Baru-baru ini muncul kasus anak kecil yang di aniaya oleh ibunya bahkan sampai
meregang nyawa. Kasus tersebut di karenakan beberapa faktor, diantaranya:
masalah ekonomi, masalah perseteruan, dan yang paling mengherankan adalah
disebabkan sikap dan ekspresi anak.
Atau ada juga kasus dimana seorang guru berlaku kasar kepada muridnya karena
merasa jengkel terhadap sifat murinya disekolah dikarenakan kurang fahamnya
bagaimana kondisi emosi anak dan cara penanggulangannya, yang akhirnya salah
dalam menyikapi sebuah permasalahan.
Emosi yang muncul dalam diri anak diantaranya: rasa takut, rasa malu, rasa
canggung, rasa khawatir, rasa cemas, rasa marah, rasa cemburu, rasa duka cita,
rasa kaingintahuan, rasa kegembiraan dsb. Emosi tersebut harus dipahami
baik oleh orang tua dirumah dan guru di sekolah. Diantara faktor yang
mempengaruhi perkembangan emosi anak adalah keadaana anak, faktor
belajar, belajar dengan cara meniru, belajar dengan membimbing dan
mengawas serta belajar dengan pengondisian. Disinilah kesempatan guru
dalam pembelajaran untuk memberikan uswatun hasanah atau suri teladan
yang baik bagi siswa-siswinya, karena pada usia ini anak belajar dengan cara
meniru.
Maka dari itu kita sebagai tenaga pendidik harus memahami tahapan-tahapan
perkembangan emosi peserta didik juga mengetahui bagaimana faktor yang
mempengaruhinya serta bagaimana cara penanganannya agar pembelajaran
lebih baik dan menyenangkan sesuai perkembangan peserta didik.
Pase Usia SD/MI merupakan pase meniru maka dari itu yang sangat penting
adalah ruh seorang gurunya dalam bimbingan pase ini, karna bila Ruh seorang
pendidiknya bagus dan menjadi sauri teladan yang baik maka insyaAllah anak
didiknyapun tidak akan jauh sifatnya dengan yang membimbingnya,
sebagaimana ungkapan Hasan Abdullah:
"at-thariqah ahammu minal maddah, wal mudarris ahammu minat thariqah,
wa ruhul mudarris ahammu minal mudarris nafsihi". Artinya "materi Ilmu itu
penting, namun metode lebih penting dari materi. Metode itu penting, namun
guru lebih penting dari metode. Guru itu penting, namun jiwa, ruh (karakter)
guru jauh lebih penting dari guru itu sendiri.
Maka bila ada generasi muda calon masyarakat masa depan yang
menampilkan akhlaq & kepribadian yang membuat miris masyarakat, bisa jadi
"salah satu" faktor yang perlu dibenahi adalah dari sisi ruh para guru mereka.
Tentu ada faktor-faktor eksternal lain yang juga menjadi ancaman di tengah
jalan. Tetapi guru adalah awal aliran tauladan illmu & sikap bagi mereka dalam
menghadapi tantangan jaman. Apabila alirannya deras dan jernih, maka segala
halangan di tengah perjalanan pati akan tersingkirkan. Inilah tugas berat guru.