Anda di halaman 1dari 29

MAKALAH PSIKOLOGI KOMUNIKASI

“SIKAP DAN PRASANGKA”

DOSEN PEMBIMBING :
MIFTHA PRATIWI, S.I.KOM., M.I.KOM

Disusun Oleh
KELOMPOK 5
1. Shintia (07031381924221)
2. Maria Nugraheni Syafei (07031381924228)
3. Rizky Sabillah V. (07031381924141)
4. Aisyah Putri Anggun D. (07031381924224)
5. Pini Mauliddya (07031381924226)

FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK


S1 ILMU KOMUNIKASI
UNIVERSITAS SRIWIJAYA
TAHUN AJARAN 2020/2021
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat ALLAH SWT atas segala rahmat Nya sehingga makalah
Psikologi Komunikasi tentang “Sikap dan Prasangka” ini dapat tersusun hingga selesai. Kami
juga berterima kasih kepada dosen pembimbing kami yaitu Miftha Pratiwi, S.I.Kom.,
M.I.Kom atas bimbingannya dalam menyusun makalah ini. Tujuan dari penulisan makalah
ini adalah, selain untuk memenuhi salah satu tugas mata kuliah Psikologi Komunikasi ini
juga menjadi bahan pembelajaran kami bersama. Kami berharap semoga makalah ini dapat
menambah wawasan kita dan tentunya ilmu yang di dapat semakin bertambah. Kami juga
berharap agar para pembaca bisa mempraktekkan dalam kehidupan. Kami menyadari bahwa
dalam penulisan ini masih banyak terdapat kekurangan. Untuk itu kami mengharapkan kritik
dan saran yang dapat membangun agar lebih dan kurangnya makalah Psikologi Komunikasi
ini dapat menjadi pembelajaran untuk kedepannya menjadi lebih baik lagi.

Palembang, 7 Oktober 2020

Kelompok 5
DAFTAR ISI

Kata Pengantar
Daftar Isi
BAB I
PENDAHULUAN......................................................................................................................1
1.1 Latar Belakang.....................................................................................................................1
1.2 Rumusan Masalah................................................................................................................2
1.3 Tujuan Penulisan..................................................................................................................2

BAB II
PEMBAHASAN........................................................................................................................4
2.1 Sikap.....................................................................................................................................4
2.1.1 Pengertian Sikap Secara Umum....................................................................................4
2.1.2 Pengertian Sikap Menurut Para Ahli.............................................................................4
2.1.3 Komponen Sikap ..........................................................................................................7
2.1.4 Pembentukan Sikap ......................................................................................................8
2.1.5 Perubahan Sikap..........................................................................................................10
2.1.6 Fungsi Sikap................................................................................................................13
2.1.7 Sumber Sikap..............................................................................................................14
2.1.8 Konsep Teori Sikap.....................................................................................................14
2.2 Prasangka............................................................................................................................15
2.2.1 Pengertian Prasangka Secara Umum ..........................................................................15
2.2.2 Pengertian Prasangka Menurut Para Ahli...................................................................16
2.2.3 Sumber pembentukan Prasangka.................................................................................17
2.2.4 Upaya Mengatasi Prasangka.......................................................................................21
2.2.5 Prasangka Rasial..........................................................................................................22
2.2.6 Teori Dalam Prasangka...............................................................................................23

BAB III
PENUTUP................................................................................................................................24
3.1 Kesimpulan.........................................................................................................................24
DAFTAR PUSTAKA..............................................................................................................26
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Manusia adalah makhluk ciptaan tuhan yang mengalami proses pertumbuhan d
an perkembangan. Dalam proses terjadi perubahan baik secara fisiologis maupun psik
ologis, perubahan tersebut bersifat kualitatfi dan kuantitatif. Oleh karena itu perkemba
ngan tidak pernah statis dari saat perubahan hingga akhirnya perkembangan berakhir
(kematian).
Perubahan dan perkembangan tersebut menyebabkan segala yang ada yang ter
kait dengan bentuk dan kepribadian manusia tersebut juga akan mengalami perubahan
Baik itu dari segi bentuk tubuh, perubahan prilaku, sikap dan kejiwaannya.
Dalam kehidupan sehari-hari, kita sering menemukan istilah jiwa, nyawa, ruh,
dan berbagai kata lain yang senada. Jauh sebelunya istilah itu juga telah bgitu lekat
dalam kosakata bahasa yang dipergumakan dalam ragam budaya yang berbeda.
Peruntukan istilah tersebut merujuk pada bentukan halus dalam diri manusia yang
tidak terlihat dan hanya dapat dirasakan.
Didalam psikologi, dikenal sikap, prasangka, dan persepsi manusia dalam
kehidupan. Sikap merupakan kesiapan atau keadaan siap untuk timbulnya suatu
perbuatan atau tingkah laku, sedangkan prasangka merupakan suatu kekeliruan
persepsi terhadap orang yang berbeda, suatu konsep yang sangat dekat dengan
steorotip, persepsi merupakan suatu proses yang didahului oleh proses penginderaan,
yaitu merupakan proses diterimanya stimulus oleh individu melalui alat indera atau
juga disebut proses sensoris. Dengan demikian sikap, prasangka, dan persepsi
merupakan komponen yang berbeda dalam kesederhanaan prosesnya.
Sikap merupakan kesadaran individu yang menentukan perbuatan yang nyata
dalam kegiatan-kegiatan sosial. Sikap diawali dengan perasaan (emosi), baru
kemudian menunjukkan reaksi (respon) kecenderungan untuk bereaksi. Sedangkan
prasangka merupakan salah satu fenomena yang bisa ditemui dalam kehidupan sosial.
Munculnya prasangka merupakan akibat dari adanya kontak-kontak sosial antara
berbagai individu didalam masyarakat. Seseorang tidak mungkin berprasangka bila
tidak pernah mengalami kontak sosial dengan individu lain. Akan tetapi prasangka

1
tidak semata-matadimunculkan oleh faktor sosial. berlainan dengan kelompoknya.
Prasangka mucul dalam kondisi rendahnya pemahaman lintas budaya di masyarakat. 
1.2 Rumusan Masalah
Pada penulisan makalah ini dapat ditemukan pada latar belakang beberapa
rumusan masalah yang dapat digunakan sebagai materi pembahasan pada penulisan
ini, yaitu:
1. Apa pengertian sikap secara umum?
2. Apa pengertian sikap menurut para ahli?
3. Apa saja komponen yang ada pada sikap?
4. Bagaimana pembentukan sikap bisa terjadi?
5. Bagaimana perubahan sikap bisa terjadi?
6. Apa saja fungsi dari sikap?
7. Apa saja sumber dari sikap?
8. Bagaimana konsep pada teori sikap?
9. Apa pengertian prasangka secara umum?
10. Apa pengertian prasangka menurut para ahli?
11. Apa sumber yang menyebabkan timbulnya prasangka dan bagaimana
pembentukannya?
12. Bagaimana upaya untuk mengatasi prasangka?
13. Ap aitu prasangka rasial?
14. Apa saja teori pada prasangka?
1.3 Tujuan Penulisan
Pada penulisan makalah ini dapat ditemukan pada rumusan masalah beberapa
tujuan penulisan yang dapat digunakan sebagai materi pembahasan pada penulisan ini,
yaitu:
1. Untuk memahami dan mengetahui pengertian sikap secara umum
2. Untuk memahami dan mengetahui pengertian sikap menurut para ahli
3. Untuk memahami dan mengetahui komponen-komponen yang ada pada sikap
4. Untuk memahami dan mengetahui bagaimana pembentukan sikap bisa terjadi
5. Untuk memahami dan mengetahui bagaimana perubahan sikap bisa terjadi
6. Untuk memahami dan mengetahui fungsi-fungsi pada sikap
7. Untuk memahami dan mengetahui sumber-sumber yang ada pada sikap
8. Untuk memahami dan mengetahui konsep yang ada pada teori sikap

2
9. Untuk memahami dan mengetahui pengertian prasangka secara umum
10. Untuk memahami dan mengetahui pengertian prasangka menurut para ahli
11. Untuk memahami dan mengetahui sumber-sumber yang menyebabkan timbulnya
prasangka dan bagaimana pembentukannya
12. Untuk memahami dan mengetahui upaya-upaya untuk mengatasi prasangka
13. Untuk memahami dan mengetahui ap aitu prasangka rasial
14. Untuk memahami dan mengetahui teori yang ada pada prasangka

3
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Sikap
2.1.1 Pengertian Sikap Secara Umum
Seorang individu sangat erat hubunganya dengan sikapnya masing-
masing sebagai ciri pribadinya. Sikap pada umumnya sering diartikan sebagai
suatu tindakan yang dilakukan individu untuk memberikan tanggapan pada
suatu hal. Sikap adalah suatu bentuk evaluasi atau reaksi perasaan mendukung
maupun perasaan tidak mendukung pada suatu objek. Sikap masih bersifat
tertutup, tidak dapat dilihat langsung dan belum terwujud. Sikap merupakan
reaksi yang masih tertutup, tidak dapat dilihat langsung.
Sikap hanya dapat ditafsirkan pada perilaku yang nampak. Sikap dapat
diterjemahkan dengan sikap terhadap objek tertentu diikuti dengan
kecenderungan untuk melakukan tindakan sesuai dengan objek. mengatakan
bahwa sikap yang diperoleh lewat pengalaman akan menimbulkan pengaruh
langsung terhadap perilaku berikutnya. Pengaruh langsung tersebut lebih
berupa predisposisi perilaku yang akan direalisasikan apabila kondisi dan
situasi memungkinkan. 
Drs. Alex Sobur dalam bukunya yang berjudul Psikologi Umum
menyimpulkan bahwa: sikap adalah kecenderungan bertindak, berpikir,
berpersepsi, dan merasa, dalam menghadapi objek, ide, situasi, atau nilai.
Sikap bukanlah perilaku, tetapi lebih merupakan kecenderungan untuk
berperilaku dengan cara tertetntu terhadap objek sikap. Objek sikap bisa
berupa orang, benda, tempat, gagasan, situasi, atau kelompok. Sikap
mengandung aspek evaluatif, artinya suatu penilaian (menyenangkan atau
tidak menyenangkan, suka atau tidak suka, setuju atau tidak setuju, dsb).
2.1.2 Pengertian Sikap Menurut Para Ahli
Berikut adalah beberapa pengertian sikap menurut para ahli, yakni:
 Allport dalam Roucek,1951
Keadaan kesiapan mental dan neuralgia yang di susun melalui
pengalaman, memberikan pengaruh langsung atau terarah atas tanggapan
individu terhadap semua objek dan situasi yang terkait dengannya.

4
 Weber
Sikap adalah sebuah reaksi evaluatif (suatu penilaian mengenai
kesukaan dan ketidaksukaan seseorang) thdp orang, peristiwa/ aspek lain
dlm lingkungannya.
 Eagly dan Chaiken,1993l
Sikap adalah kecenderungan psikologis yang di ungkapkan dengan
mengevaluasi suatu entitas tertentu dengan beberapa tingkat dukungan
atau ketidaksukaan.
 Myers,1996
Sikap adalah reaksi evaluatif yang menguntungkan atau tidak baik
terhadap sesuatu atau seseorang yang ditunjukan dalam kepercayaan
seseorang; perasaan atau prilaku yang diinginkan.
 Azjen, 1988
Sikap adalah disposisi untuk mengatasi hal baik atau tidak baik ke
objek atau acara orang
 Saifudin Azwar
Pengertian sikap dijelaskan oleh Saifudin Azwar (2010: 3) sikap
diartikan sebagai suatu reaksi atau respon yang muncul dari sseorang
individu terhadap objek yang kemudian memunculkan perilaku individu
terhadap objek tersebut dengan cara-cara tertentu.
 Gerungan
Gerungan (2004: 160) juga menguraikan pengertian sikap atau
attitude sebagai suatu reaksi pandangan atau perasaan seorang individu
terhadap objek tertentu. Walaupun objeknya sama, namun tidak semua
individu mempunyai sikap yang sama, hal itu dapat dipengaruhi oleh
keadaan individu, pengalaman, informasi dan kebutuhan masing- masing
individu berbeda. Sikap seseorang terhadap objek akan membentuk
perilaku individu terhadap objek.
 Sarlito dan Eko
Pengertian mengenai sikap juga disampaikan oleh Sarlito dan Eko
(2009: 151), Sikap adalah suatu proses penilaian yang dilakukan oleh
seorang individu terhadap suatu objek. Objek yang disikapi individu dapat

5
berupa benda, manusia atau informasi. Proses penilaian seorang terhadap
suatu objek dapat berupa penilaian positif dan negatif.
 Slameto
Pengertian sikap diuraikan oleh Slameto (1995: 191), sikap
merupakan sesuatu yang dipelajari dan menentukan bagaimana individu
bereaksi terhadap situasi serta menentukan apa yang dicari oleh individu
dalam hidupnya.
 Sarwono
Menurut Sarwono (2000), sikap dapat didefinisikan kesiapan pada
seseorang untuk bertindak secara tertentu terhadap hal-hal tertentu. Sikap
ini dapat bersifat positif, dan dapat pula bersifat negatif. Dalam sikap
positif, kecenderungan tindakan adalah mendekati, menyenangi,
mengharapkan obyek tertentu. Sedangkan dalam sikap membenci, tidak
menyukai obyek tertentu.
 Thurstone
Menurut Thurstone dalam Rejaningsih (2004), sikap sebagai total
kecenderungan, perasaan, prasangka (prejudice atau bias), ide, perasaan
takut, ancaman dan keyakinan seseorang tentang topik tertentu. Sedangkan
definisi yang dikemukakan Allport bahwa sikap adalah semacam kesiapan
untuk bereaksi
 Lapierre
Lapierre mendifinisikan sikap sebagai suatu pola perilaku,
tendensi, atau kesepian antisipatif, predisposisi untuk menyesuaikan diri
dalam situasi sosial, atau secara sederhana sikap adalah respon terhadap
stimuli sosial yang telah terkondisikan (Azwar 2013).
 Petty dan Cacioppo
Definisi Petty & Cacioppo secara lengkap mengatakan sikap adalah
evaluasi umum yang dibuat manusia terhadap dirinya sendiri, orang lain,
objek atau isyu-isyu (Azwar, 2013) Sikap dapat didefinisikan sebagai
kecenderungan afektif suka tidak suka pada suatu objek sosial tertentu
(Hakim,2012).
 Mohadjir

6
Berdasarkan beberapa pendapat ahli mengenai sikap, maka dapat disim
pulkan bahwa sikap adalah suatu reaksi atau respon berupa penilaian yang mu
ncul dari seorang individu terhadap suatu objek. Sikap juga dapat dikatakan se
bagai suatu perwujudan adanya kesadaran terhadap lingkunganya. Proses yang
mengawali terbentuknya sikap adalah adanya objek disekitar individu member
ikan stimulus yang kemudian mengenai alat indra individu, informasi yang ya
ng ditangkap mengenai objek kemudian diproses di dalam otak dan memuncul
kan suatu reaksi. Penilaian yang muncul, positif atau negatif dipengaruhi oleh
informasi sebelumnya, atau pengalaman pribadi individu. Dari definisi di atas
juga tampak bahwa meskipun terdapat perbedaan semuanya berpendapat bahw
a ciri khas dari sikap adalah mempunyai objek tertentu (orang, perilaku, konse
p, situasi benda, dan sebagainya) dan mengundang penilaian (suka tidak suka,s
etuju tidak setuju).
2.1.3 Komponen Sikap
Sikap yang ditunjukan seorang individu terhadap objek, mempunyai str
uktur yang terdiri dari beberapa komponen. Saifudin Azwar (2010: 23-28) me
njelaskan komponen dalam struktur sikap yaitu:
1. Komponen kognitif, yaitu suatu kepercayaan dan pemahaman seora
ng individu pada suatu objek melalui proses melihat, mendengar da
n merasakan. Kepercayaan dan pemahaman yang terbentuk membe
rikan informasi dan pengetahuan mengenai objek tersebut. Contohn
ya adalah ketika Maria meyakini bahwa diskriminasi adalah suatu
hal yg salah.
2. Komponen afektif, yaitu komponen yang berhubungan dengan per
masalahan emosional subjektif individu terhadap sesuatu. Contohn
ya adalah ketika Maria mulai tidak menyukai sikap Pini yang terlal
u diskriminasi minoritas.
3. Komponen perilaku atau konatif, yaitu kecenderungan berperilaku
seorang individu terhadap objek yang dihadapinya. Sikap individu
perlu diketahui arahnya, negatif atau positif. Untuk mengetahui ara
h sikap manusia dapat dilihat dari komponen-komponen sikap yang
muncul dari seorang individu. Contohnya adalah ketika Maria mula
i menjauh dari Pini karena sikap mereka yang bertentangan.

7
Sarlito dan Eko (2009: 154) juga menjelaskan bahwa sikap adalah kons
ep yang dibentuk oleh tiga komponen yaitu kognitif, afektif dan konatif. Kom
ponen kognitif berisi pemikiran dan ide-ide yang berkenaan dengan objek sika
p, misalnya meliputi penilaian, keyakinan, kesan, atribusi, dan tanggapan men
genai objek sikap. Komponen afektif merupakan komponen yang meliputi per
asaan atau emosi seseorang terhadap objek sikap. Komponen afektif pada sika
p seseorang dapat dilihat dari perasaan suka, tidak suka, senang atau tidak sena
ng terhadap objek sikap. Sedangkan komponen konatif, dapat dilihat melalui r
espon subjek yang berupa tindakan atau perbuatan yang dapat diamati.
Bimo Walgito (1978:110) mendeskripsikan komponen sikap sebagai b
erikut:
1. Kognitif, yaitu komponen yang berkaitan dengan pengetahuan, pan
dangan dan keyakinan terhadap objek sikap.
2. Afektif, yaitu komponen yang berhubungan dengan rasa senang ata
u tidak senang terhadap objek sikap.
3. Konatif, yaitu komponen yang berhubungan dengan kecenderunga
n bertindak terhadap objek sikap. Komponen sikap dapat digunaka
n untuk menilai bagaimana sikap seseorang terhadap objek sikap.
Jadi, dapat disimpulkan bahwa komponen sikap mencakup tiga aspek y
aitu, komponen kognitif, afektif dan konatif. Komponen kognitif berupa pema
haman, pengetahuan, pandangan dan keyakinan seseorang terhadap objek sika
p. Komponen afektif yaitu perasaan senang atau tidak senang terhadap objek si
kap. Komponen konatif yaitu kecenderungan bertindak terhadap objek sikap y
ang menunjukan intensitas sikap yaitu besar kecilnya intensitas bertindak atau
berperilaku seseorang terhadap objek sikap
2.1.4 Pembentukan Sikap
Sebagian orang berpendapat bahwa ada faktor-faktor genetik yang
berpengaruh pada terbentuknya sikap (Waller dkk.,1990; Kaller dkk.,1992)
meskipun begitu, sebagian besar ahli psikologi sosial berpendapat bahwa sikap
terbentuk dari pengalaman, melalui proses belajar. Pandangan ini mempunyai
dampak terapan, yaitu bahwa berdasarkan pendapat ini dapat disusun berbagai
upaya (pendidikan, pelatihan, komunikasi, penerangan, dan sebagainya) untuk
mengubah sikap seseorang.

8
Menurut Azwar (2013), ada beberapa faktor yang dapat membentuk
sikap yaitu:
 Pengalaman Pribadi
Tanggapan adalah salah satu dasar terbentuknya sikap. Untuk dapat
mempunyai tanggapan dan peenghayatan, seseorang harus mempunyai
pengalaman yang berkaitan dengan objek psikologis.
 Pengaruh Orang lain yang di anggap penting
Orang merupakan salah satu komponen sosial yang ikut
mempengruhi sikap individu
 Pengaruh Kebudayaan
Kebudayaan dimana kita hidup dan di besarkan mempunyai
pengaruh besar terhadap pembentukan sikap kita.
 Media Massa
Sarana komunikasi, mempunyai pengaruh beda dalam
pembentukan opini dan kepercayaan individu.
 Lembaga Pendidikan dan lembaga Agama
Lembaga pendidikan serta lembaga agama sebagai sistem
mempunyai pengaruh dalam pembentukan sikap karena keduanya
meletakkan dasar pengertian dan konsep moral dalam diri individu.
 Pengaruh Faktor Emosional
Suatu bentuk sikap merupakan pernyataan yang didasari oleh
emosi yang berfungsi sebagai semacam penyaluran frustasi atau
pengalihan bentuk mekanisme pertahanan ego. Sikap demikian dapat
merupakan sikap yang sementara dan segera berlalu begitu frustasi telah
hilang akan tetapi dapat pula merupakan sikap yang lebih persisten dan
bertahan lama.Untuk mengubah suatu sikap, kita harus ingat bagaimana
sikap dengan pola-polanya terbentuk. Sikap bukan diperoleh karena
keturunan, sebagaimana telah disinggung, melainkan dari pengalaman,
lingkungan, orang lain, terutama dari pengalaman dramatis yang
meninggalkan kesan yang mendalam. Kita misalnya mengubah sikap
karyawan dengan memberikanya “pengalaman baru” dengan kepuasan
kerja. Tugas kita bukan menghukumnya karena perilakunya yang negatif,
melainkan mengubah sikapnya yang merupakan penyebab prilakunya

9
tersebut. Cara lain untuk mengubah sikap karyawan adalah dengan
menolongnya menhyadari ketidakjujurannya dalam penilaianya atas dasar
pola dari pengalaman yang lalu atau memberikan umpan balik berupa
reaksi orang lain terhadap sikapnya dan kita menolong karyawan itu
dengan melihat realitas yang sebenarnya, yaitu dengan menganalisisnya.
Karena sikap sebagian besar berkaitan dengan emosi, kita lebih mudah
memengaruhinya melalui emosi pula, yaitu dengan pendekatan yang
ramah-tamah, penuh pengertian dan kesabaran.
2.1.5 Perubahan Sikap
Perubahan sikap pada individu, ada yang terjadi dengan mudah dan
ada yang sukar. Hal ini bergantung pada kesiapan seseorang untuk menerima
atau menolak stimulus yang datang kepadanya. Terjadinya perubahan sikap,
sering dipengaruhi oleh perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi.
Karena perkembangan IPTEK dapat menimbulkan pergeseran nilai dan
norma, baik dalam bidang ekonomi, sosial, politik dan sebagainya.
Terdapat Teori Pembentukan Sikap menurut beberapa ahli yakni :
1. The Elaboration-likelihood Model
Menurut Richard E. Petty dan John T. Cacioppo
menggambarkan perubahan sikap sebagai hasil dari memproses
informasi. Contohnya, seseorang mungkin kurang mencermati
pesan yang diterimanya, sementara orang lain mencermati
pesan tersebut dengan seksama, akibatnya pesan akan efektif
dengan cara berbeda.
a. Central processing (pemrosesan pada hal inti atau pusat)
Seseorang melakukan pemrosesan pusat atau sistemik jika ia
berkonsentrasi atau fokus pada argument dalam pesan
persuasif. Seperti logis atau tidaknya alasan yang dikemukakan.
Contohnya ketika anda hendak memutuskan pergi berlibur
bersama teman-teman.
b. Peripheral processing (pemrosesan pada hal pinggir)
Jika kondisinya tidak memungkinkan untuk berkonsentrasi
pada pusat pesan, menurut model Petty dan Cacioppo, persuasi
akan bergantung pada pemrorsesan peripheral. Penerima pesan
tertarik pada berada di luar itu, seperti karakteristik
10
komunikator, penyajian pesan atau penerima pesan.
•Contohnya, mengikuti berlibur karena ada teman yang disukai.
2. Self-justification Theories
a. Dissonance Reduction
Menurut Leon Festinger, ketidaksesuaian antara
tindakan yang baru dan sikap yang lama akan
menciptakan dissonance, keadaan tidak nyaman yang
mendorong kita untuk menguranginya. Contohnya
“Saya selalu beranggapan tidak menyukai olahraga,
tetapi ternyata mengasyikkan dan saya senang
melakukannya”.
b. Behaviours Lead to Attitude (perilaku menuntun kepada
sikap)
Beberapa sikap dapat dengan mudah diubah
dibandingkan sikap-sikap lainnya. Sikap yang terbentuk
dari pengalaman pribadi cenderung lebih kuat daripada
sikap yang diperoleh dari tangan kedua (orang atau hal
lain). Contohnya, sikap hidup hemat/ hidup sehat.
3. Inducements (dorongan atau pancingan)
Adanya dorongan atau pancingan yang dapat mengubah sikap
seseorang. Contoh nya maukah Anda bearalih dari merek kopi
yang biasa Anda gunakan, untuk menghemat uang? Ketika
berbelanja, bagaimana jika Anda melihat merek lain harganya
lebih rendah dibanding merek favorit Anda tersebut? Kita akan
terdorong dengan merek lain, karena harga lebih murah.
Menurut pandangan beberapa tokoh yaitu Krech, Crutchfield, dan
Ballachey: Keterubahan suatu sikap bergantung pada karakteristik sistem
sikap, kepribadian individu, dan afiliasi individu terhadap kelompok; dengan
penjelasan sebagai berikut:
1. Karateristik sistem sikap
 Sikap extreme
Yaitu sikap yang sulit diubah baik dalam perubahan
yang kongruen maupun yang inkongruen. Perubahan kongruen

11
adalah perubahan yang searah yakni bertambahnya derajat
kepositifan atau kenegatifan dari sikap semula. Sedangkan
perubahan inkongruen adalah perubahan sikap kearah yang
berlawanan. Yang semula positif menjadi negative dan
sebaliknya.
 Multifleksitas
Yaitu suatu sikap yang mudah diubah secara kongruen
tetapi sulit diubah secara inkongruen atau sebaliknya
 Konsistensi
Yaitu sikap yang stabil karena adanya komponen yang
saling mendukung. Sikap ini mudah dirubah secara kongruen,
sedangkan sikap yang tidak stabil lebih mudah diubah secara
inkongruen.
 Interconnectedness
Yaitu keterikatan suatu sikap dengan sikap lain yang
saling berhubungan. Contohnya ketaatan seseorang terhadap
agama yang dianutnya dikaitkan dengan kencintaan yang
begitu mendalam kepada orang tuanya yang telah meninggal
karena agama yang sama. Sikap ini sulit diubah secara
inkongruen.
2. Kepribadian individu
Perubahan sikap seseorang sangat dipengaruhi oleh aspek-
aspek kepribadian. Adapun aspek-aspek kepribadian tersebut
adalah:
 Intelegensi
Tingkat pemahaman seseorang dalam memahami suatu
informasi sangat mempengaruhi sikapnya.
 General persuasibility
Adalah kesiapan seseorang untuk menerima pengaruh
social tanpa memandang komunikatornya, topik, media, dan
komunikasinya.
 Self defensiveness

12
Yaitu kecenderungan seseorang untuk mempertahankan
sikapnya demi mempertahankan hargadirinya.
3. Afisiliasi kelompok
Perubahan sikap seseorang sangat dipengaruhi oleh
dukungan kelompok terhadap dirinya. Seseorang yang telah
memegang teguh norma kelompoknya akan sulit diubah sikapnya
secara inkongruen tetapi lebih mudah dirubah secara kongruen
dengan cara diberi arahan dan pengetahuan atau pengalaman oleh
kelompoknya.
Adapun faktor lain yang menyebabkan perubahan sikap, yaitu
1) Faktor intern, yaitu faktor yang terdapat dalam pribadi
manusia itu sendiri. Berupa selektifitas atau daya pilih
seseorang untuk menerima dan mengolah pengaruh-
pengaruh dari luar dirinya. pilihan tersebut berhubungan
erat dengan motif-motif dan attitude-attitude di dalam
diri pada waktu tersebut. Disesuaikan dengan motif,
minat, dan perhatiannya.
2) Faktor ekstern, yaitu faktor yang terdapat di luar pribadi
manusia. Berupa interaksi sosial di luar kelompok
dengan hasil kebudayaan manusia. Biasanya melalui
media komunikasi (massa). Pembentukan dan
perubahan sikap terjadi dengan sendirinya.
2.1.6 Fungsi Sikap
Seorang tokoh yang bernama Rita L. Atkinson dan kawan-kawan
menyebutkan adanya lima fungsi sikap, yaitu:
a. Fungsi instrumental
Dikatakan demikian karena sikap yang kita pegang
mempunyai alasan untuk mendapatkan suatu manfaat yang semata-
mata mengekspresikan keinginan kita untuk mendapatkan hadiah
dan menghindari hukuman.
b. Fungsi nilai ekspresif
Sikap yang mengekspresikan atas mencerminkan konsep
diri kita terhadap suatu obyek tertentu.
c. Fungsi perubahan ego
13
Sikap yang berfungsi melindungi kita dari kecemasan atau
ancaman bagi harga diri kita.
d. Fungsi penyesuaian sosial
Dengan sikap tertentu kita dapat menjadi anggota dari suatu
komunitas tertentu.
e. Fungsi Pengetahuan
Sikap yang membantu kita memahami dunia, yang
membawa keteraturan bagi berbagai informasi yang harus kita
asimilasikan dalam kehidupan sehari-hari, dikatakan memiliki
fungsi pengetahuan.
2.1.7 Sumber Sikap
Ahli psikologi sosial (Calhoun dan Accocella, 1990) menemukan tiga
sumber sikap yang utama, yaitu:
a. Pengalaman Pribadi, sikap dapat merupakan hasil pengalaman
yang menyenangkan atau menyakitkan dengan objek sikap.
b. Pemindahan perasaan yang menyakitkan, pemindahan adalah
secara tidak sadar mengalihkan perasaan yang menyakitkan
(terutama permusuhan) jauh dari objek sebenarnya pada objek lain
yang lebih aman.
c. Pengaruh sosial, sumber ini dapat dimungkinkan menjadi sumber
utama dalam sikap.
2.1.8 Konsep Teori Sikap
1. Teori Keseimbangan
Teori ini berfokus pada upaya individu untuk tetap konsisten
bersikap dalam hidup. Dalam bentuk sederhana melibatkan hubungan
antara seseorang dengan dua objek sikap. Ketiga elemen tersebut
dihubungkan dengan sikap favorable (baik, suka, positif) dan sikap
unfavorable buruk, tidak suka, negatif). Pembentukan sikap ini dapat
seimbang atau tidak seimbang. Contoh situasi seimbangnya: sikap (+)
terhadap si A, yaitu sikap mengerti, menerima, menghormati, menghargai
dan memperlakukan si A dengan secara wajar dan baik. Hubungan afeksi
dapat menghasilkan sistem yang tidak seimbang menjadi seimbang.
2. Teori Konsistensi Kognitif - Afektif

14
Teori ini berfokus pada bagaimana seseorang berusaha membuat
kognisi mereka konsisten dengan afeksinya. Penilaian seseorang terhadap
suatu kejadian akan mempengaruhi keyakinannya. Contoh: Seseorang
tidak jadi makan di restoran “A” karena temannya bilang bahwa restoran
tersebut tidak halal, padahal ia belum pernah makan disana.
3. Teori Ketidaksesuaian (Dissonance Theory)
Teori ini berfokus pada individu yang menyelaraskan elemen-
elemen kognisi, pemikiran atau struktur (Konsonansi = Selaras). Disonansi
adalah ketidakseimbangan, yaitu pikiran yang amat menekan dan
memotivasi seseorang untuk memperbaikinya. Terdapat dua elemen
kognitif dimana disonansi terjadi jika kedua elemen tidak cocok sehingga
menggangu logika dan pengharapan. Misalnya:”Merokok membahayakan
kesehatan” konsonansi dengan ”saya tidak merokok”; tetapi disonansi
dengan”perokok. Cara mengurangi Disonansi adalah sebagai berikut:
o Merubah salah satu elemen kognitif, yaitu dengan mengubahsikap
agar sesuai dengan perilakunya. Misalnya: stop merokok.
o Menambahkan satu elemen kognitif baru. Misalnya: tidak percaya
rokok merusak kesehatan
4. Teori Atribusi
Berfokus pada individu yang mengetahui akan sikapnya dengan
mengambil kesimpulan dari perilakunya sendiri dan persepsinya tentang
situasi. Implikasinya adalah perubahan perilaku yang dilakukan seseorang
menimbulkan kesimpulan pada orang tersebut bahwa sikapnya telah
berubah. Contoh: memasak setiap ada kesempatan, dan ternyata baru sadar
jika dirinya suka memasak / hobi memasak.
2.2 Prasangka
2.2.1 Pengertian Prasangka Secara Umum
Prasangka atau prejudice berasal dari kata latin prejudicium, Prae
berarti sebelum dan Judicium berarti keputusan (Hogg, 2002). Chambers
English Dictionary (dalam Brown, 2005) mengartikan prasangka sebagai
penilaian atau pendapat yang diberikan oleh seseorang tanpa melakukan
pemeriksaan terlebih dahulu.

15
Prasangka pengertian nya sekarang mengalami perkembangan sebagai
berikut:
a. Semua diartikan sebagai suatu preseden, artinya keputusan diambil
atas pengalaman yang lalu.
b. Dalam bahasa Inggris mengandung arti pengambilan keputusan
tanpa penelitian dan pertimbangan yang cermat, tergesa-gesa, atau
tidak matang.
c. Untuk mengatakan prasangka dipersyaratkan perlibatan unsur
emosional (suka tidak suka) dalam keputusan yang telah diambil
tersebut.
Disebabkan sifatnya yang belum menetap, prasangka dapat menjurus
pada pengertian yang positif dan negatif, sehingga merupakan pendapat yang
bisa berubah-ubah, atau diubah, dipengaruhi, dan juga dapat digunakan untuk
menafsirkan segala fakta tanpa berdasarkan fakta yang meyakinkan. Artinya
prasangka sebagai pendapat yang dapat diubah dan mengubah fakta yang
diterima dan dikumpulkanya, yang mungkin positif meyakinkan atau negatif
mengaburkan, menguntungkan – merugikan atau melamahkan.
Prasangka kadang-kadang merupakan bentuk sikap negatif yang
didasari oleh kelainan kepribadian pada orang-orang yang sangat frustasi.
Seorang individu atau golongan yang memiliki prasangka negatif terhadap
individu, peristiwa, atau keadaan tertentu akan memandang segala fakta yang
baik tentang segalanya sebagai suatu propaganda.
2.2.2 Pengertian Prasangka Menurut Para Ahli
 Hogg
Hogg (2002), menyatakan bahwa prasangka merupakan sikap
sosial atau keyakinan kognitif yang merendahkan, ekspresi dari perasaan
yang negatif, rasa bermusuhan atau perilaku diskriminatif kepada anggota
dari suatu kelompok sosial tertentu sebagai akibat dari keanggotaannya
dalam kelompok tertentu.
 Baron dan byrne
Prasangka adalah sikap negatif teradap kelompok tertentu atau
seseorang, semata-mata karena keanggotannya dalam kelompok tertentu
(Baron dan Byrne, 1994, dalam Sarwono, 1997).

16
 Allport
Perkataanya mengimpikasikan bahwa dengan prasangka, seseorang
atau sekelompok orang menganggap buruk atau memandang negatif orang
lain secara tidak rasional. Walaupun prasangka tidak selalu harus
merupakan sikap yang negatif, konotasi negatif seperti yang tersirat dalam
pernyataan Gordon Allport tersebut tampaknya merupakan penekanan
yang umum dikalangan ilmuwan sosial dan tingkah laku dalam
mengonsepsikan prasangka. Konotasi negatif dan prasangka itu pun dapat
ditemukan pada definisi-definisinya.
 John e farley
John E. Farley mengklasifikasikan prasangka ke dalam tiga kategori:
• Prasangka kognitif, merujuk pada apa yang dianggap benar.
Komponen ini melibatkan apa yang dipikirkan dan diyakini
oleh subjek mengenai objek prasangka. Stereotip adalah salah
satu contoh bentuk dari komponen kognitif.
• Prasangka afektif, merujuk pada apa yang disukai dan tidak
disukai. Dan melibatkan atau emosi (negative)individu yang
berprasangka ketika berhadapan atau berpikir tentang anggota
kelompok yang tidak di sukainya.
• Prasangka konatif, merujuk pada bagaimana kecenderungan
seseorang dalam bertindak. Komponen ini melibatkan
kecenderungan untuk berperilaku dengan cara tertentu (negatif)
atau bermaksud untuk melakukan tindakan (negatif) tersebut
terhadap kelompok yang menjadi target prasangka.
2.2.3 Sumber dan Pembentukan Prasangka
Sebagaimana halnya pada sikap, prasangka muncul dari sumber-
sumber tertentu yang terdapat dalam kelompok atau masyarakat yang
mempunyai prasangka itu. Prasangka terbentuk selama perkembangannya,
baik didikan maupun dengan cara identifikasi dengan orang lain yang sudah
berprasangka.
Dalam proses penelitian, tampak bahwa di sekolah-sekolah
internasional, misalnya, tidak terdapat sedikitpun prasangka sosial pada anak-
anak sekolah yang berasaal dari bermacam-macam golongan, ras atau

17
kebudayaan. Mereka baru akan memperolehnya di dalam perkembangannya
apabila kemudian mereka bergaul erat dengan orang-orang yang telah
mempunyai prasangka sosial. Hal ini berlangsung dengan sendirinya dan pada
taraf tidak sadar melalui proses imitasi, sugesti, identifikasi, dan simpati, yang
memegang peranan utama dalam interaksi sosial itu. Dalam kaitan ini, secara
tidak sadar mereka lambat laun memperoleh sikap-sikap tertentu terhadap
golongan-golongan tertentu, yang pada gilirannya dapat melahirkan stereotip-
stereotip.
Dilihat dari sudut psikologi perkembangan, terbentuknya prasangka
pada manusia merupakan kelangsungan yang tidak berbeda dengan
perkembangan sikap-sikap lainnya. Pembentukan prasangka semacam itu
dapat berlangsung terus sejak anak usia dini sampai orang itu menjadi dewasa.
Prasangka bisa terbentuk dari usia anak-anak melalui proses belajar sosial.
Seorang anak bisa berprasangka karena ia sendiri telah mengalami
pengalaman tidak enak yang pernah dilihat atau didengarnya terjadi pada
orang lain. Sejak usia dini, anak-anak telah dipengaruhi oleh sikap yang
diperlihatkan oleh orang tua mereka. Dengan demikian, apabila tidak ada
pengaruh yang datang dari faktor-faktor yang lain, seorang anak cenderung
untuk memperlihatkan sikap menentang terhadap seseorang yang tidak disukai
oleh orang tuanya, meskipun ia belum pernah mempunyai pengalaman yang
cukup berarti dengan orang-orang tadi.
Beberapa hal yang dapat menjadi sumber terbentuknya prasangka pada
seseorang adalah sebagai berikut:
a. Perbedaan antar kelompok/ perbedaan antar ras atau etnis.
Prasangka yang bersumber dari perbedaan etnis dapat di te
mukan pada masyarakat heterogen. Yang mempunyai latar kebuda
yaan yang berbeda-beda. Sedangkan yang bersumber dari perbedaa
n ras dapat di temukan dalam masyarakat yang multirasial seperti a
merika dan Negara-negara eropa lainya. Contohnya, Ani mengangg
ap suku Jawa terlalu lemah dibanding suku Batak. (biasanya suku J
awa lebih halus dlm berkata)

b. Perbedaan idiologi

18
Ini terjadi pada masarakat di Negara yang memiliki idiologi
yang kuat terhadap idiologi lain yang menjadi lawanya. Contoh pra
sangka yang bersumber pada perbedaan ideologi ini adalah prasang
ka orang Amerika terhadap orang komunis, atau sebaliknya
c. Perbedaan yang bersumber dari kejadian historis
Adapun prasangka yang bersumber pada kejadian histories
adalah prasangka dari sekelompok orang terhadap sekelompok ora
ng lainnya dalam suatu masyarakat, bertolak dari kejadian masa la
mpau dari masyarakat tersebut. Pada umumnya kelompok yang ber
prasangka adalah kelompok yang para pendahulunya pada masa la
mpau memegang kendali dan memperlakukan para pendahulu kelo
mpok yang dikenai prasangka dengan perlakuan-perlakuan yang tid
ak layak dan diskriminatif. Contohnya adalah prasangka dari kelom
pok orang kulit putih terhadap orang-orang Negro di Amerika Seri
kat, yang berakar pada sejarah perbudakan orang-orang Negro oleh
para pionir kulit putih, 300-an tahun yang lalu. Walaupun Amerika
Serikat telah mengalami perubahan sosial politik yang yang besar,
sikap dan prasangka dan anggapan stereotip tentang orang Negro
(manusia pemalas, bodoh, brutal) pada sebagian
Terdapat lima perspektif dalam menentukan sebab-sebab terjadinya pra
sangka. Kelima perspektif tersebut merupakan suatu kontinum, dari ppenjelasa
n sifat secara makroskopis histories sampai pada penyelesaian mikroskopis pri
badi. Berikut adalah penjelasannya:
 Perspektif Historis
Perspektif ini didasarkan atas teori pertentangan kelas, y
akni menyalahkan kelas rendah yang inferior; sementara merek
a yang tergolong dalam kelas atas mempunyai alas an untuk ber
prasangka terhadap kelas rendah. Misalnya, prasangka orang ku
lit putih terhadap Negro mempunyai latar belakang sejarah, ora
ng kulit putih sebagai “tuan” dan orang Negro sebagai “budak”
antara penjajah dan yang dijajah, dan antara pribumi dan pribu
mi.
 Perspektif Sosiokultural dan Situasional

19
Perspektif ini menekankan pada kondisi saat ini sebagai
penyebab timbulnya prasangka, yang meliputi:
• Mobilitas sosial. Artinya, kelompok orang yang men
galami penurunan status (mobilitas social ke bawah)
akan terus mencari alas an tentang nasib buruknya d
an tidak mencari penyebab sesungguhnya.
• Konflik antar kelompok. Prasangka dalam hal ini m
erupakan realitas dari dua kelompok yang bersaing;
tidak selalu disebabkan kondisi ekonomi.
• Stigma perkantoran. Artinya bahwa ketidak amanan
dan ketidak pastian di kota disebabkan “noda” yang
dilaukakan kelompok tertentu.
• Sosialisasi. Prasangka dalam hal ini muncul sebagai
hasil proses pendidikan orang tua atau masyarakat d
i sekitarnya, melalui proses sosialisasi mulai kecil hi
ngga dewasa.
 Perspektif Kepribadian
Teori ini menekankan pada faaktor kepribadian sebagai
penyebab prasangka yang disebut dengan teori “frustasi agrega
si”. Menurut teori ini, keadaan frustasi merupakan kondisi yang
cukup untuk timbulnya tingkah laku agresif. Frustasi muncul da
lam kehidupan sehari-hari yang disebabkan oleh atasan (status
yang lebih tinggi), yang tidak memungkinkan untuk mengadaka
n perlawanan terhadapnya, apalagi dengan tingkah laku agresif
Keadaan ini sering membuat pengalihan (displacement) dari ra
sa kesalnya ke satu sasaran yang mempunyai nilai yang sama, n
amun tidak membahayakan dirinya. Akan tetapi, ada orang yan
g mengalami frustasi, tidak memiliki sikap frustasi. Atas dasar i
ni, para ahli beranggapan bahwa prasangka lebih disebabkaan a
danya tipe kepribadian dengan ciri kepribadian authoritarian pe
rsonality.
 Perspektif Fenomenologis

20
Perspektif ini menekankan pada cara individu memanda
ng atau memersepsi lingkungannya sehingga persepsilahyang
menyebabkaan prasangka. Sebagai anggota masyarakat, individ
u akan menyadari di mana atau termasuk kelompok etnis mana
dia. Contohnya sebagai anggota masyarakat, individu akan
menyadari di mana atau termasuk kelompok etnis mana dia.
 Perspektif Naive
Perspektif ini menyatakan bahwa prasangka lebih meny
oroti obyek prasangka, tidak menyoroti individu yang berprasa
ngka. Misalnya, sifat-sifat orang kulit putih menurut orang Neg
ro, atau sifat-sifat orang Negro menurut orang kulit putih.anggo
ta masyarakat kulit putih, tetap ada.
2.2.4 Upaya Mengatasi Prasangka
Sesungguhnya mustahil bahwa prasangka dapat dihapuskan. Mengapa?
Sebab, selain bersumber pada diri manusia dan interaksi antar manusia,
prasangka juga disebabkan terlalu banyaknya faktor yang mempengaruhi
sehingga rasanya tidak ada satupun jalan terbaik untuk menghilangkan
prasangka.
Meskipun demikian, prasangka dapat di antisipasi. Oleh karena itu,
prasangka dapat dikurangi dampaknya. Sementara ahli menyebutkan usaha-
usaha mengurangi prasangka harus dimulai dari pendidikan anak-anak
dirumah dan disekolah oleh orangtua dan guru. Bekaitan dengan hal tersebut,
pengajaran-pengajaran yang dapat menimbulkan prasangka-prasangka sosial
harus dihindari.
Menurut Baron upaya mengatasi prasangka yakni:
1) Memutuskan siklus prasangka: belajar tidak membenci karena
dapat membahayakan diri sendiri dan orang lain. Dengan cara
mencegah orang tua dan orang dewasa lainnya untuk melatih anak
menjadi fanatic.
2) Berinteraksi langsung dengan kelompok berbeda:
a) contact hypothesis, pandangan bahwa peningkatan kontak
antara anggota dari berbagai kelompok sosial dapat efektif
mengurangi prasangka diantara mereka. Usaha-usaha tersebut

21
tampaknya berhasil hanya ketika kontak tersebut terjadi di
bawah kondisi-kondisi tertentu.
b) extended contact hypothesis, sebuah pandangan yang
menyatakan bahwa hanya dengan mengetahui bahwa anggota
kelompoknya sendiri telah membentuk persahabatan dengan
anggota kelompok out-group dapat mengurangi prasangka
terhadap kelompok tersebut.
3) Kategorisasi ulang batas antara “kita” dan “mereka” hasil dari
kategorisasi ulang ini, orang yang sebelumnya dipandang sebagai
anggota out-group sekarang dapat dipandang sebagai bagian dari
in-group. Intervensi kognitif: memotivasi orang lain untuk tidak
berprasangka, pelatihan (belajar untuk mengatakan “tidak” pada
stereotype).
Upaya lain adalah dengan mengadakan kontak diantara dua kelompok
yang berprasangka, dan permainan peran atau role playing, yaitu orang yang
berprasangka diminta untuk berperan sebagai orang yang menjadi korban
prasangka sehingga orang yang berprasangka akan merasakan, mengalami,
dan menghayati segala penderitaan yang menjadi korban prasangka.
2.2.5 Prasangka Rasial
Dalam konteks rasial, prasangka ini bisa diartikan sebagai “suatu sikap
terhadap anggota kelompok etnis atau ras tertentu, yang terbentuk terlalu cepat
tanpa suatu induksi”. Hal ini bergantung pada ketidakadilan, karena sikap ini
hanya diambil dari pengalaman dan berita yang didengarnya, kemudian
disimpulkan berdasarkan sifat dari anggota seluruh kelompok etnis.
Seorang yang mempunyai prasangka rasial, biasanya akan bertindak
diskriminatif terhadap ras yang di prasangkanya. Sebaliknya, seseorang yang
berprasangka juga dapat bertindak tidak diskriminatif. Selanjutnya ada
perbedaan antara prasangka dan diskriminatif, yaitu prasangka menunjukkan
pada sikap, sedangkan diskriminatif pada tindakan.
Menurut Myers, dampak negatif dari prasangka ini bisa muncul karena
timbul diskriminasi sebagai perwujudan dari prasangka. Dalam hal ini, Krech,
Crutcfield dan Ballahey menjelaskan, rasangka rasial sering ditemuin pada
orang-orang yang memiliki sakit mental. Namun, menurut mereka yang harus
dipikirkan adalah tidak semua orang yang sakit mental akan mengalami
22
prasangka rasial. Tidak selamanya, prasangka rasial terdapat pada orang sakit
mental.
Dalam pandangan Krech dan kawan-kawan, kadang prasangka ini
dapat mendorong terjadinya pathological individual. Dalam masyarakat ada
orang yang lantas mengalami apa yang disebut sebagai pathological hostility
yang berkembang dalam kehidupan sosial dan mempengaruhi sikapnya.
Perasaan permusuhan itu menyerang satu dengan yang lainnya, dapat pula
berkembang menjadi permusuhan dengan suatu ras tertentu.
2.2.6 Teori dalam Prasangka
1. Teori belajar sosial
Teori belajar sosial merupakan salah satu teori dalam belajar, teori
ini dikemukakan oleh bandura yang berpendapat bahwa belajar itu terjadi
melalui model atau contoh. Prasangka seperti halnya sikap, merupakan hal
yang terbentuk melalui proses belajar
2. Teori Motivasional atau Decision Making Theory
Teori ini memandang prasangka sebagai sesuatu yang dapat
memenuhi kebutuhan individu atau kelompok untuk mencapai
kesejahteraan (satisfy).
3. Teori Kognitif
Dalam teori ini, proses kognitif dijadikan sebagai dasar timbulnya
prasangka. Hal ini berkaitan dengan;
a. Kategorisasi atau penggolongan
Apabila seseorang mempersepsi orang lain atau apabila
suatu kelompok mempersepsi kelompok lain, dan memasukkan
apa yang di persepsikan itu ke dalam suatu kategori tertentu.
Proses kategorisasi berdampak timbulnya prasangka antar
pihak satu dengan pihak lain, kelompok satu dengan kelompok
lain.
b. Ingroup lawan Outgroup
Ingroup dan outgroup ada apabila kategorisasi “kita”
dan “mereka” telah ada, seseorang dalam suatu kelompok akan
merasa dirinya sebagai ingroup dan orang lain sebagai
outgroup. Dalam kategori ingroup memiliki dampak tertentu
yang ditimbulkan
23
BAB III
PENUTUP
.1 Kesimpulan
Sikap adalah sebuah reaksi evaluatif (suatu penilaian mengenai kesukaan dan
ketidaksukaan seseorang) thdp orang, peristiwa/ aspek lain dlm lingkungannya. Ciri
khas dari sikap adalah mempunyai objek tertentu (orang, perilaku, konsep, situasi
benda, dan sebagainya) dan mengundang penilaian (suka tidak suka, setuju tidak
setuju). Sikap yang dilakukan oleh setiap individu sangatlah berpengaruh terhadap
perilaku individu. Pengaruh tersebut terletak pada individu sendiri terhadap respon
yang ditangkap, kecenderungan individu untuk melakukan tindakan dipengaruhi oleh
berbagai faktor bawaan dan lingkungan sehingga menimbulkan tingkah laku.
Prasangka sosial adalah penilaian terhadap kelompok atau seorang individu
yang terutama didasarkan pada keanggotaan kelompok tersebut, artinya prasangka
sosial ditujukan pada orang atau kelompok orang yang berbeda dengannya atau
kelompoknya. Prasangka sosial memiliki kualitas suka dan tidak suka pada obyek
yang diprasangkainya, dan kondisi ini akan mempengaruhi tindakan atau perilaku
seseorang yang berprasangka tersebut. Ciri-ciri prasangka sosial menurut Brigham
(1991) dapat dilihat dari kecenderungan individu untuk membuat kategori sosial
(social categorization). Kategori sosial adalah kecenderungan untuk membagi dunia
sosial menjadi dua kelompok, yaitu “kelompok kita” (in group) dan “kelompok
mereka” (out group). In group adalah kelompok sosial dimana individu merasa
dirinya dimiliki atau memiliki (“kelompok kami”). Sedangkan out group adalah grup
di luar grup sendiri (“kelompok mereka”). Dengan adanya prasangka sosial akan
mempengaruhi sikap dan tingkah laku seseorang dalam berbagai situasi. Prasangka
sosial dapat menjadikan seseorang atau kelompok tertentu tidak mau bergabung atau
bersosialisasi dengan kelompok lain. Apabila kondisi tersebut terdapat dalam
organisasi akan mengganggu kerjasama yang baik sehingga upaya pencapaian tujuan

24
organisasi kurang dapat terealisir dengan baik. Sedangkan Prasangka rasial diartikan
sebagai “suatu sikap terhadap anggota kelompok etnis atau ras tertentu, yang
terbentuk terlalu cepat tanpa suatu induksi”. Hal ini bergantung pada ketidakadilan,
karena sikap ini hanya diambil dari pengalaman dan berita yang didengarnya,
kemudian disimpulkan berdasarkan sifat dari anggota seluruh kelompok etnis.

25
DAFTAR PUSTAKA
BUKU:
Sarwono, Sarlito Wirawan. 2002. Individu dan Teori-Teori Psikologi Sosial. Jakarta: Balai
Pustaka.

Notoatmodjo. 2005. Metodologi Penelitian Kesehatan. Jakarta: Rineka Cipta.

Sobur, Alex. 2003. Psikologi Umum. Bandung: CV Pustaka Setia

ARTIKEL:
Faktor Berpengaruh Pada Sikap http://www.indonesian-publichealth.com/teori-sikap/
diunduh pada 17 Maret 2016.

Kepribadian, Sikap dan Prasangka


https://www.kompasiana.com/wafakebumen/5500634d813311791bfa761e/kepribadian-sikap-
dan-prasangka diunduh pada 7 Januari 2011.

Komponen Sikap
https://www.kompasiana.com/ekapriyani/5500590a813311fb16fa76af/komponen-sikap
diunduh pada 23 Desember 2010.

Sikap dan Prasangka https://id.scribd.com/doc/24597218/Sikap-Dan-Prasangka diunduh pada


9 April 2017.

4 Proses Pembentukan dan Perubahan Sikap


https://www.academia.edu/9592428/4_Proses_Pembentukan_dan_Perubahan_Sikap diunduh
pada 27 September 2019.

JURNAL:
Zuchti, Darmiyiti. 2016.“Pembentukan Sikap” dalam Jurnal Studi Pendidikan Nomor 3.
Jakarta: Cakrawala.

26

Anda mungkin juga menyukai