Jasni
Krisdianto
Pusat Penelitian dan Pengembangan Hasil Hutan Pusat Penelitian dan Pengembangan Hasil Hutan
Jl.Gunung Batu 5 Bogor 16610
Telp/Fax. (0251) 8633378 / 8633413 Badan Penelitian, Pengembangan dan Inovasi
email: info@pustekolah.org Lingkungan Hidup dan Kehutanan
www.pustekolah.org Bogor, 2015
Penulis :
Dr. Krisdianto, S.Hut, M.Si
Dra. Jasni, M.Si
Editor:
Dr. Ir. Osly Rachman, M.Sc
Penyunting :
Ir. Didik Purwito, M.Sc
Penerbit :
Pusat Penelitian dan Pengembangan Hasil Hutan
Jl. Gunung Batu No.5
Bogor – 161999
web: www.pustekolah.org
email: publikasi@pustekolah.org
Rotan adalah salah satu hasil hutan bukan kayu (HHBK)
yang memiliki nilai ekonomis dan estetika yang tinggi. Produk-
produk dari rotan sangat diminati masyarakat baik dalam negeri
maupun luar negeri. Karena produk-produk rotan memiliki
berbagai keunggulan, salah satu keunggulan produk rotan yaitu
memiliki karekter yang unik, selain itu juga mempunyai kesan
eksotis dan alami.
Tingginya minat terhadap produk-produk rotan,
mendorong dibentuknya asosiasi atau organisasi dunia di bidang
rotan dan bambu: International Network for Bamboo and Rattan
(INBAR). INBAR mempunyai tujuan meningkatkan kehidupan
petani rotan dan perajin bambu diseluruh dunia. Untuk
menyamakan kualitas rotan, INBAR telah membuat standar
yang harus diadopsi oleh para perajin rotan di seluruh dunia
diantaranya adalah Indonesia. Namun demikian belum semua
negara penghasil rotan mengadopsinya.
Buku pedoman ini menguraikan secara praktis karakter,
sifat, dan kualitas rotan melalui pengenalan cacat rotan di
lapangan, dengan mengacu pada standar kualitas rotan INBAR
yang telah diacu dalam SNI (Standar Nasional Indonesia) 01-
7208-2006.
Semoga buku ini dapat memberi manfaat dalam
membantu mengidentifikasi/membantu cacat rota di lapangan.
iii
Tabel Hal.
1. Pengelompokkan organisme perusak rotan ----------------------- 11
2. Jenis cacat yang terdapat pada rotan dan
distrubusinya menurut kelas cacat dan sortimen
rotan --------------------------------------------------------------------
19
iv
Gambar Hal.
1. Rotan besar (a) dan rotan kecil (b) ---------------------------------- 3
2. Penyortiran diameter rotan ------------------------------------------- 3
3. Penggorengan rotan --------------------------------------------------- 5
4. Pembersihan permukaan rotan dengan air
bertekanan tinggi ------------------------------------------------------ 5
5. Buku menonjol (Sumber: Hing, 1991) ----------------------------- 8
6. Cacat batang terpuntir (Sumber: Hing, 1991) --------------------- 9
7. Sepotong rotan dengan cacat ruas pendek (Sumber:
Hing, 1991, dan Jasni, 2009) ---------------------------------------- 9
8. Kulit mengelupas (Sumber: Jasni, 2006) -------------------------- 9
9. Warna kulit rotan (Sumber: Jasni, 2006) --------------------------- 10
10. Diameter ruas berbeda (Sumber: Hing, 1991 --------------------- 10
11. Perubahan warna rotan akibat diserang jamur pada
kondisi basah (a) dan kering (b). ------------------------------------ 12
12. Cacat mata pecah akibat serangan sejenis
cacing.(Sumber: Hing, 1991, Jasni, 2005) --------------------------------- 12
13. Cacat akibat kumbang bubuk basah (perhatikan lubang-
lubang dengan pinggir hitam. (Sumber: Jasni, 2005). ------------------- 13
14. Lubang gerek akibat terserang bubuk kering. (Sumber:
13
Jasni, 2005) -----------------------------------------------------------------------
15. (a & b) Bubuk dewasa Dinoderus minutus Fabr.; (c)
Larva bubuk Dinoderus minutus Fabr. (Sumber: Sri
13
Harwati, 1999) -------------------------------------------------------------------
16 Cacat keriput.(Sumber: Jasni, 2005) ----------------------------------------
14
17. Cacat ketemu buku. (Sumber: Hing, 1991 dan Jasni,
15
2010) -------------------------------------------------------------------------------
v
Gambar Hal.
18. Cacat batang meruncing. (Sumber: Hing, 1991 dan Jasni,
15
2010) -------------------------------------------------------------------------------
19. Cacat parut buaya. (Sumber: Jasni, 2005) ---------------------------------- 16
20 Cacat pecah buku. (Sumber: Jasni, 2005) ----------------------------------
16
21. Cacat kulit tergores/pecah kulit. (Sumber: Jasni, 2005) -----------------
17
22. Cacat serat lepas. (Sumber: Jasni, 2005). -----------------------------------
18
vi
I. PENDAHULUAN
‘Rotan’ merupakan istilah kata dari Bahasa Melayu ‘rautan’
yang memiliki arti batang tanaman yang perlu diraut sebelum
digunakan. Rotan yang dikenal dalam Bahasa Inggris ‘rattan’
adalah batang yang diperoleh dengan cara mengupas dengan
pisau atau parang yang tajam. Dalam hal ini sebelum digunakan
batang rotan perlu dihaluskan permukaannya. Rotan dalam
definisi ini juga termasuk produk turunannya seperti kulit, core,
fitrit dan split yang berbentuk setengah bundar, oval atau pipih
yang diambil dari bagian dalam batang rotan. Berdasarkan asal
tumbuhannya, rotan dapat diartikan sebagai tanaman dari
kelompok palmae dari family Arecaceae yang termasuk tanaman
memanjat. Dalam suku Calameae, terdapat 19 genus, dengan
beberapa genus yang dikenal yaitu: Calamus, Ceratolobus,
Daemonorops, Korthalsia, Metroxylon, Plectocomia dan
Plectocomiopsis (Rachman dan Jasni, 2013). Pemanfaatan rotan
sangat bervariasi dari tali pengikat sampai mebel, tikar dan aneka
keranjang.
Salah satu keunggulan rotan adalah produknya mempunyai
karakter unik dan eksotis. Selain itu, kesan produk alami selalu
melekat pada produk dari rotan. Sifat khas, unik dan eksotis ini
telah dicoba digantikan oleh produk yang sama terbuat dari
plastik dengan kenampakan sama dengan rotan alami, namun
rotan tiruan ini kurang diminati oleh pengguna rotan, karena sifat
alaminya kurang terasa, selain itu harga produk rotan tiruan
kadang lebih mahal dari rotan alaminya.
Produk rotan yang memiliki nilai ekonomi tinggi adalah
mebel rotan. Mebel dalam berbagai bentuk dapat dibuat dengan
Pengenalan Kualitas Rotan | 1
bahan rotan, terutama untuk mebel yang membutuhkan bentuk
lengkung. Batang rotan juga terbukti mampu memenuhi
kekuatan yang dipersyaratkan oleh standar untuk mebel, namun
hanya jenis rotan tanpa cacat dengan dimensi tertentu saja yang
dapat digunakan. Untuk itu, rotan diameter besar bebas cacat
diutamakan sebagai kerangka mebel rotan, sedangkan bagian lain
dari mebel menggunakan rotan dengan kualitas yang lebih
rendah.
Penentuan kualitas (grading) batang rotan mengacu pada
penggunaannya, seperti mebel, kerajinan dan keranjang. Dua hal
yang menjadi penentu kualitas rotan adalah ukuran diameter dan
kenampakan permukaan batangnya termasuk keberadaan cacat
pada batang rotan. Dalam perdagangan batang rotan, grading
merupakan langkah awal yang sangat penting untuk menentukan
persyaratan kualitas produk rotan. Selain itu, penentuan kualitas
dalam kondisi alaminya menyebabkan batang rotan dapat
digunakan secara optimum sesuai dengan sifat dan kualitas alami
yang dimilikinya. Penggunaan batang rotan yang berkualitas
sesuai dengan produk yang diinginkan juga memberikan
keuntungan terhadap pengguna rotan dan mengurangi limbah
akibat rusak cacat atau perbedaan kualitas.
Grading rotan tidak hanya berguna bagi petani rotan tetapi
juga seluruh komponen perdagangan rotan seperti pengumpul,
pengepul, pemroses setengah jadi, pembuat mebel, pengekspor,
pengimpor, penjual dan pembeli atau pemakai. Dalam
perdagangan rotan, grading membantu dalam penentuan harga
dan memudahkan pembuat produk rotan menunjuk kualitas rotan
yang diinginkan dari kualitas rotannya. Namun demikian,
perbedaan tujuan penggunaan rotan dan sumberdaya yang ada
a b
B. Penyebab Cacat
b. Buku menonjol
Pada umumnya rotan dengan bentuk batang tidak
silindris mempunyai bentuk buku yang menonjol, sehingga
c. Batang terpilin
Cacat batang terpuntir mirip dengan cacat serat terpuntir
pada batang kayu. Rotan yang mengandung cacat ini tampak
seperti terpilin (Gambar 6), sehingga sangat sukar dalam
pengerjaannya sebagai bahan pembuatan mebeler. Oleh
karena itu cacat ini harus ditolak dalam pengujian.
d. Ruas pendek
Hampir semua rotan mempunyai panjang ruas sekitar 15
cm atau lebih, bahkan beberapa jenis rotan ada yang
mempunya ruas sepanjang 60 – 100 cm. Namun beberpa
jenis rotan mempunyai ruas lebih pendek dari batasan
minimum sekitar 15 cm. Karena itu, rotan tersebut disebut
sebagai rotan yang mempunyai cacat ruas pendek seperti
Pengenalan Kualitas Rotan | 13
dapat dilihat pada Gambar 7. Contoh: rotan batu dan rotan
tapah.
e. Kulit mengelupas
Hampir semua jenis rotan mempunyai kulit yang kuat
dan tidak mudah mengelupas. Menyimpang dari
karakteristik tersebut maka rotan jenis um-bulu termasuk
rotan yang sangat disukai, tetapi kulitnya lemah dan sangat
mudah mengelupas (Gambar 8). Sifat tersebut karena
penampakanya kurang menarik maka dikategorikan sebagai
kulit mengelupas.
Semambu (gelap
kemerahan)
2. Faktor Biologis
(a) (b)
Gambar 11. Perubahan warna rotan akibat diserang jamur pada
kondisi basah (a) dan kering (b).
Gambar 13. Cacat akibat kumbang Gambar 14. Cacat akibat kumbang
bubuk basah (perha- bubuk basah (perhati-
tikan lubang-lubang kan lubang-lubang de-
dengan pinggir hitam. ngan pinggir hitam.
(Sumber: Jasni, 2005). (Sumber: Jasni, 2005).
a. Keriput
Rotan yang dipanen pada umur masak tebang dalam
pengeringan akan mengalami penyusutan secara normal
tetapi tidak sampai mengalami keriput. Cacat keriput terjadi
karena rotan dipanen pada umur muda sehingga penurunan
kadar air sewaktu pengeringan terlalu besar pada potongan
rotan (Gambar 16).
Gambar 17. Cacat ketemu buku. (Sumber: Hing, 1991 dan Jasni, 2010)
d. Pecah buku
Cacat pecah buku adalah terkelupasnya kulit sekitar buku
rotan yang disebabkan oleh perlakuan pembersihan yang
kasar dan atau pengerjaan kikis buku yang kurang hati-hati.
f. Hangus
Pada umumnya rotan berdiameter besar dan beberapa
jenis rotan berdiameter kecil, antara lain rotan manau,
semambu, sega batu, getah putih dan getah merah
memerlukan perlakuan penggorengan untuk mempercepat
proses penggeringan rotan agar rotan tidak diserang perusak
biologis.
Lamanya waktu penggorengan tidak sama untuk semua
jenis rotan, karena adanya kandungan air dalam sel-sel rotan
dan perbedaan zat ekstraktif dalam batang rotan. Bila
penggorengan dilakukan lebih lama dari waktu optimum
2. Cacat Ukuran
b. Salah potong
Salah potong adalah kesalahan pengerjaan sehingga
panjang rotan lebih pendek dari panjang standar. Cacat ini
mengakibatkan potongan rotan yang seharusnya masuk mutu
yang lebih tinggi menjadi turun ke mutu yang lebih rendah
karena kurang ukuran.
c. Serat lepas
Cacat serat lepas atau disebut juga serat terlepas adalah
terlepasnya sel-sel serat rotan pada permukaan hasil
pengupasan, kikis buku dan pembuatan hati rotan (core).
Sel-sel serat tersebut tidak dapat terkerat dengan baik oleh
pisau pengerjaan sehingga muncul seperti bulu-bulu halus
sepanjang potongan rotan (Gambar 22). Hal ini dapat terjadi
3. Faktor Kimiawi
Kerusakan kimia disebabkan karena pada saat pemutihan,
bahan kimia yang digunakan terlalu pekat, sehingga reaksinya
berlebihan dan rotan menjadi regas dan rapuh. Pengasapan
dengan belerang pada suhu tinggi menyebabkan uap belerang
terlalu pekat dan rotan menjadi rapuh. Kerusakan kerapuhan
dimana permukaan rata, ringan dan warna yang merata
menunjukkan kualitas rotan yang bagus. Jika tampak daerah
yang berwarna abu-abu, maka rotan tersebut sebaiknya tidak
dipilih untuk bentuk lengkung, karena daerah abu-abu itu rapuh.
1. Cacat Genetis
Batang tidak bulat, buku menonjol dan batang terpelintir,
lakukan scraping dan polis dalam dan hindari sebagai komponen
struktural. Ruas pendek dan diameter ruas berbeda, gunakan
sebagai componen struktur pada mebel, karena rotan cukup kuat.
Kulit mengelupas, gunakan untuk rotan core karena bagian
dalam sangat baik. Sedangkan warna rotan bewarna gelap, warna
gelap kadang-kadang sangat disukai karena tergantung selera dan
memberi kesan alami.
2. Cacat Biologis
Apabila kena serangan jamur pewarna, kumbang bubuk
basah ditanggulangi dengan pengawetan propilaktik (pengawetan
sementara) segera sestela panen. Untuk tidak terjadi atau
terserang jamur pelapuk, hindari rotan yang sudah kering dari
tempias air. Untuk serangan cacing yang menybabkan cacat mata
pecah, hindari agar rotran tidak tumbuh menjalar diatas tanah,
terutama ditempat basah atau becek. Sedangkan untuk cacat
3. Cacat Fisis-mekanis
Keriput terjadi karena rotan masih muda, jangan pernah
memanen rotan yang belum masak tebang. Ketemu buku dan
batang meruncing, bagian ini bisa digunakan sebagai componen
hiasan karena batangnya keras dan kyat. Untuk cacat parut
buaya, contoh rotan basah (sega, irit, tohiti kecil dll) yang
tertekuk waktu pengangkutan atau pemanenan, rotan segera
diluruskan ditempa tujuan sebelum rotan tersebut kering.
Hangus, jangan menggoreng rotan terlalu lama (± 30 menit, suhu
70 derajat Celsius). Pecah buku, kulit terkelupas dan cacat
ukuran, cacat ini dapat dihindari dengan cara memperlakukan
rotan dengan hati-hati tidak dibanting, ditarik/didorong dengan
kasar dan dipotong dengan usuran yang sudah ditentukan. Kalau
serat lepas, jangan mengupas (scraping) rotan dengan pisau
tumpul.
IV. PENUTUP
Tulisan ini merupakan pedoman untuk mengenal kualitas
dan cacat rotan yang terjadi dilapangan, bermanfaat bagi
masyarakat yang bergerak sebagai pengenal, pengolah dan
penguji rotan dilapangan. Sehingga tidak terjadi pemborosan
dalam menggunakan rotan sebagai bahan baku rotan, mulai dari
hulu sampai hilir.