Anda di halaman 1dari 21

PERAN PENDIDIK DALAM PERKEMBANGAN

EMOSI REMAJA AWAL

MAKALAH INI DIBUAT

UNTUK MEMENUHI TUGAS

Mata Kuliah: PSIKOLOGI PERKEMBANGAN

DOSEN PENGAMPU: Dr. Ermin Hidayati, S.Pd., M.Pd.K

DISUSUN OLEH:

TRISNY HANA

NIM: 210204

PRODI PAK JURUSAN TEOLOGI


STT PELITA HATI DENPASAR
2023
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR .......................................................................................................... 3

BAB I .................................................................................................................................. 4

PENDAHULUAN ............................................................................................................... 4

BAB II ................................................................................................................................. 7

PEMBAHASAN .................................................................................................................. 7

BAB III .............................................................................................................................. 20

PENUTUP ......................................................................................................................... 20

DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................................ 21


KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa di dalam nama
Tuhan Yesus Kristus karena telah memberikan hikmat dan anugerah-Nya sehingga penulis
dapat menyelesaikan makalah yang berjudul “PSIKOLOGI PERKEMBANGAN”.

Tujuan penulisan makalah ini adalah untuk memenuhi tugas dari Ibu Dosen mata kuliah
Psikologi Perkembangan sebagai pengganti absensi kehadiran, makalah ini diharapkan dapat
menjadi penambah wawasan bagi pembaca serta penulis sendiri.
Penulis mengucapkan terima kasih kepada Ibu Dosen Dr. Ermin Hidayati, S.Pd., M.Pd.K.
mata kuliah Psikologi Perkembangan yang sudah mempercayakan tugas ini kepada penulis,
sehingga sangat membantu penulis untuk memperdalam pengetahuan pada bidang studi yang
sedang kami tekuni yaitu tentang psikologi perkembangan anak di dalam kehidupan sehari-
hari.

Terima kasih juga penulis ucapkan kepada semua pihak yang telah berbagi
pengetahuannya kepada penulis, sehingga makalah ini dapat diselesaikan tepat waktu.
Tidak ada gading yang tak retak, penulis menyadari jika makalah ini masih jauh dari kata
sempurna. Oleh karena itu, penulis mengharapkan kritik serta saran demi kesempurnaan
makalah ini.

Denpasar, 7 Desember 2023

Penulis
BAB I

PENDAHULUAN

I. Latar Belakang
Siswa sekolah menengah atau remaja adalah masa yang paling unik dari masa yang
lainnya, karena masa ini ditandai dengan adanya perkembangan fisik. Kondisi masa
remaja sangat rentan pada permasalahan aspek emosi dan permasalahan tersebut kerap
berdampak negatif kepada aspek-aspek lain.
Emosi adalah suatu pergolakan pikiran, perasaan dan nafsu atau setiap keadaan
mental yang hebat dan meluap-luap. Keadaan emosi pada masa remaja sangat berbeda
dengan keadaan emosi masa anak-anak, perbedaannya yaitu rangsangan yang dapat
membangkitkan emosi dan khususnya pada pengendalian latihan individu terhadap
ungkapan emosi yang mereka rasakan. Untuk dapat mengelola tingkat emosi yang baik
remaja harus belajar memperoleh gambaran situasi-situasi yang dapat menimbulkan reaksi
emosinya. Berbagai bentuk emosi yang akan timbul, yaitu amarah, kesedihan, rasa takut,
kenikmatan, cinta, terkejut, jengkel dan malu. Berbagai macam bentuk emosi yang akan
muncul karena diakibatkan oleh beberapa faktor, yaitu proses kematangan dalam diri
individu baik kognitif, fisik dan psikomotorik dan faktor pembelajaran bagaimana individu
dalam mengelola emosi yang sedang dihadapi.
Karakteristik emosi pada remaja sangat penting diketahui dengan tujuan agar
remaja dapat mengontrol tingkat emosinya, sehingga perilaku emosi yang negatif tidak
akan muncul. Untuk mengontrol tingkat emosi maka diharapkan remaja paham dan
mengerti kondisi atau keadaan seperti apa yang akan menimbulkan emosi terutama emosi
yang negatif, karena akan merugikan orang lain dan dirinya sendiri. Pengontrolan emosi
yang baik bertujuan agar remaja dapat menyesuaikan dengan lingkungan dan sosialnya
secara baik. Karakteristik emosi remaja sangat berbeda, tergantung dengan rentang usia
yang sedang dihadapi.
Permasalahan emosi muncul karena remaja belum dapat mengelola emosinya.
remaja sering melakukan perilaku yang menyimpang yang menunjukan bahwa remaja
tersebut kurang mampu menyelesaikan permasalahan yang sedang dihadapi. Karena
remaja tersebut merasa bahwa permasalahan yang dihadapi terlalu berat dan merasa tidak
ada pihak lain yang peduli dengan permasalahanya yang dihadapi. Permasalahan emosi
muncul ketika individu mengalami hambatan dalam melaksanakan tugas
perkembangannya yang disebabkan oleh faktor internal maupun eksternal. Karakteristik
emosi remaja yang sering terjadi disekolah dapat berupa perilaku yang negatif berupa
pelanggaran terhadap peraturan yang berlaku disekolah. Perilaku yang dilakukan siswa
berupa kegiatan-kegiatan yang sifatnya berusaha menarik perhatian orang yang ada di
sekitarnya.
Berkenaan dengan hal tersebut bimbingan dan konseling memiliki andil yang besar
untuk memfasilitasi individu yang berperilaku tidak baik atau nakal. Perilaku yang negatif
yang dilakukan yaitu seperti tidak menerima keadaan dirinya, mengejek temannya,
bersikap murung, tidak menghargai orang lain dengan membuat kegaduhan didalam kelas
dan tidak bersikap toleran atau ingin menang sendiri.
Perkembangan emosional itu sendiri sangat memengaruhi proses pembelajaran.
Pada perkembangan emosional, siswa sangatlah membutuhkan peranan guru pendidik
dalam mengendalikan atau mengelola emosi remaja tersebut. Diketahui bahwa emosional
remaja terdiri dari marah, bahagia, sedih, senang, beradaptasi dengan orang lain, takut, dan
malu. Dalam hal ini guru dapat membantu siswa dalam mengenali, mengelola,
mengendalikan dan menahan emosiosnal siswa sehingga siswa dapat bertindak sesuai
situasi dan kondisi.
Dengan ini peran guru pendidik sebagai fasilitator, peranan guru pendidik sebagai
model dan teladan, peranan guru pendidik sebagai pembimbing, peran guru pendidik
sebagai mediator, peran guru pendidik sebagai evaluator sangat berpengaruh dalam
perkembangan emosional siswa untuk membentuk kembali dan memperbaiki emosional
siswa.
Dalam kaitannya dengan hubungan tersebut maka peran guru pendidik dalam
meningkatkan dan menumbuhkan perkembangan emosional siswa juga harus di utamakan
sebab secara psikologis tidak hanya pada pikiran yang rasional saja yang dapat menuntun
remaja pada perkembangan, namun pikiran emosional juga dapat menghasilkan dampak
yang efektif.
Dalam hal ini peranan guru pendidik sangatlah penting. Dengan ini peneliti tertarik
untuk melakukan penelitian yang berjudul “Peran Pendidik Dalam Perkembangan Emosi
Remaja Awal”.

II. Rumusan Masalah


Berdasarkan latar belakang masalah yang telah diuraikan diatas, maka yang menjadi pokok
permasalahan dalam penelitian ini adalah :
 Apa definisi dari perkembangan emosi?
 Dan bagaimana peran pendidik bagi perkembangan emosi remaja tersebut?
III. Tujuan Penelitian
Dari rumusan masalah tersebut dapat ditentukan tujuan dari penelitian ini adalah:
1. Mendeskripsikan teori perkembangan emosional remaja awal.
2. Mendeskripsikan peran pendidik dalam perkembangan emosional siswa.
BAB II

PEMBAHASAN

I. Deskripsi Teori
A. Perkembangan Emosional Remaja Awal
Hal-hal yang dibahas dalam bagian ini adalah, teori perkembangan emosional Maslow,
definisi perkembangan emosional, dan faktor-faktor yang memengaruhi perkembangan
emosional remaja.
Berikut pembahasannya:
a. Teori Perkembangan Emosional Maslow
Abraham Maslow lahir di Brooklyn pada tahun 1908 dan meninggal di Rusia pada
tahun 1970. Ia merasa bahwa psikologi hanya memandang manusia dari segi
negatifnya, sehingga ia melihat psikologi dari sisi yang lain, yaitu lebih ke sisi
positifnya. Maslow berpendapat bahwa manusia tidak hanya harus melawan
kesedihan, ketakutan, dan hal negatif lainnya, tetapi manusia juga harus mencari
kebahagian dan kesejahteraan. Maslow menyatakan bahwa pada dasarnya manusia
itu baik, tidak jahat (We are basically good, no evil). Menurut Maslow ada 4 hal
yang harus ditekankan mengenai hal ini.
1) Manusia memiliki struktur psikologis, seperti struktur fisik, yaitu
kebutuhan (needs), kapasitas (capacities), dan kecenderungan (tendencies)
yang didasari oleh keadaan genetis.
2) Perkembangan yang sehat diharapkan selalu melibatkan aktualisasi dari
karakteristik.
3) Keadaan patologis setiap manusia berasal dari penyangkalan (denial),
frustasi (frustration), atau memutar (twisting) keadaan manusia.
4) Manusia memiliki keinginan dan kemampuan aktif untuk mencapai
kesehatan mental dalam perkembangan aktualisasi diri.
Menurut Maslow seorang individu dapat berhubungan dengan dunia melalui dua
cara, yaitu D-realm atau deficiency (kekurangan) dimana manusia bertahan hidup
dengan cara berusaha memenuhi seluruh kebutuhan dasarnya. Setelah kebutuhan
dasarnya terpenuhi, maka manusia akan beranjak ke tahap B-realm atau being
(menjadi), dimana manusia memiliki motivasi untuk mencari aktuailisasi dirinya
dan pengayaan dari keberadaannya. Maslow mencetuskan sebuah teori yang
berkaitan dengan motivasi manusia dalam memenuhi kebutuhannya.
Teori ini disebut sebagai Hierarki Kebutuhan Maslow, yang meliputi:
1) Kebutuhan fisiologis, yaitu kebutuhan fisik yang paling dasar seperti rasa
lapar, haus, dan lelah.
2) Kebutuhan akan rasa aman, yaitu kebutuhan akan rasa keselamatan,
kestabilan, proteksi, struktur, keteraturan, hukum, batasan, dan bebas dari
rasa takut.
3) Kebutuhan memiliki dan cinta, yaitu kebutuhan memiliki hubungan yang
harmonis dengan oranglain, seperti keluarga, pasangan, anak, dan teman.
4) Kebutuhan rasa percaya diri, yaitu kebutuhan akan perasaan kuat,
menguasai sesuatu, kompetensi, dan kemandirian. Juga kebutuhan akan
perasaan dihormati oleh oranglain, status, ketenaran, dominansi menjadi
orang penting, serta harga diri dan penghargaan.
5) Kebutuhan aktualisasi diri dan metaneeds, yaitu kebutuhan untuk
mengaktualisasikan diri dengan mengembangkan diri dan melakukan
sesuatu yang dikuasai.
b. Definisi Perkembangan Emosional
Kata emosi berasal dari bahasa latin, yaitu emovere, yang berarti bergerak
menjauh. Arti kata ini menyiratkan bahwa kecenderungan bertindak merupakan hal
mutlak dalam emosi. Menurut Daniel Goleman dalam bukunya Emotional
Intelligence bahwa emosi merujuk pada suatu perasaan dan pikiran yang khas,
suatu keadaan biologis dan psikologis dan serangkaian kecenderungan untuk
bertindak.1 Emosi pada dasarnya adalah dorongan untuk bertindak. Biasanya
emosi merupakan reaksi terhadap rangsangan dari luar dan dalam diri individu.
Sebagai contoh emosi gembira mendorong perubahan suasana hati seseorang,
sehingga secara fisiologi terlihat tertawa, emosi sedih mendorong seseorang
berperilaku menangis.
Teori Sentral mengatakan bahwa gejala kejasmanian merupakan suatu akibat
dari emosi yang dialami oleh individu. 2 Pada teori ini membahas bahwa emosi
individulah yang mengakibatkan perubahan-perubahan pada jasmaniahnya. Pada
saat individu mengalami emosi maka jasmaninya akan mengalami perubahan
misalnya jantung yang akan berdebar secara cepat dan kencang, pernapasan tidak

1
Sarip munawar. Peran guru PAI dalam mengembangkan kecerdasan emosional (EQ) dan kecerdasan spiritual (SQ) siswa SMP Negeri 1
Ciwaru. Jurnal Ilmiah Educator. Vol. 4 No. 2. (Desember 2018). Hlm 97.
2
Baharudin, Psikologi Pendidikan Refleksi Teoritis Terhadap Penomena, (Yogyakarta: Ar-Ruzz Media, 2016), hlm. 100. 12 Wayan Candra
dkk, Psikologi Landasan Keilmuan Praktik Keperawatan Jiwa, (Yogyakarta:Penerbit Andi, 2017), hlm. 95.
teratur, mata memerah dan tubuh gemetar. Dalam hal ini individu tidak dapat
menahan emosinya maka akan melampiaskan pada benda disekitar.
Teori Perifer mengatakan gejala kejasmanian bukanlah akibat emosi yang
dialami oleh individu, tetapi emosi merupakan akibat gejala kejasmanian. Jadi
menurut teori ini, emosi dapat ditimbulkan dikarenakan adanya gejala dari tubuh
seperti individu tidak menangis karena susah, tetapi sebaliknya individu susah
karena menangis.
c. Faktor-Faktor Yang Memengaruhi Perkembangan Emosional Remaja
Adapun faktor-faktor emosional yang menyebabkan remaja sulit menyesuaikan diri
terhadap lingkungannya seperti: perasaan takut, perasaan ketidakpuasaan yang
disebabkan orang lain, agresif, dan sikap terhadap suatu kemenangan. Pada kondisi
emosi remaja terdapat dua hal yaitu positif dan negatif. Pada hal yang positif emosi
peserta didik akan mengarah pada hal yang menggembirakan, hati merasakan
ketenangan, belajar dengan keadaan yang baik dan dapat mengontrol emosinya
sendiri. Sedangkan dalam hal negatif, remaja dapat merasakan sedih, kecewa
marah dan memberontak didalam dirinya sehingga dapat mengganggu proses
belajar. Dalam hal ini, ekspresi dari emosi remaja diungkapkan melalui
perasaannya, perilakunya, serta keinginan-keinginannya. Dengan keadaan emosi
yang berubah-ubah dengan cepat maka akan memengaruhi bagaimana remaja
berpikir dan bertindak mengenai perasaan yang dirasakan. Kerangka pada prinsip
dasar emosi, seperti marah, sedih, takut, bahagia, cinta, malu, dan sebagainya
adalah titik tolak bagi nuansa kehidupan emosional yang tidak habis-habisnya.
Adapun beberapa kegunaan emosi antara lain, sebagai berikut: 3
 Bertahan Hidup
Alam mengembangkan emosi melalui evolusi selama jutaan tahun.
Hasilnya adalah kemampuan emosi melayani sebagai sistem pemandu
antarsesama. Contohnya ekspresi dapat menyampaikan sejumlah emosi.
Jika sesorang merasakan sedih atau terluka, dapat memberikan tanda
terhadap seseorang lain bahwa sedang membutuhkan bantuan.
 Mempersatukan (Unity)
Mungkin emosi merupakan sumber potensi terhebat untuk menyatukan
semua manusia. Secara jelas, agama, budaya, dan politik tidak dapat
menyatukan, bahwa secara lebih jauh dapat memecahkan secara tragis dan

3 Hamzah B. Uno, Orientasi Baru Dalam Psikologi Perkembangan (Jakarta: PT Bumi Aksara, 2006), hlm. 66.
fatal.4 Hal ini sesuai dengan pendapat Darwin dalam bukunya “The
Expressions of Emotional in Man Animal”, emosi dari empati, perasaan
iba, kerja sama, dan untuk orang lain, semuanya dapat menyatukan kita
sebagai sesama. Emosi meliputi perasaan tentang siapa kita, dan memasuki
kita dalam wujud energi.

B. Fungsi Emosional
Emosi berkaitan dengan perubahan pisiologis dan berbagai pikiran. Jadi, emosi merupakan
salah satu asfek penting dalam kehidupan manusia, karena emosi dapat merupakan
motivator perilaku dalam arti meningkatkan, tapi juga dapat mengganggu perilaku
interpersonal manusia.
Ada tiga fungsi emosi,
1. Survival, yaitu sebagai sarana untuk mempertahankan hidup.
Emosi memberikan kekuatan pada manusia untuk membela dan mempertahankan
diri terhadap adanya gangguan atau rintangan. Adanya perasaan cinta, sayang,
cemburu, marah, atau benci, membuat manusia dapat menikmati hidup dalam
kebersamaan dengan orang lain.
2. Energizer yaitu sebagai pembangkit energy.
Emosi dapat memberikan kita semangat dalam bekerja bahkan semangat untuk
hidup.
3. Messenger yaitu sebagai pembawa pesan.
Emosi memberitahu kita bagaimana keadaan orang-orang yang berada disekitar
kita, terutama orang-orang yang kita cintai dan sayangi, sehingga kita dapat
mengetahui dan memahami dan melakukan sesuatu yang tepat dengan kondisi
tersebut.
Rohmalina Wahab menutip pendapat Charles Darwin mengenai fungsi emosi itu adalah:
1) Merupakan bentuk komunikasi
Emosi berperan dalam memengaruhi kepribadian dan penyesuaian diri anak
dengan lingkungan sosialnya.
2) Emosi dapat memengaruhi iklim psikologis lingkungan .
a) Tingkah laku yang sama dan ditampilkan secara berulang dapat menjadi satu
kebiasaan.

4 Hamzah B. Uno, Orientasi Baru Dalam Psikologi Perkembangan (Jakarta: PT Bumi Aksara, 2006), hlm. 66.
b) Ketegangan emosi yang dimiliki anak dapat menghambat aktivitas motoric dan
mental anak.
Jadi dapat di simpulkan bahwa bagi manusia, emosi banyak fungsinya. Tidak hanya
berfungsi untuk survival atau sekedar untuk mempertahankan hidup, seperti pada hewan.
Akan tetapi, emosi juga berfungsi sebagai energizer atau pembangkit energy yang
memberikan gairah dalam kehiduoan manusia. Selain itu emosi juga merupakan
messenger atau pembawa pesan. Selain itu, juga emosi merupakan bentuk komunikasi
manusia melalui tingkah laku. 5

II. Peran Pendidik Bagi Perkembangan Emosi Remaja Awal


Hal-hal yang dibahas dalam bagian ini adalah definisi peran pendidik, faktor yang
mempengaruhi peran pendidik dalam perkembangan emosional remaja.
Berikut pembahasannya:
a. Definisi Peran Pendidik
Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia Peran berarti tindakan yang dilakukan oleh
seseorang dalam suatu peristiwa. Peran juga berarti serangkaian perilaku yang
diharapkan pada seseorang sesuai dengan posisi sosial yang diberikan baik secara
formal maupun secara informal.
Peran didasarkan pada ketentuan dan harapan, peran yang menerangkan apa yang
individu-individu harus lakukan dalam situasi-situasi tertentu agar dapat
memenuhi harapan-harapan mereka sendiri atau harapan orang lain yang
menyangkut peran-peran tersebut.
Para ahli menyatakan bahwa secara umum pengertian Peran adalah aspek
dinamis dari kedudukan atau status.
Menurut Kozier Barbara peran adalah seperangkat tingkah laku yang diharapkan
oleh orang lain terhadap seseorang sesuai kedudukannya dalam, suatu system.
Peran dipengaruhi oleh keadaan sosial baik dari dalam maupun dari luar dan
bersifat stabil. Peran adalah bentuk dari perilaku yang diharapkan dari seseorang
pada situasi sosial tertentu. Peran adalah deskripsi sosial tentang siapa kita dan kita
siapa. Peran menjadi bermakna ketika dikaitkan dengan orang lain, komunitas
sosial atau politik. Peran adalah kombinasi adalah posisi dan pengaruh. Seseorang
melaksanakan hak dan kewajiban, berarti telah menjalankan suatu peran.

5
Rohmalina Wahab, Psikologi Belajar, (Jakarta: Pustaka Alkausar. 2008). Hlm 158.
Peranan berarti adanya tanggung jawab terhadap hal-hal yang harus dilakukan
oleh seseorang sesuai dengan tugas dan fungsinya pada jabatan tertentu.
Berdasarkan Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 14 tahun 2005 tentang
Guru dan Dosen menyatakan bahwa “guru adalah pendidik professional dengan
tugas utama mendidik, mengajar, membimbing, mengarahkan, melatih, menilai,
dan mengevaluasi peserta didik pada penididikan anak usia dini jalur pendidikan
formal, pendidikan dasar, dan pendidikan menengah. Seorang pendidik harus
profesional sesuai dengan Undang-Undang dasar 1945, profesionalisme berasal
dari kata profesi yang artinya suatu bidang pekerjaan yang ingin atau akan ditekuni
oleh seseorang. Profesi juga diartikan sebagai suatu jabatan atau pekerjaan tertentu
yang mensyaratkan pengetahuan khusus yang diperoleh dari pendidikan akademis
yang intensif.
Pengertian pendidik dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia adalah orang yang
pekerjaan nya mengajar.6 Di lembaga pendidikan (sekolah) guru/pendidik lah
orang tua siswa, dalam hal ini guru memiliki arti yang sama yaitu tangan pertama
untuk siswa dalam membimbing, mengajar dan mendidik agar siswa menjadi
pribadi yang baik. Guru sebagai penyalur ilmu pengetahuan serta menanamkan
nilai-nilai agama, budaya dan sosial agar siswa tumbuh dengan akhlak mulia.
Secara umum bahwa performa mengajar guru meliputi aspek kemampuan kognitif,
keterampilan profesional dan keterampilan sosial.
Di samping itu, Borich menyebutkan bahwa perilaku mengajar guru yang baik
dalam proses belajar-mengajar di kelas dapat ditandai dengan adanya kemampuan
penguasaan materi pelajaran, kemampuan penyampaian materi pelajaran,
keterampilan pengelolaan kelas, kedisiplinan, antusiasme, kepedulian, dan
keramahan guru terhadap siswa. Dalam hal ini apapun sebutan untuk guru tetap
menjadi penyalur ilmu terhadap siswanya, pendidik bagi siswanya, pembimbing
bagi siswanya dan pendamping untuk siswanya.
Peneliti menyimpulkan bahwa guru merupakan seseorang yang sangat
berpengaruh penting dalam hidup siswa yang menjadikan siswa sepenuhnya dapat
mengenal banyak hal mengetahui banyak hal tidak hanya ilmu tetapi pengalaman,
dan siswa mendapatkan nilai-nilai norma.

6
Ismail, Peningkatan Kometensi Pedagogik Guru PAI Dalam Pembelajaran. Jurnal Mudarrisuna Vol 4 No. 2, Juli- Desember 2015, hal 705
b. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Perkembangan Emosional Remaja Awal.
Sejumlah faktor menurut Ali & Asrori (2006) yang dapat mempengaruhi
perkembangan emosi remaja adalah sebagai berikut:
a. Perubahan jasmani.
Perubahan jasmani yang ditunjukkan dengan adanya perubahan yang sangat
cepat dari anggota tubuh. Pada taraf permulaan pertumbuhan ini hanya
terbatas pada bagian-bagian tertentu saja yang mengakibatkan postur tubuh
menjadi tidak seimbang. Ketidakseimbangan tubuh ini sering mempunyai
akibat yang tak terduga pada perkembangan emosi remaja. Tidak setiap
remaja dapat menerima perubahan kondisi tubuh seperti itu, lebih-lebih jika
perubahan tersebut menyangkut perubahan kulit yang menjadi kasar dan
penuh jerawat. Hormon-hormon tertentu mulai berfungsi sejalan dengan
perkembangan alat kelaminnya sehingga dapat menyebabkan rangsangan di
dalam tubuh remaja dan seringkali menimbulkan masalah dalam
perkembangan emosinya.
b. Perubahan pola interaksi dengan orang tua.
Pola asuh orang tua terhadap anak, termasuk remaja, sangat bervariasi. Ada
yang pola asuhnya menurut apa yang dianggap terbaik oleh dirinya sendiri
saja sehingga ada yang bersifat otoriter, memanjakan anak, acuh tak acuh,
tetapi ada juga yang dengan penuh cinta kasih. Perbedaan pola asuh orang tua
seperti ini dapat berpengaruh terhadap perbedaan perkembangan emosi
remaja. Cara memberikan hukuman misalnya, kalau dulu anak dipukul
karena nakal, pada masa remaja cara semacam itu justru dapat menimbulkan
ketegangan yang lebih berat antara remaja dengan orang tuanya.
c. Perubahan pola interaksi dengan teman sebaya.
Remaja seringkali membangun interaksi sesama teman sebayanya secara
khas dengan cara berkumpul untuk melakukan aktifitas bersama dengan
membentuk semacam geng. Interksi antaranggota dalam suatu kelompok
geng biasanya sangat intens serta memiliki kohesivitas dan solidaritas yang
sangat tinggi. Pembentukan kelompok dalam bentuk geng seperti ini
sebaiknya diusahakan terjadi pada masa remaja awal saja karena biasanya
bertujuan positif, yaitu untuk memenuhi minat mereka bersama.
d. Perubahan pandangan luar.
Ada sejumlah pandangan dunia luar yang dapat menyebabkan konflik-konflik
emosional dalam diri remaja, yaitu sebagai berikut:
1) Sikap dunia luar terhadap remaja sering tidak konsisten. Kadang-
kadang mereka dianggap sudah dewasa, tetapi mereka tidak mendapat
kebebasan penuh atau peran yang wajar sebagaimana orang dewasa.
Seringkali mereka masih dianggap anak kecil sehingga menimbulkan
kejengkelan pada diri remaja. Kejengkelan yang mendalam dapat
berubah menjadi tingkah laku emosional.
2) Dunia luar atau masyarakat masih menerapkan nilai-nilai yang
berbeda untuk remaja laki-laki dan perempuan. Kalau remaja laki-
laki memiliki banyak teman perempuan, mereka mendapat predikat
populer dan mendatangkan kebahagiaan. Sebaliknya, apabila remaja
putri mempunyai banyak teman laki-laki sering sianggap tidak baik
atau bahkan mendapat predikat yang kurang baik. Penerapan nilai
yang berbeda semacam ini jika tidak disertai dengan pemberian
pengertian secara bijaksana dapat menyebabkan remaja bertingkah
laku emosional.
3) Seringkali kekosongan remaja dimanfaatkan oleh pihak luar yang
tidak bertanggung jawab, yaitu dengan cara melibatkan remaja
tersebut ke dalam kegiatan-kegiatan yang merusak dirinya dan
melanggar nilai-nilai moral.
e. Perubahan interaksi dengan sekolah.
Pada masa anak-anak, sebelum menginjak masa remaja, sekolah merupakan
tempat pendidikan yang diidealkan oleh mereka. Para guru merupakan tokoh
yang sangat penting dalam kehidupan mereka karena selain tokoh intelektual,
guru juga merupakan tokoh otoritas bagi para peserta didiknya. Oleh karena
itu, tidak jarang anakanak lebih percaya, lebih patuh, bahkan lebih takut
kepada guru daripada kepada orang tuanya. Posisi guru semacam ini sangat
strategis apabila digunakan untuk pengembangan emosi anak melalui
penyampaian materimateri yang positif dan konstruktif.

c. Peran Pendidik Bagi Perkembangan Emosi Remaja Awal


Ada sebuah study kasus di salah satu Sekolah Menengah di Singaraja dimana
anak-anak kelas VII ketika bermain di jam istirahat menendang pintu serta
memecahkan salah satu kaca jendela di kelasnya. Disini peran pendidik sangatlah
diperlukan, bukan hanya guru kelas/wali kelas, tetapi juga guru Bk, Kepala
Sekolah, serta orang tua murid.
Sikap dana tindakan dari guru kelas sangat tepat dalam menangani emosional
anak didiknya, tanpa membuat anak tersebut merasa terancam maupun melukai
perkembangan emosinya. Solusi yang diberikan dari pihak sekolah adalah anak
menjalani masa didikan emosional bersama dengan Guru BK, dan orang tua murid
mengganti dan memperbaiki fasilitas kelas yang rusak dengan penuh tanggung
jawab.
Dari study kasus ini, peneliti sangat terinspirasi dengan peranan pendidik dalam
perkembangan emosi remaja awal, antara lain;
 Peranan Pendidik Sebagai Fasilitator
Sebagai fasilitator, tugas guru tidak hanya menyampaikan informasi
kepada peserta didik, tetapi harus menjadi fasilitator yang bertugas
memberikan kemudahan belajar (facilitate of learning) kepada seluruh
siswa, agar mereka dapat belajar dalam suasana yang menyenangkan,
gembira, penuh semangat, tidak cemas, dan berani mengemukakan
pendapat secara terbuka. Rasa gembira, penuh semangat, tidak cemas dan
berani mengemukakan pendapat secara terbuka merupakan modal dasar
bagi siswa untuk tumbuh dab berkembang menjadi manusia yang siap
beradaptasi, menghadap berbagai kemungkinan, dan memasuki era
globalisasi yang penuh berbagai tantangan.
Sebagai fasilitator, guru tidak mendominasi peserta didik melalui cerita,
ceramah, atau penjelasan, namun ia memandang anak didik sebagai pribadi
yang bertanggung jawab, yang mampu mengolah sumber-sumber belajar
sehingga mereka melakukan kegiatan belajar berdasarkan petunjuk yang
tepat.
Pada perannya sebagai fasilitator pun, guru harus bisa menyediakan
waktunya untuk konsultasi pribadi atau kelompok kecil dengan siswa, baik
di dalam maupun di luar ruangan. 7
Wina Sanjaya mengatakan bahwa sebagai fasilitator, guru berperan
memberikan pelayanan untuk memudahkan siswa dalam kegiatan proses
pembelajaran. 8
 Peranan Pendidik Sebagai Model Dan Teladan
Keberadaan guru dalam kegiatan belajar mengajar merupakan salah satu
figur yang akan menjadi teladan untuk semua peserta didik dan juga akan
7 Dorlan Naibaho, Peran Guru Sebagai Fasilitator Dalam Perkembangan Peserta Didik, Jurnal Christian Humaniora, Vol. 2, No. 1, 2018, hlm.
77-78.
8 Wina Sanjaya, Strategi Pembelajaran: Berorientasi Standar Proses Pendidikan, (Jakarta: Kencana Media Group, 2008), hlm. 44.
menjadi teladan bagi semua elemen masyarakat yang berinteraksi
dengannya.
Oleh karena itu, apapun yang ada pada diri guru akan tercermin melalui
kerendahan diri, tindakan dan kepribadiannya. Guru yang menjadi model
dan teladan adalah merupakan salah satu sifat dasar yang harus menjadi
prinsip dalam kegiatan belajar mengajar, ketika seorang guru sudah tidak
memperhatikan perannya sebagai teladan bagi peserta didiknya maka hal
ini akan mengurangi keseriusan dan keefektifan peserta didik dalam
kegiatan belajar mengajar.
Ada beberapa hal yang harus menjadi perhatian bagi guru dalam
kegiatan belajar mengajar.
a. Sikap dasar: sikap dasar ini merupakan salah satu yang menyangkut
dengan postur psikologis yang akan nampak jelas tentang permasalahan
yang penting, seperti kegagalan, kebenaran, dan keberhasilan.
b. Bicara dan gaya bicara: guru dalam menggunakan bahasa dalam
berkomunikasi kerena hal itu merupakan alat dalam berfikir dan bersikap.
c. Pakaian: merupakan perlengkapan pribadi yang amat penting dan
menampakkan ekspresi seluruh kepribadian.
d. Hubungan kemanusiaan: sikap guru dalam berinterkasi harus
dilakukan dengan hubungan yang baik, beretika, bermoral.
e. Proses berfikir: guru dalam memecahkan sebuah permasahan harus
melalui proses berfikir yang komprehensif dan integratif. 9
 Peranan Pendidik Sebagai Motivator
Guru berperan untuk membantu peserta didik dalam mewujudkan tujuan
hidupnya secara optimal. Minat, bakat, kemampuan dan potensi-potensi
lain yang dimiliki peserta didik tidak akan berkembang secara optimal
tanpa bantuan pendidik atau guru. Seperti yang kita ketahui dari paparan
beberapa ahli seorang guru memiliki banyak peran yang harus
dilaksanakan. Pengertian peran guru sebagai motivator artinya guru sebagai
pendorong siswa dalam rangka meningkatkan kegairahan dan
pengembangan kegiatan belajar siswa. Guru harus merangsang dan
memberikan dorongan untuk membangkitkan kembali gairah dan semangat
belajar siswa.10

9 Kandiri Arfandi Email: Kandiri93@gmail.com arfandi.1985@gmail.com Universitas Ibrahimy


10 Elly Manzir, Peran Guru Sebagai Motivator Dalam Belajar, Jurnal Tadrib, Vol. 1, No. 2, (Desember 2017), hlm. 9 -15.
Guru sebagai motivator hendaknya menunjukkan sikap sebagai berikut:
 Bersikap terbuka Artinya bahwa seorang guru harus dapat
mendorong siswanya agar berani mengungkapkan pendapat dan
menanggapinya dengan positif. Guru juga harus bisa menerima
segala kekurangan dan kelebihan tiap siswanya. dalam batas
tertentu, guru berusaha memahami kemungkinan terdapatnya
masalah pribadi dari siswa, yakni dengan menunjukkan perhatian
terhadap permasalahan yang dihadapi siswa, dan menunjukkan
sikap ramah serta penuh pengertian terhadap siswa.
 Membantu siswa agar mampu memahami dan memanfaatkan
potensi yang ada pada dirinya secara optimal. Maksutnya bahwa
dalam proses penemuan bakat terkadang tidak secepat yang
dibayangkan. Harus disesuaikan dengan karakter bawaan setiap
siswa. minat diibaratkan seperti tanaman. Karena dalam
mengembangkan minat siswa di perlukan “pupuk” layaknya
tanaman yang harus dirawat dengan telaten, sabar dan penuh
perhatian. Dalam hal ini motivasi sangat dibutuhkan untuk setiap
siswa guna mengembangkan minat belajarnya sehingga dapat
meraih prestasi yang membanggakan.
 Menciptakan hubungan yang serasi dan penuh kegairahan dalam
interaksi belajar mengajar dikelas. Hal ini dapat ditunjukkan antara
lain, menangani perilaku siswa yang tidak diinginkan secara positif,
menunjukkan kegairahan dalam mengajar, murah senyum, mampu
mengendalikan emosi, dan mampu bersikap proporsional sehingga
berbagai masalah pribadi dari guru itu sendiri dapat didudukkan
pada tempatnya.
 Menanamkan kepada siswa bahwa belajar itu ditujukan untuk
mendapatkan prestasi yang tinggi atau agar mudah memperoleh
pekerjaan, atau keinginan untuk menyenangkan orang tua atau demi
dijadikan motivasi demi ditumbuhkannya minat siswa. 11

 Peranan Pendidik Sebagai Mediator

11 Ibid, hlm. 179.


Peran guru sebagai mediator dapat diartikan sebagai penengah dalam
kegiatan belajar siswa, misalnya menengahi atau memberikan jalan keluar
dalam kegiatan diskusi siswa. Mediator juga diartikan penyedia media.
Dalam hal ini guru hanya menggunakan buku paket dalam penyampaian
materi.
 Peranan Pendidik Sebagai Evaluator
Evaluasi merupakan aspek pembelajaran yang kompleks dan penting,
karena melibatkan banyak latar belakang dan hubungan, variable secara
konteks. Teknik penilaian harus dilakukan dengan prosedur yang jelas,
yang meliputi tiga tahap, yaitu persiapan, pelaksanaan, dan tindak lanjut
yang harus di lakukan oleh guru dalam kegiatan belajar mengajar. 12
Peran guru sebagai evaluator dimaksudkan agar guru mengetahui apakah
tujuan yang telah dirumuskan telah tercapai atau belum dan apakah materi
yang sudah diajarkan sudah cukup tepat apa belum. Dengan melakukan
penilaian guru akan dapat mengetahui keberhasilan pembelajaran yang
dilakukan. Kemampuan lain yang harus dikuasai guru sebagai evaluator
adalah memahami teknik evaluasi, tes maupun nontes yang meliputi jenis
masing-masing teknik penilaian, karakteristik penilaian, prosedur
pengembangan penilaian, serta cara menentukan baik atau tidaknya ditinjau
dari berbagai segi, validitas, reabilitas, daya beda, dan tingkat kesukaran
soal. Penilaian dilakukan secara adil.
Menurut Wina Sanjaya, terdapat dua fungsi guru dalam memerankan
peranannya sebagai evaluator, yaitu: 13
a. Untuk menentukan keberhasilan peserta didik dalam mencapai tujuan
yang telah ditentukan atau menentukan keberhasilan peserta didik dalam
menyerap materi kurikulum.
b. Untuk menentukan keberhasilan guru dalam melaksanakan seluruh
kegiatan yang telah dirancang dan diprogramkan.
Beberapa hal yang patut diperhatikan agar dapat membangkitkan motivasi
belajar adalah sebagai berikut:
a. Memperjelas tujuan yang ingin dicapai
b. Menciptakan minat peserta didik
c. Menciptakan suasana belajar yang menyenangkan

12 Mulyasa, Menjadi Guru..., hlm. 61.


13 Wina Sanjaya, Srategi Pembelajaran Berorientasi Standar Proses Pendidikan, (Jakarta: Kencana, 2009), hlm. 21-33.
d. Memberi pujian yang wajar terhadap keberhasilan peserta didik
e. Memberikan penilaian yang positif
f. Memberi komentar tentang hasil pekerjaan peserta didik
g. Menciptakan persaingan dan kerja sama
BAB III

PENUTUP

Kesimpulan
Emosi adalah suatu pergolakan pikiran, perasaan dan nafsu atau setiap keadaan mental
yang hebat dan meluap-luap. Keadaan emosi pada masa remaja sangat berbeda dengan
keadaan emosi masa anak-anak, perbedaannya yaitu rangsangan yang dapat
membangkitkan emosi dan khususnya pada pengendalian latihan individu terhadap
ungkapan emosi yang mereka rasakan. Permasalahan emosi muncul karena remaja belum
dapat mengelola emosinya.
Dalam hal ini peranan guru pendidik sangatlah penting. Peranan pendidik sebagai
fasilitator, model dan teladan, motivator, mediator, dan juga evaluator terhadap peserta
didik pada usia remaja sehingga peserta didik tersebut mendapatkan perhatian, Pendidikan
sesuai dengan kebutuhannya, sehingga emosionalnya mendapatkan asupan yang baik,
emosional bila dikelola dengan baik, maka akan menghasilkan peserta didik yang memiliki
kematangan emosional yang baik pula.
DAFTAR PUSTAKA

Sarip Munawar, Peran guru PAI dalam mengembangkan kecerdasan emosional (EQ) dan
kecerdasan spiritual (SQ) siswa SMP Negeri 1 Ciwaru. Jurnal Ilmiah Educator. Vol. 4 No. 2.
(Desember 2018).
Baharudin, Psikologi Pendidikan Refleksi Teoritis Terhadap Penomena, (Yogyakarta: Ar-
Ruzz Media, 2016)
Wayan Candra dkk, Psikologi Landasan Keilmuan Praktik Keperawatan Jiwa,
(Yogyakarta:Penerbit Andi, 2017)
Hamzah B. Uno, Orientasi Baru Dalam Psikologi Perkembangan (Jakarta: PT Bumi Aksara,
2006).
Rohmalina Wahab, Psikologi Belajar, (Jakarta: Pustaka Alkausar. 2008).
Ismail, Peningkatan Kometensi Pedagogik Guru PAI Dalam Pembelajaran. Jurnal Mudarrisuna
Vol 4 No. 2, Juli- Desember 2015
Dorlan Naibaho, Peran Guru Sebagai Fasilitator Dalam Perkembangan Peserta Didik, Jurnal
Christian Humaniora, Vol. 2, No. 1, 2018.
Wina Sanjaya, Strategi Pembelajaran: Berorientasi Standar Proses Pendidikan, (Jakarta:
Kencana Media Group, 2008).
Kandiri Arfandi Email: Kandiri93@gmail.com arfandi.1985@gmail.com Universitas
Ibrahimy
Elly Manzir, Peran Guru Sebagai Motivator Dalam Belajar, Jurnal Tadrib, Vol. 1, No. 2,
(Desember 2017)

Anda mungkin juga menyukai