Anda di halaman 1dari 78

0

LEMBAGA PENDIDIKAN DAN PELATIHAN POLRI NKP - 1


SEKOLAH STAF DAN PIMPINAN PERTAMA

NASKAH KARYA PEORANGAN (NKP)


MATA PELAJARAN BIDANG PENGUATAN KARAKTER KEBANGSAAN

TOPIK :

“AKTUALISASI NILAI – NILAI TRI BRATA TERHADAP


PERWUJUDAN NILAI – NILAI PANCASILA”

JUDUL :

OPTIMALISASI PEMBINAAN NILAI PERSATUAN


GUNA MEMANTAPKAN KINERJA POLRES DEPOK DALAM RANGKA
TERWUJUDNYA POLRI YANG PROFESIONAL

OLEH :

NAMA : .............................
NO.SERDIK : ...........................
POKJAR : .............................

PESERTA DIDIK SEKOLAH STAF DAN PIMPINAN PERTAMA POLRI


ANGKATAN KE-69 T.A. 2023
LEMBAGA PENDIDIKAN DAN PELATIHAN POLRI
SEKOLAH STAF DAN PIMPINAN PERTAMA

PERNYATAAN

1. Yang bertanda tangan dibawah ini:


Nama : ..................................
Pangkat / NRP : ....................................
Nomor Serdik : ..................................

Sebagai peserta didik Sespimma Sespim Lemdiklat Polri Angkatan


ke-69 / T.A. 2023 menyatakan dengan sebenarnya bahwa :
a. Naskah Karya Perorangan (NKP) yang saya tulis adalah asli.
b. Apabila ternyata sebagian atau seluruh tulisan NKP ini terbukti
tidak asli atau plagiasi, maka saya bersedia dinyatakan tidak lulus
Pendidikan.

2. Demikian pernyataan keaslian ini dibuat untuk dapat digunakan


seperlunya.

Lembang, April 2023


Yang membuat pernyataan,

.........................................
NO.SERDIK : .........................
2

DAFTAR ISI

Halaman
SAMPUL DAN HALAMAN JUDUL
PERNYATAAN HASIL TULISAN SENDIRI DAN KEASLIAN
DAFTAR ISI.........................................................................................
............................................................................................................i
DAFTAR TABEL..................................................................................
...........................................................................................................iii
DAFTAR GAMBAR..............................................................................
..........................................................................................................iv
DAFTAR LAMPIRAN...........................................................................
.............................................................................................................
DAFTAR SINGKATAN........................................................................
.............................................................................................................

BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang------------------------------------------------ 1
B. Rumusan Masalah-------------------------------------------- 3
1. Permasalahan-------------------------------------------- 3
2. Pokok-Pokok Persoalan------------------------------- 3
C. Ruang Lingkup------------------------------------------------ 4

BAB II TINJAUAN PUSTAKA


A. Umum------------------------------------------------------------ 5
B. Kajian Teori----------------------------------------------------- 5
1. Grand Theory--------------------------------------------- 5
2. Minddle Theory------------------------------------------- 6
3. Applied Theory------------------------------------------- 7
C. Pengumpulan, Analisis Data dan Metode Penelitian 9
D. Kerangka Berfikir---------------------------------------------- 10

BAB III PEMBAHASAN


3

A. Kondisi Faktual Penguatan Karakter Kebangsaan


(KK-3)------------------------------------------------------------ 11
B. Kondisi Faktual Integritas Dan Kejujuran Anggota
Batalyon A Pelopor Satbrimob Polda Maluku (KK-2) 13
C. Kondisi Faktual Penanaman Nilai-Nilai Antikorupsi
(KK-1)------------------------------------------------------------ 14

i Pembahasan ------------------
1. Kondisi Faktual dan 15
a) Kondisi Faktual anggota Batalyon A pelopor
Satbrimob Polda Maluku dalam
menanamkan nilai-nilai kejujuran ------------- 15
b) Kondisi Faktual anggota Batalyon A pelopor
Satbrimob Polda Maluku dalam
menanamkan nilai-nilai kedisiplinan---------- 17
c) Kondisi Faktual anggota Batalyon A pelopor
Satbrimob Polda Maluku dalam
menanamkan nilai-nilai tanggung jawab
dalam memperkuat karakter kebangsaan- - - 18

2. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi ---------------- 20


a) Faktor Intenal --------------------------------------- 20
b) Faktor Eksternal------------------------------------ 22

BAB IV PEMECAHAN MASALAH


A. Analisis Strategi----------------------------------------------- 25
1. Faktor Internal (IFAS) ---------------------------------- 25
2. Faktor Eksternal (EFAS)------------------------------- 26
3. Analisis Posisi Organisasi----------------------------- 27
4. Faktor Strategi (SFAS)--------------------------------- 28

B. Implementasi Strategi---------------------------------------- 30
1. Jangka Pendek ------------------------------------------ 30
2. Jangka Sedang ------------------------------------------ 34
3. Jangka Panjang------------------------------------------ 37
4

C. Evaluasi dan Pengendalian-------------------------------- 31


1. Komunikasi dan Konsultasi--------------------------- 41
2. Penetapan Konteks------------------------------------- 41
3. Identifikasi Risiko---------------------------------------- 42
4. Analisis Risiko-------------------------------------------- 43
5. Evaluasi Risiko------------------------------------------- 43
ii
6. Mitigasi Risiko-------------------------------------------- 43
7. Pemantauan dan Reviu-------------------------------- 44

BAB V PENUTUP

A. Simpulan-------------------------------------------------------- 45
B. Rekomendasi ------------------------------------------------- 46

DAFTAR PUSTAKA
ALUR PIKIR
POLA PIKIR
HASIL OHA-ES
ANALISIS SWOT
TABEL PENGHITUNGAN AHP (EFAS, IFAS)
TABEL PROSES MANAJEMEN RISIKO
5

DAFTAR TABEL

Halaman

Tabel 3-1 Data Pendidikan dan Pelatihan Anggota Batalyon A


Pelopor Satbrimob Polda Maluku Tahun 2020 sd. 2022. . 11
Tabel 3-2 Data Pelanggaran Disiplin / Pidana Anggota Batalyon A
Pelopor Satbrimob Polda Maluku Tahun 2020 sd. 2022. . 14
Tabel 3-3 Data Kasus Korupsi dan Penyalahgunaan Wewenang
Anggota Batalyon A Pelopor Satbrimob Polda Maluku
Tahun 2020 sd. 2022......................................................... 16
Tabel 3-4 Data Pembinaan Mental Rohani Batalyon A Pelopor
Satbrimobda Aceh Polda Maluku...................................... 17
Tabel 4.1 Matrik EFAS (External Factor Analysis Summary)........... 25
Tabel 4.2 Matrik IFAS (Internal Factor Analysis Summary)............. 26
Tabel 4.3 Matrik SFAS (Strategy Factor Analisys Summary)........... 29

iv
1

DAFTAR GAMBAR

Halaman

Gambar 2.1. Kerangka Berpikir......................................................... 10


Diagram 4.1 Posisi Organisasi......................................................... 27

v
1

LEMBAGA PENDIDIKAN DAN PELATIHAN POLRI


SEKOLAH STAF DAN PIMPINAN PERTAMA

TOPIK :

“AKTUALISASI NILAI – NILAI TRI BRATA TERHADAP


PERWUJUDAN NILAI – NILAI PANCASILA”

JUDUL :

OPTIMALISASI PEMBINAAN NILAI PERSATUAN


GUNA MEMANTAPKAN KINERJA POLRES DEPOK DALAM RANGKA
TERWUJUDNYA POLRI YANG PROFESIONAL

BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Sebagai unsur terpenting dalam organisasi Polri, maka
keberadaan sumber daya manusia (SDM) Polri baik dari aspek
kuantitas maupun kualitasnya akan sangat berpengaruh bagi
efektifitas pencapaian tujuan organisasi Polri, dimana salah satunya
adalah untuk mewujudkan kepercayaan masyarakat. Maka Polri,
dituntut untuk mampu melakukan berbagai upaya dalam membentuk
dan membangun kualitas sumber daya manusia (SDM) Polri yang
profesional sebagai landasan dalam memberikan pelayanan yang
prima kepada masyarakat meliputi sikap perilaku dan pengetahuan
secara efektif dan efisien, serta berwawasan luas, sehingga dapat
meningkatkan kepercayaan masyarakat terhadap Polri.
Untuk dapat mendorong terwujudnya kepercayaan masyarakat,
maka Polri hendaknya mampu memperkuat perannya selaku
pengayom masyarakat yang berkarakter Pancasila, dimana
keberhasilan Polri dalam menjalankan peran tersebut dapat dilihat
dari kemampuan Polri sebagai contoh dan teladan, sebagai fasilitator
dalam menyatukan keragaman masyarakat, menjadi inspirator bagi

1
2

pembinaan sistem nilai masyarakat, sehingga masyarakat mampu


menempatkan diri sebagai partner berpikir dalam memecahkan
permasalahan keamanan dan ketertiban masyarakat. Dimana untuk
mewujudkan kesadaran masyarakat dalam mendukung upaya
pemeliharaan kamtibmas, tentu diperlukan keterlibatan dari setiap
insan Polri untuk mampu menempatkan dirinya sebagai subyek
pengayoman untuk menciptakan situasi aman sekaligus mendorong
partisipasi aktif masyarakat dalam berbagai program dan kegiatan
Polri dalam menjaga stabilitas kamtibmas.
Menyikapi kondisi tersebut diatas, maka Polri khususnya
Polres Depok dalam menjalankan kewenangannya diharapkan dapat
mentransformasikan nilai-nilai dasar Pancasila kedalam penciptaan
dan pemeliharaan situasi kamtibmas guna menjaga keutuhan NKRI,
terutama pada nilai persatuan, sehingga selanjutnya Polri dapat
menjadi panutan dan teladan bagi masyarakat dalam mempedomani
Pancasila. Dengan tertanamnya nilai persatuan, masyarakat
diharapkan memiliki rasa nasionalisme yang tinggi. Namun fakta yang
ada saat ini, masih banyak personel khususnya personel Polres
Depok yang belum memahami pentingnya pengamalan nilai dasar
Pancasila dalam pelaksanaan tugas pokoknya, hal ini disebabkan
oleh kurang optimalnya pembinaan nilai persatuan kepada personel
Polres Depok, sehingga berpengaruh terhadap belum terwujudnya
Polri yang profesional. Oleh karena itu, penulis tertarik untuk menulis
Naskah Karya Perorangan (NKP) ini dengan judul “Optimalisasi
Pembinaan Nilai Persatuan Guna Memantapkan Kinerja Sat
Polres Depok Dalam Rangka Polri yang Profesional”.

B. Rumusan Masalah

1. Permasalahan
Melihat dari latar belakang permasalahan di atas, maka
dengan penanaman nilai-nilai antikorupsi, untuk itu sebagai
pokok permasalahan dari Naskah Karya Perorangan (NKP) ini
3

adalah sebagai berikut : “Bagaimana Pembinaan Nilai


Persatuan Guna Memantapkan Kinerja Polres Depok Dalam
Rangka Terwujudnya Polri yang Profesiona” ?

2. Pokok – pokok persoalan


Sebagai pokok-pokok persoalan yang ada dari
permasalahan dalam penulisan Naskah Karya Perorangan
(NKP) ini disesuaikan dengan substansi/unsur dari Grand Theory
yang diambil sebagai berikut :

a) Bagaimana kemampuan personel Polres Depok dalam


mengamalkan Nilai-Nilai Persatuan ?
b) Bagaimana pembinaan mental rohani guna meningkatkan
pengamalan nilai persatuan dalam pelaksanaan tugas ?
c) Bagaimana metode diterapkan dalam pembinaan nilai
persatuan pada pelaksanaan tugas pokok Polres Depok ?

C. Ruang Lingkup
Ruang lingkup pembahasan dalam penulisan Naskah Karya
Perorangan (NKP) ini, dibatasi pada upaya optimalisasi penanaman
nilai persatuan guna memantapkan kinerja Polres Depok dalam rangka
terwujudnya polri yang profesional, ditinjau dari aspek kemampuan
personel, pembinaan mental rohani serta metode diterapkan dalam
pembinaan nilai persatuan pada pelaksanaan tugas. Pembahasan
dibatasi pada pembinaan nilai persatuan guna memantapkan kinerja
di Polres Depok dalam rangka terwujudnya Polri yang profesional ,
pada tahun 2022 sd. Juli 2023
4

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

A. Umum
Penguatan karakter kebangsaan dalam optimalisasi
pembinaan nilai persatuan guna memantapkan kinerja polri
memiliki signifikansi yang tinggi dalam menjaga integritas, etika,
dan profesionalisme aparat kepolisian. Penguatan karakter
kebangsaan terhadap optimalisasi penanaman nilai – nilai
persatuan guna memantapkan kinerja polri sangat berperan
penting dalam menjaga kehormatan dan citra bangsa. optimalisasi
pembinaan nilai – nilai persatuan guna memantapkan kinerja polri
yang transparan, adil, dan beretika akan memperkuat integritas
institusi kepolisian serta menghindari tindakan yang dapat
merusak nama baik bangsa. Selain daripada itu penguatan
karakter kebangsaan terhadap optimalisasi pembinaan nilai – nilai
persatuan guna memantapkan kinerja polri juga akan
meningkatkan kepercayaan masyarakat terhadap kepolisian,
masyarakat akan merasa lebih percaya dan memiliki keyakinan
bahwa optimalisasi pembinaan nilai – nilai persatuan guna
memantapkan kinerja polri dilakukan secara adil, transparan, dan
sesuai dengan hukum. Hal

Adapun terkait dengan topik aktualisasi nilai-nilai tri brata


terhadap perwujudan nilai-nilai pancasila, penulis merumuskan
judul penulisan NKP ini berdasarkan kajian teori sebagai pisau
analis dalam memecahkan masalah.

B. Kajian Teori.
1. Grand Teori
Grand Theory ini digunakan untuk menganalisis permasalahan
untuk menentukan kriteria terkait dengan optimalisasi
5

pengamalan nilai persatuan guna memantapkan kinerja Polres


Depok yang akan menjadi pokok-pokok persoalan. Untuk itu
berdasarkan Grand Theory maka teori yang digunakan adalah
Teori Pembinaan.

Menurut A. Mangunhardjana, pembinaan adalah suatu proses


belajar dengan mempelajari hal-hal yang belum dimiliki dengan
tujuan membantu orang yang menjalani, untuk membetulkan
dan mengembangkan pengetahuan dan kecakapan yang
sudah ada serta mendapatkan pengetahuan dan kecakapan
baru untuk mencapai tujuan hidup dan kerja, yang dijalani
secara lebih efektif. (A.Mangunhardjana, Pembinaan Arti dan
Metodenya, Yogyakarta: Kanisius, 1986:12)

2. Middle Theory (teori ini untuk menjelaskan proposisi-


proposisi)
a) Teori Kemampuan
Menurut Stephen P. Robin dalam bukunya perilaku
organisasi (1996), menyampaikan kemampuan (competency)
merupakan suatu kapasitas individu untuk mengerjakan
berbagai tugas dalam suatu pekerjaan. Pada dasarnya
kompetensi terdiri dari tiga unsur utama, yaitu Knowledge, Skill,
dan Attitude (KSA) atau keterampilan, pengetahuan dan sikap.
(Stepen P. Robbin, Perilaku Organisasi (Konsep, Kontraversi,
Aplikasi), PT. Prenhallindo, Jakarta, 1996.)

Ketiga unsur ini secara langsung mempengaruhi perilaku


(behaviour) dalam melaksanakan tugas (task). Kompetensi yang
dimiliki oleh seseorang harus dapat diukur, dinilai, ditujukan dan
dapat dilihat melalui perilaku individu saat menjalankan tugas.
Teori Kemampuan (Competency) ini digunakan untuk
mendeskripsikan kualitas sumber daya manusia (SDM) anggota
Polres Depok dalam penanaman nilai persatuan guna
6

memantapkan kinerja Polres Depok yang ditinjau dari aspek


pengetahuan (knowledge), keterampilan (skill) dan perilaku
(attitude).

b) Teori Pembinaan Mental


Menurut pembinaan mental adalah suatu tindakan, proses,
hasil, atau pernyataan menjadi lebih baik. Pembinaan
menunjukkan adanya kemajuan, peningkatan, perubahan,
evolusi atau berbagai kemungkinan, berkembang, atau
peningkatan atas sesuatu. Pengertian di atas mengandung dua
hal, yaitu pertama, bahwa pembinaan itu sendiri bisa berupa
tindakan, proses, atau pernyataan dari suatu tujuan, kedua,
pembinaan bisa menunjukkan kepada perbaikan atas sesuatu.
(Miftah Toha, Perilaku Organisasi, Konsep Dasar dan
Aplikasinya, Jakarta: CV. Rajawali, 2010 : h. 7)

c) Teori Penerapan Metode Pengamalan Nilai Persatuan


Bahwa permasalahan yang dihadapi bangsa indonesia
dewasa ini adalah memudarnya semangat nasionalisme dan
patriotisme di kalangan generasi muda. Hal ini disebabkan
banyaknya pengaruh budaya asing yang banyak masuk di
negara kita, akibatnya banyak generasi muda yang melupakan
budaya sendiri karena menganggap bahwa budaya asing
merupakan budaya yang lebih modern daripada budaya bangsa
sendiri.
Menurut Danniarti, (2017) menyampaikan bahwa melihat
perkembangan wawasan kebangsaan yang dimiliki komponen
bangsa Indonesia saat ini, apabila dibiarkan maka Negara
Kesatuan Republik Indonesia yang sangat kita cintai akan
berimplikasi pada hal-hal berikut ini:
a. Tidak terlaksananya pemahaman nilainilai pancasila
terutama pada paham kebangsaan.
7

b. Tidak terlaksananya pemahaman terhadap nilai-nilai


pancasila terutama pada rasa kebangsaan.
c. Tidak terlaksananya pemahaman terhadap nilai-nilai
pancasila terutama pada semangat kebangsaan

3. Applied Theory (teori ini untuk menjelaskan konsep-konsep)

Applied theory ini digunakan untuk memecahkan masalah


pada pokok-pokok persoalan. Applied Theory adalah teori yang
bersifat mikro dan dapat diaplikasikan secara konseptual antara
lain :

a) Konsep Pengetahuan
Pengetahuan adalah suatu hasil dari rasa keingintahuan
melalui proses sensoris, terutama pada mata dan telinga
terhadap objek tertentu. Pengetahuan merupakan domain yang
penting dalam terbentuknya perilaku terbuka atau open
behavior. Menurut (Notoatmodjo, 2014) pengetahuan atau
knowledge adalah hasil penginderaan manusia atau hasil tahu
seseorang terhadap suatu objekmelalui pancaindra yang
dimilikinya. Panca indra manusia guna penginderaan terhadap
objek yakni penglihatan, pendengaran, penciuman, rasa dan
perabaan. Pada waktu penginderaan untuk menghasilkan
pengetahuan tersebut dipengaruhi oleh intensitas perhatiandan
persepsi terhadap objek. Pengetahuan seseorang sebagian
besar diperoleh melalui indra pendengaran dan indra
penglihatan.

b) Konsep Keterampilan
Menurut Gordon (1994) keterampilan adalah sebuah
kemampuan seseorang dalam mengoperasikan pekerjaan itu
secara lebih mudah serta tepat. Pendapat tentang keterampilan
8

menurut Gordon ini lebih kearah pada aktivitas atau kegiatan


yang memiliki sifat psikomotorik.

c) Konsep Sikap
Sikap menurut Soetarno, sikap merupakan pandangan
maupun perassaan yang mana disertai dengan kecenderungan
untuk bisa bertindak pada objek tertentu. Sikap senantiasi
diarahkan pada benda, orang, pandangan, peristiwa, norma,
lembaga, dan lainnya.

d) Konsep Analisa SWOT


Berdasarkan Konsep analisa SWOT oleh Freddy Rangkuti
(Strength, Weakness, Opportunity, Threat) dikatakan bahwa
analisis SWOT merupakan alat untuk memformulasikan strategi,
oleh karena itu analisis SWOT merupakan identifikasi berbagai
faktor secara sistematis. Analisis ini didasarkan pada logika yang
dapat memaksimalkan kekuatan (strengts) dan peluang
(opportunities), namun secara bersamaan dapat meminimalkan
kelemahan (weaknesses) dan ancaman (threats). Proses
pengambilan keputusan strategi ini selalu berkaitan dengan
pengembangan misi, tujuan, strategi dan kebijaksanaan
perusahaan. Dengan demikian perencanaan strategis (strategic
planner) harus menganalisis faktor-faktor strategis (kekuatan,
kelemahan, peluang dan ancaman). (Freddy Rangkuti Analisis
SWOT (Strength, Weakness, Opportunities, Threats), Gramedia
Pustaka Utama, Jakarta, 2004 : 18-19)

e) Konsep Analisis Faktor-Faktor Strategis Internal Dan


Eksternal (IFAS– EFAS) Dan Formulasi Strategi (SFAS)
9

Analisis faktor strategi internal dan eksternal adalah


pengolahan faktor-faktor strategis pada lingkungan internal dan
eksternal dengan memberikan pembobotan dan rating pada
setiap faktor srtategis yaitu faktor dominan dari kekuatan,
kelemahan, peluang dan ancaman yang memberikan pengaruh
terhadap kondisi dan situasi yang ada dan memberikan
keuntungan bila dilakukan tindakan posistif. (Robert G. Dyson,
1990: 8-12).
Menganalisis lingkungan internal (IFAS) untuk mengetahui
berbagai kemungkinan kekuatan dan kelemahan.  Masalah
strategis yang akan dimonitor harus ditentukan karena masalah
ini mungkin dapat mempengaruhi kondisi dimasa yang akan
datang.   Menganalisis lingkungan eksternal (EFAS) untuk
mengetahui berbagai kemungkinan peluang  dan ancaman. 
Masalah strategis yang akan dimonitor harus ditentukan karena
masalah ini mungkin dapat mempengaruhi dimasa yang akan
datang. Penggunaan metode-metode kuantitatif sangat
dianjurkan untuk membuat peramalan (forcasting) dan asumsi-
asumsi secara internal.
Formulasi strategi (SFAS) yaitu merupakan formulasi
antara IFAS dan EFAS yang dimasukkan kedalam tabel SFAS
(Strategic Factor Analysis Summary) yang merangkum faktor –
faktor strategis organisasi dengan cara menggabungkan faktor
eksternal dari tabel EFAS dan faktor internal dari tabel IFAS, hal
ini memerlukan pengambil keputusan untuk memilih kekuatan,
kelemahan, peluang dan ancaman menjadi 10 faktor yang
strategis.
.

C. Pengumpulan, analisis data dan metode penilitian.

1. Teknik Pengumpulan Data


Teknik pengumpulan data yang akan digunakan pada
10

penulisan Naskah Karya Perorangan (NKP) ini adalah


berdasarkan pengalaman penulis.

2. Analisa Data
Teknik analisa data yang dipergunakan adalah teknik
deduktif. Teknik deduktif yaitu berangkat dari teori yang
kemudian dibuktikan atau diterapkan dengan pencarian fakta.
Dengan pendekatan ini dimaksudkan untuk mempermudah
memahami pemaknaan data yang didapatkan dari penelitian.

3. Metode penelitian
Penelitian yang dituangkan pada penulisan Naskah Karya
Peorangan (NKP) ini menggunakan jenis kualitatif dan memiliki
sifat penelitian deskriptif, artinya penelitian yang
menggambarkan obyek tertentu dan menjelaskan hal-hal yang
terkait dengan atau melukiskan secara sistematis fakta-fakta
atau karakteristik populasi tertentu dalam bidang tertentu secara
faktual dan cermat.
11

D. Kerangka Berpikir

Gambar 2.1 Kerangka Berpikir

OPTIMALISASI PEMBINAAN NILAI PERSATUAN


GUNA MEMANTAPKAN KINERJA POLRES DEPOK DALAM RANGKA
TERWUJUDNYA POLRI YANG PROFESIONAL

INPUT ANALYSIS PROCESS ANALYSIS

RUJUKAN TEORI METODE : DISKRIPTIF ANALISIS

TEORI PEMBINAAN Digunakan untuk mengukur pengaruh pembinaan nilai persatuan yang dipandang sebagai variabel
dependent terhadap memantapkan kinerja personel Polres Depok yang dipandang sebagai variabel
NILAI PERSATUAN
independent. Dengan pandangan ini dilakukan pengukuran pengaruh dan pengujian hipotesis.

JUDUL PENELITIAN PROCESS ANALYSIS HIPOTESIS

PEMANTAPAN HIPOTESA :
KINERJA
ASUMSI PEMBINAAN NILAI PERSONEL  Jika pembinaan nilai persatuan blm
PERSATUAN POLRES DEPOK optimal, maka terhadap pemantapan
kinerja personel Polres Depok blm
mantap
 Jika pembinaan nilai persatuan optimal,
maka kinerja personel Polres Depok dpt
FENOMENA HIPOTESA : dimantapkan

PEMBINAAN NILAI  Jika pembinaan nilai persatuan optimal,


maka karakter kebangsaan dapat diperkuat.
PERRSATUAN
 Jika penanaman nilai persatuan tidak
optimal, maka karakter kebangsaan tidak OUTCOME ANALYSIS
terwujud

Catatan :
Struktur kerangka berpikir tersebut merupakan kerangka standar tidak mutlak
12

BAB III
PEMBAHASAN

A. Gambaran Umum.
Peran dan tugas pokok Polri dalam implementasi nilai-nilai
Pancasila guna pembentukan karakter bangsa salah satunya di terapkan
melalui perkuatan sektor keamanan dan ketertiban masyarakat berbasis
Pancasila dalam wujud mencerdaskan kehidupan masyarakat sadar hukum
sebagai suasana lingkungan pembentukan karakter bangsa.
Keberhasilannya bertumpu pada terwujudnya peran Polri sebagai contoh
teladan, fasilitator, dan inspirator bagi masyarakat sehingga masyarakat
dapat menempatkan dirinya sebagai partner berpikir dalam memecahkan
masalah kamtibmas serta membangun moral karakter kebangsaan. Untuk
menjalankan perannya, Polres Depok dalam membentuk karakter
bangsa berbasis Pancasila, maka dalam pelaksanaan tugasnya perlu
menekankan pada pendekatan yang menghargai realitas terkait
pluralitas budaya, keragaman sosial budaya dan agama. Adapun
indikator keberhasilannya bertumpu pada terwujudnya peran Polri
sebagai contoh teladan, fasilitator, dan inspirator bagi masyarakat
sehingga masyarakat dapat menempatkan dirinya sebagai partner
berpikir dalam memecahkan masalah (Problem Solving) kamtibmas
serta membangun moral karakter kebangsaan. Selain itu,
keberhasilan dalam menerapkan nilai keadilan sosial pada
pelaksanaan tugas pokok Polri, tidak hanya ditentukan dari
kemampuan teknis kepolisian semata namun ditentukan juga oleh
bagaimana tindakan-tindakan tersebut dapat dilandasi oleh Etika
Kemasyarakatan khususnya dalam bidang pelayanan.

Adapun permasalahannya saat ini, adalah bahwa kemampuan


personil Polres Depok dalam menerapkan nilai-nilai Pancasila
terutama pada nilai keadilan sosial dalam pelaksanaan tugas
pokoknya masih relatif rendah, kondisi tersebut dapat diindikasikan
dari berbagai pelanggaran disiplin yang masih sering terjadi
sebagaimana dapat dilihat dari data berikut :

9
13

Tabel 3-1
Data pelanggaran disiplin Personel Polres Depok
tahun 2020 s/d 2022
NO PELANGGARAN DISIPLIN JUMLAH
1. Hukuman Disiplin 15
2. Gar Gaktibplin 8
3. Gar Pidana -
TOTAL 23
Sumber : Siepropam Polres Depok , tahun 2022
Dari data diatas dapat dilihat bahwa kondisi personil Polres
Depok saat ini belum mampu menjadi teladan, fasilitator, dan
inspirator bagi masyarakat seperti yang diharapkan.

B. Deskripsi Fakta.
Terkait dengan kurang optimalnya pembinaan nilai persatuan
guna memantapkan kinerja Polres Depok Dalam Terwujudnya Polri
yang profesional, maka sebagai permasalahan dapat diuraikan
sebagai berikut :

1. Kondisi Faktual Kemampuan personel Polres Depok dalam


Mengamalkan Nilai-Nilai Persatuan
Sebagai salah satu fungsi pemerintahan yang memiliki
tugas pokok memelihara kamtibmas, menegakkan hukum serta
memberikan perlindungan,, pengayoman dan pelayanan kepada
masyarakat, Polri tidak terlepas dari tuntutan dan harapan
masyarakat akan sosok Polri yang profesional dalam
pelaksanaan tugas pokok dan fungsinya. Dimana perhatian serta
harapan masyarakat terhadap profesionalisme Polri selaku
pengayom masyarakat masih saka menjadi sesuatu yang sulit
terwujud. Bahkan persepsi buruk masyarakat terhadap kinerja
aparat kepolisian masih sangat luas, hal ini disebabkan oleh
ketidakmampuan Polri sebagai pengayom masyarakat.
Mencermati rendahnya citra Polri di mata masyarakat,
jajaran kepolisian telah dan terus melakukan berbagai
14

pembenahan internal, khususnya menyangkut peningkatan


kinerja Polri selaku pengayom masyarakat. Dimana untuk
mendorong terwujudnya kepercayaan masyarakat, maka Polri
hendaknya mampu memerankan diri sebagai contoh dan suri
tauladan bagi masyarakat, fasilitator sekaligus inspirator bagi
masyarakat dalam membangun karakter masyarakat yang
berlandaskan pada nilai-nilai Pancasila, sehingga masyarakat
dapat menempatkan dirinya sebagai partner berpikir dalam
memecahkan berbagai permasalahan keamanan dan ketertiban
masyarakat. Akan tetapi, fakta di lapangan menunjukkan bahwa
masih ditemukan berbagai permasalahan mengenai kemampuan
Polri dalam mengamalkan nilai-nilai persatuan dalam
mendukung pelaksanaan tugas. Dimana secara umum, indikasi
tersebut dapat dilihat dari beberapa kenyataan sebagai berikut:
a. Masih tingginya potensi pelanggaran maupun
penyalahgunaan wewenang yang dilakukan oleh personel.
Dimana jenis kasus yang paling sering dilakukan oleh
personel berupa kasus kekerasan fisik serta berbagai
bentuk pungutan liar.
b. Masih adanya personel yang belum mampu menampilkan
sikap dan perilaku sebagai pengayom dalam menjalin
interaksi dengan masyarakat, hal ini terlihat dari masih
adanya anggota yang merasa memiliki kedudukan lebih
tinggi dibandingkan dengan masyarakat.
c. Masih adanya sebagian kecil personel yang kurang peka
terhadap perubahan yang terjadi di lingkungannya, yang
tercermin dari rendahnya respon anggota terhadap
perkembangan dinamika kehidupan masyarakat yang
mengarah pada terjadinya gangguan kamtibmas.
d. Kurangnya keterampilan personel dalam memberdayakan
setiap potensi yang terdapat di lingkungan masyarakat
dalam mendukung upaya pemeliharaan situasi kamtibmas
yang kondusif, sehingga dalam prakteknya upaya
15

pemeliharaan kamtibmas hanya menjadi tugas dan


tanggungjawab Polri semata.

2. Kondisi Faktual Pembinaan Mental Rohani Guna


Meningkatkan pengamalan nilai persatuan dalam
pelaksanaan tugas.
Pembinaan adalah proses, perbuatan, cara membina,
usaha, tindakan dan kegiatan yang dilakukan secara berdaya
guna dan berhasil guna untuk memperoleh hasil yang lebih baik.
Mental adalah semua unsur-unsur jiwa termasuk pikiran, emosi,
sikap dan perasaan yang dalam keseluruhan dan kebulatannya
akan menetukan corak laku, cara menghadapi suatu hal yang
menekan perasaan, mengecewakan atau menggembirakan,
menyenyangkan. Pembinaan mental anggota Polri dalam rangka
membentuk dan memelihara serta meningkatkan ketaqwaan
kepada Tuhan Yang Maha Esa sesuai dengan agamanya
masing-masing untuk mempertinggi moral/budi pekerti, sehingga
mampu menegakkan harkat dan martabat manusia. Pembinaan
mental rohani terhadap personel Sat Resnarkoba di Polres
Kuatan Singingi saat ini dapat digambarkan sebagai berikut :

Tabel 3-2
Data Kegiatan Pembinaan Mental Rohani
Di Polres Depok
NO KEGIATAN PELAKSANAAN KET
1 Pengajian Rutin 4 kali dlm sebulan Di Polres
2 Kultum Ba’da Dhuhur 2 kali dlm sebulan Di Polres
3 Ibadah umat Katolik 2 kali dlm sebulan
4 Arahan Kapolres 1 kali dlm Di Polres
Kuantan Singgi pada seminggu
Apel
5 Program Pelatihan 1 kali dlm setahun Di Polda
NAC/ESQ
Sumber Data : Bag SDM Polres Depok, Th. 2022

Melihat dari data tersebut diatas dijelaskan bahwa


kurangnya pembinaan mental personel Polres Depok, hal ini
16

berpengaruh terhadap sikap perilaku personel serta kurang


optimalnya dalam pengamalan nilai-nilai persatuan dalam
mendukung pelaksanaan tugas. Dengan kurangnya
pelaksanaan pembinaan mental dan rohani terhadap personel
saat ini, sehingga berpengaruh terhadap personel masih adanya
yang melakukan pelanggaran-pelanggaran disiplin. Mencemarti
hal tersebut maka dapat digambarkan sebagai berikut :

a. Kurangnya dedikasi yang dimiliki personel Polres Depok,


terlihat dalam pengamalan nilai-nilai persatuan belum
dapat terlaksana dengan optimal.
b. Kurangnya integritas personel, sehingga berpengaruh
terhadap pengamalan nilai-nilai persatuan dalam
mewujudkan Polri yang profesional.
c. Mental kejuangan yang dimiliki personel relatif rendah,
ditunjukkan dalam kegiatan dalam pengamalan nilai-nilai
persatuan belum dapat terlaksana dengan optimal.
d. Kurangnya loyalitas personel, yakni ditunjukan dengan
masih adanya personel yang kurang memahami dalam
pengamalan nilai-nilai persatuan, sehingga dapat
mempengaruhi dalam pelaksanaan tugas.

3. Kondisi Faktual Metode Yang Diterapkan Dalam Pembinaan


Nilai Persatuan Pada Pelaksanaan Tugas Pokok Sat Polres
Depok.
Tugas pokok Polri sebagai pengayom masyarakat dalam
membentuk Karakter bangsa berbasis Pancasila, perlu
menekankan pada pendekatan yang menghargai realitas
pluralitas budaya. Namun dalam hal ini upaya tersebut
nampaknya belum dapat diimplementasikan dengan baik, kondisi
ini tercermin dari fakta-fakta kurangnya metode penerapan nilai
persatuan terhadap personel Polres Depok adalah sebagai
berikut :
17

1) Belum optimalnya pelaksanaan kegiatan pembinaan nilai


persatuan kepada personel Polres Depok, sehingga
berpengaruh terhadap pelaksanaan tugas kurang optimal.
2) Kurangnya pelaksanaan kegiatan-kegiatan seperti
sosialisasi, bimbingan, dan penyuluhan kepada anggota
yang dilakukan masih sebatas formalitas, belum
memberikan nilai-nilai edukasi kepada anggota tentang
pentingnya pengamalan nilai-nilai persatuan.
3) Belum optimalnya koordinasi dan kerjasama dengan pihak-
pihak terkait seperti pemerintah daerah, akademisi, pihak
sekolah atau perguruan tinggi dan lainnya untuk
melaksanakan suatu kegiatan terpadu seperti forum
koordinasi, seminar, diskusi bersama dalam rangka
menumbuhkan kembali penerapan nilai persatuan kepada
anggota dalam pelaksanaan tugas.

C. Implikasi.
1. Apabila pembinaan nilai persatuan yang ditinjau dari aspek
kemampuan personel, pembinaan mental rohani dan metode
yang diterapkan dalam pembinaan nilai persatuan belum
dilaksanakan dengan baik, maka akan menghambat upaya
dalam memantapkan kinerja Polres Depok.
a. Belum optimalnya pembinaan nilai persatuan pada
pelaksanaan tugas, sehingga berpengaruh terhadap
anggota tidak dapat menjadi contoh teladan, fasilitator, dan
inspirator bagi masyarakat.
b. Belum optimalnya pembinaan nilai persatuan pada
pelaksanaan tugas, sehingga berpengaruh terhadap
kurang terdukungnya kinerja kesatuan.

2. Apabila pembinaan nilai persatuan yang ditinjau dari aspek


kemampuan personel, pembinaan mental rohani dan metode
yang diterapkan dalam pembinaan nilai persatuan belum
18

dilaksanakan dengan baik, maka akan menghambat upaya


dalam mewujudkan Polri yang profesional.
a. Belum optimalnya pembinaan nilai persatuan, sehingga
terhadap pembangunan sinergi polisional dengan
masyarakat kurang terwujud secara optimal, karena
masyarakat belum dapat menempatkan dirinya sebagai
partner berpikir dalam memecahkan masalah kamtibmas
b. Belum optimalnya pelaksanaan tugas Polri yang kurang
profesional, sehingga berpengaruh terhadap menurunnya
kepercayaan masyarakat.
19

BAB IV
PEMECAHAN MASALAH

A. Analisis Strategi
Sebagai bahan pertimbangan untuk merumuskan strategi
pemecahan masalah terhadap pokok-pokok persoalan yang terdapat
pada Naskah Karya Perorangan (NKP) ini, maka faktor-faktor yang
dapat mempengaruhi dapat diuraikan sebagai berikut :

1. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi.

a. Lingkungan Strategis.
1) Nasional
Nilai dasar Pancasila terdiri dari nilai material,
vital, kebenaran, estetis, etis religius yang
memperkokoh pandangan bangsa dalam bernegara.
Pancasila pada hakekatnya bersumber pada nilai-nilai
adat istiadat, nilai-nilai kebudayaan serta nilai-nilai
religius yang hidup berkembang dalam masyarakat
Indonesia. Sumber material Falsafah yang berasal
dari pandangan hidup masyarakat Indonesia sendiri,
memperkokoh kedudukan Pancasila sebagai dasar
negara dan ideologi bangsa Indonesia. Pancasila
berakar dari pandangan hidup dan budaya bangsa
dan bukan mengangkat atau mengadopsi ideologi dari
bangsa lain yang pada gilirannya akan menghasilkan
bangsa yang cinta akan tanah air yang lahir dari jiwa
bangsa Indonesia sendiri.

2) Lokal
Pelaksanaan atau pengamalan nilai-nilai
persatuan yang dilaksanakan dalam suatu kegiatan
20

atau aktivitas. Pancasila sangat penting untuk


diamalkan dalam kehidupan sehari-hari untuk
kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara.
Pancasila harus dilaksanakan secara konsisten dalam
kehidupan agar cita-cita dan harapan bangsa
Indonesia dapat tercapai. Penerapan nilai persatuan
pada tugas pokok Polri belum optimal, sehingga
belum mampu mendorong tumbuhnya kesadaran di
masyarakat tentang pentingnya pengamalan nilai
persatuan dalam pelaksanaan tugas.

b. Faktor Internal.
1) Kekuatan
a) Adanya arahan dan kebijakan pimpinan Polri
untuk meningkatkan kerjasama dengan berbagai
pihak dalam rangka menanggulangi berbagai
ancaman terhadap stabilitas kamtibmas guna
menjaga keutuhan NKRI.
b) Adanya strategi kebijakan Polmas yang dapat
diberdayakan oleh anggota Polres Depok untuk
meningkatkan partisipasi masyarakat dalam
memelihara situasi kamtibmas.
c) Adanya peningkatan profesionalisme anggota
Polres Depok guna meningkatkan kemampuan
anggota dalam pelaksanaan tugas dan mampu
mengamalkan nilai persatuan
d) Adanya penerapan pemberian reward &
punishment kepada anggota Polres Depok
e) Adanya penerapan Kode Etik Profesi Polri
sebagai kristalisasi nilai-nilai Tribrata dan Catur
Prasetya yang dilandasi dan dijiwai oleh
Pancasila.
21

2) Kelemahan
a) Kurangnya kemampuan anggota Polres Depok
dalam mengamalkan nilai persatuan.
b) Kurangnya metode pengamalan nilai persatuan
pada pelaksanaan tugas guna membangun
partisipasi masyarakat belum terlaksana dengan
optimal.
c) Belum adanya suatu kegiatan atau program
khusus yang dilakukan Polres Depok yang
bertujuan untuk menginternalisasikan nilai-nilai
Pancasila kepada seluruh anggota.
d) Kurangya kegiatan-kegiatan kepolisian yang
diselenggarakan oleh Polres Depok i belum
sepenuhnya berorientasi pada penerapan nilai-
nilai Pancasila sehingga personel belum menjadi
contoh teladan, fasilitator, dan inspirator bagi
masyarakat sehingga masyarakat dapat
menempatkan dirinya sebagai partner berpikir
dalam memecahkan masalah kamtibmas.
e) Kurangnya pengawasan dan pengendalian dari
pimpinan terhadap pelaksanaan tugas anggota
Sat Resnarkoba guna membangun partisipasi
masyarakat.

c. Faktor Eksternal.
1) Peluang
a) Pancasila sebagai dasar falsafah negara dan
bangsa Indonesia berisi nilai fundamental yang
menjadi semangat bernegara yang plural dan
demokratis.
b) Adanya peran media baik cetak maupun
elektronik yang dapat dimanfaatkan sebagai
22

sarana edukasi dan sosialisasi kepada


masyarakat.
c) Terjalinnya kerjasama dengan instansi terkait
dan stakeholder guna melaksanakan kegiatan
reaktualisasi nilai-nilai persatuan.
d) Terjalinnya pemberdayaan potensi masyarakat
dalam mencegah terjadinya konflik sosial.
e) Adanya penerapan nilai-nilai persatuan guna
memperkuat nasionalisme kepada masyarakat
dalam menjaga keutuhan NKRI.

2) Ancaman
a) Kurang terbangun pemahaman dan
implementasi nilai-nilai persatuan dalam
kehidupan masyarakat melalui pelaksanaan
tugas.
b) Kurang terjalinnya koordinasi dengan instansi
terkait dalam upaya meningkatkan pelayanan
prima Kepolisian.
c) Semakin lunturnya pemahaman dan
implementasi nilai-nilai persatuan dalam
kehidupan masyarakat sehingga tingkat
kewaspadaan masyarakat untuk menangkal dan
mencegah terhadap gangguan kamtibmas masih
relatif rendah.
d) Perkembangan teknologi informasi dan
komunikasi mempengaruhi peningkatan
kuantitas dan kualitas pergerakan kelompok
kejahatan di tengah-tengah masyarakat.
e) Masih rendahnya tingkat kepercayaan
masyarakat terhadap Polri sehingga masyarakat
belum sepenuhnya dapat berpartisipasi
23

membantu tugas pokok Polri guna pemeliharaan


kamtibmas dalam menjaga keutuhan NKRI.

2. Proyeksi Kondisi Ideal.


Berkaitan dengan kondisi faktual serta faktor-faktor yang
mempengaruhi baik pengaruh dari lingkungan eksternal
organisasi maupun lingkungan internal organisasi Sat
Resnarkoba Polres Kuantan Singingi seperti yang telah
diuraikan di atas, maka untuk pembinaan nilai persatuan guna
memantapkan kinerja Polres Depok dalam rangka Terwujudnya
Polri yang profesional, maka harus diikuti dengan upaya
peningkatan kemampuan personel, pembinaan mental rohani
dan metode yang diterapkan dalam pembinaan nilai persatuan
pada pelaksanaan tugas pokok Polri. Adapun gambaran
proyeksi idealnya adalah sebagai berikut :

a. Kondisi Ideal Kemampuan personel Polres Depok


dalam Mengamalkan Nilai-Nilai Persatuan
Untuk mampu melaksanakan tugas, fungsi dan
perannya, maka Polri hendaknya melakukan berbagai
pembenahan internal menyangkut kemampuan Polri dalam
mengamalkan dan mengaplikasikan nilai-nilai persatuan
dalam menunjang pelaksanaan tugas di lapangan, dimana
indikator dari kemampuan Polri tersebut, terlihat dari:
1) Semakin berkurang bahkan hilangnya berbagai
potensi penyimpangan maupun penyalahgunaan
wewenang yang dilakukan oleh anggota dalam
melaksanakan tugas pokok dan fungsi Polri terkait
dalam memberikan perlindungan dan pengayoman
kepada masyarakat.
2) Dalam menjalin interaksi dengan setiap elemen
masyarakat, setiap anggota mampu menampilkan
sikap dan perilaku terpuji yang mencerminkan jati diri
24

Polri selaku pengayom masyarakat dengan


senantiasa menghargai keanekaragaman yang
terdapat di masyarakat.
3) Setiap anggota hendaknya memiliki kepekaan
terhadap dinamika perubahan lingkungan masyarakat
sehingga mampu merespon sejak dini potensi
gangguan kamtibmas yang terjadi seiring dengan
perkembangan lingkungan strategis.
4) Anggota hendaknya mampu memberdayakan setiap
potensi yang terdapat di masyarakat dalam
mendukung upaya pemeliharaan stabilitas kamtibmas,
sehingga mampu mendorong terwujudnya partisipasi
aktif masyarakat dalam upaya pemeliharaan
kamtibmas.

b. Kondisi Ideal Pembinaan Mental Rohani Guna


Meningkatkan pengamalan nilai persatuan dalam
pelaksanaan tugas.
Pembinaan mental Polri adalah segala usaha,
tindakan dan kegiatan untuk memantapkan kodisi jiwa
anggota Polri berdasarkan Pancasila, Tri Brata dan Catur
Prasetya. Mental yang sehat adalah memiliki sifat-sifat
yang khas antara lain mempunyai kemampuan untuk
bertindak secara efesien, memiliki tujuan hidup yang jelas,
memiliki konsep diri yang sehat, memiliki koordinasi anatar
segenap potensi dengan usaha-usahanya, memiliki
regulasi diri dan integrasi kepribadian dan memiliki batin
yang tenang.
Kondisi ideal pelaksanaan pembinaan mental dan
rohani terhadap anggota Polres Depok dapat dilaksanakan
secara maksimal, sehingga dapat memberikan kontribusi
terhadap pengamalan nilai-nilai persatuan yang baik antara
lain :
25

1) Meningkatnya dedikasi yang dimiliki anggota Polres


Depok dalam pengamalan nilai persatuan guna
meningkatkan kinerja kesatuan.
2) Meningkatnya integritas anggota sehingga dapat
memberikan kontribusi terhadap pengamalan nilai
persatuan dalam mewujudkan Polri yang profesional.
3) Meningkatknya mental kejuangan yang dimiliki
anggota, sehingga pengamalan nilai persatuan dapat
terlaksana dengan optimal.
4) Meningkatnya loyalitas anggota Polres Depok,
sehingga mampu memahami dalam pengamalan nilai
persatuan.

c. Kondisi Ideal Metode Yang Diterapkan Dalam


Pembinaan Nilai Persatuan Pada Pelaksanaan Tugas
Pokok Polres Depok Singingi.
Sebagaimana telah disampaikan sebelumnya, bahwa
dalam upaya mengamalkan nilai persatuan pada
pelaksanaan tugas, maka metode yang diterapkan dalam
pembinaan nilai persatuan yang ideal adalah sebagai
berikut :
1) Pelaksanaan kegiatan pembinaan nilai persatuan
kepada personel Polres Depok sudah terlaksana
dengan optimal, sehingga memberikan kontribusi
terhadap pelaksanaan tugas.
2) Pelaksanaan kegiatan-kegiatan seperti sosialisasi,
bimbingan, dan penyuluhan kepada anggota yang
dilakukan dapat optimal, sehingga dapat memberikan
nilai-nilai edukasi kepada anggota tentang pentingnya
pengamalan nilai-nilai persatuan.
3) Terjalinnya koordinasi dan kerjasama dengan pihak-
pihak terkait seperti pemerintah daerah, akademisi,
pihak sekolah atau perguruan tinggi dan lainnya untuk
26

melaksanakan suatu kegiatan terpadu seperti forum


koordinasi, seminar, diskusi bersama dalam rangka
menumbuhkan kembali penerapan nilai persatuan
kepada anggota dalam pelaksanaan tugas.

3. Kontribusi.
a. Apabila pembinaan nilai persatuan yang ditinjau dari aspek
kemampuan personel, pembinaan mental rohani dan
metode yang diterapkan dalam pembinaan nilai persatuan
sudah terlaksana secara maksimal, maka akan
berkontribusi dalam memantapkan kinerja Polres Depok.
a. Belum optimalnya pembinaan nilai persatuan pada
pelaksanaan tugas, sehingga berpengaruh terhadap
anggota tidak dapat menjadi contoh teladan,
fasilitator, dan inspirator bagi masyarakat.
b. Belum optimalnya pembinaan nilai persatuan pada
pelaksanaan tugas, sehingga berpengaruh terhadap
kurang terdukungnya kinerja kesatuan.

2. Apabila pembinaan nilai persatuan yang ditinjau dari aspek


kemampuan personel, pembinaan mental rohani dan
metode yang diterapkan dalam pembinaan pengamalan
nilai persatuan sudah terlaksana secara maksimal, maka
akan berkontribusi dalam mewujudkan Polri yang
profesional.
a. Belum optimalnya pembinaan nilai persatuan,
sehingga terhadap pembangunan sinergi polisional
dengan masyarakat kurang terwujud secara optimal,
karena masyarakat belum dapat menempatkan
dirinya sebagai partner berpikir dalam memecahkan
masalah kamtibmas
27

b. Belum optimalnya pelaksanaan tugas Polri yang


kurang profesional, sehingga berpengaruh terhadap
menurunnya kepercayaan masyarakat.

B. Manajemen Strategis.
Untuk mengoptimalkan pembinaan nilai persatuan guna
memantapkan kinerja di Polres Depok dalam terwujudnya Polri yang
profesional, maka perlu dilakukan langkah formulasi strategis yang
meliputi penghitungan terhadap faktor eksternal menggunakan
metode penghitungan Eksternal Factor Analysis Summary (EFAS),
serta penghitungan terhadap faktor internal menggunakan metode
penghitungan Internal Factor Analysis Summary (IFAS), sehingga
akan didapatkan Analisis Posisi Organisasi. Adapun penjabaran dari
manajemen strategis adalah sebagai berikut :

1. Formulasi Strategi
a. Faktor Eksternal.
1) EFAS (Eksternal Factor Analisys Summary)
Merupakan kumpulan faktor-faktor lingkungan
eksternal organisasi yang mempengaruhi pengamalan
nilai persatuan guna memantapkan kinerja di Polres
Polres, yang mana setiap faktor-faktor tersebut
ditentukan nilai bobot dan rating-nya masing-masing,
kemudian dihitung dengan menggunakan aplikasi
Microsoft Excel sehingga menghasilkan nilai total
EFAS.
28

Tabel 4.1
Matrik EFAS (External Factor Analysis Summary)

NO KEY EXTERNAL FACTORS BOBOT PERINGKAT SKOR


PELUANG / OPPORTUNITIES
Pancasila sebagai dasar falsafah
1 0,083 6,000 0,500
negara dan bangsa Indonesia
Adanya peran media baik cetak
2 0,083 6,000 0,500
maupun elektronik
Terjalinnya kerjasama dengan
3 0,125 9,000 1,125
instansi terkait dan stakeholder
Terjalinnya pemberdayaan potensi
4 0,097 7,000 0,681
masyarakat
Adanya penerapan nilai-nilai
5 persatuan guna memperkuat 0,111 8,000 0,889
nasionalisme
SUB JUMLAH 0,500 3,694

ANCAMAN / THREATS
Kurang terbangun pemahaman dan
1 0,167 4,000 0,667
implementasi nilai-nilai Pancasila
Kurang terjalinnya koordinasi
2 0,125 3,000 0,375
dengan instansi terkait
Semakin lunturnya pemahaman dan
3 0,083 2,000 0,167
implementasi nilai-nilai persatuan
Perkembangan teknologi informasi dan
4 0,042 1,000 0,042
komunikasi
Masih rendahnya tingkat kepercayaan
5 0,083 2,000 0,167
masyarakat terhadap Polri
SUB JUMLAH 0,500 1,417
JUMLAH SELURUHNYA 1,000 5,111

Dari data tabel diatas terlihat bahwa dalam


menentukan kekuatan pengaruh setiap faktor yang
ada pada peluang dan ancaman jumlah skor External
Factor Analysis Summary (EFAS) yaitu sejumlah
5.111.

2) AHP (Analytical Hierarchy Process) Faktor


Eksternal.
Merupakan suatu metode (tools) yang
digunakan untuk menentukan bobot faktor-faktor yang
mempengaruhi fakta lingkungan eksternal baik berupa
peluang (Opportunity) maupun ancaman (Threats).
29

b. Faktor Internal.
1) IFAS (Internal Factor Analisys Summary)
Merupakan kumpulan faktor-faktor lingkungan
internal organisasi yang mempengaruhi pengamalan
nilai persatuan guna memantapkan kinerja di Polres
Depok, yang mana setiap faktor-faktor tersebut
ditentukan nilai bobot dan rating-nya masing-masing,
kemudian dihitung dengan menggunakan aplikasi
Microsoft Excel sehingga menghasilkan nilai total
IFAS.

Tabel 4.3
Matrik IFAS (Internal Factor Analysis Summary)

NO KEY EXTERNAL FACTORS BOBOT PERINGKAT SKOR


KEKUATAN / STRENGHT
Adanya arahan dan kebijakan
1 0,088 6,000 0,529
pimpinan Polri
Adanya strategi kebijakan Polmas
2 yang dapat diberdayakan oleh 0,088 6,000 0,529
anggota Sat Resnarkoba
Adanya peningkatan
3 profesionalisme anggota Sat 0,103 7,000 0,721
Resnarkoba
Adanya penerapan pemberian
4 reward & punishment kepada 0,103 7,000 0,721
anggota Sat Resnarkoba
Adanya penerapan Kode Etik
5 0,118 8,000 0,941
Profesi Polri
0,500 3,441

KELEMAHAN / WEAKNESS
Kurangnya kemampuan anggota
1 0,167 4,000 0,667
Sat Resnarkoba
Kurangnya metode pembinaan
2 0,125 3,000 0,375
nilai persatuan
Belum adanya suatu kegiatan atau
3 0,083 2,000 0,167
program khusus
Kurangya kegiatan-kegiatan
4 0,042 1,000 0,042
kepolisian
Kurangnya pengawasan dan
5 0,083 2,000 0,167
pengendalian dari pimpinan
SUB JUMLAH 0,500 1,417
JUMLAH SELURUHNYA 1,000 4,858
30

Dari data tabel diatas terlihat bahwa dalam


menentukan kekuatan pengaruh setiap faktor yang
ada pada peluang dan ancaman jumlah score Internal
Factor Analysis Summary (IFAS) yaitu sejumlah
4.858.

2) AHP (Analytical Hierarchy Process) Faktor


Internal.
Merupakan suatu metode (tools) yang
digunakan untuk menentukan bobot faktor-faktor yang
mempengaruhi fakta lingkungan internal baik berupa
kekuatan (Strength) maupun kelemahan (Weakness).

c. Analisis Posisi Organisasi


Posisi organisasi digunakan untuk menentukan pola
atau strategi umum yang akan dilakukan suatu organisasi
agar lebih efektif dan efisien dalam mencapai tujuan
organisasi.
Diagram 4.1
Posisi Organisasi

5,111 - 4,858
31

Adapun berdasarkan perhitungan EFAS dan IFAS di


atas, maka nilai EFAS adalah 5,111 dan IFAS adalah 4,858
menunjukkan bahwa posisi organisasi berada pada sel 5.a.
Respons organisasi dalam menghadapi situasi organisasi
demikian adalah Horizontal Integration Strategy.
Posisi strategi pada Sel-5a menunjukkan bahwa
organisasi memiliki situasi dan kondisi yang Sedang-
Sedang. Di mana peluang yang berasal dari lingkungan
eksternal bersifat sedang dan secara internal organisasi
memiliki kekuatan yang sedang pula. Respons organisasi
dalam menghadapi situasi organisasi sedemikian adalah
Horizontal Integration Strategy, yaitu dengan cara
meningkatkan koordinasi terhadap pihak-pihak atau
stakeholder yang memiliki sumber daya guna mendukung
program-program kepolisian. Adapun contoh kata kerja
operasional dalam judul yaitu: “Optimalisasi”.

2. Implementasi Strategis
Implementasi strategi merupakan langkah yang bersifat
strategis, adaptif, visioner dan dapat di operasionalkan. Gagasan
implementasi strategi yang ditetapkan meliputi: alternatif strategi
yang telah di formulasikan sasaran strategi, program, kegiatan,
anggaran dan prosedur.

a. Faktor Strategi, SFAS (Strategic Factor Analisys


Summary)
Dari hasil pembobotan, pemeringkatan, dan
perhitungan skor SFAS, maka dapat ditentukan strategi
jangka pendek, jangka sedang dan jangka panjang.

1) Strategic Factors Analysis Summary (SFAS).


32

Tabel 4.5
Matrik SFAS (Strategy Factor Analisys Summary)
JANGKA
NO FAKTOR STRATEGY KUNCI BOBOT RATING SCORE
PENDEK PANJANG
MENENGAH

Mengoptimalkan
1 profesionalisme anggota Sat 0,117 7,000 0,817
Resnarkoba
Penerapan pemberian reward
2 & punishment kepada anggota 0,117 7,000 0,817
Sat Resnarkoba
Penerapan Kode Etik Profesi 0,133 8,000 1,067
3
Polri
Mengoptimalkan kemampuan 0,067 4,000 0,267
4
anggota Sat Resnarkoba
Mengoptimalkan metode 0,050 3,000 0,150
5
pengamalan nilai persatuan
Menjalin kerjasama dengan
6 instansi terkait dan 0,150 9,000 1,350
stakeholder
Menjalin pemberdayaan 0,117 7,000 0,817
7
potensi masyarakat
Penerapan nilai-nilai
8 persatuan guna memperkuat 0,133 8,000 1,067
nasionalisme
Membangun pemahaman dan
9 implementasi nilai-nilai 0,067 4,000 0,267
Pancasila
Menjalin koordinasi dengan 0,050 3,000 0,150
10
instansi terkait
TOTAL 1.000

Berdasarkan tabel matrik SFAS dari hasil


pembobotan, pemeringkatan, dan perhitungan skor
SFAS, maka dapat ditentukan strategi jangka pendek,
jangka sedang dan jangka panjang, yaitu sebagai
berikut:
a) Skor tertinggi (1,350) dikurangi skor terendah
(0,150) dibagi tiga sebagai nilai median hasilnya
yaitu 0,400.
b) Strategi jangka pendek: 0,150 + 0,400 = 0,550.
Range strategi jangka pendek 0,150 s/d 0,549.
c) Strategi jangka panjang : 1,350 - 0,400 = 0,950.
Range strategi jangka panjang 0,950 s/d 1,349.
d) Strategi jangka sedang: 0,551 s/d 0,949.
33

2) AHP (Analytical Hierarchy Process) Faktor Strategi.


Merupakan suatu metode (tools) pendukung
pengambilan keputusan setelah melalui proses
pembobotan, pemeringkatan, dan perhitungan skor
terhadap faktor-faktor yang berpengaruh secara
signifikan terhadap permasalahan, baik internal maupun
eksternal. Dalam proses pembelajaran, faktor signifikan
yang dimaksud diambil dari 5 (lima) faktor internal dan 5
(lima) faktor eksternal dominan.

b. Jangka Pendek (0-3 bulan)


1) Strategi mengoptimalkan kemampuan anggota Sat
Resnarkoba Polres Kuantan Singingi dalam
mengamalkan nilai persatuan.
a) Program : Peningkatan kemampuan anggota
Polres Depok
b) Kegiatan : Melaksanakan kegiatan-kegiatan
khusus untuk meningkatkan
pemahaman dan kemampuan
anggota dalam mengamalkan nilai
persatuan
c) Anggaran : Menggunakan dukungan DIPA
operasional Polres Depok.
Anggaran Rapat Koordinasi Rp.
1.100.000,-
- Snack 20 orang x @Rp. 25.000,-
= Rp. 5.000.000,-
- ATK @ 20.000,- x 20 orang =
Rp. 400.000,-
- Dokumentasi Rp. 200.000,-
d) Prosedur :
(1) Wakapolres berkoordinasi dengan Kabag
SDM untuk melaksanakan kegiatan-
kegiatan khusus untuk meningkatkan
pemahaman dan kemampuan anggota
34

dalam mengamalkan nilai persatuan,


seperti kegiatan seminar, lokakarya, diskusi
bersama dan sebagainya.
(2) Wakapolres memerintahkan anggota untuk
berkoordinasi dengan Kabag SDM untuk
melaksanakan pelatihan khususnya
pembinaan nilai-nilai persatuan untuk
meningkatkan pemahaman tentang
pengamalan nilai-nilai persatuan.

2) Strategi mengoptimalkan metode yang diterapkan


dalam pembinaan nilai persatuan
a) Program : Peningkatan metode yang
diterapkan dalam pembinaan nilai
persatuan.
b) Kegiatan : Melaksanakan program-program
yang bersifat komunikasi interaktif
untuk meningkatkan pemahaman
dan implementasi nilai persatuan
c) Anggaran : Menggunakan dukungan DIPA
operasional Polres Depok.
Anggaran Rapat Koordinasi Rp.
1.100.000,-
- Snack 20 orang x @Rp. 25.000,-
= Rp. 5.000.000,-
- ATK @ 20.000,- x 20 orang =
Rp. 400.000,-
- Dokumentasi Rp. 200.000,-
d) Prosedur :
(1) Wakapolres bersama Kabag SDM dan
Kasat Resnarkoba mengoptimalkan
pembinaan nilai-nilai persatuan kepada
personel pada pelaksanaan tugas guna
mewujudkan polri yang profesional.
35

(2) Wakapolres bersama anggota


melaksanakan program-program yang
bersifat komunikasi interaktif untuk
meningkatkan pemahaman dan
implementasi nilai persatuan dalam
pelaksanaan tugas.

3) Strategi membangun pemahaman dan implementasi


nilai-nilai persatuan dalam pelaksanaan tugas guna
meningkatkan kesadaran hukum dan peran serta
masyarakat.
a) Program : Peningkatan pemahaman dan
implementasi nilai-nilai persatuan
b) Kegiatan : Melakukan kegiatan pembinaan
dan penyuluhan kepada anggota
dan masyarakat guna pengamalan
nilai-nilai persatuan
c) Anggaran : Menggunakan dukungan DIPA
operasional Polres Depok.
Anggaran Rapat Koordinasi Rp.
1.100.000,-
- Snack 20 orang x @Rp. 25.000,-
= Rp. 5.000.000,-
- ATK @ 20.000,- x 20 orang =
Rp. 400.000,-
- Dokumentasi Rp. 200.000,-
d) Prosedur :
(1) Wakapolres memerintahkan kepada
anggota untuk meningkatkan intensitas
pembinaan dan penyuluhan kepada
anggota dan masyarakat dengan
memberikan sosialisasi dan pemahaman
terkait pentingnya nilai-nilai persatuan.
(2) Wakapolres bersama anggota
memberdayakan komunitas yang ada
36

dalam masyarakat sebagai kekuatan


terdepan dalam membangun dan
memperkuat pemahaman dan
implementasi nilai-nilai persatuan.

4) Strategi mengoptimalkan koordinasi dengan instansi


terkait dalam upaya meningkatkan pelayanan prima
Kepolisian.
a) Program : Peningkatan kerjasama dengan
stakeholder atau instansi terkait
b) Kegiatan : Menjalin kerjasama dengan unsur
Criminal Justice System serta
menjalin kerjasama dengan dinas
pendidikan untuk melaksanakan
program edukatif terhadap
generasi muda melalui pembinaan
nilai-nilai persatuan.
c) Anggaran : Menggunakan dukungan DIPA
operasional Polres Depok.
Anggaran Rapat Koordinasi Rp.
1.100.000,-
- Snack 20 orang x @Rp. 25.000,-
= Rp. 5.000.000,-
- ATK @ 20.000,- x 20 orang =
Rp. 400.000,-
- Dokumentasi Rp. 200.000,-
d) Prosedur :
(1) Wakapolres mengusulkan kepada Kapolres
untuk menjalin kerjasama dengan unsur
Criminal Justice System untuk mewujudkan
kesamaan persepsi dalam rangka
memberikan keadilan melalui pembinaan
nilai-nilai persatuan dalam setiap proses
penegakan hukum.
37

(2) Wakapolres mengusulkan kepada Kapolres


untuk menjalin kerjasama dengan dinas
pendidikan untuk melaksanakan program
edukatif terhadap generasi muda tentang
pemahaman nilai-nilai persatuan.

c. Jangka Sedang (0-6 bulan)


1) Strategi mengoptimalkan profesionalisme anggota
Polres Depok guna meningkatkan kemampuan
pengamalan nilai-nilai persatuan
a) Program : Peningkatan profesionalisme
anggota Polres Depok
b) Kegiatan : Meningkatkan intensitas kegiatan
pelatihan dan pembinaan mental di
lingkungan Polres
c) Anggaran : Menggunakan dukungan DIPA
operasional Polres Depok.
Anggaran Rapat Koordinasi Rp.
1.100.000,-
- Snack 20 orang x @Rp. 25.000,-
= Rp. 5.000.000,-
- ATK @ 20.000,- x 20 orang =
Rp. 400.000,-
- Dokumentasi Rp. 200.000,-

d) Prosedur :
(1) Wakapolres berkoordinasi dengan Kabag
SDM untuk meningkatkan intensitas
kegiatan pelatihan dan pembinaan mental
di lingkungan Polres dengan menekankan
tujuan pada peningkatan kemampuan
dalam mengamalkan nilai Pancasila dalam
pelaksanaan tugas.
(2) Wakapolres mengusulkan kepada Kapolres
untuk pemberian reward and punishment
38

secara konsisten kepada personil polri


dalam pelaksanaan tugas, dengan didasari
oleh prinsip-prinsip seperti : legalitas,
obyektif, akuntabel, transparan,
keteladanan, dan proporsional.
(3) Wakapolres mengusulkan kepada Kapolres
untuk membuat dan menandatangani pakta
integritas dan komitmen moral kepada
seluruh unsure pimpinan secara
berjenjang.

2) Strategi mengoptimalkan pemberian reward &


punishment kepada anggota Polres Depok
a) Program : Peningkatan pemberian reward &
punishment
b) Kegiatan : Menerapkan kebijakan reward and
punishment secara adil, tegas,
konsisten, transparan dan
akuntabel.
c) Anggaran : Menggunakan dukungan DIPA
operasional Polres Depok.
Anggaran Rapat Koordinasi Rp.
1.100.000,-
- Snack 20 orang x @Rp. 25.000,-
= Rp. 5.000.000,-
- ATK @ 20.000,- x 20 orang =
Rp. 400.000,-
- Dokumentasi Rp. 200.000,-
d) Prosedur :
(1) Wakapolres mengusulkan kepada Kapolres
untuk menerapkan kebijakan reward and
punishment secara adil, tegas, konsisten,
transparan dan akuntabel guna memacu
motivasi anggota Sat Resnarkoba dalam
pelaksanaan tugas.
39

(2) Wakapolres mengusulkan kepada Kapolres


agar secara rutin memberikan reward &
punishment kepada personel Polres Depok
sesuai dengan prestasi, dedikasi dan
loyalitas kerja serta hukuman diberikan
kepada personel yang lalai dalam tugas
atau melakukan pelanggaran (disiplin
maupun kode etik) melalui teguran, mutasi
atau tindakan lain yang sesuai dengan
tingkat pelanggarannya.

3) Strategi mengoptimalkan pemberdayaan potensi


masyarakat dalam mencegah peredaran gelap
narkoba.
a) Program : Peningkatan pemberdayaan
potensi masyarakat
b) Kegiatan : Membentuk dan memberdayakan
community watch / forum
komunikasi / jaringan informasi dari
mulai tingkat kecamatan / desa
hingga tingkat RT / RW
c) Anggaran : Menggunakan dukungan DIPA
operasional Polres Depok.
Anggaran Rapat Koordinasi Rp.
1.100.000,-
- Snack 20 orang x @Rp. 25.000,-
= Rp. 5.000.000,-
- ATK @ 20.000,- x 20 orang =
Rp. 400.000,-
- Dokumentasi Rp. 200.000,-
d) Prosedur :
(1) Wakapolres memerintahkan kepada
anggota untuk membentuk dan
memberdayakan community watch / forum
komunikasi / jaringan informasi dari mulai
40

tingkat kecamatan / desa hingga tingkat RT


/ RW yang berperan memberikan contoh
pengamalan nilai persatuan dan membantu
Polri mengawasi dan memberi informasi.
(2) Wakapolres memerintahkan kepada
anggota untuk mengoptimalkan
pemberdayaan tokoh agama, tokoh
masyarakat, tokoh pemuda dan melakukan
pengamatan menyeluruh di lingkungan
masing-masing.
(3) Wakapolres memerintahkan kepada
anggota untuk memberikan honorary
police atau penghargaan kepada
masyarakat yang telah ikut serta dalam
kegiatan kepolisian, sehingga diharapkan
dapat memotivasi masyarakat lainnya
untuk berpartisipasi membantu tugas Polri.

d. Jangka Panjang (0-12 bulan)


1) Strategi memantapkan penerapan nilai-nilai persatuan
guna memperkuat nasionalisme dalam menjaga
keutuhan NKRI
a) Program : Peningkatan penerapan nilai-nilai
Pancasila guna memperkuat
nasionalisme
b) Kegiatan : Melaksanakan kegiatan redukasi
Pancasila, kegiatan rehabilitasi
kepada masyarakat.
c) Anggaran : Menggunakan dukungan DIPA
operasional Polres Depok.
Anggaran Rapat Koordinasi Rp.
1.100.000,-
- Snack 20 orang x @Rp. 25.000,-
= Rp. 5.000.000,-
41

- ATK @ 20.000,- x 20 orang =


Rp. 400.000,-
- Dokumentasi Rp. 200.000,-
d) Prosedur :
(1) Wakapolres memberikan arahan kepada
anggota untuk melaksanakan kegiatan
redukasi Pancasila, yaitu penangkalan
dengan mengajarkan pencerahan kepada
masyarakat.
(2) Wakapolres memerintahkan kepada
anggota untuk melaksanakan kegiatan
rehabilitasi kepada masyarakat, melalui
pendekatan dengan berdialog agar mind set
mereka bisa diluruskan serta memiliki
pemahaman yang komprehensif.

2) Strategi mengoptimalkan kerjasama dengan instansi


terkait dan stakeholder guna melaksanakan kegiatan
reaktualisasi nilai-nilai persatuan
a) Program : Peningkatan kerjasama dengan
instansi terkait dan stakeholder
b) Kegiatan : Melaksanakan kegiatan
reaktualisasi nilai-nilai persatuan
melalui pelaksanaan pembinaan
dan penyuluhan rutin
c) Anggaran : Menggunakan dukungan DIPA
operasional Polres Depok.
Anggaran Rapat Koordinasi Rp.
1.100.000,-
- Snack 20 orang x @Rp. 25.000,-
= Rp. 5.000.000,-
- ATK @ 20.000,- x 20 orang =
Rp. 400.000,-
- Dokumentasi Rp. 200.000,-
d) Prosedur :
42

(1) Wakapolres mengusulkan kepada Kapolres


untuk melaksanakan kerjasama dengan
stakeholder atau dalam hal ini Pemerintah
Daerah, instansi terkait, Ormas/LSM untuk
secara bersama-sama melaksanakan
kegiatan reaktualisasi nilai-nilai persatuan
seperti melalui pelaksanaan pembinaan
dan penyuluhan rutin.
(2) Wakapolres memerintahkan kepada
anggota untuk meningkatkan intensitas
kegiatan forum kerjasama yang sudah
terbentuk di wilayah Polres Depok untuk
bersama-sama merumuskan program kerja
yang bertujuan untuk meningkatkan
persatuan dan kesatuan.

3) Strategi memantapkan penerapan Kode Etik Profesi


Polri sebagai kristalisasi nilai-nilai Tribrata dan Catur
Prasetya yang dilandasi dan dijiwai oleh Pancasila.
a) Program : Peningkatan penerapan Kode Etik
Profesi Polri sebagai kristalisasi
nilai-nilai Tribrata dan Catur
Prasetya
b) Kegiatan : Melakukan penandatanganan fakta
kinerja dan komitmen moral
kepada seluruh anggota Polres
Depok
c) Anggaran : Menggunakan dukungan DIPA
operasional Polres Depok.
Anggaran Rapat Koordinasi Rp.
1.100.000,-
- Snack 20 orang x @Rp. 25.000,-
= Rp. 5.000.000,-
- ATK @ 20.000,- x 20 orang =
Rp. 400.000,-
43

- Dokumentasi Rp. 200.000,-


d) Prosedur :
(1) Wakapolres memerintahkan kepada
anggota untuk melakukan
penandatanganan fakta kinerja dan
komitmen moral kepada seluruh anggota
Polres Depok untuk senantiasa menjunjung
tinggi Etika Profesi Polri dalam
pelaksanaan tugas.
(2) Wakapolres memerintahkan kepada
anggota untuk melaksanakan penegakan
kode Etik Profesi Polri terhadap setiap
anggota yang melakukan pelanggaran
secara transparan dan akuntabel.
(3) Wakapolres bersama anngota
melaksanakan penilaian terhadap setiap
kinerja anggota.

C. Evaluasi dan Pengendalian Kinerja


Pada bagian ini penulis akan menguraikan 7 (tujuh) bagian
manajemen risiko (MR), antara lain sebagai berikut :

1. Komunikasi dan Konsultasi


Adapun langkah-langkah atau tahapan kegiatan
komunikasi dan konsultasi antara lain:
a) Mengadakan rapat berkala dengan melibatkan para
pemangku kepentingan.
b) Mengadakan rapat insidentil dengan melibatkan para
pemangku kepentingan
c) Melaksanakan Focus Group Discussion (FGD)
d) Membangun Sistem Informasi Manajemen Risiko yaitu :
1) Membangun budaya risiko
2) Melakukan Review Manajemen Resiko (MR)
3) Melakukan Update Data
4) Memberikan Pelaporan
44

2. Penetapan Konteks
Langkah-langkah atau tahapan penetapan konteks dapat
digambarkan sebagai berikut :
a) Menentukan sasaran dan proses organisasi.
b) Membuat struktur Manajemen Risiko (MR)
c) Menyusun daftar pemangku kepentingan.
d) Menyusun daftar peraturan perundang-undangan yang
terkait.
e) Membuat kriteria risiko yang meliputi kriteria kemungkinan
serta kriteria dampak yang kemungkinan akan terjadi.
f) Membuat matriks analisis risiko dan level risiko guna
mengetahui tingkat kemungkinan resiko yang akan terjadi.

3. Identifikasi Risiko
Langkah-langkah atau tahapan identifikasi risiko dengan
menentukan kategori risiko antara lain :
a) Menetukan Risiko Kebijakan yang berkaitan dengan
perumusan dan penetapan kebijakan internal maupun
eksternal organisasi yang berdampak terhadap organisasi.
b) Menentukan Risiko Keuangan Negara dan Kekayaan
Negara yang berkaitan kondisi fiscal pemerintah.
c) Menentukan Risiko Kepatuhan yang berkaitan dengan
ketidakpatuhan organisasi atau pihak eksternal terhadap
peraturan perundang undangan atau ketentuan lain yang
berlaku.
d) Menentukan Risiko Legal yang berkaitan dengan tuntutan /
gugatan hukum kepada organisasi atau jabatan
e) Menentukan Risiko Fraud yang berkaitan dengan
perbuatan mengandung unsur kesengajaan, niat,
menguntungkan diri sendiri atau orang lain, penipuan,
penggelapan, dan penyalahgunaan kepercayaan yang
bertujuan untuk memperoleh keuntungan secara tidak sah
yang dapat berupa uang barang/harta, jasa yang dilakukan
oleh satu atau lebih di lingkungan organisasi.
45

f) Menentukan Risiko Reputasi yang berkaitan dengan


persepsi atau tingkat kepercayaan pemangku kepentingan
eksternal terhadap organisasi.
g) Menentukan Risiko Operasional yang berkaitan dengan
tidak berfungsinya proses bisnis organisasi, sistem
informasi, atau keselamatan kerja individu.

4. Analisis Risiko
Berikut adalah langkah-langkah atau tahapan analisis risiko
antara lain :
a) Melakukan existing control.
b) Melakukan penilaian efektif / kurang efektif.
c) Menentukan level kemungkinan risiko
d) Menentukan level dampak risiko
e) Menentukan penghitungan level risiko hasil dari tabel peta
resiko.

5. Evaluasi Risiko
Evaluasi risiko adalah penetapan prioritas risiko yang telah
diidentifikasi dan dianalisis. Berikut adalah langkah/tahapan
evaluasi risiko antara lain :
a) Melakukan penetapan prioritas risiko yang telah
diidentifikasi dan dianalisis.
b) Melakukan pengambilan keputusan penanganannya yang
efektif dan efisien.

6. Mitigasi Risiko
Berikut adalah langkah – langkah atau tahapan mitigasi
risiko antara lain :
a) Mengurangi kemungkinan terjadinya risiko yaitu mitigasi
terhadap penyebab risiko agar kemungkinan terjadinya
risiko semakin kecil.
b) Mengurangi dampak risiko yaitu mengambil tindakan untuk
mengurangi kemungkinan dampak dengan mengendalikan
bagian internal organisasi.
46

c) Membagi (sharing) risiko yaitu mengambil tindakan


mentransfer seluruh atau sebagian risiko kepada instansi
terkait.
d) Menghindari risiko yaitu mengambil kebijakan untuk
menghentikan kegiatan yang berpotensi menyebabkan
risiko.
e) Menerima risiko yaitu tidak mengambil tindakan apapun
untuk mengatasi risiko atau dengan kata lain menerima
risiko itu terjadi.

7. Pemantauan dan Reviu.


Langkah – langkah atau tahapan pemantauan dan reviu
risiko antara lain :
a) Rencana aksi penanganan risiko, meliputi:
1) Rencana penanganan, terdiri dari opsi penanganan
risiko, rencana aksi penanganan risiko, sumber daya,
output, periode waktu penyelesaian dan penanggung
jawab.
2) Risiko risidual harapan terdiri dari level kemungkinan,
level dampak dan level risiko.
b) Pemantauan rencana aksi penanganan risiko yang meliputi
realisasi waktu dan hambatan/kendala.
c) Pemantauan level risiko aktual meliputi level kemungkinan,
level dampak, level risiko, deviasi dan rekomendasi.
47

BAB V
PENUTUP

A. Kesimpulan.
1. Kondisi Faktual Kemampuan personel Polres Depok dalam
mengamalkan nilai persatuan pada pelaksanaan tugas belum
optimal. Oleh karena itu upaya yang dilakukan melalui
peningkatan kemampuan komunikasi sebagai dasar untuk
mensosialisasikan dan menginternalisasikan nilai-nilai persatuan
kepada anggota dalam pelaksanaan tugas, sehingga dapat
terwujud Polri yang profesional.

2. Kondisi Faktual Kurangnya pembinaan mental rohani kepada


personel Polres Depok saat ini, sehingga berpengaruh terhadap
kurangnya pengamalan nilai-nilai persatuan. Maka diperlukan
upaya peningkatan pembinaan mental rohani kepada anggota
serta memberikan bimbingan dan penyuluhan untuk
meningkatkan pemahaman nilai-nilai persatuan dalam
pelaksanaan tugas.

3. Kondisi Faktual Metode yang diterapkan dalam pembinaan nilai


persatuan pada pelaksanaan tugas saat ini belum optimal. Untuk
itu diperlukan upaya yang dilakukan melalui peningkatan
pembinaan nilai-nilai persatuan, sehingga anggota memiliki
pengamalan nilai persatuan dalam pelaksanaan tugas.

B. Rekomendasi.
48

1. Rekomendasi kepada Kapolres Up. Kabag SDM untuk


melakukan kerjasama dengan Pemerintah Daerah tingkat
Kabupaten serta media untuk membuat suatu program edukatif
rutin yang memuat tentang penerapan nilai-nilai persatuan, baik
program rutin berupa seminar, diskusi bersama, atau membuat
suatu acara talkshow rutin di stasiun televisi lokal.

2. Rekomendasi kepada Kapolres Up. Kabag SDM agar


melaksanakan pembinaan dan pelatihan tentang perubahan
43
mindset dan cultureset yang berlandaskan pancasila dan etika
profesi Polri untuk seluruh unsur pimpinan dan anggota,
sehingga dapat mengamalkan nilai-nilai persatuan dalam
mendukung tugas pokok polri.

3. Rekomendasi kepada Kapolres Up. Kabag SDM agar dalam


menyelenggarakan kegiatan pelatihan rutin di tingkat Polres
dapat lebih menekankan pada pemberian materi tentang
penerapan wawasan kebangsaan dan penerapan etika profesi
Polri dalam pelaksanaan tugas.
49

DAFTAR PUSTAKA

A.Mangunhardjana, Pembinaan Arti dan Metodenya, Yogyakarta: Kanisius,


1986:12

Freddy Rangkuti Analisis SWOT (Strength, Weakness, Opportunities,


Threats), Gramedia Pustaka Utama, Jakarta, 2004

Riyanto Setyo, Pengambilan Keputusan Strategis, Jakarta : Paramedia,


2018.

Miftah Toha, Perilaku Organisasi, Konsep Dasar dan Aplikasinya, Jakarta:


CV. Rajawali, 2010 : h. 7
Prof. Dr. Suwarma Al Muchtar SH., Implementasi Nilai Nilai Pancasila Dan
UUD NRI 1945 Dalam Membentuk Karakter Bangsa, Bahan
Ajar : 2011

Stepen P. Robbin, Perilaku Organisasi (Konsep, Kontraversi, Aplikasi), PT.


Prenhallindo, Jakarta, 1996

Undang-Undang No.2 Tahun 2002 tentang Kepolisian Negara Republik


Indonesia

Peraturan Pemerintah Nomor 2 Tahun 2003 tentang Peraturan Disiplin


Personel

Peraturan Kapolri No. 14 tahun 2011 tentang Kode Etik Profesi Kepolisian
Negara Republik Indonesia

Perpol No. 2 Tahun 2021 Tentang Susunan Organisasi dan Tata Kerja
Satuan Tingkat Polres dan Polsek.
III
III
DATA HASIL OHA - ES ATAU METODE PENELITIAN
INTERNAL (SDO – 4M) EKSTERNAL (PESTEL)
1. SDM 1. POLITIK
- Adanya komintmen pimpinan - Peran lembaga Pemerintah/Instansi terkait
- Terselenggaranya atensi dari unsur pimpinan - Memanasnya situasi politik dalam negeri
- Kurangnya pemahaman nilai-nilai persatuani - Intervensi terhadap organisasi
- Kurangnya metode penerapan nilai-nilai persatuan
2. EKONOMI
- Program PEN
2. ANGGARAN
- Perekonomian saat ini yang tidak stabil
- Kurang memadainya dukungan anggaran
- Belum optimalnya pengelolaan anggaran untuk 3. SOSIAL
pelatihan - Perkembangan kehidupan sosial budaya
masyarakat
3. LOGISTIK - Adanya pergeseran nilai dalam masyarakat
- Adanya dukungan sarana berbasis IT
- Belum sesuainya kondisi sarana dan prasarana 4. TEKNOLOGI
- Belum baiknya manajemen sarana dan prasarana - Perkembangan kemajuan teknologi saat ini
- Pemanfaatan teknologi dan komunikasi IT
4. SISTEM DAN METODE
5. ENVIRONMENTAL
- Terjalinnya kerjasama dengan pemerintah
- Perkembangan Lingstra
- Terjalin kerjasama dengan Lembaga NAC System
- Kondisi geografis Provinsi Maluku
- Masih kurangnya sistem pengawasan terhadap
anggota

6. LEGAL

III
- Tersedianya Perundang-undangan
- Kurangnya efek jera terhadap sangsi yang
diberikan

LAMPIRAN ANALISIS SWOT

INTERNAL EKSTERNAL

KEKUATAN KELEMAHAN PELUANG ANCAMAN

1. Arah kebijakan pimpina. 1. mengamalkan nilai 1. fundamental yang 1. terbangun pemahaman


2. strategi kebijakan persatuan. menjadi semangat dan implementasi nilai-
Polmas yang dapat 2. pengamalan nilai bernegara yang plural nilai persatuan
diberdayakan persatuan pada dan demokratis 2. terjalinnya koordinasi
3. peningkatan pelaksanaan tugas guna 2. sarana edukasi dan dengan instansi terkait
profesionalisme membangun partisipasi sosialisasi kepada 3. Adanya budaya atau
anggota. masyarakat Keterbatasan masyarakat norma sosial
4. penerapan pemberian sumber daya 3. kerjasama dengan 4. lunturnya pemahaman
reward & punishment 3. enginternalisasikan nilai- instansi terkait dan dan implementasi nilai-nilai
nilai Pancasila kepada stakeholder guna persatuan
5. penerapan Kode Etik
seluruh anggota melaksanakan kegiatan 5. Adanya kelemahan
Profesi
4. pemberdayaan potensi reaktualisasi nilai-nilai Perkembangan teknologi
masyarakat persatuan Peran Media informasi dan
5. pengawasan dan komunikasi
4. pemberdayaan potensi
pengendalian dari
III
pimpinan masyarakat

LAMPIRAN TABEL PENGHITUNGAN AHP (IFAS, EFAS, SFAS)

AHP (ANALYTICAL HIERARCHY PROCESS) FAKTOR INTERNAL (IFAS)

III
AHP (ANALYTICAL HIERARCHY PROCESS) FAKTOR EKSTERNAL (EFAS)

NO PELUANG / OPPORTUNITY A B C D E BOBOT RATING SKOR


1 Regulasi dan kebijakan pemerintah 1,00 9/6 9/7 9/6 9/8 0,13 9 1,17
2 Peran masyarakat 6/9 1,00 6/7 6/6 6/8 0,08 6 0,48
3 Adanya kemajuan teknologi 7/9 7/6 1,00 7/6 7/8 0,10 7 0,70
4 Peran Media 6/9 6/6 6/7 1,00 6/8 0,08 6 0,48
Kebijakan publik yang mendukung
5 6/9 8/6 8/7 8/6 1,00 0,11 8 0,88
transparansi dan akuntabilitas
4,00 6,00 5,14 6,00 4,50 0,50 3,71

NO ANCAMAN / THREATS A B C D E BOBOT RATING SKOR


1 Adanya pengaruh budaya atau norma sosial 1,00 3/2 3/5 3/4 3/2 0,09 3 0,27
2 Adanya tekanan dari masyarakat 2/3 1,00 2/5 4/4 2/2 0,06 2 0,12

3 Adanya budaya atau norma sosial 5/3 5/2 1,00 5/4 5/2 0,16 5 0,80

4 Kurangnya sosialisasi kepada masyarakat 4/3 4/2 4/5 1,00 4/2 0,13 4 0,52
Adanya kelemahan dalam sistem hukum
5 2/3 2/2 2/5 2/4 1,00 0,06 2 0,12
atau lembaga pengawasan
5,33 8,00 3,20 4,00 8,00 0,50 1,83

III
NO PELUANG / OPPORTUNITY A B C D E BOBOT RATING SKOR
1 Regulasi dan kebijakan pemerintah 1,00 1,50 1,29 1,50 1,13 0,13 9 1,17
2 Peran masyarakat 0,67 1,00 0,86 1,00 0,75 0,08 6 0,48
3 Adanya kemajuan teknologi 0,78 1,17 1,00 1,17 0,88 0,10 7 0,70
4 Peran Media 0,67 1,00 0,86 1,00 0,75 0,08 6 0,48
Kebijakan publik yang mendukung
5 0,89 1,33 1,14 1,33 1,00 0,11 8 0,88
transparansi dan akuntabilitas
4,00 6,00 5,14 6,00 4,50 0,50 3,71

NO ANCAMAN / THREATS A B C D E BOBOT RATING SKOR


1 Adanya pengaruh budaya atau norma sosial 1,00 1,50 0,60 0,75 1,50 0,09 3 0,27
2 Adanya tekanan dari masyarakat 0,67 1,00 0,40 0,50 1,00 0,06 2 0,12

3 Adanya budaya atau norma sosial 1,67 2,50 1,00 1,25 2,50 0,16 5 0,80

4 Kurangnya sosialisasi kepada masyarakat 1,33 2,00 0,80 1,00 2,00 0,13 4 0,52
Adanya kelemahan dalam sistem hukum
5 0,67 1,00 0,40 0,50 1,00 0,06 2 0,12
atau lembaga pengawasan
5,33 8,00 3,20 4,00 8,00 0,50 1,83

III
LAMPIRAN TABEL PROSES MANAJEMEN RISIKO

I. KOMUNIKASI DAN KONSULTASI


N TIMELINE
KEGIATAN
O 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12
1 Rapat Berkala x x x x x x

2 Rapat Insidentil x x x x x x

3 FGD x x x x x

Membangun Sistem Informasi


4 x x x
Manajemen Risiko
a. Membangun budaya risiko x x x x x x x x x x x x

b. Review MR x x x x x x

c. Update Data x x x x x x x x x x x x

d. Pelaporan x x

III
II. PENETAPAN KONTEKS

FORMULIR PENETAPAN KONTEKS

KONTEKS MANAJEMEN RESIKO


(PEMBINAAN NILAI PERSATUAN GUNA MENINGKATKAN KINERJA POLRES METRO DEPOK)
Nama Pemilik Risiko : ....................................
Jabatan Pemilik Risiko : Kasat Reskrim
Unit Organisasi : ....................................
Ruang Lingkup Penerapan : PEMBINAAN NILAI PANCASILA GUNA MENINGKATKAN KINERJA POLRES DEPOK
Periode Penerapan : TAHUN 2023

a. Sasaran dan Proses Organisasi.


NO DAFTAR SASARAN INDIKATOR SASARAN PROSES BISNIS
1.
pengawasan dan pengendalian dalam
Kemampuan dalam Mengamalkan melaksankan pembinan integritas dan kejujuran dalam
pelaksanaan tugas anggota Batalyon A Pelopor
Nilai-Nilai Persatuan dalam penguakatan nilai – nilai kebangsan
90 %

2. Peningkatan Pembinaan mental Melaksanakan Pelatihan managemen etika beragama pengawasan dan penilaian kinerja yang objektif.
Rohani dan moral, peningkatan kemampuan dalam 95%
melaksanakan tugas secara profesional
3. Peningkatan Pembinaan nilai Keberhasilan penyuluhan dan pelatihan nilai – nilai Terciptanya sumber daya manusia yang
persatuan persatuan mampu menamkan nilai – nilai Persatuan85%

III
b. Struktur Manajemen Risiko.
PERAN DALAM
NO JABATAN NAMA
MANAJEMEN RISIKO
(AKBP.................)
1. Pemilik Risiko (KASAT RESKRIM)
(KANIT) (Kompol)
2. Pengelola Risiko

c. Daftar Pemangku Kepentingan.


NO STAKEHOLDER/PEMANGKU KEPENTINGAN HUBUNGAN
Pemerintah 1. Memastikan keberhasilan implentasi penyusunan nilai – nilai anti korupsi pada
anggota Sat Reskrim
2. Menerapkan nilai – nilai anti korupsi dalam tugas
Masyarakat

d. Daftar Peraturan Perundang-undangan Yang Terkait.

NO PERATURAN TERKAIT AMANAT PERATURAN YANG TERKAIT UNIT


Peraturan Kapolri Nomor 8 tahun 2020 tentang implemtasi dan anti 1. Mengidentifikasi dan mengkaji resiko – resiko penyimpangan dan korupsi yang mungkin terjadi
korupsi di lingkungan kepolisian Negara Republik Indonesia dalam oprasional kepolisia
2. Pelatihan dan pengembangan integritas, etika dan prinsip anti korupsi pada Kepolisian
3. Tindakan disiplin dan saksi bagi anggota polri yang trerbukti terlibat dalam penyimpangan dan
korupsi
Undang-undang Republik Indonesia Nomor 2 tahun 2002 entang 1.
Memelihara keamanan dan ketertiban masyarakat
Kepolisian Negara Republik Indonesia 2.
menegakkan hukum, dan
3.
memberikan perlindungan, pengayoman, dan pelayanan kepada masyarakat.
1.
Polri harus menghormati dan melindungi hak asasi manusia dalam menjalankan tugasnya
Perkap Nomor 7 Tahun 2022 tentang Kode Etik Profesi Kepolisian dalam mengamankan konflik sosial.
Negara 2. Polri harus bertanggung jawab dalam menjamin hak atas kebebasan berserikat dan
berkumpul secara damai bagi warga negara.
3. Polri harus mengedepankan prinsip-prinsip pencegahan dan penyelesaian damai .

III
e. Kriteria Risiko.
1. Kriteria Kemungkinan.
Kriteria Kemungkinan
Tingkat Kemungkinan Presentase kemungkinan Jumlah Frekuensi kemungkinan terjadinya dalam 1 periode
terjadinya dalam 1 periode
Hampir tidak terjadi (1) x < 5% Sangat jarang: kurang dari 2 kali 1 tahun
Jarang terjadi (2) 5% < x ≤ 10% Jarang: 2 kali s.d. 5 kali dalam 1 tahun
Kadang terjadi (3) 10% < x ≤ 20% Cukup sering: 6 kali s.d. 9 kali dalam 1 tahun
Sering terjadi (4) 20% < x ≤ 50% Sering: 10 kali s.d. 12 kali dalam 1 tahun
Hampir pasti terjadi (5) x > 50% Sangat sering: lebih dari 12 kali dalam 1 tahun

2. Kriteria Dampak.

Area Dampak Tingkat Tidak Sangat


Minor (2) Moderat (3) Signifikan (4)
Signifikan (1) Signifikan (5)
Beban Fraud Kementerian Rp. 100 Juta ≤ x < Rp. 1 x ≥ Rp. 1 Miliar
Keuangan
Negara Miliar
Eselon I Rp. 10 Juta ≤ x < Rp. 100 x ≥ Rp. 100 Juta
Juta
Eselon III x <Rp. 10 Juta x ≥ Rp. 10 Juta
Non Kementerian, 0,01 per mil ≥ x 0,01 per mil < x 0,01 per mil < x ≤ 1 per mil 1 per mil < x ≤ 10 per mil x > 10 per mil
Fraud ≤ 0,1 per mil
Eselon I, Eselon II
Penurunan Reputasi Kementerian dan Eselon I • Tingkat • Tingkat • Pemberitaan negatif • Pemberitaaan negatif di • Tingkat kepercayaan
kepercayaan kepercayaan di media social media massa nasional stakeholders sangat
stakeholders sangat stakeholders baik • Pemberitaan negatif dan internasional rendah
baik • Tingkat kepuasan di media massa local • Tingkat • Tingkat
• Tingkat kepuasan pengguna layanan • Tingkat kepercayaan kepuasan
pengguna layanan sebesar 3,25 stakeholders rendah pengguna
kepercayaan
sebesar 3,5 < x ≤ 3,5 (skala 4) • Tingkat kepuasan layanan sebesar
stakeholders sedang
< x ≤ 4 (skala
• Tingkat kepuasan pengguna layanan sebesar • ≤ 2,5 (skala 4)
4) 2,5 < x ≤ 3 (skala 4)
pengguna layanan
sebesar 3 < x≤
3,25 (skala 4)

III
f. Matriks Analisis Risiko dan Level Risiko.
1. Matriks Analisis Risiko.
Tingkat Dampak
1 2 3 4 5
Matriks Analisis Risiko Tidak Minor Moderat Signifikan Sangat
Signifikan Signifikan
5 HampirPasti Terjadi 11 16 20 23 25
Kemungkinan

4 Sering Terjadi 7 12 17 21 24
Tingkat

3 KadangTerjadi 4 8 13 18 22
2 Jarang Terjadi 2 5 9 14 19
1 HampirTidak Terjadi 1 3 6 10 15

2. Level Risiko.

Level Risiko Besaran Risiko Warna


Sangat Tinggi (5) 20-25 Merah
Tinggi (4) 16-20 Oranye
Sedang (3) 11-15 Kuning
Rendah (2) 6-10 Biru
Sangat Rendah (1) 1-5 Hijau

LAMPIRAN : TABEL IDENTIFIKASI RESIKO


III
Kategori Resiko Definisi
Risiko Kebijakan Risiko yang berkaitan dengan perumusan dan penetapan kebijakan internal maupun eksternal organisasi yang
berdampak terhadap organisasi.
Risiko Keuangan Negara dan Berkaitan kondisi fiscal pemerintah meliputi kerangka ekonomi makro, penganggaran, perpajakan, kepabeanan,
Kekayaan negara perbendaharaan, dan pengawasan keuangan serta berkaitan dengan kekayaan negara yang meliputi Barang
Milik Negara (BMN), kekayaan negara yang dipisahkan, investasi pemerntah dan kekayaan negara lainnya.
Risiko Kepatuhan Risiko yang berkaitan dengan ketidakpatuhan organisasi atau pihak eksternal teradap peraturan perundang
undangan atau ketentuan lain yang berlaku
Risiko Legal Risiko yang berkaitan dengan tuntutan/gugatan hukum kepada organisasi atau jabatan
Risiko Fraud Risiko yang berkaitan dengan perbuatan mengandung unsur kesengajaan, niat, menguntungkan diri sendiri atau
orang lain, penipuan, penggelapan, dan penyalahgunaan kepercayaan yang bertujuan untuk memperoleh
keuntungan secara tidak sah yang dapat berupa uang barang/harta, jasa yang dilakukan oleh satu atau lebih di
lingkungan organisasi
Risiko Reputasi Risiko yang berkaitan dengan persepsi atau tingkat kepercayaan pemangku kepentingan eksternal terhadap
organisasi
Risiko Operasional Risiko yang berkaitan dengan tidak berfungsinya proses bisnis organisasi, sistem informasi, atau keselamatan
kerja individu

III
a. Profil Risiko

Formulir Peta Risiko


Unit Organisasi : POLRES METRO DEPOK
Periode Penerapan : PERIODE TAHUN 2023
Risiko Sistem Kemungkinan Dampak
Pengendalia Efektivitas
Proses bisnis dan Kategor
Sasaran strategis n yang Sistem
Indikator i Risiko
No Kejadian Penyebab Dampak Dilaksanaka Pengendalian LK Penjelasan LD Penjelasan
n
Kemampuan dalam melaksankan R001 Kurangnya Kurangnya Reputasi Perkap .Contoh hasil Sering pada periode Pada Contoh: Pemantapan
Mengamalkan Nilai- managemen integritas kesadaran pelatihan dan Penurunan Nomor 7 Tidak terjadi (4) Periode 2020 hinga Sangat integritas dan
Nilai Persatuan dan kejujuran dalam anggota pendidikan kualitas dan Tahun 2022 terwujudnya 2022 banyak Signifikan (5) kejujuran anggota
dalam penguakatan tentang etika profesonalis tentang Kode pemantapan pelanggaran etik polres depok
nilai – nilai integritas me anggota Etik Profesi integritas dan Anggota polres
kebangsan Polres Depok Kepolisian kejujuran depok
Negara.
Indikator kinerja :
90% pengawasan dan
pengendalian dalam
pelaksanaan tugas
anggota Polres Depok

Peningkatan Melaksanakan R002 kurang kesdaran kurangnya banyaknya Reputasi Perkap hasil penilaian Sering pada periode sangat menguranggi resiko
Pembinaan mental pembinaan akan penting pelatihan dan anggota Kapolri terhadap R2 terjadi (4) agustus 2020 siginifikan (5) pelanggaran disiplin
Rohani managemen etika nilai - nilai pembinaan brimob yang nomor 4 didapatkan poin hingga september anggota brimob
beragama dan moral, disiplin dan anggota tentang terkena tahun 2020 5 sehingga 2022 telah terjadi
peningkatan tanggung jawab disiplin dalam sanksi tentang simpulannya sebanyak 25 kasus
kemampuan dalam dalam menjalankan tugas pelanggaran disiplin "Efektif" Pelangaran displin
melaksanakan tugas menjalankan disiplin anggota anggota polres
secara profesional tungas anggota kepolisian depok
polres depok Republik
95 % indonesia
pengawasan dan
penilaian kinerja yang
objektif.
Peningkatan Keberhasilan R003 Kurang kurangnya banyaknya Reputasi Perkap hasil penilaian Sering pada periode sangat menguranggi resiko
Pembinaan nilai penyuluhan dan kesadaran pelatihan dan anggota Kapolri terhadap R2 terjadi (4) agustus 2020 siginifikan (5) pelanggaran disiplin
persatuan pelatihan nilai – nilai anggota polres pembinaan brimob yang nomor 4 didapatkan poin hingga september anggota polres
persatuan depok anggota tentang terkena tahun 2020 5 sehingga 2022 telah terjadi depok
penanaman nilai - sanksi tentang simpulannya sebanyak 25 kasus
85 % nilai persatua pelanggaran disiplin "Efektif" Pelangaran displin
Terciptanya sumber disiplin anggota anggota polres
daya manusia yang kepolisian depok
mampu menamkan Republik
nilai – nilai- nilai indonesia
persatuan

III
Risiko Residual Harapan Indikator Risiko Utama (IRU)
Besaran Prioritas Keputusan Penanganan
LR
Risiko Risiko / Mitigasi Risiko
LK LD LR Nama Batasan Nilai

sangat tinggi 4 3 (Kadang Terjadi) 3 (Moderat) 13 Ya Tiap tahunnya rata- Besaran risiko awal/batas atas (periode lalu)
24 rata terjadi sebanyak 13 tiap tahunnya 13, batas bawah yang
kejadian Pelanggran diharapkan 6
kode etik profesi
dengan demikian batas aman adalah 6

24 sangat tinggi 2 Kadang terjadi (3) Moderat (3) 13 Ya Tiap tahunnya rata-rata besaran risiko awal/ batas atas (periode lalu)
terjadi sebanyak 63 adalah 63 kasus, batas bawah yang
kejadian Pelanggran diharapkan adalah10 kasus gangguan
disiplin anggota pelanggaran disiplin anggota

24 sangat tinggi 2 Kadang terjadi (3) Moderat (3) 13 Ya Tiap tahunnya rata-rata besaran risiko awal/ batas atas (periode lalu)
terjadi sebanyak 10 adalah 10 kasus, batas bawah yang
kejadian Pelanggran diharapkan adalah 3 kasus gangguan
disiplin anggota pelanggaran korupsi anggota

Identifikasi Risiko
Evaluasi Risiko

III
b. Peta Risiko.

Tingkat Dampak
1 2 3 4 5
Matriks Analisis Risiko
Tidak Sangat
Minor Moderat Signifikan
Signifikan Signifikan
5 HampirPasti Terjadi
11 16 20 R3 23 25
Tingkat Kemungkinan

4 Sering Terjadi 7 12 17 21 R1 24

3 KadangTerjadi 4 8 13 18 R2 22

2 Jarang Terjadi 2 5 9 14 19

1 HampirTidak Terjadi
1 3 6 10 15

III
LAMPIRAN : ANALISIS RESIKO

Menginventarisasi sistem pengendalian internal yang telah dilaksanakan dengan metode sebagai berikut:
Does the control deal with is the control officially Is the control in
(root) casue of risk and documented and operation and applied
impact? communicated? consistenly?
YES 1 1 1
PARTLY 3 2 2
NO 6 3 3
3 2 1 6

Nilai 6 : menunjukan eksisting control berjalan KURANG EFEKTIF (KE)

Cara Penghitungan dari Gambar di atas:


a. Jika pengendalian memiliki hubungan dengan penyebab dampak risiko beri nilai 1 (yes), jika Sebagian beri nilai 3, jika tidak berhubungan sama sekali beri nilai 6;
b. Jika pengendalian telah dibuatkan Peraturan dan dikomunikasikan beri nilai 1. Jika Sebagian pengendalian yang ada peraturan dan dikomunikasikan atau sudah semua
dibuat aturan, namun belum dikomunikasikan beri nilai 2. Jika sama sekali belum, beri nilai 3;
c. Jika seluruh pengendalian diterapkan secara konsisten, beri nilai 1. Jika Sebagian beri nilai 2. Jika tidak beri nilai 3;
d. Jumlahkan nilai tersebut dan tentukan efektivitasnya dengan ketentuan:
1) Jika berjumlah 8-12 : Tidak Efektif (TE)
2) Jika berjumlah 6-7 : Kurang Efektif (KE)
3) Jika berjumlah <5 : Efektif
e. Menetapkan Kriteria Risiko. Kriteria risiko mencakup kriteria kemungkinan terjadinya risiko dan kriteria dampak risiko;
f. Kriteria Kemungkinan Terjadinya Risiko;

Kriteria Kemungkinan
Kriteria Kemungkinan
Tingkat Kemungkinan Presentase kemungkinan terjadinya dalam 1 Jumlah Frekuensi kemungkinan terjadinya dalam 1
periode periode
Hampir tidak terjadi (1) x < 5% Sangat jarang: kurang dari 2 kali 1 tahun
Jarang terjadi (2) 5% < x ≤ 10% Jarang: 2 kali s.d. 5 kali dalam 1 tahun
Kadang terjadi (3) 10% < x ≤ 20% Cukup sering: 6 kali s.d. 9 kali dalam 1 tahun
Sering terjadi (4) 20% < x ≤ 50% Sering: 10 kali s.d. 12 kali dalam 1 tahun
Hampir pasti terjadi (5) x > 50% Sangat sering: lebih dari 12 kali dalam 1 tahun

III
g. Kriteria Dampak Risiko;
Dampak risiko diklasifikasikan dalam area dampak sesuai dengan jenis dampak kejadian risiko yang mungkin terjadi dengan urutan dari
bobot tertinggi hingga terendah yang meliputi beban keuangan negara, penurunan reputasi, penurunan kinerja

Area Dampak Tingkat Tidak Sangat


Minor (2) Moderat (3) Signifikan (4)
Signifikan (1) Signifikan (5)
Beban Keuangan Fraud Kementerian Rp. 100 Juta ≤ x < Rp. 1 x ≥ Rp. 1 Miliar
Negara
Miliar
Eselon I Rp. 10 Juta ≤ x < Rp. x ≥ Rp. 100 Juta
100 Juta
Eselon III x <Rp. 10 Juta x ≥ Rp. 10 Juta
Non Fraud Kementerian, 0,01 per mil ≥ x 0,01 per mil < x 0,01 per mil < x ≤ 1 per mil 1 per mil < x ≤ 10 per mil x > 10 per mil
Eselon I, Eselon II ≤ 0,1 per mil

Penurunan Reputasi Kementerian dan Eselon • Tingkat kepercayaan • Tingkat kepercayaan • Pemberitaan negatif • Pemberitaaan negatif di • Tingkat kepercayaan
I stakeholders sangat stakeholders baik di media social media massa nasional stakeholders
baik • Pemberitaan negatif dan internasional sangat rendah
di

• Tingkat kepuasan • Tingkat kepuasan media massa local • Tingkat kepercayaan • Tingkat kepuasan
pengguna layanan pengguna layanan • Tingkat kepercayaan stakeholders rendah pengguna layanan
sebesar 3,5 sebesar 3,25 stakeholders sedang • Tingkat kepuasan sebesar
< x ≤ 4 (skala 4) < x ≤ 3,5 (skala 4) • Tingkat kepuasan pengguna layanan • ≤ 2,5 (skala 4)
pengguna layanan sebesar 2,5 < x ≤ 3 (skala
sebesar 3 < x≤ 3,25 (skala 4)
4)

h. Mengestimasi Level Kemungkinan Risiko;


i. Mengestimasi Level Dampak Risiko;
j. Menentukan Besaran Risiko dan Level Risiko;
k. Menuangkan Hasil Risiko Dalam Formulir Profil dan Peta Risiko.

III
LAMPIRAN : MITIGASI RISIKO

FORMULIR MITIGASI RISIKO

Unit Organisasi : POLRES METRO DEPOK


Periode Penerapan : PERIODE 2023

Rencana Mitigasi
Nomor Opsi
Kejadian Rencana Aksi Sumber Daya Yang Jadwal
Mitigasi Keluaran Target Kendala
Risiko Mitigasi Risiko Dibutuhkan Implementasi
Risiko
R001 Kurangnya kesadaran Mengurangi Meningkatkan Seluruh aggota Seluruh anggota Kurangya Terbatanya Sumber daya Setiap bulan
anggota kemungkinan sosialisasi dan polres depok polres depok sosialisasi dan manusia anggota Polsek selama setahun
pelatihan anggota memahami nilai pelatihan berjalan (2023
persatuan

Meningkatkan Seluruh aggota Seluruh anggota Kurangya Terbatanya Sumber daya Setiap bulan
kesadaran anggota polres depok polres depok sosialisasi dan manusia anggota anggota selama setahun
tangah pentingya memahami nilai pelatihan Polsek berjalan (2023)
pemahaman nilai persatuan
kebangsaan

kurang kesdaran akan Mengurangi Meningkatkan Seluruh aggota Seluruh anggota Kurangya Terbatanya Sumber daya Setiap bulan
R002 penting nilai - nilai kemungkinan kesadaran polres depok polres depok sosialisasi dan manusia anggota anggota selama setahun
disiplin dan tanggung
jawab dalam anggotaten Tentang mengurangi pelatihan Polsek berjalan (2023)
menjalankan tungas disiplin pelangaran disiplin
anggota polres depok dalammenjalankan
tugas

Kurang kesadaran Mengurangi Meningkatkan Seluruh aggota Mengantisipasi Kurangya Terbatanya Sumber daya Setiap bulan
anggota polres depok
kemungkinan kesadaran anggota polres depok bahaya kurangya sosialisasi dan manusia anggota anggota selama setahun
R003 Tentang bahaya nilai persatuan pelatihan Polsek berjalan (2023)
korupsi dalam menjalankan
tugas

III
LAMPIRAN : PEMANTAUAN DAN REVIEW

a. Formulir Laporan Pemantauan Semesteran …<diisi dengan semester I atau II>

Unit Organisasi : POLRES METRO DEPOK


Periode Penerapan : PERIODE 2023
Mitigasi Risiko Indikator Risiko Utama
Prioritas Risiko Aksi / Waktu Penanggung Nilai Tren
Keluaran Target Realisasi Nama Batasan Nilai Status
Pengendalian Implementasi Jawab Aktual Risiko
Kurangnya kesadaran Mengurangi Seluruh aggota Seluruh anggota Seluruh anggota polres Jabuari – juni 2023 Polres Depok Tiap tahunnya rata- pada Besaran risiko 8 13 berada pada Tren menurun
anggota kemungkinan polres depok polres depok depok Tak lagi rata terjadi awal/batas atas batas atas
memahami nilai melakukan pelanggaran sebanyak 13 (periode lalu) tiap (sangat tinggi) jika
persatuan disiplin kode etik profesi kejadian tahunnya 13, batas dibagi 5 maka
Pelanggran kode bawah yang setiap level 13 : 5
etik profesi di diharapkan 6 = 3, jika saat ini
nilai aktualnya
dengan demikian adalah 13 maka
batas aman adalah masih masuk
6 level tinggi (warna
orange).

 kurang kesdaran akan Mengurangi Seluruh aggota Seluruh anggota Seluruh anggota Jabuari – juni 2023 Polres Depok Tiap tahunnya rata- besaran risiko awal/ 42  63 berada pada Tren menurun
penting nilai - nilai kemungkinan polres depok polres depok Batalyo Pelopor A rata terjadi batas atas (periode batas atas
disiplin dan tanggung mengurangi Satbrimob Ploda sebanyak 63 lalu) adalah 63 (sangat tinggi) jika
jawab dalam pelangaran disiplin Maluku Tak lagi kejadian kasus, batas bawah dibagi 5 maka
menjalankan tungas melakukan pelanggaran Pelanggran disiplin yang diharapkan setiap level 63 : 5
anggota polres depok disiplin anggota adalah 21kasus = 21, jika saat ini
pelangran disiplin nilai aktualnya
adalah 13 maka
masih masuk
level tinggi (warna
orange).
Kurang kesadaran Mengurangi Seluruh aggota Mengantisipasi Seluruh anggota Jabuari – juni 2023 Polres Depok Tiap tahunnya rata- besaran risiko awal/ 2 3 berada pada Tren
anggota polres depok kemungkinan polres depok bahaya kurangya Batalyo Pelopor A rata terjadi batas atas (periode batas atas meningkat
nilai persatuan Satbrimob Ploda sebanyak 3 lalu) adalah 3 (Rebdahi) jika
dalam menjalankan Maluku Tak lagi kejadian kasus, batas bawah dibagi 5 maka
tugas melakukan pelanggaran Pelanggran disiplin yang diharapkan setiap level 3 : 5 =
Korupsi anggaran anggota adalah 1kasus 1,6, jika saat ini
oprasional pelangran disiplin nilai aktualnya
adalah 2 maka
masih masuk
level
Rendah(warna
hijau).

III
b. Formulir Laporan Pemantauan Tahunan.
Unit Organisasi : POLRES METRO DEPOK
Periode Penerapan : PERIODE 2023
1) Peta Penilaian Efektivitas Penanganan

Tingkat Risiko Risiko Residual Deviasi /


Prioritas Tingkat Risiko Aktual Tren Risiko Rekomendas
Sebelum Harapan Kesenjangan
Risiko i
LK LD LR LK LD LR LK LD LR
R001 Penguatan dan penerpan
Kurangnya 4 5 24 3 3 13 4 3 17 Peningkatan Nilai – Nilai kejujuran
kesadaran anggota 13-17=4
kepada Personel Pollres
Metro Depok

Penguatan dsiplin dalam


menjalankan Tugas Oprasi
kurang kesdaran 4 5 24 3 3 13 4 3 17 Peningkatan
akan penting nilai -
nilai disiplin dan
tanggung jawab 13-17=4
dalam menjalankan
tungas anggota
polres depok

12=13=1 Penguatan Karaker nilai


persatuan
Kurang kesadaran
anggota polres depok 4 5 24 1 2 12 2 1 13 Penurunan

<diisi sesuai hasil <diisi sesuai hasil risiko <diisi berdasarkan


evaluasi risiko pada residual yang diharapkan pengukuran risiko aktual
formulir profil dan peta sesuai formulir penanganan setelah rencana penanganan
Risiko> Risiko> Risiko
dijalankan pada akhir tahun>

Keterangan : LK : Level Kemungkinan; LD : Level Dampak; LR : Level Risiko

III
2) Peta Hasil Penanganan Risiko.

Tingkat Dampak
1 2 3 4 5
Matriks Analisis Risiko
Tidak Moderat Sangat
Minor Signifikan
Signifikan Signifikan
5 Hampir Pasti Terjadi 11 16 20 23 25
Tingkat Kemungkinan

4 Sering Terjadi 7 12 17 21 24 R1/R3

3 Kadang Terjadi 4 8 R1 13 18 22 R2

2 Jarang Terjadi 2 5 R2/R3 9 14 19

1 Hampir Tidak Terjadi 1 3 6 10 15

III

Anda mungkin juga menyukai