Anda di halaman 1dari 13

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Harmoko (2005), kecerdasan emosi dapat diartikan kemampuan untuk mengenali,


mengelola, dan mengekspresikan dengan tepat, termasuk untuk memotivasi diri sendiri,
mengenali emosi orang lain, serta membina hubungan dengan orang lain. Jelas bila seorang
individu mempunyai kecerdasan emosi tinggi, dapat hidup lebih bahagia dan sukses karena
percaya diri serta mampu menguasai emosi atau mempunyai kesehatan mental yang baik.

Masa remaja merupakan masa peralihan antara masa anak-anak dengan masa dewasa,
sehingga pada masa ini emosi remaja tidak stabil Masa remaja adalah masa goncang yang
terkenal dengan berkecamuknya perubahan-perubahan emosional. Perubahan-perubahan
emosional pada remaja di pengaruhi oleh faktor-faktor dari dalam individu itu sendiri dan
faktor dari lingkungan.

Perkembangan emosi remaja merupakan suatu proses menuju kedewasaan. Pada usia
remaja cenderung memperhatikan penampilannya dan mulai tertarik dengan lawan jenis
sehingga perlu pengawasan dari orang tua agar perkembangan emosi anaknya mengarah pada
emosi yang positif.

Seringnya terjadi penyimpangan dalam usia remaja di sekolah sehingga perlu upaya-
upaya yang dilakukan dalam mengembangkan emosi remaja agar emosinya dapat terkontrol
dan mengarah ke hal-hal yang positif sehingga dapat memperbaiki moral remaja.

1.2 Rumusan Masalah

Rumusan masalah yang terdapat dalam makalah Critical Book Report Perkembangan
Peserta Didik ini adalah :
1. Apa identitas buku yang dibandingkan ?
2. Bagaimana ringkasan buku yang dibandingkan ?
3. Apa kelemahan dan kelebihan kedua buku yang dibandingkan ?
4. Apa kesimpulan yang didapat sesudah membandingkan kedua buku ?
1.2 Tujuan Masalah
Tujuan dalam pembuatan makalah Perkembangan Peserta Didik adalah untuk
memenuhi salah satu kriteria penilaian tugas matakuliah dan untuk menjawab yang menjadi
pertanyaan dalam rumusan masalah yaitu mengetahui :
1. Identitas buku yang dibandingkan.
2. Ringkasan kedua buku yang dibandingkan.
3. Kelemahan dan kelebihan kedua buku serta kesimpulannya.

1
BAB II
PEMBAHASAN
2.1.IDENTITAS BUKU
A. Buku Pertama
Judul buku : Perkembangan Peserta Didik
Penulis : Prof.Dr.H.Sunarto & Dra.Ny.B.Agung Hartono
Penerbit : Rineka Cipta
Tahun Terbit : 2008
ISBN : 978-979-518-826-1
Jumlah Halaman : 245 hlm
Bab Pembahasan : Perkembangan Emosi pada Remaja Usia Sekolah Menengah
Cover Buku

2
B. Buku Kedua
Judul buku : Perkembangan Peserta Didik
Penulis : Prof.Dr.Sudarwan Danim
Penerbit : Alfabeta,Bandung
Tahun Terbit : 2010
ISBN : 978-602-880-043-3
Jumlah Halaman : 182 hlm
Bab Pembahasan : Perkembangan Emosi pada Remaja Usia Sekolah Menengah
Cover Buku :

3
2.2 Ringkasan Isi Buku

A. Ringkasan Isi Buku 1

PERAN GURU BIDANG STUDI/WALIKELAS/ PKS III/ KEPSEK/


ORANGTUA/KAKAK ABANG/ SAHABAT MEMBANTU MENGEMBANGKAN
PERKEMBANGAN EMOSI REMAJA USIA SEKOLAH MENEGAH

Faktor kematangan dan pengalaman belajar, juga kondisi lainnya mempengaruhi


perkembangan emosi seseorang. Pada perkembangan emosi peserta didik, pengaruh faktor
belajar lebih penting karena belajar merupakan faktor yang lebih dapat dikendalikan.
Terdapat berbagai cara untuk mengendalikan lingkungan dan pengalaman belajar emosi, baik
untuk memperkuat pola reaksi emosi yang diinginkan, atau menghilangkan pola reaksi yang
tidak diinginkan.

Perkembangan emosi dapat dipelajari antara lain dengan cara atau metode berikut.

1. Belajar emosi dengan cara coba dan ralat (trial and error), terutama melibatkan aspek
reaksi. Anak mencoba-coba dalam mengekspresikan emosinya dalam bentuk perilaku yang
dapat diterima.

2. Belajar dengan cara meniru (imitasi) dilakukan melalui pengamatan yang membangkitkan
emosi tertentu pada orang lain. Anak belajar bereaksi dengan cara yang sama dengan ekspresi
dari orang yang diamati dan ditiru perilakunya.

3. Belajar dengan cara mempersamakan diri (identifikasi) dengan orang lain yang dikagumi
atau mempunyai ikatan emosional dengan anak lebih kuat dibandingkan dengan motivasi
untuk meniru sembarang orang.

4. Belajar melalui pengkondisian berarti belajar perkembangan emosi dengan cara asoiasi
atau menghubungkan antara stimulus (rangsangan) dengan respon (reaksi). Pengkondisian
lebih cepat terjadi pada anak kecilyang mempelajari perkembangan perilaku karrena anak
kurang mampu menalar, dan kurang pengalaman.

5. Belajar melalui pelatihan (training) dibawah bimbingan dan pengawasan guru atau orang
tua. Dengan pelatihan, anak dirangsang untuk bereaksi terhadap hal-hal tertentu dan belajar
mengendalikan lingkungan atau emosi dirinya.

Pada diri setiap individu, termasuk peserta didik usia SD/MI, ada emosi dominan
yaitu satu atau beberapa emosi yang menimbulkan pengaruh terkuat terhadap perilaku
seseorang dan mempengaruhi kepribadian anak, khususnya dalam penyesuaian pribadi dan
sosial. Emosi dominan ini biasanya terbentuk dan bergantung pada lingkungan tempat anak
hidupa dan menjalin hubungan dengan orang-orang yang berarti atau berpengaruh dalam
kehidupannya, seperti kondisi kesehatan, suasana rumah, hubungan dengan anggota keluarga,
hubungan dengan teman sebaya, perlindungan aspirasi orang tua, serta cara mendidik dan
bimbingan orang tua.

4
Emosi dominan ini akan mewarnai temperamen anak dan bersifat menetap. Anak
yang bertemperamen periang akan memandang ringan rintangan yang menghalangi
langkahnya. Demikian juga, besarnya pengaruh emosi yang menyenangkan seperti kasih
sayang dan kebahagiaan menyebabkan timbulnya perasaan aman yang akan membantu anak
dalam menghadapi masalah dengan penuh ketenangan, kepercayaan dan keyakinan dapat
mengatasinya, bereaksi terhadap rintangan denga ketegangan emosi yang minimal, dan dapat
mempertahankan keseimbangan emosi.

Kesimbangan emosi dapat diperoleh melalui cara :

(1) pengendalian lingkungan dengan tujuan agar emosi yang tidak/kurang menyenangkan
dapat cepat diimbangi dengan emosi yang menyenangkan; dan

(2) mengembangkan toleransi terhadap emosi yaitu kemampuan untuk menghambat


pengaruh emosi yang tidak menyenangkan (marah, kecemasan, dan frustrasi) dan belajar
menerima kegembiraan dan kasih sayang. Terjadinya ketidakseimbangan antara emosi yang
menyenangkan dan tidak menyenagkan akan membuat anak menjadi murung, cepat marah,
dan watak negatif lainnya. Untuk itu diperlukan katarsis emosi yaitu keluarnya energi
emosional yang dapat mengakngkat sebab terpendam, dan sekaligus membersihkan tubuh
dan jiwa dari gangguan emosional. Kondisi emosi yang meninggi antara lain disebabkan oleh
kondisi fisik (kesehatan buruk, gangguan kronis, perubahan dalam tubuh), kondisi psikologis
(kecerdasan rendah, kecemasan, kegagalan mencapai aspirasi), dan kondisi lingkungan
(ketegangan karena pertengkaran, sikap orang tua/guru yang otoriter, dll).

Pelatihan kecerdasan emosional dimulai dengan cara mengenali diri


(kekuatan,kelemahan, cita-cita, dan harapan) serta perasaan-perasaan yang ada pada diri
seseorang, termasuk mengekspresikan dan mengkomunikasikan emosi dengan perilaku yang
dapat diterima. Belajar mengendalikan perasaan atau emosi berarti mengarahkan energi
emosi ke saluran emosi yang bermanfaat dan dapat diterima secara sosial. Untuk mencapai
pengendalian emosi, seseorang perlu memberikan perhatian pada aspek mental emosi
sebanyak perhatiannya pada aspek fisik. Jadi, selain belajar cara menangani rangsangan yang
membangkitkan emosi, anak juga harus belajar cara mengatasi reaksi yang biasa menyertai
emosi tersebut. Anak harus mampu menilai rangsangan dan menentukan reaksi emosinya
secara benar. Tercapainya pengendalian emosi penting bagi perkembangan anak secara
keseluruhan. Semua kelompok sosial mengharap bahwa semua anak belajar mengendalikan
emosinya. Semakin dini anak belajar mengendalikan emosinya, semakin lebih mudah pula
mengendalikan dirinya.

5
B. RINGKASAN ISI BUKU II

PERAN GURU BIDANG STUDI/ WALI KELAS / PKS III/KEPSEK/


ORANGTUA/KAKAK ABANG/ SAHABAT MEMBANTU MENGEMBANGKAN
PERKEMBANGAN EMOSi REMAJA USIA SEKOLAH MENEGAH

Masa remaja merupakan masa peralihan antara kanak kanak ke masa dewasa. Pada
masa ini, remaja mengalami perkembangan kematangan fisik, mental, sosial, dan emosi. Pada
masa ini, remaja memiliki energi yang besar, emosi yang berkobar kobar sedangkan
pengendalian diri belum sempurna. Untuk itu, guru jangan sampai memadamkan emosi yang
berkobar itu, tetapi berusaha mengarahkan ke arah yang positif dan bermanfaat bagi remaja,
dengan memberikan pengarahan, bimbingan, dan menjadi contoh yang baik bagi remaja.

Kecerdasan emosi dapat diartikan kemampuan untuk mengenali, mengelola, dan


mengekspresikan dengan tepat, termasuk untuk memotivasi diri sendiri, mengenali emosi
orang lain, serta membina hubungan dengan orang lain. Guru dan keluarga dapat
mengembangkan keterampilan kecerdasan emosional seorang anak dengan memberikan
beberapa cara yaitu:

a. Mengenali emosi diri anak , mengenali perasaan anak sewaktu perasaan yang dirasakan
terjadi merupakan dasar kecerdassan emosional. kemampuan untuk memantau peraaan dari
waktu kewaktu merupakan hal penting bagi pemahahaman anak.

b. Mengelola emosi, menangani perasan anak agar dapat terungkap dengan tepat kemampuan
untuk menghibur anak , melepasakan kecemasan kemurungan atau ketersinggungan, atau
akibat akibat yang muncul karena kegagalan.

c. Memotivasi anak, penataan emosi sebagai alat untuk mencapai tujuan adalah hal yang
sangat penting dalam keterkaitan memberi perhatian dan kasih sayang untuk memotivasi
anak dalam melakukan kreasi secara bebas.

d. Memahami emosi anak.

e. Membina hubungan dengan anak, Setelah kita melakukan identifikasi kemudian kita
mampu mengenali, hal lain yang perlu dilakukan untuk dapat mengembangkan kecerdasan
emosional yaitu dengan memelihara hubungan.

f. Berkomunikasi dengan jiwa , Tidak hanya menjadi pembicara terkadang kita harus
memberikan waktu lawan bicara untuk berbicara juga dengan demikian posisikan diri kita
menjadi pendengar dan penanya yang baik dengan hal ini kita diharapkan mampu
membedakan antara apa yang dilakukan atau yang dikatakan anak dengan reaksi atau
penilaian.

Setelah mengetahui bagaimana tipe remaja dalam mengekspersikan dirinya, orang tua
sebaiknya mempersiapkan diri untuk mengenal lebih jauh dalam membimbing anaknya saat
masa remaja, dengan cara berikut :

6
Kenali mereka lebih dekat yaitu informasi mengenai remaja dan perubahan2 yang terjadi
di dalam dirinya.

Kenali perubahan fisik pada remaja dan dampaknya terhadap diri anak.

Kenali perubahan emosi remaja dan caranya mencari perhatian orang tua serta reaksi
emosinya dalam menghadapi masalah.

Menciptakan hubungan komunikasi yang hangat, membentuk kebiasaan2 yang positif,


memberlakukan aturan dalam keluarga, menyikapi kesalahan anak, mengambil hati anak
dan mencuri perhatian anak.

Kenali perubahan lingkungan misalnya peran gender serta rasa keadilan antara pria dan
wanita; teman dan permasalahannya; naksir, ditaksir dan pacaran.

Masalah-masalah seksualitas, kelainan seksual dan pengaruh buruk yagn ada di


masyarakat.

Tidak hanya remaja yang belajar menghadapi kehidupananya yang baru tetapi
orang tua juga perlu banyak belajar menghadapi perubahan2 dan menemukan cara terbaik
untuk menghadapinya.

Dampak kehadiran teman sebaya juga tidak selamanya meberi pengaruh yang positif
bagi perkembangan remaja. Bila orang tua kurang memberikan pengetahuan yang baik bagi
remaja, maka akibatnya bisa menimbulkan hal-hal yang negatif. Yang perlu diperhatikan agar
remaja tidak menyimpang dari aturan aturan dalam bersosialisasi yaitu :
1.Peran Disiplin. Remaja harus mampu mengatur waktu. Kapan belajar, kapan bermain
dengan teman sebaya dan kapan membantu orang tua.
2.Peran Kontrol Orang Tua. Orang tua tetap harus dapat mengontrol remaja dalam
berhubungan dengan teman-teman sebayanya.
3.Hindari lingkungan yang dapat membawa remaja ke arah pergaulan yang negatif.
4. Pandai-pandai dalam memilih bentuk kegiatan yang akan dimasuki.
5. Pilihlah teman yang memberi dampak/pengaruh yang positif terhadap kita.
6. Memiliki aturan-aturan yang jelas sebagai bekal pada saat bersosialisasi dengan teman-
teman remaja yang lain.

Upaya Mengembangkan Emosi Remaja dan Implikasinya bagi Pendidikan


Intervensi pendidikan untuk mengembangkan emosi remaja agar dapat
mengembangkan kecerdasan emosional , salah satu di antaranya adalah dengan menggunakan
intervensi yang dikemukakan oleh W.T. Grant Consortium dalam Ali dan Asrori (2010:73-
74) tentang Unsur-unsur aktif program pencegahan, yaitu sebagai berikut.

1. Pengembangan keterampilan emosional

Cara yang dapat dilakukan untuk mengembangkan keterampilan emosional individu


adalah :

a. Mengidentifikasi dan memberi nama atau label perasaan,

7
b. Mengungkapkan perasaan,

c. Menilai intensitas perasaan,

d. Mengelola perasaan,

e. Menunda pemuasan,

f. Mengendalikan dorongan hati,

g. Mengurangi stress, dan

h. Memahami perbedaan antara perasaan dan tindakan.

2. Pengembangan keterampilan kognitif

Cara yang dapat dilakukan untuk mengembangkan keterampilan kognitif individu


adalah sebagai berikut.

a. Belajar melakukan dialog batin sebagai cara untuk menghadapi dan mengatasi
masalah atau memperkuat perilaku diri sendiri.
b. Belajar membaca dan menafsirkan isyarat-isyarat sosial.
c. Belajar menggunakan langkah-langkah penyelesaian masalah dan pengambilan
keputusan.
d. Belajar memahami sudut pandang orang lain.
e. Belajar memahami sopan santun, yaitu perilaku mana yang dapat diterima dan mana
yang tidak.
f. Belajar bersifat positif terhadap kehidupan.
g. Belajar mengembangkan kesadaran diri.

3. Pengembangan keterampilan perilaku

Cara yang dapat dilakukan untuk mengembangkan keterampilan perilaku individu


adalah sebagai berikut.

a.Mempelajari keterampilan komunikasi nonverbal.

b.Mempelajari keterampilan komunikasi verbal

Cara lain yang dapat digunakan sebagai intervensi edukatif untuk mengembangkan
emosi remaja agar dapat memiliki kecerdasan emosional adalah dengan melakukan kegiatan-
kegiatan yang di dalamnya terdapat materi yang dikembangkan oleh Daniel Goleman dalam
Ali dan Asrori (2010:74-75) yang kemudian diberi nama Self-Science Curiculum
sebagaimana dipaparkan berikut ini.

8
a. Belajar mengembangkan kesadaran diri

Caranya adalah mengamati sendiri dan mengenali perasaan sendiri, menghimpun kosakata
untuk mengungkapkan perasaan, serta memahami hubungan antara pikiran, perasaan, dan
respons emosional.

b. Belajar mengambil keputusan pribadi

Caranya adalah mencermati tindakan-tindakan dan akibat-akibatnya, memahami apa yang


menguasai suatu keputusan, pikiran, atau perasaan, serta menerapkan pemahaman ini ke
masalah-masalah yang cukup berat, seperti masalah seks dan obat terlarang.

c. Belajar mengelola perasaan

Caranya adalah memantau pembicaraan sendiri untuk mengungkap pesan-pesan negatif yang
terkandung di dalamnya, menyadari apa yang ada di balik perasaan, menemukan cara-cara
untuk menangani rasa takut, cemas, amarah dan kesedihan.

d. Belajar menangani stress

Caranya adalah mempelajari pentingnya berolahraga, perenungan yang terarah, dan metode
relaksasi.

e. Belajar berempati

Caranya adalah memahami perasaan dan masalah orang lain, berpikir dengan sudut pandang
orang lain, serta menghargai perbedaan perasaan orang lain mengenai sesuatu.

f. Belajar berkomunikasi

Caranya adalah berbicara mengenai perasaan secara efektif, yaitu belajar menjadi pendengar
dan penanya yang baik, membedakan antara apa yang dilakukan atau yang dikatakan
sesorang dengan reaksi atau penilaian sendiri tentang sesuatu, serta mengirimkan pesan
dengan sopan dan bukannya mengumpat.

g. Belajar membuka diri

Caranya adalah menghargai keterbukaan dan membina kepercayaan dalam suatu hubungan
serta mengetahui situasi yang aman untuk membicarakan tentang perasaan diri sendiri.

h. Belajar mengembangkan pemahaman

Caranya adalah mengidentifkasi pola-pola kehidupan emosional dan reaksi-reaksinya serta


mengenali pola-pola serupa pada orang lain.

9
i. Belajar menerima diri sendiri

Caranya adalah merasa bangga dan memandang diri sendiri dari sisi positif, mengenali
kekuatan dan kelemahan diri anda, serta belajar mampu untuk menertawakan diri anda
sendiri.

j. Belajar mengembangkan tanggung jawab pribadi

Caranya adalah belajar rela memikul tanggung jawab, mengenali akibat-akibat dari keputusan
dan tindakan pribadi, serta menindaklanjuti komitmen yang telah dibuat dan disepakati.

k. Belajar mengembangkan ketegasan

Caranya adalah dengan mengungkapkan keprihatinan dan perasaan anda tanpa rasa marah
atau berdiam diri.

l. Mempelajari dinamika kelompok

Caranya adalah mau bekerja sama, memahami kapan dan bagamana memimpin, serta
memehami kapan harus mengikuti.

m. Belajar menyelesaikan konflik

Caranya adalah memahami bagaimana melakukan konfrontasi secara jujur dengan orang lain,
orang tua atau guru, serta memahami contoh penyelesaian menang-menang (win-win
solution) untuk merundingkan atau menyelesaikan suatu perselisihan.

10
2.3 PERBANDINGAN KEDUA BUKU
A. Kelebihan dan Kelemahan Buku Pertama
a. Kelebihan Buku Pertama
1. Bahasa yang digunakan sederhana dan mudah dipahami pembaca.
2. Bagian sub bab buku dibuat dengan jelas. Isi sub bab lengkap dan
terperinci.
3. Memiliki kajian lanjutan yang berupa pengetahuan umum yang lebih
luas mengenai sub bab. Dengan adanya kajian lanjutan tersebut pembaca
diajak untuk lebih mendalami dan lebih mengkaji lagi materi yang
disampaikan.
4. Dengan dipaparkannya materi tentang peran guru,orangtua, teman dan
keluarga maka kita sebagai pembaca bisa menerapkan sesuai dengan
peranan diri kita kita tempatkan sebagai apa . kita bisa mengetahui
peran-peran apa yang selayaknya kita terapkan untuk perkembangan
emosi peserta didik ataupun remaja usia menengah
b. Kelemahan Buku Pertama
1. Masih terdapat beberapa kesalahan pengetikan dalam buku
2. Jika dibandingkan dengan bab pembahasan pada buku kedua buku ini
tidak membahas tentang upaya mengembangkan emosi remaja dan
bagaimana implikasinya bagi pendidikan
3. Tidak memiliki soal latihan yang sangat membantu dalam mengasah
pemahaman pembaca.

11
B. Kelebihan dan Kelemahan Buku Kedua
a. Kelebihan Buku Kedua
1. Bahasa yang digunakan sederhana dan mudah dipahami pembaca
2. Memiliki soal latihan yang membantu pemahaman pembaca.
3. Terdapat bagan dan tabel serta gambar pendukung isi buku.
4. Bagian isi ditulis dengan jelas dan terperinci
5. Pada bab pembahasan ini memaparkan materi tentang peranan guru, orangtua,
keluarga untuk perkembangan emosi remaja usia menengah sehingga dengan
materi tersebut pembaca bisa membuatnya menjadi acuan untuk
menerapkannya dalam kehidupan sehari-hari dengan menempatkan posisinya
sebagai apapun yang memang bisa mendukung perkembangan emosi peserta
didik atau remaja usia menengah selain itu juga pada buku ini menerapkan
bagaimana upaya mengembangkan emosi remaja dan bagaimana implikasinya
bagi pendidikan

b. Kelemahan Buku Kedua


1. Masih terdapat beberapa kesalahan pengetikan.
2. Masih terdapat istilah-istilah asing yang tidak disertai dengan artinya sehingga
hal tersebut dapat membuat pembaca agak kesulitan dalam memahami
penyampaian materinya
3. Tidak memiliki soal latihan yang sangat membantu dalam mengasah
pemahaman pembaca.

12
BAB III

PENUTUP

3.1 Kesimpulan

Emosi yang paling sering dirasakan remaja adalah emosi marah, takut, cemas, kecewa
dan cinta. Gangguan emosi yang dialami remaja dapat menjadi sumber tingkah laku nakal.
Oleh karena itu hal-hal yang menyebabkan emosi remaja terganggu perlu dihindari. Cara
yang sangat penting untuk menghindari gangguan emosi pada remaja yaitu memenuhi
kebutuhan-kebutuhan fisik dan psikologis. Yaitu kebutuhan makan, pakaian dan bergerak,
kebutuhan mendapatkan status, kebutuhan untuk diakrabi, kebutuhan untuk berprestasi,
kebutuhan untuk mandiri dan kebutuhan memiliki filsafat hidup.

3.2 Saran

Usaha untuk mengembangkan emosi remaja, yaitu :adanya model dari orang tua dan
guru serta orang dewasa lainnya dalam melahirkan emosi-emosi negatif,adanya latihan
beremosi secara terprogram di keluarga dan di sekolah, mempelajari secara mendalam
kondisi-kondisi yang cenderung menyebabkan emosi negatif remaja muncul dan menghindari
kondisi-kondisi itu, membantu remaja mengatasi berbagai masalah pribadinya dengan
mendorongnya membicarakan masalah pribadi itu kepada orang-orang yang dipercayainya.

13

Anda mungkin juga menyukai