PENDAHULUAN
Tidak dapat dipungkiri lagi bahwa sekarang teknologi telah berkembang kian
Berbagai macam jenis teknologi yang tidak terhitung jumlahnya, dapat kita
jumpai di zaman modern ini. Gadget ini dapat ditemui dimanapun, baik pada orang
elektronik dan gadget yang menjadikan anak-anak sebagai target pasar mereka.
Beberapa tahun lalu gadget hanya banyak dipakai oleh para pebinis dan kalangan
bisnis mereka. Namun pada zaman sekarang gadget tidak hanya dipakai oleh para
pebisnis saja, banyak para remaja bahkan anak-anak pun telah banyak menggunakan
gadget.
Dari segi psikologis, masa anak-anak adalah masa keemasan dimana aanak-anak
belajar mengetahui apa yang belum diketahui jika masa kanak-kanak sudah terkena
dampak negatif oleh gadget maka perkembangan anak pun akan terhambat khususnya
pada segi prestasi. Peran orang tua sangatlah penting dimasa teknologi yang modern
ini.
1
1.2 Rumusan Masalah
1.3 Tujuan
2
BAB II
PEMBAHASAN
Jiwa atau Jiva berasal dari bahasa Sanskerta yang artinya "benih kehidupan".
Dalam berbagai agama dan filsafat, jiwa adalah bagian yang bukan jasmaniah
(immaterial) dari seseorang. Biasanya jiwa dipercaya mencakup pikiran dan
kepribadian dan sinonim dengan roh, akal, atau awak diri. Di dalam teologi, jiwa
dipercaya hidup terus setelah seseorang meninggal, dan sebagian agama mengajarkan
bahwa Tuhan adalah pencipta jiwa. (Wikipedia.org).
Dikutip dari jurnal (Yusuf, 2015) mengungkapkan bahwa Jiwa adalah unsur
manusia yang bersifat nonmateri, tetapi fungsi dan manifestasinya sangat terkait pada
materi. Mahasiswa yang pertama kali mempelajari ilmu jiwa dan keperawatan jiwa
sering mengalami kesulitan dengan hal yang harus dipelajari, karena jiwa bersifat
abstrak dan tidak berwujud benda. Setiap manusia memiliki jiwa, tetapi ketika
ditanya, “Mana jiwamu?” hanya sebagian kecil yang dapat menunjukkan tempat
jiwanya. Hal ini karena jiwa memang bukan berupa benda, melainkan sebuah sistem
perilaku, hasil olah pemikiran, perasaan, persepsi, dan berbagai pengaruh lingkungan
sosial. Semua ini merupakan manifestasi sebuah kejiwaan seseorang. Oleh karena itu,
3
untuk mempelajari ilmu jiwa dan keperawatannya, pelajarilah dari manifestasi jiwa
terkait pada materi yang dapat diamati berupa perilaku manusia.
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, sehat adalah dalam keadaan bugar
dan nyaman seluruh tubuh dan bagian-bagiannya. Bugar dan nyaman adalah relatif,
karena bersifat subjektif sesuai orang yang mendefinisikan dan merasakan. Bagi
seorang kuli bangunan, kaki kejatuhan batu, tergencet, dan berdarah-darah adalah hal
biasa, karena hanya dengan sedikit dibersihkannya, kemudian disobekkan pakaian
kumalnya, lalu dibungkus, kemudian dapat melanjutkan pekerjaan lagi. Jiwa yang
sehat sulit didefinisikan dengan tepat. Meskipun demikian, ada beberapa indikator
untuk menilai kesehatan jiwa. Karl Menninger mendefinisikan orang yang sehat
jiwanya adalah orang yang mempunyai kemampuan untuk menyesuaikan diri pada
lingkungan, serta berintegrasi dan berinteraksi dengan baik, tepat, dan bahagia.
Michael Kirk Patrick mendefinisikan orang yang sehat jiwa adalah orang yang bebas
dari gejala gangguan psikis, serta dapat berfungsi optimal sesuai apa yang ada
padanya. Clausen mengatakan bahwa orang yang sehat jiwa adalah orang yang dapat
mencegah gangguan mental akibat berbagai stresor, serta dipengaruhi oleh besar
kecilnya stresor, intensitas, makna, budaya, kepercayaan, agama, dan sebagainya.
4
6. Mempunyai daya kasih sayang yang besar.
Batasan ini pun sulit dipenuhi, sehingga semua kriteria dapat dipertimbangkan
dalam menilai kesehatan jiwa. Dikutip dari beberapa sumber, orang yang sehat
jiwanya adalah orang yang sebagai berikut.
1. Melihat setiap hari adalah baik, tidak ada satu alasan sehingga pekerjaan
harus ditunda, karena setiap hari adalah baik.
3. Tahu apa yang diketahui dan tahu apa yang tidak diketahui.
5
merupakan deskripsi sindrom dengan variasi penyebab. Banyak yang belum diketahui
dengan pasti dan perjalanan penyakit tidak selalu bersifat kronis. Pada umumnya
ditandai adanya penyimpangan yang fundamental, karakteristik dari pikiran dan
persepsi, serta adanya afek yang tidak wajar atau tumpul (Maslim, 2002).
2. Faktor psikologik (psikogenik), yang terkait dengan interaksi ibu dan anak,
peranan ayah, persaingan antarsaudara kandung, hubungan dalam keluarga,
pekerjaan, permintaan masyarakat. Selain itu, faktor intelegensi, tingkat
perkembangan emosi, konsep diri, dan pola adaptasi juga akan memengaruhi
kemampuan untuk menghadapi masalah. Apabila keadaan ini kurang baik,
maka dapat mengakibatkan kecemasan, depresi, rasa malu, dan rasa bersalah
yang berlebihan.
1. Aksis 1 : sindroma klinis dan kondisi lain yang mungkin menjadi fokus
perhatian klinis.
6
2. Aksis 2 : gangguan kepribadian dan retardasi mental.
10. F90 – F98 : gangguan perilaku dan emosional dengan onset biasanya pada
anak dan remaja.
7
Secara umum, klasifikasi gangguan jiwa menurut hasil Riset Kesehatan
Dasar tahun 2013 dibagi menjadi dua bagian, yaitu (1) gangguan jiwa berat/kelompok
psikosa dan (2) gangguan jiwa ringan meliputi semua gangguan mental emosional
yang berupa kecemasan, panik, gangguan alam perasaan, dan sebagainya. Untuk
skizofrenia masuk dalam kelompok gangguan jiwa berat. Klasifikasi diagnosis
keperawatan pada pasien gangguan jiwa dapat ditegakkan berdasarkan kriteria
NANDA (North American Nursing Diagnosis Association) ataupun NIC (Nursing
Intervention Classification) NOC (Nursing Outcame Criteria). Untuk di Indonesia
menggunakan hasil penelitian terhadap berbagai masalah keperawatan yang paling
sering terjadi di rumah sakit jiwa. Pada penelitian tahun 2000, didapatkan tujuh
masalah keperawatan utama yang paling sering terjadi di rumah sakit jiwa di
Indonesia, yaitu:
1. perilaku kekerasan;
2. halusinasi;
3. menarik diri;
4. waham;
5. bunuh diri;
1. Perilaku kekerasan.
8
2. Risiko perilaku kekerasan (pada diri sendiri, orang lain, lingkungan,
verbal).
7. Isolasi sosial.
Berdasarkan hasil studi yang dilakukan oleh Pew Research Center, 92 persen
orang dewasa di Amerika Serikat memiliki ponsel dan 90 persen di antaranya tidak
pernah berada jauh dari ponsel mereka, sementara sepertiga dari angka tersebut, tidak
pernah mematikan ponselnya.
Semua ini tidak terlepas dari perkembangan teknologi yang seolah tanpa
henti, yang kemudian merubah bagaimana hidup ini kini berjalan. Alhasil, semua
manusia di bumi, terlebih yang terkoneksi dengan internet, menjadi masyarakat yang
sulit terlepas dari smartphone-nya masing-masing. Padahal, sudah banyak penelitian
9
yang membahas mengenai bahaya smartphone tidak membuat seseorang yang
kecanduan menjadi kapok.
Di saat tubuh Anda gatal dan butuh untuk digaruk, Anda justru mengira
ponsel Anda tengah bergetar dan berusaha meraihnya. Waktu Anda sadari, apa yang
Anda pikir adalah getaran notifikasi, namun ternyata itu semua adalah perasaan Anda.
Gangguan ini juga disebut dengan nama ringxeity.
3. Nomophobia
Nomophobia adalah ketakutan jika berada jauh dari ponsel serta merasa
terganggu atau gelisah ketika jauh dari ponsel.
Anak bermain game. Seorang anak di Irlandia tak sadar telah menguras tabungan
sang ibu saat bermain game FIFA.
10
2.5 Dampak Gadget pada Perkembangan Psikologi Anak
Kebanyakan orang tua setuju bahwa semakin banyak waktu yang dihabiskan
anak-anak kita di depan layar, mereka semakin asyik, sebagai orang tua, saya benar-
benar dapat mengatakan bahwa ini terjadi pada anak saya. Anak-anak dapat dengan
cepat menjadi terlalu bersemangat melihat layar tanpa menyadarinya, yang mengarah
ke suasana hati yang lebih buruk, lebih banyak kecemasan, tingkat iritabilitas yang
lebih tinggi, dan perilaku yang buruk.
Selain itu, baru-baru ini mungkin bunda juga melihat berita mengenai video
dari pengeroyokan di Bandung, dimana dalam laga sepakbola Persib vs Persija yang
mengakibatkan seorang suporter dari persija tewas. Anda dapat membayangkan
bagaimana apabila video-video kekerasan pengeroyokan ini kemudian ditonton oleh
anak kita tentu tanpa disadari akan berdampak kepada perkembangan psikologis
mereka, dimana bisa tertanam dalam diri anak-anak tentang "rasa dendam" atau
"pelampiasan perasaan amarah". Pengeroyokan yang terjadi di Bandung yang
divisualisasikan melalui video hanyalah sebagian contoh kasus yang akan
mempengaruhi perkembangan mereka apabila si kecil menonton peristiwa
pengeroyokan tersebut.9
Tentu dilain sisi, seperti halnya untuk hasil sosial, beberapa penelitian telah
meneliti hubungan antara penggunaan internet anak-anak dan hasil psikologis.
Bahkan kita dapat menemukan hanya dua penelitian yang secara langsung membahas
hubungan ini. Satu ditemukan efek psikologis yang merugikan dari penggunaan
11
Internet juga gedget untuk remaja yaitu, kesepian dan depresi yang lebih besar
dengan penggunaan Internet berlebihan tetapi studi lanjutan menunjukkan bahwa efek
ini menghilang dengan pengalaman Internet.
Jawa Timur, dalam beberapa bulan terakhir merawat dua siswa yang kecanduan pada
"Kedua pasien itu terdiri atas satu siswa SMP dan satunya siswa SMA," kata dokter
spesialis jiwa RSUD Koesnadi dr Dewi Prisca Sembiring, Sp.Kj kepada wartawan di
Bondowoso, Kamis.
Ia menjelaskan bahwa tingkat kecanduan kedua anak itu sudah tergolong parah.
Dewi meyakini banyak anak lainnya yang mengalami hal serupa, namun orang tua
mereka enggan membawa anaknya ke rumah sakit atau kurang menyadari tentang
12
2.7 Pembahasan Kasus
"Untuk masalah ini kami memang harus terus melakukan sosialisasi agar masyarakat
semakin tahu bahwa RSUD Bondowoso kini juga merawat pasien dengan masalah
kejiwaan. Masalah kejiwaan ini tidak identik dengan gila, tapi mereka yang
mengalami tekanan dan lainnya perlu perawatan dan tidak usah malu, termasuk kami
sosialisikan informasi bahwa pasien ini juga bisa di cover dengan BPJS," katanya.
Ia menjelaskan bahwa dari data yang dia kumpulkan, anak-anak yang kecanduan
gawai dan permainan (game) itu awalnya tidak disadari oleh orang tuanya. Orang tua
baru menyadari setelah si anak jarang masuk ke sekolah dan prestasi akademiknya
terus menurun.
"Bahkan si anak sudah pada taraf tidak mau sekolah. Akhirnya dibawa ke poli jiwa.
Kami menemukan bahwa awalnya anak menjadi sangat dekat dengan gadget dan
laptop karena tugas-tugas sekolah. Waktu itu hampir semua tugas-tugas sekolah
dr Dewi.
Menurut dia, hasil psikotest terhadap salah seorang anak menunjukkan bahwa pasien
itu telah mengidentifikasi dirinya sebagai pembunuh. Sementara orang yang paling
dibencinya adalah orang tuanya yang dianggap sebagai penghalang dirinya untuk
13
"Syukurlah dari penanganan yang kami lakukan hasilnya sudah mulai membaik.
Banyak metode yang kami lakukan untuk menangani pasien ini, termasuk terapi
realita. Saya ajak si anak untuk melihat pasien dengan gangguan jiwa akut atau
psikotik. Saya bilang pada anak itu, kalau kamu tidak mau melepaskan diri dari game,
lama-lama menjadi seperti mereka yang menderita psikotis itu. Dia kemudian terdiam
dan saya suruh peluk ibunya. Akhirnya pikiran dia tentang gadget atau laptop
berubah," katanya.
Ia menjelaskan kasus dua anak itu hendaknya menjadi peringatan bagi semua orang
mendapatkan perhatian.
"Isilah keinginan anak-anak itu dengan hati kita bukan dengan gadget. Kita harus isi
hati anak-anak itu dengan yang nyata, yaitu kita sebagai orang tua, bukan dengan
Menurut dia, secara psikologis, anak-anak itu mencari kesenangan hati di perangkat
masyarakat, termasuk melalui dokter-dokter umum dan para medis yang bertugas di
14
Pihaknya juga ada kerja sama dengan instansi lain, seperti Dinas Kesehatan dan
Dinas Sosial Pemkab Bondowoso. Pihaknya juga sudah menjalin kerja sama dengan
sekolah, meskipun belum semua untuk menangani masalah siswa yang bisa ditangani
oleh sekolah.
15
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Jiwa atau Jiva berasal dari bahasa Sanskerta yang artinya "benih kehidupan".
Dalam berbagai agama dan filsafat, jiwa adalah bagian yang bukan jasmaniah
(immaterial) dari seseorang. Biasanya jiwa dipercaya mencakup pikiran dan
kepribadian dan sinonim dengan roh, akal, atau awak diri. Di dalam teologi, jiwa
dipercaya hidup terus setelah seseorang meninggal, dan sebagian agama mengajarkan
bahwa Tuhan adalah pencipta jiwa. (Wikipedia.org).
16
Gangguan jiwa menurut PPDGJ III ( Pedoman Penggolongan Diagnosis
Gangguan Jiwa) adalah sindrom pola perilaku seseorang yang secara khas berkaitan
dengan suatu gejala penderitaan (distress) atau hendaya (impairment) di dalam satu
atau lebih fungsi yang penting dari manusia, yaitu fungsi psikologik, perilaku,
biologik, dan gangguan itu tidak hanya terletak di dalam hubungan antara orang itu
tetapi juga dengan masyarakat (Maslim, 2002; Maramis, 2010).
3.2 Saran
Disini kami mengangkat kasus anak yang kecanduan gawai, seharusnya disini
yang mengambil peran penting adalah orang tua dan keluarga yang harusnya lebih
tegas dan lebih bisa mengontrol perilaku dari anak tersebut. Contoh diajak bermain
diluar ruangan dan bersosialisasi bersama teman sebaya. Tidak terlalu memanjakan
anak dengan menuruti apa yang mereka inginkan.
17
DAFTAR PUSTAKA
https://blogduniaanakindonesia.blogspot.com/2018/09/pengaruh-gadget-terhadap-
psikologi-anak.html?m=
Depkes RI. 2014. Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) Tahun 2013. Jakarta: Depkes
RI.
https://hellosehat.com/hidup-sehat/psikologi/bahaya-smartphone-bikin-
gangguan-mental/ Hati-hati, Penggunaan Smartphone Berlebihan Bisa Bikin
Gangguan Mental
18