Anda di halaman 1dari 10

KONSEP DASAR PSIKOLOGI KOMUNIKASI

Oleh :Lia Yulistino Sugiono , S.sos


Psikologi Komunikasi
Komunikasi merupakan aktivitas yang paling esensial dalam kehidupan manusia.
Kurang lebih 70% dari waktu bangun kita dipergunakan untuk berkomunikasi.
Keberhasilan seseorang pun dapat dilihat dari keterampilannya dalam
berkomunikasi. Kurangnya komunikasi akan menghambat perkembangan
kepribadian.
Komunikasi amat erat kaitannya dengan perilaku dan pengalaman kesadaran
manusia. Atau dengan kata lain, ilmu komunikasi juga berkaitan erat dengan ilmu
yang mempelajari tingkah laku manusia, yaitu Psikologi. Akan tetapi, komunikasi
bukanlah subdisiplin ilmu dari psikologi. Justru komunikasi dipelajari oleh disiplindisiplin ilmu yang lain, seperti psikologi dan sosiologi.
Sebenarnya, apakah yang dimaksud dengan komunikasi itu? Ada banyak
sekali definisi dari komunikasi. Definisi-Definisi yang timbul tersebut
dilatarbelakangi oleh berbagai perspektif seperti mekanistis, sosiologistis, atau
psikologistis. Komunikasi sebagai aktivitas esensial manusia, memiliki makna
yang benar-benar luas. Mulai dari penyampaian energi, gelombang suara, tanda
di antara tempat, sistem atau organisme.
Sederhananya, komunikasi merupakan proses penyampaian informasi yang
diterima oleh alat-alat indera, ke bagian otak. Informasi itu bisa berasal dari
lingkungan, organisme lainnya, atau dari diri sendiri. Ditinjau dari sudut pandang
ilmu Biologi, proses penyampaian informasi itu sendiri merupakan suatu proses
yang teramat rumit dan kompleks. Hasil dari sinergi otak dengan berbagai alat
indera dan organ-organ tubuh, serta melibatkan jutaan sel syaraf di otak dan
seluruh bagian tubuh.
Tetapi, hal yang dibahas dalam psikologi adalah analisis terhadap seluruh
komponen yang terlibat dalam proses komunikasi itu. Pada diri komunikan,
psikologi berusaha merumuskan karakteristik pihak komunikan, serta faktor-faktor
yang mempengaruhi perilaku komunikasinya. Sedangkan pada pihak
komunikator, psikologi menganalisa bagaimana suatu keberhasilan komunikasi
komunikasi efektif bisa terjadi. Selain itu, psikologi juga menganalisis bagaimana
sebuah stimulus bisa menimbulkan respons pada individu atau bagaimana suatu
aktivitas komunikasi bisa menimbulkan suatu akibat.
Tujuan manusia berkomunikasi adalah untuk menghasilkan suatu
tindakankomunikasi efektif. Atau dengan kata lain, menyampaikan apa yang ada
di pikiran komunikator, agar sama dengan apa yang dipikirkan oleh pihak
komunikan. Komunikasi yang efektif ini, setidaknya menimbulkan lima hal, yaitu
pengertian, kesenangan, pengaruh pada sikap, hubungan yang makin baik serta
tindakan.
Disinilah peranan psikologi dalam komunikasi. Selain menganalisis penyebab,
dampak dll, psikologi juga berusaha menemukan apa cara yang paling baik untuk
menimbulkan komunikasi efektif. Dengan mempelajari psikologi, komunikasi yang
akan kita lakukan dapat dilancarkan dengan cara yang terbaik. Selain itu, dampak
dari komunikasi yang dilakukan pun dapat diprediksikan.
Itulah konsep dari psikologi komunikasi. Psikologi komunikasi berusaha untuk
menganalisis proses berkomunikasi antar individu atau dengan diri sendiri,
dengan sejelas-jelasnya. Bila suatu komunikasi telah berhasil, maka tujuan yang
ingin kita tuju pun dapat dicapai. Selain itu kepribadian yang kita miliki pun akan
berkembang dengan baik.
Ruang Lingkup Psikologi Komunikasi
Hovland, Janis, dan Kelly, semuanya psikolog, mendefinisikan komunikasi sebagai
the process by which an individual (the communicator) transmits stimuli (usually
verbal) to modify the behavior of other individuals (the audience). Dance
mengartikan komunikasi dalam kerangka psikologi behaviorisme sebagai usaha
menimbulkan respon melalui lambang-lambang verbal.
Kamus psikologi, menyebutkan enam pengertian komunikasi.
1. Penyampaian perubahan energi dari satu tempat ke tempat yang lain seperti

dalam sistem saraf atau penyampaian gelombang-gelombang suara.


2. Penyampaian atau penerimaan sinyal atau pesan oleh organisme.
3. Pesan yang disampaikan
4. (Teori Komunikasi) Proses yang dilakukan satu sistem yang lain melalui
pengaturan sinyal-sinyal yang disampaikan.
5. (K.Lewin) Pengaruh suatu wilayah persona pada wilayah persona yang lain
sehingga perubahan dalam satu wilayah menimbulkan peribahan yang berkaitan
pada wilayah lain.
6. Pesan pasien kepada pemberi terapi dalam psikoterapi.
Psikologi mencoba menganalisa seluruh komponen yang terlibat dalam proses
komunikasi. Pada diri komunikasi, psikologi memberikan karakteristik manusia
komunikan serta faktor-faktor internal maupun eksternal yang memengaruhi
perilaku komunikasinya. Pada komunikator, psikologi melacak sifat-sifatnya dan
bertanya : Apa yang menyebabkan satu sumber komunikasi berhasil dalam
memengaruhi orang lain, sementara sumber komunikasi yang lain tidak?
Psikologi juga tertarik pada komunikasi diantara individu : bagaimana pesan dari
seorang individu menjadi stimulus yang menimbulkan respon pada individu
lainnya. Komunikasi boleh ditujukan untuk memberikan informasi, menghibur,
atau memengaruhi. Persuasif sendiri dapat didefinisikan sebagai proses
mempengaruhi dan mengendalikan perilaku orang lain melalui pendekatan
psikologis.
Ciri Pendekatan Psikologi Komunikasi
Komunikasi begitu esensial dalam masyarakat manusia sehingga setiap orang
yang belajar tentang manusia mesti sesekali waktu menolehnya. Komunikasi telah
ditelaah dari berbagai segi : antropologi, biologi, ekonomi, sosiologi, linguistik,
psikologi, politik, matematik, enginereering, neurofisiologi, filsafat, dan
sebagainya. Sosiologi mempelajari komunikasi dalam kontesks interkasi sosial,
dalam mencapai tujuan-tujuan kelompok. Colon Cherry (1964) mendefinisikan
komunikasi sebagai, usaha untuk membuat suatu satuan sosial dari individu
dengan menggunakan bahasa atau tanda. Memiliki bersama serangkaian
peraturan untuk berbagai kegiatan mencapai tujuan.
Psikologi uga meneliti kesadaran dan pengalaman manusia. Psikologi tertama
mengarahkan perhatiannya pada perilaku manusia dan mencoba menyimpulkan
proses kesadaran yang menyababkan terjadinya perilaku manusia itu. Bila
sosiologi melihat komunikasi pada interaksi sosial, filsafat pada hubungan
manusia dengan realitas lainnya, psikologi pada perilaku individu komunikan.
Fisher menyebut 4 ciri pendekatan psikologi pada komunikasi : Penerimaan stimuli
secara indrawi (sensory reception of stimuli), proses yang mengantarai stimuli
dan respon (internal meditation of stimuli), prediksi respon (prediction of
response),dan peneguhan respon (reinforcement of responses). Psikologi
komunikasi juga melihat bagaimana respon yang terjadi pada masa lalu dapat
meramalkan respon yang terjadi pada masa yang akan datang.
George A.Miller membuat definisi psikologi yang mencakup semuanya :
Psychology is the science that attempts to describe, predict, and control mental
and behavioral event. Dengan demikian, psikologi komunikasi adalah imu yang
berusaha menguraikan, meramalkan, dan mengendalikan persistiwa mental dan
behavioral dalam komunikasi. Peristiwa mental adalah internal meditation of
stimuli, sebagai akibat berlangsungya komunikasi.
Komunikasi adalah peristiwa sosial peristiwa yang terjadi ketika manusa
berinteraksi dengan manusia yang lain. Peristiwa sosial secara psikologis
membawa kita pada psikologi sosial. Pendekatan psikologi sosial adalah juga
pendekatan psikologi komunikasi.
Penggunaan Psikologi Komunikasi
Tanda-tanda komunikasi efektif menimbulkan lima hal :
1. Pengertian : Penerimaan yang cermat dari isi stimuli seperti yang dimaksudkan
oleh komunikator
2. Kesenangan : Komunikasi fatis (phatic communication), dimaksudkan
menimbulkan kesenangan. Komunikasi inilah yang menjadikan hubungan kita
hangat, akrab, dan menyenangkan.

3. Mempengaruhi sikap : Komunikasi persuasif memerlukan pemahaman tentang


faktor-faktor pada diri komunikator, dan pesan menimbulkan efek pada
komunikate. Persuasi didefiniksikan sebagai proses mempengaruhi pendapat,
sikap, dan tindakan dengan menggunakan manipulasi psikologis sehingga orang
tersebut bertindak seperti atas kehendaknya sendiri.
4. Hubungan sosial yang baik : manusia adalah makhluk sosial yang tidak tahan
hidup sendiri. Kita ingin berhubungan dengan orang lain secara positif. Abraham
Maslow menyebutnya dengan kebutuhan akan cinta atau belongingness.
William Schutz merinci kebuthan dalam tiga hal : kebutuhan untuk menumbuhkan
dan mempertahankan hubungan yang memuaskan dengar orang lain dalam hal
interaksi dan asosiasi (inclusion), pengendalian dan kekuasaan (control), cinta
serta rasa kasih sayang (affection).
5. Tindakan : Persuasi juga ditujukan untuk melahirkan tindakan yang dihendaki.
Menimbukan tindakan nyata memang indikator efektivitas yang paling penting.
Karena untuk menimbulkan tidakan, kita harus berhasil lebih dulu menanamkan
pengertian, membentuk dan menguhan sikap, atau menumbukan hubungan yang
baik.
Banyak teori dalam komunikasi yang dilatar belakangi konsepsi-konsepsi psikologi
tentang manusia. Teori-teori persuasi sudah lama menggunakan konsepsi
psikoanalisis yang melukiskan manusia sebagai makhluk yang digerakan oleh
keinginan-keinginan terpendam (Homo Volens). Teori jarum hipodermik (yang
menyatakan media masa sangat berpengaruh) dilandasi konsepsi behaviorisme
yang memandang manusia sebagai makhluk yang digerakan semaunya oleh
lingkungan (Homo Mechanicus). Teori pengolahan informasi jelas dibentuk oleh
konsepsi psikologi kognitif yang melihat manusia sebagai makhluk yang aktif
mengorganisasikan dan mengolah stimuli yang diterimanya (Homo Sapiens).
Teori-teori komunikasi intrapersonal banyak dipengaruhi konsepsi psikologi
humanistik yang mengambarkan manusia sebagai pelaku aktif dalam
merumuskan strategi transaksional dengan lingkungannya (Homo Ludens).
Konsepsi Manusia dalam psikoanalisis
Sigmund Freud, pendiri psikoanalisis, adalah orang yang pertama berusaha
merumuskan psikologi manusia. Ia memfokuskan perhatiannya pada totalitas
kepribadian manusia, bukan pada bagian-bagian yang terpisah (Asch, 1959\; 17).
Menurut Freud, perilaku manusia merupakan hasil interaksi tiga subsistem dalam
kepribadian manusia Id, Ego dan Superego.
Id adalah bagian kepribadian yang menyimpan dorongan-dorongan biologis
manusiapusat instink (hawa nafsudalam kamus agama). Ada dua instink
dominan: (1) Libidoinstink reproduktif yang menyediakan energi dasar untuk
kegiatan-kegiatan manusia yang konstruktif; (2) Thanatososinstink destruktif
dan agresif. Yang pertama disebut juga instink kehidupan (eros), yang dalam
konsep freud bukan hanya meliputi dorongan seksual, tetapi juga semua yang
mendatangkan kenikmatan termasuk kasih ibu, pemujaan pada Tuhan, dan cinta
diri (narcism).
Semua motif manusia adalah gabungan antara eros dan thanatos. Id bergerak
berdasarkan prinsip kesenangan (pleasure principle), ingin segera memenuhi
keinginannya. Id bersifat egoistis, tidak bermoral dan tidak mau tahu dengan
kenyataan. Id adalah tabiat hewani manusia.
Subsistem yang keduaegoberfungsi menjembatani tuntutan id dengan realitas
dunia luar. Ego adalah mediator antara hasrat-hasrat hewani dengan tuntutan
rasional dan realistik. Ego-lah yang menyebabkan manusia mampu menundukan
hasrat hewaninya. Ia bergerak berdasarkan prinsip realitas (reality principle).
Superego adalah polisi kepribadian, mewakili yang ideal.Superego adalah hati
nurani (conscience) yang merupakan internalisasi dari norma-norma sosial dan
kultural masyarakatnya. Ia memaksa ego untuk menekan hasrat-hasrat yang tak
berlainan ke alam bawah sadar.
Secara singkat, dalam psikoanalisis perilaku manusia merupakan interaksi antara
komponen biologis (Id), komponen psikologis (ego), dan komponen sosial
(superego); atau unsur animal, rasional, dan moral (hewani, akali, dan nilai).

Konsepsi Manusia dalam Behaviorisme


Behaviorisme lahir sebagai reaksi terhadap intropeksionisme (yang menganalisa
jiwa manusia berdasarkan laporan-laporan subyektif) dan juga psikoanalisis (yang
berbicara alam bawah sadar yang tidak tampak). Behaviorisme ingin menganalisa
hanya perilaku yang nampak saja, behaviorisme lebih dikenal dengan nama teori
belajar, karena menurut mereka seluruh perilaku manusiakecuali instink
adalah hasil belajar. Belajar artinya perubahan perilaku organisme sebagai
pengaruh lingkungan. Behaviorisme tidak mau mempersoalkan apakah manusia
baik atau jelek, rasional atau emosional; behaviorisme hanya ingin mengetahui
sebagaimana perilakunya dikendalikan oleh faktor-faktor lingkungan.
Konsepsi Manusia dalam Psikologi Kognitif
Ketika asumsi-asumsi Behaviorisme diserang habis-habisan pada akhir tahun 60an dan awal tahun 70-an, psikologi sosial bergerak kearah paradigma baru.
Manusia tidak lagi dipandang sebagaimakhluk yang bereaksi secara pasif pada
lingkungannya, tetapi sebagai makhluk yang selalu berusaha memahami
lingkungannya: makhluk yang selalu berpikir (Homo Sapiens).
Kaum rasionalis memertanyakan apakah betul bahwa penginderaan kita, melalui
pengalaman langsung, sanggup memberikan kebenaran. Kemampuan alat indera
kita dipertanyakan karena seringkali gagal menyajikan informasi yang akurat.
Descartes, juga Kant, menyimpulkan bahwa jiwalah (mind) yang menjadi alat
utama pengetahuan, bukan alat indera. Jiwa menafsirkan pengalaman inderawi
secara aktif: mencipta, mengorganisasikan, menafsirkan, mendistorsi dan mencari
makna. Tidak semua stimuli kita terima.
Rasionalisme ini tampak jelas pada aliran psikologi Gestalt di awal abad XX. Para
psikolog Gestalt, seperti juga kebanyakan psikoanalis, adalah orang-orang Jerman:
Meinong, Ehrenfels, Kohler, Wertheimer, dan Koffka. Menurut mereka, manusia
tidak memberikan resp, ns kepada stimuli secara otomatis. Manusia adalah
organisme aktif yang menafsirkan dan bahkan mendistorsi lingkungan. Sebelum
memberikan respons, manusia menangkap dulu pola stimuli secara keseluruhan
dalam satuan-satuan yang bermakna.
Mula-mula psikologi Gestalt hanya menaruh perhatian pada persepsi obyek.
Beberapa orang menerapkan prinsip-prinsip Gestalt dalam menjelaskan perilaku
sosial. Di antara mereka adalah Kurt Lewin, Solomon Asch, dan Fritz Heider
Heider dan Festinger membawa psikolagi kognitif ke dalam psikologi sosial.
Secara singkat kita akan melihat perkembangan pengaruh psikologi kognitif ini
dalam psikologi sosial, terutama untuk menggambarkan perkembangan konsepsi
manusia dalam mazhab ini.
Kenyataan menunjukkan bahwa manusia tidaklah serasional dugaan di atas.
Seringkali malah penilaian orang didasarkan pada informasi yang tidak lengkap
dan kurang begitu rasional. Penilaian didasarkan pada data yang kurang, lalu
dikombinasikan dan diwarnai oleh prakonsepsi. Manusia menggunakan prinsipprinsip umum dalam menetapkan keputusan. Kahneman dan Tversky (1974)
menyebutnya cognitive heuristics (dalil-dalil kognitif). Ada orang tua yang
segera gembira ketika anaknya berpacaran dengan mahasiswa ITB, karena
berpegang pada cognitive heuristics bahwa mahasiswa ITB mempunyai masa
depan yang gemilang (tanpa memperhitungkan bahwa pacar anaknya adalah
mahasiswa seni rupa yang meragukan masa depannya). Dari sini rnuncullah
konsepsi Manusia sebagai Miskin Kognitif (The Person as Cognitive Miser).
Walaupun psikologi kognitif sering dikritik karena konsep-konsepnya sukar diuji,
psikologi kognitif telah memasukkan kembali jiwa manusia yang sudah dicabut
oleh behaviorisme. Manusia kini hidup dan mulai berpikir. Tetapi manusia bukan
sekadar makhluk yang berpikir, ia juga berusaha menemukan identitas dirinya
dan mencapai apa yang didambakannya. Sampai di sini, psikologi kognitif harus
memberikan tempat dan waktu buat penceramah berikutnya: psikologi
humanistik.
Manusia dalam Konsepsi Psikologi Humanistik
Psikologi humanistik dianggap sebagai revolusi ketiga dalam psikologi. Revolusi
pertama dan kedua adalah psikoanalisis dan behaviorisme. Pada behaviorisme
manusia hanyalah mesin yang dibentuk lingkungan, pada psikoanalisis manusia

melulu dipengaruhi oleh naluri primitifnya. Dalam pandangan behaviorisme


manusia menjadi robot tanpa jiwa, tanpa nilai. Dalam psikoanalisis, seperti kata
Freud seridiri, we see a man as a savage, beast (1930:86). Keduanya tadak
menghormati manusia sebagai manusia. Keduanya tidak dapat menjelaskan
aspek eksistensi manusia yang positif dan menentukan, seperti cinta, kreativitas,
nilai, makna, dan pertumbuhan pribadi. Inilah yang diisi oleh psikologi humanistik.
Humanistic psychologyis not just the study of human being- it is a commitment
to human becoming, tulis Floyd W. Matson (1973:19) yang agak sukar
diterjemahkan ke dalam bahasa Indonesia .
Psikologi humanistik mengambil banyak dari psikoanalisis NeoFreudian
(sebenarnya Anti-Freudian) seperti Adler, Jung, Rank, Slekel, Ferenczi; tetapi lebih
banyak lagi mengambil dari fenomenologi dan eksistensialisme. Fenomenologi
memandang manusia hidup dalam dunia kehidupan yang dipersepsi dan
diinterpretasi secara subyektif. Setiap , orang mengalami dunia dengan caranya
sendiri. Alam pengalaman setia orang berbeda dari alam pengalaman orang
lain. (Brouwer, 1983:14 Fenomenologi banyak mempengaruhi tulisan-tulisan Carl
Rogers, yang boleh disebut sebagai-_Bapak Psikologi Humanistik.

Carl Rogers menggarisbesarkan pandangan Humanisme sebagai berikut (kita


pinjam dengan sedikit perubahan dari Coleman dan Hammen, 1974:33):
1) Setiap manusia hidup dalam dunia pengalaman yang bersifat pribadi di marxa
dia sang Aku, Ku, atau diriku (the I, me, or myself) menjadi, pusat: Perilaku
manusia berpusat pada konsep diri, yaitu persepsi rnanusia tentang identitas
dirinya yang bersifat fleksibel dan berubah-ubah, yang muncul dari suatu medan
fenomenal (phenomenal field). Medan keseluruhan pengalarnan subjektif
seorang manusia, yang terdiri dari pengalaman-pengalaman Aku dan Ku dan
pengalaman yang bukan aku.
2) Manusia berperilaku untuk~mempertahankan, meningkatkan, dan
mengaktualisasikan diri.
3) individu bereaksi pada situasi sesuai dengdn persepsi tentang dirinya dan
dazrYianya ia bereaksi pada realitas seperti yang dipersepsikan olehnya dan
dengan cara yang sesuai dengan konsep dirinya.
4) Anggapan adanya ancaman terhadap diri akan diikuti oleh pertahanan diri
berupa penyempitan dan pengkakuan (rigidification) persepsi dan perilaku
penyesuaian serta penggunaan mekanisme pertahanan ego seperti rasionalisasi.
5) Kecenderungan batiniah manusia ialah menuju kesehatan dan keutuhan diri.
Dalam kor.disi yang normal ia berperilaku rasional dan konstruktif, serta rnemilih
jalan menuju pengembangan dan aktualisasi diri.
REFERENSI
Rakhmat, Jalaludin. 1985.Psikologi Komunikasi. Bandung : Remaja
Rosadakarya

Pengertian Konsep Diri


Posted by' Haryanto, S.Pd onJanuary 15, 2010

22
Pengertian Konsep Diri

Salah satu penentu dalam keberhasilan perkembangan


adalah Konsep Diri. Pada kali ini saya akan menjabarkan
bagaimana pentingnya konsep diri dalam kehidupan.
Sebelumnya apa sih konsep diri itu? Jenis-jenis Konsep Diri itu
apa saja?
Konsep diri (self consept) merupakan suatu bagian yang penting dalam setiap
pembicaraan tentang kepribadian manusia. Konsep diri merupakan sifat yang unik
pada manusia, sehingga dapat digunakan untuk membedakan manusia dari
makhluk hidup lainnya. Para ahli psikologi kepribadian berusaha menjelaskan sifat
dan fungsi dari konsep diri, sehingga terdapat beberapa pengertian.

Konsep diri seseorang dinyatakan melalui sikap dirinya yang merupakan


aktualisasi orang tersebut. Manusia sebagai organisme yang memiliki dorongan
untuk berkembang yang pada akhirnya menyebabkan ia sadar akan keberadaan
dirinya. Perkembangan yang berlangsung tersebut kemudian membantu
pembentukan konsep diri individu yang bersangkutan.

Perasaan individu bahwa ia tidak mempunyai kemampuan yang ia miliki. Padahal


segala keberhasilan banyak bergantung kepada cara individu memandang
kualitas kemampuan yang dimiliki. Pandangan dan sikap negatif terhadap kualitas
kemampuan yang dimiliki mengakibatkan individu memandang seluruh tugas
sebagai suatu hal yang sulit untuk diselesaikan.
Sebaliknya pandangan positif terhadap kualitas kemampuan yang dimiliki
mengakibatkan seseorang individu memandang seluruh tugas sebagai suatu hal
yang mudah untuk diselesaikan. Konsep diri terbentuk dan dapat berubah karena
interaksi dengan lingkungannya.

Pengertian Konsep Diri


Beberapa ahli merumuskan definisi konsep diri, menurut Burns (1993:vi)
konsep diri adalah suatu gambaran campuran dari apa yang kita pikirkan orangorang lain berpendapat, mengenai diri kita, dan seperti apa diri kita yang kita
inginkan. Konsep diri adalah pandangan individu mengenai siapa diri individu, dan
itu bisa diperoleh lewat informasi yang diberikan lewat informasi yang diberikan
orang lain pada diri individu (Mulyana, 2000:7).
Pendapat tersebut dapat diartikan bahwa konsep diri yang dimiliki individu dapat
diketahui lewat informasi, pendapat, penilaian atau evaliasi dari orang lain
mengenai dirinya. Individu akan mengetahui dirinya cantik, pandai, atau ramah
jika ada informasi dari orang lain mengenai dirinya.
Sebaliknya individu tidak tahu bagaimana ia dihadapkan orang lain tanpa ada
informasi atau masukan dari lingkungan maupun orang lain. Dalam kehidupan
sehari-hari secara tidak langsung individu telah menilai dirinya sendiri. Penilaian
terhadap diri sendiri itu meliputi watak dirinya, orang lain dapat menghargai
dirinya atau tidak, dirinya termasuk orang yang berpenampilan menarik, cantik
atau tidak.
Seperti yang dikemukakan Hurlock (1990:58) memberikan pengertian tentang
konsep diri sebagai gambaran yang dimiliki orang tentang dirinya. Konsep
diri ini merupakan gabungan dari keyakinan yang dimiliki individu tentang
mereka sendiri yang meliputi karakteristik fisik, psikologis, sosial, emosional,
aspirasi dan prestasi.
Menurut William D. Brooks bahwa pengertian konsep diri adalah pandangan
dan perasaan kita tentang diri kita (Rakhmat, 2005:105). Sedangkan Centi
(1993:9) mengemukakan konsep diri (self-concept) tidak lain tidak bukan
adalah gagasan tentang diri sendiri, konsep diri terdiri dari bagaimana kita
melihat diri sendiri sebagai pribadi, bagaimana kita merasa tentang diri sendiri,
dan bagaimana kita menginginkan diri sendiri menjadi manusia sebagaimana kita
harapkan.
Konsep dirididefinisikan secara umum sebagai keyakinan, pandangan atau
penilaian seseorang, perasaan dan pemikiran individu terhadap dirinya yang

meliputi kemampuan, karakter, maupun sikap yang dimiliki individu (Rini,


2002:http:/www.e-psikologi.com/dewa/160502.htm).
Konsep diri merupakan penentu sikap individu dalam bertingkah laku, artinya
apabila individu cenderung berpikir akan berhasil, maka hal ini merupakan
kekuatan atau dorongan yang akan membuat individu menuju kesuksesan.
Sebaliknya jika individu berpikir akan gagal, maka hal ini sama saja
mempersiapkan kegagalan bagi dirinya.
Dari beberapa pendapat dari para ahli di atas maka dapat disimpulkan
bahwa pengertian konsep diri adalah cara pandang secara menyeluruh
tentang dirinya, yang meliputi kemampuan yang dimiliki, perasaan yang dialami,
kondisi fisik dirinya maupun lingkungan terdekatnya.

Konsep diri merupakan faktor penting didalam berinteraksi. Hal ini disebabkan
oleh setiap individu dalam bertingkah laku sedapat mungkin disesuaikan dengan
konsep diri. Kemampuan manusia bila dibandingkan dengan mahluk lain adalah
lebih mampu menyadari siapa dirinya, mengobservasi diri dalam setiap tindakan
serta mampu mengevaluasi setiap tindakan sehingga mengerti dan memahami
tingkah laku yang dapat diterima oleh lingkungan.

Konsep Diri
Dengan demikian manusia memiliki kecenderungan untuk menetapkan nilai-nilai
pada saat mempersepsi sesuatu. Setiap individu dapat saja menyadari
keadaannya atau identitas yang dimilikinya akan tetapi yang lebih penting adalah
menyadari seberapa baik atau buruk keadaan yang dimiliki serta bagaimana
harus bersikap terhadap keadaan tersebut. Tingkah laku individu sangat
bergantung pada kualitas konsep dirinya yaitu konsep diri positif ataukonsep
diri negatif.
Menurut Brooks dan Emmart (1976), orang yang memiliki konsep diri
positif menunjukkan karakteristik sebagai berikut:

Merasa mampu mengatasi masalah. Pemahaman diri terhadap


kemampuan subyektif untuk mengatasi persoalan-persoalan obyektif yang
dihadapi.

Merasa setara dengan orang lain. Pemahaman bahwa manusia dilahirkan


tidak dengan membawa pengetahuan dan kekayaan. Pengetahuan dan
kekayaan didapatkan dari proses belajar dan bekerja sepanjang hidup.
Pemahaman tersebut menyebabkan individu tidak merasa lebih atau kurang
terhadap orang lain.

Menerima pujian tanpa rasa malu. Pemahaman terhadap pujian, atau


penghargaan layak diberikan terhadap individu berdasarkan dari hasil apa
yang telah dikerjakan sebelumnya.

Merasa mampu memperbaiki diri. Kemampuan untuk melakukan proses


refleksi diri untuk memperbaiki perilaku yang dianggap kurang.
Sedangkan orang yang memiliki konsep diri yang negatif menunjukkan
karakteristik sebagai berikut:

Peka terhadap kritik. Kurangnya kemampuan untuk menerima kritik dari


orang lain sebagai proses refleksi diri.

Bersikap responsif terhadap pujian. Bersikap yang berlebihan terhadap


tindakan yang telah dilakukan, sehingga merasa segala tindakannya perlu
mendapat penghargaan.

Cenderung merasa tidak disukai orang lain. Perasaan subyektif bahwa


setiap orang lain disekitarnya memandang dirinya dengan negatif.

Mempunyai sikap hiperkritik. Suka melakukan kritik negatif secara


berlebihan terhadap orang lain.

Mengalami hambatan dalam interaksi dengan lingkungan sosialnya.


Merasa kurang mampu dalam berinteraksi dengan orang-orang lain.
Sumber ; Brooks, W.D., Emmert, P. Interpersonal Community. Iowa. Brow Company
Publisher. 1976

Anda mungkin juga menyukai