yaitu jamur dan serangga. Jenis organisme
perusak rotan tersebut dapat dilihat pada Tabel 1.
Tabel 1. Pengelompokkan organisme perusak rotan

Organisme Macam Kondisi


Jenis organisme
perusak kerusakan rotan
1. Jamur Pewarna Basah Ascomycetes; Ceratocystis,
(fungi) Diplodia
Lapuk, rengas Kering Basidiomycetes;(Schizophyl
yang um commune Fr.,
kebasahan Dacryopinax spathularia
Schw., Pycnoporus
sangunius (fr)Karts)

2. Kumbang Basah Scolitydae;


S penggerek basah Platypodidae.(Xyloborus,
erangga (pinhole, Platypus dan Diapus).
(insecta) Ambrosia beetle)
Kumbang Kering Bostrychidae: Lyctidae:
penggerek Cerambicidae; Anobiidae,
kering (Powder (Dinodrus minutus Fabr.,
post beetle) Heterobostrychus aequalis
Watt., Lyctus sp., Mintea sp.)

16 | Pengenalan Kualitas Rotan


Organisme Macam Kondisi
Jenis organisme
perusak kerusakan rotan
Rayap Lembab Rayap tanah; Termitidae;
Rhinotermitidae;
(Coptotermes sp.,
Macrotermes sp.,
Microtermes sp.)
Kering Rayap kayu kering
(Cryptotermes
cynocephalus Light.) jarang
ditemukan

Sumber: Jasni dan Martono (1999).

Jamur (fungi) perusak rotan dapat dikelompokkan menjadi


dua yaitu: jamur pewarna dan jamur pelapuk. Jamur pewarna
berasal dari kelas Ascomycetes, menyerang pada rotan yang
masih basah dan dapat menimbulkan cacat perubahan warna
(Gambar 11). Serangan jamur ini dapat terlihat jelas pada
core/hati setelah rotan dipolis/dikupas atau dibelah. Jamur ini
tidak merombak dinding sel tetapi hidup dari zat pengisi sel
karena itu tidak menurunkan kekuatan rotan. Namun demikian,
perubahan warna tersebut dapat menurunkan kualitas rotan,
karena pewarnaan yang ditimbulkannya menyebabkan perubahan
warna menjadi gelap, hitam atau kecoklatan.
Jamur pelapuk, umumnya berasal dari kelas Basidiomycetes.
Jamur ini mempunyai kemampuan untuk merombak selulosa dan
lignin yang menjadi komponen utama dinding sel, sehingga
kekuatan rotan menjadi berkurang. Rotan yang diserang jamur
ini menjadi lapuk dan rapuh pada saat dibentuk.

Pengenalan Kualitas Rotan | 17


Jamur biru

(a) (b)
Gambar 11. Perubahan warna rotan akibat diserang jamur pada
kondisi basah (a) dan kering (b).

Serangga (Insecta) perusak rotan dapat digolongkan


berdasarkan saat terjadinya serangan, yaitu pada rotan basah atau
segar yang masih berdiri atau rotan yang baru ditebang dan rotan
yang sudah kering. Serangga yang menyerang rotan yang masih
berdiri adalah sejenis cacing (worm). Cacat yang ditimbulkannya
disebut sebagai cacat mata pecah. Akibat serangan ini rotan
berlubang seperti disajikan pada Gambar 12.

Gambar 12. Cacat mata pecah akibat serangan sejenis


cacing.(Sumber: Hing, 1991, Jasni, 2005)
18 | Pengenalan Kualitas Rotan
Kumbang bubuk basah, menyerang rotan basah atau segar
yang mempunyai kadar air tinggi. Cacat yang ditimbulkannya
disebut sebagai cacat lubang gerek dan lubang tersebut masih
tetap terbawa sampai rotan kering. Akibat serangannya batang
rotan berlubang-lubang kecil sampai besar dan di pinggir lubang
bewarna hitam (Gambar 13).

Gambar 13. Cacat akibat kumbang Gambar 14. Cacat akibat kumbang
bubuk basah (perha- bubuk basah (perhati-
tikan lubang-lubang kan lubang-lubang de-
dengan pinggir hitam. ngan pinggir hitam.
(Sumber: Jasni, 2005). (Sumber: Jasni, 2005).

Kumbang bubuk rotan kering, menyerang rotan yang sudah


kering yang masih dalam bentuk bahan baku, barang setengah
jadi dan barang jadi. Cacat yang ditimbulkannya disebut sebagai
cacat lubang gerek. Akibat serangannya sepanjang batang rotan
tampak berlubang kecil (Gambar 14). Namun, bila serangan
sudah parah maka bagian dalam rotan sudah hampir habis
dimakannya sehingga rotan menjadi kropos.
Jenis rotan yang mengandung zat pati tinggi, mudah
diserang oleh serangga bubuk rotan kering ini. Serangan

Pengenalan Kualitas Rotan | 19


serangga bubuk rotan ditandai oleh adanya tepung halus hasil
sekresinya. Kumbang bubuk rotan kering merupakan serangga
yang paling banyak ditemukan menyerang rotan (Gambar 15).

(a) (b) (c)

Gambar 15. (a & b) Bubuk dewasa Dinoderus minutus Fabr.; (c)


Larva bubuk Dinoderus minutus Fabr. (Sumber: Sri
Harwati, 1999)

Rayap tanah menyerang rotan yang diletakkan langsung


berhubungan dengan tanah. Serangan rayap dapat terjadi secara
langsung atau melalui terowongan yang ditandai dengan adanya
saluran yang terbuat dari tanah. Serangan rayap tanah banyak
dijumpai pada produk rotan yang digunakan di luar ruangan,
seperti kursi taman. Selain itu, serangan rayap ini juga dijumpai
pada produk rotan yang ditumpuk pada gudang yang lembab
serta kurang pencahayaan.

20 | Pengenalan Kualitas Rotan


1. Faktor Fisis-mekanis
Jenis-jenis cacat yang timbul akibat faktor fisis-mekanis
adalah sebagai berikut:

a. Keriput
Rotan yang dipanen pada umur masak tebang dalam
pengeringan akan mengalami penyusutan secara normal
tetapi tidak sampai mengalami keriput. Cacat keriput terjadi
karena rotan dipanen pada umur muda sehingga penurunan
kadar air sewaktu pengeringan terlalu besar pada potongan
rotan (Gambar 16).

Gambar 16. Cacat keriput.(Sumber: Jasni, 2005)

Pengenalan Kualitas Rotan | 21


b. Ketemu buku dan batang meruncing (tapered)
Cacat ketemu buku merupakan cacat yang aneh dan
menarik, karena beberapa buku rotan kelihatan berdempetan,
sehingga menimbulkan kesan seperti tanpa ruas yang
menghubungkan buku-buku tersebut. Cacat ini terjadi akibat
pertumbuhan rotan tertindih oleh benda lain (cabang atau
batang dari tanaman inang) di sekitarnya dalam waktu yang
relatif lama, sampai rotan bebas walaupun dengan kondisi
cacat. Akibat pengaruh yang sama dapat juga terjadi pada
batang rotan cacat meruncing (tapered), yaitu batang rotan
semakin ke ujung semakin kecil diameternya (Gambar 17
dan Gambar 18).

Gambar 17. Cacat ketemu buku. (Sumber: Hing, 1991 dan Jasni, 2010)

Gambar 18. Cacat batang meruncing. (Sumber: Hing, 1991 dan


Jasni, 2010).
22 | Pengenalan Kualitas Rotan
c. Parut buaya
Parut buaya adalah cacat akibat batang rotan ditekuk
pada waktu masih segar dan dibiarkan sampai menjadi
kering udara. Terlihat juga kesan menekuk pada kulit rotan,
akibat lipatan waktu masih basah yang terlambat diluruskan.
Perlakuan sedemikian akan menyebabkan terjadinya cacat
parut buaya pada bagian batang rotan yang tertekuk karena
mengalami gaya-gaya kompresi seperti yang ditunjukkan
pada Gambar 19. Parut buaya ini merupakan ciri khas pada
rotan berdiameter kecil antara lain rotan sega, rotan sega air
(ronti) dan juga pada rotan tohiti walaupun yang disebut
terakhir ini tergolong rotan berdiameter sedang.

Gambar 19. Cacat parut buaya. (Sumber: Jasni, 2005).

d. Pecah buku
Cacat pecah buku adalah terkelupasnya kulit sekitar buku
rotan yang disebabkan oleh perlakuan pembersihan yang
kasar dan atau pengerjaan kikis buku yang kurang hati-hati.

Pengenalan Kualitas Rotan | 23


Beberapa konsumen mempersyaratkan perlakuan kikis buku,
khususnya untuk rotan yang akan digunakan sebagai bahan
jalinan. Dalam proses kikis buku tersebut sering terjadi ikut
terkikisnya bagian yang tidak seharusnya terkikis. Bila hal
tersebut terjadi, maka timbulah cacat pecah buku (Gambar
20).

Gambar 20. Cacat pecah buku. (Sumber: Jasni, 2005).

Permintaan kikis buku tersebut pada masa ekspor rotan


bulat tidak merupakan persyaratan yang umum, karena
kebanyakan konsumen menginginkan buku rotan tetap utuh,
karena selain memiliki nilai dekoratif yang alamiah, juga
merupakan pembeda jenis rotan yang dikehendaki.

e. Kulit tergores/pecah kulit/pecah


Kulit tergores mirip dengan pecah buku yaitu adanya
bagian kulit yang terkelupas karena pengerjaan mekanis
yang kurang hati-hati. Cacat ini kadang-kadang disebut juga
sebagai pecah kulit atau pecah. Terjadinya kulit tergores
disebabkan oleh beberapa hal, antara lain perlakuan
penebangan dan pemotongan batang yang terlalu kasar,
24 | Pengenalan Kualitas Rotan
perlakuan pembersihan/ penggosokan yang kurang hati-hati,
perlakuan penumpukan yang kasar sehingga rotan terbanting
pada benda yang keras dan tajam. Beberapa contoh cacat
kulit tergores adalah seperti pada Gambar 21.

Gambar 21. Cacat kulit tergores/pecah kulit. (Sumber: Jasni, 2005).

f. Hangus
Pada umumnya rotan berdiameter besar dan beberapa
jenis rotan berdiameter kecil, antara lain rotan manau,
semambu, sega batu, getah putih dan getah merah
memerlukan perlakuan penggorengan untuk mempercepat
proses penggeringan rotan agar rotan tidak diserang perusak
biologis.
Lamanya waktu penggorengan tidak sama untuk semua
jenis rotan, karena adanya kandungan air dalam sel-sel rotan
dan perbedaan zat ekstraktif dalam batang rotan. Bila
penggorengan dilakukan lebih lama dari waktu optimum

Pengenalan Kualitas Rotan | 25


bagi tiap jenis rotan, maka akan terjadi cacat hangus di
beberapa bagian potongan rotan.

2. Cacat Ukuran

a. Bontos tidak siku


Bontos tidak siku adalah cacat yang disebabkan oleh
kelalaian dalam pemotongan ujung-ujung rotan. Apabila
bontos berbentuk siku akan memudahkan cara pengukuran
dan penetapan dimensi panjang secara benar, sedangkan bila
sebaliknya maka akan menyulitkan dan memperlambat
proses penetapan ukuran karena rotan harus dipotong ulang
sampai menjadi siku.

b. Salah potong
Salah potong adalah kesalahan pengerjaan sehingga
panjang rotan lebih pendek dari panjang standar. Cacat ini
mengakibatkan potongan rotan yang seharusnya masuk mutu
yang lebih tinggi menjadi turun ke mutu yang lebih rendah
karena kurang ukuran.

c. Serat lepas
Cacat serat lepas atau disebut juga serat terlepas adalah
terlepasnya sel-sel serat rotan pada permukaan hasil
pengupasan, kikis buku dan pembuatan hati rotan (core).
Sel-sel serat tersebut tidak dapat terkerat dengan baik oleh
pisau pengerjaan sehingga muncul seperti bulu-bulu halus
sepanjang potongan rotan (Gambar 22). Hal ini dapat terjadi

26 | Pengenalan Kualitas Rotan


karena pisau pengupas terlalu tumpul, sudut kerat pisau tidak
sesuai dengan kekerasan rotan atau rotan terlalu kering.

Gambar 22. Cacat serat lepas. (Sumber: Jasni, 2005).

3. Faktor Kimiawi
Kerusakan kimia disebabkan karena pada saat pemutihan,
bahan kimia yang digunakan terlalu pekat, sehingga reaksinya
berlebihan dan rotan menjadi regas dan rapuh. Pengasapan
dengan belerang pada suhu tinggi menyebabkan uap belerang
terlalu pekat dan rotan menjadi rapuh. Kerusakan kerapuhan
dimana permukaan rata, ringan dan warna yang merata
menunjukkan kualitas rotan yang bagus. Jika tampak daerah
yang berwarna abu-abu, maka rotan tersebut sebaiknya tidak
dipilih untuk bentuk lengkung, karena daerah abu-abu itu rapuh.

Pengenalan Kualitas Rotan | 27


C. Jenis Cacat Rotan dan Distribusinya

Jenis-jenis cacat rotan dapat didistribusikan ke dalam kelas


cacat dan sortimen rotan terlihat pada Tabel 2.
Tabel 2. Jenis cacat yang terdapat pada rotan dan distrubusinya
menurut kelas cacat dan sortimen rotan
Kelas Untuk penilaian
No. Nama cacat Definisi
Cacat sortimen

1. Alur kulit Lekuk kecil kearah R Asalan, bundar WS


memanjang potongan
rotan
2. Lubang Lubang pada permukaan R Asalan, bundar WS,
gerek kecil rotan akibat serangga bundar pendek, belahan,
penggerek kikis buku, bundar
kupasan
3. Kulit Keadaan mengelupasnya R Asalan, bundar WS,
mengelupas kulit rotan akibat faktor bundar pendek, belahan,
genetis (seperti pada rotan kikis buku, bundar
jenis umbulu) juga pada kupasan
rotan muda
4. Retak kulit Retak pada kulit rotan R Asalan, bundar WS,
akibat bantingan dan bundar pendek, belahan,
tenaga mekanis lanilla kikis buku,
5. Kulit Goresan benda keras dan R Asalan, bundar WS,
tergores atau benda tajam pada kuli bundar pendek, belahan,
rotan kikis buku,
6. Pecah kulit Terlepasnya serat R Kulit
memanjang pada kulit
rotan akibat tenaga
mekanis
7. Cerah tidak Kesan kecerahan warna R Bundar kupasan
merata yang ridak merata pada
sepotong atau setumpuk
rotan
8. Serat lepas Terlepasnya serat-serat R Bundar kupasan, kikis
pada permukaan rotan buku, kulit rotan
tetapi ridak sampai putus

28 | Pengenalan Kualitas Rotan


Kelas Untuk penilaian
No. Nama cacat Definisi
Cacat sortimen
9. Parut buaya Kesan menekuk pada kulit R Asalan, bundar WS,
rotan, akibat lipatan bundar pendek, belan,
sewaktu masih basah yang kikis buku, bundar
terlambat diluruskan kupasan, kulit
10. Jamur Serangan Namur pewarna R Asalan, bundar WS,
pewarna pada rotan sehingga bundar pendek, belahan,
tampak berwarna relatif kikis buku, kupasan kulit
kebiruan
11. Gosong Warna kehitaman pada R Asalan, bundar WS,
permukaan rotan akibat bundar pendek, belahan,
penggorengan yang kikis buku, kupasan
terlambat diangkat
12. Mata pecah Lubang pada permukaan S Asalan, bundar WS,
rotan akibat serangan bundar pendek, belahan,
cacing kulit
13. Keriput Tampilan tidak rata pada B Asalan, bundar WS,
kulit rotan akibat panen bundar pendek, belahan,
muda kikis buku, kupasan kulit
14. Pecah ujung Terlepasnya serat rotan S Asalan, bundar WS,
pada bagian ujung bundar pendek, belahan,
potongan rotan kikis buku, bundar
kupasan
15. Pecah tengah Terlepasnya serat rotan B Asalan, bundar WS,
pada bagian tengah bundar pendek, belahan,
potongan rotan kikis buku, bundar
kupasan
16. Pecah buku Terkelupasnya kuli pada B Asalan, bundar WS,
buku rotan bundar pendek, belahan,
kikis buku, bundar
kupasan
17. Bontos tidak Bontos potongan rotan R Asalan, bundar WS,
suiku tidak membentuk sudut bundar pendek, belahan,
situ-siku dengan bidang kikis buku, bundar
datar kupasan
18. Lapuk Rusaknya rotan akibat B Asalan, bundar WS,
serangan jamur pelapuk bundar pendek, belahan,
kikis buku, bundar
kupasan, kulit

Pengenalan Kualitas Rotan | 29


Kelas Untuk penilaian
No. Nama cacat Definisi
Cacat sortimen
19. Busuk Keadaan membusuk rotan B Asalan, bundar WS,
akibat bakteri bundar pendek, belahan,
kikis buku, bundar
kupasan

D. Cara Penanggulangan Cacat Rotan

1. Cacat Genetis
Batang tidak bulat, buku menonjol dan batang terpelintir,
lakukan scraping dan polis dalam dan hindari sebagai komponen
struktural. Ruas pendek dan diameter ruas berbeda, gunakan
sebagai componen struktur pada mebel, karena rotan cukup kuat.
Kulit mengelupas, gunakan untuk rotan core karena bagian
dalam sangat baik. Sedangkan warna rotan bewarna gelap, warna
gelap kadang-kadang sangat disukai karena tergantung selera dan
memberi kesan alami.

2. Cacat Biologis
Apabila kena serangan jamur pewarna, kumbang bubuk
basah ditanggulangi dengan pengawetan propilaktik (pengawetan
sementara) segera sestela panen. Untuk tidak terjadi atau
terserang jamur pelapuk, hindari rotan yang sudah kering dari
tempias air. Untuk serangan cacing yang menybabkan cacat mata
pecah, hindari agar rotran tidak tumbuh menjalar diatas tanah,
terutama ditempat basah atau becek. Sedangkan untuk cacat

30 | Pengenalan Kualitas Rotan


lubang gerek akibat bubuk kering, hindari dengan cara
pengawetan.

3. Cacat Fisis-mekanis
Keriput terjadi karena rotan masih muda, jangan pernah
memanen rotan yang belum masak tebang. Ketemu buku dan
batang meruncing, bagian ini bisa digunakan sebagai componen
hiasan karena batangnya keras dan kyat. Untuk cacat parut
buaya, contoh rotan basah (sega, irit, tohiti kecil dll) yang
tertekuk waktu pengangkutan atau pemanenan, rotan segera
diluruskan ditempa tujuan sebelum rotan tersebut kering.
Hangus, jangan menggoreng rotan terlalu lama (± 30 menit, suhu
70 derajat Celsius). Pecah buku, kulit terkelupas dan cacat
ukuran, cacat ini dapat dihindari dengan cara memperlakukan
rotan dengan hati-hati tidak dibanting, ditarik/didorong dengan
kasar dan dipotong dengan usuran yang sudah ditentukan. Kalau
serat lepas, jangan mengupas (scraping) rotan dengan pisau
tumpul.

IV. PENUTUP
Tulisan ini merupakan pedoman untuk mengenal kualitas
dan cacat rotan yang terjadi dilapangan, bermanfaat bagi
masyarakat yang bergerak sebagai pengenal, pengolah dan
penguji rotan dilapangan. Sehingga tidak terjadi pemborosan
dalam menggunakan rotan sebagai bahan baku rotan, mulai dari
hulu sampai hilir.

Pengenalan Kualitas Rotan | 31


DAFTAR PUSTAKA

BSN (Badan Standardisasi Nasional). 2006. Jenis, sifat dan


kegunaan rotan. Standar Nasional Indonesia. ( SNI 01-
7208-2006).
BSN (Badan Standardisasi Nasional). 2006. Rotan. Standar
Nasional Indonesia. Badan Standardisasi Nasional
(BSN). SNI 01-7254-2006.
Hing.L.W. 1991. Rattan Furniture Production. ASEAN Timber
Technology Centre. Kuala Lumpur. Malaysia.
Jasni dan N,Supriana. 1999. The resistance of eight rattan species
against the powder – post beetle Dinoderus minutus
Farb. Proceeding of the 4th International Conference on
the Development of Wood Science, Wood Technology
and Forestry. FPRC, England.
_____ dan D. Martono. 1999. Pengawetan rotan asalan. Petunjuk
Teknis. Pusat Litbang Hutbun. Bogor.
Mandang, I. Y. dan Rulliyati S. M. 1986. Anatomi batang rotan.
Himpunan diktat Kursus Penguji Rotan, jilid I.
Sirkulasi terbatas. Pusat Penelitian dan Pengembangan
Hasil Hutan. Bogor.
Rachman dan Jasni. 2013. Rotan. Sumberdaya, Sifat dan
Pengolahannya. Pusat Penelitian dan Keteknikan
Kehutanan dan Pengolahan Hasil Hutan, Bogor.
Uhl, N. W. dan Dransfield, J. 1987. Genera Palmarhum. Allen
Press, Lawrence, Kansas.

32 | Pengenalan Kualitas Rotan

Anda mungkin juga menyukai