Anda di halaman 1dari 3

Diskusi 3

1. Untuk penjelasan maupun prediksi suatu permasalahan penelitian diperlukan adanya


suatu teori yang berkaitan dengan masalah penelitian yang diteliti. Teori adalah
serangkaian konsep dalam bentuk preposisi-preposisi yang saling berkaitan, bertujuan
untuk memberikan gambaran yang sistematik tentang suatu gejala. Pembentukan teori
pada awalnya bisa bersumber dari teori-teori yang ada atau dari pengamatan dan
penelitian maupun akal sehat (common sense) mengenai suatu gejala. Pada dasarnya
pembentukan suatu teori melalui dua proses berpikir, yaitu:
a. Proses berpikir induksi, adalah proses pembentukan teori melalui penarikan
kesimpulan secara umum dari gejala khusus. Mula-mula berasal dari gejala/peristiwa
khusus kemudian ditarik generalisasi/kesimpulan yang bersifat umum.
b. Proses berpikir deduksi, adalah proses pembentukan teori melalui penarikan
kesimpulan secara khusus dari gejala umum. Cara berpikir ini juga dikenal dengan
nama silogisme yaitu argumentasi yang terdiri dari tiga preposisi yaitu premis mayor,
premis minor, dan konklusi).
Teori ilmu sosial pada dasarnya bertujuan menjelaskan gejala sosial tertentu. Apabila
ditinjau dari jenis penjelasan yang dihasilkan oleh suatu teori, maka ada tujuh jenis
penjelasan yang biasa dikenal, yaitu:
a. Penjelasan Genetik, adalah penjelasan yang menggunakan cara melacak masalah yang
sedang diteliti mulai dari perkembangan awalnya.
b. Penjelasan Intensional, adalah penjelasan mengenai apa yang mendasari atau
menjadi tujuan perilaku seseorang.
c. Penjelasan Disposisional, adalah penjelasan yang dilakukan untuk meneliti perilaku
individual, dengan cara menjelaskan mengapa seseorang memiliki kecenderungan
berperilaku tertentu.
d. Penjelasan Fungsional, adalah penjelasan yang mengungkapkan keberadaan suatu
gejala dengan cara menemukan fungsi gejala yang bersangkutan terhadap gejala lain
yang yang lebih luas.
e. Penjelasan melalui generalisasi empirik, adalah penjelasan yang dibuat dengan cara
menyimpulkan hubungan di antara sejumlah gejala melalui pengamatan hubungan
gejala-gejala tersebut dari beberapa keadaan/kasus yang lebih kecil/terbatas, lalu
meningkatkan ke sejumlah keadaan/kasus yang lebih besar/lebih luas.
f. Penjelasan melalui alasan, mirip dengan intensional dan disposisional, yaitu
penjelasan mengenai perilaku seseorang dengan cara menanyakan ke orang yang
bersangkutan alasannya.
g. Teori Formal, adalah teori yang dibentuk secara deduksi, menekannkan pada adanya
aturan/hukum seperti halnya ilmu eksakta.

Teori yang saya gunakan terkait permasalahan penelitian pada pertemuan


sebelumnya tentang ' Pengaruh Penerapan Modul Berbasis Accelerated Learning
atau dampak pembelajaran daring adalah menggunakan dasar pembentukan
teori melalui proses berpikir induksi karena mengumpulkan data terlebih
dahulu baru membuat kesimpulan. Melakukan wawancara kepada bebarapa
siswa tentang pembelajaran daring, kemudian menyimpulkannya.
Dan menggunakan jenis penjelasan intensional karena penjelasan mengenai apa
yang mendasari atau menjadi tujuan perilaku seseorang.

(sumber modul ISIP4216 KB1 3.4-3.8)

1. Langkah-langkah dalam merumuskan permasalahan dalam penelitian:

1. Identifikasi masalah = Agar seorang ilmuwan mempunyai mata yang jeli untuk
menemukan masalah, dia harus cukup berlatih. Hal-hal yang menjadi sumber
masalah, terutama adalah:
a. Bacaan : merupakan laporan hasil penelitian, mudah dijadikan sumber
masalah penelitian karena laporan penelitian yang baik mencantumkan
rekomendasi untuk penelitian lebih lanjut.
b. Seminar, Diskusi, dan Pertemuan-pertemuan Ilmiah : juga merupakan sumber
masalah penelitian yang sangat kaya, karena dalam kegiatan-kegiatan itu para
profesional melihat, menelaah hal-hal yang dipersoalkan secara profesional.
c. Pernyataan pemegang otoritas : baik pemegang otoritas pemerintahaan
maupun pemegang otoritas dalam ilmu tertentu, dapat menjadi sumber masalah
penelitian.
d. Pemegang sepintas : sering kali terjadi, seseorang menemukan masalah
penelitian dalam suatu perjalanan. Seorang ahli komunikasi massa dan seorang
ahli pemasaran, dapat menemukan masalah penelitian masing-masing ketika
melihat kerumunan orang yang sedang menjual jamu kuat.
e. Pengalaman Pribadi : sering pula menjadi sumber permasalahan penelitian.
Dalam ilmu-ilmu sosial, pengalaman pribadi bahkan sangat menjadi sumber
masalah penelitian.
f. Perasaan Intuitif : tidak jarang terjadi, masalah penelitian muncul dalam
pikiran peneliti ketika bangun tidur, atau ketika sedang istirahat. Dan ternyata
ketika tidur atau istirahat terjadi semacam konsolidasi atau pengendapan
berbagai informasi yang berkaitan dengan topik penelitian yang akan diteliti,
kemudian muncul dalam bentuk pertanyaan-pertanyaan atau masalah
penelitian.

2. Pemilihan Masalah
Setelah masalah diidentifikasi, belum merupakan jaminan masalah tersebut
layak dan sesuai untuk diteliti. Jika identifikasi masalah hanya menemukan satu
masalah pun, masalaha tersebut tetap harus dipertimbangkan layak dan sesuai-
tidaknya untuk diteliti. Untuk menentukan layak dan sesuai untuk diteliti atau
tidak, pada dasarnya dilakukan dari 2 sisi, yaitu:

a. Pertimbangan dari Sisi Masalahnya: Untuk dapat menentukan apakah suatu


masalah layak dan sesuai untuk diteliti, perlu dibuat pertimbangan-
pertimbangan dari sisi masalahnya atau dari sisi objektif. Artinya, sejauh mana
penelitian mengenai masalah tersebut memberikan sumbangan kepada
pengembangan teori dalam bidang yang berkaitan dengan dasar teoritik
penelitiannya dan pemecahan masalah-masalah praktis.
Kelayakan suatu masalah untuk diteliti sifatnya relatif, tergantung konteksnya.
Dalam menentukan masalah penelitian juga harus dipastikan masalah tersebut
benar-benar dapat dilakukan pengumpulan datanya guna memecahkan masalah
yang ada atau menjawab pertanyaan-pertanyaan yang terkandung didalamnya.

b. Pertimbangan dari Sisi Calon Peneliti : dari sisi calon peneliti, perlu
dipertimbangkan apakah masalah tersebut sesuai dengan calon peneliti, dalam
arti manageable atau tidak bagi calon peneliti. Manageability dilihat dari 5 segi,
yaitu: 1.biaya yang tersedia; 2.waktu yang digunakan; 3.alat-alat dan
perlengkapan yang tersedia; 4.bekal kemampuan teoritik; 5.penggunaan metode
yang diperlukan. Setiap calon perlu menanyakan pada diri sendiri apakah
masalah tersebut sesuai dengannya atau tidak. Jika tidak, sebaiknya dipilih
masalah lain atau dimodifikasi.

3. Perumusan Masalah
Setelah masalah diidentifikasi, maka masalah perlu dirumuskan. Perumusan ini
penting, karena hasilnya akan menjadi penuntun bagi masalah-masalah
selanjutnya. Terdapat saran-saran dalam merumuskan masalah, yaitu: a.
masalah hendaknya dirumuskan dalam bentuk kalimat tanya; b.rumusan
masalah hendaklah padat dan jelas; c.rumusan itu hendaklah memberi petunjuk
tentang kemungkinan mengumpulkan data guna menjawab pertanyaan-
pertanyaan yang terkandung dalam rumusan itu.

(sumber modul ISIP4216 KB2 3.6-3.20

Anda mungkin juga menyukai