pemimpin bukan hanya soal kemenangan yang ia raih. Tapi kebermanfaatan dan
kesejahteraan yang timbul dari kemenangan yang ia raih tersebut. Ketika menjadi
pemimpin, begitu banyak pilihan dan hal yang dapat dilakukan atas nama
kekuasaan. Termasuk metode yang digunakan dan visi yang hendak dicapai.
tentang bagaimana seorang menjadi pemimpin yang baik dan sukses. Banyak pula
dan kewajiban melayani. Maka konsep dan landasan yang digunakan pula harus
kepemimpinan ini telah gencar dikaji oleh ilmuwan barat. Salah satu yang ramai
leadership).
cakupan dan instrumen yang lebih luas dan komprehensif dibanding konsep-
adalah mampu menjaga harmonisasi hubungan antara Allah, manusia, dan alam.
Tulisan ini akan membahas tentang kepemimpinan profetik ala Rasulullah saw.
Sejak diturunkannya wahyu kepada Muhammad melalui malaikat Jibril pertama
kali di Gua Hira, beliau resmi diangkat menjadi Rasul dan mengemban amanah
Terdapat empat misi khas Rasulullah sebagai seorang pemimpin dan penyampai
1. Membacakan tanda-tanda
Quran dengan bahasa yang mampu diterima oleh segenap manusia yang
yang lain.
Pemimpin sejatinya juga adalah futurolog, yaitu orang yang mampu memprediksi
trend masa depan. Ia memposisikan dirinya sebagai bagian dari kekuatan yang
dan kehidupan pemimpin profetik menjadi sumber aliran kehidupan masa depan.
Maka dari itu, ia tentunya harus mampu membaca tanda-tanda yang terdapat
2. Membentuk jiwa
perjuangan. Pengorbanan dan perjuangan yang lahir dari jiwa-jiwa yang kotor
jiwanya dengan ibadah-ibadah. Namun ibadah tidak serta merta harus berbentuk
disesuaikan dengan apa yang mau disucikan. Jika pemikiran, sucikan dengan
dengan Allah, manusia lainnya, dan alam. Hal ini dapat dilihat dari perkembangan
segi kuantitatif yang tampak pada fisiknya dan kualitatif yang tampak pada
moralnya.
jalan hidup (way of life), serta mengaktifkan kembali fitrah atau nurani kepada
politeisme yang menjebak (QS. Ar-Rum (30): 30–31), serta bergerak untuk
profain di dunia, yang membuat mereka lalai. Dan hanya pemimpin yang mampu
telah terbentuk yang dapat mengajarkan pengetahuan dan kearifan tersebut pada
4. Melahirkan tatanan/peradaban
tatanan/peradaban baru dengan konsepsi Islam. Maka dari itu pemimpin profetik
satu caranya adalah dengan banyak belajar, membaca, berbagi ilmu, dan
Beberapa hal yang harus dimiliki oleh pemimpin profetik agar mampu melahirkan
tatanan/peradaban:
a) Visi kelangitan
Melakukan perubahan (sosial) yang besar tidak bisa tanpa visi kelangitan oleh
kebermanfaatan bagi orang banyak dan kejayaan Islam. Dengan memiliki visi
kelangitan tersebut pula, pemimpin akan menjadi dekat dengan Allah sehingga
perubahan.
banyak orang yang telah terbuka hatinya dan menjadi lebih baik karena pengaruh
dari kepemimpinannya tersebut. Karena itu, karakter yang kuat dan moralitas
yang tinggi sangat dibutuhkan. Salah satu karakter yang harus dimiliki adalah
Rasulullah saw tidak pernah bersikap kasar dan berhati keras kepada siapa pun,
Bahkan dalam sebuah riwayat menyebutkan bahwa Rasulullah saw tetap bersikap
lemah lembut kepada seorang pengemis buta yang selalu mencaci maki dirinya.
Sebagai pemimpin, terlebih muslim, sebaiknya kita tidak bersikap terlalu reaktif
c) Kecerdasan profetik
dan menjadi pioneer dalam segala hal. Kecerdasannya mampu membedakan yang
benar dan salah. Ia juga mampu menggagas kehidupan yang benar, menemukan
tujuan hidup yang benar, dan memberikan alasan-alasan yang benar. Sehingga
d) Kewalian (sainthood)
Pemimpin profetik senantiasa meyakini bahwa hanya Allah lah satu-satunya zat
yang patut dijadikan wali dalam segala urusan. Sehingga ia memiliki kekuatan
tertentu (karamah).
Untuk mencapai misi khas tersebut diperlukan pula instrumen yang khas.
Pemimpin profetik mendidik pengikut dan khalayak luas dengan moralitas dan
2. Pelayanan
tatanan baru.
3. Keadilan
Mampu bersikap adil, bukan hanya dalam tatanan pemerintahan atau organisasi
yang ia pimpin. Tapi juga bersikap adil kepada keluarganya, termasuk memenuhi
4. Musyawarah
Musyawarah termasuk dalam barisan hal-hal terpuji dalam Islam. Rasulullah saw
adalah orang yang selalu mengutamakan musyawarah dalam segala hal. Bahkan,
sebuah keputusan yang dianggap tidak terlalu baik, jika memang keputusan
tersebut didapat dari sebuah musyawarah, maka itu tetap yang paling baik. Karena
mereka.
kader yang lebih baik dari dirinya. Tidak dapat dipungkiri, kaderisasi bukan hal
mudah. Membentuk jiwa dan menanamkan nilai-nilai dalam diri seseorang butuh
strategi yang tepat dan kesabaran yang tinggi. Rasulullah adalah contoh pemimpin
profetik yang mampu melahirkan banyak pemimpin dan pejuang tangguh setelah
Kaderisasi ala Rasulullah saw dimulai dari membangun keteguhan dan militansi.
pencerahan (actionalism).
Sebagai seorang teladan yang hendak mendidik dan membentuk jiwa umat-
utamanya. Beliau sudah terlebih dahulu paham bahwa faktor referensi/genre buku
yang dipilih untuk dibaca adalah hal penting. Faktor referensi tidak hanya sekadar
nilai-nilai, strategi, sistem, dan karakter baik individu maupun kolektif. Maka,
prinsip kedua, pemimpin haruslah memiliki faktor referensi yang banyak dan
berkualitas. Pemimpin dengan faktor referensi yang banyak dan berkualitas, akan
lebih bijak dibanding pemimpin dengan faktor referensi rendah, yang cenderung
Namun demikian, tidak akan ada perubahan besar jika aktor perubahannya senang
di tempat tidur alias malas. Tokoh besar memiliki waktu tidur sedikit karena ia
memiliki agenda-agenda yang besar pula dan padat. Tokoh besar sibuk dengan
sebentar setiap harinya, maka, prinsip ketiga, seorang pemimpin besar haruslah
terkena ancaman.
Prinsip kelima, para pemimpin hendaklah memiliki akhlaq lemah lembut agar
dapat menembus kekerasan hati dan menyentuh para target dakwahnya dengan
iman. Sebagaimana Rasulullah yang memiliki lisan yang halus dan sikap yang
yang kasar, sering menyakiti orang lain, dan tingkah laku yang mengganggu
ini akan berpengaruh pula terhadap bagaimana pesan kebaikan itu disampaikan
dengan cara yang baik, benar, tepat, dan proporsional. Ia pula selalu
dengan Allah (vertikal), serta membangun hubungan yang baik dengan segenap
saw dan keluarganya tidak pernah melewatkan shalat malam. Shalat malam pula
Rasulullah saw adalah sosok yang sangat menghargai orang lain, memuliakan
tetangga dan para tamunya. Beliau menjaga hubungan horizontalnya dengan cinta
kekuatan kolektif (jamaah). Jenis cinta ini termasuk pula kasih sayang kepada
sesama orang yang beriman, yang menjadikan sesama mereka bersaudara dan
hadiah. Ibarat satu tubuh dan satu keluarga yang saling menguatkan. Persaudaraan
merupakan konsekuensi logis keimanan yang tidak dapat dipisahkan satu sama
Ketika setiap diri sudah merasa saling terikat karena ketauhidan dan keimanan,