Anda di halaman 1dari 18

REKAYASA IDE

“PERAN GURU DALAM PROSES PEMBELAJARAN ”

PEDAGOGI OLAHRAGA

OLEH

NAMA : AHMAD RISANDI

NIM : 6192421014

KELAS : PKO REG B 2019

PENDIDIKAN KEPELATIHAN OLAH RAGA

FAKULTAS ILMU KEOLAHRAGAAN

UNIVERSITAS NEGERI MEDAN

2020
KATA PENGANTAR

Segala puji bagi Allah SWT yang telah memberikan kemudahan sehingga mampu
menyelesaikan “Makalah Rekayasa Ide Pedagogi Olahraga”. Tanpa pertolongan-Nya
tentunya penyusun tidak akan sanggup untuk menyelesaikan tugas ini dengan baik.
Shalawat serta salam semoga terlimpah curahkan kepada baginda tercinta kita yaitu Nabi
Muhammad SAW yang kita nanti- natikan syafa’atnya di akhirat nanti.

Penulis mengucapkan syukur kepada Allah SWT atas limpahan nikmat sehat-Nya,
baik itu berupa sehat fisik maupun akal pikiran, sehingga penyusun mampu untuk
menyelesaikan pembuatan Rekayasa Ide sebagai tugas dari mata kuliah “Pedagogi
Olahraga”.

Penyusun tentu menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kata sempurna dan
masih banyak terdapat kesalahan serta kekurangan di dalamnya. Untuk itu, penyusun
mengharapkan kritik serta saran dari pembaca untuk hal ini, supaya Rekayasa Ide ini
nantinya dapat menjadi makalah yang lebih baik lagi. Demikian, dan apabila terdapat
banyak kesalahan pada penulisan, penyusun mohon maaf yang sebesar-besarnya.

Medan, November 2020

Penulis
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah


Pendidikan merupakan salah satu pilar utama dalam pembentukan sumber daya
manusia yang berperan penting bagi pembangunan nasional. Tujuan utama pendidikan
adalah mencerdaskan kehidupan bangsa dan mengembangkan manusia Indonesia
seutuhnya yang beriman dan bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa,berbudi luhur,
memiliki pengetahuan dan keterampilan, sehat jasmani dan rohani, kepribadian mantap
dan mandiri serta punya rasa tanggung jawab kemasyarakatan dan kebangsaan
(USPN:1989). Berbagai upaya telah dilakukan semaksimal mungkin untuk mencapai
tujuan tersebut. Sekolah yang seharusnya menjadi tempat paling strategis dalam
meningkatkan mutu pendidikan, tapi pada kenyataannya masih ada kendala yang
dihadapi sehingga upaya peningkatan kualitas pendidikan menjadi tidak optimal.
Untuk mencapai tujuan pendidikan di atas salah satunya dengan mengajarkan
pendidikan jasmani dan kesehatan di sekolah yang mencakup berbagai macam cabang
olahraga seperti atletik, permainan, olahraga air dan olahraga beladiri serta kesehatan.
guru Penjaskes harus memiliki kemampuan dan keterampilan berbagai cabang olah raga.
Tanpa penguasaan yang baik dari guru tentang berbagai cabang olahraga maka materi
pembelajaran yang diberikan tidak akan berhasil secara optimal membekali siswa
memiliki keterampilan dan kemampuan terhadap berbagai cabang olahraga. Mata
pelajaran Pendidikan jasmani, Olahraga dan Kesehatan (Penjaskes) merupakan mata
pelajaran yang diperkenalkan mulai dari tingkat dasar. Mata pelajaran ini merupakan
bagian yang tidak dapat terpisahkan dari kurikulum karena pada hakekatnya manusia
tidak hanya membutuhkan pengetahuan yang bersifat teoritis saja melainkan juga
keterampilan. Mata pelajaran Penjaskes juga dilaksanakan karena dianggap dapat
mendukung tubuh atau otak yang sehat untuk menerima ilmu pengetahuan dari mata
pelajaran lainnya di sekolah.
Untuk mencapai pembinaan kegiatan pendidikan jasmani yang lebih maksimal, selain
faktor lengkapnya fasilitas yang mendukung dalam pelaksanaan latihan, peranan guru
untuk dapat lebih memotivasi, minat dan bakat siswa, dukungan masyarakat, serta
memotivasi siswa itu sendiri sangatlah mendukung. Keprofesionalan guru pendidikan
jasmani sangat dibutuhkan dalam memberikan pembelajaran, guru tersebut juga dapat
melakukan pendekatan secara pribadi terhadap siswanya dengan baik. Dengan begitu
tujuan untuk mengingkatkan motivasi siswa dalam pendidikan jasmani akan dapat
tercapai. Peningkatan motivasi ini sangat diperlukan bagi siswa dalam melakukan proses
pembelajran pendidikan jasmani. Motivasi yang tinggi mendorong siswa untuk gigih
dalam berlatih, tekun dan bersemangat melakukan latihan. Sehingga dengan motivasi
yang tinggi yang dimiliki para siswa, dapat mendukung prestasi belajar yang lebih baik
pula. Begitu pula sebaliknya bila motivasi siswa rendah maka semangat belajar akan
berkurang dan hasil pembelajaran tentu dipertanyakan. Hal ini dapat dilakukan oleh para
guru terutama dalam bagaimana memberikan sorongan semangat secara kejiwaan yang
berkenan dengan motivasi.
Sebagaimana diketahui dalam pembelajaran pendidikan jasmani bahwa motivasi
siswa adalah faktor yang sangat mendukung dalam usaha pencapaian tujuan
pembelajaran pendidikan jasmani. Melihat fakta di lapangan motivasi siswa masih
terlihat rendah. Dugaan ini berdasarkan masih terlihatnya siswa kurang bergairah dalam
belajar, sering terlihat sakit dan tidak bersemangat. Hal ini baru dilihat secara kasat mata,
tentu perlu dilakukan lebih bersifat ilmiah atau diteliti lebih mendalam untuk dapat
disimpulkan dan dipertanggung jawabkan.

B. Tujuan Dan Manfaat penulis


Tugas ini ditujukan untuk menyelesaikan 1 dari 6 tugas wajib yang diharuskan kepada
setiap mahasiswa universitas negeri medan. Manfaat penulisan bida menjadi bahan
referensi untuk
BAB II

ORIGINALIATAS IDE DAN KONTEKS SOSIALNYA

A. Pengertian guru
Guru adalah pendidik profesional dengan tugas utama mendidik, mengajar,
membimbing, mengarahkan, melatih, menilai, dan mengevaluasi peserta didik pada
pendidikan anak usia dini jalur pendidikan formal, pendidikan dasar, dan pendidikan
menengah. Guru menjadi salah satu komponen penting dalam dunia pendidikan. Hal ini
dikarenakan guru merupakan titik sentral didalam tenaga kependidikan yang
berhubungan langsung dengan peserta didik sehingga dijadikan sebagai tauladan bagi
peserta didik. Keberhasilan penyelenggaraan pendidikan sangat ditentukan oleh kesiapan
guru dalam mempersiapkan peserta didik melalui proses pembelajaran. Oleh karena itu,
untuk melaksanakan tugas sebagai guru, tidak sembarang orang dapat menjalankannya.
Sebagai seorang guru yang baik harus memenuhi berbagai persyaratan. Menurut Undang-
Undang RI No 14 Tahun 2005 terdapat lima syarat menjadi seorang guru, yaitu :
Memiliki Kualifikasi Akademik, artinya ijazah jenjang pendidikan akademik yang harus
dimiliki oleh seorang guru sesuai dengan jenis, jenjang, dan satuan pendidikan formal di
tempat penugasan. Ijaah yang harus dimiliki guru adalah ijazah jenjang Sarjana S1 atau
Diploma IV sesuai dengan jenis, jenjang, dan satuan pendidikan atau mata pelajaran yang
diampunya sesuai dengan standar nasional pendidikan.
Memiliki Kompetensi, artinya memiliki seperangkat pengetahuan, ketrampilan, dan
perilaku yang harus dikuasai oleh guru dalam melaksanakan tugas keprofesionalan.
Kompetensi guru tersebut meliputi, kompetensi kepribadian, pedagogik, profesional, dan
sosial.
Memiliki Sertifikat Pendidik, artinya harus memiliki sertifikat pendidik yang
ditandatangani oleh perguruan tinggi sebagi bukti formal telah memenuhi standar profesi
guru melalui proses sertifikasi.
Sehat Jasmani dan Rohani, artinya harus memiliki kondisi kesehatan fisik dan mental
yang memungkinkan guru dapat melaksanakan tugasnya dengan baik.
Memiliki Kemampuan untuk Mewujudkan Tujuan Pendidikan Nasional, artinya harus
ikut serta dalam mewujudkan tujuan pendidikan nasional yaitu mengembangkan watak
serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa
dengan mengembangkan potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan
bertaqwa kepada Tuhan YME, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri,
dan menjadi warga negara demokratis serta bertanggungjawab.
B. Peran guru sebagai pengajar terhadap pola pendidikan
1. Peran guru sebagai pengajar
         Mengajar merupakan salah satu tugas seorang guru yang harus dilaksanakan
dengan baik karena dalam tugas mengajar guru menyampaikan dan
mentransformasikan ilmu pengetahuan yang dimilikinya kepada peserta didik.
Dengan pengajaran yang baik maka ilmu pengetahuan yang diberikan akan terserap
dengan optimal oleh peserta didik. Menurut Wina Sanjaya (2006:95) terdapat dua
konsep dasar mengajar, yaitu :
a) Mengajar sebagai proses menyampaikan materi pelajaran
Sebagai proses menyampaikan atau menambah ilmu pengetahuan maka mengajar
memiliki beberapa karakteristik, yaitu :
 Proses pengajaran berorientasi pada guru, artinya guru berperan sebagai
penyampai materi belajar atau informasi kepada peserta didik sehingga guru
harus menyiapkan berbagai hal, misalnya bagaimana cara menyampaikannya,
media apa yang diperlukan, atau metode apa yang tepat sesuai dengan materi
yang akan disampaikan.
 Siswa sebagai objek belajar, artinya siswa dianggap sebagai organisme pasif
yang belum memahami apa yang harus dipahami sehingga melalui proses
pengajaran mereka dituntut memahami segala sesuatu yang diberikan oleh
guru. Sebagai objek belajar, kesempatan siswa untuk mengembangkan
kemampuan sesuai dengan minat dan bakatnya, bahkan untuk belajar sesuai
dengan gayanya, sangat terbatas. Sebab, dalam proses pembelajaran segalanya
diatur dan ditentukan oleh guru.
 Kegiatan pengajaran terjadi pada tempat dan waktu tertentu, artinya proses
pengajaran berlangsung ditempat tertentu misalnya di kelas dengan
penjadwalan ketat sehingga siswa hanya belajar jika ada kelas yang telah
dipersiapkan sebagai tempat belajar. Waktu dalam pembelajaran juga sangat
ketat karena jika waktu belajar suatu materi pelajaran tertentu habis maka
siswa akan belajar materi lain sesuai dengan jadwal yang telah ditetapkan.
 Tujuan utama pengajaran adalah penguasaan materi, artinya keberhasilan
suatu proses pengajaran diukur dari sejau mana siswa dapat menguasai materi
pelajaran yang disampaikan guru dengan menggunakan alat evaluasi seperti
tes hasil belajar tertulis yang dilakukan secara periodik.

b) Mengajar sebagai proses mengatur lingkungan


Pandangan lain mengajar dianggap sebagai proses mengatur lingkungan
dengan harapan agar siswa belajar maka dalam kegiatan pembelajaran terdapat
beberapa karakteristik, yaitu :
 Mengajar berpusat pada siswa, artinya mengajar tidak ditentukan oleh guru
tetapi ditentukan oleh siswa itu sendiri. Hendak belajar apa siswa dari topik
yang harus dipelajari, bagaimana cara mempelajarinya, bukan hanya guru
yang menentukan tetapi juga siswa. Sehingga guru dalam hal ini bertindak
sebagai fasilitator atau pihak yang membantu siswa untuk belajar. Oleh
karena itu, kritetia keberhasilan proses mengajar tidak diukur dari sejauh
mana siswa telah menguasai materi pelajaran, tetapi diukur dari sejauh mana
siswa telah melakukan proses belajar.
 Siswa sebagai subjek belajar, artinya siswa tidak dianggap sebagai organisme
pasif yang hanya sebagai penerima informasi, akan tetapi siswa dipandang
sebagai organisme aktif yang memiliki potensi untuk berkembang.
 Proses pembelajaran berlangsung dimana saja, artinya proses pembelajaran
tidak hanya dilakukan didalam kelas saja. Siswa dapat memanfaatkan
berbagai macam tempat untuk belajar sesuai dengan kebutuhan dan sifat
materi pelajaran.
 Pembelajaran berorientasi pada pencapaian tujuan, artinya pembelajaran
tidak hanya bertujuan untuk penguasaan materi pelajaran, akan tetapi proses
untuk mengubah tingkah laku siswa sesuai dengan tujuan yang akan dicapai.
Oleh karena itu, penguasaan materi pelajaran bukan akhir dari proses
pengajaran tapi hanya sebagai tujuan antara untuk pembentukan tingkah laku
yang lebih luas.
Guru sebagai pengajar lebih menekankan pada tugas dalam
merencanakan dan melaksanakan pengajaran, yang juga memberikan arti
bahwa guru pada umumnya akan memberikan kriteria keberhasilan anak
didiknya melalui nilai-nilai pelajaran yang diajarkan setiap harinya. Dalam
tugas ini guru dituntut untuk memiliki seperangkat pengetahuan dan
ketrampilan teknis mengajar, disamping menguasai ilmu atau bahan yang akan
diajarkannya. Dalam kegiatan pembelajaran guru dijadikan sebagai fasilitator,
artinya guru memfasilitasi peserta didik dalam berlangsungnya proses
pembelajaran guna memperoleh pengalaman belajar yang nyata dan autentik.
Selain itu guru juga sebagai motivator yang artinya guru harus mampu
menumbuhkan potensi yang terdapat pada peserta didik serta mengarahkan
agar mereka dapat memanfaatkan potensinya secara tepat sehingga peserta
didik dapat belajar dengan tekun untuk mencapai cita-citanya. Hal tersebut
dilaksanakan dengan memperlakukan peserta didik sebagai mitra dalam
menggali serta mengolah informasi menuju tujuan belajar mengajar yang telah
direncanakan. Menurut Suryosubroto (2002:9) tugas guru dalam proses belajar
mengajar dapat dikelompokkan kedalam tiga kegiatan, yaitu :
Menyusun program pengajaran :
 Program tahunan pelaksanaan kurikulum
 Program semester/catur wulan
 Program satuan pelajaran
 Perencanaan program mengajar
 Menyajikan/melaksanakan pengajaran :
 Menyampaikan materi
 Menggunakan materi mengajar
 Menggunakan media/sumber belajar
 Mengelola kelas/mengelola interaksi belajar mengajar
 Melaksanakan evaluasi :
 Menganalisis hasil evaluasi belajar peserta didik
 Melaporkan hasil evaluasi peserta didik
 Melaksanakan program perbaikan dan pengayaan
2. Peran guru sebagai pendidik
Amanat dalam Undang-Undang Sisdiknas Bab II pasal 3, bahwa pendidikan
nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta
peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa,
bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang
beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat,
berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis serta
bertanggung jawab. Pendidikan membutuhkan sosok pendidik yang harus
mewujudkan tujuan pendidikan tersebut.
UU No. 20 tahun 2003 menyebutkan bahwa pendidik didefinisikan dengan
tenaga kependidikan yang berkualifikasi sebagai guru, dosen, konselor, tutor,
instruktor, fasilitator, dan sebutan lain yang sesuai dengan kekhususannya, serta
berpartisipasi dalam menyelenggarakan pendidikan. UU Nomor 20 Tahun 2003, Bab
XI Pasal 39 Ayat (2) menyebutkan bahwa guru sebagai pendidik adalah tenaga
profesional yang bertugas merencanakan dan melaksanakan proses pembelejaran,
menilai hasil pembelajaran, melakukan pembimbingan dan pelatihan serta melakukan
penelitian dan pengabdian kepada masyarakat. Menurut Slameto (2010: 97) bahwa
dalam proses belajar mengajar, guru mempunyai tuugas untuk mendorong,
membimbing, dan memberikan fasilitas belajar bagi siswa untuk mencapai tujuan.
Guru dalam dunia pendidikan mempunyai peranan yang kompleks dalam kehidupan
peserta didiknya. Peran guru sebagai pendidik adalah menanamkan sikap, nilai, dan
perilaku melalui keteladanan sikap dan perilaku diri sendiri atau yang dipetik dari
orang lain untuk ditanamkan kepada anak didik. Guru sebagai pendidik adalah
sebagai pribadi yang memberikan bantuan, dorongan, pengawasan, dan pembinaan
dalam mendisiplinkan peserta didik agar menjadi patuh terhadap aturan sekolah dan
norma dalam masyarakat. Guru dalam rangka mendidik harus mampu menjadikan
peserta didik yang di ampunya menjadi pribadi yang berbudi pekerti baik. Dalam
rangka mewujudkan hal tersebut, guru harus mampu mengontrol aktivitas peserta
didik yang diampunya agar tidak menyimpang pada norma yang berlaku. Sebagai
seorang pendidik, guru juga harus membentuk karakter peserta didik yang baik.
Menurut An Nahlawi (1995) agar seorang guru dapat menjalankan fungsinya sebagai
pendidik maka ia harus memiliki sifat-sifat berikut ini:
Setiap pendidik harus memiliki sifat rabbani, yaitu memiliki ketaatan kepada Tuhan
Yang Maha Esa
 Seorang guru hendaknya menyempurnakan sifat rabbaniahnya dengan
keikhlasan
 Seorang pendidik hendaknya mengajarkan ilmunya dengan sabar
 Seorang pendidik harus memiliki kejujuran dengan menerapkan apa yang dia
ajarkan dalam kehidupan pribadinya
 Seorang guru harus senantiasa meningkarkan wawasan dan pengetahuannya
 Seorang pendidik harus cerdik dan terampil dalam menciptakan metode
pengajaran yang variatif serta sesuai dengan situasi dan materi pelajaran
 Seorang guru harus mampu bersikap tegas dan meletakkan sesuatu sesuai
proporsinya
 Seorang guru dituntut untuk memhami psikologi anak didiknya
 Seorang guru dituntut untuk peka terhadap fenomena kehidupan sehingga dia
mampu memhami berbagai kecenderungan dunia beserta dunia beserta
dampak dan akibatnya terhadap anak didik
 Seorang guru dituntut untuk memiliki sikap adil terhadap seluruh anak
didiknya
Peran guru sebagai pendidik berkaitan dengan tugas guru yang memberikan
bantuan, dorongan, pengawasan, dan pembinaan dalam rangka mendisiplinkan agar
peserta didik patuh dan taat pada aturan, nilai, dan norma yang berlaku pada
lingkungan sekitarnya. Untuk membentuk peserta didik berkepribadian yang baik.
Seorang guru juga dituntut memiliki kepribadian yang baik pula. Seorang guru
dituntut untuk menjunjung kulaitas kepribadain yang baik meliputi jujur, disiplin,
tanggung jawab, toleransi, gotong royong, santun, percaya diri, wibawa, dan lain-lain.
Guru dituntut untuk memahami nilai dan norma yang berlaku dimasyarakat dan
mengimplementasikannya dalam kehidupannya untuk dapat di contoh dan di ajarkan
pada peserta didiknya.
Peran guru sebagai pendidik erat kaitannya dengan pendidikan moral pada
peserta didik yang diampunya. Pendidikan moral juga erat kaitannya dengan
pembangunan karakter peserta didik tersebut. Menurut Gough (1998: 23) tujuan akhir
dari pembangunan karakter terjadi apabila setiap orang mencapai titik di mana
berbuat “baik” menjadi otomatis atau terbiasa. Seperti belajar keterampilan olahraga
melalui praktek berkelanjutan, secara moral tindakan tepat menjadi alami dan
konsisten. Penalaran moral adalah proses sistematis untuk mengevaluasi kebajikan
dan mengembangkan pribadi yang konsisten dan tidak memihak serangkaian prinsip-
prinsip moral yang digunakan untuk hidup. Titik awal untuk belajar secara moral
adalah mempelajari prinsip-prinsip moral. Prinsip merupakan aturan perilaku yang
bersifat universal yang mengidentifikasi jenis tindakan, niat, dan motif-motif yang
dihargai. Dalam memutuskan apakah hal-hal seperti berbohong, mencuri, menipu, dan
inkar janji merupakan tindakan yang prinsip, maka pada setiap individu bergerak
melalui tiga tahapan penalaran proses moral. Tiga tahapan penalaran moral itu, yaitu:
 Fase Pengetahuan Moral yang merupakan fase kognitif belajar tentang isu-isu
moral dan bagaimana mengatasinya
 Fase Perasaan Moral yang merupakan dasar dari apa yang diyakini tentang
dirimya sendiri dan orang lain
 Fase Bertindak Secara Moral yaitu bagaimana orangorang bertindak secara
nyata berdasarkan nilai dan apa yang diketahui (Lumpkin, dkk., 2003) Stoll
dan Beller (1998: 21) menekankan, penalaran moral tidak menjanjikan
perubahan perilaku, tetapi merupakan komitmen pencarian jiwa individu dan
refleksi pribadi atas kepercayaan, nilai, dan prinsip-prinsip.
Dunia pendidikan Indonesia yang saat ini sedang menggunakan Kurikulum 2013
(Kurtilas) memang gencar dalam melakukan peranan guru dalam pemberian karakter
baik pada peserta didiknya. Seperti halnya, instrumen penilian pada Kurtilas tidak
hanya menekankan pada penilain kognitif saja, melainkan penilaian keterampilan dan
penilaian sikap. Aspek penilaian sikap juga terbagi menjadi dua yaitu aspek sikap
spiritual dan aspek sikap sosial. Aspek sikap spiritual berisi bagaimana peranan
peserta didik dalam melakukan segala hal di lingkungan belajarnya yang berkaitan
dengan Tuhan Yang Maha Esa. Contohnya: saat di dalam kelas apakah peserta didik
selalu berdoa sebelum dan sesudah pembelajaran atau apakah peserta didik selalu
melakukan syukur atas nikmat yang telah Tuhan berikan pada dirinya. Sedangkan
aspek sikap sosial berisi sikap apa yang diharapkan oleh guru pada peserta didiknya
seperti: Jujur, Disiplin, Tanggung Jawab, Toleransi, Percaya Diri, Santun, dan Gotong
Royong, dan lain-lain. Instrumen penilaian untuk mengukur aspek sikap bisa melalui
lembar observasi, penilaian diri, penilaian antar peserta didik, dan jurnal. Guru
diharapkan dapat melalukan penilaian aspek sikap ini dengan instrumen penilaian
tersebut. Jadi, peran guru sebagai pendidik antara lain: Menanamkan sikap, nilai, dan
perilaku melalui keteladanan sikap dan perilaku diri sendiri atau yang dipetik dari
orang lain untuk ditanamkan kepada anak didik Memberikan bantuan, dorongan,
pengawasan, dan pembinaan dalam mendisiplinkan peserta didik agar menjadi patuh
terhadap aturan sekolah dan norma dalam masyarakat Mendorong peserta didik untuk
mempunyai karakter baik dengan penamanan moral yang baik
3. Peran guru sebagai pembimbing
Bimbingan dianggap sebagai suatu proses pemberian bantuan yang terus menerus dan
sistematis dari pembimbing kepada yang dibimbing agar tercapai kemandirian dalam
pemahaman, penerimaan, pengembangan, dan perwujudan diri dalam mencapai
tingkatperkembangan optimal dan penyesuaian diri dengan lingkungannya (H.M
Surya, dkk. 2007). Menurut Sanjaya (2006: 28) menjelaskan bahwa proses
membimbing adalah proses memberikan bantuan kepada siswa, dengan demikian
yang terpenting dalam proses pembelajaran adalah siswa itu sendiri.
Samisih (2014: 64) Peranan guru dalam pelaksanaan bimbingan dan konseling dapat
di bedakan menjadi 2 (dua) yaitu : Peran Guru Kelas/Mata Pelajaran
Di sekolah, tugas dan tanggung jawab utama guru adalah melaksanakan
kegiatan pembelajaran siswa. Kendati demikian, bukan berarti guru lepas dengan
kegiatan pelayanan bimbingan dan konseling. Peran dan konstribusi guru mata
pelajaran tetap sangat diharapkan guna kepentingan efektivitas dan efisien pelayanan
Bimbingan dan Konseling di sekolah. Bahkan dalam batas-batas tertentu guru pun
dapat bertindak sebagai konselor bagi siswanya. Sementara itu, berkenaan peran guru
mata pelajaran dalam bimbingan dan konseling, Kejelasan gambaran tugas dapat
memotivasi guru untuk berperan secara aktif dalam kegiatan bimbingan dan mereka
merasa ikut bertanggung jawab atas terlaksananya kegiatan itu. Perilaku guru dapat
mempengaruhi keberhasilan belajar, misalnya guru yang bersifat otoriter akan
menimbulkan suasana tegang, hubungan guru siswa menjadi kaku, keterbukaan siswa
untuk mengemukakan kesulitan-kesulitan sehubungan dengan pelajaran itu menjadi
terbatas. Oleh karena itu, guru harus dapat menerapkan fungsi bimbingan dalam
kegiatan belajar – mengajar. Beberapa hal yang perlu diperhatikan guru dalam proses
belajar mengajar sesuai dengan fungsinya sebagai guru dan pembimbing, yaitu:
Mengarahkan siswa agar lebih mandiri, Sikap yang positif dan wajar terhadap siswa,
Perlakuan terhadap siswa secara hangat, ramah, rendah hati, menyenangkan,
Pemahaman siswa secara empatik, Penghargaan terhadap martabat siswa sebagai
individu, Penampilan diri secara asli (genuine) tidak pura-pura, di depan siswa,
Kekonkretan dalam menyatakan diri, Penerimaan siswa secara apa adanya, Perlakuan
terhadap siswa secara permissive, Kepekaan terhadap perasaan yang dinyatakan oleh
siswa dan membantu siswa untuk menyadari perasaannya itu, Pengembangan
terhadap siswa menjadi individu yang lebih dewasa, Penyesuaian Diri Terhadap
Keadaan Yang Khusus
Dapat dikatakan bimbingan di sekolah akan lebih efektif bila guru dapat
bekerja sama dengan stakeholder sekolah dalam proses pembelajaran. Namun guru
kelas yang juga berperan sebagai konselor mempunyai keterbatasan dalam hal yang
berkaitan dengan kurangnya waktu untuk bertatap muka dengan siswa, hal ini karena
tenaga guru kelas masih sangat terbatas, mengingat tugas selain mengajar juga
memberikan layanan dan bantuan kepada siswa sehingga pelayanan siswa dalam
jumlah yang cukup banyak tidak bisa dilakukan secara intensif, dan tidak mungkin
untuk dapat memberikan semua bentuk layanan seperti memberikan pengajaran
perbaikan untuk bidang studi tertentu, dan sebagainya. Di samping itu guru juga
mempunyai keterbatasan – keterbatasan dalam memberi bimbingan terhadap murid,
diantaraya :
 Guru tidak mungkin lagi menangani masalah-masalah siswa yang bermacam-
macam, karena guru tidak terlatih untuk melaksanakan semua tugas itu.
 Guru sendiri sudah berat tugas mengajarnya, sehingga tidak mungkin lagi
ditambah tugas yang lebih banyak untuk memecahkan berbagai macam
masalah siswa. Menurut Samisih (2014: 65) Peran guru sebagai pembimbing
dalam melaksanakan proses belajar-mengajar, sebagai berikut :
 Menyediakan kondisi-kondisi yang memungkinkan setiap siswa merasa aman,
dan berkeyakinan bahwa kecakapan dan prestasi yang dicapainya mendapat
penghargaan dan perhatian.
 Mengusahakan agar siswa-siswa dapat memahami dirinya, kecakapan-
kecakapan, sikap, minat, dan pembawaannya.
 Mengembangkan sikap-sikap dasar bagi tingkah laku sosial yang baik.
 Menyediakan kondisi dan kesempatan bagi setiap siswa untuk memperoleh
hasil yang lebih baik.
 Membantu memilih jabatan yang cocok, sesuai dengan bakat, kemampuan dan
minatnya.
Menurut Sanjaya (2006: 27) Siswa adalah individu yang unik. Keunikan itu
bisa dilihat dari adanya setiap perbedaan. Artinya, tidak ada dua individu yang sama.
Walaupun secara fisik mungkin individu memiliki kemiripan, akan tetapi pada
hakikatnya mereka tidaklah sama, baik dalam bakat, minat, kemampuan, dan
sebagainya. Di samping itu setiap individu juga adalah mahluk yang sedang
berkembang. Irama perekembangan mereka tentu tidaklah sama juga. Perbedaan
itulah yang menuntut guru harus berperan sebagai pembimbing. Membimbing siswa
agar menemukan berbagai potensi yang dimilikinya sebagai bekal hidup mereka,
membimbing siswa agar dapat mencapai dann melaksanakan tugas-tugas
perkembangan mereka, sehingga dengan ketercapaian itu ia dapat tumbuh dan
berkembang sebagai manusia ideal yang menjadi harapan setiap orang tua dan
masyarakat. Seorang guru dan siswa seperti halnya seorang petani dengan
tanamannya. Seorang petani tidak bisa memaksa agar tanamannya cepat berbuah
dengan menarik batang dan daunnya. Tanaman itu akan berbuag manakala ia
memiliki potensi untuk berbuah serta telah sampai pada waktunya untuk berbuah.
Tugas seorang petani adalah menjaga agar tanamn itu tumbuh dengan sempurna, tidak
terkena hama penyakit yang dapat menyebabkan tanaman tidak berkembang dan tidak
tumbuh dengan sehat yaitu dengan cara menyemai, menyiram, memberi pupuk, dan
memberi ibat pembasmi hama. Demikian juga halnya dengan seorang guru. Guru
tidak dapat memaksa agar siswanya jadi “itu” atau jadi “ini”. Siswa akan tumbuh dan
berkembang menjadi seorang sesuai dengan minat dan bakat yang dimilikinya. Tugas
guru adalah menjaga, mengarahkan, dan membimbing agar siswa tumbuh dan
berkembang sesuai dengan potensi, minat, dan bakatnya. Inilah makna peran sebagai
pembimbing.
BAB III

PERANGKAT YANG DIBUTUHKAN UNTUK MELAKUKAN INOVASI

1. Ruangan Kelas
Menurut saya, ruangan kelas yang didekor semenarik mungkin akan
memberikan keindahan dan serta kebersihan ruangan kelas akan berpengaruh
pada proses pembelajaran dengan baik dan nyaman
2. Papan tulis
Papan tulis sebagai media untuk menuliskan materi yang akan disampaikan
oleh guru untuk mempelancar proses mengajar
3. Spidol
Sebagai alat tulis dipapan tulis untuk mencatat materi yang akan disampaikan
sehingga menulis papan tulis membuat siswa dan siswi mengerti dalam
pennyampain materi melalui catatan
4. Infokus
Sebagai media untuk menyampaikan materi pembelajaran adanya materi video
5. komputer
sebagai media untuk menyambungkan infokus kekomputer agar tercapaianya
proses pembalajaran yang kreatif.
6. Di luar sekolah
Belajar ditaman atau tempat wisata akan lebih menarik bagi siswa dalam
belajar sehingga membangkitkan semangat belajar dengan suasana yang baru.
BAB IV

IDE TURUNAN DAN KONTEKS SOSIALNYA

a) Peluang keterwujudan
Menurut saya peluang keterwujudan ide yang saya berikan bisa mencapai 75% dapat
mengubah cara pembelajaran guru terhadap anak siswa-siswi. Dimana masih banyak
anak merasa bosan dengan belajar akan tetapi dengan adanya pemikiran ini dapat
membantu siswa atau siswa belajar dengan menyenangkan dan bermanfaat.
b) Nilai – nilai inovasi
1. karakter percaya diri
Sikap yakin akan kemampuan diri sendiri terhadap pemenuhan tercapainya setiap
keinginanan dan harapan siswa dalam belajar yang menyenangkan
2. karakter keingintahuan
Sikap ini menunjukkan kebiasaan manusia adalah sigfat ungin tahu. Sesuatu yang
baru adalah objek vital dalam menarik rasa keingintahuan itu. Apabila sikap ini
sering direspon akan berpengaruh positif akan muncul dalam pembiasaan dan
berujung pembentukkan karakter anak.
c) Perkiraan dampak
Dampak dari rekayasa ide ini ialah dapat membangkan kreativitas anak dalam
menyerap pelajaran dan mempererat hubungan guru dengan murid, dapat
mengembangkan bakat anak baik dalam hal belajar.
BAB V
KESIMPUAN DAN SARAN
A. KESIMPULAN
Proses pembelajaran ataupun kegiatan belajar-mengajar tidak bisa lepas dari
keberadaan guru. Tanpa adanya guru pembelajaran akan sulit dilakukan, apalagi dalam
rangka pelaksanaan pendidikan formal, guru menjadi pihak yang sangat vital. Guru
memiliki peran yang paling atif dalam pelaksanaan pendidikan demi mencapai tujuan
pendidikan yang hendak dicapai. Guru melaksanakan pendidikan melalui kegiatan
pembelajaran dengan mengajar peserta didik atau siswa. Siswa juga akan kesulitan dalam
belajar ataupun menerima materi tanpa keberadaan guru, hanya mengandalkan sumber
belajar dan media pembelajaran saja akan sulit dalam penguasaan materi tanpa
bimbingan guru. Guru juga memiliki banyak kewajiban dalam pembelajaran dari mulai
merencanakan pembelajaran, melaksanakan proses pembelajaran, hingga melakukan
evaluasi pembelajaran yang telah dilakukan.Dari semua proses pembelajaran mulai
perencanaan hingga evaluasi pembelajaran profesi guru memiliki banyak peran.
B. SARAN
Sebagai calon guru sudah seharusnya kita memahami dan mengerti betul bagaimana cara
– cara agar siswa kita kelak berhasil, dimulai dari tata cara mengembangkan peran guru
terhadap proses pembelajaran dengan baik, supaya tidak terjadi kesalahan dalam mengajar
proses belajar mengajar kurikulum yang disampaikan.
DAFTAR PUSTAKA

Anda mungkin juga menyukai