Anda di halaman 1dari 6

016343364

ADI SUTIANTO DS
UPBJJ SAMARINDA
ADPU4218 PSIKOLOGI SOSIAL

TUGAS 1
Kerjakan Soal Berikut :
1. Jelaskan proses perubahan sikap dan sertakan contoh kasus pada organisasi di sektor
publik!
2. Jelaskan pengukuran sikap yang terdapat dalam modul 3, dan sertakan dengan kelebihan
dan kekurangaan dari pengukuran tersebut!

JAWABAN
1. Perubahan sikap tidak berlangsung secara mendadak, tetapi merupakan suatu proses.
Dalam hubungan ini, terdapat dua model yang menjelaskan proses perubahan sikap.
1. Model Tahapan (Sequence Model)
Model proses perubahan sikap ini disebut model tahapan karena untuk terjadinya
perubahan sikap diperlukan tahapan atau serangkaian urutan yang masing-masing urutan
tersebut tidak berdiri sendiri. Tahapan pertama menentukan tahapan kedua, dan tahapan
kedua menentukan tahapan ketiga.
Model tahapan yang dipelopori oleh Hovland, Janis, dan Kelley (1953, berasal dari Yale
University) membagi model tahapan menjadi tiga bagian.
Tahap pertama, perhatian (attention). Dalam kehidupan sehari-hari kita tidak memberikan
perhatian pada semua rangsang yang ada di sekeliling kita, melainkan hanya rangsang
tertentu yang menjadi perhatian. Mengajak orang atau masyarakat untuk ikut program
keluarga berencana tidak mungkin bisa terwujud, kalau tidak diawali oleh upaya
membangkitkan perhatian masyarakat terhadap program keluarga berencana. Atau
mungkin daya tarik program keluarga berencana yang lebih rendah dibandingkan dengan
program penyuluhan pertanian.
Tahap kedua, pemahaman (comprehension). Setelah individu mempunyai perhatian
terhadap objek sikap (keluarga berencana), tahap proses perubahan sikap selanjutnya
adalah pemahaman individu mengenai keluarga berencana. Penjelasan mengenai keluarga
berencana yang sangat majemuk dipandang dari individu yang menjadi sasaran perubahan
sehingga sulit dipahami atau dicerna oleh individu yang menjadi sasaran perubahan
akan menyebabkan sulitnya individu sasaran perubahan menerima atau bersikap positif
terhadap program keluarga berencana.
Tahap ketiga, penerimaan (acceptance). Bila individu sasaran perubahan telah mempunyai
perhatian dan pengertian mengenai keluarga berencana maka ia harus memutuskan apakah
ia akan mengikuti program keluarga berencana atau tidak. Bila keputusannya adalah setuju
atau bersedia mengikuti program keluarga berencana berarti terdapat perubahan sikap dari
individu yang merupakan sasaran perubahan.
2.Model Paralel (Parallel Model)
Tidak seperti halnya model tahapan yang beranggapan bahwa perubahan sikap merupakan
suatu proses yang berlangsung secara bertahap, model paralel mengemukakan pemrosesan
perifer (peripheral processing) dan pemrosesan sentral (central processing). Pemrosesan
suatu informasi yang langkahnya lebih pendek dan tidak mendalam merupakan
pemrosesan informasi yang sifatnya perifer. Misalnya, kita mengikuti nasihat dokter
(berolahraga, tidak mengonsumsi makanan yang mengandung lemak, banyak minum air
mineral, dan lain-lain) tanpa melakukan analisis lebih lanjut karena yang memberikan
nasihat adalah seorang dokter yang terkenal.
Demikian pula kita akan mengikuti saran dari montir mobil, akuntan, pialang, atau arsitek
tanpa mengkaji saran mereka karena mereka kita anggap pakar yang handal di bidangnya
masing-masing. Dari beberapa contoh ini tampak bahwa pemrosesan perifer yang sifatnya
“jalan pintas” (heuristics) ternyata mampu mengubah sikap individu dengan catatan
perubahan sikap tersebut bersifat sementara atau tidak permanen.
Kontras dengan pemrosesan perifer adalah pemrosesan sentral yang dalam proses
perubahan sikap. Di sini, baik langkah maupun pengolahan rangsang jauh lebih
mendalam, melibatkan motivasi dan kemampuan individu untuk memproses rangsang
yang diterimanya. Dalam kenyataan sering kedua pemrosesan – perifer dan sentral –
dilakukan secara bersamaan oleh individu. Itulah sebabnya mengapa model proses
perubahan sikap ini disebut model paralel.
2. Dari berbagai macam alat tes pengukuran sikap, terdapat beberapa alat tes yang telah
terbukti mampu mengukur sikap seseorang dengan konsisten. Alat tes tersebut disusun
dengan menggunakan skala interval Thurstone (1928), Likert (1932), dan Osgood (1957),
dan alat tes dengan skala nominal: Guttman (1944). Masing-masing mengukur sikap
seseorang dengan menggunakan metode yang berbeda.
a. Skala Thurstone
Skala Thurstone meminta responden untuk memilih pertanyaan yang ia setujui dari
beberapa pernyataan yang menyajikan pandangan  yang berbeda-beda. Pada umumnya
setiap item mempunyai asosiasi nilai antara 1 sampai dengan 10, tetapi nilai-nilainya tidak
diketahui oleh responden. Pemberian nilai ini berdasarkan jumlah tertentu pernyataan yang
dipilih oleh responden mengenai angket tersebut.(Subana, 2000:34)
Keunggulan dari skala Thurstone adalah kemampuan untuk menyusun sekumpulan item
dengan jarak interval yang relatif sama antara masingmasing item. Hal ini dicapai dengan
mengumpulkan semua pernyataan yang berhubungan dengan sikap yang ingin diukur.
Pernyataan dengan arti ganda atau membingungkan disingkirkan. Pernyataan-pernyataan
yang diterima dibagi dalam 11 kelompok. Kemudian masing-masing item dalam setiap
kelompok dinilai oleh para ahli. Rerata dari penilaian tersebut adalah bobot item. Dua item
dengan derajat kesetujuan yang paling tinggi di antara para ahli, pada masing-masing
kelompok, dimasukkan dalam alat tes sehingga terdapat 22 item dalam skala sikap
tersebut. Jika alat itu dipercaya (reliable) secara statistik, maka setiap orang hanya akan
setuju pada dua atau tiga item. Jika didapatkan 44 item yang paralel maka dapat dibuat dua
macam tes untuk satu sikap yang sama, bentuk A dan B.
Kelemahan skala Thurstone :
a. Memerlukan terlalu banyak pekerjaan untuk membuat skala.
b. Nilai pada skala yang telah dibuat memungkinkan pada skor sama mempunyai sikap
berbeda.
c. Nilai yang dibuat dipengaruhi oleh sikap para juri atau penilai.
d. Memerlukan tim penilai yang objektif.

b. Skala Likert
Instrumen pengukuran skala Likert mula-mula diciptakan oleh Rensis Likert pada tahun
1932. Sejak itu tipe pengukuran ini menjadi sangat popular dengan sejumlah
keuntungannya antara lain:
1. Mempunyai banyak kemudahan. Menyusun sejumlah pertanyaan mengenai sifat atau
sikap tertentu relatif mudah. Menentukan skor juga mudah karena tiap jawaban diberi
nilai berupa angka yang mudah dijumlahkan. Namun dalam pengolahannya tidak
tepat untuk mengambil skor rata-rata oleh sebab angka-angka itu merupakan urutan
atau gradasi. Menafsirkannya juga relative mudah. Skor yang lebih tinggi
menunjukkan sikap yang lebih tinggi taraf atau intensitasnya dibandingkan dengan
skor yang lebih rendah.
2. Skala tipe Likert mempunyai reliabilitas tinggi dalam mengurutkan manusia
berdasarkan intensitas sikap tertentu. Skor untuk tiap pernyataan juga mengukur
intensitas sikap responden terhadap pernyataan itu.
3. Selain itu skala Likert ini sangat luwes atau fleksibel, lebih fleksibel daripada teknik
pengukuran lainnya. Jumlah item atau pernyataan, jumlah alternatif jawaban terserah
pada pertimbangan peneliti.
Disamping keuntungan-keuntungan itu ada pula sejumlah kelemahannya antara lain:
1. Asumsi bahwa tiap item atau pernyataan mempunyai nilai yang sama tidak dapat
dipertanggungjawabkan. Tidak semua pernyataan mempunyai makna yang sama
pentingnya dalam rangka keseluruhannya.
2. Ada kemungkinan bahwa orang yang mempunyai sikap yang sama intensitanya
memilih jawaban yang berlainan sehingga menghasilakan skor akhir yang berbeda.
3. Demikian pula mereka yang mendapat skor mentah yang sama belum tentu
mempunyai sifat atau sikap yang sama dengan intensitas yang sama. Itu sebabnya
tidak dapat diberi makna tertentu kepada skor mentah yang diperoleh dengan cara
pengukuran ini.
4. Juga dapat disanksikan validitas item-item yang dipilih, artinya apakah item itu
memang mengukur apa yang memang ingin kita ukur. Selain itu perlu diselidiki
apakah semua item itu sama validitasnya, ataukah diantaranya ada yang kurang
relevan.
Walaupun ada kelemahan, skala Likert ini dianggap benar manfaatnya dan karena itu
sangat popular.

c. Skala Osgood (Skala Diferensial Sematik)


Teknik Pengukuran ini diperkenalkan oleh Charles Osgoog (1957) yangmenekankan pada
aspek sematik sebuah kata (Wahyu). Skala diferensial semantikadalah skala nilai tujuh
poin dengan poin ekstrim yang memiliki makna semantik.skala yang digunakan untuk
mengukur makna atau semantik kata-kata, terutama ata sifat bipolar (seperti “jahat” atau
“baik”, “hangat” atau “dingin”) untuk memperoleh sikap responden terhadap objek
stimulus.Responden akan menempatkan tanda di antara dua kata sifat ekstrem, yang
mewakili sikapnya terhadap objek. Seperti contoh di atas, pembelanja berhenti dievaluasi
secara terorganisir, dingin, modern, andal dan sederhana.Terkadang kata sifat negatif
diletakkan di sebelah kanan dan terkadang di sisikiri berskala. Hal ini dilakukan untuk
mengendalikan kecenderungan responden,terutama mereka yang memiliki sikap positif
atau negatif, untuk menandai sisi kananatau kiri skala tanpa membaca labelnya
Kelebihan :
a) Item pada skala diferensial semantik dapat dinilai pada rentang numerik -3sampai +3
atau 1 sampai 7.
b) Dapat membandingkan keseluruhan kesamaan dan perbedaan di antara objek.
c) Fleksibilitas dari skala diferensial semantik meningkatkan penerapannya dalam riset
pemasaran
d) Membantu dalam mengembangkan kampanye iklan dan strategi promosi dalamstudi
pengembangan produk baru
Kelemahan :
Bentuknya tidak pilihan ganda maupun checklist, tetapi tersusun dalam satu garis continue
yang jawabannya „sangat positif‟ dibagian kanan, dan jawaban„negatif‟ disebelah kiri,
dengan demikian jika skala pengukuran ini diberikan kepada orang awam yang belum
diberikan penjelasan terkait pengisian skalasemantic differential masih membingungkan
untuk mengisi.

d. Skala Guttman
Skala Guttman dikembangkan oleh Louis Guttman. SkalaGuttman disebut juga dengan
Scalogram atau analisis skala (Scale Analysis). LouisGuttman mengembangkan skala ini
untuk mengatasi masalah yang dihadapi oleh Likert dan Thurstone. Di samping itu, skala
Guttman mempunyai asumsi menurut Babbie (Sukardi, 2011;149) bahwa dasar dari fakta
di mana beberapa aitem di bawah pertimbangan yang harus dibuktikan menjadi petunjuk
kuat satu variabel dibanding variabel lainnya.
Skala Guttman memiliki beberapa ciri penting, yaitu:
1) Skala Guttman merupakan skala komulatif. Jika seseorang responden mengiyakan
pertanyaan atau pernyataan yang berbobot lebih berat, maka ia juga akan mengiyakan
pertanyaan atau pernyataan yang kurang berbobot lainya.
2) Skala Guttman mengukur satu dimensi saja dari suatu variabel yang multidimensi,
sehingga skala ini mempunyai sifat unidimensional.
Kelebihan skala guttman yaitu: Skala ini langsung menanyakan untuk memperoleh
jawaban yang jelas, tegas.
Kelemahan pokok dari Skala Guttman, yaitu:
a) Skala ini bisa jadi tidak mungkin menjadi dasar yang efektif baik intuk mengukur sikap
terhadap objek yang kompleks atau pun untuk membuat prediksi tentang perilaku objek
tersebut.
b) Satu skala bisa saja mempunyai dimensi tunggal untuk satu kelompok tetapi ganda
untuk Kelompok lain, ataupun berdimensi satu untuk satu waktu dan mempunyai dimensi
ganda untuk waktu yang lain.

Sumber : BMP
https://www.duniapelajar.com/2012/12/24/pengertian-skala-thurstone-skala-guttman-
pada-instrumen-penelitian/

http://www.salampengetahuan.com/2017/02/kelebihan-kekurangan-skala-likert.html

Anda mungkin juga menyukai