Anda di halaman 1dari 19

LAPORAN TUGAS MINI

RISET

KELOMPOK
6
LAPORAN TUGAS MINI RISET MATA KULIAH
PERKEMBANGAN BELAJAR PESERTA DIDIK
TOPIK : pengertian,tujuan,pilar,aliran-aliran pendidikan

Nama Anggota Kelompok :


1.SARAH YEMIMAH MANURUNG
2.AZIZ ADRIANSYAH BARUS
3.WANDRI LUMBAN RAJA
4.GIDEON WILIAM PANJAITAN
5.TESALONIKA SILALAHI

PRODI PENDIDKAN KEPELATIHAN OLAHRAGA


FAKULTAS ILMU KEOLAHRAGAAN
UNIVERSITAS NEGERI MEDAN
2023
KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT, karena atas rahmat
dan hidayah-Nya lah penulis mampu mengerjakan dan menyelesaikan laporan
mini riset dengan judul “PERKEMBANGAN EMOSI” ini dengan tepat waktu
untuk memenuhi tugas dari mata kuliah. Maksud dan tujuan laporan disusunnya
laporan ini agar pembaca dapat memperdalam ilmu tentang Perkembangan Peserta
Didik. Hendaknya tugas ini dapat berguna bagi pelajar ataupun, umum khususnya
diri kami sendiri dan semua yang telah membaca laporan ini. Dan semoga
laporan ini dapat memperdalam pengetahuan yang lebih luas lagi kepada
pembaca.
Penulis juga ucapkan terima kasih kepada bapak Dr.Winara S,Si.M,Pd
yang telah memberikan arahan dan bimbingan dalam mengerjakan makalah ini.
Penulis mohon maaf apabila dalam penulisan makalah ini banyak terdapat
kesalahan serta juga mengharapkan saran dan kritikan yang dapat membangun
guna menyempurnakan tugas makalah ini karena penulis juga masih dalam tahap
pembelajaran.

Akhir kata penulis ucapkan terima kasih. Dan mungkin banyak kesalahan
ataupun kekurangan dalam laporan ini. Oleh karena itu kritik dan saran yang
sifatnya membangun, sangat kami inginkan untuk kelengkapan makalah ini.

Medan, 3 Desember 2023


Penulis

Kelompok 6
Ringkasan
Perkembangan emosi adalah peningkatan kemampuan untuk mengelola
dan mengekspresikan emosi, baik emosi positif maupun negatif.
Perkembangan emosi mengacu pada reaksi terhadap berbagai perasaan
yang dialami setiap hari dan membawa pengaruh besar terhadap cara pandang
menyelesaikan masalah, mengambil keputusan, tingkah laku, dan menikmati
hidup sebagai orang dewasa kelak. Kondisi yang turut mempengaruhi emosi yang
dominan ialah kondisi kesehatan, suasana rumah, cara mendidik anak, hubungan
dengan para anggota keluarga, hubungan dengan teman sebaya, perlindungan
yang berlebihan, inspirasi orang tua, dan bimbingan.
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR…………………………………………………………..
RINGKASAN……………………………………………………………………

DAFTAR ISI…………………………………………………………………….

BAB I PENDAHULUAN……………………………………………………….
1.1. Latar Belakang Masalah……………………………………………….
1.2. Tujuan dan Manfaat……………………………………………………

BAB II KAJIAN TEORI………………………………………………………….


BAB III METODE PELAKSANAAN……………………………………………
3.1 Metode Penelitian………………………………………………………….
3.2 Subjek Penelitian…………………………………………………………..
3.3 Langkah Penelitian………………………………………………………..
3.4 Teknik Pengumpulan Data………………………………………………..
BAB IV PEMBAHASAN………………………………………………………….
BAB V………………………………………………………………………………
5.1 Kesimpulan………………………………………………………………...

5.2 Saran……………………………………………………………………….

5.3 Penutup……………………………………………………………………
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah

1.2 Tujuan dan Manfaat

Tujuan

1. Supaya mengetahui tingkat emosi pada remaja.

2. Siswa dapat menunjukkan perilaku yang mencerminkan sikap untuk


menyesuaikan emosi dengan orang lain dan lingkungannya.

3. Supaya siswa mampu mengendalikan emosi di setiap keadaan.

Rumusan masalah

1. Apakah siswa dapat mengendalikan emosi pada dirinya?

2. Apakah orang tua ikut berperan dalam perkembangan emosi anak?

3. Apakah bapak ibu guru ikut berperan penting dalam perkembangan emosi
siswa di sekolah ?
BAB II
KAJIAN TEORI

Kajian teori yang kelompok kami dapatkan dari buku pertama yang
berjudul Anak Dengan Hambatan Perilaku Emosi dan Sosial, dimana menurut
beberapa ahli tentang perkembangan emosi ialah:
1. Daniel Gileman (2002), mengatakan bahwa emosi merujuk pada suatu perasaan
yang khas, suatu keadaan psikologis, biologis dan seragkaian kecenderungan
dalam bertindak. Emosi merupakan respon terhadap stimulus dari luar maupun
dalam diri individu, sebagai contoh emosi sedih mendorong seseorang utnuk
berperilaku menangis, sedangkan gembira mendorong perubahan suasa hati
seseorang secara fisiologis terlihat tertawa.
2. Maramis (2009), mendifinisikan emosi sebagai suatu keadaan yang kompleks
yang berlangsung singkat yang memiliki komponen dalam jiwa dan badan
individu tersebut.
3. Menurut Chaplin (2002), merumuskan bahwa emosi merupakan rangsangan
dari oragnisme yang mencakup perubahan yang disadari, sifatnya kompleks dan
adanya perubahanperubahan perilaku.
4. Menurut Soergada Poerbakawatja, emosi merupakan respon terhadap suatu
stimulus atau rangsangan yang menyebabkan perubahan fisiologis disertai
perasaan yang meletus. Respon tersebut terjadi baik terhadap perasaan internal
maupun eksternal. Menurutnya Soergada Poerbakawatja bahwa perasaan
meerupakan bagian dalam emosi, antara emosi dan perasaan tidak terpisah tetapi
perasaan bagian dari emosi.
5. Prezz(1999), mengatakan bahwa emosi merupakan suatu reaksi tubuh dalam
mengahadapi sesuatu intesitas dan sifat emosi barkaitan erat dengan aktivitas
kognitif, sebagai hasil dari sebuah persepsi terhadap situasi.
6. Hattersall (1985), Emosi merupakan pengalaman subjektif yang dapat
diungkapkan atau dilihat melaui ekspresi seseorang. William James, mengatakan
bahwa emosi merupakan kondisi alami yang ada dalam diri yang terlihat dengan
suatu perubahan yang jelas.
Macam-macam Emosi pada dasarnya emosi setiap orang terbagi menjadi
dua yaitu emosi positif dan ada juga emosi negatif, emosi positif ada sebuah
perasaan yang membuat kita bahagia, senang, rasa syukur, damai, gembira dan
lain-lain. Pada dasarnya emosi positif ini saat kita mengekpresikan kita akan
mendapatkan keuntungan. Sedangan emosi negatif seperti marah, benci, kecewa,
frustasi, stress dan lain-lain. Emosi negatif ini akan merugikan kita pada saat kita
mengekpresikannya.
Karakteristik Emosi umumnya sebagai gejala kejiwaan, yaitu:
a. Bersifat subjektif, setiap orang memiliki emosi yang berbeda beda dan tidak
dapat diukur maupun disamakan dengan orang lain. Emosi juga dapat disebabkan
oleh pengalaman pribadi seseorang, contohnya trauma. Namun dapat juga
berlangsung tanpa disadari, contohnya orang yang merasa takut dengan kelinci
tapi
orang tersebut tidak menyadari apa penyebab awal dari ketakutan tersebut.
b. Fluktuatif, yaitu emosi yang tidak berlangsung selamanya atau temporer,
bervariasi, dan dapat berubah-ubah
c. Terakhir, emosi juga bersangkutan dengan pengenalan indrawi.

Kajian teori yang kelompok kami dapatkan selanjutnya dari buku kedua
yang berjudul Manajemen Pendidikan Anak Dengan Gangguan Emosi Perilaku,
yaitu :
1. Menurut Kauffman (2006) terdapat tiga ciri khas dari kondisi emosi dan sosial
yang
terganggu, yakni:
a. Adanya tingkah laku yang sangat ekstrim dan bukan hanya berbeda dengan
tingkah laku anak lainnya
b. Suatu problem emosi dan sosial yang kronis, dan tidak muncul secara langsung
c. Tingkah laku yang tidak diharapkan oleh lingkungan karena bertentangan
dengan harapan sosial dan kultural
2. Menurut Ditjen PLB (2006) penjelasan mengenai anak memiliki gangguan
emosi dan perilaku yaitu anak yang mengalami sulit menyesuaikan diri serta
berperilaku tidak sesuai dengan lingkungan kelompok teman sebaya maupun
dengan lingkungan masyarakat, sehingga hal tersebut dapat membebani dirinya
sendiri atau orang lain, maka perlulah pemberian layanan pendidikan khusus yang
berguna bagi kesejahteraan dirinya dan juga lingkungannya.
3. Henry H.Goddard, memiliki pendapat bahwa kegangguan emosi dan perilakuan
disebabkan oleh faktor keturunan, maka untuk mencegah terjadinya kegangguan
emosi dan perilakuan, perkawinan harus diatur secara selektif, yang artinya hanya
mereka yang normal tanpa gangguanlah yang boleh menikah dan memiliki
keturunan, agar generasi yang akan datang terbebas dari kecacatan.

Kajian teori yang kelompok kami dapatkan selanjutnya dari jurnal pertama
yang berjudul Pola Asuh Orang Tua Dengan Perkembangan Emosional Remaja
Di Sekolah Menengah Atas (SMA) Negeri 14 Medan, dimana menurut beberapa
ahli tentang perkembangan emosi ialah:
1. Suasana damai dan penuh kasih sayang dalam keluarga, sikap saling
menghargai, disiplin, dan penuh semangat tidak mudah putus asa, semua ini
memungkinkan anak untuk mengembangkan kemampuan yang berhubungan
dengan kecerdasan emosionalnya, (Widayati, 2016).
2. Masa remaja merupakan titik puncak emosionalitas, dimana terjadi
perkembangan emosi yang tinggi, salah satunya terdapat pada pertumbuhan fisik
remaja, terutama organ-organ seksual yang mempengaruhi berkembangnya emosi
atau perasaan-per-asaan dan dorongan-dorongan baru yang dialami sebelumnya,
seperti perasaan cinta,rindu, dan keinginan untuk berkenalan lebih intim dengan
lawan jenis (Yusuf, 2012;Fellasari, & Lestari, 2017).
Didukung dengan hasil penelitian oleh Aisyah (2010) dimana setiap pola
asuh memberi kontribusi terhadap perilaku. Kontribusi yang diberikan dapat
negatif maupun positif. Oleh karena itu, pada masing-masing tipe pola asuh
terdapat sisi kekuatannya dan sisi kelemahannya. Berkataitan dengan hal ini maka
orang tua harus semakin menyadari posisinya dan menerapkan pola asuh yang
paling tidak merangsang potensi agresif pada anak-anak asuhnya. Disadari bahwa
hampir tidak ada orang tua yang mempraktikkan pola asuh secara murni pada
salah satu tipe. Kecenderungan-kecendrungan pada tipe pola asuh tertentu
nampaknya lebih banyak digunakan oleh orang tua. Atau bahkan orang tua
mempraktikkan pola asuh secara elektrik, artinya melakukan pengasuhan kepada
anaknya secara situasional.

Kajian teori yang kelompok kami dapatkan selanjutnya dari jurnal kedua
yang berjudul Hubungan Antara Pemenuhan Tugas Perkembangan Emosional
dengan Tingkat Stress Pada Remaja , dimana menurut beberapa ahli tentang
perkembangan emosi ialah:
1. Data Riskesdas 2013 memunjukkan prevalensi ganggunan mental emosional
yang ditunjukkan dengan gejala-gejala depresi dan kecemasan untuk usia 15 tahun
ke atas mencapai sekitar 14 juta orang atau 6% dari jumlah penduduk Indonesia.
Sedangkan prevalensi gangguanjiwa berat, seperti skizofrenia mencapai sekitar
400.000 orang atau sebanyak 1,7 per 1.000 penduduk.Perilaku beresiko yang
mempengaruhi masalah kesehatan remaja meliputi tumbuh kembang (perubahan
fisik dan psikososial), gizi, penyalahgunaan NAPZA, dan kesehatan reproduksi
termasuk Infeksi Menular Seksual (IMS)/ Infeksi Saluran reproduksi (ISR) dan
HIV/AIDS (Depkes RI, 2008). Prevalensi gangguan kesehatan jiwa pada anak dan
remaja cenderung meningkat sejalan dengan permasalah kehidupan dan
kemasyarakatan yang semakin kompleks (Ambarwati dan Nasution, 2012).
2. Menurut Papalia (2009), pada remaja berusia 16-20 tahun, perkembangan
emosi yang terjadi adalah perubahan moodyang semakin berkurang dan intens
dibandingkan dengan perkembangan emosi yang terjadi pada usia 12-15 tahun
yang ditandai dengan moodmenjadi sering semakin sering berubah. Beberapa
penelitian mengaitkan peningkatan kondisi emosional dan perubahan mooddi
masa awal remaja dengan perkembangan hormonal. Akan tetapi, pengaruh lain
seperti jenis kelamin, usia, temperamen, dan waktu dari pubertas, dapat menahan
dan bahkan mengalahkan faktor hormonal.
3. Stres dapat mempengaruhi dimensi fisik, perkembangan, emosional,
intelektual, sosial, dan spiritual. Sumber adaptif terdapat dalam setiap dimensi ini.
Oleh karenanya, ketika mengkaji adaptasi manusia terhadap stres, perawat harus
mempertimbangkan individu secara menyeluruh. Individu secara keseluruhan
terlihat dalam merespon dan mengadaptasi stres. Namun demikian, sebagian besar
dari riset tentang stres berfokus pada respon psikologis atau emosional dan
fisiologis, meski dimensi ini saling tumpang tindih dan berinteraksi dengan
dimensi lain (Potter dan Perry, 2009).

Kajian teori yang kelompok kami dapatkan selanjutnya dari jurnal ketiga
yang berjudul Kecerdasan Emosi Pada Remaja , dimana menurut beberapa ahli
tentang perkembangan emosi ialah:
1. Para remaja yang mempunyai kecerdasan emosional tinggi atau berkarakter
akan terhindar dari masalah-masalah umum yang dihadapi oleh remaja, seperti
kenakalan, tawuran, narkoba, miras, dan perilaku seks bebas (Kusumaningrum
dkk., 2011).
2. Seseorang yang tidak mampu untuk mengatur intensitas dan durasi/ tanggapan
emosional internalnya maka lebih rentan terhadap interaksi sosial yang tidak
diinginkan dan kurang tahan terhadap peristiwa stres (Chaplin dan Aldao, 2013).
BAB III
METODE PELAKSANAAN
3.1 Metode Penelitian
Metode penelitian yang kami gunakan adalah metode kualitatif studi kasus

3.2 Subjek Penelitian


Subjek penelitian atau responden adalah pihak-pihak yang dijadikan
sebagai sampel dalam sebuah penelitian. Pihak-pihak yang kami jadikan sebagai
responden dalam penelitian kami di Sekolah SMK NEGERI 1 PERCUT SEI
TUAN dengan bantuan kepala sekolah, guru bidang study, wakil kelas, PKS III,
dan orangtua. Yang dimana peran dari pihak-pihak tersebut sangat diperlukan
dalam perkembangan emosi siswa di sekolah maupun di rumah ataupun di
lingkungan.

3.3 Langkah Penelitian


Langkah penelitian yang kelompok kami lakukan, yaitu :
1. Merumuskan masalah
2. Merumuskan hipotesis dengan pilihan jawaban "Ya" atau "Tidak"
3. Merancang Penelitian
4. Mengolah dan Menganalisis Data
5. Menarik Kesimpulan
6. Melaporkan Hasil Penelitian

3.4 Teknik Pengumpulan Data


A. Wawancara
Wawancara adalah teknik pengumpulan data yang dilakukan melalui tatap muka
dan tanya jawab langsung antara peneliti dan narasumber.
Kelompok kami telah mengumpulkan data dengan cara melakukan wawancara
dengan pihak yang bersangkutan di sekolah SMK NEGERI 1 PERCUT SEI
TUAN.
B. Observasi
Observasi adalah teknik pengumpulan data yang dilakukaan melalui sesuatu
pengamatan, dengan disertai pencatatan-pencatatan terhadap keadaan atau prilaku
objek sasaran. Menurut Nana Sudjana observasi adalah pengamatan dan
pencatatan yang sistematis terhadap gejala-gejala yang diteliti.
Kelompok kami telah mengumpulkan data dengan proses observasi di sekolah
SMK NEGERI 1 PERCUT SEI TUAN.
C. Teknik Rekaman dan Pengambilan Video
Kelompok kami menggunakan teknik rekaman dan pengambilan video di sekolah
SMK NEGERI 1 PERCUT SEI TUAN, agar data yang kami peroleh lebih akurat.
BAB IV
PEMBAHASAN

Tabel Perkembangan Emosi


1 Upaya yang dilakukan Guru Bidang Studi Membantu
Perkembangan Emosi Siswa Usia Sekolah Menengah
No Pernyataan Ya Tidak
1 Membawa masalah pribadi ke lingkungan √
sekolah
2 Menyikapi perilaku siswa yang menjengkelkan √
dengan cara yang positif
3 Berusaha untuk tidak memicu/memancing √
emosi negatif di dalam kelas
4 Berusaha untuk menjadi guru yang disiplin √
5 Membanding-bandingkan antar siswa √
6 Membuat anak merasa takut, tidak nyaman, √
tertindas atau merasa di kecilkan didalam kelas
7 Memarahi siswa jika tidak bisa mengerjakan √
soal
8 Memberikan pengarahan kepada siswa untuk √
dapat mengendalikan diri
9 Mendiskusikan dampak emosi yang tidak √
terkendali
10 Mengarahkan siswa bersikap terbuka √

2 Upaya yang dilakukan Wali Kelas Membantu


Perkembangan Emosi Siswa Usia Sekolah Menengah
N Pernyataan Ya Tidak
o
1 Memotivasi siswa dengan menyikapi setiap √
masalah yang dihadapi
2 Pada saat tertentu, menempatkan diri sebagai √
sahabat siswa
3 Memberikan ilustrasi tentang dampak negatif √
dari emosi yang tidak terkendali
4 Meminimalisir konflik dalam kelas √
5 Tidak bersikap otoriter √
6 Mendiskusikan tayangan video tentang √
pengendalian emosi
7 Bekerjasama dengan orangtua membantu √
perkembangan emosi siswa

3 Upaya yang dilakukan PKS III Membantu


Perkembangan Emosi Siswa Usia Sekolah Menengah
N Pernyataan Ya Tidak
o
1 Menjadi figur yang diidolakan siswa √
2 Mengusulkan dan mengkoordinir √
penyelenggaraan seminar dengan tema “Cara
Mengendalikan Emosi Di Usia Remaja”
3 Memotivasi siswa dengan cara mengendalikan √
emosi yang tidak terkendali.
4 Mengajukan kegiatan ekstrakurikuler √
manajemen EQ
5 Menjadi pembina upacara dengan materi “tips √
mengendalikan emosi”
6 Mengajukan pembuatan ekstrakurikuler yang √
berhubungan dengan penyaluran bakat siswa

4 Upaya yang dilakukan Kepala Sekolah Membantu


Perkembangan Emosi Siswa Usia Sekolah Menengah
No Pernyataan Ya Tidak
1 Memberikan tips dalam mengendalikan emosi ke √
arah yang positif pada saat upacara bendera
2 Mengontrol emosi dalam bersikap dan bertindak. √
3 Mengundang alumni untuk memberikan wacana √
tentang cara mengendalikan emosi
4 Menyetujui penyelenggaraan seminar dengan tema √
Cara Mengendalikan Emosi di usia remaja
5 Memfasilitasi kegiatan yang diajukan PKS III √
untuk membuat kegiatan Yang berhubungan
dengan perkembangan emosi
6 Memfasilitasi semua kegiatan ekstrakulikuler yang √
diadakan sekolah
7 Memajang baliho “Tips Mengendalikan Emosi di √
Lingkungan Sekolah”

5 Upaya yang dilakukan Orangtua Membantu


Perkembangan Emosi Remaja Usia Sekolah Menengah
No Pernyataan Ya Tidak
1 Menjadi model mengendalikan emosi dalam √
keluarga
2 Meminimalisir jumlah anggota keluarga di dalam √
rumah
3 Menjaga keharmonisan rumah tangga √
4 Menanamkan budaya demokrasi dilingkungan √
keluarga
5 Berdomisili dilingkungan yang kondusif untuk √
perkembangan emosi
6 Memberi kepercayaan jika anak merasa takut √
7 Mendiskusikan dampak menjadi anak yang √
pengecut
8 Bersikap tenang menghadapi anak yang tempramen √
9 Menghargai potensi anak √
10 Menjadi sahabat bagi anak √
11 Mendiskusikan dampak dari kesalahan yang √
berulang
12 Menciptakan suasana keluarga yang harmonis √
13 Melatih anak mengungkapkan perasaan yang √
sedang dialami
14 Menjadi pendengar yang baik √
15 Memberi keyakinan kepada anak atas potensi yang √
dimiliki
Dari hasil mini riset yang kelompok kami lakukan, dapat disimpulkan dari
jawaban responden bagaimana upaya yang dilakukan sebagai guru bidang study
di sekolah SMK NEGERI 1 PERCUT SEI TUAN untuk membantu
perkembangan emosi siswa usia sekolah menengah yaitu Guru bidang studi
menyikapi perilaku siswa yang menjengkelkan dengan cara yang positif, guru
bidang studi juga berusaha untuk tidak memicu dan memancing emosi negatif di
dalam kelas, guru bidang studi juga berusaha untuk menjadi guru yang disiplin,
tidak membanding-bandingkan antar siswa, memberikan pengarahan kepada
siswa untuk dapat mengendalikan diri, serta mendiskusikan dampak emosi yang
tidak terkendali dan mengarahkan siswa untuk bersikap.Namun guru bidang studi
tidak membawa masalah pribadi ke lingkungan sekolah, tidak membuat anak-anak
merasa takut atau tidak nyaman bahkan tertindas atau merasa dikecilkan di dalam
kelas, juga tidak memarahi siswa jika tidak bisa mengerjakan soal.

Upaya yang dilakukan wali kelas yaitu memotivasi siswa dengan


menyikapi setiap masalah yang dihadapi, pada saat tertentu mendapatkan diri
sebagai sahabat siswa, memberikan ilustrasi tentang dampak negatif dari emosi
yang tidak terkendali, meminimalisir konflik dalam kelas, tidak bersikap otoriter,
bekerja sama dengan orang tua membantu perkembangan emosi siswa. Namun
wali kelas tidak mendiskusikan tayangan video tentang pengendalian emosi.

Upaya yang dilakukan PKS III yaitu menjadi figur yang diidolakan siswa,
memotivasi siswa dengan cara mengendalikan emosi yang tidak terkendali,
mengusulkan dan mengkoordinir penyelenggaraan seminar dengan tema "cara
mengendalikan emosi di usia remaja", dan mengajukan pembuatan ekstrakurikuler
yang berhubungan dengan penyaluran bakat siswa. Namun PKS III tidak
mengajukan kegiatan ekstrakurikuler manajemen EQ, dan menjadi pembina
upacara dengan materi "tips mengendalikan emosi".

Upaya yang dilakukan kepala sekolah yaitu memberikan tips dalam


mengendalikan emosi ke arah yang positif pada saat upacara bendera, kepala
sekolah juga mengontrol emosi dalam bersikap dan bertindak, kepala sekolah
pernah mengundang alumni untuk memberikan wacana tentang cara
mengendalikan emosi, kepala sekolah juga menyetujui penyelenggaraan seminar
dengan tema "Cara Mengendalikan Emosi di Usia Remaja",kepala sekolah
memfasilitasi kegiatan yang diajukan PKS III untuk membuat kegiatan yang
berhubungan dengan perkembangan emosi, kepala sekolah memfasilitasi semua
kegiatan ekstra kurikuler yang diadakan sekolah, kepala sekolah pernah
memajang baliho "Tips Mengendalikan Emosi di Lingkungan Sekolah".

Upaya yang dilakukan Orang tua yaitu menjadi model mengendalikan


emosi keluarga, menjaga keharmonisan rumah tangga orng tua juga menanamkan
budaya demokrasi dilingkungan keluarga ,orang tua jugaberdomisili dilingkungan
yang kondusif untuk perkembagan emosi,orang tua juga memeberikan
kepercayaan jika anak merasa takut,orng tua juga mendiskusikan dampak menjadi
anak yang pengecut,orang tua juga bersikap tenang menghadapi anak yang
tempramen ,orang tua juga menghargai potensi anak ,menjadi sahabat menjadi
anak ,orang tua juga mendiskusi dampak dari kesalahan yang berulang ,orang tua
menciptakan suasana keluarga yang harmonis, melatih anak mengungkapkan
perasaan yang sedang dialami, menjadi pendengar yang baik, memberi keyakinan
kepada anak atas potensi yang dimiliki. Namun orang tua tidak meminimalisir
jumlah anggota keluarga di dalam rumah.
BAB V
5.1 Kesimpulan

5.2 Saran
Saran dari kelompok kami, sebaiknya para pihak sekolah dan khususnya orang tua
siswa bekerja sama untuk meminimalisir tingkat perkembangan emosi anak di
usia remaja saat ini .
Sebaiknya wali kelas tidak membanding-bandingkan antar siswa walaupun niat
nya ingin membuat siswa lebih serius belajar lagi. Seharusnya memberikan
motivasi saja jangan membandingkan-bandingkan dengan satu sama lain. Wali
kelas juga harus lebih dekat dengan anak didik nya untuk memberikan pandangan
tentang pengendalian emosi.

5.3 Penutup
A. Pernyataan komitmen dari anggota kelompok berdasarkan hasil tugas ini Mini
Riset kelompok
Kelompok kami mampu menganalisis bahwa tingkat perkembangan emosi positif
dan negatif pada remaja itu berbeda-beda dalam berbagai situasi, dan kelompok
kami mampu memberikan ide dan inovasi sederhana untuk menetralkan emosi.
kelompok kami juga menerapkan bagaimana cara mengendalikan emosi pada diri
kami sendiri.

B.Harmbatan yang diprediksi perkembangan emosi anak usia Sekolah


Menengah,yaitu:
Berikut hambatan dalam mengembangkan kecerdasan emosional anak.
1) Kondisi kesehatan
Kondisi kesehatan yang baik membawa seseorang sehat secara jasmani dan
rohani. Kondisi kesehatan anak yang baik membawa emosi yang menyenangkan
menjadi lebih dominan, sebaliknya, kesehatan anak yang buruk menjadikan emosi
tidak menyenangkan lebih menonjol.
2) Suasana rumah
Rumah adalah tempat tumbuh kembang anak. Semuanya dimulai dari rumah, di
mana anak belajar pola perilaku dan cara mengelola emosi.
Suasana rumah yang penuh kebahagiaan, sedikit kemarahan, tanpa perasaan
cemburu dan dendam membawa anak pada perasaan kebahagiaan, yang
mendukung anak mengembangkan emosi positif.
3) Gaya pengasuhan
Gaya pengasuhan anak dapat memengaruhi segalanya. Anak-anak yang
dibesarkan dengan disiplin otoritatif memiliki kecenderungan lebih bahagia dan
sukses di kemudian hari. Mereka juga lebih baik dalam hal membuat keputusan
dan melakukan evaluasi risiko keselamatan sendiri.
4) Relasi anggota keluarga
Relasi yang sehat di dalam keluarga mendukung anak menjadi cerdas secara
emosi. Anak dapat belajar bagaimana menjalin hubungan yang positif.
Anak yang dibesarkan di dalam keluarga yang tidak rukun, cekcok dalam
keluarga, dan kekerasan dalam keluarga mendorong emosi negatif “menguasai”
perkembangan anak.
5) Hubungan teman sebaya
Hubungan dengan teman sebaya tidak selalu menyenangkan. Ada masanya anak
merasakan kesenangan, gembira, ceria, riang, senang saat bermain. Ada kalanya
juga anak memiliki rasa tidak menyenangkan, takut, sedih, marah, bahkan merasa
tidak berdaya. Perasaan tidak menyenangkan yang dialami anak jika tidak dikelola
dengan baik, membawa emosi negatif dalam perkembangan emosional anak.
6) Proteksi berlebihan
Orang tua yang memiliki proteksi berlebihan terhadap anak membuat anak kurang
memiliki kecakapan membaca situasi dan kondisi di sekitarnya. Anak tidak
memiliki keterampilan yang cukup dalam mengatasi masalah ketika berada dalam
situasi yang sulit. Anak yang terbiasa dalam proteksi yang berlebihan akan
menyimpan “ketakutan” dalam perkembangannya, takut salah, takut gagal, dan
tidak mengetahui kelemahan dan kekuatan pada dirinya.
7) Orang tua yang menuntut
Tuntutan orang tua yang tinggi pada anak, pada satu sisi mendorong anak untuk
bekerja lebih keras. Memberi motivasi pada anak. Sisi lain, ketika anak tidak
mampu memenuhi harapan orang tua membuat anak lebih mudah frustasi.

C. Alternatif kreatif menyelesaikan hambatan yang dialami


Kelompok kami melakukan alternatif kreatif penyelesaian berupa kegiatan
pengendalian emosi dengan cara sederhana yakni melakukan ice breaking di
dalam kelas,agar meningkatkan kesehatan mental secara keseluruhan.

Anda mungkin juga menyukai