Pesan Nonverbal
1
Nikita Krushchev pernah berpidato di hadapan Kongres Amerika. Setelah usai, orang
bertepuk tangan. Dan Krushchev pun bertepuk tangan juga seperti pendengarnya. Penonton
televisi yang menyaksikan kejadian itu memandang Krushchev sombong dan takabur. Orang
Rusia justru bertepuk tangan untuk menghargai penghargaan pendengarnya.
Orang mengungkapkan penghormatan kepada orang lain dengan cara yang bermacam-
macam. Orang Arab menghormati orang asing dengan memeluknya. Orang-orang Polinesia
menyalami orang lain dengan saling memeluk dan mengusap punggung. Seorang Ainu, di
Jepang, bila berjumpa dengan saudaranya, memegang tangannya, kemudian dengan cepat
melepaskan genggamannya dan memegang kedua telinga saudaranya. Setelah itu, masing-
masing saling mengusap wajah dan bahu. Orang Jawa menyalami orang yang dihormatinya
dengan "sungkem". Orang Jawa duduk bersila menyambut kedatangan orang yang mulia; orang
Belanda malah berdiri tegak.
Tepuk tangan, pelukan, usapan, duduk, dan berdiri tegak adalah pesan nonverbal yang
menerjemahkan gagasan, keinginan, atau maksud yang terkandung dalam hati kita. Pada Bab 4
kita sudah membahas petunjuk nonverbal sebagai sumber informasi untuk membentuk persepsi
kita tentang orang lain. Pada bagian ini kita akan mengulas bagaimana orang menggunakan
pesan nonverbal dalam komunikasi. Kita akan mengulas fungsi pesan nonverbal, klasifikasi
pesan nonverbal, dan perincian jenis-jenis pesan nonverbal.
Fungsi Pesan Nonverbal
2
Betapapun kekurangannya —seperti disindir Korzybski dan kawan-kawan- bahasa telah
sanggup menyampaikan informasi kepada orang lain. Dalam hubungannya dengan bahasa,
mengapa pesan nonverbal masih dipergunakan? Apa fungsi pesan nonverbal? Mark L. Knapp
(1972: 912) menyebut lima fungsi pesan nonverbal: (1) Repetisi-mengulang kembali gagasan
yang sudah disajikan secara verbal. Misalnya, setelah saya menjelaskan penolakan saya, saya
menggelengkan kepala berkali-kali, (2) Substitusi— menggantikan lambang-lambang verbal.
Misalnya, tanpa sepatah kata pun Anda berkata. Anda dapat menunjukkan persetujuan dengan
mengangguk-angguk, (3) Konradiksi-menolak pesan verbal atau memberikan makna yang lain
terhadap pesan verbal. Misalnya, Anda memuji prestasi kawan Anda dengan mencibirkan bibir
Anda, “Hebat, kau memang hebat,” (4) komplemen—melengkapi dan memperkaya makna pesan
nonverbal. Misalnya, air muka Anda menunjukkan tingkat penderitaan yang tidak terungkap
dengan kata-kata; (5) aksentuasi-menegaskan pesan verbal atau menggarisbawahinya. Misalnya,
Anda mengungkapkan betapa jengkelnya Anda dengan memukul mimbar.
Knapp membahas fungsi pesan nonverbal dalam hubungannya dengan pesan verbal.
Yang lebih penting kita ketahu ialah tinjauan psiko logis terhadap peranan pesan nonverbal
dalam perilaku komunikasi. Mengapa kita harus memperhatikannya? Sejauh mana pesan
nonverbal melancarkan atau menghambat efektivitas komunikasi? Dale G. Leathers (1976: 4-7),
penulis Nonverbal Communication Systems, menyebutkan enam alasan mengapa pesan
nonverbal sangat penting.
Pertama, faktor-faktor nonverbal sangat menentukan makna dalam komunikasi
interpersonal. Ketika kita mengobrol atau berkomunikasi tatapmuka, kita banyak menyampaikan
gagasan dan pikiran kita lewat pesan-pesan nonverbal. Pada gilirannya orang lain pun lebih
banyak 'membaca', pikiran kita lewat petunjuk-petunjuk nonverbal. Menurut Birdwhistell,
barangkali tidak lebih dari 30% sampai 35% makna sosial percakapan atau interaksi dilakukan
dengan kata-kata." Sisanya dilakukan dengan pesan nonverbal. Mehrabian, penulis The Silent
Message, bahkan memperkirakan 930o dampak pesan diakibatkan oleh pesan nonverbal. Dalam
konteks ini juga kita dapat memahami mengapa kalimat-kalimat yang tidak lengkap dalam
percakapan masih dapat diberi arti. Anda maklum apa yang dimaksud oleh rekan Anda ketika ia
melukiskan kecantikan seorang wanita dengan kalimat yang tidak selesai, “Pokoknya ….”
ketika Anda melihat gerak kepala, tubuh, dan tangannya.
Kedua, perasaan dan emosi lebih cermat disampaikan lewat pesan nonverbal ketimbang
pesan verbal. Anda boleh menulis surat kepada pacar Anda dan mengungkapkan gelora
kerinduan Anda. Anda akan tertegun, Anda tidak menemukan kata-kata yang tepat untuk
menyatakan sesuatu yang begitu mudah diungkapkan melalui pesan nonverbal. Bagaimana harus
Anda tuliskan dalam surat Anda getaran suara, tarkan napas, kesayuan mata, dan detak jantung?
Menurut Mahrabian (1967), hanya 700 perasaan kasih sayang dapat dikomunikasikan dengan
kata-kata. Selebihnya, 38%o dikomunikasikan lewat suara, dan 55% dikomunikasikan melalui
ungkapan wajah (senyum, kontak mata, dan sebagainya).
Ketiga, pesan nonverbal menyampaikan makna dan maksud yang relatif bebas dari
penipuan, distorst, dan kerancuan. Pesan nonverbal jarang dapat diatur oleh komunikator secara
sadar. Sejak Zaman Prasejarah, wanita selalu mengatakan 'tidak' dengan lambang verbal, tetapi
pria jarang tertipu. Mereka tahu ketika 'tidak' diucapkan, seluruh anggota tubuhnya mengatakan
“ya”. Kecuali aktor-aktor yang terlatih, kita semua lebih jujur berkomunikasi melalui pesan
nonverbal. Komunikate, pada gllirannya, juga lebih percaya pada pesan nonverbal ketimbang
pesan verbal. Dalam situasi komunikasi yang disebut 'double binding'- ketika pesan nonverbal
bertentangan dengan pesan verbal - orang bersandar pada pesan nonverbal.
Keemmpat, pesan nonverbal mempunyai fungsi metakomunikatif yang sangat diperlukan
untuk mencapai komunikasi yang berkualitas tinggi. Fungsi metakomunikatif artinya
memberikan informasi tambahan yang memperjelas maksud dan makna pesan. Di atas telah kita
sebutkan bahwa pesan nonverbal mempunyai fungsi repetis, substitusi, kontradiksi, komplemen,
dan aksentuasi. Semua ini menambah kadar informasi .dalam penyampaian pesan.
Kelima, pesan nonverbal merupakan cara komunikasi yang lebih efisien dibandingkan
dengan pesan verbal. Dari segi waktu, pesan verbal sangat tidak efisien. Dalam paparan verbal
selalu terdapat redundansi (lebih banyak lambang dari yang diperlukan), repetist, ambiguity
(kata-kata yang berarti ganda), dan abstraksi. Diperlukan lebih banyak waktu untuk
mengungkapkan pikiran kita secara verbal daripada secara nonverbal.
Keenam, pesan nonverbal merupakan sarana sugesti yang paling tepat. Ada situasi
komunikasi yang menuntut kita untuk mengungkapkan gagasan atau emosi secara tidak
langsung. Sugesti di sini dimaksudkan menyarankan sesuatu kepada orang lain secara implisit
(secara tersirat). Sugesti paling efektif disampaikan melalui pesan-pesan nonverbal. Leathers
(1976) menulis “if you solicit the sexual favors of a minor by non verbally you are free from
legal sanctions.” (JIka Anda meminta pelayanan seksual dari anak di bawah umur secara verbal,
Anda dapat menerima hukuman penjara. Jika Anda melakukan hal yang sama secara non verbal.
Anda bebas dari hukuman.) Ini salah contoh. Kita dapat memuji orang secara verbal, tetapi
mengecamnya secara nonverbal. Ini pun sukar dituntut secara hukum.
3
Belum ada kesepakatan di antara para ahli komunikasi nonverbal tentang pesan
nonverbal. Duncan menyebutkan enam jenis pesan nonverbal: (1) kinesik atau gerak tubuh; (2)
paralinguistik atau suara, (3) proksemik atau penggunaan ruangan personal dan sosial; (4) olfaksi
atau penciuman, (5) sensitivitas kulit; dan (6) faktor artifaktual seperti pakaian dan kosmetik.
Scheflen menyebutnya dengan istilah lain: kinesik, sentuhan (tactile), bau-bauan (odorific),
teritorial, proksemik, dan artifaktual. Dalam buku ini, sambil mengikuti klasifikasi Leathers
dengan sedikit per ubahan, kita akan membagi pesan nonverbal pada tiga kelompok besar; pesan
nonverbal visual yang meliputi kinesik, roksemik, dan artifaktual; pesan nonverbal auditif yang
di sini hanya terdiri dari satu macam saja yaitu pesan paralinguistik; dan pesan nonverbal
nonvisual nonauditif, artinya tidak berupa kata-kata, tidak terlihat, dan tidak terdengar, dan
meliputi sentuhan dan penciuman.
Pesan kinesik— yang menggunakan gerakan tubuh yang berarti terdiri dari tiga
komponen utama: pesan fasial, pesan gestural, dan pesan postural.
Pesan fasial menggunakan air muka untuk menyampaikan makna tertentu. Berbagai
penelitian menunjukkan bahwa wajah dapat menyampakan paling sedikit sepuluh kelompok
makna: kebahagiaan, rasa terkejut, ketakutan, kemarahan, kesedihan, kemuakan, pengecaman,
minat, ketakjuban, dan tekad. Leathers (1976: 33) menyimpulkan penelitian-penelitian tentang
wajah sebagai berikut:
1. Wajah mengkomunikasikan penilaian dengan ekspresi senang dan tak senang, yang
menunjukkan apakah komunikator memandang objek penelitiannya baik atau jelek;
2. Wajah mengkomunikasikan berminat atau tak berminat pada orang lain atau lingkungan,
3. Wajah mengkomunikasikan intensitas keterlibatan dalam suatu situasi,
4. Wajah mengkomunikasikan tingkat pengendalian individu terhadap pernyataannya
sendiri: dan
5. Wajah barangkali mengkomunikasikan adanya atau kurangnya pengertian.
Pesan gestural menunjukkan gerakan sebagian anggota badan seperti mata dan tangan
untuk mengkomunikasikan berbagai makna. Menurut Galloway, pesan gestural kita gunakan
untuk mengungkapkan:
1) mendorong/membatasi,
2) menyesuaikan/mempertentangkan,
3) respon sif/tak responsif,
4) perasaan positif/negatif,
5) memperhatikan/tidak memperhatikan,
6) melancarkan/tidak reseptif
7) menyetujui/menolak.
4
Pesan artifaktual diungkapkan melalui penampilan— tubuh pakaian, dan kosmetik.
Walaupun bentuk tubuh relatif menetap, orang sering berperilaku dalam hubungan dengan orang
lain sesuai dengan persepsinya tentang tubuhnya (body image). Erat kaitannya dengan tubuh
ialah upaya kita untuk membentuk citra tubuh dengan pakaian dan kosmetik. “Pakaian
menyampaikan pesan. Pakaian terlihat sebelum suara terdengar ..... Pakaian tertentu
berhubungan dengan perilaku tertentu.” Kefgen dan Touchie- Specht, 1971: 10-11). Umumnya
pakaian kita pergunakan untuk menyampaikan identitas kita, untuk mengungkapkan kepada
orang lain Siapa Kita. Menyampaikan identitas berarti menunjukkan kepada orang lain
bagaimana perilaku kita dan bagaimana orang lain sepatutnya memperlakukan kita. Selain itu,
pakaian dipakai untuk menyampaikan perasaan (seperti blus hitam ketika wanita berduka cita,
atau pakaian yang semarak ketika kita ceria), status dan peranan (seperti seragam pegawai
kantor), dan formalitas (seperti memakai sandal untuk menunjukkan situasi informal dan
memakai batik untuk situasi formal). Kosmetik, seperti dinyatakan oleh M.S. Wetmore Cosmetic
Studio di En cino, California, dapat mengungkapkan kesehatan (dengan menggunakan base
make up untuk meralakan noda kulit), sikap yang ekspresif dan komunikatif (dengan 'memoles',
mata), dan kehangatan (dengan meng atur warna bibir).
Pesan paralinguistik adalah pesan nonverbal yang berhubungan dengan cara
mengucapkan pesan verbal. Satu pesan verbal yang sama dapat menyampaikan arti yang berbeda
bila diucapkan dengan cara yang berbeda. Lihatlah kalimat di bawah ini:
Berhentilah pada Ayah dan mengucapkan dengan nada memanggil: Ayah Sidin mengambil
rantai anjing. Sekarang Anda berhenti pada kata Sidin: Ayah Sidin mengambil rantai. Atau Anda
berhenti pada rantai: Ayah Sidin mengambil rantai anjing. Cara mengucapkan yang berbeda
memberikan arti yang sangat berlainan. Kalimat di atas, juga dapat diucapkan dengan intonasi
yang berlainan untuk menunjukkan pertanyaan, keraguan, keyakinan, atau penolakan.
Pesan paralinguistik terdri atas— antara lain—nada, kualitas suara, volume, kecepatan,
dan ritme. Nada (pitch) menunjukkan jumlah getaran atau “gelombang” yang dihasilkan sumber
bunyi. Makin banyak jumlah getaran, makin tinggi nada. Orang yang memilih stereo tentu
mengenal perbedaan nada. Orang yang berbicara tanpa banyak perubahan nada disebut monoton.
Nada dapat mengungkapkan gairah, ketakutan,kesedihan, kesungguhan, atau kasih sayang. Nada
dapat memperteguh dampak kata yang kita ucapkan. Beberapa penelitian menyatakan bahwa
nada sering digunakan untuk mengungkapkan identitas diri dan mempengaruhi orang lain
(Addington, 1968).
Kualitas suara menunjukkan “penuh” atau “tipisnya” suara. Bandingkanlah tape recorder
yang portabel dengan recorder yang “hi-fi”. Reproduksi suara keduanya berbeda, menunjukkan
kualitas suara yang berlainan. Bandingkan juga violin, viola, dan cello. Masing-masing alat
musik ini memiliki kualitas suara yang khas. Begitu pula setiap individu mempunya kualitas
suara tersendiri, sehingga kualitas suara mengungkapkan identitas dan kepribadiannya.
Volume menunjukkan tinggi-rendah suara, Bila kita marah atau menegaskan sesuatu, kita
cenderung menaikkan volume suara kita. Bila kita ingin mengungkapkan perasaan sayang atau
pengertian, kita merendahkan volume suara kita. Dalam suasana romantis, pecinta jarang
bercakap-cakap dengan suara keras. Seperti volume, kecepatan dan ritme dapat menggarisbawahi
pernyataan dan mengungkapkan perasaan. Memang, secara keseluruhan, pesan paralinguistik
adalah alat yang paling cermat untuk menyampaikan perasaan kita kepada orang lain. Tidak
setiap orang memiliki kemampuan yang sama untuk mengungkapkan emosi melalui pesan
paralinguistik. Tetapi sebagaimana kemampuan berbahasa dapat ditingkatkan, begitu pula
kemampuan paralinguistik.
Pesan sentuhan dan bau-bauan (tactile and olfactory messages) termasuk pesan
nonverbal nonvisual dan nonvokal. Penelitian tentang sentuhan dan bau-bauan sebagai pesan
komunikasi masih jarang sekali. Dari segi kepekaan manusia kepada sentuhan dan bau-bauan,
kurangnya perhatian para peneliti padanya sangat mengherankan. Serat-serat pengindraen dari
kulit (penerima sentuhan) yang masuk ke tulang belakang berjumlah lebih dari setengah juta.
Dalam otak sendiri terdapat daerah perekam sentuhan yang cukup besar. Sementara itu,
penciuman adalah 'the most ex perienced of senses'. Penglihatan tidak berfungsi ketika tidak ada
cahaya. Telinga boleh mendengarkan, tetapi tidak mendengar. Indra perasa seringkali tidak
bekerja. Namun, indra pencium bekerja setiap saat (Be dichek, 1960: 21).
Alat penerima sentuhan adalah kulit, yang mampu menerima dan membedakan berbagai
emosi yang disampaikan orang melalui sentuhan. Sejak kecil, manusia telah terlazimkan untuk
menerima sentuhan biasanya ungkapan keakraban dan kasih sayang. Alma I. Smith, peneliti dari
Cutaneous Communication Laboratory (Laboratorium Komunikasi Kulit) di Princeton, telah
meneliti kemampuan kulit untuk menyampaikandan menerima pesan. Smith melaporkan
berbagai perasaan yang dapat disampaikan sentuhan, tetapi yang paling biasa dikomunikasikan
sentuhan ada lima: tanpa perhatian (detached), kasih sayang (mothering), takut (fearful), marah
(angry), dan bercanda (playful).
Bau-bauan telah digunakan manusia untuk berkomunikasi secara sadar dan tidak sadar.
Pada dunia binatang telah lama diketahui kebiasaan menyampaikan informasi lewat bau-bauan.
Dr. Harry Wiener dari New York Medical College menyimpulkan bahwa hal yang sama juga
telah dilakukan manusia: Manusia menyampaikan dan menerima pesan kimiawi eksternal
(external chemical messenger). Kebanyakan komunikasi melalui bau-bauan berlangsung secara
tak sadar. (Bila Anda emosional atau dalam keadaan tegang, tubuh Anda mengeluarkan keringat,
yang menyampaikan bau yang khas.) Kini, orang telah mencoba menggunakan bau-bauan buatan
seperti parfum untuk menyampaikan pesan.
Belum seluruh gejala bau-bauan sebagai pesan terungkapkan dalam penelitian ilmiah.
Memang, bidang komunikasi nonverbal masih memiliki daerah-daerah yang masih 'perawan' dan
menanti penelitian untuk menjelajahinya. Kita akan mengakhiri cerita komunikasi nonverbal
dengan mengutip Sigmund Freud:
No mortal can keep a secret. If his lips are silent he chatters with his-fingertips;
betrayal oozes out of him at every pore.
(Tidak ada manusia yang dapat menyimpan rahasia. Jika bibirnya diam ia berceloteh
dengan ujung jarinya; rahasia membersit dari pori-pori kulitnya.)
1. Struktur Pesan