Anda di halaman 1dari 19

CRITICAL JURNAL REVIEW

Di Susun Oleh :
Nama : Abdu Yudha Januarto
Nim : 6212111009
Kelas : PJKR III C
Mata Kuliah : Perkembangan Kurikulum Penjas
Dosen Pengampu : Dr. Samsudin Siregar, S.Pd., M.Or.

PROGRAM STUDI S1 PENDIDIKAN JASMANI KESEHATAN dan REKREASI FAKULTAS ILMU


KEOLAHRAGAAN - UNIVERSITAS NEGERI MEDAN
SEPTEMBER 2022
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur penulis panjatkan atas kehadirat ALLAH SWT yang telah memberi
banyak nikmat terutama nikmat iman, sehat, ksempatasn, serta hidayah-Nya sehingga penulis
dapat menyelesaikan tugas CJR ini dengan tepat waktu.
Tak lupa pula penulis mengucapkan terimakasih kepada bapak dosen pengampu mata
kuliah pedagogi bapak Winara, S.Si, M.Pd atas bimbinganya dalam pengerjaan tugas project
dua ini sehingga tugas ini dapat terselesaikan.
Penulis menyadari sepenuhnya bahwa dalam pengerjaan tugas CJR ini masih memiliki
kekurangan baik dari segi sistematika penulisan maupun isi dari tulisan, maka dari itu
penulisan sangat mengharapkan kritik dan saran yang membangun dari setiap pembaca.
Akhir kata penulis mengucapkan terimakasih atas perhatian dan partisipasi dari setiap
pembaca.

17 September 2022

Penulis
i
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR.............................................................................. i
DAFTAR ISI............................................................................................. ii
BAB I PENDAHULUAN......................................................................... 1
A. Rasionalisasi Pentingnya CJR.............................................................. 1
B. Tujuan Penulisan CJR........................................................................... 1
C. Manfaat Penulisan CJR......................................................................... 2
D. Identitas Jurnal Yang di Review........................................................... 3
BAB II RINGKASAN ISI JURNAL......................................................... 4
A. Ringkasan Isi Jurnal Utama................................................................... 4
B. Ringkasan Isi Jurnal Pembanding 1 dan 2.......................................... 8
BAB III PEMBAHASAN ANALISIS........................................................ 9
A. Pembahasan Isi Jurnal............................................................................. 9
B. Kelebihan dan Kekurangan isi jurnal....................................................... 9
BAB IV PENUTUP.................................................................................... 10
A. Kesimpulan............................................................................................ 10
B. Saran....................................................................................................... 10
DAFTAR PUSTAKA................................................................................. 10

ii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Rasionalisasi Pentingnya CJR
Sering kali kita binging memilih jurnal sebagai referensi untuk kita baca dan
pahami.Terkadang kita sudah memilih satu jurnal,namun kurang memuaskan. Misalnya dari
segi,informasi yang terdapat di dalam sebuah jurnal.
Maka dari itu,penulis membuat Critical Journal Review ini untuk mempermudah pembaca
dalam memilih Jurnal sebagai referensi. Selain itu,faktor yang melatar belakangi penulis
mereview jurnal ini yaitu agar kita bisa berfikir kritis, mencari ilmu baru, dan mengetahui
kelebihan dan kekurangan dari sebuah jurnal.
B. Tujuan Penulisan CJR
1. Sebagai pemenuhan salah satu tugas mata kuliah Filsafat Pendidikan
2. Untuk mengulasi isi dari sebuah jurnal tentang Filsafat Pendidikan.
3. Untuk mencari dan menggali insformasi baru dari sebuah jurnal tentang Filsafat
Pendidikan.
4. Untuk melatih diri berfikir kritis dalam mencari sebuah informsai yang di sajikan pada
sebuah jurnal tentang Filsafat Pendidikan.
5. Untuk mengetahui kelebihan dan kekurangan dari kedua jurnal.
C. Manfaat Penulisan CJR
1. Dapat menambah wawasan dan pengetahuan para pembaca tentang filsafat pendidikan.
2.Dapat Memudahkan pembaca dalam memahami isi dari sebuah jurnal tentang filsafat
pendidikan.
3. Dapat Menambah wawasan dan pengetahun bagi penulis sendiri dalam memahami
filsafat pendidikan.
4. Dan dapat meelatih penulis dan para pembaca dalam berfikir secara kritis.

1
D. Identitas Jurnal yang di Review
1. Identitas Jurnal Utama
1. Judul Jurnal : Survei Keterlaksanaan Kurikulum Merdeka Belajar Pada
Pembelajaran Pendidikan Jasmani di SMA Negeri 1 Purwoasari
2. Nama Jurnal : Jurnal Pendidikan Olahraga dan Kesehatan
3. Edisi Terbit :1
4. Pengarang : Wahyu Subandiro, Dwi Cahyo Kartiko
5. Penerbit :-
6. Kota Terbit : Semarang
7. Tahun Terbit. : 2021
8. ISSN : 2338 - 798X
9. Download :
https://ejournal.unesa.ac.id/index.php/jurnal-pendidikan-jasmani/article/view/40414/35032
2. Identitas Jurnal Pembanding 1
1. Judul Jurnal : Model Kurikulum Pendidikan Jasmani
2. Nama Jurnal : Cakrawala Pendidikan
3. Edisi Terbit :1
4. Pengarang : Wawan S.Suherman
5. Penerbit :-
6. Kota Terbit :-
7. Tahun Terbit : 1996
8. ISSN :-
9. Alamat Situs : https://media.neliti.com/media/publications/84590-ID-model-
kurikulum-pendidikan-jasmani.pdf

2
BAB II
RINGKASAN ISI JURNAL
A. Ringkasan Isi Jurnal Utama
ABSTRAK kurikulum merupakan sistem yang mengatur suatu
pembelajaran agar berjalan secara sistematis. Sejauh ini
kurikulum hadir untuk mengembangkan potensi peserta didik,
dengan selalu memperbaiki kurikulum sesuai perkembangan
zaman. Pada tahun 2019 muncul gebrakan baru yaitu
Kurikulum Merdeka Belajar. Kurikulum tersebut sudah
diterapkan pada instansi pendidikan, namun tidak semuanya
menjalankan dengan baik. Tujuan penelitian ini adalah untuk
mengetahui tingkat keterlaksanaan Kurikulum Merdeka
Belajar pada Pembelajaran PJOK. Metode yang digunakan
adalah survei dengan teknik menyebarkan angket kepada
responden. Angket tersebut menggunakan skala likert.
Penelitian ini merupakan jenis penelitian deskriptif kuantitatif
dengan menggunakan satu variabel yaitu keterlaksanaan
Kurikulum Merdeka Belajar pada pembelajaran pendidikan
jasmani.

PENDAHULUAN Pendidikan pada zaman sekarang bisa dikatakan sebagai


suatu proses belajar manusia untuk membentuk karakter
individu yang lebih baik dalam hal etika, norma dan adat.
Dimana pendidikan menjadi aspek penting dari kehidupan
masyarakat dunia, termasuk di Indonesia (Purwanti, 2021).
Maka pendidikan harus berkontribusi pada ranah global yaitu
pembangunan yang sustainable atau berkelanjutan (UNESCO,
2017). Sedangkan menurut Undang-undang No 20 Tahun
2003 (Sisdiknas, pasal 1 ayat 1), pendidikan adalah usaha
sadar terencana untuk mewujudkan suasana dan proses
pembelajaran supaya peserta didik secara aktif dapat
berkembang sesuai potensi. Demi terciptanya pendidikan yang
implementatif dan sistematis, sebaiknya pendidikan sejalan
dengan berkembangnya kurikulum pendidikan itu sendiri.
Menurut Mustafa & Dwiyogo (2020), perkembangan
kurikulum selalu mempunyai visi yang jelas, guna menelaah
apakah dengan mengimplementasikan kurikulum tersebut
maka tujuan pendidikan nasional akan terwujud. Karena pada
dasarnya faktor penting untuk menunjang kesuksesan suatu
pendidikan adalah kurikulum yang relate dengan modernisasi
(Winarno, 2012). Kurikulum memiliki banyak pengertian,
didalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) kurikulum
dapat diartikan sebagai sistem perangkat pembelajaran yang
diterapkan pada instansi pendidikan di Indonesia. Selain itu,
Rani (2020) menjelaskan tentang arti kurikulum adalah
indikator dari sistem pengelolaan yang tersusun dengan
sistematik serta meliputi beberapa proses yaitu rincian
rencana, pembuatan program dan penerapan pembelajaran.
Kurikulum di Indonesia memiliki history yang panjang,
Loeziana Uce (dalam Ritonga, 2018), menjelaskan bahwa
perubahan kurikulum yaitu dimulai pada tahun 1947 hingga
tahun 2013, dimana sejarah tersebut melewati banyak sekali
perkembangan mulai dari proses kurikulum dengan template
pembelajaran secara rinci dan menyeluruh pada tahun 1947
sampai dengan pembelajaran yang mengutamakan peserta
didik, atau disebut dengan kurikulum 2013 (K-13). Kemudian
tahun 2019, Menteri Pendidikan dan Kebudayaan, Nadiem
Makarim menggagas dan mengumumkan terkait kurikulum
baru dengan sebutan nama “Kurikulum Merdeka Belajar”
(Kemendikbud, 2019).
Banyak aspek yang mendorong beliau dalam membuat
inovasi kurikulum tersebut. Salah satunya ialah hasil dari
penelitian PISA (Programme for International Student
Assesment) dan menjadi konsentrasi pemerintah yaitu peserta
didik Indonesia berada pada peringkat 6 paling bawah dari 79
negara di dunia dalam bidang literasi dan numerasi
(Mustaghfiroh, 2020). Hal tersebut dijadikan tamparan bagi
dunia pendidikan nasional, sehingga dengan sigap
Kemendikbud menerapkan konsep penalaran literasi dan
numerik pada kebijakan menghapus Ujian Nasional (UN)
tahun 2020 kemudian akan diganti dengan Asesmen
Kompetensi Minimun dan Survei Karakter. Standar penilaian
tersebut sesuai yang dilakukan oleh PISA. Selain itu, Abidah
et al., (2020) memberi penjelasan dalam Kurikulum Merdeka
Belajar terdapat empat komponen utama, yaitu sebagai
berikut: 1. Ujian Sekolah Berstandar Nasional (USBN) diganti
dengan asesmen berupa ujian tertulis dan/atau bentuk ujian
lain yaitu penugasan dan portofoli (seperti tugas kelompok,
karya tulis, tugas project, dll). 2. Tahun 2020 Ujian Nasional
(UN) dihapus dan diganti dengan Survei Karakter serta
Asesmen kompetensi Minimun. 3. Implementasi perihal
Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) satu lembar. 4.
Menerapkan sistem zonasi pada Penerimaan Peserta Didik
Baru (PPDB). Kemendikbud menggagas empat komponen di
atas bertujuan untuk memberi ruang luas bagi setiap peserta
didik, guru dan pihak sekolah dalam menentukan langkah
kebijakan. Seperti halnya yang dirumuskan Ki Hajar
Dewantara, sekolah merupakan taman bermain paling nyaman
untuk peserta didik. Sebab kenyamanan mempengaruhi proses
pembelajaran terutama ketika memberikan pengalaman
melalui materi yang disampaikan oleh guru, sehingga
informasi yang ditangkap peserta didik mampu dipahami
dengan jelas. Adanya Kurikulum Merdeka Belajar dapat
menjawab terhadap pesatnya globalisasi yang sudah
memasuki abad 21. Sehingga tuntutan perkembangan zaman
mendorong suatu lembaga pendidikan untuk senantiasa adaptif
dan solutif terhadap kurikulum (Siregar et al., 2020). Secara
kontekstual, banyak hal yang mempengaruhi suatu perubahan,
termasuk perubahan kurikulum nasional. Dalam sebuah jurnal
Prihantoro (2014) menjelaskan, perkembangan kurikulum
setidaknya memperhatikan beberapa komponen penting
misalnya, kemajuan ilmu pengetahuan secara menyeluruh,
tumbuh kembang peserta didik, dan perkembangan kebutuhan
masyarakat umum.
Aspek penting yang membuat PJOK menjadi kebutuhan
masyarakat dan anak-anak, terutama pada remaja atau peserta
didik Sekolah Menengah Atas (SMA). Karena pada masa
remaja sangat rentan terhadap narkoba, pergaulan bebas, dan
tindak kriminalitas lainnya. Sehingga diperlukan kegiatan-
kegiatan positif yang mampu mengarahkan dalam berperilaku
positif juga. Pendidikan Jasmani Olahraga dan Kesehatan di
Indonesia sudah sejak dini diterapkan, mulai dari pendidikan
sekolah dasar sampai perguruan tinggi, hal ini membuktikan
bahwa PJOK merupakan pembelajaran penting karena mampu
meningkatkan daya ingat dan memberikan pengalaman
berharga melalui aktivitas jasmani (Rhiskita et al., 2020).
Maka dari itu, pembelajaran PJOK diharap mampu menjadi
tameng terbaik bagi peserta didik SMA untuk tidak melakukan
kenakalan remaja. Ditambah dengan adanya gebrakan baru
dari Kemendikbud perihal Kurikulum Merdeka Belajar.
Apabila proses pembelajaran PJOK dan kurikulum baru
dijalankan dengan disiplin, maka secara masif akan mampu
mengurangi tingkat kenakalan remaja. Pendidikan Jasmani
Olahraga dan Kesehatan memiliki kompleksitas tinggi yang
mencakup tiga komponen yaitu psikomotor, afektif dan
kognitif. Dengan kata lain, PJOK itu bagian penyatuan dari
pendidikan secara menyeluruh (Rochman et al., 2020).
Berdasarkan uraian di atas maka perlu adanya upaya untuk
meneliti dan memastikan bahwa pelaksanaan Kurikulum
Merdeka Belajar di sekolah berjalan dengan sesuai. Hal
tersebut yang menjadi dasar dilakukan penelitian tentang
survei keterlaksanaan kurikulum merdeka belajar pada
pembelajaran pendidikan jasmani.

METODE Teknik pengambilan data dalam penelitian ialah melakukan


survei dengan menyebarkan angket kuesioner yang sudah
lolos validasi. Jenis penelitian ini adalah deskriptif kuantitatif
dengan menggunakan satu variabel tanpa menguji korelasi
atau membandingkan dengan variabel lainnya.

HASIL DAN Kurikulum Merdeka Belajar (Freedom of Lern)


PEMBAHASAN merupakan sistem baru yang mana dalam proses
melaksanakannya diperlukan langkah hati-hati dan diskusi
secara intens (Anis & Anwar, 2020). Diperlukan kontrol yang
lebih dari pemerintah pusat untuk menjaga. Karena logikanya
jika sesuatu bergerak bebas pasti ada yang bermasalah atau
bertabrakan. Sehingga tujuan akhir dari kegiatan belajar
mengajar adalah memberikan dampak baik terhadap peserta
didik. Mengembangkan potensi, membuat peserta didik
memiliki prestasi, serta memupuk sopan santun dan etika.
Maka kehadiran guru sangat dibutuhkan apalagi guru yang
berkompeten dan memiliki sikap profesional. Guru adalah
seseorang yang mempunyai kepandaian dan keahlian dibidang
tertentu untuk memberikan ilmu kepada peserta didik. Guru
bisa dikatakan salah satu pekerjaan yang banyak tuntutan dan
tekanan (Hendri, 2020). Banyak upaya yang dilakukan demi
menjalankan sebaik mungkin Kurikulum Merdeka Belajar.
Mulai dari penyamaan persepsi agar satu visi, menerapkan
dengan hati-hati, dan akan segera mengevaluasi jika ada
masalah. Sehingga pada akhirnya, setiap kebijakan baru akan
berdampak signifikan untuk keberlangsungan guru, lembaga
pendidikan dan peserta didik.
Guru PJOK selaku fasilitator untuk peserta didik memiliki
tugas yang cukup berat yakni membuat peserta didik memiliki
kesadaran akan kebutuhan dalam menjaga ataupun melakukan
aktivitas fisik secara rutin. Namun sebelum itu, hal pertama
yang diajarkan adalah pemahaman tentang pentingnya
kecukupan gerak. Pemahaman tersebut diharapkan mampu
mendorong kemauan sekaligus kemampuan peserta didik.
Fokus selanjutnya impact setelah pelaksanaan, dengan tujuan
PJOK untuk menguatkan pendidikan karakter melalui
pengalaman dalam melakukan aktifitas fisik. Karena secara
menyeluruh, masalah pendidikan didunia sangat berpengaruh
terhadap kualitas suatu negara termasuk Indonesia (Maksum
& Khory, 2020).

PENUTUP Simpulan
Dapat disimpulkan bahwa keterlaksanaan Kurikulum
Merdeka Belajar pada pembelajaran pendidikan jasmani di
SMA Negeri 1 Purwoasri mayoritas melaksanakan dengan
“Sangat Baik” atau minimal dalam kategori “Baik”. Meskipun
begitu, tindakan peningkatan tetap dilakukan dalam hal proses
dan evaluasi agar kedepannya mampu mempertahankan
bahkan jauh lebih baik. Sehingga guru mata pelajaran, jajaran
kepala sekolah dan peserta didik nyaman dalam melaksanakan
tugas belajar-mengajar di sekolah.

Saran
Dari uraian hasil penelitian di atas, maka ada beberapa
saran penting yang akan disampaikan yaitu sebagai berikut:
1. Bagi peneliti Akan lebih kongkret apabila dilakukan
penelitian lanjutan tentang keterlaksanaan kurikulum merdeka
belajar pada pembelajaran PJOK dengan memperhatikan
sampel yang lebih banyak dan kompleks.
2. Bagi guru PJOK Dengan adanya data penelitian tersebut,
guru PJOK mampu mengembangkan kompetensi demi
memberikan wawasan kepada peserta didik sehingga mampu
beradaptasi.
3. Bagi instansi Menjadi bahan evaluasi pihak sekolah agar
selalu siap dengan perubahan kurikulum kedepannya.
Sehingga peserta didik dan guru dapat melaksanakan proses
belajar-mengajar dengan nyaman dan lancar.
B. Ringkasan Isi jurnal Pembanding

ABSTRAK Pengorganisasian rencana program dituangkan ke dalam


suatu kurikulum Pendidikan Jasmani, sebagai suatu bidang
studi yang mempunyai kedudukan penting dalam pendidikan,
mengenal beberapa model kurikulum yang dipergunakan
untuk membentuk dan mendesain programnya. Berdasarkan
hasil kajian dan penelitian praktik pendidikan jasmani di masa
lalu dan pada masa kini, terdapat lima model yang
berkembang dan dipergunakan dalam mendesain program
pendidikan jasmani. Model dimaksud adalah pendidikan
olahraga, pendidikan kebugaran, analisis gerakan,
perkembangan, dan "personal meaning". Tidak ada satupun
model yang paling baik, karena kelima model mempunyai
perbedaan dalam pendefmisian tujuan, struktur program,
definisi dasar mempunyai perbedaan dalam pendefinisian nilai
yang paling dominim dipergunakan. Kelima model kurikulum
memiliki kelebihan dan kekurangan. Kelebihan dan
kekurangan setiap model, serta karakteristik setiap model
perlu dicermati dan dipelajari agar perencana dan pembuat
kurikulum behati-hati dalam menentukan berhati-hati dalam
menentukan pilihan. Pilihan dan pembuatan kurikulum harus
pula didasarkan atas trend pendidikan yang sedang
berkembang, kebijakan, kondisi masyarakat, minat dan
kebutuhan peserta peserta didik, dan biaya serta ketersediaan
sumber daya manusia.

PENDAHULUAN Pendidikan jasmani merupakan bagian yang penting dan


komponen yang integral dari pendidikan. Keuletan pendidikan
jasmani dibuktikan oleh sumbangannya yang unik terhadap
pertumbuhan dan perkembangan peserta didik. Thomas, Lee
dan Thomas (1988: 5) menyatakan bahwa pendidikan jasmani
menyumbangkan dua tujuan yang khas, yaitu 1)
mengembangkan dan memelihara tingkat kebugaran jasmani
yang sesuai untuk kesehatan dan mengajarkan mengapa
kebugaran merupakan sesuatu yang penting serta bagaimana
kebugaran dipengaruhi oleh latihan, 2) mengembangkan
keterampilan gerak yang layak, diawali oleh keterampilan
gerak dasar, .kemudian menuju ke keterampilan olahraga
tertentu, dan akhirnya menekankan pada berolahraga
sepanjang hayat. Walaupun tujuan utama program pendidikan
jasmani adalcih mengembangkan keterampilan gerak dan
kebugaran jasmani (ranah psikomotor), tetapi pengembangan
ranah kognitif dan afektif bisa,pula ditingkatkan melalui
perencanaan yang hati-hati. 'Posisi pendidikan 48 Cakrawala
Pendidikan Nomor 1, Tahun Xv,· Februari 1996 jasmani yang
demikian strategis menuntutnya harus memiliki program yang
terencana dan terukur. Untuk membuat pengorganisasian
rencana program pendidikan jasmani yang demikian, dewasa
ini telah berkembang beberapa model kurikulum. Model
kurikulum adalah suatu pola umum untuk menciptakan atau
membentuk desain program (J ewett, Bain dan Ennis, 1994 :
15). Ditambahkan oleh Wuest dan Lombardo (1994 : 62)
bahwa model kurikulum merupakan suatu metode untuk
mengintegrasikan atau menyatukan proses pembelajaran dan
hasilnya, mempergunakan suatu sistem nilai atau teori belajar
tertentu sebagai alat pemersatunya.

PEMBAHASAN Jewett, Bain dan Ennis (1993: 44) menyatakan bahwa


berdasarkan hasil identifikasi lewat penelaahan pelaksanaan
pendidikan jasmani, baik di masa yang lalu maupun masa
sekarang, terdapat lima macam model kurikuklum yang
berkembang dan dipergunakan oleh para prkatisi dan ahli
pendidikan jasmani. Kelima model kurikulum dimaksud
adalah pendidikan olahraga, pendidikan kebugaran, analisis
gerak, perkembangan (pendidikan lewat kasmani), dan
"personal meaning" . Model Pendidikan Olahraga Model ini
dikembangkan oleh Siedentop berdasarkan atas asumsi bahwa
(1) olahraga adalah bentuk lanjut dari bermain, (2) olahraga
merupakan bagian penting dari kebudayaan, (3) peserta didik
harus berolahraga lewat pendidikan jasmani karena asumsi
kedua, dan (4) keikutsertaan peserta didik dalam olaIlraga
harus sesuai dengan perkembangannya. Siedentop (1994 : 3)
menyatakan bahwa pendidikan olahraga merupakan suatu
model kurikulum dan pengajaran yang dikembangkan untuk
program pendidikan jasmani dimana peserta didik tidak hanya
belajar secara lengkap bagaimana cara berolahraga, tetapi juga
belajar mengkoordinir dan mengatur kegiatan olahraga.
Peserta didik, juga belajar bertanggungjawab secara pribadi
dan keterampilan sebagai anggota kelompok secara efektif.
Dengan melaksanakan model ini, memungkinkan peserta didik
mempunyai pengetahuan pemahaman, dan keterampilan yang
diperlu modeL Kurikulum Pendidikan Jasmani untuk ikut
serta dalam kegiatan olahraga. Syarat penting yang perlu
diperhatikan adalah olahraga harus dimodifikasi sesuai dengan
tingkat pengetahuan dan keterampilan peserta didik, sehingga
mereka bisa berpartisipasi baik secara individu maupun secara
tim dan kelompok. Tujuan yang ingin dicapaioleh model
kurikulum ini adalah: 1) menigkatkan minat peserta didik
terhadap kegiatan olahraga agar mereka berpartisipasi secara
sukarela. 2) mengembangkan pemahaman, kemampuan
strategi, dan keterampilan dalam berolahraga. 3)
meningkatkan pemahaman akan lingkungan olahraga dan
meningkatkan etika berperilaku dalam berolahraga. Ciri-ciri
yang terdapat dalam program model ini adalah:Peserta didik
belajar berpartisipasi dalam kegiatan bermain dan berolahraga
yang dilaksanakan di dalam suatu lingkungan yang kondusif.
Semua peserta didik memperoleh kesempatan untuk mengikuti
kompetisi yang dilaksanakan di dalam sekolah.
Model Pendidikan
•Kebugaran William Anderson mengembangkan model
ini. Pemeliharaan dan peningkatkan status kebugaran jasmani
peserta didik merupakan fokus utama programnya.
Perencanaan model ini beramsumsi bahwa aktivitas jasmani
merupakan inti dari gaya hidup yang sehat, dan bahwa
perkembangan gaya hidup yang demikian memerlukan
pengetahuan mengenai kebugaran jasmani yang meliputi
hubungan aktivitas dan kesehatan, keterampilan jasmani yang
menyehatkan, dan komitmen terhadap keutamaan latihan
menurut Melograno (1996 : 19) meliputi: prinsip dan
pengaruh latihan, desain program latihan individu berdasarkan
prinsipprinsip kebugaran, bentuk aktivitas jasmani yang
mengembangkan kebugaran, dan kesadaran akan
pemeliharaan kebugaran jasmani. Rose yang dikutip oleh Pate
dan Hohn (1994 61 - 63) membuat tujuan program bertingkat,
seperti anak tangga. Tujuan terdiri dari 5 tahapan yang selalu
selaras dengan perkembangan dan pertumbuhan peserta didik.
Pertama, melaksanakan latihan secara teratur: a) mempelajari
kebiasaan pribadi, dan b) belajar berlatih secara teratur dan
menikmatinya. Kedua, memperoleh kebugaran jasmani: a)
memperoleh kriteria bugar untuk komponen kebugaran
jasmani yang berkaitan kesehatan, b) belajar membuat tujuan
kebugaran jasmani pribadi yang realistik. Ketiga, pola
kebugaran jasmani: a) memilih aktivitas pribadi, dan b)
mengevaluasi program latihan dan olahraga. Keempat,
evaluasidiri: a) m~nguji kebugaran sendiri, dan b)
menterjemahkan hasil tes. Kelima, memecahkan masalah dan
membuat keputusan: a) merencanakan program, dan b)
menjadi seorang pelaku yang berpengetahuan. Menitik
beratkan pengetahuan, sikap, dan perilaku, program kegiatan
yang berkelanjutan, dan pengujian reguler serta penilaian
individual adalah karakteristik program yang ada dalam model
ini.
•Model Anilisis Gerakan Model analisis gerakan mulai
berkembang tahun 1920-an dan 1930-an. Kini, telah
dikembangkan ke dalam suatu kurikulum pendidikan jasmani
yang menekankan keutamaan akan pemahaman gerakan dari
sudut pandang biomekanik dan estetik. Model ini berdasarkan
atas pendekatan penguasaan keahlian dalam mengembangkan
programnya. Aktualisasi diri dan proses belajar ditemukan
pula dalam model ini. Penguasaan keahlian terlihat dalarn
programnya yang mengarahkan peserta didik agar rnemahami
struktur gerakan dan mengembangkan potensi peserta didik
agar bisa bergerak secara terarnpil. Jewett, Bain dan Ennis
(1994: 222-224) menyatakan bahwa dalam model analisis
gerakan, peserta didik belajar menganalisis
gerakanberdasarkan konsep badan (apa yang dilakukan
badan), usaha (bagaimana badan bergerak), ruang (dirnana
badan bergerak), dan hubungannya (hubungan apa yang
terjadi). Juga, mereka menerapkan konsep tersebut untuk
berbagai macam kegiatan olahraga dan gerakan manusia.
Peserta didik meningkatkan kernarnpuan untuk mencapai
tingkat gerak yang terarnpil. Mereka rnengindentifikasi dan
menerapkan konsep gerak yang terampiil ke dalam prestasi
dirinya sendiri dan ternan sekelasnya. Nichols (1994:8)
rnenyatakan bahwa agar penyiapan peserta didik menjadi
seseorang yang giat berlatih sepanjang hayat, maka pengajaran
pendidikan jasmani harus menghasilkan hal-hal sebagai
berikut: 1) perkernbangan pernaharnan tentang belajar gerak
rnanusia, 2) pencapaian keterampilan gerak dasar dan
keterarnpilan olahraga yang lebih tinggi dan memahami
kegunaannya untuk berbagai kegiatan jasrnani di masa kini
dan masa depan, 3) perkernbangan pernahaman tentang
kornponen kebugaran jasmani yang berkaitan dengan
kesehatan, 4) perkembangan: sikap yang sesuai dan
keterampilan sosial yang penting agar berhasil dalam
berolahraga. Karakteristik program yang dikembangkan dalarn
model ini adalah pengetahuan, pernaharnan, dan penguasaan
keterampilan gerakan yang terintegrasi dalam satu kesatuan,
ruang lingkup dan tahapan isi model kurikuLum pendidikan
Jasmani pelajaran atas tema atau konsep gerak, menekankan
pada kemampuan memecahkan masalah.
• Model Perkembangan (pendidikan Lewat Jasmani)
Pendidik berkewajiban menciptakan suatu lingkungan belajar
yang mengetahui dan memajukan potensi potensi didik.
Melograno (1996: 19-20) menyatakan bahwa karena peserta
mengahimi perubahan tahapan perkembangan dan pola
pertumbuhan selama belajar, maka . pendidikan meningkatkan
ranah kognitif, psikomotor, dan afektif. Setiap anak memiliki
"triming' dan pola pertumbuhan dan perkembangan serta
tingkat perkembangan belajar yang berbeda. Program
pendidikan jasmani harus sesuai dengan tahap perkembangan
dan tingkat belajar anak. Sumbangan pendidikan jasmani
terhadap dan tingkat dimaksud merupakan inti dad pendidikan
lewat jasmani ("education through-thephysical "). Hal ini
berarti bahwa keterampilan dasar diajarkan di sekolah dasar,
diikuti oleh berbagai jenis aktivitas atau unit tema, termasuk
berolahraga sepanjang hayat, di sekolah lanjutan. Model
perkembangan menempatkan peserta didik pada inti
kurikulum. Guru merencanakan pelajaran dan kegiatan yang
akan dilaksanakan dengan memperhatikan kebutuhan dan
minat anak. Peserta didik memutuskan pemanfaatan gerakan
dalam kehidupannya dan berpikir retlektif akan konsekuensi
dari keputuscm yang diambilnya. Ditambahkan oleh Jewett,
Bain dan Ennis (1994:247) bahwa model ini merefeksikan
orientasi iiilai aktualisasi diri yang menekankan pada
pertumbuhan siswa secara individual.
Pembuat kurikulum merencanakan program berdasarkan
tingkat perkembangan siswa pada saat itu. Sembilan puluh
lima persen (95%) kurikulum pendidikan jasmani sekolah
dasar di Amerika Serikat adalah model ini, karena dipercayai
bahwa semua ranah peserta dikembangkan secara seimbang.
Tujuari model ini adalah kepuasan diri, kompeten melakukan
aktivitas jasmani, memiliki kemampu bersosialisasi dan
menentukan pilihan secara bertanggung jawab; serta mampu
mengintegrasikan pengalaman. Pendekatan holistik dalam·
pencarian identitas pribadi, beragam kesempatan untuk
perkembangan yang maksimal, lingkungan yang sehat yang
menjamin perbedaan individu.
•Model "Personal Meaning" Model "personal meaning"
berdasarkan atas orientasi nilai integrasi ekologi yang fokus
utamanya pada pencarian nilai secara pribadi dan
perkembangan individu secara holistik (Jewett, Bain & Ennis,
1994:291). Hal itu berkaitan dengan perkembangan individu
dalam kontek sosial tertentu dan menekankan pertumbuhan
akan tanggung jawab sosial. Model ini percaya bahwa usaha
pendidikan diarahkan kepada perkembangan warga dunia
yang siap untuk berperan serta dalam usaha bersama
membangun suatu masyarakat dunia yang lebih baik. Model
ini berdasarkan asumsi bahwa agar suatu pengalaman menjadi
pendidikan bagi pelakunya, maka proses tersebut haruslah
mempunyai manfaat dan penting bagi individu. Dua puluh
tujuan dalam model ini telah diidentifikasikan, kemudian
dikelompokkan menjadi tiga kategori. Pertama, bergerak
untuk memenuhi potensi perkembangan individu
(perkembangan pribadi) yang terdiri dad (1) efisiensi
fisiologik dan (2) kesejahteraan psikologik. Kedua, bergerak
untuk beradaptasi dengan dan menguasai lingkungan fisik
(meniru Iingkungan) yang terdiri dari (1) orientasi ruang, dan
(2) manipulasi objek. Ketiga, bergerak agar bisa berhubungan
dengan orang lain (interaksi sosial) yang terdiri dari (1)
berkomunikasi, (2) berhubungan dalam kelompok, dan (3)
terlibat dalam peristiwa budaya (Jewett, Bain & Ennis, 1994:
276-278) Karakteristik program yang ditawarkan oleh model
ini adalah: 1) menitik beratkan pada pencarian pribadi tehadap
suatu arti, 2) keterampiIan proses merupakan isi yang penting,
3) belajar dalam kontek sosial, dan 4) menekankan pada bakat
individu, kemampuan kreatif, dan kepuasan serta tujuan
jangka panjang. Model Kurikulum yang Paling Baik Model
pendidikan kebugaran memiliki isi program yang mempelajari
komponen kebugaran jasmani yang berkaitan dengan
kesehatan dan aktivitas-aktivitasnya yang mempunyai nili
kesehatan.

• Model pendidikan olahraga mempelajari aktivitas gerak


yang ekspresif dan kompetitif. Model analisis gerakan
mendesain suatu kurikulum yang berisi pengalaman untuk
meningkatkan kemampuan bergerak, mendorong proses
berpikir, dan membantu secara positif pengembangansistem
nilai, kepuasan did, dan hormat terhadap orang lain. Ketiga
model ini merefleksikan orientasi nilai penguasaan keahlian.
Orientasi penguasaan keahlian percaya bahwa anak didik
harus menguasai isi bidang studi, Model Kurikulum
Pendidikan Jasmani memperoleh pengetahuan yang penting,
atau integritas disiplin akademik sebagai kunci untuk meraih
sukses di sekolah. Pendidikan lewat jasmani (education
through the physical) adalah esensi dari model perkembangan.
Programnya didesain untuk mengatur aktivitas dan
pengalaman belajar yang ditujukan untuk perkembangan
peserta didik secara holistik. Model perkembangan
berdasarkan atau orientasi nilai akualisasi dari. Jewett, Bain &
Ennis (1994:25) menyatakan bahwa dari perspektif akualisasi
diri, kurikulum harus diarahkan untuk pertumbuhan individu
siswa .dalam hal "self-direction" dan perkembangan
kemampuan manajemen pribadi.
•Model "personal meaning" mempunyai kajian utama
pada pencarian pribadi atas arti lewat gerak yang berinteaksi
dengan lingkungan. Integrasi ekologik adalah orientasi nilai
yang mendasari model ini Menurut Jewett, Bain & Ennis
(1994: 28-29) .nilai integrasi ekologik memandang individu
sebagai suatu komponen yang integral dari "ecosphere",
memberi respon terhadap lingkungan, dan pada saat yang
sarna menentkan, pada tingkat tertentu, sifat dunianya. Kelima
model kurikulum mempunyai perbedaan dalam penekanan isi
program, orientasi nilai yang palingdominan. Bain (dalam
Brant, 1988: 133) menyatakan bahwa model kurikulum yang
berkembangdan dipergunakan dalam pendidikan jasmani
tidakhanya berbedadalain pendefinisian tujuan dan struktur
program, tetapi juga dalam definisi dasar isinya.
Memperhitungkan pendapat di atas, tidaklah mungkin
memperbandingkan kelima model kurikulum yang ada untuk
menentukan model yang terbaik. Jewett, Bain dan Ennis
(1994:55) menyatakan bahwa beberapa kajian untuk
membandingkan model kurikulum pendidikan jasmani telah
dilakukan, tetapi seperti apel dan Jeruk model-model
dimaksud tidaklah mungkin diperbandingkan, karena model-
model tersebut mempunyai perbedaan dalam dasar filosofi,
asumsi, tujuan, dan penekanan isi program.

PENUTUP Memperhatikan uraian di atas, ada lima model kurikulum


yang berkembang dalam pendidikan jasmani. Kelima model
kurikulum dimaksud adalah pendidikan olahraga, pendidikan
kebugaran, analisis gerakan, perkembangan (pendidikan lewat
jasmani), dan "personal meaning". Setiap model memiliki
landasan filosopi dan asumsi yang berbeda, pendefenisian
tujuan yang tidak seragam, memfokuskan pada isi program
yang tidak sarna. Tiga model pertama merefleksikan orientasi
nilai penguasaan keahlian. Model perkembangan berdasarkan
atas orientasi nilai aktualisasi diri. Model "personal meaning"
berasal dari orientasi nilai integrasi ekologik, Jewett, Bain &
Ennis (1994 18-29) menyatakan bahwa nilai integrasi ekologik
menyakini bahwa pendidikan mempunyai tujuan untuk
perkembangan individu secara holistik dalam suatu
lingkungan tertentu. Sekolah berkewajiban untuk
memperhatikan kebutuhan peserta didik dan masyarakat.
Karena perbedaan yang telah disebutkan di atas, tidaklah
bermanfaat untuk menentukan model yang paling baik. Akan
lebih berguna bila mempelajari kelebihan dan kekurangan
setiap model. Dengan mengetahui kelebihan dan kekurangan
setiap model, maka akan lebih mudah untuk mempelajari
karakteristiknya. Perencana dan pembuat kurikulum perlu
memahami karakteristik, termasuk kelebihan dan kekurangan,
setiap model agar bisa membuat keputusan yang benar. Pun,
dia harus pula mencermati trend yang sedang berkembang
dalam masyarakat masa kini, kebijakan yang diambil
pemerintah, minat dan kebutuhan peserta didik, kondisi
masyarakat dan lingkungan, dan biaya serta sumber daya
manusia yang tersedia. Dengan didasari oleh pengetahuan
yang demikian, diharapkan kurikulum yang terwujud benar-
benar sesuai dengan harapan pemerintah dan masyarakat, dan
tidak meninggalkan kaidahkaidah yang mengaturnya.
BAB IV
KESIMPULAN dan SARAN
A. Kesimpulan
kurikulum merupakan sistem yang mengatur suatu pembelajaran agar berjalan secara
sistematis. Sejauh ini kurikulum hadir untuk mengembangkan potensi peserta didik, dengan
selalu memperbaiki kurikulum sesuai perkembangan zaman, dengan demikian kurikulum
adalah sebagai pedoman bagi guru terkhusus guru penjas sebagai fasilitator dalam dunia
pendidikan untuk meningkatkan kemampuan psikomotor, kognitif dan afektif peserta didik.
B. Saran
Didalam kelebihan dari kedua jurnal tersebut agar dapat lebih dipertahankan dan diperkuat
lagi, dan mengenai kekurangan dari kedua jurnal tersebut agar lebih diteliti lagi untuk
mencapai hasil yang lebih maksimal dan lebih baik lagi.
DAFTAR PUSTAKA

https://ejournal.unesa.ac.id/index.php/jurnal-pendidikan-jasmani/article/view/40414/35032
https://media.neliti.com/media/publications/84590-ID-model-kurikulum-pendidikan-
jasmani.pdf

Anda mungkin juga menyukai