Anda di halaman 1dari 23

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Pendidikan ditinjau dari segi filosofis adalah proses memanusiakan

manusia melalui pembelajaran dalam bentuk aktualisasi potensi peserta didik

menjadi suatu kemampuan atau kompetensi (Soederajat, 2004:11).

Kompetensi yang dapat mereka miliki yaitu kompetensi akademik sebagai

aktualisasi potensi intelek (IQ), dan kompetensi motorik yang dikembangkan

dari potensi inderawi atau fisik.

Pendidikan bertujuan untuk meningkatkan kualitas masyarakat

Indonesia yang berkualitas yaitu manusia yang beriman dan bertaqwa kepada

Tuhan Yang Maha Esa, berbudi pekerti luhur, berkepribadian, berdisiplin,

bekerja keras, tangguh dan bertanggung jawab, mandiri, cerdas, terampil serta

sehat jasmani dan rohani (Sahertian, 1992 : 1).

Pendidikan dapat diartikan sebagai upaya yang dilakukan secara

terencana, sistematis, dan berkesinambungan dalam membina dan

membimbing berbagai potensi yang ada pada peserta didik, agar berfungsi

secara optimal bagi perannya di masa yang akan datang. Pendidikan menjadi

kebutuhan yang amat penting dan strategis dalam mengatasi tantangan era

globalisasi. Hal ini disebabkan karena pendidikan terkait langsung dengan

pembinaan sumber daya manusia, yang selalu mengalami perubahan.

Dinamika pertumbuhan dan perkembangan penduduk serta kemajuan

IPTEK, dan lembaga pendidikan dewasa ini semakin ditantang. Namun,

1
2

kebanyakan lembaga pendidikan yang ada sekarang ini kurang memperhatikan

mutu pendidikan dan kualitas lulusan yang dihasilkannya. Lembaga

pendidikan cenderung hanya memikirkan bagaimana suatu lembaga

pendidikan tersebut dapat menjaring siswa di lembaganya sebanyak mungkin,

baik pendidikan formal maupun non formal. Dengan mendeskripsikan

bermacam-macam bentuk fasilitas yang tersedia sehingga menarik banyak

peminat. Jika hal semacam ini terus berjalan akan berpengaruh terhadap usaha

peningkatan sumber daya manusia, khususnya di Indonesia. Sehingga

dikhawatirkan bangsa dan negara ini akan semakin terpuruk, karena memiliki

sumber daya manusia yang berkualitas rendah, walaupun Indonesia memiliki

sumber daya alam yang berlimpah.

Pendidikan jasmani olahraga dan kesehatan (Penjasorkes) merupakan

salah satu bidang studi yang secara umum dapat menunjang mata pelajaran

yang lain. Bidang studi pendidikan jasmani olahraga dan kesehatan dapat

menjadikan proses pendidikan di sekolah menjadi lengkap, utuh dan

mengantarkan siswa mengalami pertumbuhan dalam dirinya.

Pendidikan yang integral secara menyeluruh merupakan bagian dari

kegiatan olahraga anak didik dalam lingkungan sekolah. Pendidikan

penjasorkes bertujuan untuk mempersiapkan siswa menuju kesehatan jasmani,

rohani dan mental. Hal ini disebabkan karena dalam materi penjaskes terdapat

nilai kreativitas, disiplin, pengembangan jasmani, rohani, mental, emosional,

sosial, moral dan seni.


3

Dalam meningkatkan mutu pendidikan penjaskes di Indonesia,

pemerintah menerapkan kurikulum penjasorkes di Sekolah Dasar menyatakan

bahwa melalui program penjasorkes yang teratur dan terencana, terarah dan

berimbang hendaknya dapat meningkatkan daya kualitas peserta didik.

Adapun tujuannya yang meliputi pembentukan dan pembinaan bagi

pertumbuhan dan perkembangan jasmani dan rohani. Penjasorkes di sekolah

merupakan salah satu bidang studi yang harus diikuti oleh semua siswa.

Bidang studi ini dapat mengembangkan aspek-aspek potensi yang

lebih luas bila dibandingkan dengan bidang studi yang lainnya. Penjaskes

tidak hanya dapat mengembangan kemampuan dan keterampilan motorik

peserta didik saja, tetapi dapat juga mengembangkan kemampuan berpikir dan

kemampuan bersikap mental terhadap perkembangan peserta didik.

Menurut Surat Keputusan Mentri Pendidikan dan Kebudayaan RI No.

413/U/U 1987 Tanggal 14 Juli 1987 menyatakan; Perubahan kurikulum yang

dulu bernama mata pelajaran olahraga dan kesehatan (Orkes) berganti menjadi

penjaskes. Perubahan atau pergantian kurikulum hanya terjadi dipermukaan

saja, sedangkan kualitas pembelajaran masih berbentuk seperti kurikulum

yang lama, hal ini dapat dilihat pada sebagian guru penjaskes yang masih

terpaku pada pola pembelajaran yang lama.

Pelaksanaan pembelajaran olahraga di Sekolah Dasar negeri gugus I

Kecamatan IV Nagari Kabupaten Sijunjung, belum terlaksana dengan

maksimal, karna sarana dan prasarana belum memadai sesuai dengan

Kenyataan yang ditemukan dilapangan, Dengan demikian tujuan penjasorkes


4

tidak pernah tercapai dengan kurikulum yang telah ditetapkan oleh

pemerintah.

Jumlah siswa di tingkat pendidikan tidak seimbang dengan alat

olahraga yang ada. Akibatnya pelaksanaan olahraga di lapangan terkesan

sekedar melakukan kewajiban saja pada waktu pembelajaran, yang penting

guru sudah mengajarkan materi ajarnya dan umpan balik dari siswa jarang

terevaluasi oleh guru. Dampak dari semua pelaksanaan itu, terlihat dimana

materi teori yang diberikan diruang kelas tidak tampak aplikasinya di

lapangan dan siswa sering menunjukan sikap kurang aktif dan kreaktif disaat

praktek olahraga di lapangan.

Pembelajaran penjasorkes dilaksanakan dalam dua kegiatan yaitu

pelajaran yang bersifat praktek dan bersifat teori, dilakukan dalam satu waktu

yang bersamaan. Materi kurikulum yang bersifat praktek diklasifikasikan

terdiri dari berbagai cabang olahraga, seperti; permainan olahraga, aktivitas

pengembangan, aktifitas ritmik, senam, pendidikan luar kelas dan pendidikan

kesehatan. Apabila dilihat dari distribusi waktunya hanya satu kali dalam satu

minggu dengan lama 2 x 35 menit, hal ini memperkecil kemungkinan

tercapainya tujuan yang berhubungan dengan kesegaran jasmani.

Adanya asumsi di Sekolah Dasar menyatakan bahwa guru penjasorkes

jarang membuat RPP dan silabus yang baru, guru hanya menyalin silabus dan

RPP dari tahun ke tahun sebelumnya, karena apa yang akan diajarkan sudah

ada didalam konsep pemikiran guru tersebut tanpa memikirkan kurikulum

yang telah ditetapkan.


5

Tugas seorang guru wajib memahami bahwa silabus dan RPP

merupakan penjabaran tentang isi kurikulum yang akan di ajarkan kepada

siswa. Jika guru penjasorkes tidak menyesuaikan dengan kebutuhan siswa dari

tahun ke tahun dalam membuat silabus dan RPP, maka kualitas pelaksanaan

pembelajaran tidak akan sesuai dengan tuntutan kurikulum.

Selain dari pada itu guru penjasorkes kurang mendapat kesempatan di

dalam menambah wawasan dan keilmuwan dibidangnya, baik melalui seminar

dan penataran penjasorkes sehingga pada waktu pelaksanaan pembelajaran

penjasorkes di sekolah kemampuan mereka kurang berkembang.

Penjasorkes merupakan suatu sistem pendidikan individu dalam proses

yang sistemik dan sistematik yang bertujuan untuk meningkatkan kualitas baik

secara kognitif, afektif dan motorik. Dalam pendidikan tersebut hasil yang

akan dimiliki oleh setiap individu siswa akan terkait erat dengan input, proses

dan output, input merupakan masukan dalam hal ini adalah siswa.

Setiap siswa tidaklah sama, dengan arti kata siswa merupakan

individu-individu yang memiliki karakteristik dan ciri-ciri yang berbeda.

Dalam konsep pendidikan disini, input dapat dikatakan sebagai bahan materi

yang lain perlu di olah atau diproses. Proses dalam penjaskes merupakan suatu

sistem pengolahan atau tempat untuk mengolah siswa sehingga siswa dapat

memiliki pengetahuan, kesegaran jasmani, keterampilan dan sikap. Dalam

proses ini ada unsur-unsur penting yang selalu menjdi bagian dalam setiap

proses pembelajaran penjaskes diantaranya; tujuan, materi, metode,

kurikulum, sarana dan prasarana. Sedangkan output merupakan keluaran atau


6

hasil akhir yang dimiliki oleh setiap siswa setelah proses pembelajaran

penjasorkes dilaksanakan.

Menurut penulis apabila tanggung jawab dan disiplin kerja guru tidak

terlaksana dalam kegiatan proses belajar mengajar tentu tidak akan tercipta

suasana pendidikan yang lebih baik. Tidak semudah yang dibayangkan bahwa

guru yang sudah mempelajari teori-teori mengajar akan mampu mengajar

dengan baik. Namun lebih dari itu seorang guru harus betul-betul profesional

dan mampu menempatkan materi pelajaran, menggunakan media, metode dan

pengelolaan siswa serta memberikan evaluasi dalam pencapaian tujuan

pembelajaran yang diberikan oleh guru dan akan lebih buruk lagi apabila

seorang guru yang mengajar tidak sesuai dengan bidang keilmuannya karena

akan berpengaruh besar terhadap siswa dalam proses belajar megajar.

Untuk menjawab tantangan ini diperlukan personil sekolah yang saling

bekerjasama terutama guru-guru dengan kepala sekolah. Seorang guru harus

memiliki kemampuan dalam mendidik sehingga guru proaktif dalam

pendidikan tersebut.

Mengingat pentingnya seorang guru yang professional yaitu, guru

mengajarkan bidang studi yang sesuai dengan bidang keilmuannya dan penuh

tanggung jawab dalam proses belajar mengajar, dalam usaha menumbuhkan

insan-insan yang berkualitas, maka sangat menarik untuk dicermati dalam

sebuah lembaga pendidikan bagaimana keprofesionalan seorang guru dalam

proses pembelajaran terutama pada guru penjaskes. sehingga proses belajar

mengajar dapat mencapai tujuannya secara berhasil guna dan berdaya guna.
7

Untuk meningkatkan kemampuan dan kualitasnya dalam mengajar,

seorang guru membutuhkan bimbingan dan pembinaan, karena pada

kenyataannya banyak kesulitan yang dialaminya. Dalam kondisi yang

demikian bantuan dan masukkan dari seoarang figur sangat dibutuhkan untuk

menunjang potensi yang lebih baik.

Berdasarkan fenomena di atas, merupakan indikasi bahwa pelaksanaan

proses belajar mengajar penjaskes oleh guru penjasorkes belum terlaksana

dengan maksimal. Hal ini disebabkan oleh beberapa faktor seperti, 1)

tanggung jawab guru penjasorkes dalam proses belajar mengajar dan disiplin

kerja. 2) kemampuan guru merencanakan program pembelajaran, 3) metode

mengajar yang digunakan guru, 4) sarana dan prasarana, 5) kemampuan guru

dalam memodofikasi materi, 6) motifasi belajar siswa, 7) media yang

digunakan guru, 8) persepsi guru kelas, 9) kemampuan guru merencanakan

pembelajaran, 10) kemampuan guru melaksanakan pembelajaran, 11)

kemampuan guru mengevaluasi pembelajaran. Oleh karena itu penulis tertarik

untuk mengadakan penelitian dengan judul “Persepsi Guru kelas Terhadap

Pelaksanaan Proses Belajar Mengajar Penjaskes Di Sekolah Dasar Negeri

Gugus I Kecamatan IV Nagari Kabupaten Sijunjung” yang akan dijadikan

judul skripsi.

B. Identifikasi Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah yang dikemukan diatas, kurang

terlaksananya pembelajaran pendidikan jasmani di Sekolah Dasar Negeri


8

Gugus 1 Kecamatan IV Nagari Kabupaten Sijunjung dipengaruhi oleh

beberapa faktor, di antaranya adalah :

1. Tanggung jawab guru penjaskes dalam proses belajar mengajar dan

disiplin kerja.

2. Kemampuan guru merencanakan program pembelajaran.

3. Metode mengajar yang digunakan guru.

4. Sarana dan prasarana

5. Kemampuan guru dalam memodifikasi materi.

6. Motifasi belajar siswa.

7. Media pengajaran yang digunakan guru.

8. Bagaimana persepsi guru kelas.

9. Kemampuan guru merencanakan pembelajaran

10. Kemampuan guru melaksanakan pembelajaran

11. Kemampuan guru mengevaluasi pembelajaran

C. Pembatasan Masalah

Mengingat luasnya permasalahan yang tercakup dalam penelitian ini,

maka penulis merasa perlu untuk membatasinya agar penelitian ini dapat

dilaksanakan sesuai dengan jangkauan pengetahuan penelitian, waktu, biaya

serta sasaran yang diinginkan. Oleh karena itu penelitian ini dibatasi hanya

melihat masalah

1. Kemampuan guru merencanakan pembelajaran

2. Kemampuan guru melaksanakan pembelajaran

3. Kemampuan guru mengevaluasi pembelajaran


9

D. Rumusan Masalah

Berdasarkan uraian diatas, dapat dirumuskan suatu masalah sebagai

berikut :

1. Bagaimana kemampuan guru merencanakan pembelajaran penjasorkes

disekolah dasar negeri gugus I kecamatan IV nagari kabupaten sijunjung ?

2. Bagaimana kemampuan guru melaksanakan pembelajaran penjasorkes

disekolah dasar negeri gugus I kecamatan IV nagari kabupaten sijunjung ?

3. Bagaimana kemampuan guru mengevaluasi pembelajaran penjasorkes

disekolah dasar negeri gugus I kecamatan IV nagari kabupaten sijunjung ?

E. Tujuan Penelitian

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui :

1. Persepsi guru kelas terhadap kemampuan guru merencanakan

pembelajaran penjasorkes disekolah dasar negeri gugus I kecamatan IV

nagari kabupaten sijunjung.

2. Persepsi guru kelas terhadap kemampuan guru melaksanakan

pembelajaran penjasorkes disekolah dasar negeri gugus I kecamatan IV

nagari kabupaten sijunjung.

3. Persepsi guru kelas terhadap kemampuan guru mengevaluasi pembelajaran

penjasorkes disekolah dasar negeri gugus I kecamatan IV nagari kabupaten

sijunjung.
10

F. Kegunaan Penelitian

Adapun kegunaan dari penelitian ini adalah :

1. Untuk memenuhi salah satu syarat bagi peneliti dalam memperoleh gelar

sarjana ( S I ) Pendidikan di Fakultas Ilmu Keolahragaan Universitas

Negeri Padang.

2. Bagi guru pendidikan jasmani olahraga dan kesehatan khususnya

disekolah Dasar Negeri Gugus I Kecamatan IV Nagari Kabupaten

Sijunjung sebagai tenaga terampil yang menyentuh peserta didik pertama

kali.

3. Hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai dasar untuk menetapkan

rekruitmen pembelajaran penjaskes dan penyempurnaan struktur untuk

meningkatkan efektivitas proses belajar mengajar.

4. Sebagai bahan bacaan bagi mahasiswa Fakultas Ilmu Keolahragaan,

Universitas Negeri Padang.

5. Untuk sipeneliti

6. Untuk dinas yang terkait


BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Kajian Teori

1. Hakikat Persepsi

a. Pengertian Persepsi

Persepsi berasal dari bahasa inggris yaitu “perseption “yang

diartikan oleh hasan Shadily (1982 : 424 ) sebagai tanggapan atau daya

memahami, menanggapi sesuatu “. Menurut W. J. S. Poerdarminto

(1985), mendefenisikan persepsi adalah opini , tanggapan, anggapan

terhadap sesuatu pertistiwa atau kejadian.

Persepsi merupakan salah satu faktor kejiwaan yang cukup

besar sumbanganya dalam menilai suatu objek. Persepsi seseorang

terhadap suatu objek atau peristiwa tidak akan sama, meskipun

berhadapan dengan atau objek peristiwa yang sama.

b. Faktor-faktor yang Mempengaruhi persepsi

Persepsi dipengaruhi oleh banyak faktor sehingga persepsi

seseorang tidak bisa disamakan dengan persepsi orang lain. Menurut

Rahkmad (2000:72) faktor-faktor yang mempengaruhi persepsi

seseorang adalah : (1) (2) Belajar (3) Mengajar.

Perhatian terjadi apabila seseorang mengkonsentrasikan diri

pada salah satu alat indranya dan mengesampingkan masukan-

masukan melalui alat indra yang lain. Apa yang diperhatikan seseorang

ditentukan oleh faktor-faktor personal yaitu kebutuhan, pengalaman

11
12

masa lalu dan lainnya dan faktor-faktor fungsional yang nantinya akan

membentuk sebuah persepsi.

Selanjutnya faktor struktural yang membentuk persepsi

ditentukan oleh sifat-sifat struktural secara keseluruhan. Jika individu

dianggap sebagai anggota keluarga, semua sifat individu yang

berkaitan dengan sifat keluarga akan dipengaruhi oleh anggota

keluarganya dengan aspek yang berupa asimilasi.

2. Konsep Dasar Pembelajaran

a. Pengertian Pembelajaran

Secara etimologi, pembelajaran adalah kata benda (noun) dari

kata kerja (verb) belajar, yang berarti proses, cara, menjadikan orang

atau makhluk hidup belajar. Selanjutnya, secara terminologi,

pembelajaran adalah hal membelajarkan, artinya mengacu ke segala

daya upaya bagaimana membuat seseorang belajar, bagaimana

menghasilkan terjadinya peristiwa belajar di dalam diri orang tersebut,

istilah pembelajaran ini diperkenalkan sebagai ganti istilah pengajaran.

Pembelajaran pada hakikatnya adalah proses interaksi antara

peserta didik dengan lingkungannya, sehingga terjadi perubahan

perilaku ke arah yang lebih baik. Dalam interaksinya tersebut banyak

sekali faktor-faktor yang mempengaruhinya, baik faktor internal yang

datang dari dalam diri individu, maupun faktor yang datang dari

lingkungan. Dengan demikian pembelajaran merupakan hasil dari

upaya-upaya yang dilakukan supaya seseorang mau dan mampu


13

belajar. Hasil yang diharapkan dengan pembelajaran itu adalah

perubahan tingkah laku ke arah yang lebih baik atau lebih sempurna.

Pembelajaran yang berhubungan dengan proses tersebut tidak

bisa dipisahkan dari adanya elemen-elemen (komponen), seperti guru,

murid, materi, dan metode pembelajaran. Guru sebagai pelaksana

pembelajaran, murid sebagai peserta pembelajaran, materi adalah

bahan yang akan diajarkan, sedangkan metode adalah cara atau strategi

yang diterapkan supaya pembelajaran mencapai sasaran yang

diharapkan. Masing-masing komponen-komponen itu sama penting

dan sama-sama berperan untuk mencapai tujuan pembelajaran itu

sendiri.

Jadi sistem pembelajaran merupakan sinergisitas antara

komponen-komponen pembelajaran, dimana antara satu komponen

dengan komponen lainnya saling mempunyai ketergantungan. Satu

sistem pembelajaran tidak akan berjalan dengan baik dan sempurna

manakala salah satu dari komponen tersebut diabaikan.

Pembelajaran merupakan inti dari proses pendidikan secara

keseluruhan dengan guru sebagai pemegang peranan utama. Peristiwa

belajar mengajar berakar pada pandangan dan konsep. Usman Moh

Uzer mengatakan, proses belajar mengajar merupakan suatu proses

yang mengandung serangkaian perbuatan guru dan siswa atas dasar

hubungan timbal balik yang belangsung dalam situasi edukatif untuk

mencapai tujuan tertentu.


14

Nana Sudjana juga menyatakan bahwa: pembelajaran atau

proses belajar mengajar adalah interaksi siswa dengan lingkungan

belajar yang dirancang sedemikian rupa untuk mencapai tujuan

pembelajaran, yaitu kemampuan yang diharapkan dimiliki siswa

setelah menyelesaikan pengalaman belajarnya.

Jadi pembelajaran merupakan suatu proses yang mengandung

serangkaian perbuatan guru dan siswa atas dasar hubungan timbal

balik yang berlangsung dalam situasi edukatif untuk mencapai tujuan

tertentu.

b. Batas-batas Proses Pembelajaran

Pembelajaran adalah kegiatan yang dilakukan oleh seorang

guru untuk memulai dan melanjutkan kegiatan yang ditetapkan oleh

unsur-unsur perencanaan, agar ujuan-ujuan tersebut dapat dicapai,

kegiatan pembelajaran yang dilaksanakan oleh guru merupakan bagian

penting yang dapat mempengaruhi hasil pendidikan sekolah. Oleh

karna itu kegiatan pembelajaran perlu dilaksanakan secara maksimal

agar tujuan dari pembelajaran itu dapat dicapai.

Dalam proses pembelajaran terdapat komponen-komponen

yang dikelompok dalam tiga kategori utama yaitu: guru, isi, atau

materi pembelajaran siswa, interalisasi dari ketiga ini melibatkan

faktor-faktor yaitu, sarana dan prasarana, metode, media, alokasi

waktu dan lingkungan belajar sehingga terciptanya suasana


15

pembelajaran yang efektif dan kondusif. Sehingga memungkinkan

tercapainya tujuan yang telah ditetapkan.

Dengan demikian guru Penjaskes yang memiliki keterampilan

dan kemampuan dalam menjalankan proses pembelajaran mampu

menjalankan tiga tugas utamanya, yaitu

1) Kemampuan Guru Merencanakan Pembelajaran

a) Program bulanan

b) Program tahunan

c) Program semester

d) Silabus

e) Rpp

2) Kemampuan Guru Melaksanakan Pembelajaran

a) Pembuka dan menutup pelajaran

b) Penggunaan metoda

c) Penggunaan media

3) Kemampuan Guru Mengevaluasi Pembelajaran.

a) Kognitif

b) Afektif

c) Motorik

B. Kerangka Konseptual

Pendidikan jasmani dan kesehatan merupakan kegiatan siswa untuk

meningkatkan keterampilan motorik dan nilai-nilai fungsional yang mencakup


16

kognitif, afektif dan sosial, sehinmgga siswa dapat berkembang sesuai dengan

karakteristiknya masing-masing.

Secara sistematis dengan pelaksanaan proses belajar mengajar

penjaskes ada tiga hal yang selalu menjadi bagian dari proses belajar

mengajar, yaitu sebagai berikut

1. Kemampuan guru merencanakan pembelajaran

2. Kemampuan guru melaksanakan pembelajaran

3. Kemampuan guru mengevaluasi pembelajaran

Proses pembelajaran yang dilaksankan oleh guru beserta siswa akan

menarik dan apabila guru dapat menyampaikan bahan pelajaran sesuai dengan

tujan yang dicapai dan siswa pun dapat menguasainya. Semua ini tentu tidak

terlepas dari cara guru dalam mempersiapkan rancangan pengajaran itu agar

tersusun dengan baik, serta pelaksanaan pembelajaran yang efektif, efisien

serta melaksanakan evaluasi dengan baik dan benar selama dalam pelaksanaan

pembelajaran, yang disesuaikan dengan kurikulum serta penggunaan metode

dan media pembelajaran yang tepat yang disesuaikan dengan materi atau

bahan pelajaran.

Selain dari uraian di atas yang lebih penting perlu diperhatikan oleh

guru yaitu dapat menghidupkan suasana dalam pembelajaran penjaskes agar

menjadi menyenangkan dan terciptanya interaksi yang baik antara guru

dengan siswa, siswa dengan siswa selama pelajaran itu berlangsung dengan

memperhatikan siswa dan karakterisik individu masing-masing dalam

menyesuaikan bahan pelajaran dengan pengalaman masalalu.


17

Apa bila guru sudah memperhatikan dan melakukannya dengan baik

dan benar diharapan tujuan pembelajaran akan tercapai lebih optimal. Untuk

lebih jelasnya tentang kerangka pemikiran dapat dilihat dari gambar berikut

ini :

Gambar 1

Kerangka Konseptual

Kemampuan Guru Merencanakan


Pembelajaran

Persepsi Guru Kelas


Kemampuan Guru Melaksanakan
Pembelajaran

Kemampuan Guru Mengevaluasi


Pembelajaran

C. Pertanyaan Penelitian

Berdasarkan kajian teori dalam kerangka konseptual diatas, maka

dapat diajukan pertayaan peneliti yaitu :

1. Bagaimana kemampuan guru merencanakan pembelajaran penjasorkes

digugus I kecamatan IV nagari kabupaten sijunjung ?

2. Bagaimana kemampuan guru melaksanakan pembelajaran penjasorkes

digugus I kecamatan IV nagari kabupaten sijunjung ?

3. Bagaimana kemampuan guru mengevaluasi pembelajaran penjasorkes

digugus I kecamatan IV nagari kabupaten sijunjung ?


BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

A. Jenis Penelitian

Jenis penelitian ini adalah bersifat deskriptif, yang bertujuan untuk

mengungkapkan sesuatu apa adanya sebagaimana yang dikemukakan oleh

Arikunto (1990:310) bahwa: “Penelitian deskriptif adalah penelitian yang

tidak bermaksud untuk menguji hipotesis tetapi hanya menggambarkan apa

adanya tanpa ada unsur tambahan dan pengurangan dari kejadian yang diteliti

dilapangan.

B. Tempat Penelitian

Penelitian ini di adakan di Sekolah Dasar Negeri Gugus 1 Kecamatan

IV Nagari Kabupaten Sijunjung. Sedangkan waktu penelitian dilaksanakan

setelah proposal ini diseminarkan.

C. Populasi dan Sampel

1. Populasi Penelitian

Populasi penelitian ini adalah guru umum yang terdaftar mengajar

sebagai guru kelas di Sekolah Dasar Negeri Gugus 1 Kecamatan IV

Nagari Kabupaten Sijunjung yang berjumlah sebanyak 35 orang yang

terdiri dari 6 orang guru lakai-laki dan 29 orang guru perempuan.

Tabel 1

Populasi Penelitian

Jenis Kelamin
No Sekolah Jumlah
L P

18
1 SDN 1 1 5 6

2 SDN 3 - 5 5

3 SDN 6 1 5 6 2. Sampel

4 SDN 7 1 5 6

5 SDN 8 2 4 6

6 SDN 10 1 5 6

Jumlah 6 29 35

Karena jumlah populasi relatif sedikit maka dalam penelitian ini

penulis menarik sampel dengan cara total sampling, dimana mengambil

semua populasi yang ada sebagai sampel, seperti yang dikemukakan oleh

Arikunto (2002:112) bahwa apabila subjeknya kurang dari 100, lebih baik

diambil semua sehinggah penelitiannya merupakan penelitian populasi.

Selanjutnya, jika jumlah subjeknya besar dapat diambil antara 10% sampai

25% atau lebih. Oleh karena itu populasi dalam penelitian ini seluruhnya

dijadikan sampel yaitu 35 orang guru kelas yang mengajar di Sekolah

Dasar Negeri Gugus 1 Kecamatan IV Nagari Kabupaten Sijunjung.

D. Jenis dan Sumber Data

1. Jenis Data

Sesuai dengan tujuan penelitian yang hendak dicapai maka jenis

data dalam penelitian ini adalah:

19
a. Data primer, yaitu data yang langsung dikumpulkan oleh peneliti

dengan mengajukan kuisioner kepada guru kelas yang terpilih sebagai

sampel.

b. Data sekunder, yaitu data yang diambil dari kantor registrasi dan

statistik di Sekolah Dasar Negeri Gugus 1 Kecamatan IV Nagari

Kabupaten Sijunjung.

2. Sumber Data

Sumber data yang dikumpulkan oleh peneliti adalah guru kelas

yang terpilih sebagai sampel. Yang berjumlah sebanyak 35 orang, dengan

rincian sebagai berikut :

1. Laki 6 orang

2. Perempuan 29 orang

E. Teknik dan Alat Pengumpul Data

1. Teknik Pengumpulan Data

Sesuai dengan jenis data dan sumber data yang dibutuhkan, maka

teknik yang digunakan dalam pengumpulan data yaitu angket (kuisioner).

Berdasarkan teknik pengumpulan data untuk angket dilakukan dengan

skala Quetmaan sehingga memudahkan bagi responden untuk menjawab

pertanyaan yang sesuai dengan persepsi guru kelas, disamping itu juga

sebagai penguat data, juga digunakan teknik wawancara terbatas dan

observasi di lapangan.

2. Instrumen Penelitian

20
Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini adalah berupa

angket. Angket yang digunakan adalah angket tertutup yaitu jawabanya

sudah dinyatakan dan responden tinggal memilih salah satu alternative

jawaban tersebut. Ya atau Tidak.

Penyusunan angket dilakukan berdasarkan indikator-indikator yang

telah ditetapkan yaitu dengan menjabarkannya menjadi butir-butir

pernyataan, setiap butir pernyataan mempunyai dua alternatif yang pada

masing-masing diberi skor sebagai berikut:

Ya =1

Tidak =0

Pemberian nilai ini mengacu kepada pendapat Sudjana (1982 : 12)

Prosedur penyusunan instrumen adalah :

1. Membuat kisi-kisi soal,

2 Menetapkan variabel yang akan diteliti,

3. Menyusun butir-butir pernyataan sesuai dengan indikator,

4. Uji coba instrument,

5. Melakukan analisis rasional untuk melihat kesesuaiyan dengan

indikator dari aspek yang diukur, untuk lebih jelasnya kisi-kisi

instrumen.

Tabel 2

Kisi – kisi Kuisioner Penelitian

No Variabel Indikator Nomor Soal Jumlah Soal

21
1 Proses - Perencanaan 1,2,3,4,5,6,7,8,9,10 10

pembelajaran - Pelaksanaan 1,2,3,4,5,6,7,8,9,10 10

- Evaluasi 1,2,3,4,5,6,7,8,9,10 10

F. Teknik Analisis Data

Setelah semua data berhasil dikumpulkan kemudian diolah, karena

jenis penelitian ini bersifat deskriptif, maka teknik analisis data yang dapat

digunakan adalah dengan menggunakan teknik distribusi frekuensi (statistik

deskriptif) dengan perhitungan persentase, seperti dijelaskan Agusfidar

Nasution dalam Rosa (1996:33), bila suatu penelitian bertujuan mendapatkan

gambaran atau menemukan sesuatu sebagaimana adanya tentang suatu objek

yang diteliti, maka teknik analisis data yang dibutuhkan cukup dengan

perhitungan persentase.

Adapun langkah-langkah yang digunakan untuk menghitung

persentase adalah:

F
P= x100%
N

Keterangan :

P = Persentase jawaban

F = Frekuensi responden

N = Jumlah responden (Arikunto : 1990)

Data deskriptif menyajikan tingkat pencapaian responden veriabel

penelitian.untuk mengetahui tingkat pencapai masing-masing kategori

22
jawaban untuk setiap variabel dan indikator dilakukan dengan mencari nilai

skor rata-rata. Adapun langkah – langkah dalam analisis data ini sebagai

berikut :

1. Mentabulasi jawaban jawaban responden pada tabel persiapan.

2. Menghitung frekwensi jawaban.

3. Menghitung alternatif jawaban sesuai dengan skala parmatif san

alternative jawaban sesuai dengan skala Guttman. Sesudah itu baru dicari

jumlah skor masing-masing butir dengan mengklasifikasikan frekwensi

dengan bobot masing- masing (Suharsimi Arikunto, 1989 : 155).

Tabel 3

Klasifikasi nilai

No Klasifikasi Nilai Persentase

1 Sangat baik 81 – 100

2 Baik 61 – 80

3 Cukup 41 – 60

4 Kurang 21 – 40

5 Kurang Sekali 0 – 20

23

Anda mungkin juga menyukai