Anda di halaman 1dari 14

RESUME

MP : KONSELING PSIKOLOGI DAN PENDAMPINGAN PSIKO SOSIAL

A. Resume :
1. PERAN PIMPINAN SEBAGAI KONSELOR
a. Karakteristik pekerjaan Polisi
Tuntutan pekerjaan yang tinggi dan beban kerja yang
berat juga dapat menjadi faktor menyebab stres bagi Polisi.
mereka seringkali harus bekerja dalam yadwal yang tidak
menentu, melakukan patroli di malam hari atau saat
liburan, dan terkadang harus mengambil keputusan dalam
situasi yang sulit dan memerlukan cepat tanggap.
Pekerjaan sebagai Polisi adalah salah satu pekerjaan
yang dianggap rawan stres. Hal ini dikarenakan Polisi
seringkali dihadapkan pada situasi-situasi yang berpotensi
membahayakan keselamatan mereka sendiri maupun
orang lain seperti menghadapi pelaku kejahatan,
kecelakaan lalu lintas atau kejadian-kejadian darurat
lainnya.
Polisi juga seringkali dihadapkan pada situasi yang
memerlukan kekuatan emosional dan mental yang besar
seperti menghadapi korban kekerasan atau kecelakaan
atau menghadapi pelaku kejahatan yang kejam. Hal ini
dapat berdampak pada kesehatan mental mereka dan
dapat memicu stres, kecemasan dan depresi

b. Konteks
Menjadi seorang polisi merupakan pekerjaan dengan
tingkat stres yang tinggi dikarenakan jam kerja yang
panjang dan kekhawatiran yang tinggi akan keselamatan
diri sendiri dan orang lain. Stres tersebut disebabkan oleh

1
rasa frustrasi, konflik berkepanjangan, bahkan tekanan
atau krisis (Zakir dan Murat, 2011)
Stres merupakan salah satu faktor yang sering
dihubungkan dengan bunuh diri. Norberg (1995)
menyatakan bahwa salah satu faktor resiko tertinggi dari
tekanan hidup (life stresses) adalah bunuh diri
Orang yang mempertimbangkan bunuh diri pada saat
stres kemungkinan kurang memiliki keterampilan
memecahkan masalah dan kurang dapat menemukan
cara-cara alternatif untuk coping dengan stresor yang
mereka hadapi (Nevid dkk, 2005).
Sepanjangtahun 2023, bulanJanuarihingga Agustus
telah terjadibeberapakasusbunuhdiripersonelPolrisebanyak
18 orang yang dilatar belakangi oleh berbagai faktor.
Beberapa permasalahan diantaranya dikarenakan
permasalahan ekonomi, hubungan asmara, pinjaman
online, judi online dan masalah keluarga.

c. Upaya meningkatkan kesehatan mental psikologi PNPP


1) pelatihan dan dikbangspes Konselor
2) Kerma dalam negeri dan luar negeri dalam
meningkatkan kemampuan konselor
3) Studi banding kedalam dan luar negeri
4) Pendampingan psikologi dalam oparasi kepolisian
5) Progam konseling berkala (luar jaringan dan dalam
jaringan)
6) Deteksi dan pelayanan psikologi proaktif
7) Mapping kondisi kesehatan psikologi PNPP melalui
aplikasi E-Mental

d. Perilaku menonjol yang dapat diobservasi atasan/ rekan


kerja tentang perilaku bermasalah
1) Memusuhi orang lain
2) Menghindar dari tanggung jawab
2
3) Melanggar norma
4) Sering mengeluh
5) Membangkang
6) Indisipliner dan tidak rapih
7) Menarik diri dari sosial
8) Perilaku baru yang negatif di luar kebiasaan
9) Mudah tersinggung dan marah

e. Potret psikologis pegawai negeri pada Polri


Kasus bunuh diri tidak terjadi secara tiba-tiba atau
seketika. Ada proses perubahan yang terjadi dalam
beberapa waktu sebelumnya yang dialami oleh PNPP ,
diawali dengan munculnya berbagai permasalahan yang
belum terpecahkan dan munculnya peristiwa pemicu
sehingga menyebabkan kondisi psikologis tertentu yaitu no
way out dimana individu sudah tidak bisa melihat jalan
keluar dari permasalahannya.
Dalam pendekatan Psikologi mengenal adanya
perbedaan individual (individual differences). Ada
perbedaan individual dalam kasus bunuh diri dimana, suatu
peristiwa hidup (permasalahan) yang sama dapat
mengakibatkan dampak serta respon yang berbeda.
Contoh, peristiwa putus pacar atau peristiwa kehilangan
orang yang disayangi pada individu A dapat membuat
tekanan stress yang tinggi namun pada individu B hanya
berdampak stress ringan.
Perbedaan individual dalam psikologi mengacu pada
perbedaan-perbedaan yang ada antara individu dalam hal
kepribadian, perilaku, kemampuan, preferensi, dan sikap.
Beberapa faktor yang mempengaruhi perbedaan individual
ini termasuk faktor genetik, pengalaman hidup, dan
lingkungan.

3
f. Arah kebijakan mencegah perilaku bunuh diri
1) Melakukan kajian terkait fenomena bunuh diri
personel Polri melalui kegiatan focus grup discussion
(FGD) yang dilakukan oleh biro psikologi SSDM Polri
bersama dengan stake holder terkait seperti fungsi
sdm, fungsi pengawasan dan fungsi kesehatan
2) Melakukan langkah-langkah pembinaan sebagai cara
pencegahan dan deteksi dini perilaku menyimpang
personel Polri
3) Peran stake holder (fungsi SDM, fungsi pengawasan,
fungsi kesehatan) melakukan monitoring pada PNPP
selama proses pembinaan
4) Peran aktif atasan untuk melakukan deteksi dini
terhadap perubahan perilaku anggota Polri.
5) Melakukan pendataan dan pendokumentasian secara
berkala perkembangan proses pembinaan PNPP
kepada Kapolri.

g. Mekanisme penanganan stress


Copping atau mekanisme penanganan stres adalah
cara individu mengatasi atau menangani situasi stresor
atau pemicu stres dalam kehidupan mereka. berikut adalah
strategi coping yang dapat membantu mengatasi stres :
1) Strategi problem focused coping. Mengatasi stres
dengan cara menyelesaikan masalah atau situasi
yang menyebabkan stres.
2) Strategi emoticon focused coping. Mengatasi stres
dengan cara mengelola emosi dan perasaan yang
muncul.
3) Strategi acceptance-based coping. Mengatasi stres
dengan cara menerima situasi yang terjadi dan
mengambil tindakan yang sesuai dengan kondisi.

4
4) Strategi sosial coping. Mengatasi stres dengan cara
mencari dukungan dari orang lain seperti komunitas.
5) Strategi spiritual coping. Mengatasi stres dengan cara
menemukan arti dalam hidup, mencari tujuan hidup,
atau melakukan praktik spiritual.

2. Konseling
a. Tipe kepribadian :
1) Tipe A
a) Kompetitif Berorientasi pada prestasi
b) Agresif. mudah marah
c) Cepat/tangkas Mudah stress
d) Tidak sabar
e) Mudah gelisah Selalu siap siaga
f) Merasa kurang waktu
g) Berbicara dengan semangat (explosive)
h) Berpotensi kena penakit stroke, hypertensi

2) Tipe B
a) Rileks
b) Tidak menyukai kesulitan,
c) Menggunakan banyak waktunya untuk kegiatan-
kegiatan yang disenangi
d) Tidak mudah iri dan marah
e) Bekerja santai
f) Jarang kekurangan waktu
g) Bergerak dan berbicara pelan
h) Potensi diabetes, obesitas

b. Proses konseling :
1) Membangun Hubungan
2) Asesmen singkat
3) Analisis dan Pemecahan Masalah
4) Evaluasi dan Terminasi
5
c. Membangun Hubungan (Rapport)
1) Yaitu membangun hubungan yang baik (kooperatif
dan menyenangkan) antara konselor dengan klien.
2) Aspek rapport: komunikasi verbal (ucapan – ucapan
yang menimbulkan suasana nyaman).
3) Aspek rapport: komunikasi non-verbal (intonasi suara,
ekspresi wajah, gesture dll)

d. Teknik membangun rapport


1) Salam yang menyenangkan
2) Topik pembicaraan yang sesuai
3) Ruangan yang kondusif
4) Penggunaan Bahasa yang sesuai dengan Bahasa
klien
5) Sikap konselor yang menunjukkan penerimaan
6) Adanya kehangatan emosi

e. Gaya komunikasi VAK


1) Pada awalnya VAK (visual, auditori dan kinestetik)
adalah metode belajar.
2) Disebut “Modalitas Belajar”
3) Berdasarkan prinsip: “belajar menggunakan indera
dalam menyerap informasi”
4) VAK berkembang menjadi metode untuk memahami
gaya komunikasi lawan bicara
5) Dengan menerapkan VAK, konselor dapat memahami
gaya komunikasi konseli sehingga dapat memberikan
respon secara tepat

f. Konteks konseling
1) Memberikan pengetahuan/informasi
2) Memberikan dukungan/Suportif
3) Bersifat situasional
4) Mencari cara memecahkan masalah

6
5) Menumbuhkan kesadaran
6) Menekankan pada kondisi yang “masih normal”
7) Fokus pada masa kini

f. Peer-Counseling
1) Proses membantu rekan sebaya/sepantaran untuk
mengembalikan fungsi normal dalam hidupnya,
sehingga dapat mencapai tujuan atau dapat
menyelesaikan masalah secara lebih efektif;
2) Mungkin berkaitan dengan masalah diri pribadi,
situasi sosial, masalah pendidikan atau karier;
3) Orang yang dibantu diajarkan untuk menganalisis
situasi, mengambil keputusan, menemukan cara baru
dalam bertindak, merasa, maupun berpikir, serta
mengatasi berbagai masalah.

3. Psychological First Aid (PFA)


Merupakan serangkaian keterampilan yang bertujuan untuk
mengurangi dampak negatif stres dan mencegah timbulnya
gangguan kesehatan mental yang lebih buruk yang disebabkan
oleh situasi sulit atau bencana yang dihadapi individu (Everly,
Phillips, Kane&Feldman, 2006).
PFA juga merupakan perawatan dasar yang bersifat praktis
dan non‐intrusive (pendekatan yang tidak memaksa). PFA
memfokuskan pada mendengarkan, mengenali dan memenuhi
kebutuhan dasar, mendorong pendampingan dari orang‐orang
yang signifikan di sekitar orang yang memerlukan dukungan,
dan melindungi dari dampak negatif lebih lanjut (Sphere,2004).

a. Sasaran Pemberian Bantuan Awal Psikologis (PFA)


1) Memenuhi rasa aman (Safety)
Safeguard : Menjaga penyintas dari bahaya dan
menawarkan perlindungan (Fisik & Psikis)
Sustain : Memenuhi kebutuhan dasar
7
2) Memulihkan keberfungsian (Function)
Commfort : rasa nyaman, ketenangan
Connect : hubungkan penyintas dengan dukungan
lain
Advice : Berikan informasi dan edukasi terkait
situasi yang terjadi

3) Memfasilitasi penyintas untuk terlibat secara aktif


dalam proses pemulihannya (Action)
Advice : Berikan Informasi dan Edukasi
Activate : Mendorong penyintas untuk kembali pada
rutinitasnya sehari‐hari

b. Prinsip Dalam PFA


1) Berbicara jelas dan bisa dimengerti
2) Tidak berusaha menasehati atau memberikan
pendapat pribadi
3) Merespon terhadap kemarahan penyintas dengan
tenang
4) Hindari memotong atau menyela pembicaraan
penyintas
5) Hindari kata‐kata atau bahasa tubuh yang
mengancam,menyalahkan,atau mempermalukan
penyintas

c. Langkah-langkah praktis pemberian PFA


1) Jalin Komunikasi(Mendengar Aktif)
2) Berikan Perlindungan
3) Menenangkan
4) Penuhi kebutuhan praktisnya
5) Hubungkan dengan sumber dukungan sosialnya
6) Berikan informasi
7) Hubungkan dengan penyedia layanan

8
d. Hindari untuk :
1) Terlalu banyak bicara dan menasehati
2) Terlalu banyak menanyakan fakta dan bukan
perasaannya
3) Memberikan harapan palsu / tidak realistis
4) Membandingkan dengan orang lain
5) Menjauhi / menolak
6) Tidak sabar menghadapi perubahan sikap dan
kepribadian korban
7) Terlalu menyayangi sehingga membuat mereka
bergantung kepada kita

4. Dukungan Psikososial
Tujuan Dukungan Psikososial adalah untuk Meningkatkan
kemampuan komunitas memberdayakan dan
mentransformasikan sumberdaya yang ada dalam menghadapi
keadaan yang dinamis. Sehingga pada akhirnya, komunitas
mampu secara independen tanpa dukungan eksternal
menghadapi berbagai tantangan yang ada.

a. Alasan Dukungan Psikososial


1) Tenaga profesional kesehatan mental terbatas
jumlahnya
2) Dalam konteks bencana, situasi sulit dialami secara
kolektif
3) Bencana dan dampak bencana dimaknai oleh individu
terkait dengan konteks lingkungannya
4) Komunitas adalah lingkungan yang paling dekat dan
pertama menyediakan bantuan bagi individu
5) Komunitas sendirilah yang memahami sumber
sumber yang dapat diandalkan untuk mengatasi
masalah

9
6) Menjaga keberlangsungan pemulihan dan
pemberdayaan
7) Tidak dapat menggantungkan pada dukungan /
bantuan dari luar komunitas secara terus menerus

b. Dampak psikososial dari suatu bencana


1) Dampak Psikologis Pada Individu
a) Tahap Tanggap Darurat
Tahap ini adalah masa beberapa jam atau
hari setelah bencana, Pada tahap ini kegiatan
bantuan sebagian besar difokuskan pada
menyelamatkan penyintas dan berusaha untuk
menstabilkan situasi. Selama tahap
penyelamatan, berbagai jenis respon emosional
bisa dilihat. ( Marah, bingung, tatapan mata
kosong)

b) Tahap Pemulihan
Penyintas harus membuat penilaian yang
lebih realistis tentang hidup mereka. Pada fase
ini kekecewaan dan kemarahan sering menjadi
gejala dominan yang sangat terasa. Pada tahap
ini berbagai gejala pasca-trauma muncul

c) Stres Akut Pasca Trauma


(1) Emosinya labil, mati rasa dan kehilangan
minat untuk melakukan aktivitas, perasaan
ketidakefektifan, malu dan putus asa
(2) Mengalami halusinasi ataupun disasosiasi,
mudah curiga, Sulit konsentrasi
(3) Sakit kepala, perubahan siklus menstruasi,
sakit punggung, sariawan atau sakit magh
yang terus menerus, sakit kepala serta
penyakit fisik lainnya
10
(4) Menarik diri, sulit tidur, putus asa,
ketergantungan, perilaku lekat yang
berlebihan atau penarikan social

d) Tahap Rekonstruksi.
Selama fase ini, walaupun banyak
penyintas mungkin telah sembuh, namun
beberapa yang tidak mendapatkan pertolongan
dengan tepat menunjukkan gejala
kepribadianyang serius dan dapat bersifat
permanen

2) Dampak Bencana Pada Komunitas


Paska bencana dapat saja tercipta masyarakat
yang mudah meminta, masyarakat yang saling curiga,
masyarakat yang mudah melakukan kekerasan. Faktor
Yang Mempengaruhi Kerentanan Psikologis :
a) Tingkat keparahan
b) Jenis Bencana
c) Jenis kelamin dan usia
d) Kepribadian
e) Ketersediaan jaringan dan dukungan sosial
f) Pengalaman sebelumnya

3) Assessment psikososial
Agar program psikososial tepat sasaran maka
perlu dilakukan assesment tentang kondisi psikososial
penyintas dan sumberdaya yang dimiliki. proses untuk
mengindentifikasi kondisi psikososial pada suatu
kelompok/individu dan sumberdaya yang mereka
miliki. Hasil assessment akan menjadi panduan dalam
pelaksanaan program dukungan psikososial. Adapun
aspek assesment psikososial meliputi :

11
a) Rasa aman yaitu mendapatkan makanan,
minuman, kesehatan dan lokasi berlindung yang
memadai
b) Kondisi kesehatan mental yaitu mengetahui
kondisi mental yang saat ini di alami
c) Kearifan lokal yaitu Setiap budaya pasti sudah
mengembangkan aturan dan tradisi untuk
melindungi komunitasnya, termasuk memandu
anggotanya untuk pulih dari suatu bencana
d) Proses assesment harus dilakukan dengan
kreatif, peka terhadap kondisi penyintas dan
peka terhadap budaya lokal.Pada masa tanggap
darurat assesment dapat dilakukan bersamaan
dengan pemberian bantuan bahan pokok

4) Aktivitas Psikososial Pada Setiap Tahapan Pasca


Bencana meliputi :
a) Tahap Tanggap Darurat : Pasca dampak-
langsung :
 Menyediakan pelayanan dukungan krisis
untuk pekerja bantuan.
 Memberikan pertolongan psikologis pertama
seperti teknik relaksasi dan terapi praktis.
 Berusahalah untuk menyatukan kembali
keluarga dan masyarakat.
 Menghidupkan kembali aktivitas rutin
 Menyediakan informasi, kenyamanan, dan
bantuan praktis

b) Tahap Pemulihan : Bulan pertama


 Lanjutkan tahap tanggap darurat.

12
 Mendidik profesional lokal, relawan, dan
masyarakat sehubungan dengan efek
trauma.
 Melatihkonselor bencana tambahan.
 Memberikan bantuan praktis jangka pendek
dan dukungan kepada penyintas.
 Menghidupkan kembali aktivitas sosial dan
ritual masyarakat.

c) Tahap Pemulihan akhir : Bulan kedua


 Lanjutkan tugas tanggap bencana.
 Memberikan pendidikan dan pelatihan
masyarakat tentang reseliensi atau
ketangguhan.
 Mengembangkan jangkauan layanan untuk
mengidentifikasi mereka yang masih
membutuhkan pertolongan psikologis.
 Menyediakan "debriefing" dan layanan
lainnya untuk penyintas bencana.
 Mengembangkan layanan berbasis sekolah
dan layanan komunitas lainnya

d) Fase rekonstruksi :
 Melanjutkan memberikan layanan psikologis
dan pembekalan bagi pekerja kemanusiaan
dan penyintas bencana.
 Melanjutkan program reseliensi untuk
antisipasi datangnya bencana lagi.
 Pertahankan "hot line" atau cara lain dimana
penyintas bisa menghubungi konselor jika
mereka membutuhkannya.

13
 Memberikan pelatihan bagi profesional dan
relawan lokal tentang dukungan psikososial
agar mereka mampu mandiri.

5) Dukungan psikososial pada anak


Untuk anak- anak bencana bisa sangat
menakutkan, fisik mereka yang tidak sekuat orang
dewasa membuat mereka lebih rentan tehadap
ancaman bencana. Rasa aman utama anak-anak
adalah orang dewasa disekitar mereka . Oleh karena
itu anak-anak juga sangat terpengaruh oleh reaksi
orang tua mereka dan orang dewasa lainya .
Langkah-langkah menjadi pendamping anak meliputi :
a) membangun emosi yang positif .
b) menerima anak apa adanya.
c) membiarkan anak-anak tahu anda membantu.
d) memberikan pujian dan penghargaan
e) hindari memberikan label atau cap buruk
f) gunakan bahasa yang sederhana,
g) mendengar aktif
h) berempati dan peka dengan kebutuhan anak
i) Memperhatikan bahasa tubuh anak
j) menggunakan kontak mata
k) menyediakan waktu lebih banyak
l) Mendorong mereka untuk mengekspresikan
perasaan, pikiran dan ide-ide mereka
m) bersikap hangat berbicara yang tepat
n) memberi anak kesempatan untuk memilih
o) Jangan menganak-emaskan atau terlalu
berlebihan memperhatikan anak tertentu
p) bersikap fleksibel dan kreatif
q) dapat bekerja dalam tim.

14

Anda mungkin juga menyukai